bab ii landasan teori dan pengembangan hipotesis …thesis.binus.ac.id/asli/bab2/2011-2-00050 ak bab...

21
9 BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1 Persediaan (Inventories) II.1.1 Definisi Persediaan Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 14 (revisi 2008) (2008:14.2-14.3), definisi persediaan adalah sebagai berikut : Persediaan adalah aset : (a) Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa; (b) Dalam proses produksi untuk penjualan tersebut; atau (c) Dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa. Sedangkan, pengertian persediaan menurut Skousen, Stice dan Stice (2004:653) adalah sebagai berikut : “ Kata persediaan ditujukan untuk barang- barang yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan bisnis normal, dan dalam kasus perusahaan manufaktur, maka kata ini ditujukan untuk proses produksi atau yang ditempatkan dalam kegiatan produksi“. Dari definisi persediaan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa secara umum persediaan adalah barang dagang yang dijual dalam operasi bisnis perusahaan, sedangkan persediaan pada perusahaan manufaktur, salah satunya perusahaan yang bergerak di bidang industri consumer goods (barang konsumsi), biasanya perusahaan membagi persediaan menjadi tiga jenis, yaitu bahan mentah

Upload: vuongxuyen

Post on 22-Mar-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00050 AK Bab 2.pdf · sepatu bot dan sekop sepanjang turunnya salju di musim dingin. Dari pengertian

9

 

BAB II

LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

II.1 Persediaan (Inventories)

II.1.1 Definisi Persediaan

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 14 (revisi

2008) (2008:14.2-14.3), definisi persediaan adalah sebagai berikut :

Persediaan adalah aset :

(a) Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa;

(b) Dalam proses produksi untuk penjualan tersebut; atau

(c) Dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.

Sedangkan, pengertian persediaan menurut Skousen, Stice dan Stice

(2004:653) adalah sebagai berikut : “ Kata persediaan ditujukan untuk barang-

barang yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan bisnis normal, dan dalam kasus

perusahaan manufaktur, maka kata ini ditujukan untuk proses produksi atau yang

ditempatkan dalam kegiatan produksi“.

Dari definisi persediaan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa secara

umum persediaan adalah barang dagang yang dijual dalam operasi bisnis

perusahaan, sedangkan persediaan pada perusahaan manufaktur, salah satunya

perusahaan yang bergerak di bidang industri consumer goods (barang konsumsi),

biasanya perusahaan membagi persediaan menjadi tiga jenis, yaitu bahan mentah

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00050 AK Bab 2.pdf · sepatu bot dan sekop sepanjang turunnya salju di musim dingin. Dari pengertian

10

 

(raw materials), masih dalam proses produksi (work in process), dan barang jadi

(finished goods).

II.1.2 Metode Penilaian Persediaan

Menurut Weygandt, Kieso dan Kimmel (2005:235), ada tiga metode yang

dapat digunakan untuk menilai persediaan, yaitu :

1. First-in, first out (FIFO).

2. Last-in, first-out (LIFO).

3. Average cost.

Sebelum PSAK 14 mengadopsi IAS 2 Inventories, perusahaan dalam

menilai persediaan boleh menggunakan metode LIFO (Last In First Out/Masuk

Terakhir Keluar Pertama), FIFO (First In First Out/Masuk Pertama Keluar

Pertama), dan rata-rata (average). Tetapi, pada tahun 2008 PSAK 14 mengadopsi

IAS 2 Inventories, dimana adanya perubahan metode yang boleh digunakan oleh

perusahaan dalam menilai persediaan perusahaan. Menurut PSAK 14 (revisi

2008) (2008:14.8) paragraf 23, metode penilaian persediaan adalah sebagai

berikut :

Biaya persediaan, kecuali yang disebut dalam paragraf 21, harus dihitung dengan menggunakan rumus biaya masuk pertama keluar pertama (MPKP) atau rata-rata tertimbang. Entitas harus menggunakan rumus biaya yang sama terhadap semua persediaan yang memiliki sifat dan kegunaan yang sama. Untuk persediaan yang memiliki sifat dan kegunaan yang berbeda, rumusan biaya yang berbeda diperkenankan.

Dari penjelasan metode penilaian persediaan sesuai dengan PSAK 14

(revisi 2008) di atas, maka didapat kesimpulan bahwa pada saat ini hanya metode

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00050 AK Bab 2.pdf · sepatu bot dan sekop sepanjang turunnya salju di musim dingin. Dari pengertian

11

 

FIFO dan metode rata-rata (average) yang boleh digunakan perusahaan untuk

menilai persediaan.

