bab ii landasan teori -...

44
10 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Rasa Rendah Diri 2.1.1 Pengertian Rasa Rendah Diri Adler (dalam Suryabrata, 1983) menjelaskan bahwa sejak menjadi dokter Adler telah menaruh perhatian terhadap fungsi-fungsi jasmani yang kurang sempurna, hal ini dirumuskan dalam Organ minderwertigheit und ihre psychische kompensastionen (1912). Mula-mula Adler menyelidiki tentang kenapakah apabila orang sakit itu menderita didaerah-daerah tertentu pada tubuhnya, misalnya ada orang sakit jantung, ada yang sakit paru-paru, dan ada lagi yang sakit punggung dan sebagainya. Adler berpendapat bahwa daerah tersebut kekurangan kesempurnaan atau minderwertgkeit (inferiority), baik karena dasar maupun karena kelainan dalam perkembangan. Selanjutnya Adler menemukan bahwa orang yang mempunyai organ yang kurang baik itu berusaha mengkompensasikannya dengan jalan memperkuat organ tersebut melalui latihan- latihan yang intensif. Contoh yang terkenal mengenai kompensasi terhadap organ yang kurang sempurna adalah Demonthenes yang pada masa kanak-kanaknya menggagap, tetapi karena latihan-latihan akhinya menjadi orator yang paling sempurna. Adler menerbitkan monograf tentang monderwertigkeit von organen. Adler memperluas pendapatnya tentang rasa rendah diri mencakup segala kurang berharga timbul karena ketidakmampuan psikologis, sosial yang dirasa secara subyektif, ataupun fisik (karena keadaan jasmani yang kurang sempurna). Pada

Upload: ngotram

Post on 02-May-2018

220 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1794/3/T1_132007066_BAB II… · Mula-mula Adler menyelidiki ... apa saja. Misalnya saja anak merasa

10

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Rasa Rendah Diri

2.1.1 Pengertian Rasa Rendah Diri

Adler (dalam Suryabrata, 1983) menjelaskan bahwa sejak menjadi dokter

Adler telah menaruh perhatian terhadap fungsi-fungsi jasmani yang kurang

sempurna, hal ini dirumuskan dalam Organ minderwertigheit und ihre psychische

kompensastionen (1912). Mula-mula Adler menyelidiki tentang kenapakah

apabila orang sakit itu menderita didaerah-daerah tertentu pada tubuhnya,

misalnya ada orang sakit jantung, ada yang sakit paru-paru, dan ada lagi yang

sakit punggung dan sebagainya. Adler berpendapat bahwa daerah tersebut

kekurangan kesempurnaan atau minderwertgkeit (inferiority), baik karena dasar

maupun karena kelainan dalam perkembangan. Selanjutnya Adler menemukan

bahwa orang yang mempunyai organ yang kurang baik itu berusaha

mengkompensasikannya dengan jalan memperkuat organ tersebut melalui latihan-

latihan yang intensif. Contoh yang terkenal mengenai kompensasi terhadap organ

yang kurang sempurna adalah Demonthenes yang pada masa kanak-kanaknya

menggagap, tetapi karena latihan-latihan akhinya menjadi orator yang paling

sempurna. Adler menerbitkan monograf tentang monderwertigkeit von organen.

Adler memperluas pendapatnya tentang rasa rendah diri mencakup segala kurang

berharga timbul karena ketidakmampuan psikologis, sosial yang dirasa secara

subyektif, ataupun fisik (karena keadaan jasmani yang kurang sempurna). Pada

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1794/3/T1_132007066_BAB II… · Mula-mula Adler menyelidiki ... apa saja. Misalnya saja anak merasa

11

mulanya Adler menyatakan inferioritas itu “kebetinaan” dan kompensasinya

disebut “protes kejantanan”, akan tetapi kemudian ia memasukkan hal itu kedalam

pengertian yang lebih luas yaitu rasa diri kurang atau rasa rendah diri yang timbul

karena perasaan kurang berharga atau kurang mampu dalam bidang penghidupan

apa saja. Misalnya saja anak merasa kurang jika membandingkan diri dengan

orang dewasa, dan karenanya didorong untuk mencapai taraf perkembangan yang

lebih tinggi, dan apabila dia telah mencapai taraf perkembangan timbul lagi rasa

diri kurangnya dan didorong untuk maju lagi, demikian selanjutnya. Adler

berpendapat, bahwa rendah diri itu bukanlah suatu pertanda ketidak-normalan,

melainkan justru melainkan pendorong bagi segala perbaikan dalam kehidupan

manusia. Rasa rendah diri berlebihan sehingga manifestasinya juga tidak normal,

misalnya timbul komplek rendah diri atau komplek untuk superior. Dalam

keadaan normal rasa rendah diri itu merupakan pendorong ke arah kemajuan atau

kesempurnaan (superior). Adler bukanlah seorang hedonist; walaupun rasa rendah

diri adalah penderitaan, namun hilangnya rasa rendah diri tidak mesti berarti

datangnya kenikmatan. Bagi Adler tujuan manusia bukanlah mendapatkan

kenikmatan, akan tetapi mencapai kekuasaan.

Adler (dalam Alwisol, 2005) menyatakan rasa rendah diri adalah perasaan

seseorang lebih rendah dibanding orang lain dalam satu atau lain hal (orang yang

merasa rendah diri cenderung bersikap egosentris, memposisikan diri sebagai

korban, merasa tidak puas terhadap dirinya, mengasihani diri sendiri dan mudah

menyerah). Perasaan lebih rendah dapat muncul sebagai akibat sesuatu yang

nyata atau hasil imajinasi saja. Rasa rendah diri sering terjadi tanpa disadari dan

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1794/3/T1_132007066_BAB II… · Mula-mula Adler menyelidiki ... apa saja. Misalnya saja anak merasa

12

bisa membuat orang yang merasakannya melakukan kompensasi yang berlebihan

untuk mengimbanginya, berupa prestasi yang spektakuler, atau perilaku antisosial

yang ekstrem, atau keduanya. Tidak seperti rasa rendah diri yang normal

(keinginan dihormati, dihargai, keinginan dipuji) yang dapat mendorong

pencapaian prestasi, sedangkan rendah diri yang abnormal (rasa tinggi hati yang

berlebihan, menganggap dirinya sangat tinggi, egois, dan punya kecenderungan

untuk menolak orang lain) yang akan merusak dirinya sendiri. kompleks rasa

rendah diri adalah berupa keadaan putus asa parah, yang mengakibatkan orang

yang mengalaminya melarikan diri saat mengalami kesulitan. Penelitian awal

dalam bidang ini dipelopori oleh Alfred Adler, yang menggunakan contoh

kompleks yang dialami Napoleon untuk mengilustrasikan teorinya. Seperti yang

diketahui, Napoleon Bonaparte dikenal juga dengan teori sindrom orang pendek

yang konvensional yang terkenal dengan sindrom Napoleon atau sindrom orang

kecil. Seperti dilansir dari Buzzle (dalam Wahyuningsih (2010), sindrom orang

pendek adalah teori yang berhubungan dengan orang-orang bertubuh mungil alias

pendek. Teori ini menunjukkan bahwa beberapa orang pendek memiliki rasa

rendah diri karena bertubuh pendek dan cenderung mengimbanginya dengan

aspek lain di kehidupannya. Orang-orang yang berpostur pendek ditemukan

sangat agresif dan pencemburu berat. Ini hanya diduga sebagai kondisi psikologis,

dan terjadi pada beberapa orang pendek yang berkelamin laki-laki. Sindrom ini

bukanlah gangguan mental tetapi dianggap sebagai stereotip sosial yang

merendahkan. Adler berpendapat bahwa kompleks rendah diri juga dapat

dirasakan pada tingkatan yang lebih luas, yaitu pada suatu budaya dari bangsa

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1794/3/T1_132007066_BAB II… · Mula-mula Adler menyelidiki ... apa saja. Misalnya saja anak merasa

13

tertentu. Selanjutnya menurut teori ini, Kaisar Napoleon Bonaparte selalu

mengimbagi perawakannya yang pendek dengan menjadi sangat agresif. Teori ini

juga terkait dengan penguasa agresif lainnya, seperti Hitler dan Mussolini. Pada

aspek sosialnya anak bertubuh jauh lebih pendek dari yang lain akan diintimidasi

oleh teman-temannya. Perasaan kompleks muncul seperti rendah diri pada anak-

anak, yang akan membuatnya selalu berusaha keras untuk mendapat perhatian

yang lebih besar, juga menuntut kekuasaan dan kontrol atas orang lain. Ini akan

membuatnya menjadi orang yang agresif ketika dewasa kelak.

Adler (dalam Boerre, 2006) menyatakan setiap individu ditarik ke arah

pemenuhan, penyempurnaan dan aktualisasi diri. Namun sebagian orang yang

sakit jiwa pada akhirnya gagal memenuhi keinginan individu itu sendiri,

mengalami ketidaksempurnaan dan tidak mampu mengaktualisaikan dirinya, itu

semua terjadi karena individu tidak memiliki kesadaran sosial, atau dalam bahasa

yang positif, karena individu terlalu mementingkan diri-sendiri. Pertanyaannya

sekarang adalah apa yang menyebabkan begitu banyak dari individu yang

mementingkan diri-sendiri. Adler mengatakan itu semua terjadi karena individu

terlalu dikuasai oleh inferioritas individu sendiri. Kalau individu merasa mampu

dan percaya diri melakukan segalanya sendirian, individu akan memiliki perhatian

pada orang lain. Tapi kalau keadaanya tidak demikian, kalau kehidupan sepertinya

tidak berpihak pada individu, maka segenap perhatian individu pun akan tertuju

hanya pada diri individu itu sendiri. Tentu saja setiap orang menderita dengan

keinferioran yang mereka alami dalam berbagai bentuk. Misalnya, Adler

mengawali analisis teoretisnya dengan membahas inferioritas organ, yaitu

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1794/3/T1_132007066_BAB II… · Mula-mula Adler menyelidiki ... apa saja. Misalnya saja anak merasa

14

kenyataan bahwa setiap individu memiliki kelemahan, sekaligus kelebihan

tertentu, baik secara anatomi atau fisiologi. Ada diantara individu yang lahir

dengan kondisi jantung lemah, atau mengidap kelainan jantung dini, ada lagi yang

memiliki paru-paru lemah, asma atau polio, ada yang mengalami masalah

penglihatan, pendengaran atau otot sejak kecil, diantara individu ada yang sudah

punya kecenderungan gemuk sejak kecil, dan tidak ada pula jarang pula ada yang

sejak kecil sudah kerempeng (kurus), sementara ada yang sejak kecil sudah tidak

bisa diharapkan pertumbuhannya, serta masih banyak lagi contoh yang lain. Adler

menyatakan bahwa tidak jarang orang dalam menghadapi inferioritas organik

semacam ini dengan cara kompensasi. Individu berusaha menutupi kelemahan-

kelemahannya dengan berbagai cara. Kelemahan secara fisik bisa diatasi dengan

cara melatihnya bahkan bisa menjadi lebih kuat dibanding yang lain, atau ada lagi

orang yang mengkompensasi kelemahan fisiknya secara psikologis karena

masalah-masalah fisik bisa mendorong perkembangan bakat atau gaya

kepribadian tertentu. Individu tentu pernah mengagumi kelebihan orang yang

memiliki kelemahan fisik. Sayangnya, tidak sedikit pula orang yang gagal

mengatasi kesulitan-kesulitan seperti ini, sehingga individu menjalani hidupnya

dengan perasaan tertekan dan menderita. Adler berpendapat masyarakat yang

sangat optimistik sekarang ini tidak terlalu memperhatikan jumlah orang-orang

yang seperti ini. Namun Adler kemudian melihat bahwa ini bukanlah akhir dari

keseluruhan cerita.

