bab ii landasan teori a. penelitian yang relevanrepository.ump.ac.id/2838/3/bab ii.pdfpengakuan...
TRANSCRIPT
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Penelitian yang Relevan
Pada dasarnya penelitian tentang bahasa khususnya tindak tutur pengakuan
(acknowledgment) belum pernah dilakukan, akan tetapi banyak penelitian yang
hampir sama. Hanya saja bentuk tidak tuturnya yang berbeda misalnya tindak tutur
direktif (kajian pragmatik) yang sebelumnya pernah dilakukan oleh Widyaningrum
(2007) mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas
Muhammadiyah Purwokerto dengan judul “Tindak Tutur Direktif Guru Taman
Kanak-kanak dalam Proses Belajar Mengajar di TK Aisyiyah Desa Kesegeran
Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas”. Penelitian tersebut dilakukan untuk
mendeskripsikan wujud tuturan direktif guru dalam dalam proses belajar mengajar di
TK Aisyiyah Desa Kesegeran Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas. Penelitian
tersebut menghasilkan wujud tuturan guru TK dalam proses belajar mengajar terbagi
menjadi enam bentuk yaitu (1) tuturan requestives (meminta), (2) questions
(bertanya), (3) requirement (memerintah), (4) prohibitives (melarang), (5)
permissives (menyetujui) dan (6) advisories (menasehati).
Penelitian yang akan peneliti lakukan dengan judul “Tindak Tutur Pengakuan
(Acknowledgment) Guru dalam Kegiatan Belajar Mengajar di SMP Negeri 2
Purwokerto Bulan September Tahun Pelajaran 2013-2014”. Penelitian tersebut
bertujuan untuk mendeskripsikan jenis-jenis tindak tutur dan fungsi dari masing-
masing jenis tindak tutur pengakuan (acknowledgment) guru dalam kegiatan belajar
mengajar di SMP Negeri 2 Purwokerto yang meliputi (1) Apologize (Meminta maaf),
9
Tindak Tutur Pengakuan…, Islan Rahayu, FKIP, UMP, 2014
10
(2) Condole (Mengucapkan belasungkawa), (3) Congratulate (Mengucapkan selamat),
(4) Greet (Mengucapkan salam), (5) Thank (Mengucapkan terimakasih) dan No
Thanks (Berterima kasih tetapi menolak), (6) Reject (Menolak), (7) Recept
(Menerima) dan (8) Bid (Harapan).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penelitian yang peneliti lakukan
jelas berbeda dengan penelitian Widyaningrum. Untuk itu peneliti beranggapan bahwa
penelitian “Tindak Tutur Pengakuan (Acknowledgment) Guru dalam Kegiatan Belajar
Mengajar di SMP Negeri 2 Purwokerto Bulan September Tahun Pelajaran 2013-2014”
perlu dilakukan karena berbeda dengan penelitian sebelumnya. Untuk hasil penelitian
yang menjelaskan permasalahan di atas, peneliti menjelaskannya dalam bab hasil
penelitian dan pembahasan.
B. Pengertian Bahasa dan Fungsi Bahasa
Menurut Kridalaksana (dalam Chaer, 2007: 32) menjelaskan bahwa bahasa
adalah sistem lambing bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh anggota kelompok
sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri. Meskipun
lambang-lambang bahasa itu bersifat arbitrer, tetapi juga bersifat konvensional.
Artinya setiap penutur suatu bahasa akan mematuhi hubungan antar lambang dengan
yang dilambangkannya. Sementara menurut Aslinda dan Leni Syafyahya (2010: 1-2)
mengemukakan bahwa bahasa dipergunakan oleh manusia dalam segala aktivitas
kehidupan.
