bab ii refisi bu wiwid editan2 (1)
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Geligi Tiruan Lengkap Lepasan
1. Pengertian Geligi Tiruan Lengkap Lepasan
Menurut Kenneth J. Anusavice (2004)
Gigi tiruan lengkap didefinisikan sebagai protesa gigi lepasan yang
dimaksudkan untuk menggantikan permukaan pengunyahan dan struktur-
struktur yang menyertainya dari suatu lengkung rahang atas dan rahang
bawah. Protesa tersebut terdiri dari gigi-gigi tiruan yang dilekatkan pada basis
protesa.
Menurut Nora Lelyana (2009)
Geligi tiruan lengkap lepasan adalah gigi tiruan yang menggantikan
seluruh gigi yang hilang serta jaringan pendukung sekitarnya dan dapat
dipasang dan dilepas sendiri oleh pasien. Diperuntukkan bagi pasien dengan
kehilangan seluruh gigi.
Menurut Stanley Jablonski
Gigi tiruan lengkap adalah suatu prostesa gigi yang menggantikan
seluruh gigi asli dan strukturnya baik rahang bawah maupun rahang atas,
yang didukung oleh jaringan, termasuk jaringan mukosa, jaringan ikat dan
tulang.
2. Tujuan Pembuatan Geligi Tiruan Lengkap Lepasan
Tujuan dari pembuatan geligi tiruan lengkap lepasan adalah :
a. Merestorasi fungsi mastikasi.
5
6
b. Memperbaiki fungsi estetik.
c. Mengoreksi gangguan bicara yang diakibatkan oleh kehilangan gigi
dengan memperhatikan fonetik.
d. Melaksanakan tiga hal tersebut agar pasien merasa nyaman.
(Itjingningsih, 1991)
3. Indikasi Pembuatan Geligi Tiruan Lengkap Lepasan
Indikasi pebuatan gigi tiruan lengkap lepasan adalah sebagai berikut:
a. Individu yang seluruh giginya telah tanggal atau dicabut.
b. Individu yang masih mempunyai beberapa gigi yang harus dicabut
karena kerusakan gigi yang masih ada tidak mungkin diperbaiki
4. Komponen Geligi Tiruan Lengkap Lepasan
Gambar 1. Gigi Tiruan Lengkap Lepasan
[Diambil dari : Hayakawa, Iwao “Principles and Practices of Complete Dentures”, Quintessence
Publishing Co., Tokyo, Hal. 222]
Basis Gigi Tiruan
Elemen Gigi
7
Komponen GTLL terdiri atas basis dan elemen gigi tiruan.
a. Basis GTLL
Basis atau plat GTLL merupakan dasar atau kerangka dari suatu
GTLL. Basis diperpanjang hingga mencapai vestibulum, bagian ini
disebut dengan sayap GTLL (Itjingningsih, 1991).
Basis gigi tiruan adalah bagian dari gigi tiruan yang bersandar
pada jaringan lunak rongga mulut sekaligus sebagai tempat
melekatnya anasir gigi tiruan dan sebagai pendukung jaringan lunak di
sekitar gigi (JF. McCube, 2004). Basis gigi tiruan memperoleh
dukungan melalui kontak yang erat dengan jaringan mulut
dibawahnya.
Basis gigi tiruan dapat terbuat dari bahan logam maupun non
logam (plastik/resin). Adapun persyaratan bahan basis gigi tiruan yang
ideal untuk pembuatan basis gigi tiruan adalah:
1) Tidak toksis dan tidak mengiritasi
2) Tidak terpengaruh oleh cairan mulut: tidak larut dan tidak
mengabsorbsi
3) Mempunyai sifat-sifat yang memadai, antara lain:
a) Modulus elastisitas tinggi
b) Proportional limit tinggi: tidak mudah mengalami perubahan
secara permanen jika menerima tekanan
c) Kekuatan transversal tinggi
d) Kekuatan impak tinggi: basis gigi tiruan tidak mudah pecah
apabila terjatuh
8
e) Kekuatan fatique tinggi
f) Abration resistance dan kekerasan yang baik
g) Konduktivitas termal yang baik
h) Density rendah: untuk membantu retensi gigi tiruan pada
rahang atas
4) Estetis dan stabilitas warna cukup baik
5) Serta memenuhi hal-hal lain yang menjadi pertimbangan antara
lain:
a) Radiopak
b) Mudah dimanipulasi dan direparasi
c) Tidak mengalami perubahan dimensi
d) Mudah dibersihkan
e) Bahan murah dan mudah didapat
f) Tahan terhadap bakteri
(Tony Johnson, 2012)
Pada tahun 1940-an, sebagian besar basis gigi tiruan dibuat
menggunakan resin polimetil metakrilat (PMMA) atau resin akrilik.