Menurut Adler (dalam Boerre, 2006) orang-orang lebih banyak mengidap

inferioritas psikologis. Di antara individu yang dicap sebagi orang bodoh, nakal,

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1794/3/T1_132007066_BAB II… · Mula-mula Adler menyelidiki ... apa saja. Misalnya saja anak merasa

15

lemah dan sebagainya. Di antara individu ada yang mulai meyakini tidak mampu

berbuat hal-hal positif. Di sekolah individu mengikuti ujian berkali-kali dan

memperoleh nilai yang menunjukkan individu berada jauh dibawah teman lain

atau individu dilecehkan karena tampang yang jelek sehingga tidak punya teman

atau tidak punya pacar atau ketika individu terpaksa ikut main bola basket,

individu siap dicaci maki oleh anggota tim yang lain. Dalam contoh ini, yang jadi

persoalan bukan lagi keinferioran jasmaniah karena secara fisik kita tidak kurang

apa-apa, tetapi individu perlahan-lahan mulai membenci diri sendiri. Kemudian

individu akan mencari kompensasi dengan cara mencari sisi-sisi baik dari

kekurangan-kekurangan tadi. Kompensasi itu didapat dengan cara berusaha untuk

lebih dibidang yang lain, akan tetapi pada waktu yang sama tetap memelihara

perasaan inferior tadi. Bahkan ada sebagian orang yang tidak mampu

mengembangkan sisi baik apapun dalam keadaan seperti ini. Kompleks

inferioritas bukan persoalan kecil, atau bisa dikatakan penyakit yang neurosis,

artinya masalah inferioritas sama besarnya dengan masalah kehidupan itu sendiri.

Individu akan menjadi pemalu dan penakut, merasa tidak aman, ragu-ragu,

pengecut, tertindas dan sebagainya. Individu mulai mempercayakan diri pada

orang untuk mengatur hidup individu itu sendiri, dan individu mulai

memanfaatkan orang lain, tidak ada orang yang betah dengan individu tersebut

yang disebut dengan inferioritas sosial. Selain dengan kompensasi dan kompleks

inferioritas, masih ada lagi cara lain yang dilakukan orang untuk merespon sifat

inferioritas yang ada dalam dirinya, yaitu kompleks superioritas. Kompleks

superioritas berarti menutupi kelemahan dan keinferioritas individu dengan cara

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1794/3/T1_132007066_BAB II… · Mula-mula Adler menyelidiki ... apa saja. Misalnya saja anak merasa

16

berpura-pura punya kelebihan dan superior. Jika individu merasa tubuh

bertumbuh besar adalah menganggap orang lain bertubuh kecil. Diktator dan

orang yang senang mengintimidasi adalah contoh hal ini, sedangkan contoh yang

paling jelas adalah orang yang sok pahlawan, orang yang memandang rendah

orang lain berdasar ras, etnik, asal, agama, orientasi seksual, atau postur tubuh

mereka. Bahkan ada lagi individu menyembunyikan kelemahannya dengan cara

yang lebih halus, yaitu dengan terlibat dengan alkohol dan narkoba.

Adler (dalam Chiril, 2010) menyatakan Man is pushed by the need to

overcome his inferiority and pulled by the desire to be superior. Bahwa manusia

dilahirkan dengan kekurangan tertentu yang membawa rasa rendah diri. Rasa

rendah diri ini akan mendorong individu untuk berusaha mengatasinya agar

individu mencapai rasa superior dan mencapai kesempurnaan. Ada dua tipe

rendah diri yang biasanya dialami oleh semua individu yaitu rasa rendah diri

terhadap aspek fisik diri dan aspek kejiwaan atau psikologis. Rasa rendah diri

terhadap aspek fisik diri yang disebut juga rendah diri organ. Ada di dalam diri

individu efek dari tanggapan subjektifnya atas bentuk fisik miliknya yang mana

dikatakan kurang sempurna. Perasaan inferiority organ dialami oleh individu yang

dilahirkan cacat anggota badannya. Ada juga individu normal dapat mengalami

perasaan inferiority organ karena diri individu berpikiran negatif dan pesimis

terhadap diri sendiri. Tidak heran, jika ada individu yang mengambil jalan pintas

dengan menjalani operasi wajah demi mendapatkan kepuasan dan menghilangkan

perasaan rendah diri di dalam dirinya. Kemudian, inferior kejiwaan yang terjadi

subjektif efek dari ketidaksesuaian individu menghadapi dunia sosialnya.

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1794/3/T1_132007066_BAB II… · Mula-mula Adler menyelidiki ... apa saja. Misalnya saja anak merasa

17

Perasaan inferior ini turut muncul dalam diri individu dalam pengaruh layanan

orang tua yang diterima saat di awal 5 tahun pertama. Baik individu ini

dimanjakan atau diabaikan oleh ibu dan ayah menjadi faktor yang menyumbang

kepada pembentukan kepribadian individu ketika dewasa. Pengasuhan orang tua

yang tidak toleran dengan anak dipercaya mampu memberi langkah kepada anak

bersikap memberontak dan bersikap anti-sosial. Proses memampas inferioriti ini

akan terjadi terus menerus (cycle through lifetime) dan terjadi di sepanjang hayat.

Karena itu, inferior ini perlu dilihat dari perspektif yang positif. Dalam perasaan

inferior, manusia sebenarnya mengalami proses perkembangan yang sehat dan

individu merupakan satu kritik yang konstruktif buat diri sendiri dan dalam pada

saat yang sama individu menjadi lebih peka terhadap kelemahan dan kelebihan

diri sendiri.

2.1.2 Ciri-ciri Rasa Rendah diri

Dari tahun ke tahun teori rasa rendah diri Adler sudah dikembangkan

menjadi teori yang lebih spesifik, kuat, mudah untuk dipelajari dan dipahami.

Empat pengertian tentang rendah diri dari teori Adler yang dari tahun-ke tahun

seperti yang dikemukakan oleh Suryabrata (1983), Alwisol (2005), Boeree

(2006), Chiril (2010), dan ciri-ciri rasa rendah diri menurut Adler dalam

Kumbarini (2010). Dari setiap pendapat yang dikembangkan oleh tokoh

ditemukan pendapat yang berbeda yang mengupas rasa rendah diri tetapi apabila

dipahami akan sama-sama menjelaskan rasa rendah diri. Penulis dapat

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1794/3/T1_132007066_BAB II… · Mula-mula Adler menyelidiki ... apa saja. Misalnya saja anak merasa

18

menyimpulkan ciri-ciri dari rendah diri yang dikelompokkan menurut aspek fisik,

psikologis, dan sosial dalam teori Adler seperti dibawah ini:

1. Adler (dalam Suryabrata, 1983), ciri-ciri rendah diri mencakup:

a. Fisik : Jasmani kurang sempurna dan orgam inferiority rendah

karena daerah tersebut kekurangan kesempurnaan baik

karena dasar maupun karena kelainan dalam perkembangan

b. Psikologis : Perasaan kurang berharga

c. Sosial : perasaan kurang mampu dalam kehidupan sosial.

2. Adler (dalam Alwisol, 2005) ciri-ciri rendah diri mencakup:

a. Fisik : Tubuh pendek

b. Psikologis : Memposisikan diri sebagai korban, merasa tidak puas

terhadap dirinya, mengasihani diri sendiri, mudah

menyerah, agresif, egosentris.

c. Sosial : kecenderungan menolak orang, diintimidasi oleh teman-

teman.

3. Adler (dalam Boeree, 2006). Ciri-ciri rendah diri mencakup:

a. Fisik : Inferioritas organ (lahir dengan kondisi jantung lemah,

mengidap kelainan jantung dini, memiliki paru-paru lemah, asma /

polio, mengalami masalah penglihatan, pendengaran atau otot

sejak kecil, sudah ada kecenderugan gemuk sejak kecil, sejak kecil

sudah tidak bisa diharapkan perkembangannya.

b. Psikologis : Selalu dicap sebagai orang yang bodoh, nakal,

lemah, dilecehkan.

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1794/3/T1_132007066_BAB II… · Mula-mula Adler menyelidiki ... apa saja. Misalnya saja anak merasa

19

c. Sosial : Malu, penakut, merasa tidak aman, ragu-ragu, pengecut,

tertindas.

4. Adler (dalam Chiril, 2010). Ciri-ciri rendah diri mencakup:

a.Fisik : Cacat angggota tubuh, rendah diri organ (penyakit),

individu normal dapat mengalami perasaan inferiority

organ karena diri individu berpikiran negatif dan pesimis

terhadap diri sendiri (disfungsi).

b.Psikologis : berfikiran negatif, pesimis.

c.Sosial : dimanja, diabaikan, pengasuhan yang tidak toleran.

Adler (dalam Kumbarani, 2011) mengemukakan ciri-ciri rendah diri ini

akan terus menerus mengingat keterbatasan individu, sebagai hasil dari tindakan

orang tua yang terlalu otoriter atau tekanan dari teman sebaya. Keterbatasan ini

mungkin dalam penampilan fisik, perbedaan budaya, respons emosional, dan

keterampilan dasar tertentu. Dengan terus-menerus mengingat keterbatasan ini,

maka seseorang akan mulai menunjukkan ciri-ciri dari rasa rendah diri. Individu

juga mengembangkan mekanisme pertahanan diri yang akan digunakan setiap kali

mereka merasa rendah diri. Mekanisme pertahanan diri yang kemudian menjadi

ciri-ciri dari rasa rendah diri.

