bab ii sard

Upload: nina-amalia-putri

Post on 07-Mar-2016

18 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

sard

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN1.1 LATARBELAKANG Ischialgia adalah istilah kedokteran untuk merujuk pada keadaan jaringan yang abnormal pada saraf ischiadicus. Hal ini dapat terjadi karena proses beberapa penyakit seperti trauma fisik, kimiawi, dan elektris, infeksi, masalah metabolisme, dan autoimun. Ischialgia meningkat frekuensinya seiring dengan banyaknya aktivitas yang dikerjakan. Orang awam pada umumnya menginterpretasikan ischialgia dengan rasa sakit dan nyeri pada pantat.Ischialgia merupakan keluhan yang sangat umum dan sangat sering terjadi, di keluhkan 4 dari 5 orang di Amerika Serikat, dan merupakan salah satu penyebab ketidakhadiran di tempat kerja. Kekerapannya diderita hanya dapat di tandingi oleh flu. Sisi baiknya, ischialgia sesungguhnya dapat di cegah. Seandainya pencegahan juga kurang berhasil, terapi atau latihan sederhana di rumah dan mekanisme tubuh yang baik akan memperbaiki dan mempertahankan fungsinya dalam waktu beberapa minggu. Operasi merupakan tindakan yang jarang dilakukan. Wanita memiliki angka prevalensi yang lebih tinggi terkena ischialgia dibandingkan dengan pria. Hal tersebut dikarenakan wanita memiliki aktivitas yang monoton dengan posisi yang statis, misalnya saja pada penggunaan sepatu dengan hak tinggi atau pada pedagang dengan kebiasaaan menggendong ( Kuntono, 2000). Keluhan yang sering ditemukan dalam klinik antara lain : nyeri punggung bawah., nyeri daerah pantat, rasa kaku atau terik pada punggung bawah, nyeri yang menjalar atau seperti rasa kesetrum yang dirasakan dari pantat menjalar ke daerah paha, betis bahkan sampai kaki, tergantung bagian saraf mana yang terjepit. Selain tu dapat juga rasa nyeri ditimbulkan setelah melakukan aktifitas yang berlebihan, terutama banyak membungkukkan badan atau banyak berdiri dan berjalan, dan rasa nyeri juga sering diprovokasi karena mengangkat barang yang berat. Jika dibiarkan maka lama kelamaan akan mengakibatkan kelemahan anggota badan bawah atau tungkai bawah yang disertai dengan mengecilnya otot-otot tungkai bawah tersebut. (Kuntono, 2000)