II.1.2.1 Metode FIFO (First In First Out)

Metode FIFO mengasumsikan persediaan yang dibeli pertama kali akan

dijual terlebih dahulu. Menurut Weygandt, Kieso dan Kimmel (2005:236)

pengakuan cost of goods sold dengan menggunakan metode FIFO adalah

sebagai berikut : “Under the FIFO method, the costs of the earliest goods

purchased are the first to be recognized as cost of goods sold”. Sedangkan,

untuk perhitungan persediaan akhir (ending inventory) dengan menggunakan

metode FIFO menurut Weygandt, Kieso dan Kimmel (2005:236) adalah sebagai

berikut : “Under FIFO, the cost of ending inventory is found by taking the unit

cost of the most recent purchase and working backward until all units of

inventory are costed”.

Dengan menggunakan metode FIFO, perusahaan akan menghasilkan laba

yang lebih besar dibandingkan dengan menggunakan metode LIFO maupun

metode rata-rata karena biaya unit yang lebih rendah dari pembelian persediaan

pertama kali. Tetapi, dengan laba yang besar, maka perusahaan juga akan

membayar pajak yang lebih besar sehingga tidak dapat dilakukan penghematan

pajak jika menggunakan metode FIFO. Manajemen perusahaan akan lebih

memilih untuk menggunakan metode FIFO karena dengan nilai laba perusahaan

yang besar akan menunjukkan bahwa kinerja manajemen perusahaan tersebut

bagus dan manajemen akan mendapatkan kompensasi berupa bonus yang cukup

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00050 AK Bab 2.pdf · sepatu bot dan sekop sepanjang turunnya salju di musim dingin. Dari pengertian

12

 

besar dari perusahaan. Perusahaan yang menggunakan metode FIFO pada saat

terjadi inflasi akan menghasilkan laba yang besar sedangkan pada saat terjadi

deflasi, perusahaan yang menggunakan metode FIFO akan menghasilkan laba

yang kecil.

II.1.2.2 Metode Rata-Rata (Average)

Metode rata-rata mengasumsikan persediaan yang tersedia untuk dijual

memiliki rata-rata biaya per unitnya sama. Menurut Weygandt, Kieso, dan

Kimmel (2005:238) perhitungan unit cost berdasarkan formula rata-rata

tertimbang adalah sebagai berikut : “Under this method, the cost of goods

available for sale is allocated on the basis of the weighted-average unit cost”.

Berikut adalah formula perhitungan unit cost berdasarkan metode rata-rata

tertimbang (weighted-average method):

Setelah dilakukannya perhitungan unit cost, selanjutnya menurut

Weygandt, Kieso, dan Kimmel (2005:238) untuk mengetahui nilai biaya dari

persediaan akhir adalah sebagai berikut : “The weighted-average unit cost is then

applied to the units on hand. This computation determines the cost of the ending

inventory”.

Pada sistem periodik, metode rata-rata disebut metode rata-rata

tertimbang (weighted average method) dan pada sistem perpetual disebut dengan

Cost of Goods Available for

Sale :

Total Units Available for

Sale =

Weighted-Average Unit

Cost Sumber : Weygandt, Kieso dan Kimmel (2005:238)

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00050 AK Bab 2.pdf · sepatu bot dan sekop sepanjang turunnya salju di musim dingin. Dari pengertian

13

 

metode rata-rata bergerak (moving average method) (Abdullah dan Djalil, 2004)

dalam Metallia (2007). Dengan menggunakan metode rata-rata, perusahaan akan

dapat melakukan penghematan pajak (tax saving) dikarenakan laba yang di dapat

perusahaan dengan menggunakan metode tersebut akan lebih kecil. Tetapi, pada

saat menggunakan metode rata-rata akan dapat menghasilkan nilai akhir

persediaan di antara FIFO dan LIFO.

II.1.2.3 Metode LIFO (Last In First Out)

Metode LIFO mengasumsikan persediaan yang terakhir dibeli akan dijual

terlebih dahulu. Weygandt, Kieso dan Kimmel (2005:237) menyatakan bahwa

pengakuan cost of goods sold dengan menggunakan metode LIFO adalah

sebagai berikut : “Under the LIFO method, the costs of the latest goods

purchases are the first to be assigned to cost of goods sold”. Sedangkan, untuk

mengetahui nilai persediaan akhir (ending inventory) dengan menggunakan

metode LIFO adalah sebagai berikut : “Under the LIFO method, the cost of

ending inventory is found by taking the unit cost of the oldest goods and

working forward until all units of inventory are costed”.