Ciri-ciri orang yang rendah diri dikemukakan Adler (dalam Kumbarani, 2011)

sebagai berikut:

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1794/3/T1_132007066_BAB II… · Mula-mula Adler menyelidiki ... apa saja. Misalnya saja anak merasa

20

1. Menarik diri dari kehidupan sosial. Individu yang merasa rendah diri akan

menarik diri dari lingkungan sosialnya. Menganggap dirinya tidak

berharga dibanding orang lain yang mereka anggap lebih baik dalam setiap

hal.

2. Kelainan fisik. Seperti kepincangan, lemah, kerdil, cacat, bagian wajah

yang tidak proposional, ketidakmampuan dalam bicara maupun

penglihatan, akan mengakibatkan reaksi emosional dan berhubungan

dengan pengalaman yang tidak menyenangkan pada kejadian sebelumnya

3. Menyalahkan Dunia. Individu yang merasa rendah diri selalu

menyalahkan faktor ekternal, misalnya nasib sial, perusahaannya, atau

lingkungannya secara umum, setiap kali dia mengalami kegagalan yang

disebabkan oleh dirinya sendiri. Individu tidak mampu untuk menerima

bahwa kegagalannya mungkin terjadi karena kesalahannya sendiri. Karena

itulah, individu menuntut bahwa seluruh dunia harus bertanggung jawab

atas penderitaan dan kegagalannya.

4. Mencela. Salah satu ciri paling umum dari orang yang menderita rasa

rendah diri adalah sikap yang suka mencela. Sebagai contoh, individu

mungkin tidak mampu untuk melakukan suatu pekerjaan dengan benar,

dan jika temannya bisa melakukannya dengan baik, maka dia mengaitkan

kesuksesan temannya itu dengan faktor luar, misalnya bantuan dari orang

lain, atau keberuntungan. Dia tidak pernah mengaitkan kesuksesan

temannya itu dengan kemampuan yang dimiliki oleh temannya. Cara ini

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1794/3/T1_132007066_BAB II… · Mula-mula Adler menyelidiki ... apa saja. Misalnya saja anak merasa

21

digunakannya sebagai jalan untuk menolak kebenaran atau fakta bahwa

sebenarnya temannya tersebut memang lebih ahli dibanding dirinya.

5. Tidak Sportif. Orang yang rendah diri menolak untuk berpartisipasi dalam

semua jenis kompetisi, dimana kemampuan individu akan diuji melawan

orang lain. Meski individu melakukannya, sikapnya yang suka mencela

akan muncul. Meski begitu, dia sangat menikmati kemenangan, walau itu

mungkin bukan atas usahanya sendiri.

6. Sangat Sensitif. Orang yang punya rasa rendah diri sangat sensitif terhadap

pujian dan kritikan. Jika dipuji, individu akan mempertanyakan ketulusan

dari orang yang memuji, dan jika dikritik, individu akan segera

mempertahankan diri. Individu tidak bisa merespon humor ringan dengan

baik. Bila dilontarkan komentar secara tidak sengaja individu mungkin

akan menanggapinya dengan serius.

7. Memancing Pujian. Orang yang rendah diri sangat suka memancing pujian

dari orang lain. Akan tetapi, terkadang, meski ingin sekali dipuji, individu

mungkin tidak mau menerimanya dan percaya bahwa orang yang memuji

tersebut hanyalah karena dipancing.

8. Takut Membuat Kesalahan. Orang yang rendah diri juga takut untuk

mencoba sesuatu yang baru, karena jauh di dalam hatinya dia sangat takut

membuat kesalahan sehingga akan terus menerus teringat dengan

kesalahannya tersebut.

9. Bersikap Kasar. Orang rendah diri, sering berbicara lantang, bahkan

sampai bersikap kasar. Ini berasal dari keinginan untuk membuktikan pada

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1794/3/T1_132007066_BAB II… · Mula-mula Adler menyelidiki ... apa saja. Misalnya saja anak merasa

22

dirinya dan orang lain bahwa dia juga mampu untuk melakukan hal-hal

yang dilakukan oleh orang lain.

Dari ciri-ciri rendah diri menurut teori Adler yang dapat dikategorikan oleh

penulis dalam 3 aspek, dapat menyimpulkan bahwa ciri-ciri tersebut mempunyai

hasil yang tumpang tindih dan hampir sama. Yang membedakan hanyalah bentuk

penjelasannya dari setiap teori rendah diri dari Adler yang dikembangkan oleh

Suryabrata (1983), Alwisol (2005), Boeree (2006), Chiril (2010) dan Kumbarini

(2011). Berikut ini penulis menjabarkan dan menjelaskan aspek rendah diri Adler

dengan menggolongkan ciri-ciri rendah diri untuk dimasukkan ke setiap aspek

rendah diri untuk diterapakan dengan instrumen yang dipakai:

1. Dari aspek fisik, Alwisol, Boeree, Chiril dan Kumbarini menjelaskan lebih

spesifik ke dalam bagian fisik dan organ inferiority seperti: bertumbuh

pendek/kerdil, kepincangan, cacat, bagian wajah yang tidak proposional,

ketidakmampuan dalam bicara maupun penglihatan, aspek fisik lebih

kedalam organ inferiority bentuk fisik kurang sempurna, cacat anggota

tubuh dan tubuh yang normal mengalami inferiority organ karena diri

individu berfikiran negatif dan pesimis terhadap dirinya (disfungsi),

kondisi jantung lemah, mengidap kelainan jantung dini, memiliki paru-

paru lemah, asma atau polio, mengalami masalah penglihatan,

pendengaran atau otot sejak kecil, sejak kecil sudak kerempeng, ada yang

sejak kecil sudah tidak bisa diharapkan pertumbuhannya. sedangkan

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1794/3/T1_132007066_BAB II… · Mula-mula Adler menyelidiki ... apa saja. Misalnya saja anak merasa

23

Suryabrata menjelaskan lebih luas yaitu jasmani kurang sempurna dan

juga menjelaskan mengenai organ inferiority karena daerah tersebut

kekurangan kesempuran baik karena dasar maupun karena kelainan dalam

perkembangan. Jadi kesimpulannya dari perbedaaan mengenai ciri-ciri

rendah diri tersebut akan menjadi lebih kuat, jelas dan mudah dipahami

setelah dimasukkan ke aspek fisik.

2. Dari aspek psikologis, Suryabrata, Alwisol, Boeree, Chiril dan Kumbarini

menjelaskan masing-masing lebih spesifik contohnya: Perasaan kurang

berharga, Memposisikan diri sebagai korban, merasa tidak puas terhadap

dirinya, mengasihani diri sendiri, mudah menyerah,agresif, egosentris,

Selalu dicap sebagai orang yang bodoh, nakal, lemah, dilecehkan,

berfikiran negatif, pesimis, takut membuat kesalahan, menyalahkan dunia,

berfikir negatif. walaupun dalam penjelasannya saling tumpah tindih/tidak

sama tetapi apabila dipahami akan sama-sama menjelaskan bahwa ciri-ciri

rendah diri tersebut masuk ke aspek psikologis. Jadi kesimpulannya dari

perbedaaan ciri-ciri rendah diri tersebut akan menjadi lebih kuat, jelas dan

mudah dipahami setelah dimasukkan ke aspek psikologis.

3. Dari aspek sosial, Suryabrata, Alwisol, Boeree, Chiril, dan Kumbarini

menjelaskan masing-masing lebih spesifik contohnya: perasaan kurang

mampu dalam penghidupan, kecenderungan menolak orang, diintimidasi

oleh teman-teman, Malu, penakut, merasa tidak aman, ragu-ragu,

pengecut, tertindas, dimanja, diabaikan, pengasuhan yang tidak toleran,

menarik diri dari kehidupan sosial, mencela, tidak sportif, sangat sensitif,

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1794/3/T1_132007066_BAB II… · Mula-mula Adler menyelidiki ... apa saja. Misalnya saja anak merasa

24

memancing pujian, bersikap kasar. walaupun dalam penjelasannya saling

tumpang tindih/tidak sama tetapi apabila dipahami akan sama-sama

menjelaskan bahwa ciri-ciri rendah diri tersebut masuk ke aspek sosial.

Jadi kesimpulannya dari perbedaaan ciri-ciri rendah diri tersebut akan

menjadi lebih kuat, jelas dan mudah dipahami setelah dimasukkan ke

aspek sosial.

Jadi dapat dinyatakan dari setiap aspek yang dikembangkan menjadi sebuah

kesimpulan bagian yang utuh dalam rasa rendah diri dilihat dari aspek fisik,

psikologi dan sosial. Dengan ciri-ciri yang utuh dan aspek rendah diri dari teori

Adler penulis lebih mudah untuk memasukkan ciri-ciri rendah diri ke dalam setiap

aspek untuk menjadi sebuah instrumen/kisi-kisi rendah diri yang lebih mudah

untuk dipahami. Penulis membuat check list yang terdiri dari instrumen rendah

diri dari teori Adler yang dikembangkan oleh Suryabrata, Alwisol, Boeree, Chiril

dan Kumbarini. Check list yang sudah jadi akan dipergunakan untuk membuat

pernyataan/item sebagai alat untuk mengetahui siswa yang mempunyai rasa

rendah diri.

2.1.3 Jenis Rasa Rendah Diri

Adler (dalam Alwisol, 2005) mengemukakan dimana aliran Adler

menunjukkan perbedaan antara rasa rendah diri primer dan sekunder Rasa rendah

diri primer berakar dari pengalaman sebenarnya dari masa anak saat individu

lemah, tak berdaya, dan tergantung pada orang dewasa. Perasaan demikian bisa

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1794/3/T1_132007066_BAB II… · Mula-mula Adler menyelidiki ... apa saja. Misalnya saja anak merasa

25

lebih meningkat saat dibandingkan dengan sesamanya atau dengan orang dewasa.

Rasa rendah diri sekunder berhubungan dengan pengalaman orang dewasa saat

individu gagal mencapai tujuan akhir yang tidak disadari dan fiktif berupa

keamanan subjektif dan berhasil mengkompensasi perasaan rendah dirinya.

Jauhnya pencapaian tujuan akan membawa pada perasaan kurang yang akan

mengembalikan perasaan rendah dirinya, gabungan perasaan rendah diri demikian

akan sangat terasa. Tujuan yang ditentukan untuk menghilangkan rasa rendah diri

pertama yang bersifat primer justru menjadi penyebab rasa rendah diri kedua yang

bersifat sekunder.

