bab ii pengertian penyesuaian diri.docx
DESCRIPTION
Hubungan Pola Asuh Over Protective Dengan Penyesuaian Diri Pada RemajaTRANSCRIPT
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Remaja
1. Pengertian Remaja
Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa
dewasa yang ditandai oleh perubahan-perubahan berbagai aspek pribadinya.
Menurut Havigurst (dalam Monks, dkk, 1994), masa remaja terjadi pada batas
usia antara 12 tahun sampai 18 tahun. Kata remaja sering digunakan dengan
istilah Adolescence (dalam bahasa Latin : adolescere) yang berarti “tumbuh ke
arah kematangan”, sedangkan pada saat ini mempunyai arti yang lebih luas yaitu
mencakup kematangan emosional, sosial dan fisik.
Gunarsa (dalam Marlina, 2004) mengatakan bahwa ada dua istilah yang
dipakai dalam membahas masa remaja, yaitu Puber dan Adolesens. Masa puber
adalah masa peralihan dari masa anak-anak sampai tercapainya kematangan fisik,
yakni dari umur 12 sampai 15 tahun. Pada masa ini yang terutama terlihat adalah
perubahan-perubahan jasmaniah yang berkaitan dengan proses kematangan
kelenjar kelamin. Kemudian terlihat pula adanya perkembangan psikososial yang
berhubungan dengan berfungsinya seseorang dalam lingkungan sosial yakni
dengan melepaskan diri dari ketergantungan pada orang tua, pembentukan
rencana-rencana hidup dan pembentukan sistem nilai-nilai. Sedangkan adolesens
diartikan sebagai remaja dengan pengertian luas yang meliputi semua perubahan.
12
Remaja merupakan masa peralihan antara anak-anak dan masa dewasa, dengan
usia 12 sampai 21 tahun.
Simandjuntak (1998) berpendapat bahwa masa remaja adalah peralihan dari
anak menjadi dewasa dengan batasan umur 12 sampai 19 tahun yang ditandai
dengan pubertas yang pertama dan berakhir pada waktu remaja itu mencapai
kematangan fisik dan mental. Selanjutnya Hall (dalam Marlina, 2004) mengatakan
bahwa masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak emosi dan
ketidakseimbangan sehingga remaja mudah terpengaruh oleh lingkungannya,
dengan demikian pada masa ini remaja sangat membutuhkan pengertian dari
orang lain yang berupa pemahaman tentang diri remaja. Hadisaputro (1998)
melengkapi pendapat di atas dengan mengatakan bahwa masa adolesence terjadi
pada usia 14 sampai 17 tahun, yang mana masa ini merupakan masa yang penuh
dengan frustrasi dan konflik sehingga remaja menjadi cepat marah dan agresif.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa masa remaja adalah
suatu masa peralihan antara masa anak ke masa dewasa yang ditandai dengan
adanya perubahan fisik dan psikis. Masa remaja ini berlangsung dari usia 12
sampai 21 tahun.
2. Pembagian masa remaja
Menurut Knopka (dalam Yusuf, 2004), pembagian masa remaja itu terdiri
dari:
a. Masa remaja awal (12-15 tahun)
Masa remaja awal disebut juga dengan masa pra remaja. Biasanya
masa ini berlangsung hanya dalam waktu relatif singkat. Masa ini
13
ditandai oleh sifat-sifat negatif pada remaja, sehingga seringkali masa
ini disebut sebagai masa negatif dengan gejala tidak tenang, kurang suka
bekerja, pesimistik, dan sebagainya. Secara garis besar, sifat-sifat
negatif tersebut dapat dijelaskan dalam bentuk negatif dalam berprestasi
(prestasi jasmani maupun prestasi mental) dan negatif dalam sikap sosial
(menarik diri dan agresif).
b. Masa remaja madya (15-18 tahun)
Pada masa ini mulai tumbuh dalam diri remaja dorongan untuk hidup
dan kebutuhan akan adanya teman yang dapat memahami dan
menolongnya dalam keadaan suka maupun duka. Pada masa ini,
sebagian remaja mencari sesuatu yang dapat dipandang bernilai, pantas
dijunjung tinggi dan dipuja-puja sehingga masa ini disebut sebagai masa
merindu puja. Proses terbentuknya pendirian atau pandangan hidup, atau
cita-cita dipandang sebagai penemuan nilai-nilai kehidupan karena
tiadanya pedoman dan objek pemujaan telah menjadi lebih jelas; yaitu
pribadi-pribadi yang dipandang dapat mendukung nilai-nilai tertentu.
c. Masa remaja akhir (18-22 tahun)
Setelah remaja dapat menentukan pendirian hidupnya, pada dasarnya
telah tercapailah masa remaja akhir dan telah terpenuhilah tugas-tugas
perkembangan masa remaja, yaitu menemukan pendirian hidup dan
masuklah individu ke dalam masa dewasa.
14
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembagian masa
remaja itu meliputi: a) Masa remaja awal (12-15 tahun), b) Masa remaja madya
(15-18 tahun) dan c) Masa remaja akhir (18-22 tahun).
3. Perkembangan masa remaja
Menurut Haditono (1991), perkembangan pada masa remaja sering
mengakibatkan kedudukan anak seakan-akan tidak menentu, dikatakan remaja
terlalu besar untuk anak tetapi terlalu kecil untuk ukuran orang dewasa. Oleh
karena itu masyarakat sukar untuk menentukan norma-norma bagi remaja karena
statusnya di antara anak dan orang dewasa. Akibatnya remaja sukar menentukan
sikapnya sehingga hal ini sering menimbulkan gejolak dalam diri remaja tersebut.
