bab ii landasan teori dan pembahasan teori ii.1 teori …thesis.binus.ac.id/doc/bab2/2011-2-00071-ak...
TRANSCRIPT
7
Bab II
LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN TEORI
II.1 Teori
II.1.1 Pengertian Bank
Pengertian bank menurut UU No.10 tahun 1998 tentang perubahan UU No.7
tahun 1992 tentang perbankan, bab 1 pasal 1 ayat 2, mengatakan sebagai berikut: “Bank
adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk kredit dan
bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.
Bank menurut PSAK No.31 (revisi 2000) dalam standar akuntansi keuangan
(2004:31.1) menyatakan,” bank adalah lembaga yang berperan sebagai perantara
keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang memerlukan dana, serta
sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran”.
Sementara itu, Kasmir (2002) mendefinisikan bank sebagai berikut: “Bank
adalah perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu
berkaitan dalam bidang keuangan. Kegiatan utama bank adalah menghimpun dana dari
masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan
jasa bank lainnya.
Menurut Hasibuan (2006), bank pada dasarnya merupakan perantara Surplus
Spending Unit (SSU) dengan Defisit Spending Unit (DSU), usaha pokok bank
didasarkan atas empat hal pokok, yaitu :
1. Denomination Divisibility, artinya bank menghimpun dana dari SSU yang masing-
masing nilainya relatif kecil tetapi secara keseluruhan jumlahnya akan besar dengan
8
demikian bank dapat memenuhi permintaan DSU yang membutuhkan dana tersebut
dalam bentuk kredit.
2. Maturity Flexibility, artinya bank dalam menghimpun dana menyelenggarakan
bentuk-bentuk simpanan yang bervariasi jangka waktu dan penarikannya, seperti
deposito berjangka, buku tabungan.
3. Liquidity Transformation, artinya dana yang disimpan oleh para penabung (SSU)
kepada bank umumnya bersifat liquid. Karena itu, SSU dapat dengan mudah dicairkan
sesuai dengan bentuk tabungannya.
4. Risk Diversification, artinya bank dalam menyalurkan kredit kepada banyak pihak
atau debitur dan sektor-sektor ekonomi yang beraneka macam sehingga risiko yang
dihadapi bank dengan cara menyebarkan kredit semakin kecil.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan tugas bank adalah
menghimpun dana dari masyarakat, memberikan kredit kepada pihak yang memerlukan
dana, dan memperlancar lalu lintas pembayaran dari masyarakat.
II.1.2 Sumber-sumber dana bank
Menurut Kasmir (2002), sumber-sumber dana bank adalah usaha bank dalam
memperoleh dana dalam rangka membiayai kegiatan operasinya. Dana yang bersumber
dari bank itu sendiri : modal sendiri, yaitu setoran modal dari para pemegang sahamnya.
Apabila saham belum habis terjual, maka akan dijual kepada pemegang saham lama
untuk mencari dana. Secara garis besar dapat disimpulkan pencarian dana sendiri terdiri
dari:
1. Setoran modal dari pemegang saham.
9
2. Cadangan-cadangan laba bank tahun lalu yang tidak dibagi kepada para pemegang
sahamnya.
3. Laba bank yang belum dibagikan pada tahun yang bersangkutan.
Keuntungan dari sumber dana sendiri adalah tidak perlu membayar bunga yang
relatif lebih besar daripada meminjam ke lembaga lain. Dana yang berasal dari
masyarakat luas : simpanan giro, simpanan tabungan, dan deposito
1. Simpanan giro merupakan dana murah bagi bank, karena bunga atau balas jasa
dibayar paling murah jika dibandingkan dengan simpanan tabungan dan simpanan
deposito.
2. Simpanan tabungan dan simpanan deposito disebut dana mahal, hal ini disebabkan
bunga yang dibayar kepada pemegangnya relatif lebih tinggi dibandingkan dengan
jasa giro.
Dana yang bersumber dari lembaga lain :
1. Kredit likuiditas dari Bank Indonesia merupakan kredit yang diberikan bank
Indonesia kepada bank-bank yang mengalami likuiditas.
2. Pinjaman antar bank biasanya pinjaman yang diberikan kepada bank yang
mengalami kalah kliring di dalam lembaga kliring.
3. Pinjaman dari bank-bank luar negeri merupakan pinjaman yang diperoleh oleh
perbankan dari pihak luar negeri.
4. Surat Berharga Pasar Uang (SBPU). Pihak perbankan menerbitkan SPBU kemudian
diperjualbelikan kepada pihak yang berminat.
10
II.1.2.1 Simpanan Giro
Menurut Undang-undang perbankan No 10 tahun 1998 tanggal 10 November
1998 giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan
menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan cara
pemindahbukuan. Pengertian simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat
kepada bank dalam bentuk giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan atau
yang dapat dipersamakan dengan itu.