Menurut Sutan Takdir Alisjahbana (dalam Wachid dan Kurniawan, 2013: 5)
bahasa adalah manifestasi atau alat untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan
seseorang. Lebih jauh lagi, bahasa adalah kedirian manusia. Hal itu karena dengan
Tindak Tutur Pengakuan…, Islan Rahayu, FKIP, UMP, 2014
11
menggunakan bahasa, manusia dapat mengungkapkan pikiran dan perasaannya, maka
bahasa selalu mempresentasikan pribadi orang. Hal ini senada diungkapkan oleh
Saphir (dalam Wachid dan Kurniawan, 2013: 5) bahwa bahasa selalu
mempresentasikan pikiran dan perasaan orang, artinya, pada tataran permukaan, tentu
bahasa yang diucapkan oleh orang marah dengan seorang yang bahagia tentu berbeda.
Setiap orang memiliki karakteristik sendiri dalam berbahasa. Karakteristik itu
mencerminkan kepribdaian pemakainya. Pada wilayah ini, bahasa yang menjadi pusat
kajian keilmuan (linguistik) adalah bahasa verbal yaitu, bahasa yang dihasilkan oleh
alat ucap manusia (lisan).
Dengan mengetahui pengertian bahasa dari beberapa ahli, penulis
menyimpulkan bahwa pengertian bahasa secara umum adalah sistem lambang bunyi
arbitrer yang digunakan oleh sekelompok masyarakat untuk saling berinteraksi,
bekerja sama dan mengidentifikasi diri antara manusia satu dengan manusia yang
lain. Penggunaan bahasa pastinya akan menimbulkan interaksi antar manusia satu
dengan manusia lain dengan tujuan baik untuk mendapatkan maupun menuangkan
perasaan, ide dan gagasan.
Fungsi bahasa dapat diartikan cara orang menggunakan bahasa mereka, atau
bahasa-bahasa mereka bila mereka berbahasa lebih dari satu. (Halliday, 1992 :20).
Jika dinyatakan dengan pengertian yang paling rampat yaitu orang melakukan sesuatu
dengan bahasa mereka; yaitu dengan cara bertutur dan menulis, mendengarkan dan
membaca, mereka berharap dapat mencapai banyak sasaran dan tujuan. Berkaitan
dengan fungsi bahasa, Keraf (2004: 3-7) mengungkapkan bahwa bahasa memiliki
empat fungsi yaitu:
Tindak Tutur Pengakuan…, Islan Rahayu, FKIP, UMP, 2014
12
1. Alat untuk menyatakan ekspresi diri
Sebagai alat untuk menyatakan ekspresi diri, bahasa menyatakan secara
terbuka segala sesuatu yang tersirat di dalam dada kita, sekurang-
kurangnya untuk memaklumkan keberadaan kita;
2. Alat komunikasi
Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan sarana perumusan maksud
kita, melahirkan perasaan kita dan memungkinkan kita menciptakan
kerjasama dengan sesama warga;
3. Alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial
Bahasa disamping sebagai salah satu unsur kebudayaan, memungkinkan
pula manusia memanfaatkan pengalaman-pengalaman mereka,
mempelajari dan mengambil bagian dalam pengalaman-pengalaman itu
serta belajar berkenalan dengan orang lain. Melalui bahasa seorang
anggota masyarakat perlahan-lahan belajar mengenal segala adat-istiadat,
tingkah laku dan tata krama masyarakatnya;
4. Alat mengadakan kontrol sosial
Kontrol sosial adalah usaha untuk mempengaruhi tingkah laku dan
tindak-tanduk orang lain. Semua kegiatan sosial akan berjalan dengan
baik karena dapat diatur dengan mempergunakan bahasa.
