bab ii landasan teori - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/1561/3/bab ii.pdf · cidera dan...
TRANSCRIPT
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Ergonomi
Istilah ergonomi berasal dari bahasa latin yaitu “Ergon” dan “Nomos“
(hukum alam) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek – aspek
manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi,
psikologi, engineering, managemen dan desain atau perancangan. Ergonomi
berkenaan pula dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan dan
kenyamanan manusia di tempat kerja, di rumah, dan tempat rekreasi. Di dalam
ergonomi dibutuhkan studi tentang ergonomi dimana manusia, fasilitas kerja dan
lingkungannya saling berinteraksi dengan tujuan utama yaitu menyesuaikan
suasana kerja dengan manusianya. Ergonomi disebut juga sebagai “Human
Factor”. Ergonomi juga digunakan oleh berbagai macam ahli atau
professional pada bidangnya masing-masing, misalnya seperti : ahli anatomi,
arsitektur, perancangan produk ergonomi, fisika, fisioterapi, terapi pekerjaan,
psikologi dan teknik ergonomi. ( Agung Kristanto dan Dianassa Adhi Saputra,
2011).
Pengertian Ergonomi dalam buku Sritomo Wignjosoebroto adalah
Ergonomi atau ergonomics ( bahasa Inggrisnya ) sebenarnya berasal dari kata
yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum. Dengan
demikian ergonomi dimaksudkan sebagai disiplin keilmuan yang mempelajari
manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan. Disiplin ergonomi secara khusus
akan mempelajari keterbatasan dari kemampuan manusia dalam berinteraksi
7
dengan teknologi dan produk-produk buatannya. Disiplin ini berangkat dari
kenyataan bahwa manusia memiliki batas-batas kemampuan baik jangka pendek
maupun jangka panjang pada saat berhadapan dengan keadaan lingkungan sistem
kerjanya yang berupa perangkat keras/hard-ware (mesin, peralatan kerja).
Ergonomi berasal dari kata yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos
yang berarti aturan atau hukum. Ergonomi di Indonesia disepakati bahwa
ergonomi adalah ilmu serta penerapannya yang berusaha untuk menyelarasikan
pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau sebaliknya (Bambang Suhardi:23).
Ruang lingkup ergonomi dalam lapangan kerja ergonomi ini juga mempunyai
peran yang cukup besar, semua bidang pekerjaan menggunakan ergonomi,
ergonomi diterapkan didunia kerja supaya pekerja nyaman dalam melakukan
pekerjaan dengan adanya rasa nyaman diharapkan produktivitas dapat
meningkat.
Tujuan utama ergonomi adalah untuk mencapai kualitas hidup manusia
secara optimal, baik ditempat kerja, lingkungan sosial, di lingkungan keluarga,
maupun dalam kehidupan pribadi. Secara umum tujuan dari oenerapan ergonomi
sebagai berikut:
1. Meningkatkan kesehtan fisik dan mental dengan cara pencegahan
cidera dan penyakit akibat kerja, menurukan beban fisik dan mental
serta mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.
2. Meningkatkan keseimbangan antara berbagai aspek teknis,
ekonomi, antropologi, dan budaya sistem kerja yang dilakukan.
8
Resiko karena kesalahan ergonomi sering sekali dijumpai pada sebuah
industri terjadi kecelakaan kerja yang disebabkan oleh dari faktor pekerja sendiri
atau dari pihak manajemen perusahaan sendiri.kecelakaan yang disebabkan dari
pihak pekerja sendiri karena pekerja tidak hati-hati atau tidak mentaati peraturan
yang sudah ada di pihak perusahaan, faktor kecelakaan yang timbul akibat pihak
manajemen biasanya tidak ada alat-alat keselamatan kerja atau bahkan cara kerja
yang dibuat oleh pihak perusahaan masih belum mempertimbangkan segi
ergonomisnya. Misalnya pekerjaan mengangkat benda kerja diatas 50kg tanpa
menggunakan alat bantu. Untuk menghindari cidera pertama-tama yang dilakukan
adalah mengidentifikasi resiko yang bisa terjadi akibat cara kerja yang salah
setelah jenis pekerjaan tersebut diidentifikasi.