Sedangkan pengertian penarikan adalah diambilnya uang tersebut dari rekening
giro sehingga menyebabkan giro tersebut berkurang yang ditarik secara tunai maupun
ditarik secara non tunai. Jenis-jenis saran untuk menarik dana penarikan yang tertanam
di rekening giro adalah sebagai berikut:
1. Cek (cheque)
Cek merupakan surat perintah tanpa syarat dari nasabah kepada bank yang
memelihara rekening giro nasabah tersebut, untuk membayar sejumlah uang kepada
pemegang cek tersebut. Artinya bank harus membayar kepada siapa saja yang membawa
cek ke bank yang memelihara rekening nasabah yang diuangkan sesuai dengan
persyaratan yang telah ditetapkan baik secara tunai maupun pemindahbukuan.
2. Bilyet giro
Bilyet giro merupakan surat perintah dari nasabah kepada bank yang memelihara
rekening giro nasabah tersebut untuk memindahbukuan sejumlah uang dari rekening
yang bersangkutan kepada pihak penerima yang disebutkan namanya pada bank yang
sama atau bank lainnya. Pemindahbukuan pada rekening bank yang bersangkutan
artinya dipindahkan dari rekening nasabah si pemberi bilyet giro kepada nasabah
11
penerima bilyet giro. Sebaliknya jika dipindahbukukan ke rekening di bank yang lain
maka harus melalui proses kliring ke bank lain.
3. Alat pembayaran lainnya
Adalah surat perintah kepada bank yang dibuat secara tertulis pada kertas yang
ditandatangani oleh pemegang rekening atau kuasanya untuk membayar sejumlah uang
tertentu kepada pihak lain pada bank yang sama atau bank lain. Surat perintah ini dapat
bersifat tunai atau pemindahbukuan. Apabila surat perintah pembayaran ditunjukkan
melalui proses kliring. Apabila ditujukan kepada bank yang sama maupun lain di lain
kota, maka lewat fasilitas transfer.
II.1.3 Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan
Menurut Munawir (2004), laporan keuangan merupakan ikhtisar mengenai
keadaan keuangan suatu bank pada suatu periode tertentu. Secara umum ada empat
bentuk laporan keuangan yang pokok yang dihasilkan perusahaan yaitu laporan neraca,
laporan laba rugi, laporan perubahan modal, dan laporan aliran kas. Dari keempat
laporan tersebut hanya 2 macam yang umum digunakan untuk analisis, yaitu laporan
neraca, dan laporan laba rugi.
Menurut Munawir (2004), analisis laporan keuangan merupakan analisis
mengenai kondisi keuangan suatu bank yang melibatkan neraca dan laporan laba rugi.
Neraca suatu bank menggambarkan jumlah kekayaan, kewajiban, dan modal dari bank
tersebut pada saat tertentu. Neraca biasanya disusun pada akhir tahun pembukuan (31
Desember). Kekayaan atau harta disajikan pada sisi aktiva, sedangkan kewajiban atau
hutang dan modal disajikan pada sisi pasiva.
12
Laporan Laba Rugi suatu bank menggambarkan jumlah penghasilan atau
pendapatan dan biaya dari bank tersebut pada periode tertentu. Sebagaimana halnya
dengan neraca, laporan laba rugi biasanya disusun setiap akhir tahun pembukuan (31
Desember). Dalam laporan laba rugi, disusun jumlah pendapatan dan jumlah biaya yang
terjadi selama satu tahun yaitu mulai tanggal 1 Januari - 31 Desember. Apabila jumlah
pendapatan melebihi jumlah biaya akan menghasilkan laba, sedangkan apabila jumlah
pendapatan lebih kecil dari jumlah biaya maka perusahaan mengalami kerugian.
Tujuan penyusunan laporan keuangan suatu bank secara umum adalah sebagai
berikut:
1. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah aktiva, kewajiban dan modal bank
pada waktu tertentu.
2. Memberikan informasi tentang hasil usaha yang tercermin dari pendapatan yang
diperoleh dan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam periode tertentu.
3. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam aktiva,
kewajiban dan modal suatu bank.
4. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen bank dalam suatu periode.
Dengan demikian laporan keuangan disamping menggambarkan kondisi
keuangan suatu bank juga untuk menilai kinerja manajemen bank yang bersangkutan.
Penilaian kinerja manajemen akan menjadi dasar apakah manajemen berhasil atau tidak
dalam melaksanakan kebijakan yang telah digariskan dalam bidang manajemen
keuangan khususnya dan hal ini akan dapat tergambar dari laporan keuangan yang
disusun oleh pihak manajemen bank yang bersangkutan dan memiliki kepentingan.
13
II.1.4 Pihak-Pihak yang Berkepentingan terhadap Laporan Keuangan
Banyak pihak yang mempunyai kepentingan untuk mengetahui lebih mendalam
tentang laporan keuangan oleh perusahaan. Masing-masing pihak mempunyai
kepentingan dan tujuan tersendiri terhadap laporan keuangan yang dikeluarkan oleh
perusahaan. Ada beberapa pihak yang mempunyai kepentingan terhadap laporan
keuangan, antara lain: masyarakat, pemilik perusahaan, pemerintah, perpajakan,
karyawan, dan manajemen bank.