Catatan Adler yang berjudul “Classical Adlerian Theory and Practice”

Stein (1999 dalam Susanto. Y, 2011), menyebutkan dengan istilah primary dan

secondary inferiority. Keminderan primer adalah keminderan yang adanya

terletak di wilayah kepribadian kita yang paling dalam (core personality).

Biasanya ini terkait dengan nilai-nilai yang kita anut atau motif. Keminderan

primer sama seperti keminderan general. Sedangkan keminderan sekunder adalah

bentuk keminderan yang letaknya berada di wilayah kepribadian yang di

permukaan. Biasanya ini terkait dengan pengetahuan, keterampilan informasi,

atau sikap. Misalnya individu minder berdampingan dengan orang yang lebih

alim, lebih pakar, lebih hebat, atau lebih banyak menguasai informasi.

Keminderan sekunder ini biasanya lebih mudah diubah ketimbang keminderan

primer. Umumnya, keminderan primer itu adanya di alam bawah sadar individu.

Sedangkan keminderan sekunder itu adanya di alam Sadar individu. Hal lain lagi

yang perlu kita ketahui juga terkait dengan keminderan ini adalah ada bentuk

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1794/3/T1_132007066_BAB II… · Mula-mula Adler menyelidiki ... apa saja. Misalnya saja anak merasa

26

keminderan tertentu yang berasal dari opini tentang diri individu itu sendiri.

Keminderan perseptual itu misalnya individu punya penilaian yang kurang atau

penilaian yang negatif tentang diri sendiri. Banyak orang yang menilai dirinya

tidak mampu padahal sebetulnya kemampuan itu dimiliki. Ada juga keminderan

faktual, misalnya terkait dengan kecacatan fisik, kelas ekonomi, status sosial, dan

seterusnya.

2.1.4 Penyebab Rasa Rendah diri

Minder umumnya berawal dari penilaian diri yang buruk. Menurut Adler

(dalam Kumbarani, 2011) kebanyakan orang merasa minder karena mengalami

inferioritas yang ditandai adanya perasaan tidak kompeten atau kekurang

mampuan diri. Perasaan ini dapat muncul karena orang tersebut merasa (atau

betul-betul) memiliki kekurangan secara fisik, sosial maupun psikis. Seseorang

yang selalu membandingkan dirinya dengan orang lain, dan merasa dirinya lebih

rendah, akan memunculkan rasa minder. Orang perfeksionis, yaitu orang yang

sangat takut penampilannya tidak memuaskan (penampilan fisik maupun hasil

karyanya), juga menandakan bahwa yang bersangkutan mengalami inferioritas.

Karena merasa inferior, pada umumnya individu cenderung menarik diri dari

lingkungan sosial. Perasaan inferior tumbuh sejak masa kanak-kanak. Minder

umumnya muncul dari pengalaman masa lalu. Pada masa perkembangan, anak-

anak dikondisikan untuk merasa bahwa dirinya memiliki hal yang memalukan.

Akibatnya merasa tidak sebaik orang lain. Perasaan inferior seringkali tumbuh

karena sikap atau perilaku orang tua, guru atau orang dewasa, yang kurang tepat

terhadap anak-anak. Orang dewasa seringkali melakukan penolakan dan koreksi

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1794/3/T1_132007066_BAB II… · Mula-mula Adler menyelidiki ... apa saja. Misalnya saja anak merasa

27

negatif terhadap anak-anak. Julukan yang sifatnya olok-olok dan merendahkan

yang setiap dialami dapat menjadi penyebab seseorang menjadi inferior. Orang

tua yang perfeksionis memiliki harapan terlalu tinggi dan tidak realistik terhadap

anak turut mendorong lahirnya sifat inferior. Ketika anak tidak dapat memenuhi

harapan orang tuanya, anak akan merasa tak mampu dan merasa tidak berguna

sehingga munculah minder.

Penyebab rasa rendah diri menurut Adler (dalam Hasanah, 2011) :

1. Saat lahir - setiap orang lahir dengan perasaan rendah diri karena pada

waktu itu individu tergantung kepada orang lain yang berada di sekitarnya.

2. Sikap orangtua - memberikan pendapat dan evaluasi negatif terhadap

perilaku dan kelemahan anak di bawah enam tahun akan menentukan

sikap anak tersebut.

3. Kekurangan fisik - seperti kepincangan, bagian wajah yang tidak

proporsional, ketidakmampuan dalam bicara atau penglihatan

mengakibatkan reaksi emosional dan berhubungan dengan pengalaman

tidak menyenangkan sebelumnya.

4. Keterbatasan mental - membawa rasa rendah diri saat dilakukan

perbandingan dengan prestasi orang lain, dan saat diharapkannya

penampilan yang sempurna membawa anda yng mempunyai keterbatasan

mental dapat menjadi rendah diri.

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1794/3/T1_132007066_BAB II… · Mula-mula Adler menyelidiki ... apa saja. Misalnya saja anak merasa

28

5. Kekurangan secara sosial - keluarga, ras, jenis kelamin, atau status sosial.

Yang dianggap lebih rendah / kurang dibanding keluarga, rasa, status

sosial, kelompok bangsa lain.

Kemudian ditambah dengan penyebab rendah diri yang dikemukakan

Adler (dalam Mukherjee , 2011) yang dijelaskan sebagai berikut: bahwa rendah

diri disebabkan rasa ketidakmampuan sebagian besar muncul ketika ada konflik

emosional antara keinginan pengakuan dan takut dipermalukan. Orang-orang

yang telah menghadapi diskriminasi sosial karena status ekonomi mereka, warna

kulit, agama, dll berada pada risiko lebih tinggi menderita masalah ini. Pendidikan

adalah faktor lain bertanggung jawab untuk masalah ini. Mereka yang dirawat

tidak merata oleh orang tua pada tahun-tahun formatif mereka cenderung

menderita dari itu. Sayangnya, dalam masyarakat kita, mereka yang memiliki fisik

cacat atau cacat mental diperlakukan sangat buruk. Mereka harus berjuang banyak

untuk mendapatkan pengakuan dan rasa penerimaan dari masyarakat.

Kekecewaan berulang dan penolakan memberi mereka sebuah kompleks rendah

diri

2.1.5 Gejala-gejala Rasa rendah diri

Menurut Adler (dalam Kuntjojo, 2010) kompleks inferioritas adalah

perasaan yang berlebihan bahwa dirinya merupakan orang yang tidak mampu.

Adler menyatakan bahwa gejala tersebut paling sedikit disebabkan oleh tiga hal,

yaitu : a. Memiliki cacat jasmani, b. dimanjakan, dan c. dididik dengan kekerasan

Masrun (dalam Kuntjojo, 2010).

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1794/3/T1_132007066_BAB II… · Mula-mula Adler menyelidiki ... apa saja. Misalnya saja anak merasa

29

Tanda-tanda bahwa seorang anak mengalami kompleks inferioritas adalah

gagap dan buang air kecil waktu tidur (ngompol). Kompleks inferioritas bukan

persoalan kecil, melainkan sudah tergolong neurosis atau gangguan jiwa, artinya

masalah tersebut sama besarnya dengan masalah kehidupan itu sendiri. Orang

yang menunjukkan dirinya penakut, pemalu, merasa tidak aman, ragu-ragu.

adalah orang yang mengidap komplek inferioritas Adler (dalam Alwisol, 2005).

Memperhatikan gejala-gejala yang telah diuraikan (gagap, ngompol, penakut,

pemalu, tidak aman, ragu-ragu) banyak faktor inferioritas disebabkan oleh

pengaruh lingkungan yang tidak mendukung. Kebanyakan dari mereka benar-

benar dihadapkan pada situasi dimana mereka merasa tidak berguna, tidak bisa

apa-apa, dan juga tidak diterima oleh lingkungannya. Membangkitkan

kepercayaan diri orang yang inferior merupakan pekerjaan yang tidak mudah,

karena cenderung munculnya perasaan tersebut sulit dihindari.

Adler (dalam Kumbarani, 2011) menyebutkan ada 5 gejala inferioritas yang

paling umum, diantaranya :

1. Perilaku mencari perhatian. Dengan berbagai cara, subjek inferior secara

terus menerus berusaha mendapatkan perhatian.

2. Dominasi, yaitu jika seseorang berbuah seolah-olah berkuasa atas sesuatu

yang sebenarnya justru menyebabkan dirinya merasa minder.

3. Eksklusif, yaitu perilaku tidak terlibat dalam aktifitas sosial dan lebih suka

menyendiri akibat banyak kekurangan.

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1794/3/T1_132007066_BAB II… · Mula-mula Adler menyelidiki ... apa saja. Misalnya saja anak merasa

30

4. Kompensasi, jika seseorang menyembunyikan perasaan inferiornya

dengan mengembangkan diri, sehingga akhirnya mendatangkan respek dan

perhatian dari orang lain.

5. Kritis, yaitu jika seseorang memiliki kebiasaan mengkritik orang lain

dalam upaya menciptakan dan memelihara citra bahwa dirinya lebih

mampu dari orang lain.

Adler (dalam Mukherjee , 2011) membahas gejala rendah diri dilihat dari

fisik, psikologis dan sosial yang dimana pada beberapa orang, rasa tidak mampu

hanya imajiner dan diciptakan oleh pikiran mereka. Di lain, masalah itu bisa

benar-benar ada. Apapun terjadi, mengakui masalah ini sangat penting. Beberapa

yang umum diidentifikasi gejala rendah diri yang kompleks adalah sebagai

berikut.

1. Individu merindukan untuk mendapatkan pujian dan pengakuan dari orang

lain sepanjang waktu. Jika Individu tidak mendapatkan pujian yang bagus,

mereka merasa sedih.

2. Individu selalu sibuk dalam menunjukkan kesalahan orang lain. Hal ini

terjadi hanya karena individu tidak menyukai diri-sendiri sebagai pribadi

dan tidak yakin tentang diri individu sendiri, individu merasa sulit untuk

memiliki perasaan positif tentang orang lain.

3. Individu takut kritik. Individu sepenuhnya menyadari kekurangan mereka

tapi jika orang lain mengatakan hal itu maka individu merasa

dipermalukan.

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1794/3/T1_132007066_BAB II… · Mula-mula Adler menyelidiki ... apa saja. Misalnya saja anak merasa

31

4. Beberapa orang dapat berubah agresif dan mencoba untuk mendominasi

orang lain. Individu mungkin terlibat dalam beberapa kompetisi yang tidak

sehat. Ini adalah sebuah usaha di bagian individu untuk mendapatkan lebih

dari tekanan psikologis individu sendiri.

