bab ii mpkp

19
BAB II KONSEP RENCANA STRATEGI DAN MODEL MPKP 2.1 Konsep Manajemen Strategi 2.1.1 Visi, Misi, Filosofi, dan Analisis SWOT 2.1.1.1 Visi Visi adalah suatu pemikiran cara pandang jauh ke depan membentuk suatu impian masa depan (The New Wbster’s Dictionary dalam buku Djoko Wijono). Visi adalah suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan yang diinginkan oleh organisasi (www.deptan.go.id ). Visi adalah suatu pemikiran cara pandang terhadap suatu gambaran yang menantang tentang impian masa depan yang diinginkan. 2.1.1.2 Misi Misi merupakan suatu kerangka kerja di mana di dalamnya energi akan disalurkan dengan memaksimalkan kemungkinan untuk sukses (Djoko Wijono : hal 58). Misi adalah sesuatu yang harus dilaksanakan oleh organisasi agar tujuan organisasi dapat terlaksana dan berhasil dengan baik (www.deptan.go.id ). 5

Upload: fira-riandini

Post on 05-Sep-2015

260 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

mpkp

TRANSCRIPT

16

BAB II

KONSEP RENCANA STRATEGI DAN MODEL MPKP

2.1 Konsep Manajemen Strategi

2.1.1 Visi, Misi, Filosofi, dan Analisis SWOT

2.1.1.1 Visi

Visi adalah suatu pemikiran cara pandang jauh ke depan membentuk suatu impian masa depan (The New Wbsters Dictionary dalam buku Djoko Wijono). Visi adalah suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan yang diinginkan oleh organisasi (www.deptan.go.id).

Visi adalah suatu pemikiran cara pandang terhadap suatu gambaran yang menantang tentang impian masa depan yang diinginkan.

2.1.1.2 Misi

Misi merupakan suatu kerangka kerja di mana di dalamnya energi akan disalurkan dengan memaksimalkan kemungkinan untuk sukses (Djoko Wijono : hal 58). Misi adalah sesuatu yang harus dilaksanakan oleh organisasi agar tujuan organisasi dapat terlaksana dan berhasil dengan baik (www.deptan.go.id).

Misi adalah suatu kerangka kerja yang harus dilaksanakan oleh organisasi agar tujuan organisasi dapat terlaksana dan berhasil dengan baik menuju kesuksesan yang maksimal.

2.1.1.3 Filosofi

Filosofi Keperawatan adalah pernyataan, keyakinan, tentang keperawatan dan manifestasi dari nilai-nilai dalam keperawatan yang digunakan untuk berpikir dan bertindak (Chitty, 1997 dalam buku Nursalam : hal 50).

2.1.1.4 Analisis SWOT

Analisis SWOT (singkatan bahasa Inggris dari strengths, weaknesses, opportunities, dan threats) adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis (dikutip dari www.wikipedia.com).

Analisis SWOT adalah suatu bentuk analisis situasi dengan mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis terhadap kekuatan-kekuatan (Strength) dan kelemahan-kelemahan (Weakness) suatu organisasi dan kesempatan-kesempatan (opportuninies) serta ancaman-ancaman (threats) dari lingkungan untuk merumuskan strategi organisasi (dikutip dari diktat Susi Hermaningsih, M.Kes).

Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis dalam bentuk analisis situasi yang digunakan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi terhadap kekuatan-kekuatan (Strength) dan kelemahan-kelemahan (Weakness) suatu organisasi dan kesempatan-kesempatan (Opportunities) serta ancaman-ancaman (threats) dari lingkungan untuk merumuskan strategi organisasi.

2.2 Model Praktik Keperawatan Profesional

Model Praktek Keperawaan Profesional (MPKP) adalah suatu sistem (Struktur, Proses

HYPERLINK "C:\\media\\BEMZZ\\Revisi\\C:\\My Music\\My Documents\\STRUKTUR,PROSES DAN NILAI2 PROF.ppt" dan nilai-nilai

HYPERLINK "C:\\media\\BEMZZ\\Revisi\\C:\\My Music\\My Documents\\STRUKTUR,PROSES DAN NILAI2 PROF.ppt"

HYPERLINK "C:\\media\\BEMZZ\\Revisi\\C:\\My Music\\My Documents\\STRUKTUR,PROSES DAN NILAI2 PROF.ppt"profesional) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan, yang dapat menopang pemberian asuhan tersebut (Hoffart&Woods, 1996 dalam Sitorus,2005).