1. Masyarakat
Bagi masyarakat luas merupakan suatu jaminan terhadap uang yang disimpan di
bank. Jaminan ini diperoleh dari laporan keuangan yang ada dengan melihat angka-
angka yang ada di laporan keuangan. Dengan adanya laporan keuangan, pemilik dana
dapat mengetahui kondisi bank bersangkutan. Selain itu dengan diumumkannya laporan
keuangan secara luas, maka bonafiditas dari bank yang bersangkutan akan diketahui
dengan mudah, sehingga bagi calon debitur akan dapat memilih bank mana yang akan
mampu membiayai proyeknya.
2. Pemilik/Pemegang Saham
Bagi pemegang saham sebagai pemilik, memiliki kepentingan terhadap laporan
keuangan untuk kemajuan perusahaan dalam menciptakan laba dan pengembangan
usaha bank tersebut. Jika dianggap tidak memuaskan maka kemungkinan manajemen
yang ada sekarang segera akan diganti dan sebaliknya. penilaian pemegang saham akan
lebih ditekankan pada kemampuan manajemen dalam mengembangkan modalnya untuk
memperoleh laba yang rasional, dan kemampuan manajemen bank yang bersangkutan
dalam mendukung perkembangan usahanya dalam suatu periode tertentu.
14
3. Pemerintah
Bagi pemerintah, baik bank pemerintah maupun bank swasta adalah untuk
mengetahui kemajuan dan kepatuhan bank dalam melaksanakan kebijakan moneter dan
pengembangan sektor-sektor industri tertentu. Mengingat kedudukannya yang sangat
strategis tersebut tidaklah mengherankan apabila Bank Indonesia merasa perlu
mengadakan pengawasan dan pembinaan yang intensif terhadap bank-bank pemerintah
maupun bank-bank swasta. Bahkan jika perlu akan ikut campur tangan langsung apabila
ada suatu bank mengalami berbagai kesulitan yang serius, dan sudah tentu hal ini pula
cukup melegakan para penyimpan dana.
4. Perpajakan
Pihak pajak akan dapat lebih mudah menjalankan tugasnya dalam menetapkan
besarnya pajak perseroan bagi bank yang bersangkutan, dengan mempelajari laporan
keuangan yang telah diumumkan. Hal ini karena laba bank yang bersangkutan akan
terlihat jelas dari laporan laba rugi. Selain dari itu dapat untuk mengukur kewajaran laba
atau rugi yang diumumkan tersebut, pihak pajak juga akan dapat membandingkanya
dengan bank-bank lain yang sejenis sehingga kewajaran laba dapat diukur.
5. Karyawan
Karyawan berkepentingan untuk mengetahui kondisi keuangan bank, sehingga
mereka juga merasa perlu mengharapkan peningkatkan kesejahteraan apabila bank
memperoleh keuntungan dan sebaliknya. Hal ini dikarenakan bank sebagai perusahaan
jasa memang selayaknya kesejahteraan para karyawan harus mendapatkan perhatian
yang lebih, mengingat para karyawan tersebut merupakan faktor produksinya yang
utama. Di samping itu dengan mengetahui perkembangan keuangannya para karyawan
15
juga berkepentingan terhadap penghasilan yang diterimanya tiap akhir tahun apakah
sudah sepadan dengan pengorbanan yang diberikan kepada bank di mana dia bekerja.
6. Manajemen Bank
Untuk menilai kinerja manajemen bank dalam mencapai target-target yang telah
ditetapkan. Kemudian juga untuk menilai kinerja manajemen dalam mengelola sumber
daya yang dimilikinya.
II.1.5 Laba
Financial Accounting Standart Boards (FASB) mendefinisikan laba kedalam
beberapa definisi yaitu Earning menitikberatkan pada apa yang telah diterima atau
diharapkan untuk diterima oleh suatu entitas dari suatu output (pendapatan) dan apa
yang telah dikorbankan untuk mengahasilkan output tersebut (biaya). Earning juga
mencakup transaksi tambahan atau insidentil dari entitas tersebut dan efek dari kejadian
dan keadaan lain yang bermula dari lingkungan (laba dan rugi).
Laba merupakan perbedan antara pendapatan dalam suatu periode dan biaya
yang dikelurkan untuk mendatangkan laba. Secara umum, kinerja perusahaan dapat
dinilai dari kemampuan manajemen dalam memperoleh laba (SFAC No.1). Pelaporan
laba bertujuan memberikan informasi yang berguna bagi pihak-pihak yang
berkepentingan dalam laporan keuangan yang secara lebih spesifik mencakup :
1. kebutuhan untuk membedakan antara modal yang diinvestasikan dan laba, antara
saham dan arus kas, sebagai bagian dari proses deskriptif akuntansi.