Selain itu, Fishman (dalam Chaer dan Leonie Agustina, 2004: 15-17)
mengemukakan bahwa fungsi bahasa terbagi menjadi lima yang masing-masing
fungsi tersebut dilihat dari segi yang berbeda yaitu dilihat dari sudut penutur,
pendengar atau lawan bicara, topik ujaran, kode yang digunakan dan amanat yang
akan disampaikan. Penjelasan dari masing-masing fungsi bahasa tersebut sebagai
berikut:
1. Dilihat dari sudut penutur, bahasa berfungsi personal atau pribadi. Maksudnya, penutur menyatakan sikap terhadap apa yang dituturkannya. Penutur bukan hanya mengungkapkan emosi lewat bahasa tetapi juga memperlihatkan emosi itu waktu menyampaikan tuturannya.
2. Dilihat dari segi pendengar atau lawan bicara, bahasa berfungsi direktif, yaitu mengatur tingkah laku pendengar. Maksudnya, bahasa tidak hanya membuat si pendengar melakukan sesuatu, tetapi melakukan kegiatan yang sesuai dengan yang diinginkan si pembicara.
3. Dilihat dari segi topik ujaran, bahasa berfungsi referensial. Maksudnya, bahasa berfungsi sebagai alat untuk membicarakan objek atau peristiwa yang ada disekeliling penutur atau yang ada dalam budaya pada umumnya.
4. Dilihat dari kode yang digunakan, bahasa berfungsi metalingual atau metalinguistik, yakni bahasa digunakan untuk membicarakan bahasa itu sendiri. Hal ini dapat dilihat dalam proses pembeajaran bahasa di mana kaidah-kaidah atau aturan-aturan bahasa dijelaskan dengan bahasa.
Tindak Tutur Pengakuan…, Islan Rahayu, FKIP, UMP, 2014
13
5. Dilihat dari segi amanat yang akan disampaikan, bahasa berfungsi
imaginatif. Bahasa dapat digunakan untuk menyampaikan pikiran,
gagasan, dan perasaan; baik yang sebenarnya, maupun yang cuma
imaginasi (khayalan, rekaan) saja.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi
bahasa sebagai alat komunikasi yang digunakan oleh sekelompok masyarakat untuk
saling berinteraksi. Bahasa memiliki fungsi yang beragam, diantarannya untuk
mengekspresikan diri atau menyampaikan pikiran dan perasaan. Fungsi lainnya
sebagai integritas dan adaptasi sosial serta digunakan untuk mengadakan kontrol
sosial bagi interaksi manusia.
C. Pragmatik
Menurut Rohmadi (2004: 2) Pragmatik adalah studi kebahasaan yang terikat
konteks. Konteks memiliki peranan kuat dalam menentukan maksud penutur dalam
berinteraksi dengan lawan tutur. Sementara Leech (2011: 5) mengemukakan bahwa
pragmatik sebagai pokok bahasan utama yang menyelidiki makna dalam konteks
penggunaan bahasa dan bukan makna suatu yang abstrak.
Tarigan (2009: 31) menjelaskan bahwa pragmatik adalah telaah mengenai
segala aspek makna yang tidak tercakup dalam teori semantik, atau dengan perkatan
lain, membahas segala aspek makna ucapan yang tidak dapat dijelaskan secara tuntas
oleh referensi langsung pada kondisi-kondisi kebenaran kalimat yang diucapkan.
Sementara itu Yule (2006: 3) menyebutkan bahwa pragmatik adalah studi tentang
makna yang disampaikan oleh penutur dan ditafsirkan oleh pendengar. Sebagai
akibatnya studi ini lebih banyak berhubungan dengan analisis tentang apa yang
dimaksudkan orang dengan tuturan-tuturannya daripada dengan makna terpisah dari
kata atau frasa yang digunakan dalam tuturan itu sendiri.
Tindak Tutur Pengakuan…, Islan Rahayu, FKIP, UMP, 2014
14
Sehubungan dengan bermacam-macam maksud yang mungkin
dikomunikasikan oleh penutur, Leech (2011: 19-21) mengemukakan sejumlah aspek
yang senantiasa harus dipertimbangkan dalam pragmatik yaitu (1) penutur dan lawan
tutur, (2) konteks tuturan, (3) tujuan tuturan, (4) tuturan sebagai bentuk tindakan atau
aktivitas, (5) tuturan sebagai produk tindak verbal. Kelima aspek tersebut saling
melengkapi untuk menganalisis suatu tuturan dalam pragmatik.