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Definisi IschialgiaIskialgia atau sciatika adalah nyeri yang menjalar (hipoestesia, parestesia atau disastesia) ke bawah sepanjang perjalanan akar saraf iskidikus (Cailliet,1981).Ischialgia sebagai gejala nyeri yang timbul akibat perangsangan nervus ischiadicus (Soemarmo Markam, 1982). Ischialgia sebagai nyeri di daerah pangkal paha (Kamus Kedokteran, 1983). Ischialgia sebagai nyeri yang berpangkal pada daerah lumbosakralis yang menjalar ke pantat dan selanjutnya ke bagian posterolateral tungkai atas, bagian lateral tungkai bawah, serta bagian lateral kaki (Mahar Mardjono dan Priguna Sidharta, 1978). Ischialgia adalah nyeri pada daerah tertentu sepanjang tungkai yang merupakan manifestasi rangsangan saraf sensoris perifer dari nervus iskhiadikus (Sidharta,1999).Menurut Sidharta (1999) iskhialgia dibagi menjadi tiga yaitu:1. Iskhialgia sebagai perwujudan neuritis iskhiadikus primerIskhialgia akibat neuritis iskhiadikus primer adalah ketika nervus iskhiadikus terkena proses radang. Tanda dan gejala utama neuritis iskhiadikus primer adalah nyeri yang dirasakan bertolak dari daerah sakrum dan sendi panggul, tepatnya di foramen infra piriformis atau incisura iskhiadika dan menjalar sepanjang perjalanan nervus iskhiadikus dan lanjutannya pada nervus peroneus dan tibialis. Nyeri tekan ditemukan pada incisura iskhiadika dan sepanjangspasium poplitea pada tahap akut. Juga tendon archiles dan otot tibialis anterior dan peroneus longus terasa nyeri pada penekanan. Kelemahan otot tidak seberat nyeri sepanjang tungkai. Karena nyeri itu maka tungkai di fleksikan, apabila diluruskan nyeri bertambah hebat. Tanda-tanda skoliosis kompensatorik sering dijumpai pada iskhialgia jenis ini.Diagnosa neuritis iskhiadikus primer ditetapkan apabila nyeri tekan pada otot tibialis anterior dan peroneus longus. Dan pada neuritis sekunder nyeri tekan disepanjang nervus iskhiadikus, tetapi di dekat bagian nervus iskhiadikus yang terjebak saja. Timbul nyerinya akut dan tidak disertai adanya nyeri pada punggung bawah merupakan ciri neuritis primer berbeda dengan iskhialgia yang disebabkan oleh problem diskogenik. Reflek tendon archiles dan tendon lutut biasanya tidak terganggu. 2. Iskhialgia sebagai perwujudan entrapment radikulitis atau radikulopati Pada iskhialgia radikulopati merupakan akibat dari jebakan oleh tumor, nukleus pulposus yang menjebol ke dalam kanalis vertebralis maupun osteofit atau peradangan (rematois spondilitis angkilopoetika, herpes zoster, tuberkulosa) yang bersifat menindihi, menjerat dan sebagainya terjadi radikulopati. Pola umum iskhialgia adalah nyeri seperti sakit gigi atau nyeri hebat yang dirasakan bertolak dari vertebra lumbosakralis dan menjalar menurut perjalanan nervus iskhiadikus dan lanjutannya pada nervus peroneus atau nervus tibialis. Makin jauh ke tepi nyeri makin tidak begitu hebat, namun parestesia atau hipoastesia sering dirasakan.Pada data anamnestik yang bersifat umum antara lain: nyeri pada punggung bawah selalu mendahului iskhialgia, kegiatan yang menimbulkan peninggian tekanan intra spinal seperti batuk, bersin dan mengejan memprofokasi adanya iskhialgia, faktor trauma hampir selamanya dapat ditelusuri, kecuali kalau proses neoplasmik atau infeksi yang bertanggung jawab. Adapun data diagnostik non fisik yang bersifat umum adalah : kurva lordosis pada lumbosakral yang mendatar, vertebra lumbosakral memperlihatkan fiksasi, nyeri tekan pada salah satu ruas vertebra lumbosakralis hampir selalu ditemukan, test lasegue hampir selalu positif pada derajat kurang dari 70, tesr naffziger dan valsava hampir selalu positif. Data anamnestik dan diagnostik fisik yang bersifat spesifik berarti informasi yang mengarahkan ke suatu jenis proses patologik atau yang mengungkapkan lokasi di dalam vertebra lumbosakralis atau topografi radiks terhadap lesi yang merangsangnya.3. Iskhialgia sebagai perwujudan entrapment neuritisUnsur-unsur nervus iskhiadikus yang dibawakan oleh nervi L4, L5, S1, S2 dan S3 menyusun pleksus lumbosakralis yang berada di fasies pelvina os sakri. Di situ pleksus melintasi garis sendi sakroiliaka dan sedikit lebih distal membentuk nervus iskhiadikus, yang merupakan saraf perifer terbesar. Selanjutnya dalam perjalanannya ke tepi nervus iskhiadikus dapat terjebak dalam bangunan-bangunan yang dilewatinya. Pada pleksus lumbosakral dapat diinfiltrasi oleh sel-sel karsinoma ovarii, karsinoma uteri atau sarkoma retroperineal. Di garis persendian sakroiliaka komponen-komponen pleksus lumbosakralis sedang membentuk nervus iskhiadikus dapat terlibat dalam proses radang (sakroilitis). Di foramen infra piriformis nervus iskhiadikus dapat terjebak oleh bursitis otot piriformis. Dalam trayek selanjutnya nervus iskhiadikus dapat terlibat dalam bursitis di sekitar trochantor major femoris. Dan pada trayek itu juga, nervus iskhiadikus dapat terganggu oleh adanya penjalaran atau metastase karsinoma prostat yang sudaj bersarang pada tuber iskhii. Simtomatologi entrapment neuritis iskhiadika sebenarnya sederhana yaitu pada tempat proses patologik yang bergandengan dengan iskhiagia.0. Etiologi Herniated disc Lumbar spinal stenosis Spondylolisthesis Trauma Sindrom piriformis Tumor tulang belakang