Pemberian asuhan berfokus klien karena ada satu tim yang bertanggungjawab. Perawat primer lebih pada pemberian terapi keperawatan. Perawat primer membuat renpra dan membimbing perawat asosiet. Perawat primer memberi askep secara berkesinambungan sehingga memfasilitasi evidence based practice. MPKP memfasilitasi penerapan manajemen kasus dengan adanya CCM (NersSpesialis) yang akanmenjadi case manager.

Dalam model praktik keperawatan profesional digunakan metode modifikasi keperawatan primer, sehingga terdapat satu orang perawat profesional yang disebut perawat primer (PP). Proses pemberian asuhan keperawatan, hubungan perawat klien dilakukan secara berkesinambungan sehingga memungkinkan perawat primer bertanggung jawab dan bertanggung gugat atas asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien dibawah tanggung jawabnya. Dengan demikian diharapkan hubungan perawat-klien didasarkan pada nilai-nilai profesional yang merupakan inti suatu pelayanan profesional, antara lain penghargaan otonomi klien, melakukan yang baik bagi klien

Aspek struktur ditetapkan jumlah tenaga keperawatan berdasarkan jumlah klien sesuai dengan derajat ketergantungan klien. Penetapan jumlah perawat sesuai kebutuhan klien menjadi hal penting, karena bila jumlah perawat tidak sesuai dengan jumlah tenaga yang dibutuhkan, tidak ada waktu bagi perawat untuk melakukan tindakan keperawatan.

Selain jumlah, perlu ditetapkan pula jenis tenaga yaitu PP dan PA, sehingga peran dan fungsi masing-masing tenaga sesuai dengan kemampuan dan terdapat tanggung jawab yang jelas. Pada aspek strukltur ditetapkan juga standar renpra, artinya pada setiap ruang rawat sudah tersedia standar renpra berdasarkan diagnosa medik dan atau berdasarkan sistem tubuh.

2.2.1 Dasar-dasar penetapan MPKP

Pada aspek proses ditetapkan penggunaan metode modifikasi keperawatan primer (kombinasi metode tim dan keperawatan primer). Menurut Ratna Sitorus penetapan metode ini didasarkan pada beberapa alasan sebagai berikut:

1. Pada metode keperawatan primer, pemberian asuhan dilakukan secara berkesinambungan sehingga memungkinkan adanya tanggung jawab dan tanggung gugat yang merupakan esensi dari suatu layanan professional.

2. Terdapat satu orang perawatn professional, yang bertanggung jawab dan bertanggung gugat atas asuhan keperawatan yang diberikan. Pada MPKP, perawat primer adalah S.Kp/ Ners.

3. Pada metode keperawatan primer, hubungan professional dapat ditingkatkan terutama dengan profesi lain, karena ada satu orang perawat professional (PP) yang memahami kondisi klien secara detail sehingga mampu melakukan hubungan kolaborasi secara optimal.

4. Metode keperawatan primer tidak digunakan secara murni karena apabila menggunakan metode ini secara murni dibutuhkan jumlah tenaga S.Kp/ Ners yang lebih banyak, karena setiap PP hanya merawat 4-5 klien dan pada metode modifikasi keperawatan primer, setiap PP merawat 9-10 klien.

5. Saat ini terdapat beberapa jenis tenaga keperawatan dengan kemampuan yang berbeda-beda. Kombinasi metode tim dan keperawatan primer menjadi penting sehingga perawat dengan kemampuan yang lebih tinggi dapat mengarahkan dan membimbing perawat lain di bawah tanggung jawabnya.