Menurut Hurlock (1993), selama masa remaja pertumbuhan terjadi begitu
pesat sehingga mengalami perubahan dalam perkembangan remaja yang meliputi:
a. Aspek fisik
Perubahan yang utama pada masa puber adalah perubahan ukuran
tubuh pada tinggi dan berat badan. Papalia dan Olds (2001),
menambahkan bahwa perubahan ini juga terjadi pada otak, kapasitas
sensoris dan keterampilan motorik. Remaja juga mengalami
pertumbuhan dan perkembangan ciri-ciri seks primer yang berupa organ-
organ seks dan juga ciri-ciri seks skunder. Ciri-ciri seks primer pada pria
ialah gonat atau testis yang terletak di dalam sacrotum di luar tubuh,
sedangkan pada wanita berupa semua organ reproduksi wanita yang
tumbuh selama masa puber yang ditandai dengan datangnya haid yang
15
merupakan petunjuk pertama bahwa mekanisme reproduksi telah matang.
Piaget (dalam Papalia dan Olds, 2001), mengatakan bahwa perubahan
yang terjadi pada otak, menyebabkan strukturnya semakin sempurna
sehingga mampu meningkatkan kemampuan kognitif.
b. Aspek psikis
Mappiare (dalam Hamalik, 1998), mengatakan bahwa pada masa
remaja, selain mengalami perubahan perkembangan pada aspek fisik
terjadi pula perubahan perkembangan pada aspek psikis yang
ditunjukkan dalam sikap, hasrat, perasaan serta keinginan-keinginan
yang baru. Haditono (1991), menyatakan bahwa perubahan aspek psikis
yang sangat menonjol terlihat dari kepekaan emosional yang meningkat
sehingga rangsang atau sebab yang sedikit saja dapat menimbulkan
luapan emosi, misalnya marah atau menangis.
c. Aspek kepribadian
Yang dimaksud dengan aspek kepribadian adalah perubahan cara
individu berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosinya secara
unik. Adapun perkembangan kepribadian yang penting pada masa remaja
adalah pencarian identitas diri. Proses pencarian identitas ini adalah
menjadi seorang yang unik dengan peran yang penting dalam hidup
(Erikson, dalam Papalia dan Olds, 2001).
d. Aspek sosial
Salah satu tugas perkembangan yang sulit bagi remaja adalah yang
berhubungan dengan penyesuaian sosial. Haditono (1991), mengatakan
16
bahwa anak pada masa remaja mulai berusaha melepaskan diri dari
ikatan dengan orang tua dan mulai bergerak menuju ke arah teman
sebaya. Sesuai pendapat ini, Papalia dan Olds (2001) menyatakan bahwa
aspek sosial ini lebih melibatkan kelompok teman sebaya dibanding
orang tua. Pada diri remaja, pengaruh lingkungan dalam menentukan
perilaku, diakui cukup kuat. Walaupun remaja telah mencapai tahap
perkembangan kognitif yang memadai untuk menentukan tindakannya
sendiri, namun penentuan diri remaja dalam berperilaku banyak
dipengaruhi oleh tekanan dari kelompok teman sebaya.
e. Aspek kognitif.
Dalam pandangan Piaget (dalam Santrock, 2001), remaja secara aktif
membangun dunia kognitif mereka, dimana informasi yang didapatkan
tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitif mereka.
Remaja sudah mampu membedakan hal-hal atau ide-ide yang lebih
penting dibanding ide lainnya, lalu remaja juga menghubungkan ide-ide
tersebut. Seorang remaja tidak saja mengorganisasikan apa yang dialami
dan diamati, tetapi remaja mampu mengolah cara berfikir mereka
sehingga memunculkan suatu ide baru. Perubahan kognitif adalah
perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar berpikir,
juga bahasa.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa perkembangan yang
terjadi pada masa remaja meliputi: a) Aspek fisik, b) Aspek psikis, c) Aspek
kepribadian, d) Aspek sosial, serta e) Aspek kognitif.
17
4. Ciri-ciri masa remaja
Menurut Soesilowindradini (dalam Marlina, 2004), ciri-ciri yang menonjol
pada perkembangan masa remaja adalah:
a. Kecanggungan dalam pergaulan
Pada periode ini, status remaja dalam masyarakat boleh dikatakan
tidak dapat ditentukan dan membingungkan. Pada waktu-waktu tertentu
ia diperlukan sebagai anak, akan tetapi bila ia berkelakuan seperti anak-
anak maka ia akan mendapat teguran agar bertindak sesuai dengan
umurnya dan tidak seperti anak-anak. Hal demikian menimbulkan
kesukaran bagi remaja.
b. Kelebihan emosi
Perasaan yang dialami oleh remaja antara lain marah, takut, cemas,
rasa ingin tahu, iri hati, sedih dan kasih sayang. Perasaan emosi remaja
juga mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitarnya.
c. Keadaan yang tidak stabil
Pada masa ini remaja sangat tidak stabil keadaannya seperti
kesedihan yang tiba-tiba berganti dengan kegembiraan, mementingkan
diri sendiri (egoisme) serta tingginya rasa percaya pada diri sendiri.
Semua ini adalah sikap yang biasa pada remaja dan ketidakstabilan ini
juga terjadi dalam hubungan dengan masyarakat.
d. Sikap kurang senang terhadap orang dewasa
Orang dewasa pada umumnya berpendapat bahwa masa remaja
adalah masa yang sukar, hal ini disebabkan karena remaja seringkali
18
bersifat keras kepala. Remaja selalu dipandang sebagai anak yang tidak
bertanggung jawab, tidak menjaga kebersihan, kerapian dan sebagainya.
Hal ini menimbulkan ketegangan antara remaja dengan orang tuanya
yang menyebabkan timbulnya satu jarak antara remaja dengan orang
tuanya.
e. Banyak masalah
Remaja merasa bahwa ia banyak menghadapi masalah dan sukar
untuk diselesaikan karena dahulu dimasa kanak-kanak ia selalu dibantu
orang tua dan guru dalam menyelesaikan persoalan-persoalannya, akan
tetapi sekarang ia menganggap bahwa orang tua dan guru terlalu tua
untuk dapat mengerti fikiran dan perasaannya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pada remaja terdapat
ciri-ciri sebagai berikut: a) Kecanggungan dalam pergaulan, b) Kelebihan emosi,
c) Keadaan yang tidak stabil, d) Sikap kurang senang terhadap orang dewasa,
serta e) Banyak masalah.