5. Beberapa orang, di sisi lain, dapat menjadi sangat pemalu dan penakut.

Mereka menghindari pertemuan sosial dan mengisolasi diri dari

masyarakat

2.1.6 Cara mengatasi rasa rendah diri

Adler membahas tentang striving for superiority, yaitu dorongan untuk

mengatasi inferiority dengan mencapai keunggulan. Dorongan ini sifatnya bawaan

dan merupakan daya penggerak yang kuat bagi individu sepanjang hidupnya.

Adanya striving for superiority menyebabkan manusia selalu berkembang ke arah

kesempurnaan. Teorinya ini yang membuat Adler memiliki pandangan lebih

optimis dan positif terhadap manusia serta lebih berorientasi ke masa depan

dibandingkan Freud yang lebih berorientasi ke masa lalu (Charles, 2010).

Individu memulai hidupnya dengan kelemahan fisik yang menimbulkan

perasaan inferior. Perasaan inilah yang kemudian menjadi pendorong agar dirinya

sukses dan tidak menyerah pada inferioritasnya. Adler berpendapat bahwa

manusia memulai hidup dengan dasar kekuatan perjuangan yang diaktifkan oleh

kelemahan fisik neonatal (Alwisol, 2005). Kelemahan fisik menimbulkan

perasaan inferior. Individu yang jiwanya tidak sehat mengembangkan perasaan

inferioritasnya secara berlebihan dan berusaha mengkompensasikannya dengan

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1794/3/T1_132007066_BAB II… · Mula-mula Adler menyelidiki ... apa saja. Misalnya saja anak merasa

32

membuat tujuan menjadi superioritas personal. Sebaliknya, orang yang sehat

jiwanya dimotivasi oleh perasaan normal ketidak lengkapan diri dan minat sosial

yang tinggi. Individu berjuang menjadi sukses, mengacu kekesempurnaan dan

kebahagiaan siapa saja. Alwisol (2005) meringkas konsep Adler tentang

perjuangan mencapai tujuan final sebagai kompensasi pribadi dan sebagai minat

sosial dalam diagram alur berikut ini ( dalam Kuntjojo, 2010).

Bagan 1: PERJUANGAN MENCAPAI TUJUAN FINAL

(sumber :Adler (dalam Alwisol, 2005))

TUJUAN FINAL DIPERSEPSI KABUR

DI

TUJUAN FINAL DIPERSEPSI JELAS

DI SUPERIORITAS PRIBADI SUKSES

KEUNTUNGAN PRIBADI

MINAT SOSIAL

PERASAAN TAK LENGKAP YANG BERLEBIHAN

PERASAAN TAK LENGKAP YANG NORMAL

PERASAAN INFERIOR

KELEMAHAN FISIK

KEKUATAN PERJUANGAN YANG

DIBAWA SEJAK LAHIR

PERJUANGAN

MENJADI

SUPERIOR

PERJUANGAN

MENJADI

SUKSES

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1794/3/T1_132007066_BAB II… · Mula-mula Adler menyelidiki ... apa saja. Misalnya saja anak merasa

33

2.2 Konseling Kelompok Adlerian

2.2.1 Teori Konseling Kelompok Adlerian

Karena asumsi dasar Adler dari semua yang penting didalam kepribadian

sosial makhluk hidup, dia tertarik bekerja dengan konseli dalam konteks

konseling kelompok. Dinkmeyer (1975 dalam Corey, 1984) menyediakan

ringkasan yang bagus dari dorongan mayor model kelompok Adlerian yang berisi

pendekatan Adlerian menekankan pada keberhasilan kerjasama pasien dan

membantunya mengantisipasi kesuksesan. Investigasi psikologis yang terjadi

dalam kelompok memerlukan eksplorasi dari konstelasi keluarga dan pandangan

subjektif dari pendekatan pada tugas kehidupan kepedulian diberikan kepada

keluhan, masalah, dan perasaan individu: penafsiran dibuat terutama motif,

maksud, dan tujuannya. Orientasi kembali terjadi sangat efektif seperti konseli

dihadapkan dengan teknik bayangan seperti konseli melihat tujuan dan tekniknya

dan menjadi sadar akan kekuatannya untuk membuat keputusan.

Allen (1971 dalam Corey, 1984) menuliskan bahwa sistem Adler menarik

perhatian besar dan jumlah pengguna yang sedang bekerja sesuai dengan

sistemnya berkembang secara cepat. Dari hanya sedikit penganut dinegara ini

beberapa dekade yang lalu. Jumlah dari pengikut berkembang menjadi ribuan

dengan beberapa peneliti menyatakan sebanyak 20.000 orang awam dan

profesional menganut teknik Adler.

Jumlah dari ketertarikan dalam kerja Adler dilihat dari meningkatnya

jumlah institusi nasional dan internasional yang menawarkan pelatihan teknik

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1794/3/T1_132007066_BAB II… · Mula-mula Adler menyelidiki ... apa saja. Misalnya saja anak merasa

34

Adler, termasuk konseling kelompok Adlerian sesuai Manaster dan Corsini (1980

dalam Corey,1984), ada 1977 organisasi Adlerian di Austria, Denmark, Prancis,

Jerman, Britania, Yunani, Israel, Italia, Belada, Switzerland, dan Amerika. Di

Amerika Utara ada kelompok psikologi Adlerian bagian Amerika Utara, sekitar

selusin bagian atau asosiasi daerah. Dinkmeyer, Pew, dan Dinkmeyer (1979

dalam Corey,1984) memberi alamat dari 65 institusi pelatihan perhimpunan dan

organisasi pendidikan keluarga, semua di Amerika.

2.2.2 Aplikasi Prinsip Adlerian pada konseling kelompok

2.2.2.1 Rasional Konseling kelompok

Kelompok menyediakan konteks sosial dimana anggotanya dapat

mengembangkan rasa kepemilikan dan komunitas Dinkmayer (1975 dalam Corey,

1984) menulis bahwa anggota kelompok datang dan melihat bahwa banyak

masalah mereka adalah kepribadian interpersonal, sikap mereka mempunyai

pengertian sosial dan bahwa tujuan mereka dapat dimengerti secara baik dalam

kerangka tujuan sosial beberapa faktor konseling spesifik yang didiskripsikan

Dinkmayer dalam kelompok Adlerian:

1. Kelompok menyediakan sebuah cermin dari sikap seseorang.

2. Anggota mendapatkan keuntungan dari feedback dari anggota yang

lain dan ketua kelompok

3. Anggota memperoleh bantuan dari yang lain dan memberikan bantuan.

4. Kelompok menyediakan kesempatan untuk mengetes kenyataan dan

mencoba sikap yang baru

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1794/3/T1_132007066_BAB II… · Mula-mula Adler menyelidiki ... apa saja. Misalnya saja anak merasa

35

5. Kontek kelompok mendorong anggota untuk membuat komitmen

untuk mengambil bagian untuk mengubah hidupnya.

6. Transaksi dalam kelompok membantu anggota mengerti bagaimana

fungsi mereka dalam pekerjaan dan rumah dan juga memperlihatkan

bagaimana anggota mencari tempat mereka dalam komunitas.

7. Kelompok disusun sebagaimana mestinya bahwa anggota dapat

bertemu kebutuhan mereka.

2.2.3 Tujuan Konseling Kelompok Adlerian

Menurut Dinkmayer (1979 dalam Corey, 1984), konseling kelompok

Adlerian mempunyai 4 tujuan pokok yang berhubungan dengan 4 siklus proses

konseling konseling kelompok. Tujuan ini digunakan untuk konseling indivdu dan

konseling kelompok:

1. Membangun dan mempertahankan hubungan empati antara konseli dan

konselor yang berdasarkan pada kepercayaan bersama dan rasa hormat dan

dimana konseli merasa dimengerti dan diterima konselor

2. Menyediakan suasana konseling dimana konseli dapat datang untuk

mengerti kepercayaan dasar mereka dan perasaan tentang dirinya dan

menemukan mengapa kepercayaan mereka bisa salah.

3. Membantu konseli mengembangkan pandangan ketujuan mereka yang

salah dan kebiasaan kalah diri melalui proses konfrontasi dan interpretasi

4. Membimbing konseli dalam menemukan alternatif dan mendorong mereka

untuk membuat keputusan yang memberi pandangan pada tindakan.

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1794/3/T1_132007066_BAB II… · Mula-mula Adler menyelidiki ... apa saja. Misalnya saja anak merasa

36

2.2.4 Teknik Konseling kelompok Adlerian

Konseling Adlerian menggunakan berbagai teknik untuk membantu siswa

untuk mengeksplorasi perilaku. beberapa teknik ini tepat untuk konseling secara

umum dan lainnya lebih sesuai untuk pengaturan individu atau kelompok.

beberapa penjelasan teknik umum mengikuti:

1. Pelacakan. Siswa berpindah dalam ruangan, konselor sekolah yang

profesioanal mengatakan kepada siswa apa yang sedang dia lakukan.

contonya, "kamu memilih sebuah truk dan bawa itu kesini”. Ini dapat

digunakan untuk mengembangkan hubungan dengan siswa dan untuk

mengatakan bahwa apa yang dia lakukan itu ssangat penting. Teknik ini

sangat bekerja dengan baik dalam konseling (Kottman & Johnson, 1993)

2. Pemberitahuan kembali. Mengulang pernyataan dari apa yang mau siswa

katakan. Jika siswa mengatakan, “ boneka itu ingin memelukmu.” Konselor

dapat merespon dengan “ boneka itu ingin memelukku”. Teknik Menyatakan

kembali akan menjadi yang lebih sesuai di dalam konseling dan sebagai cara

untuk menyajikan, mengembangkan hubungan dan membantu siswa untuk

mengembangkan diri. Kottman & Johnson (1993 dalam Erford , 2004)

3. Refleksi. Mencerminkan emosi siswa untuk membantunya menjadi lebih

sadar dan memahami perasaan sendiri. konselor harus berusaha untuk

mencerminkan level permukaan dari emosi baik menekankan perasan. Sebuah

contoh siswa melempar mainan rusak, menendang dan berkata, "Yang selalu

terjadi padaku" Konselor mungkin mengatakan "Kadang-kadang Anda merasa

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1794/3/T1_132007066_BAB II… · Mula-mula Adler menyelidiki ... apa saja. Misalnya saja anak merasa

37

marah karena hal-hal tidak bekerja dan Anda merasa seperti yang sering

terjadi pada Anda” Kottman & Johnson (1993 dalam Erford, 2004)

4. Ingatan awal. Teknik ini mengharuskan siswa untuk mengingat beberapa

peristiwa kehidupan awal (yang biasanya berasal dari waktu siswa itu 4-6

tahun). Ingatan ini membantu konselor untuk mengidentifikasi apa yang siswa

percaya tentang dunia, dirinya, dan orang lain. ingatan ini dapat

mencerminkan tema sebaik emosi yang spesifik adalah penting untuk

memahami siswa. Konselor dapat mengidentifikasi jika siswa menyampaikan

perasaan aman, dirawat, dan dapat mengontrol hal-hal. Kottman & Johnson

(1993 dalam Erford, 2004)

5. Metafora konseling. Siswa akan sering menggunakan metafora dari simbol

dan konselor sekolah yang profesional dapat menggunakan metafora siswa

untuk mengerti dan membantu anak mengerti diri mereka. Ini dapat digunakan

dalam konseling, dimana siswa akan menggunakan metafora secara spontan,

seperti “ Ini boneka ayah. Dia datang ke rumah dan berubah menjadi dokter

dan memakan memakan seluruh keluarga, Kottman & Johnson (1993 dalam

Erford, 2004). Secara jelas contoh ini menyediakan konselor sekolah yang

profesional dengan yang sangat bagu tentang bagaiman perasaan siswa dan

melihat dunia.