0. Epidemiologi Jumlah kasus ischialgia di Klinik Terapi Fisik selama empat bulan di tahun 2004 ini (Januari-April) sudah tercatat 17 orang, padahal selama tahun 2003 (Januari-Desember) baru tercatat 19 orang. Hal yang sama terjadi pada low back pain yang selama empat bulan terakhir tercatat berjumlah 21 kasus, sedangkan selama tahun 2003 hanya tercatat 25 kasus.0. PatologiIschialgia merupakan nyeri menjalar sepanjang perjalanan nervus ischiadicus L4-S2. Ischialgia yang terasa bertolak dari lokasi foramen infrapiriformis dan menjalar menurut perjalanan nervus ischiadicus cum nervus poroneus dan nervus tibialis harus di curigaisebagai manifestasiischiadicus primer atau entrapment neuritis dengan tempat jebakan di daerah sacroiliaca.Nyeri saraf itu terasa sepanjang perjalanan saraf tepi. Ia bertolak dari tempat saraf sensorik terangsang dan menjalar berdasarkan perjalanan serabut sensorik itu ke perifer. Perangsangan terhadap berkas saraf perifer biasanya berarti perangsangan pada saraf motorik dan sensorik.Gangguan sensibilitas yang terasa sepanjang parjalanan saraf tepi dan biasanya juga disertai gangguan motorik yang di sebut Neuritis. Neuritis di tungkai dapat terjadi oleh karena berkas saraf tertentu terkena infeksi atau terkena patologic di sekitarnya.Nyeri atau rasa tidak enak yang menjalar harus diartikan sebagai perwujudan hasil perangsangan terhadap saraf sensori. Nyeri saraf itu terasa sepanjang perjalanan saraf tepi. Ia bertolak dari tempat saraf sensorik terangsang dan menjalar berdasarkan perjalanan serabut sensorik itu ke perifer. Perangsangan terhadap berkas saraf perifer biasanya berarti perangsangan pada saraf motorik dan sensorik.Gangguan sensibilitas yang terasa sepanjang parjalanan saraf tepi dan biasanya juga disertai gangguan motorik yang di sebut Neuritis. Neuritis di tungkai dapat terjadi oleh karena berkas saraf tertentu terkena infeksi atau terkena patologic di sekitarnya.0. Manifestasi Klinik Nyeri punggung bawah Nyeri daerah bokong Rasa kaku pada punggung bawah Nyeri menjalar seperti rasa kesetrum yang dirasakan dari bokong menjalar ke daerah paha, betis bahkan sampai kaki, tergantung bagian saraf mana yang terjepit. Rasa nyeri sering ditimbulkan setelah melakukan aktifitas yang berlebihan, terutama banyak membungkukkan badan atau banyak berdiri dan berjalan. Kesemutan dan baal. Timbul kelemahan otot, dan hilangnya reflek patella dan achilles. Nyeri bertambah dengan batuk, bersin dan mengangkat.0. AnatomiVertebra terdiri dari tujuh vertebra cervikal, dua belas vertebra thoracalis, lima vertebra lumbalis, lima vertebra sacralis, dan empat cogcygeus. Vertebra yang paling besar diantara yang lainnya adalah vertebra lumbalis dan berbentuk seperti ginjal. Procesus spinosusnya lebar dan berbentuk seperti kampak kecil. Procesus transversusnya berbentuk panjang dan langsing. (Evelyn, 1992). Saraf spinalis L4-S3 pada fossa poplitea membelah dirinya menjadi saraf perifer yakni Nervus tibialis dan Nervus poreneus. Nervus ischiadicus keluar dari foramen ischiadicus mayor tuberositas anterior 1/3 bawah dan tengah dari SIPS kebagian dari tuberositas ischii.Tengah 2 antara tuberositas ischii dan trochanter yaitu pada saat Nervus ischiadicus keluar dari gluteus maximus berjalan melalui collum femoris. Sepanjang paha bagian belakang sampai fossa poplitea.Perjalanan Nervus Ischiadicus di mulai dari L4-S3, dan saraf ini memiliki percabangan antara lain: N. lateral poplital yang terdapat pada caput fibula N. Medial popliteal yang terdapat pada fossa polpliteal N. Tibialis Posterior yang terdapat pada sebelah bawah N. Suralis/Saphenus yang terdapat pada tendon ascilles N. Plantaris Yang berada pada telapak kakiTulang belakang merupakan bangunan yang kompleks yang dapat dibagi menjadi 2 bagian. Dibagian ventral terdiri dari korpus vertebra yang dibatasi satu dengan lainnya oleh diskus intervertebra dan ditahan satu dengan lainnya oleh ligamentum longitudinal ventral dan dorsal. Bagian dorsal tidak begitu kuat dan terdiri atas arkus vertebra dengan lamina dan pedikel yang diikat satu dengan lainnya oleh berbagai ligamen diantaranya ligamen interspinal, ligamen intertranversa dan ligamen flavum. Pada procesus spinosus dan tranversus melekat otot-otot yang turut menunjang dan melindungi kolum vertebra. Seluruh bangunan kolum vertebra mendapat inervasi dari cabang-cabang saraf spinal yang sebagian besar keluar dari ruangan kanalis vertebra melalui foramen intervertebra dan sebagian dari ramus meningeal yang menginervasi duramater. Diskus intervertebra dan nukleus pulposus tidak mempunyai inervasi sensibel biarpun berbatasan langsung dengan ligamen longitudinal yang mengandung serabut sensibel.Bagian lumbal merupakan bagian tulang punggung yang mempunyai kebebasan gerak yang terbesar. Tarikan tekanan dan torsi yang dialami pada gerakan-gerakan antara bagian toraks dan panggul menyebabkan daerah ini dapat mengalami cedera lebih besar daripada daerah lain, biarpun tulang-tulang vertebra dan ligamen di daerah pinggang relatif lebih kokoh. Perbedaan hentakan antara tulang dengan jaringan dalam peranan mereka sebagai sendi pendukung akan menyebabkan penyakit yang karakteristik unik pada daerah yang bersangkutan. Sebagian besar lesi pada diskus lumbal adalah mengenai jaringan lunak dan sering sekali menghasilkan protrusi inti (nucleus) yang kemudian menekan akar saraf. N. Ischiadicus mempersarafi: m. Semitendinosus m. Semimbranosus m. Biceps Femoris m. Adduktor MagnusN. Poroneus Mempersarafi m. tibialis anterior m. ekstensor digitorum longus m. ekstensor halluci longus m. digitorum brevism. poroneus tertiusN. Tibialis Mempersarafi m. gastrocnemius m. popliteus m. soleus m. plantaris m. tibialis posterior m. fleksor digitorum longus m. fleksor hallucis longusHip joint merupakan sendi yang arah gerakannya sangat luas atau yang biasa disebut dengan Ball and Socked joint. Hip joint juga bagian terpenting dalam pembentuk postur seseorang dan berperan penting dalam setiap aktivitas terutama dalam berjalan. Hip joint ini terbentuk atas beberapa tulang, ligamen, dan otot dimana kesemuanya itu saling berhubungan dan saling menguatkan.Beberapa tulang pembentuk hip joint :1. AcetabulumAcetabulum merupakan pertemuan antara os ilium, os ischium, dan os pubis yang bertugas sebagai mangkuk sendi. Dilapisi hyalin cartilage dan tertutup lagi acetabulum labrium yang merupakan fibro cartilage, keduanya tebal ditepi dan tipis di center2. Os FemurPada bagian Os femur terdapat dua bagian yang sangat terkait dalam pergerakan sendi Hip Joint, bagian itu adalah : Caput femur Caput femur merupakan tulang yang berbentuk setengah bola dilapisi hyalin cartilage, kedistal sebagai collum femoris (sering fraktur), kedistal terdapat trochanter mayor dan minor, selanjutnya kedistal sebagai (shaff of) femur. Collum FemurCollum femur merupakan processus tulang yang berbentuk piramidal yang menghubungkan corpus dengan caput femur dan membentuk sudut pada bagian medial. Sudut terbesar terjadi pada saat bayi dan akan berkurang seiring dengan pertumbuhan, sehingga pada saat pubertas akan membentuk suatu kurva pada aksis corpus kurva. Pada saat usia dewasa, collum femur membentuk sudut sebesar 1250 dan bervariasi tergantung pada perkembangan pelvis wanita lebih besar.Ada beberapa ligament pembentuk hip joint, dimana ligamen-ligament ini sangat kuat sebagai penyambung antara acetabulum dan caput femur. Ada lima ligament terkuat pada hip joint, antara lain :1. Ligamentum Capitis FemorisLigament ini diliputi oleh membran sinovial yang terbentang dari fosa acetabuli dimana terdapat bantalan lemak menuju ke caput femoris, selain itu ligament ini mengandung arteria yang menuju caput femoris yang datang dari r.acetabuli arteria abturatoria. Caput femoris disuplai oleh A circumfleksa medialis dan A circumfleksa lateralis.2. Ligamentum PubofemoralBerasal dari crista obturatoria dan membrana obturatoria yang berdekatan. Ligament ini memamcar kedalam capsula articularis zona orbicularis pada khususnya melanjukan diri melalui jalan ini ke femoris.3. Tranverse Acetabulum LigamentLigament ini berfungsi menjembatani incisura acerabuli dan seluruh permukaan caput femoris.4. Iliofemoral LigamentBerasal dari spina iliaca anterior inferior dan pinggiran acetabulum serta membentang ke linea intertrochanterica. 5. Ischiofemoral LigamentBerasal dari ischium di bawah dan berjalan hampir horizontal melewati collum femoris menuju ke perlekatan pars lateralis ligament iliofemoral. Ligament ini mencegah rotasi medial paha.2.6 Penatalaksanaan Penanganan utama pada kasus ischialgia dan low back pain terfokus pada usaha menghilangkan pembengkakan otot dan penonjolan saraf spinalis. Hilangnya pembengkakan dan penonjolan tersebut akan menghilangkan perangsangan baik pada nervus ischiadicus maupun pada nervus spinalis. Dengan hilangnya perangsangan akan hilang pula semua gejala yang menyertainya, dan pemulihan dari fungsi otot yang dipersarafinya. Terapi panas pada penanganan ischialgia maupun low back pain dimaksudkan untuk melemaskan otot yang membengkak. Setelah otot lemas maka akan mudah untuk dimanipulasi. Terapi panas dapat dilakukan baik dengan cara kering maupun basah. Bahkan dapat pula dilakukan dengan diathermi. Dengan adanya pemanasan ini serabut otot akan bersuhu tinggi sehingga menghancurkan tumpukan sisa metabolisme. Tumpukan yang telah hancur akan lebih mudah untuk diangkut kembali ke aliran darah dan dibuang melalui alat ekskresi. Penanganan setelah pemanasan banyak dipilih metode terapi masase. Terapi masase merupakan manipulasi yang digunakan untuk meringankan rasa sakit dengan jalan memperlancar aliran darah, merilekskan otot, dan membuang sisa metabolisme. Penanganan terapi masase dapat dilakukan dengan metode refleksi, akupresur, maupun complete massage. Teknik manipulasi yang banyak digunakan adalah efflurage, friction, tapotement berirama, dan vibration (Rahim, 1988). Penambahan manipulasi osteopati yang banyak menggunakan tarikan sangat bermanfaat untuk mengurangi penjepitan baik pada nervus ischiadicus maupun nervus spinalis. Hilangnya penjepitan inilah yang paling menentukan tingkat kesembuhan pada kedua kasus tersebut. Teknik osteopati untuk kedua kasus tersebut berbeda dan masih memerlukan kajian lebih lanjut.