2. penggunaan laba sebagai pengukur efisiensi manajemen.
3. penggunaan angka laba historis untuk membantu maramalkan masa depan dari
perusahaan atau pembagian dividen masa depan.
16
4. penggunaan laba sebagai pengukur pencapaian dan sebagai pedoman pengambilan
keputusan manajerial masa depan.
5. penggunaan laba sebagai dasar untuk perpajakan.
6. penggunaan laba sebagai alat pengatur perusahaan yang terikat pada kepentingan
publik.
7. penggunaan angka laba oleh ekonomi dalam mengevaluasi alokasi sumber daya.
Adanya pertumbuhan laba yang terus meningkat dari tahun ke tahun akan
memberikan informasi positif mengenai kinerja perusahaan. Pertumbuhan laba
perusahaan yang baik mencerminkan bahwa kinerja perusahaan juga baik karena laba
merupakan ukuran kinerja dari suatu perusahaan, maka semakin tinggi laba yang dicapai
perusahaan, mengindikasikan semakin baik kinerja perusahaan. Dengan demikian
apabila rasio keuangan perusahaan baik maka pertumbuhan laba perusahaan juga baik.
Pertumbuhan laba dinyatakan dalam rumus sebagai berikut :
Pertumbuhan Laba = ebelumnyaLabaTahunS
ebelumnyaLabaTahunSniLabaTahunI −
II.1.6 Analisis Rasio Keuangan Bank
Mengingat ada kekhususan kegiatan usaha perbankan dibandingkan usaha
manufaktur pada umumnya, maka oleh Bank Indonesia dan Ikatan Akuntansi Indonesia
telah diterbitkan panduan penyusunan laporan keuangan perbankan dan proses
akuntansinya yang lebih dikenal dengan Standar Khusus Akuntansi Perbankan Indonesia
17
(SKAPI) dan Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI). Untuk lebih
mempermudah pemahaman tentang laporan keuangan perbankan di Indonesia, akan
dijelaskan beberapa hal dari materi SKAPI dan PAPI sebagai berikut:
1. Laporan keuangan bank harus disajikan dalam mata uang rupiah.
2. Kurs tengah yaitu kurs jual ditambah kurs beli Bank Indonesia dibagi dua.
3. Bank wajib mengungkap posisi neto aktiva dan kewajiban dalam valuta asing yang
masih terbuka (posisi devisa neto) menurut jenis mata uang.
4. Untuk memenuhi kepentingan berbagai pihak, laporan keuangan bank harus disusun
berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan SKAPI.
5. Laporan keuangan bank terdiri dari: neraca, laporan komitmen dan kontijensi,
perhitungan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan, dan catatan atas laporan
keuangan.
6. Penerapan prinsip akuntansi terhadap suatu fakta atau pos tertentu yang menyimpang
SAK dan SKAPI dapat dilaksanakan jika hal tersebut tidak menimbulkan pengaruh yang
material terhadap kelayakan laporan keuangan bank.
7. Untuk dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai sifat dan perkembangan
bank dari waktu ke waktu, maka laporan keuangan harus disajikan secara komparatif
untuk periode penelitian bank minimal selama 2 tahun.
8. Laporan neraca.
9. Laporan laba rugi.
10. Laporan arus kas.
11. Laporan komitmen dan kontijensi.
12. Catatan atas laporan keuangan.
13. Laporan keuangan gabungan dan konsolidasi.
18
II. 1.7 Jenis Rasio Keuangan Bank
1. Rasio Likuiditas
Mengacu pada pendapat Floyd A.Beams, Joseph H.Anthony, Robin P.Clement,
Suzanne H.Lowensohn (2008), suatu bank dikatakan liquid apabila bank bersangkutan
dapat memenuhi kewajiban utang-utangnya, dapat membayar kembali semua
depositonya, serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadi
penangguhan. Oleh karena itu, bank dapat dikatakan liquid apabila: 1) bank tersebut
memiliki cash assets sebesar kebutuhan yang digunakan untuk memenuhi likuiditasnya,
2) bank tersebut memiliki cash assets yang lebih kecil dari kebutuhan likuiditasnya,
tetapi mempunyai aset atau aktiva lainnya (misal surat berharga) yang dapat dicairkan
sewaktu-waktu tanpa mengalami penurunan nilai pasarnya, dan 3) bank tersebut
mempunyai kemampuan untuk menciptakan cash asset baru melalui berbagai bentuk
hutang. Dalam rasio likuiditas, rasio yang dapat diukur antara lain: quick ratio, banking
ratio, dan loans to assets ratio.
A. Quick Ratio
Rasio ini untuk mengetahui kemampuan dalam membiayai kembali kewajibannya
kepada para nasabah yang menyimpan dananya dengan aktiva lancar yang lebih liquid
yang dimilikinya.