2.2 Antropometri
1. Antropometri dan Aplikasi dalam Perancangan Fasilitas Kerja
Istilah antropometri berasal dari kata “anthro” yang berarti manusia dan
“metri” yang berarti ukuran. Secara definitif antropometri adalah studi yang
berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. antropometri berperan
penting dalam bidang perancangan industri, perancangan pakaian, ergonomi, dan
arsitektur. Dalam bidang- bidang tersebut, data statistik tentang distribusi dimensi
tubuh dari suatu populasi diperlukan untuk menghasilkan produk yang optimal.
Perubahan dalam gaya kehdupan sehari-hari, nutrisi, dan komposisi etnis dari
masyarakat dapat membuat perubahan dalam distribusi ukuran tubuh (misalnya
dalam bentuk epidemik kegemukan), dan membuat perlunya penyesuaian berkala
9
dari koleksi data antropometri. ( Agung Kristanto dan Dianassa Adhi Saputra,
2011)
Antropometri adalah pengtubuh atau pengukuran tubuh lainnya yang sesuai
dengan desain mengenai sesuatu yang akan dipakai manusia. dengan mengetahui
ukuran dimensi tubuh pekerja, maka dapat dibuat desain peralatan kerja yang
sesuai dengan dimensi tubuh pekerja sehingga dapat menciptakan lingkungan
kerja yang nyaman (Bambang Suhardi, 2015:1). Data antropometri yang berhasil
diperoleh akan diaplikasikan secara luas antara lain dalam hal:
a. Perancangan area kerja.
b. Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas (tools) dan
sebagainya.
c. Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi atau meja
komputer, dll.
d. Perancangan lingkungan kerja fisik
Dalam merancang produk harus memperhatikan faktor-faktor yang
mempengaruhi ukuran tubuh manusia, yaitu:
a. Umur
Ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat lahir sampai sekitar 20
tahun untuk pria dan 17 tahun untuk wanita.
10
b. Jenis kelamin.
Dimensi ukuran tubuh laki-laki umumnya lebih besar dibandingkan dengan
wanita. Kecuali untuk beberapa bagian tubuh tertentu seperti lingkaran dada
dan pinggul.
c. Suku bangsa.
Setiap bangsa ataupun kelompok etnik tertentu akan memiliki karakteristik
fisik yang berbeda satu dengan yang lainnya.
d. Sosio ekonomi.
Tingkat sosio ekonomi sangat mempengaruhi dimensi tubuh manusia.
e. Posisi tubuh.
f. Ukuran tubuh akan berbeda dipengaruhi posisi tubuh pada saat akan
melakukan aktivitas tertentu yaitu struktural dan funcional body dimension.
g. Pakaian.
h. Tebal atau tipisnya pakaian yang harus dikenakan, dimana faktor iklim yang
berbeda akan memberikan variasi yang berbeda-beda pula.
i. Jenis pekerjaan.
j. Jenis pekerjaan mewajibkan adanya persyaratan dalam menyeleksi dimensi
tubuh manusia seperti tinggi, berat badan, dan lain-lain.
k. Kehamilan.
Faktor kehamilan pada wanita merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi variabilitas dan antropometri. Terutama tebal perut dan tebal
dada.
11
L. Cacat tubuh.
Dimana data antropometri di sini akan diperlukan untuk perancangan produk
bagi orang-orang cacat (kursi roda, kaki/tangan palsu).
2. Aplikasi antropometri dalam perancangan produk/fasilitas kerja.
Data antropometri yang menyajikan data ukuran dari berbagai macam
anggota tubuh manusia dalam percentile tertentu akan sangat besar manfaatnya
pada saat suatu rancangan produk ataupun fasilitas kerja akan dibuat. Agar
rancangan suatu produk nantinya bisa sesuai dengan ukuran tubuh
manusia yang akan mengoperasikannya, maka prinsip-prinsip apa yang harus
diambil didalam aplikasi data antropometri tersebut harus ditetapkan terlebih
dahulu seperti diuraikan berikut ini :
a. Prinsip perancangan produk bagi individu dengan ukuran yang ekstrim.