1. Penutur dan Mitra Tutur
Leech (2011: 19) mengemukakan penutur dan mitra tutur (petutur) atau yang
menyapa (penyapa) dan yang disapa (pesapa). Istilah yang lazim digunakan
adalah penutur dan mitra tutur. Sementara Wijana (1996: 10-11) menjelaskan konsep
ini juga menyangkut penulis dan pembaca jika tuturan yang bersangkutan
dikomunikasikan dengan media tulisan. Dalam hubungan antara penutur dengan mitra
tutur, si mitra tutur bisa saja seseorang yang kebetulan lewat dan secara kebetulan
mendengarkan pesan dan bukan termasuk orang yang disapa. Dalam hal ini, si mitra
tutur tersebut berusaha mengartikan isi wacana hanya berdasarkan bukti kontekstual
yang ada tanpa menjadi sasaran pesan si penutur. Aspek-aspek yang berkaitan dengan
penutur dan mitra tutur ini adalah usia, latar belakang sosial ekonomi, jenis kelamin,
dan tingkat keakraban.
2. Konteks Tuturan
Menurut Leech (2011: 20) konteks telah diberi berbagai arti : antara lain
diartikan sebagai aspek-aspek yang gayut dengan lingkungan fisik dan sosial sebuah
tuturan. Konteks sebagai suatu pengetahuan latar belakang yang sama-sama dimiliki
Tindak Tutur Pengakuan…, Islan Rahayu, FKIP, UMP, 2014
15
oleh penutur dan mitra tutur dan yang membantu mitra tutur menafsirkan makna
tuturan. Sementara Wijana (1996: 11) menjelaskan konteks tuturan adalah konteks
dalam semua aspek fisik atau seting sosial yang relevan dari tuturan bersangkutan.
Konteks yang bersifat fisik lazim disebut koteks (cotext), sedangkan konteks seting
sosial disebut konteks. Dalam pragmatik, konteks pada hakikatnya adalah semua latar
belakang pengetahuan (background knowledge) yang dipahami bersama oleh penutur
dan mitra tutur. Background knowledge dapat berpengaruh pada baik atau tidaknya
suatu tuturan berlangsung. Latar pengetahuan yang dimiliki penutur dan mitra tutur
berpengaruh pada pemahaman masing-masing pihak dalam memahami maksud dari
masing-masing tuturannya.
3. Tujuan Tuturan
Leech (2011: 20) menjelaskan istilah tujuan dan fungsi daripada makna yang
dimaksud penutur mengucapkan sesuatu. Istilah tujuan lebih netral dari pada maksud,
karena tidak membenahi dengan suatu kemauan atau motivasi yang sadar, sehingga
dapat digunakan secara umum untuk kegiatan-kegiatan yang berorientasi tujuan.
Tujuan tuturan sesungguhnya mengacu pada latar belakang penutur dalam
mengutarakan bentuk-bentuk tuturan. Dalam hubungan ini, bentuk-bentuk tuturan
yang bermacam-macam dapat digunakan untuk menyatakan maksud yang sama. Atau
sebaliknya, berbagai macam maksud dapat diutarakan dengan berbagai tuturan yang
sama. Dalam pragmatik, berbicara merupakan aktivitas yang berorientasi pada tujuan.
Contoh tuturan yang memiliki aspek pragmatik tujuan tuturan adalah tuturan hai,
halo, hello, dan hi. Keempat tuturan tersebut berbeda secara bentuk, tetapi
sesungguhnya memiliki maksud yang sama, yaitu menyapa seseorang atau lawan
Tindak Tutur Pengakuan…, Islan Rahayu, FKIP, UMP, 2014
16
bicaranya. Suatu tuturan juga bisa digunkan untuk menyatakan berbagai macam
maksud, misalnya tuturan hai. Jika tuturan tersebut digunakan untuk tujuan
mengejutkan atau mengegetkan mitra tutur, maka maksud yang penutur bukan lagi
menyapa mitra tuturnya, tetapi mengagetkan mitra tuturnya (Wijana, 1996: 11).