6. Bercerita bersama. Metafora siswa dapat juga digunakan untuk membantu

siswa memahami kepercayaan dan pandangan hidupnya. Konselor sekolah

yang profesional dapat memiliki anak yang menceritakan sebuah cerita dari

permulaan tengah dan akhir. Cerita siswa mungkin berisi beberapa

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1794/3/T1_132007066_BAB II… · Mula-mula Adler menyelidiki ... apa saja. Misalnya saja anak merasa

38

kepercayaan dan persepsi yang salah dan konselor sekolah yang profesional

dapat mengambil keuntungan untuk mengulang cerita dengan pandangan yang

lebih positif dan adaptif untuk membantu siswa mengembangkan perspektif

baru Kottman & Johnson (1993 dalam Erford, 2004)). Game bercerita

bersama (Erford, 2000) progam CD-ROM yang berbasis progam window

membantu memfasilitasi siswa bercerita bersama dengan menyediakan latar

belakang dan karakter yang berbeda.

7. Permainan konseling. Siswa yang lebih tua tidak berharap untuk

mendatangi konseling atau tidak ingin untuk mendiskusikan emosinya atau

untuk mengubah perilaku mereka. Game, antara yang dibeli ditoko dan game

spesial yang didesain untuk konseling, seperti beberapa seri yang

dikembangkan oleh Erford (2004) ( progam CD-ROM berbasis Window 2000

a-b, 2001 a-c, 2002 a-c), dapat digunakan untuk memancing siswa yang

enggan. Bermain game dapat menyediakan konselor sebuah kesempatan untuk

mengamati perilaku siswa dan untuk mengidentifikasi beberapa dari sikap

siswa dirinya dan orang lain. Game yang dimainkan dalam kelompok, secara

umum dapat menyediakan imformasi tentang kemampuan sosial, keinginan

untuk menunggu, mengambil bagian menangani ketidakjanjian. Konselor

sekolah yang profesional dapat menggunakan kemampuan ini untuk

membantu siswa menemukan pikirannya. Berperasaan dan perilaku,

mengembangkan rasa kompetensi, dan membangun harga diri. Kadang siswa

mengatakan ketiak bermain game dan memberi informasi yang lebih dari sesi

tatap muka, Kottman (1990 dalam Erford).

Page 30: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1794/3/T1_132007066_BAB II… · Mula-mula Adler menyelidiki ... apa saja. Misalnya saja anak merasa

39

8. Simulasi dan bermain peran. Menggunakan drama yang kreatif dapat

memotivasi siswa yang lebih tua dalam pengaturan kelompok. anggota

kelompok dapat menggunakan bermain peran untuk menemukan perilaku

yang berbeda dan untuk mengamati bagaimana perilaku ini berakibat pada

yang lain. Simulasi dan bermain peran dapat dengan membantu anggota

kelompok mengembangkan sikap empati untuk orang lain, mengembangkan

kemampuan sosial, menemukan dunia terdalam dengan lainnya,

mengembangkan kemampuan mendengarkan dan kehadiran, bekerjasama

dengan yang lain, belajar kemampuan mengambil keputusan, dan

mengembangkan kemampuan untuk mengamati dan mengevaluasi diri yang

lain, Kottman (1990 dalam Erford, 2004)

9. Pertanyaan “dapatkah ini”. Pertanyaan “ dapatkah ini” membuat konselor

menjadi sadar tentang perasaan salah perilaku siswa dan membantu siswa

mengidentifikasi salah perilakunya. Jadi, jika konselor merasa terganggu oleh

kesadaran siswa mencoba untuk membuat konselor melihatnya, konselor dapat

berkata “ dapatkah ini Kamu membuatku sibuk karena Kamu ingin aku

memberi perhatian kepadamu?”. Ini akan membantu siswa menjadi lebih sadar

denngan tujuan dari salah perilakunya, Poppen dan Thompson (1974 dalam

Erford, 2004).

10. Tujuan paradoxical. Sebuah eksperimen, konselor dapat memiliki siswa

melakukan kebalikan dari apa yang siswa harapkan untuk menemukan gejala

atau salah perilaku. Ini dapat membantu siswa mengembangkan kesadaran

yang besar dari akibat salah perilakunya jika dia tidak menahan diri

Page 31: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1794/3/T1_132007066_BAB II… · Mula-mula Adler menyelidiki ... apa saja. Misalnya saja anak merasa

40

melakukan ini, tapi dengan sengaja melakukan ini. Contohnya, jika konselor

mengatakan kepada siswa, sama seperti eksperimen, untuk dengan sengaja

tidak membuat tugas rumah. Ini mungkin membantu siswa menjadi sadar

dengan fakta bahwa dengan memilih perilakunya. Dengan tidak membuat

tugas rumah tidak atraktif ketika ini diijinkan, dan mem bangtu siswa melihat

bagaimana bodoh dan lucu siswa salah perilaku mereka, Dinkmayer (1979

dalam Erford, 2004). Teknik ini harus digunakan secar hati-hati untuk waktu

yang terbatas, dengan siswa yangs sesuai (dan dengan persetujuan dan

dukungan dengan guru siswa) untuk bekerja secara efektif.

11. Berpura-pura pada subklien. Teknik ini menyambut kepada sebuah

kegiatan sekolah asrama dimana siswa akan berpura-pura untuk membuat

siswa menyerah. Disini, konselor mengidentifikasi tujuan dan mengulangi

beberapa salah perilaku dan merusak kelucuan. Dari siswa dengan

menurunkan kesenangan klien mungkin dapat dari salah perilaku. Contohnya,

konselor mungkin dengan merefleksi kepada siswa yang lebih tua bahwa

masalah minum-minumannya mungkin adalah cara untuk siswa tetap

berhubungan kepada ayah yang dia nyatakan benci, karena ayah adalah

alkoholic dan itu adalah sesuatu yang klien dapat bagikan, Carlson & Sperry

(2001 dalam Erford, 2004).

12. Berakting “seperti jika”. Konselor sekolah yang profesional dapat

memiliki siswa, sebuah tugas atau latihan, berakting dengan cara dia ingi

berakting. Siswa mungkin menahan diri pada awalnya, mengatakan bahwa ini

hanya berpura-pura dan tidak nyata. Bagaimanapun juga, konselor dapat

Page 32: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1794/3/T1_132007066_BAB II… · Mula-mula Adler menyelidiki ... apa saja. Misalnya saja anak merasa

41

menghubungkan untuk mencoba pikiran baru untuk mengganti pakaian. Siswa

mungkin mencoba untuk memakai dan melihatnya bekerja. Jika siswa tidak

mencoba dan merasa lebih baik, klien mungkin memutuskan untuk

berperilaku berbeda. Ini dapat dilakukan untuk beberapa waktu, kemudian

siswa dapat kembali kepada konselor untuk mendiskusikan hasilnya,

Dinkmayer (1979 dalam Erford, 2004). Sebuah contoh seperti bahwa siswa

yang malu dapat berakting seperti dengan berkata ramah dan mengatakan “

hallo” untuk tiap orang yang ditemui.

13. Menangkap seseorang. Seperti siswa menjadi lebih sadar, konselor sekolah

yang profesional dapat menyarankan bahwa siswa menangkap dirinya

melakukan sesuatu yang siswa mungkin ingin ubah. Pertama, siswa akan

mencoba untuk menangkap dirinya terlalu lambat melakukan sesuatu. Seperti

praktek siswa belajar untuk mengantisipasi dan mencegah situasi tertentu /

mengubah perilakunya. Ini dapat dilakukan dengan rasa humor, dan bekerja

baik jika siswa dapat tertawa tentang dirinya, Dinkmayer (1979 dalam Erford,

2004).

14. Membuat perpindahan. Kadang, siswa harus dimotivasi untuk berubah.

Taktik ini harus digunakan secara hati-hati dan dalam rasa percaya dan

hubungan konselor sekolah yang profesional berkembang dengan siswa.

Untuk membuat perpindahan, konselor dapat menggunakan kejutan untuk

menghantam siswa keluar dari kemalasan. Contohnya, jika siswa memutuskan

ingin menyerah, konselor mungkin setuju dengannya, Dinkmayer (1979 dalam

Page 33: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1794/3/T1_132007066_BAB II… · Mula-mula Adler menyelidiki ... apa saja. Misalnya saja anak merasa

42

Erford, 2004). Jika digunakan secara benar, tida mengatakan hal yang

diinginkan dapat berakibat dalam waktu dari kesadaran diri yang dalam.

15. Mencegah pemberontakan kekuatan. Sering, siswa akan mencoba sejalan

dengan konselor dalam peran dasar pada keinginan siswa dan keyakinan

tentang dunia. Dengan demikian, siswa mungkin mencoba untuk memancing

konselor ke dalam mengukur yang siswa tidak suka. Konselor harus tetap

sadar tentang perasaan anak mencoba untuk memperoleh dan mencegah

memberinya untuk rasa tersakiti atau ketidakberanian. Secara umum, konselor

mencegah kekuatan pemberontakan dengan anak, Dinkmayer (1979 dalam

Erford, 2004).