Resin akrilik murni tidak berwarna, transparan dan padat. Untuk
mempermudah penggunaannya dalam kedokteran gigi, polimer
diwarnai untuk mendapatkan warna dan derajat kebeningan. Warna
dan sifat optik resin akrilik ini tetap stabil dibawah kondisi rongga
mulut yang normal, dan sifat-sifat fisiknya telah terbukti sesuai
untuk aplikasi kedokteran gigi (Kenneth, 2004).
9
Terdapat 2 jenis resin akrilik yaitu self curing acrylic dan heat
curing acrylic. Dalam pembuatan basis gigi tiruan, bahan resin
akrilik yang biasa digunakan adalah heat curing acrylic. Sebab heat
curing acrylic memiliki kekuatan dan kestabilan warna lebih kuat
dibandingkan dengan self curing acrylic. Serta, kemungkinan
terjadinya porositas pada bahan heat curing acrylic lebih kecil
dibandingkan bahan self curing acrylic.
Gambar 2. Self Curing Acrylic Resin
Gambar 3. Heat Curing Acrylic Resin
10
Heat curing acrylic merupakan jenis resin akrilik yang
teraktivasi atau berpolimerisasi dengan panas yang berasal dari
energi termal dengan menggunakan perendaman air.
1) Keuntungan penggunaan bahan basis gigi tiruan heat curing
acrylic adalah sebagai berikut :
a) Cukup kuat untuk kasus dengan beban kunyah yang normal
b) Harga relatif murah
c) Proses pembuatan mudah
d) Menggunakan perlekatan sederhana
e) Warna stabil
f) Mudah diproses dan mudah dipoles
g) Mudah untuk direparasi
2) Kerugian penggunaan bahan basis gigi tiruan heat curing acrylic
adalah sebagai beriku :
a) Mudah fraktur
b) Daya penghantar panas yang rendah
c) Tidak tahan abrasi
(Thumati, Essentials of prosthodontics)
b. Elemen Gigi Tiruan
Elemen gigi tiruan yang biasa digunakan dalam pembuatan gigi
tiruaan lengkap lepasan bermacam-macam bentuk, warna, ukuran,
dan bahannya. Pemilihan elemen gigi ini berdasarkan permintaan
dokter, dengan warna, bentuk, ukuran, dan bahan yang telah
11
disesuaikan dengan kondisi dan keadaan gigi-geligi asli pasien
sebelumnya.
Elemen gigi yang digunakan dalam pembuatan geligi tiruan
lengkap lepasan biasanya terbuat dari bahan akrilik resin, yang sudah
ready to use (sudah siap pakai/buatan pabrik). Untuk memenuhi
faktor estetik, pemilihan warna gigi harus benar-benar sesuai dengan
gigi asli pasien sebelumnya. Dengan menggunakan shade guide,
untuk menentukan ukuran dan warna gigi yang sesuai.
Gambar 4. Shade guaide
B. Oklusi
Oklusi merupakan salah satu faktor yang umumnya dibahas pada semua
cabang ilmu kedokteran gigi. Istilah ini biasa digunakan untuk menggambarkan
kontak antara gigi pada rahang atas dan rahang bawah.
12
Susunan gigi-geligi pada suatu gigi tiruan haruslah harmonis dengan fungsi
mandibula yang dinamis.
1. Pengertian Oklusi
Menurut Hamish Thomson (2007)
Oklusi adalah kontak antara gigi-geligi yang saling berantagonis tanpa
diperantarai oleh makanan atau benda lain.
Menurut Charles Brecker
(Clinical procedures of oclussion rehabilitation)
Oklusi adalah kontak antara gigi-geligi atas dan bawah pada setiap posisi
dan pergerakan mandibula.
Menurut Okeson J.P (1985)
Oklusi adalah hubungan kontak antara gigi-gigi rahang atas dan gigi-gigi
rahang bawah selama condyle mandibula melakukan pergerakan sentrik
maupun eksentrik didalam mandibular fossa.
2. Jenis-jenis Oklusi
Suatu protesa geligi tiruan lengkap lepasan yang cekat pada saat
digunakan dalam proses pengunyahan, merupakan hal yang sangat
didambakan oleh setiap pasien yang memakai protesa tersebut. Faktor
yang ikut berperan dalam mencapai kestabilan suatu geligi tiruan adalah
keseimbangan oklusi. Bila tidak dicapai suatu oklusi yang seimbang,
maka dapat terjadi pergerakan dari gigi tiruan tersebut pada saat
digunakan.
Berdasarkan kondisi pada saat gigi-gigi berkontak, terdapat
beberapa macam oklusi, yaitu :
13
a. Oklusi Sentris
Oklusi sentris adalah hubungan kontak maksimal dari gigi-gigi di
rahang atas dan rahang bawah pada saat rahang bawah (mandibula)
dalam keadaan relasi sentrik.