5. Tugas-tugas perkembangan masa remaja
Menurut Hurlock (1993), tugas-tugas perkembangan masa remaja itu
meliputi:
a. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman
sebayanya
Maksudnya adalah bahwa remaja sudah mulai meninggalkan
kebiasaan kanak-kanaknya seperti ketergantungan dengan orangtua dan
19
berdiam di rumah hanya dengan saudara-saudara. Dalam hal ini, remaja
mulai membina persahabatan dengan teman sebaya sesama jenis
maupun lawan jenis. Remaja mulai memiliki teman akrab dan
melakukan kegiatan bersama kelompoknya.
b. Mencapai peran sosial
Dalam lingkungannya, remaja mulai mencapai satu peran sosial yang
bermanfaat bagi dirinya dan orang lain. Remaja mulai mendapatkan satu
status baru dalam kegiatan kemasyarakatan, seperti menjadi ketua atau
pengurus suatu organisasi keremajaan.
c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakannya secara efektif
Artinya, remaja tidak lagi bermasalah dengan perubahan tubuhnya.
Remaja sudah dapat menerima perubahan dan perkembangan tubuhnya
yang terlihat lebih pesat dibanding ketika masa kanak-kanak. Bahkan,
dengan kondisinya sekarang, remaja justru sudah mampu melakukan
pekerjaan sesuai ukuran dan kemampuan tubuhnya.
d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab
Setelah melalui tugas-tugas perkembangan di atas, remaja memiliki
keinginan untuk melakukan suatu peran dalam lingkungan sosialnya
dengan pekerjaan yang dapat dipertanggungjawabkan. Perilaku ini akan
membuat remaja merasa diakui keberadaannya, ia akan merasa sebagai
orang yang mampu dan bertanggung jawab.
20
e. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa
lainnya
Remaja dalam masa ini, sudah mulai melepaskan rasa
ketergantungannya secara psikis dari orang-orang di sekitarnya. Mereka
mulai bertanggung jawab dengan apa yang mereka rasakan, mereka
berusaha menjadi diri mereka tanpa campur tangan lebih jauh dari
orang-orang terdekatnya. Mereka mengalami dan membuat keputusan,
sesuai dengan apa yang mereka inginkan.
f. Mempersiapkan karir ekonomi
Meskipun masih dalam masa pembelajaran karena berstatus
pelajar/siswa, namun remaja sudah memikirkan pekerjaan dan masa
depan mereka. Mereka mulai merencanakan segala sesuatunya yang
berhubungan dan dapat mendukung pekerjaan serta karir mereka.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tugas-tugas
perkembangan remaja itu meliputi: a) Mencapai hubungan baru dan yang lebih
matang dengan teman sebayanya, b) Mencapai peran sosial, c) Menerima keadaan
fisiknya dan menggunakannya secara efektif, d) Mengharapkan dan mencapai
perilaku sosial yang bertanggung jawab, e) Mencapai kemandirian emosional dari
orang tua dan orang dewasa lainnya, serta f) Mempersiapkan karir ekonomi.
21
B. Penyesuaian Diri
1. Pengertian penyesuaian diri
Penyesuaian diri adalah hubungan antara diri dengan lingkungan, di mana
kebebasan bertingkah laku dibatasi oleh norma-norma yang sengaja dibuat untuk
memungkinkan manusia hidup dengan tata cara dan petunjuk-petunjuk yang
teratur (Gunarsa, 1996).
Calhoun dan Acocella (1990) mendefinisikan penyesuaian diri sebagai
interaksi terus menerus dengan diri sendiri, orang lain, dan dunianya. Ketiga
faktor tersebut secara terus menerus bereaksi dan saling mempengaruhi. Selain
itu, terdapat juga sifat saling timbal balik karena manusia juga bereaksi terhadap
ketiga faktor tersebut.
Scheineder (dalam Wizni, 1999) mengemukakan bahwa penyesuaian diri
dalah suatu proses yang melibatkan respon-respon mental dan tingkah laku, di
mana individu berusaha untuk mengulangi kebutuhan-kebutuhan di dalam dirinya.
Tujuannya adalah untuk mendapatkan keharmonisan antara tuntutan di dalam diri
individu dan tuntutan dari lingkungannya dengan mempertahankan nilai kepuasan
dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Fahmy (dalam Darajat, 1989) menyatakan
bahwa penyesuaian diri dapat diartikan sebagai penyesuaian atau penyelarasan
antara diri dengan lingkungan sosial, juga dengan kejiwaan sekitarnya. Keadaan
kehidupan itu sendiri mendorong individu untuk menyesuaikan diri. Faktor yang
membantu dalam hal tersebut adalah kemampuan penyesuaian sosial dan
kecerdasan.
22
Selanjutnya Page (dalam Wizni, 1999) menjelaskan bahwa penyesuaian diri
yang dilakukan adalah untuk melepaskan diri dari hambatan-hambatan dan
ketidakenakan yang timbul, sehingga didapat suatu keseimbangan praktis.
Gerungan (1996) berpendapat bahwa dalam proses penyesuaian diri, individu
mengadakan interaksi dengan lingkungan. Individu dapat mengubah diri sesuai
dengan lingkungan, atau mengubah lingkungan sesuai dengan keadaannya sendiri.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri
adalah proses mental dan tingkah laku yang mampu memecahkan problem,
mengatasi tuntutan dan hambatan-hambatan yang berasal dari dalam maupun dari
luar diri individu sehingga diperoleh keselarasan antara diri dengan
lingkungannya.
2. Bentuk-bentuk penyesuaian diri
Menurut Crow dan Crow (dalam Wizni, 1999), ada beberapa bentuk
penyesuaian diri baik yang bersifat positif maupun negatif, yakni:
a. Perilaku kompensatoris
Perilaku kompensatoris sering diartikan sebagai konsep umum yang
meliputi berbagai macam bentuk khusus penyesuaian diri terhadap suatu
ketidaksesuaian dengan cara-cara yang bersifat negatif, atau bertentangan
dengan nilai moral.
b. Perilaku konformitas.