BAB IIILAPORAN KASUSIDENTITAS PASIENNama/ No MR : Tn. ZUmur : 43 tahunSuku: Melayu Alamat: Jl. Batu Belah Tgl Masuk: 11 Agustus 2015 ANAMNESISKU : Nyeri Punggung yang semakin memberat sejak 1 minggu yang lalu RPS: Pasien mengeluh nyeri pinggang yang semakin memberat sejak 1 minggu yang lalu. Nyeri terasa seperti terasa ditusuk-tusuk pisau, nyeri juga dirasakan menjalar hingga ke kaki kiri. Nyeri semakin memberat ketika pasien meluruskan badan dan kaki serta ketika berjalan. Keluhan disertai dengan rasa kesemutan dan kebas pada kaki. Untuk mengurangi keluhannya pasien sering berbaring miring kekanan atau kekiri. Pasien juga sering mengikat bagian tungkai bawah, lutut, dan pangkal paha dengan karet ban untuk mengatasi keluhannya Pasien mengaku telah berobat ke bidan dan praktik dokter diberikan obat suntikan tetapi saat ini keluhan tidak membaik RPD: Kurang lebih sejak 15 tahun yang lalu pasien sering mengalami sakit pinggang. Kurang lebih 4 tahun yng lalu pasien mulai mengeluhkan sakit pinggang yang menjalar ke kaki keluhan juga disertai dengan rasa kesemutan dan kebas RPK :ayah pasien juga mengalami hal yang sama Riwayat Pribadi dan sosial: pasien seorang kuli bangunan yang sring mengangkat beban berat Riwayat Penggunaan Obat : Sejak 4 tahun terakhir pasien sering menggunakan obat suntikan untuk mengatasi keluhannya tetapi pada saat ini. Pasien mengaku keluhan tidak hilang meskipun telah diberikan obat suntik Pasien tidak tahu jenis obat yang diberikan A. PEMERIKSAAN FISIKI. Pemeriksaan UmumKeadaan umum: Tampak sakit sedangKesadaran: Compos mentis kooperatifTinggi badan: 130 cmBerat badan: 30 kgTanda Vital Tekanan darah: 110/70 mmHg Frekuensi nadi: 84 x/menit, reguler. Frekuensi Pernafasan: 20 x/menit Suhu: 36,5 oCKepalaMata: Seklera tidak kuning, konjungtiva tidak pucat, refleks pupil +/+.Hidung: Sekret tidak ada, deviasi septum tidak ada.Mulut: Bibir kering (-).Telinga: dbnLeher : spasme otot-otot leher dan bahu (-), nyeri (-)Kelenjar Getah Bening Leher: tidak ada pembesaran Aksila: tidak ada pembesaran Inguinal: tidak ada pembesaran