16. Pengaturan tugas dan komitmen. Disini, konselor membantu siswa untuk

mengidentifikasi apa yang dia dapat lakukan dengan masalah dan berjanji

untuk melakukan ini untuk periode waktu yang spesifik. Jika siswa sukses,

siswa mungkin merasa didorong dan berlanjut untuk berubah. Jika tidak,

perilaku baru dapat ditemukan dan siswa dapat mencoba lagi, Dinkmayer

(1979 dalam Erfort, 2004)

17. Teknik tekan tombol. Siswa mengerti bahwa siswa bertanggung jawab

untuk perasaan baik baik dan buruk yang siswa alami. Manusia mengatur

mood siswa. Teknik ini, siswa dapat di tuntun secara mental mengalami

sendiri sesuatu yang memberi perasaan yang sangat baik. Kemudian, siswa

dapat menvisualisasi sebuah pengalaman yang membuatnya merasa sangat

buruk. Sama seperti anak melakukan ini, konselor sekolah yang profesional

dapat membantu siswa belajar untuk menghubungkan bagaimana pikiran

Page 34: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1794/3/T1_132007066_BAB II… · Mula-mula Adler menyelidiki ... apa saja. Misalnya saja anak merasa

43

seseorang tentang pengalaman yang menuntun perasaan seseorang tentang

pengalaman, Carlson & Sperry (2001 dalam Erford, 2004).

2.2.5 Fase-fase / Tahap-tahap Konseling Kelompok Adlerian

Dreikurs (1969 dalam Corey, 1984) menggarisbawahi dari 4 fase

konseling kelompok yang berhubungan dengan 4 tujuan konseling:

1. Membangun dan mempertahankan hubungan konseling secara menyeluruh

2. Menemukan kerja dinamis pada individu (analisa)

3. Mengkomunikasikan pada individu sebuah pengertian dari pandangan diri

4. Melihat allterntif baru dan membuat pilihan baru (orientasi kembali)

Fase 1: Membangun dan mempertahankan hubungan konseling secara

menyeluruh

Pada fase awal penekanan pada membangun hubungan terapi yang baik

berdasar kepada kerjasama dan saling menghormati. Anggota kelompok didorong

untuk aktif dalam proses, anggota bertanggung jawab atas partisipasi ke dalam

kelompok. Tidak selalu mudah untuk membuat situasi aktif karena meskipun

konseli yang sangat berani untuk membuat perubahan mungkin tidak ingin untuk

melakukan pekerjaan yang diperlukan untuk partisipasi kelompok efektif dan

mungkin diputuskan untuk membuktikan bahwa konseli tak berdaya, Dreikurs

(1969 dalam Corey, 1984). Dreikurs melihat sebuah kelompok kondusif untuk

hubungan baik antara konseli dan konselor. Pada situasi kelompok ada terdapat

kesempatan cukup saat bekerja dalam issu kepercayaan dan untuk memperkuat

Page 35: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1794/3/T1_132007066_BAB II… · Mula-mula Adler menyelidiki ... apa saja. Misalnya saja anak merasa

44

hubungan antara anggota dan ketua. Juga menyaksikan perubahan dalam

kelompok, anggota dapat mengamati nilai yang terjadi pada kelompok kerja.

Hubungan konselor dan konseli dalam konseling Adlerian adalah

hubungan seimbang. Konselor dan konseli bekerja bersama menuju tujuan

bersama. Kontrak mungkin menjadi bagian dari usaha konseling. Dalam

kelompok kontrak mengindikasi apa yang konseli inginkan dan harapkan dari

kelompok menunjukan tanggung jawab dari ketua dan anggota. Adlerian percaya

bahwa konseling, individu atau dalam kelompok, berjalan hanya ketika proses

konseling difokuskan pada apa yang konseli lihat secara personal signifikan dan

pada area yang mereka ingin temukan dan ubah. Ini apa yang, Dreikers (1967

dalam Corey, 1984) dikatakan bahwa kepribadian bekerja bersama dari hubungan

terapi Adlerian dan dari kebutuhan untuk pelurusan dari tujuan konseli dan

konselor: Kerjasama konseling memerlukan sebuah pelurusan tujuan. Ketika

tujuan dan ketertarikan dari pasien dan konselor berkonflik tidak ada hubungan

yang memuaskan yang dapat di bangun. Memenangkan kerjasama pasien untuk

tugas biasa adalah syarat untuk setiap konseling: mempertahankan ini

memerlukan kesiagaan yang terus menerus. Apa yang muncul sebaga

”perlawanan merupakan perselisihan antara tujuan konselor dan pasien”

Fase 2: Menemukan kerja dinamis pada individu (analisis)

Tujuan dari fase ke dua adalah mengerti gaya hidup seseorang dan melihat

bagaimana gaya hidup berakibat pada fungsi seseorang dalam semua tugas hidup,

Musak (1979 dalam Corey, 1984). Ketua memulai dari menemukan bagaimana

fungsi anggota kelompok sekarang pada pekerjaan dan situasi sosial dan

Page 36: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1794/3/T1_132007066_BAB II… · Mula-mula Adler menyelidiki ... apa saja. Misalnya saja anak merasa

45

bagaimana merasakan diri dan identitas peran jenis kelamin. Dinkmayer (1979

dalam Corey, 1984) menulis bahwa perkiraan awal ini dapat disempurnakan

dengan menunjukkan prioritas konseli, mungkin dengan bertanya pertayaan

seperti ” apa tujuan utama dalam hidupmu? Kesuksesan? kekuatan? Keamanan?

Menyenangkan orang lain dengan memberikan keinginan mereka” tujuannya

untuk membimbing orang-orang pergi dari kemustahilan dari posisi “ hanya jika.

Contohnya, “ hanya jika aku berhasil menyenangkan orang lain disetiap waktu

aku menghindari perasaan gagal”.

Sesuai Dreikurs (1969 dalam Corey, 1984), tujuan individu dan gaya

hidup sekarang menjadi lebih jelas dalam interaksi yang lain didalam kelompok.

Juga, individu mungkin merespon secara berbeda ketika dilawan oleh anggota

yang lain daripada ketika mereka dilawan oleh konselor itu sendiri.

Analisa dan perkiraan tergantung dengan berat pada penemuan dari

konstelasi keluarga konseli, dimana termasuk mengevaluasi kondisi yang menang

dalam keluarga ketika seseorang sebagai anak kecil dalam proses membentuk

keyakinan gaya hidup dan asumsi dasar. Dinkmayer (1979 dalam Corey, 1984)

mendiskripsikan kuesioner konstilasi keluarga yang menyediakan pada persepsi

diri konseli, hubungan kandung, dorongan signifikan dalam diri mereka dan

keputusan yang dibuat konseli

Prosedur perkiraan yang lain dengan menyuruh konseli untuk melaporkan

rekoleksi awal, peristiwa spesifik yang diingat dari awal usia balita, dengan

perasaan dan pikiran yang menyertai kejadian mereka. Rekoleksi awal ini lebih

dari laporan: konseli memperlihatkan keyakinan, “kesalahan dasar“, persepsi

Page 37: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1794/3/T1_132007066_BAB II… · Mula-mula Adler menyelidiki ... apa saja. Misalnya saja anak merasa

46

kesalahan diri, hukum unik dari gerakan psikologi Dinkmayer (1979 dalam Corey,

1984). Adlerian berpendapat bahwa orang-orang mengingat peristiwa masa lalu

yang konsisten dengan pandangan konseli sekarang tentang dirinya, Adler (1958

dalam Corey, 1984). Dreikers (1969 dalam Corey, 1984) menambahkan bahwa

kerika orang-orang mengembangkan pandangan itu, mereka menyadari hanya

bahwa sesuai dengan pandangannya. Persepsi diri ini memperkuat “ logika pribadi

“ seseorang, yang membantu individu mempertahankan keyakinan dasar individu

itu sendiri. Rekoleksi awal menyediakan pengertian dasar dari bagaimana kita

melihat dan rasakan tentang diri individu, bagaimana individu melihat dunia, apa

tujuan hidup individu, apa yang memotivasi individu, apa yang individu percaya,

dan apa yang individu nilai.

Dinkmayer (1979 dalam Corey, 1984) mendiskripsikan beragam teknik

yang konselor dapat gunakan untuk mengira-ngira dan menganalisis masalah.

Beberapa dari teknik antara lain:

1. Paraprase. Ketua meninjau anggota kelompok untuk meyakinkan bahwa

mereka benar-benar mengerti apa yang mereka katakan, kemudian ketua

mendorong anggota untuk mengklarifikasi pandangan mereka, keyakinan,

sikap dan perilaku dengan interaksi kelompok.

2. Konfrontasi. Dilakukan dengan kepedulian, rasa perseptif, konfrontasi

adalah proses dimana ketua membantu konseli menjadi lebih sadar akan

perselisihan. Contohnya: perselisihan pada pandangan konseli dan perilaku

konseli atau antara perilaku konseli dan maksud konseli. Ini adalah

tantangan dan atau pertanyaan yang dibuat untuk membantu anggota

Page 38: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1794/3/T1_132007066_BAB II… · Mula-mula Adler menyelidiki ... apa saja. Misalnya saja anak merasa

47

berpikir tentang tujuan dari perilaku mereka dan berpikir pada penemuan

diri yang lebih dalam.

3. Pertanyaan. Ini adalah teknik yang Adler gunakan sebagai cara

menemukan sebuah masalah yang antara akibat fungsional atau organik.

Konselor bertanya, ” Apa yang akan berbeda jika....?”

4. Hipotesa sementara. Untuk meminimalisasi resistensi dan untuk

membuka komunikasi, saran ketua tentang tujuan dari perilaku anggota

dalam situasi kelompok di presentasikan secara sementara sebagai

hipotesa.

Fase ketiga: Pandangan diri

Padahal posisi analisis klasik adalah kepribadiannya yang tidak bisa

diubah jika tidak ada pandangan, pandangan Adlerian adalah pandangan yang

hanya satu langkah kepada perubahan dan bukan prasyarat untuk ini, Dreikurs

(1969 dalam Corey, 1984). Orang-orang dapat membuat perubahan mendadak dan

signifikan tanpa terlalu banyak pandangan. Mosak (1979 dalam Corey, 1984)

mendefinisikan sebagai ”pengertian yang diterjemahkan kedalam aksi

konstruktif” Adler menentang bahwa gagasan freudian bahwa pandangan harus

mendahului perubahan perilaku secara bertahap dalam perlakuan yang

diperpanjang dan mendorong klien untuk menunda mengambil tindakan untuk

berubah. Pandangan intelektual dapat membimbing kepada “ya, tapi” permainan

yang tidak pernah berakhir dari “ aku tahu aku harus berhenti, tapi....” dalam

konteks kelompok fase pandangan lebih fokus dalam membantu anggota untuk

mengerti mengapa klien berfungsi seperti apa yang klien lakukan. Anggota belajar

Page 39: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1794/3/T1_132007066_BAB II… · Mula-mula Adler menyelidiki ... apa saja. Misalnya saja anak merasa

48

tentang diri klien dengan menemukan tujuan mereka. Mitologi pribadi dan gaya

hidup. Dreikurs (1969 dalam Corey, 1984) menyangkal bahwa selama fase ini dan

selanjutnya konseli menerima keuntungan yang besar dari kelompok. Kelompok

memfasilitasi proses dari memperoleh pandangan karena sebagai anggota

mengalami resistensi dalam dirinya sendiri, klien juga dapat mengamati resistensi

dari anggota kelompok yang lain. Terdapat persamaan yang cukup dalam sikap

kesalahan dasar dan motivasi yang salah antara semua anggota untuk mengajak

anggota mengamati diri mereka dan membantu satu sama lain, Dreikurs (1969

dalam Corey, 1984).