Disini rancangan produk dibuat agar bisa memenuhi 2 (dua) sasaran produk,
yaitu :
1) Bisa sesuai untuk ukuran tubuh manusia yang mengikuti klasifikasi
ekstrim dalam arti terlalu besar atau kecil bila dibandingkan dengan
rata-ratanya.
2) Tetap bisa digunakan untuk memenuhi ukuran tubuh yang lain
(mayoritas dari populasi yang ada ). Prinsip perancangan produk yang
bisa dioperasikan diantara rentang ukuran tertentu.
b. Rancangan bisa dirubah-rubah ukurannya sehingga cukup fleksibel
dioperasikan oleh setiap orang yang memiliki berbagai macam ukuran
tubuh. Contoh yang paling umum dijumpai adalah perancangan kursi mobil
yang mana dalam hal ini letaknya bisa digeser maju/mundur dan sudut
12
sandarannya bisa dirubah-rubah sesuai dengan yang diinginkan. Dalam
kaitannya untuk mendapatkan rancangan yang fleksibel, semacam ini maka
data antropometri yang umum diaplikasikan adalah rentang nilai 5-th s/d 95-
th percentile.
c. Prinsip perancangan produk dengan ukuran rata-rata. Berkaitan dengan
aplikasi data antropometri yang diperlukan dalam proses perancangan
produk ataupun fasilitas kerja, maka ada beberapa saran/rekomendasi yang
bisa diberikan sesuai dengan langkah-langkah seperti berikut :
1) Pertama kali terlebih dahulu harus ditetapkan anggota tubuh yang
mana yang nantinya akan difungsikan untuk mengoperasikan
rancangan tersebut.
2) Tentukan dimensi tubuh yang penting dalam proses perancangan
tersebut, dalam hal ini juga perlu diperhatikan apakah harus
menggunakan data struktural body dimension ataukah functional
body dimension.
a) Selanjutnya tentukan populasi terbesar yang harus diantisipasi,
diakomodasikan dan menjadi target utama pemakai rancangan
produk tersebut. Hal ini lazim dikenal sebagai "market
segmentation", seperti produk mainan untuk anak-anak, peralatan
rumah tangga untuk wanita.
b) Tetapkan prinsip ukuran yang harus diikuti semisal apakah
rancangan tersebut untuk ukuran individual yang ekstrim,
rentang ukuran yang fleksibel (adjustable) ataukah ukuran rata-
rata.
13
c) Pilih prosentase p o p u l a s i yang harus diikuti, 90-th, 95-th,
99-th ataukah nilai percentile yang lain yang dikehendaki.
d) Untuk setiap dimensi tubuh yang telah diidentifikasikan
selanjutnya pilih/tetapkan nilai ukurannya dari Tabel data
antropometri yang sesuai. Aplikasi data tersebut dan tambahkan
faktor kelonggaran (allowance)
e) bila diperlukan seperti halnya tambahan ukuran akibat faktor
tebalnya pakaian yang harus dikenakan oleh pekerja, pemakaian
sarung tangan (glowes), dan lain-lain.
3. Pengukuran Data Antropometri
Pengukuran data antropometri dibagi menjadi dua yaitu pengukuran dimensi
statis dan pengukuran dimensi dinamis. Pengukuran dimensi statis mencakup
seluruh anggota tubuh dalam posisi standar dan diam baik dalam posisi berdiri
maupun duduk sedangkan pengukuran dimensi dinamis merupakan dimensi tubuh
yang diukur dalam kondisi kerja atau adanya pergerakan yang dibutuhkan dalam
suatu kerja (Hari Purrnomo, 2013).