Relasi sentrik adalah hubungan rahang bawah dengan rahang atas
yang kedua kepala sendi/ condyle pada keadaan paling dorsal /
kebelakang dalam cekungan sendi / glenoid fossa tanpa mengurangi
kebebasannya untuk bergerak ke lateral.
b. Oklusi Eksentris
Oklusi eksentris adalah kontak antara gigi-gigi di rahang atas dan
rahang bawah di mana gigi-gigi pada rahang bawah mengadakan
gerakan / gesekan ke depan, ke belakang, ke sisi kiri dan kanan atau
ke lateral
(Gunadi, 1995)
3. Konsep Dasar oklusi
Menurut Edward Angel (1899) terdapat tiga macam konsep dasar
dari oklusi, yaitu :
a. Konsep oklusi seimbang (balanced occlusion) yang menyatakan
bahwa suatu oklusi yang baik atau normal, apabila hubungan
kontak antara gigi-gigi rahang bawah dan gigi-gigi rahang atas
memberikan tekanan yang seimbang pada kedua sisi rahang,
selama rahang bawah melakukan pergerakan sentrik maupun
eksentrik.
14
Konsep ini sering digunakan pada pembuatan gigi tiruan.
Berdasarkan hasil pengamatan suatu gigi tiruan lengkap akan
stabil, bila terdapat keseimbangan kontak oklusal antara gigi- geligi
pada sisi kiri dan sisi kanan (kontak bilateral) selama rahang bawah
melakukan pergerakan. Walaupun keadaan seimbang semacam ini
ternyata tidak pernah ditemukan pada gigi geligi asli, tetapi fungsi
kunyah tetap berlangsung dengan baik.
b. Konsep oklusi morfologik (morphologic occlusion), yang
menyatakan bahwa oklusi dikatakan baik atau normal bila posisi
gigi-gigi rahang atas dan gigi-gigi rahang bawah dalam hubungan
tidak maloklusi.
Maloklusi adalah hubungan antara gigi-gigi rahang atas dan
gigi-gigi rahang bawah dalam oklusi yang tidak normal/salah.
Konsep ini biasa digunakan dalam bidang perawatan
ortodontik (Gerald M.C., 1972).
c. Konsep oklusi dinamis/fungsional (dynamic/fungtional), yang
menyatakan bahwa oklusi dikatakan baik atau normal bila ada
keserasiaan hubungan antara komponen-komponen dalam sistem
pengunyahan pada saat berfungsi.
Komponen-komponen ini terdiri dari gigi-gigi dan jaringan
penyangganya, otot-otot mastikasi dan sistem neuromaskularnya
serta sendi temporo-mandibula. Bila semua struktur tersebut dalam
keadaan sehat dan mampu menjalankan fungsinya dengan baik,
maka oklusi tersebut dikatakan normal (Gunadi, 1995)
15
C. Pengertian Ketidakharmonisan Oklusi/ Oklusi Yang Tidak Harmonis
Ketidakharmonisan oklusi/oklusi yang tidak harmonis adalah hubungan
kontak gigi-gigi rahang atas dan gigi-gigi rahang bawah dalam keadaan tidak
normal/salah.
Ketidakharmonisan oklusi pada gigi tiruan terjadi karena adanya perubahan-
perubahan yang terjadi pada saat proses pembuatan gigi tiruan tersebut.
Ketidakharmonisan oklusi pada gigi tiruan akan menimbulkan penyimpangan
kontak oklusi, yang dapat menghalangi gerakan mulus yang seharusnya
berlangsung antara gigi-geligi berantagonis. Kemudian pada tahap berikutnya, hal
ini dapat menimbulkan penyimpangan pola gerak rahang bawah dari keadaan
yang normal, karena ketika seseorang mengalami hambatan oklusi seperti ini akan
selalu menghindar dan mencari pola gerak yang baru dan dirasakan lebih nyaman.
Keadaan ini memacu terjadinya gangguaan pada fungsi gerak penutupan, dan
gerak pada sisi kerja maupun non kerja. Pada akhirnya gangguan ini akan
mengakibatkan terjadinya kegiatan para-fungsional seperti menggertak-gertakkan
gigi (clenching) atau bruxism. Dan pada tahap berikutnya dapat pula terjadi
disfungsi sendi temporo-mandibula (Gunadi, 1995).
D. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Oklusi Yang Tidak Harmonis pada
Proses Laboratoris dalam Pembuatan Geligi Tiruan Lengkap Lepasan
Ketidakharmonisan oklusi atau oklusi yang tidak harmonis dapat terjadi dari
beberapa faktor kesalahan pada tahap yang dilakukan dalam proses pembuatan
gigi tiruan itu sendiri. Baik itu tahap klinik maupun tahap laboratoris.
16
Terjadinya ketidakharmonisan oklusi pada tahap laboratoris adalah akibat
dari kesalahan teknik laboratoris yang kurang baik, dimana dapat menimbulkan
pergerakan gigi atau peningkatan dalam dimensi vertikal oklusal gigi tiruan.