Thoraksa. Paru-paruInspeksi: Gerakan dinding dada simetris, retraksi sela iga tidak ada.Palpasi: Fremitus suara +/+, simetris kanan dan kiri. Perkusi: Sonor kedua lapang paru.Auskultasi: Suara nafas vesikuler, Ronkhi tidak ada, wheezing tidak ada.b. JantungInspeksi: Ictus cordis tidak terlihat.Palpasi: Ictus cordis teraba. Thrill tidak ada.Perkusi: Batas jantung kanan: SIC IV linea parasternalis dekstra. Batas jantung kiri : SIC V 1 jari medio linea midclavicula sinistra. Auskultasi: Bunyi jantung I & II, reguler, gallop tidak ada, Murmur tidak ada. AbdomenInspeksi: Bentuk datar, ascites tidak ada. Auskultasi: Bising usus positif.Palpasi: Tidak ada pembesaran hepar dan lien, turgor kulit kembali cepat. Perkusi: Timpani. EkstremitasSuperior: Akral hangat, edema tidak ada, sianosis tidak ada, tidak ada kelemahan.Inferior: Akral hangat, edema tidak ada, sianosis tidak ada. Tidak ada kelemahan tungkai. II. Status NeurologisA. Tanda Rangsang Selaput Otak:Kaku Kuduk: NegatifBrudzinski I: NegatifBrudzinski II: NegatifKernig Sign: NegatifB. Tanda Peningkatan Tekanan intrakranial:Pupil: IsokorRefleks cahaya: +/+C. Pemeriksaan Saraf Kranial: N.I (N. Olfactorius)PenciumanKanan Kiri