B. Banking Ratio/Loan to Deposit Ratio (LDR)
Rasio ini untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar kembali kewajiban
kepada para nasabah yang telah menanamkan dana dengan kredit-kredit yang telah
diberikan kepada para debiturnya. Semakin tinggi rasionya semakin tinggi tingkat
likuiditasnya.
19
C. Loan to Assets Ratio
Rasio ini untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi permintaan para debitur
dengan aset bank yang tersedia. Semakin tinggi rasionya semakin rendah tingkat
likuiditasnya.
2. Rasio Solvabilitas (Capital)
Rasio permodalan sering disebut juga rasio-rasio solvabilitas atau capital
adequacy ratio. Analisis solvabilitas digunakan untuk: 1) ukuran kemampuan bank
tersebut untuk menyerap kerugian-kerugian yang tidak dapat dihindarkan, 2) sumber
dana yang diperlukan untuk membiayai kegiatan usahanya sampai batas tertentu, karena
sumber-sumber dana dapat juga berasal dari hutang penjualan aset yang tidak dipakai
dan lain-lain, 3) alat pengukuran besar kecilnya kekayaan bank tersebut yang dimiliki
oleh para pemegang sahamnya, dan 4) dengan modal yang mencukupi, memungkinkan
manajemen bank yang bersangkutan untuk bekerja dengan efisiensi yang tinggi, seperti
yang dikehendaki oleh para pemilik modal pada bank tersebut. Pada rasio permodalan,
dapat diukur antara lain:
A. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan permodalan yang ada untuk menutup
kemungkinan kerugian didalam kegiatan perkreditan dan perdagangan surat-surat
berharga.
3. Rasio Rentabilitas
Rasio rentabilitas selain bertujuan untuk mengetahui kemampuan bank dalam
menghasilkan laba selama periode tertentu, juga bertujuan untuk mengukur tingkat
20
efektifitas manajemen dalam menjalankan operasional perusahaannya. Pada rasio
rentabilitas (keuntungan), rasio yang dapat diukur antara lain: biaya operasi/pendapatan
operasi, gross profit margin, dan net profit margin.
A. Biaya Operasional/Pendapatan Operasional (BO/PO)
Rasio ini digunakan untuk mengukur perbandingan biaya operasi/biaya intermediasi
terhadap pendapatan operasi yang diperoleh bank. Semakin kecil angka rasio BO/PO,
maka semakin baik kondisi bank tersebut.
B. Gross Profit Margin
Rasio ini untuk mangetahui kemampuan bank dalam menghasilkan laba dari operasi
usahanya yang murni. Semakin tinggi rasionya, semakin baik hasilnya.
C. Net Profit Margin
Rasio ini untuk mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan laba bersih sebelum
pajak (net income) ditinjau dari sudut pendapatan operasinya.
4. Rasio Resiko Usaha Bank
Setiap jenis usaha selalu dihadapkan pada berbagai resiko, begitu pula didalam
bisnis perbankan, banyak pula resiko yang dihadapinya. Resiko-resiko ini dapat pula
diukur secara kuantitatif antara lain dengan: deposit risk ratio, dan interest risk rate
ratio.
A. Deposit Risk Ratio
Rasio ini memperlihatkan resiko yang menunjukkan kemungkinan kegagalan bank
dalam memenuhi kewajiban kepada para nasabah yang menyimpan dananya diukur
dengan jumlah permodalan yang dimiliki oleh bank yang bersangkutan.
21
B. Interest Risk Rate Ratio
Rasio ini memperlihatkan resiko yang mengukur kemungkinan bunga (interest) yang
diterima oleh bank lebih kecil dibandingkan dengan bunga yang dibayarkan oleh bank.
5. Rasio Efisiensi Usaha
Untuk mengukur kinerja manajemen suatu bank apakah telah menggunakan
semua faktor produksinya dengan tepat guna dan hasil guna, maka melalui rasio-rasio
keuangan disini juga dapat diukur secara kuantitatif tingkat efisiensi yang telah dicapai
oleh manajemen bank yang bersangkutan. Rasio-rasio yang digunakan antara lain: assets
utilazation ratio, dan operating ratio
Rasio ini untuk mengukur kemampuan manajemen suatu bank didalam
mengelola aktiva yang dikuasainya, mengingat atas pengunaan aktiva tetap tersebut
bank harus mengeluarkan sejumlah biaya yang tetap. Semakin banyak/cepat bank
mengelola aktivanya semakin efisien.
A. Assets Utilazation Ratio
Rasio ini untuk mengukur kemampuan manajemen suatu bank didalam memanfaatkan
aktiva yang dikuasainya untuk memperoleh total income.
B. Operating Ratio.
Rasio ini untuk mengukur rata-rata biaya operasional dan biaya non operasional yang
dikeluarkan bank untuk memperoleh pendapatan.