Yaitu suatu usaha penyesuaian diri dengan suatu situasi atau
lingkungan dengan cara merubah sikap dan perilaku agar mencapai
23
penerimaan sosial. Namun sering tindakan yang dilakukan tetap tidak
menyebabkan dia diterima oleh lingkungannya, sehingga dia melakukan
tindakan tertentu untuk menarik perhatian lingkungannya.
c. Memperkuat diri melalui kritik.
Seringkali seseorang menyadari akan kurangnya kemampuan diri
dalam mengatasi tuntutan sosial yang membentuk sikap kritis terhadap
orang lain. Hal ini terjadi khususnya bila mata orang lain
memperhatikan keberhasilannya dalam penyesuaian terhadap situasi-
situasi, sedangkan dirinya sendiri mengalami kegagalan.
d. Identifikasi.
Pembentukan pola-pola identifikasi merupakan bentuk penyesuaian
diri yang tidak merugikan. Pada umumnya, manusia merupakan bagian
dari suatu kelompok. Adalah hal yang wajar jika seseorang
mengidentifikasi diri dengan mereka yang berhasil dan bangga dalam
keberhasilan anggota kelompok yang menonjol tersebut.
e. Proyeksi.
Hal-hal yang sifatnya tidak menyenangkan, akan ditolak dan
dikenakan pada orang lain. Kesalahan akan dicari dan juga ditempatkan
kepada orang lain.
24
f. Rasionalisasi.
Rasionalisasi merupakan usaha untuk memaafkan tingkah laku yang
oleh pelakunya diketahui/dianggap sebagai hal yang tidak diinginkan
atau aneh, tetapi dapat menimbulkan atau sampai pada pembentukan
penilaian palsu terhadap pribadinya sendiri; bahkan mungkin sampai
pada keadaan di mana tidak dapat berbicara jujur lagi.
g. Sublimasi.
Sublimasi dipakai sebagai cara penyesuaian apabila secara sementara
atau tetap, dorongan yang kuat tidak dapat disalurkan ke dalam suatu
aktivitas yang memuaskan dorongan. Tanpa disadari, suatu perubahan
bertahap terjadi dari pemuasan diri sendiri ke kesejahteraan orang lain.
Apabila aktivitas yang lebih luas ini berhasil, maka segala ketegangan
atau perasaan terhalang telah berubah atau hilang sama sekali dan orang
tersebut menjadi seorang anggota masyarakat yang baik penyesuaian
dirinya.
h. Represi.
Pada umumnya, orang akan menghindari tempat/orang/hal-hal yang
berhubungan dengan pengalaman yang tidak menyenangkan. Demikian
pula, seseorang selalu ingin melupakan segala hal yang berhubungan
dengan suatu situasi penghinaan atau kekesalan. Seseorang mungkin
menghindari situasi yang dengan tiba-tiba dapat menimbulkan ketakutan,
yang pada dasarnya tidak beralasan. Walaupun ketakutan atau
25
pengalaman dapat terlupakan, akan tetapi emosi dan ketegangan yang
menyertainya masih tetap ada. Ketegangan semacam ini dapat dikurangi
dengan jalan menempatkan diri ke dalam situasi yang memuaskan diri
disertai pengertian tentang dasar penyebab munculnya sikap ketakutan
tersebut.
Sedangkan menurut Gunarsa (1996), bentuk penyesuaian diri itu ada dua,
yaitu:
a. Adaptive
Adaptive yang dikenal dengan istilah adaptasi merupakan
penyesuaian diri yang lebih bersifat badani, artinya perubahan proses
badani menyesuaikan diri terhadap lingkungan rumah baik secara
langsung maupun tidak langsung.
b. Adjustive
Yaitu penyesuaian diri yang berkaitan tingkah laku dan norma-norma
yang ada dalam lingkungan. Secara singkat, bentuk penyesuaian diri ini
adalah penyesuaian diri dengan norma-norma.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa bentuk-bentuk
penyesuaian diri itu terdiri dari: a) Perilaku kompensatoris, b) Perilaku
konformitas, c) Memperkuat diri melalui kritik, d) Identifikasi, e) Proyeksi, f)
Rasionalisasi, g) Sublimasi, h) Represi, i) Adaptive, serta j) Adjustive.
26
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri
Gunarsa (1996), berpendapat bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
penyesuaian diri adalah sebagai berikut:
a. Faktor keadaan fisik
Keadaan fisik ini meliputi sistem persarafan, kelenjar, otot-otot,
kesehatan, serta penyakit.
b. Faktor keturunan
Suatu kenyatan bahwa dimana selalu terdapat kesukaran-kesukaran
dalam penyesuaian diri karena sikap yang pemalu, pendiam, tidak
banyak bicara, sukar mengemukakan pendapat, dan lain-lain adalah
merupakan sifat dasar yang dibawa sejak lahir. Namun demikian dengan
latihan secara terus menerus dan selanjutnya, dapat mempengaruhi cara-
cara penyesuaian diri; sekalipun hal itu terkadang sulit terjadi.
c. Faktor kebutuhan pribadi
Cara memperlihatkan tingkah laku atas dasar kebutuhan yang relatif
sama, mungkin berbeda. Hal ini antara lain disebabkan oleh mekanisme
sebagaimana persepsi seseorang terhadap kebutuhannya, sehingga dapat
mempengaruhi cara bertingkah laku dan cara penyesuaian diri terhadap
tujuan dan objeknya.
27
d. Faktor pembentukan kebiasaan
Dalam perkembangannya, seorang seseorang menuntut lingkungan
untuk membantu memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Ini menyebabkan
terjadinya suatu hubungan antara keinginan dan kepuasan. Pembentukan
kebiasaan menyesuaikan diri adalah faktor-faktor dari luar yang dapat
ditanamkan kepada seseorang.