SubyektifNormalNormal

Obyektif dengan bahanTidak dinilaiTidak dinilai

N.II (N. Optikus)Penglihatan KananKiri

Tajam penglihatanTidak dinilaiTidak dinilai

Lapang pandangTidak dinilaiTidak dinilai

Melihat warnaTidak dinilaiTidak dinilai

FunduskopiTidak dinilaiTidak dinilai

N.III (N. Okulomotorius)Kanan Kiri

Bola mataNormalNormal

PtosisTidak adaTidak ada

Gerakan bulbusNormalNormal

StrabismusTidak adaTidak ada

NistagmusTidak adaTidak ada

Ekso/EndophtalmusTidak adaTidak ada

Pupil : Bentuk Refleks cahaya Rrefleks akomodasi Refleks konvergensiNormalPositifNormal Normal NormalPositifNormalNormal

N. IV (N. Trochlearis)Kanan Kiri

Gerakan mata ke bawahNormalNormal

Sikap bulbusNormalNormal

DiplopiaTidak adaTidak ada

N. V (N. Trigeminus)Kanan Kiri

Motorik : Membuka mulut Menggerakkan rahang Menggigit MengunyahNormalNormalNormal NormalNormalNormalNormalNormal

Sensorik : Divisi Optalmika Refleks kornea Sensibilitas Divisi Maksila Refleks masseter Sensibilitas Divisi Mandibula Sensibilitas