Dengan menggunakan metode LIFO, perusahaan akan menghasilkan laba

yang kecil sehingga dapat melakukan penghematan pajak. Pada saat inflasi,

perhitungan harga beli terakhir dibebankan ke operasi dalam periode kenaikan

harga sehingga mengurangi laba dan menghasilkan pengurangan pajak.

Tetapi, untuk saat ini metode LIFO sudah tidak dapat digunakan oleh

perusahaan dikarenakan adanya perubahan pada Pernyataan Standar Akuntansi

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00050 AK Bab 2.pdf · sepatu bot dan sekop sepanjang turunnya salju di musim dingin. Dari pengertian

14

 

Keuangan (PSAK) yang mengatur tentang persediaan, yaitu PSAK 14 (revisi

2008), dimana hanya metode FIFO dan metode rata-rata (average) saja yang

boleh digunakan untuk menilai persediaan perusahaan.

II.2 Barang Konsumsi (Consumer Goods)

Barang konsumsi (consumer goods) merupakan barang yang rata-rata

dibeli dan dikonsumsi oleh konsumen. Secara alternatif, dapat dikatakan adalah

barang akhir (finish goods atau final goods). Barang konsumsi merupakan hasil

akhir dari produksi dan manufaktur dan merupakan barang yang dapat dilihat

oleh konsumen di rak-rak pada toko maupun pusat perbelanjaan. Menurut Kotler

dan Keller yang diterjemahkan oleh Bob Sabran (2009:6), barang yang dibeli

konsumen berdasarkan kebiasaan belanja diklasifikasikan menjadi barang sehari-

hari (convenience goods), barang belanja (shopping goods), barang khusus

(specialty goods), dan barang yang tak dicari (unsought goods). Berikut adalah

penjelasan untuk masing-masing barang konsumsen yang disebutkan di atas :

• Barang Sehari-hari (Convenience goods)

Barang sehari-hari (convenience goods) merupakan barang yang dibeli

oleh konsumen yang dapat mengurangi upaya konsumen. Biasanya barang-

barang tersebut adalah barang yang tidak tahan lama, memiliki nilai yang rendah,

dan secara berkesinambungan dibeli dalam jumlah yang sedikit. Contoh dari

barang sehari-hari adalah sabun, minuman ringan, dan surat kabar. Karena

barang sehari-hari tidak benar-benar dicari oleh konsumen, maka produsen akan

mencari distributor seluas mungkin, yaitu melalui penjualan grosir. Untuk

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00050 AK Bab 2.pdf · sepatu bot dan sekop sepanjang turunnya salju di musim dingin. Dari pengertian

15

 

memperluas distribusi, barang-barang tersebut sering tersedia di kantor, sekolah

dan toko yang tempatnya berada pada tingkat lalu lintas yang tinggi. Menurut

Kotler dan Keller yang diterjemahkan oleh Bob Sabran (2009:6), barang sehari-

hari (convenience goods) dibagi menjadi tiga kategori, yaitu :

1. Barang Kebutuhan Pokok (Staple goods)

Barang kebutuhan pokok adalah barang yang dibeli konsumen secara teratur. Pembeli dapat membeli kecap Heinz, pasta gigi Crest, dan biskuit Ritz secara rutin.

2. Barang Impuls (Impulse goods)

Barang impuls dibeli tanpa usaha perencanaan atau pencarian. Permen dan majalah bisa menjadi barang impuls.

3. Barang Darurat (Emergency goods)

Barang darurat adalah barang yang dibeli ketika ada kebutuhan mendesak. Contoh barang darurat adalah payung selama hujan badai, sepatu bot dan sekop sepanjang turunnya salju di musim dingin.

Dari pengertian dan contoh tiga kategori barang sehari-hari yang

dijelaskan di atas, maka dapat diketahui bahwa barang kebutuhan pokok (staple

goods) merupakan barang yang telah direncanakan untuk dibeli oleh pembeli

sebelum mereka masuk ke dalam toko dan barang impuls (impulse goods)

merupakan barang yang tidak direncanakan untuk dibeli sebelumnya oleh

pembeli dan pembelian tersebut terjadi karena adanya dorongan pada diri

pembeli (impulse buyer atau impulse purchaser). Kotler dan Keller yang

diterjemahkan oleh Bob Sabran (2009) menyatakan bahwa produsen barang

impuls dan barang darurat akan menempatkan barang-barangnya di gerai di

mana konsumen mungkin mengalami kebutuhan mendesak atau ketertarikan

untuk melakukan pembelian.