22
II. 1.8 Penilaian Kesehatan Bank Menurut Metode Camels
Untuk melakukan penilaian kesehatan suatu bank dapat dilihat dari berbagai
aspek. Penilaian bertujuan untuk menentukan apakah bank tersebut dalam kondisi yang
sehat, cukup sehat, kurang sehat, dan tidak sehat, sehingga Bank Indonesia sebagai
pengawas serta pembina bank-bank dapat memberikan arahan bagaimana bank tersebut
harus dijalankan dengan baik atau bahkan dihentikan operasinya.
Ukuran untuk penilaian kesehatan bank telah ditentukan oleh Bank Indonesia.
Seperti yang tertera dalam Undang-Undang RI No 7 tahun 1992 tentang perbankan pasal
29, yang isinya adalah:
1. Pembinaan dan pengawasan bank dilakukan oleh Bank Indonesia
2. Bank Indonesia menetapkan ketentuan tentang kesehatan bank dengan
memperhatikan aspek permodalan, kualitas aset, kualitas manajemen, rentabilitas,
likuiditas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank.
3. Bank wajib memelihara kesehatan bank sesuai dengan ketentuan sebagaimana
dimaksudkan dalam ayat (2) dan wajib melakukan usaha sesuai dengan prinsip-prinsip
kehati-hatian.
Berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang tentang perbankan tersebut, Bank
Indonesia telah mengeluarkan Surat Edaran No. 26/5/BPPP tanggal 29 Mei 1993 yang
mengatur tentang tata cara penilaian tingkat kesehatan bank. Ketentuan ini merupakan
penyempurnaan ketentuan yang dikeluarkan Bank Indonesia dengan Surat Edaran No.
23/21/BPPP tanggal 28 Februari 1991. Metode penilaian tingkat kesehatan bank tersebut
diatas kemudian dikenal dengan metode CAMEL. Karena telah dilakukan perhitungan
tingkat kesehatan bank berdasarkan metode CAMELS selanjutnya dilanjutkan dengan
23
perhitungan tingkat kepatuhan bank pada beberapa ketentuan khusus, metode tersebut
selanjutnya dikenal dengan istilah CAMEL Plus.
Namun, setelah dikeluarkannya Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PI/2004
tanggal 12 April 2004 aspek penilaian kinerja perbankan bertambah satu aspek yaitu
sensitivity to market risk sehingga disingkat menjadi CAMELS. Penilaian kesehatan
bank meliputi 6 aspek yaitu:
1. Capital, untuk rasio kecukupan modal
2. Assets, untuk rasio kualitas aktiva
3. Management, untuk menilai kualitas manajemen
4. Earning, untuk rasio-rasio rentabilitas bank
5. Liquidity, untuk rasio-rasio likuiditas bank
6. Sensitivity to market risk, untuk rasio-rasio sensitivitas risiko pasar.
II. 1.8.1 Capital (Aspek Permodalan)
Mengacu pada pendapat (Achmad dan Kusuno, 2003). modal merupakan faktor yang
penting dalam rangka pengembangan usaha dan untuk menampung risiko kerugian.
Modal berfungsi untuk membiayai operasi sebagai instrument untuk mengantisipasi
rasio sebagai alat untuk ekspansi usaha. Capital Adequacy Ratio adalah rasio yang
bertujuan untuk mengetahui kecukupan modal bank dalam mendukung kegiatan bank
secara efisien. Dan pada aspek ini menilai permodalan yang dimiliki bank yang
didasarkan kepada kewajiban penyediaan modal minimum bank.
Perhitungan CAR ini sesuai dengan surat edaran BI nomor 6/23/DPNP 31 Mei 2004.
24
Rumus perhitungan CAR adalah:
CAR=rutRisikoimbangMenuAktivaTert
ModalBank
Bank yang dianggap sehat adalah yang memiliki CAR di atas 8%. Bagi bank yang CAR-
nya di bawah 8% maka bank bersangkutan harus menambahkan modalnya baik berupa
penambahan modal dari pemilik/pemegang saham bank atau merger dengan bank yang
memiliki CAR yang tinggi.
II. 1.8.2 Assets (Aspek Kualitas Assets)
Menurut Bank Indonesia (2004), kualitas asset adalah semua aktiva dalam rupiah
atau valas yang dimiliki oleh bank dengan maksud untuk memperoleh penghasilan
sesuai dengan fungsinya, yaitu pemberian kredit, kepemilikan surat-surat berharga, dan
penempatan dana kepada bank lain baik dalam negeri maupun luar negeri. Indikator
kualitas aset yang dipakai dalam penelitian ini adalah Non Performing Loan (NPL).