Gunarsa (dalam Sadli,1991), mengatakan bahwa faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi penyesuaian diri seseorang adalah sebagai berikut:
a. Keadaan fisik dan faktor-faktor keturunan konstitusi fisik, meliputi sistem
syaraf, kelenjar, otot-otot, kesehatan, serta penyakit.
b. Inteligensi dan kematangan sosial serta emosi.
c. Faktor psikologis, meliputi pengalaman belajar, condisioning, frustrasi, konflik
dan self-determination.
d. Keadaan lingkungan, yaitu lingkungan rumah, lingkungan sekolah, serta
masyarakat.
e. Faktor kebudayaan, adat istiadat dan agama.
Sedangakan menurut Purwanto (1998), faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi penyesuaian diri adalah sebagai berikut:
a. Pola asuh
Dijelaskan bahwa individu yang sulit mengembangkan penyesuaian
diri adalah individu yang berasal dari keluarga dengan pola asuh otoriter
28
sebab individu seperti ini tidak bisa memilih alternatif terhadap
keinginannya, melainkan hanya kepatuhan terhadap sebuah peraturan
yang tidak bisa diubah. Individu yang hidup dalam pola asuh demokratis,
dapat bergaul secara sehat dan mampu mengembangkan penyesuaian
dirinya karena adanya kesepakatan antara keinginan individu tersebut
dengan keputusan orangtua.
b. Jenis kelamin
Adanya perbedaan genetis dan perbedaan perlakuan yang diterima
antara laki-laki dan perempuan, ternyata menimbulkan perbedaan pula
pada diri mereka dalam penyesuaian dirinya. Laki-laki yang mendapat
kebebasan lebih besar dari orangtua, lebih berani bergaul dalam
lingkungan sosialnya. Sedangkan perempuan yang lebih banyak
mendapat perhatian dan pengawasan, tidak sebebas dan seberani laki-laki
dalam menyesuaikan diri di lingkungan sosialnya.
c. Urutan kelahiran
Individu yang mampu menyesuaikan diri, cenderung berasal dari
urutan kelahiran sebagai anak tengah. Pada anak sulung, kasih sayang
orangtua yang besar sangat melekat sehingga menyulitkannya untuk
bebas bergerak. Selain itu, tanggung jawab yang besar terhadap adik-
adiknya merupakan satu faktor yang mempengaruhi penyesuaian dirinya.
Begitu juga dengan anak bungsu, kekhawatiran orangtua yang besar
membuatnya sangat dimanja dan tidak dibiarkan bebas seperti kakak-
29
kakaknya. Sedangkan pada anak tengah, biasnya perhatian orangtua tidak
sebesar seperti pada anak sulung dan anak tengah sehingga keadaan
tersebut dimanfaatkannya untuk mengikuti suasana di luar rumah.
d. Tipe kepribadian
Tipe kepribadian yang dimiliki oleh masing-masing remaja ini akan
mempengaruhi penyesuaian diri mereka dalam lingkungan. Seperti yang
dijelaskan oleh Parkers (1994), bahwa remaja ekstrovert sangat
menyukai dunia luar, keterbukaan, banyak teman dan bergembira.
Sedangkan remaja introvert lebih memilih hanya beberapa teman (bila
memungkinkan, sebaiknya menyendiri), memikirkan sesuatu dan
menuntaskan pekerjaan secara sendiri.
e. Tingkat ekonomi orangtua
Individu yang berasal dari tingkat ekonomi golongan bawah, sulit
untuk melakukan penyesuaian diri sebaik remaja yang berasal dari
tingkat ekonomi menengah ke atas. Hal ini dikarenakan individu tersebut
dituntut untuk membantu meningkatkan perekonomian keluarga dengan
bekerja sambilan. Selain itu, mereka juga malu untuk bergaul dengan
teman-teman yang ekonominya cukup memadai. Ada rasa malu dan
rendah diri pada diri mereka, sehingga sering menghindari pergaulan
yang tidak sepadan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi peyesuaian diri adalah: a) Faktor keadaan fisik. b) Faktor
30
keturunan, c) Faktor kebutuhan pribadi, d) Faktor pembentukan kebiasaan, e)
Inteligensi dan kematangan sosial serta emosi, f) Faktor psikologis, g) Keadaan
lingkungan, h) Faktor kebudayaan, adat istiadat dan agama, i) Pola asuh, j) Jenis
kelamin, k) Urutan kelahiran, l) Tipe kepribadian, serta m) Tingkat ekonomi
orangtua.
4. Aspek-aspek penyesuaian diri
Menurut Hasibuan (dalam Wizny, 1999), aspek-aspek penyesuaian diri itu
meliputi:
a. Kesadaran
Kesadaran adalah bentuk sikap penyesuaian diri yang menunjukkan
kepekaan terhadap adanya suatu stimuli yang berupa objek, situasi dan
problem yang dimanifestasikan dalam bentuk sikap kerelaan mentaati
norma-norma, serta sadar akan tugas dan tanggung jawab tanpa dasar
paksaan.
b. Pemahaman.
Pemahaman merupakan suatu kemampuan untuk memisahkan dan
memberikan batasan atas dasar pengertian yang menuntut adanya
kemampuan untuk menghubungkan antara pengalaman yang lalu dengan
sikap yang berani dalam menyelesaikan atau menanggulangi hambatan-
hambatan.
31
c. Organisasi diri
Organisasi diri yaitu pengaturan individu yang sebaik-baiknya
terhadap fikiran, tenaga, waktu, tempat, benda, dan semua sumber daya
lainnya alam kehidupan individu demi tercapainya efisiensi pribadi.
d. Pengendalian diri
Pengendalian diri adalah perbuatan individu dalam penyesuaiannya
yang ditunjukkan dengan pembinaan tekad terhadap kemauan, semangat,
dan pengerahan tenaga untuk benar-benar melaksanakan apa yang harus
dikerjakan alam mencapai prestasi yang baik.
e. Pengembangan diri
Yaitu suatu perbuatan dalam penyesuaian individu di lingkungannya
dengan melakukan suatu perbuatan yang menyempurnakan atau
meningkatkan diri sendiri dalam berbagai hal.