Berikut adalah keterangan dimensi tubuh yang Adapun pengukuran
dimensi statis adalah sebagai berikut :
a. Tinggi badan (Tb) adalah dimensi yang diukur dari dasar lantai sampai
kepala bagian atas secara vertikal dalam posisi berdiri dengan kepala tegak.
b. Tinggi mata berdiri (Tmb) adalah dimensi yang diukur darai lantai sampai
mata subjek secara vertikal dalam posisi berdiri dengan kepala tegak.
c. Tinggi bahu berdiri (Tbb) adalah dimensi yang diukur dari dasar lantai
sampai dengan bahu subjek secara vertikal dalam posisi berdiri.
14
d. Tinggi siku berdiri (Tsb) adalah dimensi yang diukur dari lantai sampai
bagian bawah siku secara vertikal dalam dalam posisi berdiri.
e. Tinggi pinggul (Tp) adalah dimensi yang diukur dari lantai sampai dengan
pinggul secara vertikal dalam posisi berdiri.
f. Tinggi buku jari berdiri (Tbjb) adalah dimensi yang diukur dari lantai
sampai metakarpal secara vertikal dalam posisi berdiri.
g. Tinggi ujung jari berdiri (Tujb) adalah dimensi yang diukur dari lantai
sampai ujung jari secara vertikal dalam posisi berdiri.
h. Tinggi duduk (Td) adalah dimensi yang diukur dari permukaan tempat
duduk sampai kepala bagian atas secara vertikal dalam posisi duduk tegak.
i. Tinggi mata duduk (Tmd) adalah dimensi yang diukur dari permukaan
tempat duduk samapai mata secara vertikal dalam posisi duduk.
j. Tinggi siku duduk (Tsd) adalah dimensi yang diukur permukaan tempat
duduk sampai dengan bawah siku secara vertikal dalam posisi duduk.
k. Tinggi bahu duduk (Tbd) adalah dimensi yang diukur dari permukaan
tempat duduk sampai bahu bagian atas.
l. Tinggi popliteal (Tpo) adalah dimensi yang diukur dari lutut bagian
belakang secara vertikal dalam posisi duduk.
m. Tinggi lutut (Tl) adalah dimensi yang diukur dari lantai sampai lutut bagian
atas secara vertikal dalam posisi duduk.
n. Panjang paha (Pp) adalah dimensi yang diukur dari lutut bagian luar sampai
pantat secara horizontal dalam posisi duduk.
o. Panjang popliteal pantat (Ppp) yaitu dimensi yang diukur dari lutut bagian
dalam sampai pantat secara horizontal dalam posisi duduk.
15
p. Lebar bahu (Lb) yaitu dimensi yang diukur terdpat dua pengukuran yaitu
pengukuran deltoid dan akromial. Lebar bahu berdasarkan pengukuran
deltid adalah jarak antara otot deltoid bagian luar kanan dan kiri yang diukur
secara horizontal, sedangkan pengukuran lebar bahu akromial adalah jarak
antara tulang acromial kanan dan kiri yang diukur secara horizontal.
q. Lebar pinggul (Lp) adalah dimensi yang diukur dari pinggul sisi kanan dan
kiri dalam posisi duduk.
r. Jangkauan vertikal duduk (Jvd) yaitu dimensi yang diukur dari alas duduk
sampai ujung jari secara vertikal dalam posisi duduk.
s. Jangkauan vertikal berdiri (jvb) yaitu dimensi yang diukur dari lantai sampai
ujung jari secara vertikal dalam posisi berdiri.
t. Jangkauan horizontal duduk (Jhd) yaitu dimensi yang diukur dari tulang
akromial sampai ujung jari dalam posisiduduk maupun berdiri.