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00050 AK Bab 2.pdf · sepatu bot dan sekop sepanjang turunnya salju di musim dingin. Dari pengertian

16

 

• Barang Belanja (Shopping Goods)

Barang belanja (shopping goods) merupakan barang-barang yang dibeli

setelah pembeli melakukan perbandingan lebih dari satu toko maupun lebih dari

satu jenis barang sebelum melakukan keputusan untuk membeli. Biasanya

barang-barang tersebut memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan dengan barang

sehari-hari, tidak dibeli secara berkesinambungan, dan tahan lama.

Adanya beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan dalam membeli

barang belanja, yaitu harga, kualitas, style, dan warna. Beberapa contoh dari

barang belanja adalah pakaian, furniture, televisi dan komputer. Strategi

mendasar dalam mebangun toko shopping goods adalah mencari toko serupa

pada area perbelanjaan aktif. Strategi yang termasuk dalam pemasaran shopping

goods adalah dengan menggunakan iklan pada media lokal, termasuk surat

kabar, radio, dan televisi. Menurut Kotler dan Keller yang diterjemahkan oleh

Bob Sabran (2009:6), kategori barang belanja dibagi dua, yaitu :

1. Barang Belanja Homogen

Barang belanja homogen mempunyai kualitas yang serupa tetapi harganya cukup berbeda sehingga memberikan alasan kuat bagi perbandingan belanja.

2. Barang Belanja Heterogen

Barang belanja heterogen mempunyai fitur produk dan jasa yang berbeda yang mungkin lebih penting daripada harga.

• Barang Khusus (Specialty Goods)

Menurut Kotler dan Keller yang diterjemahkan oleh Bob Sabran

(2009:6), definisi specialty goods adalah sebagai berikut : “Barang khusus

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00050 AK Bab 2.pdf · sepatu bot dan sekop sepanjang turunnya salju di musim dingin. Dari pengertian

17

 

(specialty goods) mempunyai karakteristik atau identifikasi merek yang unik di

mana ada cukup banyak pembeli yang bersedia melakukan usaha pembelian

khusus”.

Dari definisi barang khusus di atas maka dapat dikatakan bahwa barang

khusus merupakan barang-barang unik atau tidak biasa (setidaknya dalam

pemikiran pembeli). Untuk mendapatkan barang khusus, pembeli mengetahui

secara tepat apa yang mereka inginkan dan akan mengerahkan segala upaya

untuk mendapatkan barang-barang tersebut. Barang khusus biasanya, tapi belum

tentu, memiliki nilai yang tinggi, dan mungkin tahan lama ataupun tidak tahan

lama. Sering kali yang membedakan antara barang belanja dengan barang khusus

adalah merek (brand) atau preferensi pribadi.

Produsen dan distributor barang khusus memilih untuk menempatkan

barang mereka hanya pada gerai-gerai retail yang telah dipilih. Gerai-gerai

tersebut dipilih berdasarkan keinginan dan kemampuan mereka dalam

mengiklankan secara high level dan penjualan personel terhadap produk.

Konsistensi antara gambar dengan produk dan toko juga merupakan faktor dalam

memilih gerai.

• Barang Yang Tak Dicari (Unsought goods)

Pengertian unsought goods menurut Kotler dan Keller yang

diterjemahkan oleh Bob Sabran (2009:6) adalah sebagai berikut : “Barang yang

tak dicari (unsought goods) adalah barang yang tidak dikenal konsumen atau

biasanya tidak terpikirkan untuk dibeli, seperti detektor asap“.

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00050 AK Bab 2.pdf · sepatu bot dan sekop sepanjang turunnya salju di musim dingin. Dari pengertian

18

 

Contoh dari barang yang dikenal oleh konsumen tetapi tidak dicari adalah

asuransi jiwa. Barang yang tidak dicari memerlukan dukungan iklan dan

penjualan personal.

II.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Penilaian

Persediaan

II.3.1 Struktur Kepemilikan

Struktur kepemilikan dalam perusahaan sering menimbulkan adanya

konflik kepentingan antara manajemen perusahaan dengan pemegang saham atau

biasa disebut dengan agency theory. Menurut Brigham dan Houston yang

diterjemahkan oleh Ali Akbar Yulianto (2006:26), pengertian agency theory

adalah sebagai berikut : “Para manajer diberi kekuasaan oleh para pemilik

perusahaan, yaitu pemegang saham, untuk membuat keputusan, di mana hal ini

menciptakan potensi konflik kepentingan yang dikenal sebagai teori keagenan

(agency theory)”. Konflik yang sering timbul antara manajemen dengan

pemegang saham biasanya berkaitan dengan pembuatan keputusan aktivitas

pencairan dana dan bagaimana untuk menginvestasikan dana yang diperoleh.