Fase 4: Orientasi Kembali

Fase reorientase kembali membahas tentang sikap alternatif, kepercayaan,

tujuan dan perilaku. Satu dari tujuan adalah untuk mengajarkan anggota

bagaimana untuk menjadi lebih efektif dalam berurusan dengan tugas hidup.

Tujuan lain adalah untuk menantang dan mendorong konseli untuk mengambil

resiko dan membuat perubahan. Kata-kata dorongan adalah aspek dasar dari fase

ini. Melalui kata-kata dorongan, konseli mulai untuk mengalami sumber daya

tersembunyi konseli dan kekuatan untuk memilih diri konseli dan untuk

membimbing hidup konseli.

Dreikurs (1969 dalam Corey, 1984) percaya bahwa kelompok biasanya

berguna selama fase reorientasi karena konseli merangsang tindakan dan orientasi

baru. Dalam kelompok orang-orang dapat mengenal diri mereka perilaku yang

salah dari anggota lain dan menjadi sadar atas keyakinan kekalahan diri konseli

dan perilaku. Dalam kelompok konseli dapat juga lebih mudah mengenal

Page 40: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1794/3/T1_132007066_BAB II… · Mula-mula Adler menyelidiki ... apa saja. Misalnya saja anak merasa

49

lingkungan dasar konseli yang tidak benar dan tidak adil. Kata-kata dorongan

sangat berguna pada fase ini ditemukan dalam dorongan dari kelompok dan dalam

kepribadian equalitarian yang mengembalikan celah sosial dan mengurangi resiko

dari pengungkapan diri. Dalam kata-kata Dreikurs, “ situasi sosial ini dari

persamaan yang mengkarakterisasi kelompok konseling dan dimana memaksakan

diri seseorang adalah konseling yang lebih efektif mempengaruhi satu sama lain.

Reorientasi adalah fase aksi dari kelompok, ketika keputusan baru dibuat

dan tujuan diperbaiki. Untuk menantang asumsi diri yang terbalas anggota

didorong untuk berperan seperti konseli jika adalah seseorang yang konseli

inginkan. Anggota diajak untuk “ menangkap diri konseli” dalam proses

mengulang pola lama yang membimbing kepada perilaku yang tidak efektif.

Komitmen adalah bahan yang penting dari fase reorientasi ; jika konseli berharap

untuk berubah, konseli harus mau untuk mengatur tugas untuk diri konseli dan

melakukan sesuatu yang spesifik tentang masalah konseli. Komitmen juga

dibutuhkan untuk menerjemahkan pandangan baru kepada aksi nyata.

Proses konseling kelompok Adlerian yang digunakan Sonstegard ada 4

langkah, yaitu meliputi: pembentukan, peralihan, kegiatan dan pengakhiran.

1. Pembentukan

1.1 Salam

1.2 Menerima secara terbuka dan mengungkapkan terimakasih

1.3 Berdoa

1.4 Mejelaskan pengertian dan tujuan konseling kelompok Adlerian

Page 41: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1794/3/T1_132007066_BAB II… · Mula-mula Adler menyelidiki ... apa saja. Misalnya saja anak merasa

50

1.5 Menjelaskan cara pelaksanaan konseling kelompok Adlerian

1.6 Menjelaskan asas-asas konseling kelompok

1.7 Perkenalan dilanjutkan dengan permainan

2. Peralihan

2.1 Menjelaskan kembali kegiatan konseling kelompok Adlerian

2.2 Tanya jawab tentang kesiapan anggota untuk kegiatan lebih lanjut

2.3 Mengenali suasana kesiapan anggota secara keseluruhan untuk

memasuki kegiatan berikutnya

2.4 Memberi contoh masalah pribadi yang dapat dikemukakan dan dibahas

dalam konseling kelompok Adlerian

3. Kegiatan

3.1 Menjelaskan masalah rasa rendah diri yang hendak dikemukakan dan

dibahas dalam konseling kelompok Adlerian

3.2 Membahas masalah satu persatu dari yang tertinggi dan memberikan

kompensasi kepada konseli yang mempunyai masalah rasa rendah diri

untuk melihat pandangan kedepan dirinya

3.3 Anggota kelompok saling membantu dan memberikan saran

menyelesaikan masalah yang dialami konseli.

3.4 Setelah konseling kelompok selesai konseli/anggota kelompok

diharapkan bisa mendapatkan superioritas. Superioritas, bukan lebih

baik dibanding orang lain atau mengalahkan orang lain, tetapi berjuang

menuju superioritas berarti terus menerus berusaha menjadi lebih baik,

Page 42: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1794/3/T1_132007066_BAB II… · Mula-mula Adler menyelidiki ... apa saja. Misalnya saja anak merasa

51

menjadi semakin dekat dan semakin dekat dengan tujuan ideal

individu yaitu menurunkan rasa rendah diri

3.5 Kesimpulan

4. Pengakhiran

4.1 Menjelaskan bahwa konseling kelompok akan diakhiri

4.2 Kesan-kesan anggota kelompok

4.3 Pembahasan kegiatan lanjutan

4.4 Ucapan terima kasih

4.5 Evaluasi tertulis

Dalam penelitian ini penulis menggunakan proses pelaksanaan konseling

kelompok Adlerian yang dipakai Sonstegard. karena proses pelaksanaan

konseling sangat jelas dan terperinci antara langkah pertama sampai dengan

langkah berikutnya/pengakhiran.

2.2.6 Peran dan fungsi konselor Adlerian

Konsep dari konselor adalah bagian dari pandangan Adlerian. Konselor

akan meningkatkan jarak dari konseli dan pengganggu dengan equalitarian,

hubungan dasar antar individu kepada pendekatan Adlerian. Mosak (1979 dalam

Corey, 1984) menuliskan konselor Adlerian mempunyai perasaan dan pendapat

dan bebas untuk mengekspresikannya

Penulis Adlerian yang lain menekankan peran aktif dari konselor sebagai

anggota dalam usaha konseling kerjasama. “ konselor membawa dimensi aktif ini

keproses konseling dengan berfokus pada perilaku tujuan dan hukum unik

Page 43: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1794/3/T1_132007066_BAB II… · Mula-mula Adler menyelidiki ... apa saja. Misalnya saja anak merasa

52

gerakan psikologi pada setiap individu, Dinkmayer (1979 dalam Corey, 1984).

Fakta lain dari konseling Adlerian adalah komitmen prosedur aktif seperti

konfrontasi pengungkapan diri intrepertasi dan analisis dari pola. Konselor

menantang keyakinan dan tujuan konseli dan membantu konseli meneterjemahkan

apa yang konseli pelajari dalam proses kelompok ke perilaku dan keyakinan baru.

Dinkmayer (1979 dalam Corey, 1984) mengatakan bahwa konselor berperan

sebagai model untuk konseli yang sering belajar lebih dari apa yang konselor

lakukan dalam kelompok sama seperti hidup konseli, dari apa yang konselor

katakan. Ini mengakibatkan bahwa konselor harus mempunyai perasaan yang jelas

dari identitas kepercayaan dan keyakinan konselor. Konselor juga harus sadar

kondisi dasar yang penting untuk perkembangan konseli.

2.3 Penelitian yang relevan

Penelitian Brough, Marjorie F (1994). Penelitian ini menunjukkkan bahwa

terdapat pengurangan rasa rendah diri yang dimana diikuti 179 orang dewasa

yang menyelesaikan kuisioner dan diikuti 26 konseli dalam 10 sesi konseling

kelompok Adlerian dengan hasil akhir dapat mengurangi perasaan rendah diri.

Penelitian yang telah dilakukan Michael dan David (2000). Penelitian ini

bertujuan untuk mengurangi perasaan rendah diri yang dialami remaja Burundi,

Afrika tengah. Dengan mengisi Skala Perasaan Rendah Diri (Scale Feelings

Inferiority), wawancara dan dokumentasi secara acak dari 30 remaja pria dan

wanita dari keluarga miskin di Burundi. Proses terapi kelompok Adlerian

dilakukan waktu sekitar satu setengah bulan untuk bisa mengurangi perasaan

rendah diri remaja Burundi. Setelah proses terapi kelompok Adlerian diberikan

Page 44: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1794/3/T1_132007066_BAB II… · Mula-mula Adler menyelidiki ... apa saja. Misalnya saja anak merasa

53

hasil menunjukkan perasaan rendah diri remaja Burundi tidak dapat

berkurang/menurun. Setelah dievaluasi ditemukan penyebab utamanya adalah

sejak kecil 30 remaja pria dan wanita Burundi sudah hidup dalam kemiskinan

yang luar biasa yang mengakibatkan mereka banyak melihat orang yang

kelaparan, kekurangan gizi dan kematian yang memunculkan perasaan rendah

diri sejak kecil.

2.4 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sebenarnya atas pertanyaan-pertanyaan

penelitian yang harus dibuktikan kebenarannya, Arikunto, S (1993). Menurut

Hadi ,S (1993) hipotesis adalah dugaan sementara yang mungkin benar atau

mungkin salah, hipotesis akan ditolak jika salah dan diterima jika fakta-fakta

membenarkan.

Hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:

Ho (Hipotesis Nol) : Konseling kelompok Adlerian tidak dapat menurunkan

secara signifikan rasa rendah diri siswa

Hi (Hipotesis Kerja) : Konseling kelompok Adlerian dapat menurunkan secara

signifikan rasa rendah diri siswa

Berdasarkan kajian yang relevan yang telah diungkapkan sebelumnya,

diajukan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:

“ Konseling kelompok Adlerian dapat menurunkan secara signifikan rasa rendah

diri siswa SMP Negeri 8 Salatiga”.