Adapun pengukuran dimensi dinamis adalah sebagai berikut :
a. Panjang badan tengkurap (Pbt) yaitu pengukuran dengan cara badan
tengkurap dengan posisi tangan terlentang kedepan dengan posisi kaki lurus
( diukur dari ujung jari tengah atau kepalan tangan, sesuai kebutuhan)
sampai ujung jari kaki secara horizontal.
b. Tinggi badan tengkurap (Tbt) yaitu dimensi yang diukur sama seperti Pbt,
namun posisi kepala terangkat keatas maksimal (diukur dari lantai sampai
bagian atas kepala secara vertikal).
c. Tinggi badan jongkok (Tbj) yaitu diukur pada posisi jongkok dengan badan
tegak. Kaki kanan atau kiri menumpu pada lantai dan kaki yang lain
16
bertumpu pada jari kaki, diukur dari dasar lantai sampai dengan kepala
bagian atas secara vertikal.
d. Panjang badan merangkak (Pbm) yaitu diukur dengan posisi badan
merangkak yang ditopang oleh kedua tungkai bawah dan kedua tangan
(diukur dari kepala bagian depan sampai ujung kaki).
e. Tinggi badan merangkak (Tbm) yaitu pengukuran sama seperti Pbm.Tpm
diukur dari lantai sampai kepala bagian atas pada posisi merangkak.
Dapat dilihat pada Gambar 2.1, Dimensi Tubuh Manusia sebagai berikut :
17
18
19
20
Gambar 2.1 Dimensi Tubuh Manusia D1 sampai dengan D36
Sumber: Antropometri Indonesia (2014)
2.3 Pengukuran Data Antropometri
Data antropometri dalam penelitian diperoleh penyususun dari pengukuran
dimensi tubuh karyawan. Adapun data-data ukuran dimensi tubuh yang digunakan
dalam perancangan fasilitas kerja pada bagian kasir dapat dilihat pada Tabel 2.1
berikut:
Tabel 2.1
Dasar Pengambilan Pengukuran Untuk Fasilitas Meja Kerja Ukir
No Data
Pengukuran Keterangan pengukuran
1 Jangkuan horisontal berdiri
(JHB)
Untuk mengukur lebar meja
2 Tinggi siku berdiri (TSB) Untuk mengukur tinggi meja yang akan
dibuat pengukuran dilakukan dari lantai
sampai tinggi siku
3 Lebar bahu Untuk mengukur panjang meja
Sumber : Hari Purrnomo (2013)
21
Berdasarkan hasil penejlasan diatas dapat disimpulkan bahwa JHB adalah
untuk mengukur lebar meja, TSB adalah untuk mengukur tinggi meja yang akan
dibuat pengukuran dilakukan dari lantai sampai siku, dan juga LB adalah untuk
panjang meja.
Data antropometri yang diperlukan :
1. Tinggi siku berdiri (TSB) adalah dimensi yang diukur dari lantai sampai
bagian bawah siku secara vertikal dalam dalam posisi berdiri.
2. Jangkauan horisontal berdiri (JHB) yaitu dimensi yang diukur dari lantai
sampai ujung jari secara vertikal dalam posisi berdiri.
3. Lebar bahu (LB) yaitu dimensi yang diukur dari bahu kiri ke bahu kanan.
4. Distribusi Normal dalam Penetapan Data Antropometri
Data Antropometri jelas diperlukan agar rancangan suatu produk bisa sesuai
dengan orang yang akan mengoperasikannnya..
Gambar 2.2 Distibusi normal Sumber : Sri Wignjosoebroto (2000)
Untuk penetapan data antropometri ini, pemakaian distribusi normal akan
umum diterapkan, seperti pada Gambar 2.2 diatas yang merupakan distribusi
normal apabila kita akan mempergunakan ukuran dengan persentil 95th
dalam
22
sebuah perancangan. Dalam statistik, distribusi normal dapat diformulasikan
berdasarkan harga rata-rata (mean, x ) dan simpangan standardnya (standard
deviation) dari data yang ada. Dengan persentil, maka yang dimaksud disini
adalah suatu nilai yang menunjukkan presentase tertentu dari orang yang memiliki
ukuran pada atau dibawah nilai tersebut. Pemakaian nilai-nilai yang umum
diaplikasikan dalam perhitungan data antropometri dapat dijelaskan dalam Tabel
2.2.