Sedangkan menurut Sheineder (dalam Wizni, 1999), aspek-aspek
penyesuaian diri itu meliputi:
a. Penyesuaian pribadi.
Yaitu suatu kemampuan menerima keadaan dirinya sendiri dengan
tidak merasa menyesal atau merasa berdosa dengan keadaan dirinya,
serta percaya dengan kemampuan yang ada pada dirinya sendiri.
b. Penyesuaian sosial
Yaitu kemampuan diri untuk mengakui dan menuruti aturan, hukum,
adat dan nilai-nilai yang berlaku di lingkungannya, atau bersedia untuk
32
menghormati nilai-nilai hukum, kebiasaan-kebiasaan dan tradisi sosial
yang ada dalam masyarakat.
c. Kemampuan menumbuhkan kepercayaan dan berusaha menjaga
persahabatan
Yaitu kemampuan individu dalam membina hubungan persahabatan
dan menjaganya dengan berusaha menumbuhkan kepercayaan, sehingga
individu dapat menjadi orang yang dipercaya.
d. Berpartisipasi
Yaitu mau turut serta dalam aktivitas atau kegiatan yang ada di dalam
lingkungannya, dengan kata lain; tidak menutup diri dengan keadaan di
sekelilingnya.
e. Memperhatikan
Maksudnya adalah suka bermurah hati akan kelemahan orang lain, tidak
mementingkan diri sendiri dan mau memberikan pertolongan yang
dibutuhkan oleh orang lain.
Meichati (dalam Purwanto, 1989) menambahkan bahwa ada beberapa aspek
yang terkandung dalam penyesuaian diri, yakni:
a. Anxiety
Yaitu suatu keadaan emosi yang kronis dan kompleks dengan
keterperangkapan dan rasa takut sebagai unsur yang paling menonjol,
khususnya pada berbagai gangguan syaraf dan mental.
33
b. Depressive fluctuation
Yaitu mudah tertekan, mudah kecewa dan susah
c. Emotional sesitivity
Yaitu tidak mampu menyesuaikan diri secara baik, emosi labil, mudah
tersinggung dan banyak defence.
d. Resenfulnesst
Yaitu rasa sentimen yang kuat dan pahit terhadap masyarakat maupun
individu, suka dendam dan paranoid.
e. Incompeteness
Yaitu tanda serangkaian kegagalan sosial, pendidikan, pekerjaan,
keluarga, masyarakat dan filsafat yang tidak teguh.
f. Aluneness
Yaitu tanda sering terasing, merasa kurang disukai, kurang sosialisasi dan
terhambat dalam pergaulan.
Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat dikatakan bahwa aspek-aspek
penyesuaian diri meliputi: a) Kesadaran, b) Pemahaman, c) Organisasi diri,
d) Pengendalian diri, e) Pengembangan diri, f) Penyesuaian pribadi, g)
Penyesuaian sosial, h) Kemampuan menumbuhkan kepercayaan dan berusaha
menjaga persahabatan, i) berpertisipasi, j) Memperhatikan, k) Anxiety, l)
Depressive fluctuation, m) Emotional sesitivity, n) Resenfulnesst, o)
Incompeteness, serta Aluneness.
34
5. Ciri-ciri penyesuaian diri
Menurut Hasibuan (dalam Wizni, 1999), ciri-ciri penyesuaian diri itu
meliputi:
a. Adanya interaksi terus menerus dengan diri sendiri, orang lain dan dunianya.
b. Melibatkan respon mental dan tingkah laku, dimana individu berusaha untuk
mengulang kebutuhan-kebutuhan dalam dirinya.
c. Adanya kemampuan penyesuaian dan sosial dan kecerdasan.
d. Adanya keseimbangan dalam diri dengan melepaskan diri dari hambatan-
hambatan dan ketidak-enakan yang timbul.
e. Mampu menyesuaikan diri sesuai dengan lingkungan, atau mengubah
lingkungan sesuai dengan dirinya.
f. Adanya kepekaan yang dimanifestasikan dalam bentuk sikap kerelaan mentaati
norma dan sadar akan tugas serta tanggung jawab tanpa paksaan.
g. Mampu mengendalikandan mengembangkan diri untuk tujuan peningkatan diri
dalam berbagai hal.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri penyesuaian
diri adalah segala hal yang berhubungan dengan kemampuan diri yang tingkah
laku yang positif.
35
C. Pola Asuh
1. Pengertian Pola Asuh Over Protective
Keluarga terutama orang tua merupakan wadah pengembangan pribadi
anggota keluarga terutama anak-anak atau remaja yang sedang mengalami
perubahan fisik dan psikis dengan demikian kedudukan orang tua sangat
fundamental bagi perkembangan anak. Orang tua berkewajiban untuk
menyediakan fasilitas dan sarana kepada anak-anak mereka untuk mengenal
dunia luar secara luas. Orang tua seringkali beranggapan telah memberikan yang
terbaik bagi anak-anak mereka dan orang tua juga sering mengira bahwa anak
yang baik adalah anak yang patuh dan menurut tanpa membantah sedikitpun.
Sebagai individy yang sedang mengalami pertumbuhan, seorang anak terutama
yang sedang memasuki masa remaja sangat memerlukan perhatian dan bimbingan
orang tua, agar perkembangannya mengarah secara positif. Bentuk perilaku
orang tua yang kurang menguntungkan dalam perkembangan seperti perilaku
orang tua yang selalu memanjakan dengan memenuhi segala keinginan dan
terlalu melindungi akan mengakibatkan anak tidak bisa mandiri, selalu dalam
keragu- raguan dan tidak percaya pada kemampuan (Kartono, 1989).
Over protective merupakan kecenderungan dari pihak orang tua untuk
melindungi anak secara berlebihan, dengan memberikan perlindungan terhadap
gangguan dan bahaya fisik maupun psikologis, sampai sebegitu jauh sehingga
anak tidak mencapai kebebasan atau selalu tergantung pada orang tua
(Chaplin,2000).