6. Metode tim tidak digunakan secara murni karena karena pada metode ini tanggung jawab terhadap asuhan keperawatan terfragmentasi pada berbagai anggota tim, sehingga sukar menetapkan siapa yang bertanggung jawab dan bertanggung gugat atas semua asuhan yag diberikan.

2.2.2 Penetapan Jenis Tenaga Keperawatan

1. Persiapan

Pada tahap persiapan dilakukan penetapan jumlah den jenis tenaga perawat di ruang rawat tersebut, pengembangan standar renpra, dan pelatihan.

a. Jumlah tenaga perawat

Jumlah tenaga keperawatan di suatu ruang rawat ditetapkan berdasarkan derajat ketergantungan klien sesuai dengan metode Douglas (1992). Dalam penetapan jumlah tenaga perawat di suatu ruang rawat ditentukan juga oleh BOR dan jumlah tempat tidur yang tersedia.

b. Jenis tenaga Keperawatan

Jenis tenaga keperawatan ditetapkan berdasarkan metode modifikasi keprawatan primer. Untuk suatu ruang rawat seperti dijelaskan sebelumnya. Dengan menggunakan metode modifikasi keperawatan primer diperlukan perawat primer (PP) dengan kualifikasi S.Kp/ Ners atau yang sederajat dan diperlukan perawat asosit (PA) dengan kualifikasi D3 keperawatan. Untuk membimbing dan mengarahkan PP dan timnya dalam memberikan asuhan keperawatan pada ProACT Model yang dikembangkan oleh Tonges (1987) disebut dengan Clinical Care Manager (CCM). Struktur ketenagaan pada MPKP dapat dilihat pada gambar 1.

c. Standar Renpra

Standar renpra dikembangkan untuk kasus yang paling sering dirawat di suatu ruang rawat. Pengembangan standar ini bertujuan mengurangi waktu perawat untuk menulis, sehingga waktu yang tersedia lebih banyak dilakukan untuk melakukan tindakan sesuai kebutuhan klien. Adanya standar renpra menunjukkan asuhan keperawatan yang diberikan berdasarkan pada konsep dan teori keperawatan yang kukuh, yang merupakan salah satu karakteristik layanan profesional. Standar renpra tersebut dilakukan oleh PP berdasarkan pengkajian yang dilakukan setiap klien. Selanjutnya rencana yang sudah divalidasi, dibahas dengan PA dalam timnya dan mengarahkan PA pada pelaksanaan tindakan keperawatan.

2.2.3 Struktur Ketenagaan Keperawatan Pada MPKP

2.2.4 Penghitungan Jumlah Ketenagaan Perawat

Menurut hasil lokakarya keperawatan (Depkes RI 1989), rumusan yang dapat digunakan untuk perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan adalah sebagai berikut :

A x 52x 7x TT x BOR

41 minggu x 40 jam

Keterangan :

A : Jam kerja efektif

TT : Tempat Tidur

BOR : Bed Occupation Rate

Prinsip perhitungan rumus ini adalah sama dengan rumus dari Gillies (1989) tetapi ada penambahan pada rumus ini yaitu 25% untuk penyesuaian, sedangkan angka 7 pada rumus tersebut adalah jumlah hari selama satu minggu. Rumus ini digunakan apabila tidak diketahui jumlah pasien dengan kriteria tingkat ketergantungan (partial care, minimal care, dan total care). Rumus ini menggunakan jam kerja efektif perawat dan BOR dalam menentukan jumlah tenaga perawat serta disesuaikan dengan penambahan 25% dari hasil tersebut.