4. Tuturan sebagai Bentuk Tindakan Aktivitas
Leech (2011: 20) menjelaskan tata bahasa berurusan dengan maksud-maksud
statis yang abstrak, seperti kalimat (dalam sintaksis) dan proposisi (dalam semantik),
sedangkan pragmatik berurusan dengan tindak-tindak atau performasi-performasi
verbal yang terjadi dalam situasi dan waktu tertentu. Dengan demikian pragmatik
menangani bahasa pada tingkatan yang lebih konkret daripada tata bahasa. Hal ini
senada yang diungkapkan oleh Wijana (1996: 12) tuturan sebagai bentuk tindakan
atau aktivitas bila gramatika menangani unsur-unsur kebahasaan sebagai entitas yang
abstrak, seperti kalimat dalam studi sintaksis, proposisi dalam studi semantik.
Pragmatik berhubungan dengan tindak verbal (verbal act) yang terjadi dalam situasi
tertentu. Dalam hubungan ini pragmatik menangani bahasa dalam tingkatannya yang
lebih kongkret dibanding dengan tata bahasa. Tuturan sebagai entitas yang kongkret
jelas penutur dan mitra tuturnya, serta waktu dan tempat pengutaraannya.
5. Tuturan sebagai Produk Tindak Verba
Leech (2011: 20) Dalam pragmatik kata (tuturan) dapat digunakan dalam arti
yang lain, yaitu sebagai produk atau tindak verbal (bukan tindak verbal itu sendiri).
Misalnya, kata would you please be quit (bisakah kamu diam) yang diucapkan dengan
intonasi naik yang sopan. Rangkaian kata tersebut dapat disebut dengan istilah kalimat
Tindak Tutur Pengakuan…, Islan Rahayu, FKIP, UMP, 2014
17
pertanyaan atau permintaan ataupun tuturan. Namun sebaliknya istilah-istilah seperti
kalimat, pertanyaan, permohonan dipakai untuk mengacu pada maksud-maksud
gramatikal sistem bahasa, sedangkan tuturan mengacu pada contoh-contoh maksud
gramatikal tersebut sebagaimana digunakan dalam situasi-situasi tertentu. Jadi, sebuah
tuturan dapat merupakan contoh kalimat atau tanda kalimat, tetapi bukanlah sebuah
kalimat.
D. Tindak Tutur
1. Pengertian Tindak Tutur
Rohmadi (2004: 29) menjelaskan bahwa teori tindak tutur pertama kali
dikemukakan oleh Austin (1956), seorang guru besar di Universitas Harvard. Teori
yang berwujud hasil kuliah itu kemudian dibukukan oleh J.O.Urmson (1965) dengan
judul How to do things with words?. Akan tetapi teori itu baru berkembang secara
mantap setelah Searle (1969) menerbitkan buku yang berjudul Speech Acts: An Essay
in the Philosophy of Language. Menurut Searle dalam semua komunikasi linguistik
terdapat tindak tutur. Ia berpendapat bahwa komunikasi bukan sekedar lambang, kata
atau kalimat, tetapi akan lebih tepat apabila disebut produk atau hasil dari lambang,
kata atau kalimat yang berwujud perilaku tindak tutur.
Menurut Chaer dan Leonie Agustina (2004: 50) tindak tutur adalah gejala
individu yang besifat psikologis dan keberlangsungannya ditentukan oleh
kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Sementara Searle
(dalam Rohmadi, 2004: 29) menjelaskan bahwa tindak tutur adalah produk atau hasil
dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu yang dapat berwujud pernyataan,
pertanyaan, perintah atau yang lainnya.