Beberapa faktor kesalahan ini adalah (Basker, 2002):
1. Tekanan pada saat packing yang berlebihan, mengakibatkan gigi tiruan
terdorong ke dalam bahan tanam gips. Penyebabnya adalah:
a. Jika pada prosedur packing, adonan akrilik sudah melewati stadium
dough stage. Sehingga menimbulkan perlawanan yang lebih besar
ketika flask ditutup. Maka, untuk menyatukan kedua bagian flask
tersebut diperlukan tekanan yang besar.
b. Penambahan tekanan yang dilakukan secara mendadak pada saat
kedua bagian flask ditutup terlalu cepat.
(kesalahan ini ditemukan pada prosedur packing dilakukan)
2. Tekanan normal pada saat prosedur packing dilakukan dapat memecahkan
gips sehingga menyebabkan terjadinya pergerakan gigi, ketika lapisan
gips melemah sebagai akibat dari:
a. Porositas dalam campuran gips
b. Perbandingan penggunaan powder/water yang tidak tepat
c. Karena ketebalan gips antara dinding flask dan elemen gigi tiruan
kurang memadai
(Hal ini terjadi pada prosedur packing akibat dari kesalahan pada
prosedur sebelumnya yaitu flasking)
17
3. Jika tekanan pada flask dilepas selama siklus curing maka kedua bagian
flask tersebut dapat terpisah, sehingga dimensi vertikal gigi tiruan lengkap
tersebut bertambah. (Kesalahan ini terjadi pada prosedur curing)
4. Jika kedua bagian flask dipisahkan oleh lapisan akrilik yang seharusnya
dibuang ketika trial closure dilakukan. Kelebihan akrilik ini akan
mengakibatkan dimensi vertikal gigi tiruan bertambah tinggi. (Kesalahan
ini terjadi pada saat prosedur curing dilakukan sebagai akibat dari
kesalahan pada prosedur packing)
Gambar 5. Faktor-faktor laboratoris yang merupakan penyebab kesalahan oklusi
[Diambil dari: Basker R.M. dan J.C Davenport “Prosthetic Treatment of the Edentulous Patient,
Fourth Edition”, Blackwell, Hal. 243]
Setiap prosedur mempunyai kemungkinan kesalahan yang sama dimana
mungkin tidak dapat terlihat sampai gigi tiruan dipasang didalam mulut pasien
(Thumati, Essentials of prosthodontics).
18
E. Prosedur Pembuatan Geligi Tiruan Lengkap Lepasan
Dalam pembuatan geligi tiruan lengkap lepasan terdiri dari beberapa proses
baik proses yang dilakukan oleh dokter gigi (klinis) maupun yang dilakukan oleh
teknisi gigi (laboratoris). Prosedur pembuatan geligi tiruan lengkap lepasan yang
dilakukan di laboratorium teknik gigi, antara lain :
1. Pembuatan sendok cetak pribadi atau perseorangan
Setelah mendapatkan cetakan awal yang biasa disebut study model,
dimana kita akan mempelajari masalah yang mungkin terjadi selama
pembuatan gigi tiruan dan digunakan sebagai penunjang diagnostik. Pada
study model, kita membuat sendok cetak pribadi pasien yang akan dipakai
untuk mendapatkan cetakan akhir. Kegunaan dari sendok cetak pribadi adalah
untuk mencetak bentuk anatomis sekitar jaringan pendukung dari rongga
mulut. (itjingningsih, 1991).
Gambar 6. Sendok cetak perseorangan
19
2. Membuat Model Kerja
Setelah menerima cetakan rahang dari dokter gigi, sebaiknya sebelum
cetakan dicor dengan stone/gips dibuat dinding dari lembaran malam pada
sekeliling cetakan untuk mengamankan bentuk tepi cetakan yang disebut
boxing. Maksud dilakukannya boxing ini ialah untuk membatasi dental stone
agar mepermudah pekerjaan pengecoran gips atau dental stone dan juga
membantu model stone agar bentuk perifer (batas tepi) tetap ada
(Itjingningsih, 1996).
20
Gambar 7. Boxing
3. Membuat Desain Gigi Tiruan
Dalam membuat desain gigi tiruan lengkap lepasan pada model kerja
yang harus diperhatikan adalah :
a. Garis tengah model rahang atas dan rahang bawah.