2.2.5 Tugas Dan Tanggung Jawab Kepala Ruangan

Dalam setiap ruangan memiliki struktur organisasi yang dipimpin oleh kepala ruangan yang memiliki tugas dan tanggung jawab tertentu. Tugas dan tanggung jawab kepala ruangan diantaranya :

Mengatur jadwal dinas

Mengatur dan mengendalikan kebersihan dan ketertiban ruangan

Mengadakan diskusi dengan staf untuk memecahkan masalah ruangan

Membimbing mahasiswa dalam pemberian asuhan keperawatan di ruangan dengan dengan mengikuti sistem MPKP yang telah ada

Melakukan kegiatan administrasi dan surat menyurat

Mengorientasikan pegawai baru, residen, mahasiswa kedokteran dan keperawatan yang akan melakukan praktek di ruangan

Menciptakan dan memelihara hubungan kerja yang harmonis dengan klien, keluarga, dan tim kesehatan lainnya

Mengecek kelengkapan persedian status keperawatan min 5 (lima) set setiap hari

Melaksanakan pembinaan terhadap PP dan PA dalam hal penerapan MPKP termasuk tingkah laku professional

Bila PP cuti, tugas dan tanggungjawab PP tersebut di ambil alih oleh karu, dan dapat didelegasikan kepada PA senior (wakil PP pemula yag ditunjuk) tetapi tetap di bawah pengawasan KARU

Merencanakan dan memfasilitasi ketersediaan fasilitas yang dibutuhkan di ruangan

Memonitor dan mengevaluasi penampilan kerja semua tenaga yang ada di ruangan dan membuat DP3 dan usulan kenaikan pangakat

Melakukan pertemuan rutin dengan semua perawat tiap bulan untuk membahas kebutuhan di ruangan

Merencanakan dan melaksanakan evaluasi mutu asuhan keperawatan

2.2.6 Tugas Dan Tanggung Jawab Clinical Care Menager (CCM)

Dalam bimbingan dan arahan di ruangan diperlukan CCM. Tugas dan tanggung jawab CCM diantaranya :

Melakukan bimbingan dan evaluasi tentang implementasi MPKP (ronde keperawatan)

Mengidentifikasi masalah yang dihadapi oleh PP dan tim.

Identifikasi masalah lain secara umum untuk mendapatkan masukan dari kelompok kerja MPKP

Memberikan masukan pada diskusi kasus yang dilakukan PP dan PA

Mempresentasikan isu-isu baru yang terkait dengan ASKEP

Bekerja sama dengan kepala ruangan dalam hal: melakukan evaluasi ttg mutu ASKEP, mengkoordinir, mengarahkan dan mengevaluasi mhs praktek, dan membahas dan mengevaluasi tentang penerapan MPKP

Mengevaluasi pendidikan kesehatan yang dilakukan oleh PP dan memberi masukan untuk perbaikan

2.2.7 Tugas Dan Tanggung Jawab Perawat Primer

Melakukan kontrak dengan klien dan keluarga pada awal masuk ruangan, mengorientasikan ruangan, melakukan pengkajian (baru dan melanjutkan pengkajian PP dinas sebelumnya)

Mmbuat rencana askep,

menjelaskan renpra yang sudah ditetapkan kepada PA dalam timnya pada saat pre conference,

melakukan bimbingan dan evaluasi PA, memonitor dokumentasi yang dilakukan PA

Melakukan tindakan keperawatan yang bersifat terapi keperawatan dan tindakan keperawatan yang tidak dapat dilakukan oleh PA,

mengatur pelaksanaan konsul dan pemeriksaan lab,

mendampingi dokter visite

Melakukan evaluasi askep dan membuat catatan perkembangan klien setiap hari,

memberikan pendidikan kesehatan pada klien dan keluarga,

membuat perencanaan pulang,

bekerjasama dengan CCM

2.2.8 Tugas Dan Tanggung Jawab Perawat Associate (PA)

Membaca renpra yang telah ditetapkan PP,

menggantikan tugas PP jika tidak berada di tempat,

mengkomunikasikan kepada PP/PJ dinas bila menemukan masalah yang perlu diselesaikan,

menyiapkan klien untuk pemeriksaan diagnostic, lab, pengobatan, dan tindakan,

berperan serta dalam pendidikan kesehatan pada klien dan keluarga,

membantu tim lain yang membutuhkan.