NormalTidak dinilai

Normaltidak dinilai

Tidak dinilai

Normal Tiidak dinilai

NormalTidak dinilai

Tidak dinilai

N. VI (N. Abduscen)KananKiri

Gerakan mata lateralNormalNormal

Sikap bulbusNormalNormal

DiplopiaTidak ada Tidak ada

N. VII (N. Facialis)Kanan Kiri

Raut wajahTidak simetrisNormal

Sekresi air mataNormal Normal

Fisura palpebraSulit ditutup Normal

Menggerakkan dahiDahi tidak mengerutNormal

Menutup mataSulit Normal

Mencibir/bersiulSulitNormal

Memperlihatkan gigiSulit Normal

Sensasi lidah 2/3 depanNormal Normal

HiperakusisTidak ada Tidak ada

N. VIII (N. Vestibulocochlearis)Kanan Kiri

Suara berbisikNormalNormal

Detik arlojiNormalNormal

Renne testTidak dinilaiTidak dinilai

Scwabach testTidak dinilaiTidak dinilai

Webber test : Memanjang MemendekTidak dinilaiTidak dinilaiTidak dinilaiTidak dinilaiTidak dinilaiTidak dinilai

Nistagmus : Pendular Vertikal SiklikalTidak adaTidak adaTidak adaTidak adaTidak adaTidak ada

N. IX (N. Glossopharingeus)Kanan Kiri

Sensasi lidah 1/3 belakangNormalNormal

Refleks muntah/Gag reflekNormalNormal

N. X (N. Vagus)KananKiri

Arkus faringNormal Normal

UvulaNormal Normal

MenelanNormalNormal

ArtikulasiNormal Normal

SuaraNormal Normal

Nadi--

N. XI (N. Assesorius)KananKiri

Menoleh ke kanan NormalNormal

Menoleh ke kiriNormalNormal

Mengangkat bahu ke kananNormalNormal

Mengangkat bahu ke kiriNormalNormal

N. XII (N. Hipoglossus)KananKiri

Kedudukan lidah di dalamNormalNormal

Kedudukan lidah dijulurkanNormal Normal

TremorTidak adaTidak ada

FasikulasiTidak adaTidak ada

AtrofiTidak adaTidak ada

D. Pemeriksaan KoordinasiCara berjalanTidak dinilaiTidak dinilai

Romberg testTidak dinilaiTidak dinilai

AtaksiaTidak dinilaiTidak dinilai

Rebound phenomenTidak dinilaiTidak dinilai

Tes tumit-lututTidak dinilaiTidak dinilai

E. Pemeriksaan Fungsi MotorikA. Berdiri dan BerjalanKanan Kiri

Gerakan spontanNormal (ekstremitas atas)Normal (ektremitas atas)

TremorTidak adaTidak ada

AtetosisTidak adaTidak ada

MioklonikTidak adaTidak ada

KhoreaTidak adaTidak ada

Ekstremitas SuperiorInferior

Kanan Kiri KananKiri

Gerakan NormalNormal NormalNormal

Kekuatan 555555555555

Trofi NormotrofiNormotrofiNormotrofi Normotrofi

Tonus NormotonusNormotonusNormotonusnormotonus

F. Pemeriksaan SensibilitasSensibilitas taktilNormal

Sensibilitas nyeriNormal

Sensibilitas termisTidak dinilai

Sensibilitas kortikalTidak dinilai

Stereognosis Tidak dinilai

Pengenalan 2 titikTidak dilakukan

Pengenalan rabaanTidak dilakukan

G. Sistem RefleksRefleks FisiologisKanan Kiri

Kornea Normal Normal

Berbangkis Normal Normal

Laring Tidak dinilaiTidak dinilai

Masseter Normal Normal

Dinding perut

Atas NormalNormal

Bawah Normal Normal

Tengah Normal Normal

Biseps NormalNormal

Triseps NormalNormal

APRNormalNormal

KPRNormalNormal

Bulbokavernosus--

Kremaster -

Sfingter Normal

Refleks PatologisKananKiri

Lengan

Hoffman-TromnerNegatifNegatif

Tungkai

BabinskiNegatif Negatif

Chaddoks Negatif Negatif

Oppenheim N Negatif Negatif

Gordon Negatif Negatif

Schaeffer NegatifNegatif

Klonus kakiNegatifNegatif

3. Fungsi Otonom Miksi: Normal Defekasi: Normal Sekresi keringat: Normal 4. Fungsi LuhurKesadaranTanda Demensia

Reaksi bicaraNormal Reflek glabellaTidak ada

Fungsi intelekNormal Reflek snoutTidak ada

Reaksi emosiNormal Reflek menghisapTidak ada

Reflek memegangTidak ada

Refleks palmomentalTidak ada

B. PEMERIKSAAN LABORATORIUM(Tidak dilakukan)C. MASALAHDiagnosis Diagnosis Klinis: Bells palsy dextra Diagnosis Topik: Saraf motorik NVII perifer dengan paralisis motorik dan prosessus stylomastoideus Diagnosis Etiologi: Proses inflamasi Diagnosis Sekunder :-

RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG MRITERAPIMedikamentosaMetil prednisolon tab. 3 x 16 mg (tapering off)Mecobalamin tab. 3 x 500 gPROGNOSISQuo ad vitam: Dubia ad bonamQuo ad functionam: Dubia ad malamQuo Ad Sanationam: Dubia

BAB IVPEMBAHASAN

Telah dilaporkan seorang pasien, perempuan usia 12 tahun dengan keluhan utama mulut tertarik ke kanan sejak 1 hari SMRS.

Diagnosis bells palsyBells Palsy adalah suatu paralisis Lower Motor Neuron (LMN) yang bersifat akut, perifer, unilateral, yang pada 80-90% kasus dapat hilang sendiri seiring berjalannya waktu. Penyebabnya tidak diketahui (idiopatik) diduga mekanisme inflamasi terjadi pada nervus fasialis yang melewati kanalis fasialis sehingga menyebabkan kompresi dan demielinisasi pada akson dan berkurangnya aliran darah pada neuron. Penelitian terbaru menyebutkan adanya infeksi virus diduga sebagai penyebab Bells palsy, di mana ditemukan serologi positif untuk virus herpes simpleks (HSV) pada 20-79% pasien Bells palsy. Pasien mengalami kelumpuhan perifer nervus fasialis dan bukan kelumpuhan sentral karena pada kelumpuhan perifer yang melibatkan nukleus, semua otot fasial ipsilateral mengalami kelumpuhan. Pada lesi sentral, persarafan otot frontalis tetap utuh karena persarafan supranuklear terletak pada kedua hemisfer cerebri. Menurut kriteria House-Brackmann, pasien termasuk dalam grade IV disfungsi sedang-berat karena wajah tampak asimetris saat inspeksi, kerutan dahi tidak ada dan mata tidak bisa menutup (incomplete eye closure).Kelumpuhan saraf fasialis pada pasien ini masih dalam fase akut, yaitu terjadi sejak 1 hari sebelum datang ke rumah sakit. Pemeriksaan fisik telinga, hidung dan tenggorok serta pemeriksaan lokalis pada daerah wajah, tidak ditemukan kelainan. Setiap pasien dengan kelumpuhan saraf fasialis seharusnya menjalani pemeriksaan THT yang lengkap seperti pemeriksaan otoskopi, pemeriksaan massa pada parotis dan pemeriksaan audiologi untuk menentukan fungsi dari N.VII dan N.VIII. Bila terdapat kelainan pada pemeriksaan audiometri, maka dianjurkan pemeriksaan Auditory Brainstem Response (ABR) atau Magnetic Resonance Imaging (MRI).Pemeriksaan optalmologi terutama dilakukan bila terdapat lagoftalmus pada mata sisi yang lumpuh. Bertujuan untuk menentukan tingkat lagoftalmus sehingga dapat diperkirakan kesanggupan kelopak mata dalam melindungi kornea. Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan opthalmologi karena tidak terdapat lagoftalmus, namun mata pasien tidak dapat menutup sempurna sehingga resiko terjadinya keratitis atau ulkus kornea dapat terjadi. Pemeriksaan MRI dilakukan pada kasus yang kita curigai suatu neoplasma tulang temporal, tumor otak, tumor parotis atau untuk mengevaluasi multiple sklerosis.Lokasi kerusakan saraf fasialis pada pasien ini setinggi foramen stilomastoideus, dimana pada pasien hanya terjadi gangguan motorik saja, tidak terdapat gangguan fungsi lakrimasi pada mata kanan pasien. Pada tes gustometri tidak ditemukan abnormalitas pengecapan pada lidah sisi kanan. Pemberian kortikosteroid dapat mempercepat penyembuhan, dan perlu tappering off untuk penggunaan steroid supaya tidak memunculkan withdrawal syndrome. pasien juga diberi mecobalamin sebagai neuroprotektor dan memperbaikan serabut mielin. Obat antiviral dapat diberikan apabila memang ada arah kecurigaan terjadinya infeksi virus, studi membuktikan bahwa untuk pasien penderita Bells palsy yang mendapatkan terapi antivirus disertai dengan steroid pada masa akut (