Untuk mendapat garis tengah pada model, ada 3 titik sebagai
patokan tetap. Apabila ke 3 titik tersebut dihubungkan akan diperoleh 1
garis. Pembuatan garis tengah pada rahang atas dan bawah yaitu :
21
1) Garis tengah model rahang atas dibuat denga menarik garis melalui
titik-titik :
a) Frenulum labia atas
b) Titik pertemuan rugae palatinus kiri dan kanan
c) Titik tengah antara ke 2 fovea palatinus
2) Garis tengah model rahang bawah dibuat dengan menarik garis
melalu titik-titik :
a) Frenulum labial bawah
b) Titik tengah rahang bawah
c) Frenulum lingual
b. Garis puncak linggir
Garis pada puncak linggir pada model kerja sangat penting sekali
karena pada waktu menyusun gigi, pedoman kita yaitu gigi-geligi harus
terletak di atas puncak linggir, bila tidak maka pada saat artikulasi gigi
tiruan akan lepas yang disebabkan karena daya kunyah tidak jatuh pada
puncak linggir. Pembuatan garis puncak linggir rahang atas dan rahang
bawah adalah :
1) Puncak linggir pada modelrahang atas dibuat melalui titik-titik :
a) Titik kaninus rahang atas
b) Titik hamular notch/lekukan pterygo maxillaris
c) Titik pertemuan puncak linggir anterior dengan garis tengah
2) Puncak linggir pada model rahang bawah dibuat melalui titik-titik :
a) Titik kaninus rahang bawah
b) Titik retromolar pad
22
c) Titik pertemuan puncak linggir anterior dengan garis tengah.
Letakkan penggaris diatas antara ke 2 titik tersebut kemudian
dihubungkan dan tarik garis sampai kebagian tepi model kerja.
Gambar 8. Garis tengah dan garis puncak ridge pada model kerja RA dan RB
(Itjingningsih, 1996)
4. Pembuatan Landasan dan Galangan Gigit dari wax/malam (occlusal bite rim)
Pengertian landasan gigit (base plate/record base/temporary base/trial
base) adalah suatu bentukan sementara yang mewakili bentukan basisi gigi
tiruan, digunakan untuk pencatatan relasi maksilomandibular (penetapan
gigit), penyusunan anasir gigi tiruan ataupun pasang coba basis gigi tiruan
dalam mulut. Sedangkan galangan gigit (occlusion rims/bite rims) merupakan
suatu permukaan oklusal yang dibuat pada basis sementara atau permanen
gigi tiruan dan berguna untuk pencatatan relasi maksilomandibular dan
penyusunan anasir gigi.
23
Galangan gigit dibuat agar dokter gigi dapat melakukan penentuan
gigitan, yaitu letak gigitan dan tinggi gigitan (oklusi sentrik, relasi sentrik,
dan dimensi vertikal oklusi) sehingga pada saat teknisi gigi melakukan
penyusunan elemen gigi dengan berpedoman pada galangan gigit tersebut.
5. Menentukan Dimensi Vertikal
Model kerja yang telah didesain beserta galangan gigit malam,
dikembalikan ke klinik untuk di uji cobakan kepada pasien oleh dokter gigi.
Tujuannya adalah untuk menentukan dimensi vertikal dan mendapatkan
dukungan bibir dan pipi pasien, serta wajah pasien harus tampak wajar saat
galangan gigit digunakan.
6. Pemasangan Model Kerja pada Artikulator
Untuk memungkinkan pekerjaan laboratoris dapat dilanjutkan tanpa
hadirnya penderita, maka model rahang dipasang pada sebuah alat yang dapat
memegang model tersebut dalam keadaan oklusi seperti halnya didalam
mulut pasien. Alat tersebut dinamakan Artikulator. (Itjingningsih, 1980)
Sebelumnya teknisi gigi membuat garis atau lekukan pengontrolan pada
basis model kerja. Dimana garis atau lekukan ini digunakan sebagai acuan
untuk meletakkan kembali gigi tiruan lengkap lepasan yang telah selesai
diproses pada artikulator, yang sesuai dengan keadaan model kerja pada saat
penyusunan gigi atau sebelum gigi tiruan lengkap lepasan diproses
menggunakan bahan akrilik.
24
Gambar 9. Pemasangan model kerja pada artikulator
7. Pemilihan gigi
Tahap pemilihan gigi sangat berpengaruh pada masalah estetika,
beberapa hal yang perlu mendapat perhatian pada saat pemilihan gigi, yaitu :
a. Bentuk wajah dan rahang
b. Jenis kelamin
c. Perbedaan warna dan kehausan gigi
d. Bahan gigi tiruan
8. Penyusunan Gigi
Penyusunan gigi dilakukan secara bertahap yaitu, menyusun gigi
anterior atas, gigi anterior bawah, gigi posterior atas, gigi M-1 bawah dan gigi
posterior bawah lainnya. Menurut Itjingningsih, (1996), setiap gigi
mempunyai 2 macam kecondongan/inklinasi, yaitu :
1. Inklinasi mesio-distal
2. Inklinasi anterior-posterior atau inklinasi labio/bukopalatal/lingual
sesuai dengan kecondongan tanggul gigitan. Bila telalu ke labial, akan
25
tampak penuh dan apabila terlalu ke palatal akan tampak
ompong/kosong.
Untuk mempermudah penyusunan gigi, gambaran lengkung puncak
linggir rahang dipindahkan ke meja artikulator, dan insisal edge gigi anterior
atas menyentuh lengkung pada meja artikulator saat penyusunan gigi.