Tabel 2.2 Macam Perhitungan Persentil
Presentil Perhitungan
Presentil ke-1
Presentil ke-2,5
Presentil ke-5
Presentil ke-10
Presentil ke-50
Presentil ke-90
Presentil ke-95
Presentil ke-97,5
Presentil ke-99
x - 2,325 x
x - 1,96 x
x - 1,645 x
x - 1,28 x
x
x + 1,28 x
x + 1,645 x
x + 1,96 x
x + 2,325 x
Sumber : Bambang Suhardi (2015)
3.4 Kajian Tentang Nordic Body Map
Ada beberapa cara telah diperkenalkan dalam melakukan evaluasi ergonomi
untuk mengetahui tekananfisik dengan resiko keluhan otot skeletal. Salah satu alat
ukur ergonomi sederhana yang dapat digunakan untuk mengenali sumber
penyebab keluhan muskuloskelental adalah nordic body map. Melalui Nordic
body map dapat diketahui bagian-bagianotot yang mengalami keluhan dengan
23
tingkat keluhan mulai dari rasa tidak nyaman (sakit) sampai dengan sangat sakit.
Nordic body map ini dipakai untuk mengetahui keluhan-keluhanyang dirasakan
oleh pekerja. Kuisoner ini diberikan sebelum dan setelah melakukan pekerjaan
(Bambang Suhardi 2015:35). Kuisoner nordic body map dapat dilihat pada Tabel
2.3.
Tabel 2.3 Nordic Body Map
Sumber data: Tarwaka (2015)
24
3.5 Kajian Tentang Cumulative Trauma Disorder
Cumulative Trauma Disorder (CTD) dapat diterjemahkan sebagai
kerusakan-keruskan kecil akibat trauma berulang yang membentuk kerusakan
yang cukup besar dan menimbulkan rasa sakit. Hal ini sebagai akibat penumpukan
cedera kecil yang setiap kali tiak sembuh total dalam jangka waktu tertentu yang
bias pendek dan bias lama, tergantung dari berat ringannya trauma setiap hari,
yang diekspresikan sebagai rasa nyeri, kesemutan, bengkak dan gejala lainnya.
Gejala CTD biasanya muncul pada jenis pekerjaan yang monoton, sikap
kerja yang tidak alamiah,penggunaan atau pengerahan otot yang melebihi
kemampuannya. Biasanya gejala yang muncul dianggap sepele atau dianggap
tidak ada (Bambang Suhardi 2015:27).
3.6 Pengujian Data
a. Pengujian Data dengan Menggunakan software SPSS
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan software SPSS 17.
Dalam pengujian menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, adapun
prosedur pengujian adalah sebagai berikut :
a. Hipotesis :
H0 : Data berdistribusi normal
H1 : Data tidak berdistribusi normal
b. Statistik uji : Uji Kolmogorof-Smirnov
c. = 0,05
d. Daerah kritis : H0 ditolak jika Sig. <
25
2. Uji Keseragaman Data
Langkah pertama dalam test keseragaman data adalah menghitung
besarnya rata-rata setiap observasi. Untuk nilai rata-rata dapat dihitung
sebagai berikut :
x = n
xn
i
i1 ..................................( Barnes, Ralph M., 1980)
Dimana :
x : nilai rata-rata
x : data hasil pengukuran
n : banyaknya pengukuran yang dilakukan
3. Standar Deviasi
Langkah selanjutnya adalah menentukan standar deviasi, besarnya
standar deviasi dapat dihitung sebagai berikut :
2
1
1
)(
n
xxn
i
i
...............................(Hakim N, Arman, 2005)
Dimana :
σ : standar deviasi
x : data hasil pengukuran
x : nilai rata-rata
n : banyaknya pengukuran dilakukan
Selanjutnya adalah menentukan batas kendali atas (BKA) dan batas
kendali bawah (BKB) dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
BKA = x + k.σ .....................( Nurmianto, Eko, 1998.)
26
BKB = x – k.σ ......................( Purnomo, Hari. 2003.)