Rasio NPL adalah perhitungan tingkat kredit bermasalah bila dibandingkan
dengan total kredit yang telah diberikan kepada pihak ketiga namun tidak termasuk
kredit yang diberikan ke bank lain. Perhitungan rumus NPL adalah sebagai berikut:
NPL = uhKreditTotalSelur
htBermasalaTotalKredi
25
II. 1.8.3 Management (Aspek Kualitas Manajemen)
Kualitas manajemen dapat dilihat dari kualitas manusianya dalam bekerja, juga
dapat dilihat dari pendidikan serta pengalaman karyawannya dalam menangani berbagai
kasus yang terjadi. Unsur-unsur penilaian dalam kualitas manajemen adalah manajemen
permodalan, aktiva, umum, rentabilitas dan likuiditas, yang didasarkan pada jawaban
dari pertanyaan yang diajukan. Menurut Bank Indonesia (2004) penilaian terhadap
faktor manajemen antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-
komponen sebagai berikut:
1. Manajemen umum, dinilai dari praktek good corporate governance, struktur dan
komposisi pengurus bank, kemampuan untuk membatasi/ mencegah penurunan kualitas
GCG, transparasi informasi dan edukasi nasabah, efektivitas kerja fungsi komite.
2. Penerapan sistem manajemen risiko yang mencakup pengawasan aktif dewan
komisaris dan direksi, kecukupan kebijakan, prosedur dan penetapan limit, kecukupan
proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian risiko serta sistem
informasi manajemen (SIM) resiko dan sistem pengendalian internal menyeluruh.
3. Kepatuhan bank terhadap batas maksimum pemberian kredit, posisi devisa neto, dan
prinsip mengenai nasabah serta kepatuhan terhadap komitmen kepada bank Indonesia
atau pihak lainnya.
Pada penelitian ini, untuk aspek manajemen tidak menggunakan rasio keuangan
karena penilaian faktor manajemen dalam penilaian tingkat kesehatan bank umum
dilakukan dengan melakukan evaluasi terhadap pengelolaan terhadap bank yang
bersangkutan dan biasanya bersifat subjektivitas.
26
II. 1.8.4 Earning (Aspek Rentabilitas)
Aspek rentabilitas digunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam
menghasilkan profit melalui operasi bank, dan mengukur tingkat efisiensi usaha dan
profitabilitas yang dicapi bank yang bersangkutan. Indikator yang dipakai adalah dan
BO/PO yang digunakan untuk mengukur perbandingan biaya operasi/biaya intermediasi
terhadap pendapatan operasi yang diperoleh bank, dan NIM yang diperoleh dengan
membandingkan pendapatan bunga bersih dengan rata-rata aktiva produktif.
NIM =oduktifrataAktivaRata
hBungaBersiPendapaPr
tan−
BO/PO = lOperasionapaTotalPenda
lOperasionaTotalBebantan
II. 1.8.5 Liquidity (Aspek Likuiditas)
Likuiditas adalah kemampuan suatu bank untuk melunasi kewajiban-kewajiban
yang segera dapat dicairkan atau yang sudah jatuh tempo. Indikator yang digunakan
dalam penelitian ini adalah loan to deposit ratio (LDR) dan reserve requirement atau
giro wajib minimum (GWM). LDR merupakan perbandingan antara kredit yang
diberikan dan dana pihak ketiga, termasuk pinjaman yang diterima termasuk pinjaman
subordinari. Sedangkan GWM merupakan perbandingan giro pada Bank Indonesia
dengan seluruh dana yang berhasil dihimpun.
Perhitungan LDR dan GWM:
LDR=etigaDanaPihakKtTotalKredi
27
GWM= nsilDiHimpuayangBerhaSeluruhDan
ankIndonesiGiropadaBa
II.1.8.6 Rasio Sensitivitas terhadap risiko pasar (Sensitivity to Market Risk)
Menurut Bank Indonesia (2004), penilaian terhadap faktor sensitivitas terhadap
risiko pasar antara lain dilakukan melalui penelitian terhadap komponen-komponen
sebagai berikut:
a. Modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengatasi fluktuasi suku bunga
dibandingkan dengan potensi kerugian (potential loss) sebagai akibat dari fluktuasi
suku bunga.
b. Modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengatasi fluktuasi nilai tukar
dibandingan dengan potensi kerugian sebagai akibat fluktuasi nilai tukar.
c. Kecukupan penerapan sistem manajemen risiko pasar, meliputi pengawasan aktif
dewan komisaris dan direksi terhadap potesi eksposur risiko pasar, kecukupan
kebijakan, prosedur, dan penerapan limit risiko pasar, kecukupan proses identifikasi,
pengukuran, pemantauan, dan pengendalian risiko pasar seta SIM risiko pasar
termasuk kecukupan fungsi audit internal.
Pada penelitian ini, untuk aspek sensitivitas untuk risiko pasar tidak menggunakan
rasio keuangan karena sulitnya memperoleh informasi tentang risiko pasar dan berkaitan
dengan kerahasiaan bank yang tidak suka mempublikasikan risiko pasar yang dimiliki.