Tahap-tahap penyusunan gigi anterior rahang atas sebagai berikut :
a. Pertama-tama potong tanggul gigitan malam secukupnya untuk
penempatan gigi I-1 atas, dengan memperhatikan inklinasi mesio-distal
yang membentuk sudut 95º dengan bidang oklusal dan inklinasi anterior
posteriornya. Tepo insisal sedikit masuk ke palatal untuk memberi
dukungan pada bibir serta apabila dilihat dari bidang oklusal, tepi insisal
terletak di atas linggir rahang.
b. Selanjutnya potong kembali tanggul gigitan untuk menempatkan gigi I-2
atas, inklinasi mesio-distal untuk gigi ini membentuk sudut 80º dengan
bidang oklusal. Bagian servikal lebih ke palatal, jika dilihat dari bidang
oklusal tepi insisal terletak di atas linggir rahang.
c. Kemudian untuk gigi C artas hampir sama dengan gigi I-1 atas, yaitu
inklinasi mesio-distal membentuk sudut 95º. Inklinasi anterior-posterior
bagian servikal tampak lebih menonjol dan ujung cusp lebih ke palatal
dan menyentuh meja artikulator. Jika dilihat dari bidang oklusal ujung
cusp terletak di atas linggir rahang.
Setelah selesai menyusun gigi anterior atas, selanjutnya menyusun gigi
anterior bawah dengan menyesuikan gigi anterior atas yang telah disusun dan
26
memenuhi estetika serta fungsinya. Posisi gigi anterior atas dan bawah harus
diberi jarak vertikal/overbite dan jarak horisontal/overjet secukupnya untuk
menyesuaikan dengan tinggi tonjolan/cusp gigi posterior. Gigi anterior bawah
akan membentuk sudut dengan bidang horisontal yang disebut insisal/insisal
guidance. Besarnya sudut ini harus sesuai dengan kecondongan meja insisal
pada artikulator.
Tahapan penyusunan gigi anterior bawah :
a. Pertama yang akan disusun adalah gigi I-1 bawah. Dengan memotong
tanggul gigitan malam secukupnya, kemudian gigi I-1 bawah diletakkan
dengan memperhatikan inklinasi mesio-distal dengan membentuk sudut
85º, dengan bidang oklusal dan tepi insisal 1-2 mm di atas bidang
oklusal. Inklinasi anterior-posterior bagian servikallebih ke arah lingual,
serta jika dilihat dari bidang oklusal tepi insisal terletak di atas linggir
rahang.
b. Untuk menyusun gigi I-2 bawah, dengan memotong tanggul gigitan
malam secukupnya. Lalu letakkan gigi I-2 bawah dengan memperhatikan
inklinasi mesio-distal yang membentuk sudut 80º dengan bidang oklusal
dan tepi insisal 1 mm di ats bidang oklusal.
c. Kemudian untuk menyusun gigi C bawah, juga memotong tanggul
gigitan malam secukupnya untuk menempatkan giginya. Inklinasi mesio-
distal paling condong/miring, garis luar distalnya tegak lurus dengan
bidang oklusal. Inklinasi anterior-posterior lebih condong kearah
lingual/bagian servikal menonjol serta apabila dilihat dari bidang oklusal
27
ujung cusp terletak di ats linggir rahang, bagian kontak distal berhimpit
dengan garis linggir posterior.
Setiap menyusun gigi bawah, selalu kita periksa kembali artikulasi
anterior dan lateral dengan menggerakkan bagian atas/upper
memberartikulator ke posterior dan ke lateral dimana akan terlihat tepi-tepi
insisal saling menyentuh.
Setelah penyusunan gigi anterior atas dan bawah selesai, lalu
diserahkan ke dokter gigi untuk dicoba kepada pasien. Jika tidak ada masalah,
maka diserahkan kembali ke tekniker untuk menyusun gigi posterior rahang
atas dan bawah. Sebelum menyusun gigi posterior, dibuatkan goresan garis
linggir di bagian oklusal galangan gigit malam yang sejajar dengan garis
linggir pada dasar model.
Untuk penyusunan gigi posterior atas harus disusun sedemikuan
sehingga terbentuk lengkung/kurva dari spee kearaah anterior posterior dan
kurva dari wilson kearah lateral kiri dan kanan.
Gigi posterior rahang atas harus disusun dengan cusp-cuspnya
membentuk kurva anterior posterior dan kurva lateral yang disebut kurva
bidang oklusi. Agar berada dalam hubungan yang tepat dengan gigi
lawannya, tidak hanya saat oklusi sentris tetapi juga saat pergerakan lateral
dari rahang bawah selam fungsi pengunyahan terjadi.
Tahapan penyusunan gigi posterior rahang atas sebagai berikut :
28
a. Gigi P-1 atas ditempatkan pada potongan tanggul gigitan malam.
Perhatikan inklinasi mesio-distal harus tegak lurus bidang oklusi.
Inklinasi antero-posterior cusp bukal pada bidang oklusi dan cusp palatal
kira-kira 1 mm diatas bidang oklusi serta jika dilihat dari bidang groove
developmental, sentral terletak diatas linggir rahang.
b. Memotong tanggul gigitan malam untuk menempatkan gigi P-2 atas.