Dimana :
x : Rata-rata data hasil pengamatan
σ : Standar deviasi
k : Harga indeks yang besarnya tergantung convidence level, yaitu
jika :
CL = 68% - 94,99%, maka k = 1
CL = 95% - 98,99%, maka k = 2
CL = 99% - 100%, maka k = 3
4. Uji Kecukupan Data
Test kecukupan data dilakukan dengan menggunakan rumus
persamaan sebagai berikut :
2
n
1j
j
2n
1j
j
n
1j
2
j
)x(
)x()xN(s
k
'
N ................(Santoso S. 2003 )
Dimana :
x : data hasil pengukuran
N : Banyaknya pengukuran
S : Tingkat kepercayaan
k : Harga indeks yang besarnya tergantung confidence level, yaitu
jika :
CL = 68% - 94,99%, maka k = 1
CL = 95% - 98,99%, maka k = 2
CL = 99% - 100%, maka k = 3
27
3.7 Kajian Literatur
Adalah penulisan atau penelitian sebelumya sebagai tolak ukur penyusun
terhadap kasus yang diangkat.
1. Eko Prasetyo, Agri Suwandi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas
Pancasila, Jakarta pada tahun 2011 dengan judul rancangan kursi pekerja
SPBU yang ergonomis dengan menggunakan pendekatan antropometri
memiliki kesimpulan penambahan fasilitas kerja berupa kursi dinilai sangat
membantu pekerja, karena pada saat duduk berat badan pekerja yang
terkonsentrasi pada lutut, paha dan punggung bagian bawah akan ditopang
oleh dudukan kursi. Dengan adanya penyangga berupa dudukan kursi
tersbut, berat badan pekerja akan tersebar merata sepanjang dudukan kursi.
Dengan demikian keteganganan otot yang terjadi pada area kaki tidak terjadi
lagi.
2. Agung Santoso, Benedikta Anna, Annisa Purbasari Teknik Industri,
Universitas Riau Kepulauan Batam pada tahun 2014 dengan judul
perancangan ulang kursi antropometri untuk memenuhi standar pengukuran
memiliki kesimpulan kursi antropometri dapat digunakan oleh mahasiswa
untuk melakukan pengukuran 21 dimensi antropometri sesuai standar
pengukuran. Waktu pengukuran untuk 6 dimensi antropometri dengan
menggunakan kursi rancangaan baru didapat rata-rata sebesar 4 menit 16
detik efisensi 76,87 % dari kursi rancangan lama.
3. Agung Kristanto, Dianasa Adhi Saputra Teknik Indutri pada tahun 2011
dengan judul perancangan meja dan kursi yang ergonomis pada stasiun kerja
pemotongan sebagai upaya peningkatan produktivitas memiliki kesimpulan
28
dengan penerapan antropometri ukuran tubuh manusia dalam merancanag
fasilitas kerja meja dan kusi pada stasiun kerja pemotongan ternyata dapat
berpengaruh dalam merubah posisi serta kenyamanan kerja pekerja yang
semula dengan kondisi kerja duduk dikursi yang terlalu kecil/dingklik tanpa
meja dengan posisi kerja kaki tertekuk dan badan membungkuk menjadi
duduk pada kursi yang sesuai dengan ukuran tinggi popliteal pekerja. pada
proses pengujian kelayakan perancangan fasilitas meja dankursi kerja,
diperoleh hasil kuisoner dari 3 pekerja yang merasakan kenyamanan pada
bagian punggung, sebanyak 3 responden pada bagian pinggang, sebanyak 3
responden pada bagian pantat, sebanyak 3 responden dibagian paha,
sebanyak 3 responden dibagian lengan, sebanyak 3 responden pada bagian
lutut, pada bagian betis sebanyak 3 responden. Perancangaan meja dan kursi
fasilitas kerja dapat berpengaruh terhadap waktu baku danoutput standar
untuk penyelesian pemotongan. kondisi awal sebelum perancangan waktu
baku sebesar 9,0848 detik/unit dan output satndar 396 unit/jam, sedangkan
setelah perancangan waktu baku sebesar 7,6766 detik/unit output standar
468 unit/jam, hal tersebut berarti peningkatan output sebanyak 72 unit/jam
dan produktivitas sebesar 18,18 %.