2.2.9 Lima Subsistem dalam pengembangan MPKP

Dalam pelaksanaan MPKP terdapat lima subsistem dalam pengembangan MPKP adalah sebagai berikut:

1. Nilai-nilai profesional sebagai inti model

Pada model ini PP dan PA membangun kontrak dengan klien/keluarga, menjadi partner dalam memberikan asuhan keperawatan. Pada pelaksanaan dan evaluasi renpra, PP mempunyai otonomi dan akuntabilitas untuk mempertanggungjawabkan asuhan yang diberikan termasuk tindakan yang dilakukan oleh PA. hal ini berarti PP mempunyai tanggung jawab membina performa PA agar melakukan tindakan berdasarkan nilai-nilai professional.

Nilai-nilai profesional digariskan dalam kode etik keperawatan yaitu:

Hubungan perawat klien

Hubungan perawat dan praktek

Hubungan perawat dan masyarakat

Hubungan perawat dan teman sejawat

Hubungan perawat dan profesi

2. Pendekatan manajemen

Pada model ini diberlakukan manajemen SDM, yaitu ada garis koordinasi yang jelas antara PP dan PA. performa PA dalam satu tim menjadi tanggung jawab PP. Dengan demikian, PP adalah seorang manajer asuhan keperawatan. Sebagai seorang manajer, PP harus dibekali dengan kemampuan manajemen dan kepemimpinan sehingga PP dapat menjadi manajer yang efektif dan pemimpin yang efektif.

3. Metode pemberian asuhan keperawatan

Metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan adalah modifikasi keperawatan primer sehingga keputusan tentang renpra ditetapkan oleh PP, PP akan mengevaluasi perkembangan klien setiap hari dan membuat modifikasi pada renpra sesuai kebutuhan klien.

4. Hubungan profesional

Hubungan antar profesional dilakukan oleh PP. PP yang paling mengetahui perkembangan kondisi klien sejak awal masuk. Sehingga mampu memberi informasi tentang kondisi klien kepada profesional lain khususnya dokter. Pemberian informasi yang akurat akan membantu dalam penetapan rencana tindakan medik.

5. Sistem Kompensasi dan penghargaan

PP dan timnya berhak atas kompensasi serta penghargaan untuk asuhan keperawatan yang dilakukan sebagai asuhan yang profesional. Kompensasi dan penghargaan yang diberikan kepada perawat bukan bagian dari asuhan medis atau kompensasi dan penghargaan berdasarkan prosedur.

2.3 Karakteristik Keperawatan Bedah Dewasa

Keperawatan bedah dewasa adalah suatu bentuk pelayanan keperawatan pada klien usia dewasa secara biopsikososial dan spiritual serta kultural. Asuhan keperawatan menekankan aspek kualitas dalam menemukan/ mengidentifikasi penyimpangan pemenuhan KDM, penyebabnya, dan mengatasi guna menjamin klien tetap terpenuhi KDMnya. Lingkup Keperawatan bedah dewasa adalah usia dewasa yang memiliki konsekuensi terhadap upaya pemenuhan tugas perkembangan usia dewasa termasuk penatalaksanaan perubahan peran dan fungsinya (Freud, Erickson). Lingkup klien bedah dewasa adalah klien dengan gangguan sistem tubuh dalam konteks penyakit bedah meliputi pre operatif, intra operatif, dan post operatif.

Sebagai perawat, dalam pemberian pelayanan keperawatan pada usia dewasa haruslah mampu memenuhi kebutuhan pasien. Dalam pemberian pelayanan keperawatan keluarga mampu menjadi pendukung dalam penyembuhan klien sehingga dalam hal pemberian asuhan keperawatan, aspek keluarga sangatlah penting.

Struktur Ketenagaan Keperawatan pada MPKPMMMMMMPKP

Kepala Ruang Rawat

C. C. M

PP1

PP3

Pagi

Sore

Malam

Libur/ Cuti

9-10 klien

PA

PA

PA

PA

PA

PA

PA

PA

PA

PA

PA

PA

PA

9-10 klien

PA

PA

PA

PA

PA

PA

9-10 klien

PP2

Gambar 1 Struktur ketenagaan keperawatan pada MPKP

Sumber : Buku Model Praktek Keperawatan Profesional karya Ratna Sitorus

+ 25%

5