Dengan adanya agency theory, maka perusahaan dalam memilih metode

akuntansi untuk menilai persediaan juga akan ada konflik antara manajemen

perusahaan dengan pemegang saham. Pemegang saham akan cenderung untuk

memilih metode rata-rata (average) dalam menilai persediaan karena akan

membantu perusahaan dalam penghematan pajak (tax saving), sedangkan

manajemen perusahaan akan menggunakan metode FIFO untuk menunjukkan

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00050 AK Bab 2.pdf · sepatu bot dan sekop sepanjang turunnya salju di musim dingin. Dari pengertian

19

 

kinerja manajemen yang baik dengan menghasilkan laba yang tinggi.

Manajemen akan berusaha untuk menggunakan metode yang dapat membantu

perusahaan dalam menghasilkan laba yang tinggi, dengan begitu direksi

perusahaan akan melihat bahwa manajemen menunjukkan kinerja yang baik

dalam mempertahankan nilai perusahaan dan akan secara langsung berpengaruh

terhadap kompensasi yang akan diterima oleh manajemen akan menjadi lebih

besar.

II.3.2 Ukuran Perusahaan

Ukuran suatu perusahaan juga akan berpengaruh terhadap pemilihan

metode penilaian persediaan. Secara umum, ukuran perusahaan dilihat dari

tingkat penjualan bersih perusahaan. Biasanya, perusahaan besar memiliki

tingkat penjualan yang tinggi, sehingga sebelum menentukan metode penilaian

persediaan yang akan digunakan, perusahaan akan memikirkan aspek-aspek yang

dapat menguntungkan perusahaan dari sisi ekonomi, baru akan menentukan

metode penilaian persediaan yang akan digunakan. Biaya politik (political cost)

dari pemerintah berupa ancaman regulasi dan nasionalisasi lebih besar dirasakan

oleh perusahaan besar (Taqwa, 2001). Karena biaya politik cenderung lebih

besar, maka perusahaan dengan tingkat penjualan yang tinggi cenderung memilih

kebijakan akuntansi yang mengurangi laba (Sidharta, 2000) dalam (Metallia,

2007).

Berdasarkan penelitian terakhir yang dilakukan oleh Taqwa (2001)

menunjukkan bahwa ukuran perusahaan memberikan pengaruh yang signifikan

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00050 AK Bab 2.pdf · sepatu bot dan sekop sepanjang turunnya salju di musim dingin. Dari pengertian

20

 

terhadap perusahaan dalam menentukan metode penilaian persediaan yang akan

digunakan. Perusahaan besar akan memilih metode rata-rata yang dapat

menurunkan laba yang dihasilkan dan memperoleh penghematan pajak.

Sedangkan, perusahaan kecil akan memilih metode FIFO agar dapat

meningkatkan laba dan juga untuk menarik investor bahwa perusahaan memiliki

kemampuan untuk menghasilkan laba yang diinginkan oleh investor.

II.3.3 Financial Leverage

Definisi financial leverage menurut Brigham dan Houston yang

diterjemahkan oleh Ali Akbar Yulianto (2006:101) adalah sebagai berikut :

“Seberapa jauh sebuah perusahaan menggunakan pendanaan melalui utang, atau

pengungkit keuangan (financial leverage)”.

Perusahaan yang memiliki financial leverage yang tinggi, maka

pendanaan perusahaan melalui utang cukup besar dan perusahaan akan memilih

menggunakan metode FIFO untuk meningkatkan laba perusahaan, sedangkan

sebaliknya, jika perusahaan yang memiliki financial leverage yang rendah, maka

pendanaan perusahaan melalui utang tidak terlalu besar dan perusahaan akan

memilih menggunakan metode rata-rata untuk penghematan pajak. Bagi

pemegang saham, kemungkinan untuk mengharapkan leverage yang lebih

banyak karena pemegang saham berharap untuk mendapatkan keuntungan yang

lebih besar.

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00050 AK Bab 2.pdf · sepatu bot dan sekop sepanjang turunnya salju di musim dingin. Dari pengertian

21

 