36
Menurut Mappiare (1982) over protective merupakan cara orang tua
mendidik anak dengan terlalu melindungi, kurang memberi kesempatan
kepada anak untuk mengurusi keperluan-keperluannya sendiri, membuat rencana,
menyusun alternatif, mengambil keputusan sendiri serta bertanggungjawab
tehadap keputusannya.
Over protective merupakan bentuk perhatian orang tua kepada anak
terhadap segala gerak dan tingkah laku yang selalu dipantau secara berlebihan
sampai-sampai ia tidak bebas melakukan yang sebenarnya ingin ia lakukan
(Majalah Lisa, 2005)
Menurut Kartono (1989) over protective merupakan kasih sayang
orang tua yang berlebihan kepada anak, pada umumnya oleh orang tua
anak terlalu banyak dilindungi, ditolong dan dihindarkan dari kesulitan-
kesulitan kecil setiap harinya.
Over protective merupakan perlakuan orang tua yang terlalu banyak
melindungi aktifitas-aktifitas anaknya, orang tua cenderung mencegah anak-
anaknya melakukan pekerjaan yang sebenarnya belum tentu membahayakan
(Gunarsa,1989)
Dari uraian diatas dapat disimpulkan over protective merupakan
kecenderungan orang tua untuk melindungi anak terhadap gangguan fisik
maupun psikologis secara berlebihan, kurang memberi kesempatan kepada
anak untuk membuat rencana, menyusun alternatif, mengurus keperluan-
keperluannya sendiri dan mengambil keputusan. Orang tua menghindarkan
anak dari kesulitan-kesulitan kecil setiap hari, mencegah anak melakukan
37
pekerjaan yang sebenarnya belum tentu membahayakan, orang tua memberikan
kontrol secara berlebihan sehingga anak tidak bebas melakukan tindakan yang
sebenarnya ingin dilakukan.
2. Sebab-Sebab Perilaku Over Protective OrangTua
Setiap orang tua pasti pernah merasakan cemas terhadap anak-anaknya,
tapi tiap orang tua pasti berbeda-beda tingkat kecemasannya, ada orang tua
yang mencemaskan anaknya tanpa ada alasan, sehingga ia sangat hati-hati dalam
memperlakukan anak-anaknya, tidak ingin anaknya mengalami celaka
sedikitpun, maka orang tua memberikan perlindungan yang ekstra pada
anaknya. Sejumlah orang tua membentengi anak-anaknya dengan tembok
“tidak”, jangan lakukan itu, jangan lakukan ini. Dalam batas-batas tertentu
yaitu memberikan kasih sayang tapi tetap memberikan kesempatan kepada anak
untuk mengurusi keperluan-keperluannya sendiri, membuat rencana, menyusun
alternatif, mengambil keputusan sendiri serta bertanggungjawab tehadap
keputusannya memang diperlukan, tapi jika orang tua terlalu melindungi
membuat remaja menjadi tertutup dan terhambat dalam perkembangan.
Ketika individu memasuki masa remaja merupakan masa antara anak-
anak dengan dewasa, pada masa ini kebanyakan orang tua belum berubah
dalam memberikan perlakuan, remaja masih diperlakukan seperti anak-anak,
remaja tidak banyak memperoleh kesempatan untuk menentukan tindakan yang
mereka inginkan (Meichati,1983), banyak hal yang seharusnya sudah tidak perlu
dibantu oleh orang tua, tapi orang tua masih ikut andil bagian dalam melakukan.
38
Ada pula ayah dan ibu yang didorong oleh rasa bersalah atau berdosa,
misalnya pejabat-pejabat yang ambisius yang tidak sempat mengurusi anaknya,
atau ibu-ibu yang overaktif berjuang dalam organisasi-organisasi tertentu yang
memanjakan secara berlebihan anaknya dengan uang, barang-barang mewah
misalnya; mobil, motor perhiasan dan macam-macam kesenangan yang
berlebihan. (Kartono, 1989)
Menurut Purwanto (1993) hal-hal yang dapat menyebabkan orang tua
memberikan perlindungan yang berlebihan kepada anak-anak mereka antara
lain :
a. Karena ketakutan yang berlebihan dari orang tua akan bahaya yang
mungkin mengancam anak mereka. Dalam hal yang demikian orang
tua akan selalu berusaha melindungi anaknya dari segala sesuatu yang
mengandung bahaya.
b. Keinginan yang tidak disadari untuk selalu menolong dan memudahkan
kehidupan anak mereka.
c. Karena orang tua takut akan kesukaran, segan bersusah-susah ingin
mudahnya dan enaknya saja. Orang tua takut kalau-kalau anak mereka
bertingkah atau membandel dan terus merengek jika kehendaknya tidak
dituruti.
d. Karena kurangnya pengetahuan orang tua. Kebanyakan orang tua,
baik yang tidak terpelajar sekalipun mengetahui apa yang
dibolehkan dan apa yang harus dilarang, orang tua tidak
mengetahui bahwa anak mereka harus dibiasakan akan ketertiban,
39
berlaku menurut peraturan-peraturan yang baik untuk bekal hidupnya
nanti dalam masyarakat.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa banyak hal atau
alasan mengapa orang tua berperilaku over protective, antara lain orang tua
kurang menyadari bahwa pemberian perlakuan kepada anak harus berubah
sesuai dengan usianya, orang tua terlalu khawatir bila anaknya mengalami
celaka sehingga cenderung melindungi, orang tua merasa bersalah bila tidak
bisa menuruti kehendak anak dan orang tua kurang mengetahui bahwa anak
mereka harus dibiasakan akan ketertiban, berlaku menurut peraturan-peraturan
yang baik untuk bekal hidupnya nanti dalam masyarakat.
3. Aspek-aspek Perilaku Over Protective
Zabda (1981) mengatakan ada tiga aspek perilaku over protective orang tua,
yaitu :
a. Memberikan perlindungan yang berlebih.