28
II.1.9 Penelitian-penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian terdahulu yang digunakan sebagai bahan perbandingan dan
referensi dalam penelitian ini antara lain :
Penelitian yang dilakukan oleh Teddy Rahman (2009) mengenai analisis
pengaruh CAR, NIM, BO/PO, LDR, NPL terhadap perubahan laba menunjukkan hasil
CAR, dan LDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap perubahan laba bank Non
Devisa, BO/PO, dan NPL berpengaruh positif tidak signifikan terhadap perubahan laba
bank Non Devisa sedangkan NIM berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap
perubahan laba bank Non Devisa.
Penelitian yang dilakukan oleh Hernawati (2009) mengenai analisis pengaruh
metode camels terhadap kinerja perbankan indonesia menunjukkan hasil secara parsial
kinerja keuangan perbankan yang dinyatakan dalam rasio-rasio keuangan yang terdiri
dari variabel CAR, NPL, NIM, BO/PO, ROA, dan LDR setelah dilakukan pengujian
variabel CAR, NIM, BO/PO, ROA, dan LDR mempunyai tingkat signifikansi t lebih
besar dari 5 % maka H gagal ditolak sehingga tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap kinerja keuangan perbankan, sedangkan variabel NPL mempunyai
tingkat signifikansi t lebih kecil dari 5 % maka H ditolak sehingga mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap kinerja keuangan perbankan.
Penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Prasetyo (2008) mengenai pengaruh rasio
camel terhadap kinerja keuangan pada bank menunjukkan hasil secara parsial kinerja
keuangan perbankan yang dinyatakan dalam rasio-rasio keuangan yang terdiri dari
variabel CAR, NPL, LDR, GWM, BO/PO, dan NIM setelah dilakukan pengujian
variabel LDR, dan GWM mempunyai tingkat signifikansi t lebih besar dari 5 % maka H
gagal ditolak sehingga tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja
29
keuangan perbankan, sedangkan variabel CAR, NPL, BO/PO, dan NIM mempunyai
tingkat signifikansi t lebih kecil dari 5 % maka H ditolak sehingga mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap kinerja keuangan perbankan.
Penelitian yang dilakukan oleh Suhardito et al (2000) mengenai analisis
kegunaan rasio-rasio keuangan dalam memprediksi perubahan laba emiten dan industry
perbankan di PT.Bursa Efek Surabaya menunjukkan hasil bahwa rasio-rasio keuangan
indostri perbankan mampu memprediksi perubahan laba satu tahun kedepan. Rasio-rasio
tersebut adalah CAR, ROE, GPM.
Penelitian Sudarini (2005) mengenai penggunaan rasio keuangan dalam
memprediksi laba pada masa yang akan datang (Studi Kasus di Perusahaan Perbankan
yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta) menemukan bahwa NIM dan BOPO berpengaruh
terhadap perubahan laba tahun depan. Penelitian Usman (2003) mengenai analisis rasio
keuangan dalam memprediksi perubahan laba pada Bank-Bank di Indonesia
menunjukkan hasil bahwa variabel yang dapat digunakan untuk memprediksi keuangan
pada masa yang akan datang adalah Quick Ratio, Gross Yiels to Total Asset, Net Income
to Total Asset, Leverage dan Deposit Risk Ratio.
Berdasarkan atas penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya,terdapat
perbedaan dan persamaan antara penelitian yang dilakukan dengan penelitian-penelitian
sebelumnya. Kesamaan dengan penelitian yang akan dilakukan dengan beberapa
penelitian terdahulu adalah menganalisis pengaruh rasio keuangan terhadap perubahan
laba. Sedangkan perbedaannya adalah dalam periode penelitian, dimana penelitian ini
mengunakan periode 2007-2009. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
bank yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dengan variabel penelitian Capital Adequancy
Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL) ,Return On Asset (ROA), Net Interest
30
Margin (NIM), BOPO (Beban Operasi Pendapatan Operasi), dan Loan to Deposit Ratio
(LDR), Giro Wajib Minimum (GWM), dan perubahan laba (IG).
II. 2 . Hipotesis Penelitian
Dalam penelitian ini dikemukakan hipotesis sebagai berikut:
H1= terdapat pengaruh secara simultan antara Capital Adequacy Ratio (CAR), Non
Performing Loans (NPL), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasional/Pendapatan
Operasional (BO/PO), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Giro Wajib Minimum (GWM)
terhadap pertumbuhan laba perbankan.
H2= terdapat pengaruh positif antara Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap
pertumbuhan laba perbankan.
H3= terdapat pengaruh negatif antara Non Performing Loans (NPL) terhadap
pertumbuhan laba perbankan.
H4= terdapat pengaruh positif antara Net Interest Margin (NIM) terhadap pertumbuhan
laba perbankan.
H5= terdapat pengaruh negatif antara Biaya Operasional Per Pendapatan Operasional
(BO/PO) terhadap pertumbuhan laba perbankan.
H6= terdapat pengaruh positif antara Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap
pertumbuhan laba perbankan.
H7= terdapat pengaruh negatif antara Giro Wajib Minimum (GWM) terhadap
pertumbuhan laba perbankan.