Perhatikan inklinasi mesio-distal, porosnya tegak lurus bidang oklusal,
inklinasi antero-posterior cusp bukal dan palatal terletak pada bidang
oklusal. Jika dilihat dari bidang oklusal developmental groove, sentralnya
terletak diatas linggir rahang.
c. Tanggul gigitan malam dipotong secukupnya untuk menempatkan gigi
M-1 rahang atas. Perhatikan inklinasi mesio-distal, porosnya lebih
condong ke distal. Serta inklinasi antero-posterior cusp-cuspnya terletak
pada bidang oblique dari kurva antero-posterior, yaitu cusp mesio-palatal
terletak pada bidang oklusi. Cusp mesio-bukal dan disto-palatal sama
tingginya kira-kira 1 mm diatas bidang oklusi. Jika dilihat dari bidang
oklusal cusp-cuspnya terletak pada kurva lateral, yaitu permukaan bukal
gigi C, P-1, P-2, cusp mesio-bukal gigi M-1 atas satu garis dengan
permuakaan fasial galangan gigit malam dan permukaan bukal gigi M-1
atas terletak pada bidang yang membentuk sudut dengan permukaan
fasial galangan gigit malam kira-kira 6º kearah palatl.
d. Sisa tanggul malam dipotong untuk memasang gigi M2 atas dengan
memperhatikan inklinasi mesio-distal, porosnya lebih condong ke distal.
Inklinasi antero-posterior. Cusp-cuspnya terletak pada bidang oblique
29
dari kurva anterior-posterior, serta jika dilihat dari bidang oklusal
permukaan bukal gigi M2 atas terletak pada kurva lateral.
Setelah selesai menyusun gigi posterior rahang atas, selanjutnya
menyusun gigi posterior rahang bawah.
Tahap penyusunan gigi posterior rahang bawah :
a. Tanggul gigitan malam dipotong secukupnya untuk menempatkan gigi
M-1 bawah. Dengan inklinasi mesio-distal, cusp mesio-bukal gigi M-1
atas berada di groove mesio-bukal gigi M-1 bawah. Pada inklinasi
antero-posterior, cusp bukal gigi geraham bawah berada di atas linggir
rahang.
b. Potong tanggul gigitan malam untuk menempatkan gigi P2 bawah.
Dengan memperhatikan inklinasi mesio-distal, porosnya berada tegak
lurus pada bidang oklusi, inklinasi antero-posteriornya berada diatas
linggir rahang.
c. Sisa tanggul gigitan malam dipotong untuk meletakkan gigi M-2 bawah.,
dengan inklinasi mesio-distal, inklinasi antero-posterior. Dan apabila
dilihat dari bidang oklusal, cusp bukal berada diatas linggir rahang.
d. Tanggul gigitan malam dipotong kembali untuk penempatan gigi P-1
bawah. Pada inklinasi mesio-distal, porosnya tegak lurus dengan bidang
oklusi. Sedangkan pada inklinasi antero-posterior, cusp bukalnya berada
di fosa sentral P-1 dan C rahang atas. Apabila dilihat dari bidang oklusal,
cusp bukalnya berada diatas linggir rahang
.
30
9. Wax counturing/waxing
Wax counturing/waxing adalah proses untuk membentuk kontur dari
basis gigi tiruan malam dan membentuk kontur di daerah sekitar elemen gigi
yang telah disusun dengan sedemikian rupa sehingga harmonis dengan otot-
otot orofasial penderita dan semirip mungkin dengan anatomis gusi serta
jaringan lunak mulut.
Gambar 10. Waxing/ wax counturing
10. Flasking
Proses flasking adalah proses menanam model kerja beserta gigi tiruan di
dalam kuvet dengan menggunakan bahan dental stone. Tujuan flasking adalah
untuk membentuk mold space, dimana mold space ini nantinya akan diisi
dengan bahan resin akrilik untuk membuat basis gigi tiruan.
Sebelumnya model kerja beserta gigi tiruan malam dicobakan di dalam
kuvet, untuk menentukan tingginya terhadap tinggi kuvet bagian bawah.
Kemudian, bagian atas kuvet dipasang pada tempatnya untuk memastikan
31
bahwa elemen gigi dari gigi tiruan malam ini tidak lebih tinggi dari tutup
kuvet tersebut. Harus terdapat jarak atau ruangan kira-kira sekitar 3 sampai 6
mm antara elemen gigi dan tutup kuvet. Pinggir model harus setinggi dinding
kuvet bagian bawah, untuk mencegah patahnya model pada saat kuvet dibuka
(George A. Zarb, )
11. Boiling out
Yang disebut proses boiling out yaitu menghilangkan semua pola
malam gigi tiruan dengan merebus kuvet di dalam air mendidih selama 5
menit. Setelah 5 menit, kuvet dikeluarkan dari panci kemudian kuvet dibuka
secara perlahan-lahan. Setelah kuvet atas dilepaskan dari kuvet bawah, maka
mold pada kuvet disiram dengan air panas sampai tidak ada lagi sisa-sisa wax.