II.3.4 Variabilitas Persediaan

Taqwa (2001) menyatakan bahwa variabilitas persediaan merupakan

variasi dari nilai persediaan pada suatu perusahaan. Perusahaan yang mempunyai

nilai persediaan yang relatif stabil, maka pengaruh terhadap variasi laba akan

kecil, sedangkan pada perusahaan yang mempunyai nilai persediaan yang

bervariasi setiap tahun maka laba yang dihasilkan juga akan bervariasi setiap

tahun (Taqwa, 2001). Mukhlasin (2001) mengemukakan bahwa variabilitas

persediaan antara metode FIFO dan metode rata-rata pada kondisi inflasi maupun

deflasi memang tidak kontradiktif. Tetapi, investor akan lebih memilih metode

rata-rata karena nilai persediaan akhir yang dihasilkan oleh perusahaan relatif

stabil, sehingga investor memiliki kemampuan untuk memprediksi dan membuat

keputusan ekonomi yang tepat dibandingkan jika perusahaan menggunakan

metode FIFO, dimana metode tersebut akan menghasilkan nilai persediaan akhir

yang lebih bervariasi karena pengaruh perubahan harga. Menurut Tuanakotta

(2000) dalam Mukhlasin (2001) mengemukakan bahwa metode rata-rata

tertimbang sebenarnya bersifat netral terhadap inventory dan cost of goods sold.

Dalam Taqwa (2001) menyatakan bahwa perusahaan dengan variasi

persediaan kecil bisa memilih menggunakan metode rata-rata. Dengan

menggunakan metode rata-rata akan menghasilkan laba yang lebih rendah dan

perusahaan akan memperoleh keuntungan penghematan pajak bila dibandingkan

dengan metode FIFO. Sedangkan, pada perusahaan yang variasi persediaannya

yang tinggi akan menggunakan metode FIFO sehingga laba perusahaan menjadi

lebih besar (Taqwa, 2001).

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00050 AK Bab 2.pdf · sepatu bot dan sekop sepanjang turunnya salju di musim dingin. Dari pengertian

22

 

II.3.5 Rasio Lancar

Rasio lancar adalah rasio perhitungan yang digunakan oleh suatu

perusahaan untuk melihat kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban

jangka pendek. Brigham dan Houston yang diterjemahkan oleh Ali Akbar

Yulianto (2006) menyatakan bahwa rasio lancar merupakan indikator tunggal

terbaik dari sampai sejauh mana klaim dari kreditor jangka pendek telah ditutupi

oleh aktiva-aktiva yang diharapkan dapat diubah menjadi kas dengan cepat.

Dalam perhitungan rasio lancar, dilakukan pembagian antara aktiva lancar

dengan utang (kewajiban) lancar perusahaan. Biasanya, aktiva yang digunakan

dalam rasio lancar adalah aktiva likuid. Berikut adalah definisi aktiva likuid

menurut Brigham dan Houston yang diterjemahkan oleh Ali Akbar Yulianto

(2006:95) : “Aktiva yang dapat diubah menjadi kas dengan cepat tanpa harus

terlalu jauh menurunkan harga aktiva tersebut”.

Aktiva lancar umumnya meliputi kas, sekuritas, piutang usaha, dan

persediaan. Sedangkan, kewajiban lancar menurut Brigham dan Houston yang

diterjemahkan oleh Ali Akbar Yulianto (2006) terdiri atas utang usaha, wesel

tagih jangka pendek, utang jatuh tempo yang kurang dari satu tahun, akrual

pajak, dan beban-beban akrual lainnya (terutama gaji).

Perusahaan dengan rasio lancar yang tinggi, biasanya akan memilih

metode rata-rata untuk penghematan pajak yang dikarenakan laba yang

dihasilkan tidak terlalu besar, sedangkan perusahaan dengan rasio lancar yang

rendah akan menggunakan metode FIFO dikarenakan untuk menunjukkan bahwa

kinerja perusahaan baik sehingga dapat menghasilkan laba yang tinggi. Jika

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00050 AK Bab 2.pdf · sepatu bot dan sekop sepanjang turunnya salju di musim dingin. Dari pengertian

23

 

kewajiban lancar perusahaan meningkat, maka rasio lancar akan turun dan hal ini

menunjukkan adanya masalah keuangan dalam perusahaan untuk memenuhi

kewajiban jangka pendek.

II.4 Hipotesis

Setiap perusahaan pasti memiliki persediaan baik untuk dijual, digunakan

untuk proses produksi maupun menjadi bahan pelengkap. Persediaan memiliki

pengaruh yang cukup signifikan terhadap laporan keuangan perusahaan yang

berpengaruh langsung pada nilai aset perusahaan terutama pada perusahaan-

perusahaan besar yang sudah go public (terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

karena pada umumnya nilai persediaan yang dimiliki oleh perusahaan-

perusahaan tersebut cukup besar. Perusahaan-perusahaan yang telah go public

harus dapat menerbitkan laporan keuangan yang baik, benar, dan jelas agar para

investor tidak salah dalam mengambil keputusan ekonomi.