Melindungi anak dengan berbagai cara agar terhindar dari berbagai
kesulitan. Dengan memberikan perlindungan terhadap gangguan dan
bahaya fisik maupun psikologis, sampai anak tidak mencapai
kebebasan.
b. Kontrol atau pengawasan yang berlebih
Segala sesuatu yang dilakukan diawasi secara ekstra, karena orang tua
takut anak mereka melakukan perbuatan yang membahayakan dan
mendapat celaka. Orang tua selalu memantau segala gerak dan
40
tingkah laku sampai-sampai tidak bebas melakukan yang sebenarnya
ingin dilakukan.
c. Pencegahan terhadap kemandirian.
Membiarkan dan membolehkan anak mereka berbuat sekehendak hati,
tidak membiasakan akan ketertiban, kepatuhan, peraturan, kebiasaan-
kebiasaan baik lainnya dan orang tua cenderung mencegah anak-
anaknya melakukan pekerjaan yang bisa dilakukan dan sebenarnya
belum tentu atau tidak membahayakan.
Yusuf (2005) mengatakan perilaku over protective terdiri dari empat
aspek, yaitu :
a. Kontak yang berlebih kepada anak, orang tua menginginkan selalu
dekat dengan anak
b. Perawatan atau pemberian bantuan kepada anak yang terus-menerus,
meskipun anak sudah mampu merawat dirinya sendiri orang tua tetap
membantu.
c. Mengawasi kegiatan anak secara berlebihan, orang tua senantiasa
mengawasi aktifitas-aktifitas yang dilakukan anak.
d. Memecahkan masalah anak, orang tua tidak membiasakan anak agar
belajar memecahkan masalah, selalu membantu memecahkan masalah-
masalah pribadi anak, meskipun masalah yang dialami bisa diatasi
sendiri oleh anak.
41
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan aspek perilaku over
protective yaitu : kontak yang berlebihan kepada anak, perawatan atau
pemberian bantuan secara terus menerus, kontrol atau pengawasan terhadap
aktifitas-aktifitas yang dilakukan dan selalu pemecahan masalah-masalah anak
meskipun anak bisa mengatasi sendiri.
4. Bentuk Perilaku Over Protective
Banyak orang beranggapan bahwa perilaku over protective hanya
dilakukan orang kaya, banyak orang beranggapan demikian karena orang tua
memamjakan anak-anak mereka dengan fasilitas barang-barang mewah. Di
keluarga yang kurang mampu pun banyak orang tua yang memanjakan anak-
anak mereka, tapi dalam bentuk yang lain. Bentuk perilaku over protective
menurut Purwanto (1993) antara lain:
a. Melindungi anak mereka dengan seribu satu macam pemeliharaan
dan menyingkirkan segala kesulitan baginya.
b. Menuruti segala keinginan, orang tua selalu menuruti apa saja yang
menjadi kehendak dan keinginan biarpun akan merugikan atau
mengganggu kesehatan dituruti saja.
c. Orang tua membiarkan dan membolehkan anak mereka berbuat
sekehendak hati, tidak membiasakan dia akan ketertiban, kepatuhan,
peraturan dan kebiasaan-kebiasaan baik lainnya.
Memanjakan anak merupakan bentuk pembodohan kepada anak, orang
42
tua jaman sekarang banyak yang memberikan kepada anaknya apa saja yang
diinginkan, tapi tidak memberikan tanggungjawab kepadanya, akibatnya anak
tidak mendapat kesempatan untuk belajar berbuat sendiri, mengambil
keputusan, menjadi sangat tergantung pada orang tuanya, sulit untuk
menyesuaikan diri dan bersikap ragu-ragu (Surakhmad,1982). Perilaku over
protective orang tua umumnya ditunjukkan dengan ketiga macam hal diatas,
yaitu melindungi anak dengan berbagai cara, menuruti segala keinginan, dan
tidak membiasakan anak dengan ketertiban, tapi ada pula bentuk perilaku
over protective ditunjukkan dengan salah satu cara diatas.
Perilaku over protective orang tua dapat berdampak kurang
menguntungkan bagi perkembangan anak, anak yang mendapatkan kasih sayang
secara berlebihan, terlalu dilindungi dan dihindarkan dari macam-macam
kesulitan hidup sehari-hari maka anak akan tampak lemah hati jika jauh dari
orang tua, menjadi penakut, mental dan kemampuannya menjadi rapuh, sangat
egois, tidak tahan terhadap bantahan dan kritik dan tidak sanggup menghadapi
frustrasi hidup (Kartono, 2000). Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh
Yusuf (2005) bahwa perilaku over protective orang tua dapat mengakibatkan
anak merasa tidak aman jika jauh dari orang tua, dengki, sangat tergantung
atau tidak mampu mandiri, lemah hati, kurang mampu mengendalikan emosi,
kurang percaya diri, suka bertengkar, sulit dalam bergaul dan lain-lain, hal
tersebut dikarenakan anak sering dibantu orang tua dalam berbagai hal dan tidak
dibiasakan bisa mandiri.
43
D. Hubungan Pola Asuh Overprotective Dengan Penyesuaian Diri Remaja
44
E. Kerangka Konseptual
Penyesuaian Diri
Aspek-aspek :a) Kesadaranb) Pemahamanc) Organisasi dirid) Pengendalian dirie) Pengembangan dirif) Penyesuaian pribadig) Penyesuaian sosialh) Kemampuan menumbuhkan kepercayaan dan
berusaha menjaga persahabatani) berpertisipasij) Memperhatikank) Anxietyl) Depressive fluctuation m) Emotional sensitivityn) Resenfulnessto) Incompetenessp) Aluneness(Hasibuan, 1992; Scheneider dalam Wizni, 1991; Meichati dalam Purwanto, 1998)
Remaja
Pola Asuh
Aspek-aspek Pola Asuh Over Protective:
a. kontak yang berlebihb. perawatan atau pemberian bantuan
kepada anak yang terus-menerusc. mengawasi kegiatan anak secara
berlebihand. memecahkan masalah anak
45
F. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara
pola asuh overprotective dengan penyesuaian diri pada remaja di SMA Negeri 2
Lhokseumawe dengan asumsi semakin tinggi pola asuh overprotective orang tua
semakin rendah penyesuaian diri pada remaja.