Gambar 11. Mold space, setelah proses boiling out (A). RA dan (B). RB
[Diambil dari: Sarandha D.L, “Textbook of Complete Denture prosthetics”, Jaype, India, Hal. 127]
12. Packing
32
Packing adalah proses mencampur liquid (monomer) dengan powder
(polimer) resin akrilik, dengan perbandingan ratio sesuai petunjuk pabrik
(George A. Zarb,). Perbandingan ratio antara monomer dan polimer adalah
1:3 dalam satuan volume atau 1:2 dalam satuan berat. Prosedur packing ini
terdiri dari dua metode/cara yaitu dry method ialah cara mencampur liquid
dan powder langsung di dalam mold dan wet method ialah cara mencampur
liquid dan powder di luar mold apabila campuran ini sudah mencapai dough
stage itu artinya adonan tersebut siap untuk dimasukkan ke dalam mold
(Itjingningsih, 1996).
Setelah adonan dimasukkan ke dalam mold, kuvet dipress dengan
selembar plastik pemisah di antara kedua bagian kuvet hingga keduannya
hampir berkontak. Kemudian kuvet dibuka, akrilik yang berlebih dipotong
tepat di tepi gigi tiruan. Apabila ada bagian yang kurang maka diberi akrilik
tambahan pada bagian tersebut. Pengepresan kuvet dengan dilapisi selembar
plastik ini dilakukan sampai seluruh permukaan gigi tiruan benar-benar terisi
penuh dan tidak terdapat kelebihan akrilik lagi. Setelah itu kuvet di tutup
kembali tanpa adanya plastik pemisah, kemudian dipress kembali dengan
lebih kuat namun tidak maksimal. Hal ini memberi kemungkinan bagi akrilik
untuk memuai pada saat dimasak, dan akhirnya akan berkontraksi kembali
dalam keadaan masih tertekan (George A. Zarb,). Pada pengepresan akhir ini
kuvet harus benar-benar tertutup rapat antara bagian atas dan bagian bawah /
metal-to-metal (Nallaswamy, 2003).
33
Gambar 12. Trial closure pada rahang atas
[Diambil dari: Sarandha D.L, “Textbook of Complete Denture prosthetics”, Jaype, India, Hal. 127]
13. Curing
Proses curing adalah proses polimerisasi antara monomer dengan
polimernya bila dipanaskan atau ditambahkan dengan suatu zat lainnya.
Polimerisasi terdiri dari 2 cara:
a. Secara thermis yang disebut heat-curing
b. Secara khemis (dimana zat kimianya sudah ditambahkan ke dalam
monomer) yang disebut cold/self curing.
(Itjingningsih, 1996)
Proses curing secara thermis atau heat-curing dilakukan secara
bertahap dan tidak tiba-tiba.
14. Deflasking
Setelah proses curing selesai dilakukan, tunggu hingga kuvet dingin
dengan sendirinya sampai mencapai suhu kamar (Ellinger, 1975). Apabila
kuvet telah dingin, lakukan proses deflasking yaitu melepaskan geligi tiruan
resin akrilik dari flask dan bahan tanamnya.
34
15. Remounting
Proses remounting yaitu mengembalikan model kerja beserta geligi
tiruan akrilik pada artikulator. Dengan dilakukannya proses remounting,
perubahan pada hubungan oklusi yang mungkin terjadi selama proses
pembuatan geligi tiruan akrilik dapat dikoreksi (Heartwell, 1986).
Pada proses remounting ini, juga dilakukan proses selective grinding.
Selective grinding ialah proses memperbaiki permukaan oklusal gigi-geligi
dengan mengasahnya pada tempat-tempat terpilih sesuai dengan peraturan
yang berlaku (Itjingningsih, 1996).
16. Finishing dan Poleshing
Setelah didapatkan oklusi yang sesuai, dilakukan proses finishing geligi
tiruan yaitu penyelesaian gigi tiruan dengan menyempurnakan bentuk akhir
geligi tiruan, membuang sisa-sisa resin akrilik pada basis geligi tiruan atau
menghilangkan bahan tanam yang mungkin masih tertinggal disekitar gigi.
Serta menghilangkan tonjolan-tonjolan akrilik pada permukaan landasan
geligi tiruan akibat pemprosesan geligi tiruan.
35
Gambar 13. Gunakan carbide bur kecil untuk membentuk Anatomi landasan gigitiruan
Gambar 14. Frenulum Labial dibukadengan sebuah Carbide bur (Itjingningsih, 1996)
Gambar 15. Penyelesaian Landasan Geligi Tiruan Bagian Palatal/Lingual dengan menggunakan Carbide Bur dan Handpiece (Itjingningsih, 1996)