Karena pengaruh persediaan terhadap nilai aset pada laporan keuangan

perusahaan cukup besar, maka pada saat membuat dan menyusun laporan

keuangan, akuntan internal perusahaan harus dapat mengetahui dan memahami

standar-standar yang berlaku saat ini perlakuan terhadap persediaan. Pada saat

ini, perusahaan-perusahaan yang telah go public dalam menilai persediaan yang

dimiliki oleh perusahaan telah menggunakan metode FIFO atau rata-rata

(average), sesuai dengan PSAK 14 (revisi 2008). Tetapi, sebelum diterapkannya

PSAK 14 (revisi 2008), banyak perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00050 AK Bab 2.pdf · sepatu bot dan sekop sepanjang turunnya salju di musim dingin. Dari pengertian

24

 

Efek Indonesia telah menggunakan metode FIFO maupun rata-rata untuk menilai

persediaan perusahaan mereka masing-masing.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Taqwa (2001) yang meneliti

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode akuntansi

persediaan pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa

Efek Indonesia), dengan variabel independen berupa struktur kepemilikan,

ukuran perusahaan, financial leverage, variabilitas persediaan, dan rasio lancar,

sedangkan variabel dependen adalah metode akuntansi persediaan. Dengan

periode penelitian pada tahun 1997-2000 dikarenakan adanya inflasi yang cukup

tinggi pada periode tahun tersebut. Hasil penelitian yang didapat oleh Taqwa

(2001) adalah adanya pengaruh signifikan ukuran perusahaan dan variabilitas

persediaan terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan yang akan

digunakan oleh perusahaan. Selain penelitian yang telah dilakukan oleh Taqwa

(2001), adanya peneliti-peneliti lain yang telah melakukan penelitian terhadap

pemilihan metode penilaian persediaan. Berikut adalah tabel penelitian

sebelumnya bersama dengan hasilnya :

Tabel II.1

Penelitian Terdahulu Tentang Faktor-Fakor Yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Penilaian Persediaan

Peneliti Variabel Penelitian Hasil Penelitian

Lee dan Hsieh (1985)

1. Ukuran Perusahaan

2. Intensitas Modal

3. Variabilitas Persediaan

4. Variabilitas Laba

1. Tidak Signifikan

2. Signifikan

3. Signifikan

4. Signifikan

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00050 AK Bab 2.pdf · sepatu bot dan sekop sepanjang turunnya salju di musim dingin. Dari pengertian

25

 

Akuntansi

5. Intensitas Persediaan

6. Variabilitas Harga

7. Klasifikasi Industri

5. Signifikan

6. Tidak Signifikan

7. Signifikan

Hunt (1985) 1. Struktur Kepemilikan

2. Financial Leverage

3. Rasio Lancar

1. Tidak Signifikan

2. Signifikan

3. Signifikan

Dopuch dan Pincus (1988)

1. Intensitas Modal

2. Variabilitas Persediaan

3. Ukuran Perusahaan

4. Perbedaan Holding Gain

5. Intensitas Persediaan

6. Variabilitas Perubahan Harga

7. Estimasi Penghematan Pajak

1. Signifikan

2. Signifikan

3. Signifikan

4. Signifikan

5. Tidak Signifikan

6. Tidak Signifikan

7. Tidak Signifikan

Niehaus (1989) 1. Kepemilikan Manajemen

2. Ukuran Perusahaan

3. Variabilitas Persediaan

4. Leverage

1. Signifikan

2. Tidak Signifikan

3. Signifikan

4. Tidak Signifikan

Mukhlasin (2001) 1. Intensitas Modal

2. Intensitas Persediaan

3. Ukuran Perusahaan

4. Variabilitas Persediaan

5. Variabilitas Laba Akuntansi

6. Variabilitas Harga Pokok Penjualan

1. Tidak Signifikan

2. Signifikan

3. Signifikan

4. Tidak Signifikan

5. Tidak Signifikan

6. Signifikan

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00050 AK Bab 2.pdf · sepatu bot dan sekop sepanjang turunnya salju di musim dingin. Dari pengertian

26

 

Taqwa (2001) 1. Struktur Kepemilikan

2. Ukuran Perusahaan

3. Financial Leverage

4. Variabilitas Persediaan

5. Rasio Lancar

1. Tidak Signifikan

2. Signifikan

3. Tidak Signifikan

4. Signifikan

5. Tidak Signifikan

Metallia (2007) 1. Struktur Kepemilikan

2. Ukuran Perusahaan

3. Rasio Perputaran Persediaan

1. Tidak Signifikan

2. Signifikan

3. Signifikan

Aprilina dan Utami (2007)

1. Ukuran Perusahaan

2. Intensitas Modal Bersih

3. Financial Leverage

1. Signifikan

2. Tidak Signifikan

3. Tidak Signifikan

Berdasarkan hasil penelitian di atas, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian pengembangan dengan menggunakan faktor-faktor yang

mempengaruhi pemilihan metode penilaian persediaan yang sama dengan

penelitian yang dilakukan oleh Taqwa (2001), tetapi berfokus pada perusahaan

manufaktur yang bergerak di industri consumer goods yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia dengan periode tahun 2007-2009 dikarenakan agar karakteristik

perusahaan yang diteliti sama dan pada periode tersebut merupakan masa transisi

PSAK 14 mengadopsi IAS 2 Inventories menjadi PSAK 14 (revisi 2008).

Definisi hipotesis menurut Sugiyono (2009:93) sebagai berikut :

“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,

oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk

kalimat pertanyaan.” Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00050 AK Bab 2.pdf · sepatu bot dan sekop sepanjang turunnya salju di musim dingin. Dari pengertian

27

 

masalah karena jawaban yang diberikan baru berdasarkan teori yang relevan,

belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan

data. Penelitian tersebut melibatkan beberapa variabel, yaitu variabel dependen

dan variabel independen. Berikut adalah variabel-variabel yang digunakan dalam

membuat hipotesis :

a. Variabel independen (X)

- Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode penilaian persediaan

sebagai X.

b. Variabel dependen (Y)

- Metode Penilaian Persediaan sesuai dengan PSAK 14 (Revisi 2008) sebagai

Y.

• Hipotesis 1 : Struktur kepemilikan berpengaruh secara signifikan terhadap

pemilihan metode penilaian persediaan sesuai dengan PSAK 14 (revisi

2008).

Ha1 : Struktur kepemilikan berpengaruh secara signifikan terhadap pemilihan

metode penilaian persediaan sesuai dengan PSAK 14 (revisi 2008).

• Hipotesis 2 : Ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap

pemilihan metode penilaian persediaan sesuai dengan PSAK 14 (revisi

2008).

Ha2 : Ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap pemilihan

metode penilaian persediaan sesuai dengan PSAK 14 (revisi 2008).

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00050 AK Bab 2.pdf · sepatu bot dan sekop sepanjang turunnya salju di musim dingin. Dari pengertian

28

 

• Hipotesis 3 : Financial leverage berpengaruh secara signifikan terhadap

pemilihan metode penilaian persediaan sesuai dengan PSAK 14 (revisi

2008).

Ha3 : Financial leverage berpengaruh secara signifikan terhadap pemilihan

metode penilaian persediaan sesuai dengan PSAK 14 (revisi 2008).

• Hipotesis 4 : Variabilitas persediaan berpengaruh secara signifikan terhadap

pemilihan metode penilaian persediaan sesuai dengan PSAK 14 (revisi

2008).

Ha4 : Variabilitas persediaan berpengaruh secara signifikan terhadap

pemilihan metode penilaian persediaan sesuai dengan PSAK 14 (revisi

2008).

• Hipotesis 5 : Rasio lancar berpengaruh secara signifikan terhadap pemilihan

metode penilaian persediaan sesuai dengan PSAK 14 (revisi 2008).

Ha5 : Rasio lancar berpengaruh secara signifikan terhadap pemilihan metode

penilaian persediaan sesuai dengan PSAK 14 (revisi 2008).

• Hipotesis 6 : Struktur kepemilikan, ukuran perusahaan, financial leverage,

variabilitas persediaan, dan rasio lancar secara bersama-sama berpengaruh

secara signifikan terhadap pemilihan metode penilaian persediaan sesuai

dengan PSAK 14 (revisi 2008).

Ha6 : Struktur kepemilikan, ukuran perusahaan, financial leverage,

variabilitas persediaan, dan rasio lancar secara bersama-sama berpengaruh

secara signifikan terhadap pemilihan metode penilaian persediaan sesuai

dengan PSAK 14 (revisi 2008).

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00050 AK Bab 2.pdf · sepatu bot dan sekop sepanjang turunnya salju di musim dingin. Dari pengertian

29

 

Untuk memberikan gambaran lebih jelas terhadap hipotesis pada penelitian ini,

maka dibuat gambarnya sebagai berikut :

Gambar II.1

Hubungan Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, Financial Leverage, Variabilitas Persediaan, dan Rasio Lancar Secara Parsial dan Simultan

Terhadap Metode Penilaian Persediaan (PSAK 14 (Revisi 2008))

Struktur Kepemilikan

Ukuran Perusahaan

Financial Leverage

Variabilitas Persediaan

Rasio Lancar

Metode Penilaian Persediaan

(PSAK 14 (revisi 2008))