Tindak Tutur Pengakuan…, Islan Rahayu, FKIP, UMP, 2014
18
2. Bentuk Tindak Tutur
Menurut Searle dalam bukunya Speech Acts: An Essay in The Philosophy of
Language (dalam Rohmadi, 2004: 30-32 ) mengemukakan bahwa secara pragmatis
setidak-tidaknya ada tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur,
yaaitu:
a. Tindak Lokusi
Tindak lokusi adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu. Tindak tutur ini
sering disebut sebagai The Act Of Saying Something. Sebagai contoh tindak lokusi
adalah kalimat (3) “Ina belajar membaca”, dan (4) “Adi bermain bola”. Kedua
kalimat di atas diutarakan oleh penuturnya semata-mata untuk menginformasikan
sesuatu tanpa tendensi untuk melakukan sesuatu apalagi untuk mempengaruhi lawan
tuturnya. Tindak lokusi merupakan tindakan yang paling mudah diidentifikasi, karena
dalam pengidentifikasian tindak lokusi tidak memperhitungkan konteks tuturan.
b. Tindak Ilokusi
Tindak ilokusi adalah tindak tutur yang berfungsi untuk mengatakan atau
menginformasikan sesuatu dan dipergunakan untuk melakukan sesuatu. Tindak
ilokusi disebut sebagai The Act of Doing Something.Sebagai contoh kalimat (5) “Dodi
sudah seminar proposal skripsi kemarin”. (6) “Ida sedang sakit”. Kalimat (5) jika
diucakan kepada seorang mahasiswa semester XII, bukan sekedar hanya memberikan
informasi saja akan tetapi juga melakukan sesuatu, yaitu memberikan dorongan agar
mahasiswa tadi segera mengerjakan skripsinya. Sedangkan kalimat (6) jika diucapkan
kepada temannya yang menghidupkan radio dengan volume tinggi, berarti bukan saja
sebagai informasi tetapi juga untuk menyuruh agar mengecilkan volume atau
Tindak Tutur Pengakuan…, Islan Rahayu, FKIP, UMP, 2014
19
mematikan radionya. Tindak ilokusi sangat sulit diidentifikasi karena terlebih dahulu
harus mempertimbangkan siapa penutur dan lawan tuturnya.
Ibrahim (1993: 16-43) mengklasifikasikan tindak ilokusi sebagai berikut.
1) Konstatif (constatives)
Secara umum, constative merupakan ekspresi kepercayaan yang dibarengi
dengan ekspresi maksud sehingga mitra tutur membentak atau memegang
kepercayaan yang serupa. Misalnya menyatakan, memprediksi,
melaporkan, menasehati, menilai dan membenarkan.
2) Direktif (directives)
Direktif mengekspresikan maksud penutur (keinginan, harapan) sehingga
ujaran atau sikap yang diekspresikan dijadikan sebagai alasan untuk
bertindak oleh mitra tutur. Misalnya meminta, bertanya, memerintah,
melarang, menyetujui, dan menasehati.
3) Komisif (comissives)
Comissives merupakan suatu kategori tindak ilokusi yang mewajibkan
seseorang atau menolak mewajibkan seseorang untuk melakukan sesuatu
yang dispesifikasi dalam proposisinya, yang bisa juga menspesifikasi
kondisi-kondisi tempat isi itu dilakukan atau tidak harus dilakukan.
Misalnya menjanjikan dan menawarkan.
4) Acknowledgments (Pengakuan)
Acknowledgment mengekspresikan perasaan tertentu kepada mitra tutur,
baik yang berupa rutinitas ataupun yang murni. Misalnya penyampaian
salam, mengekspresikan rasa senang, berterima kasih dan mengucapkan
salam.
c. Tindak Perlokusi
Tindak perlokusi adalah tindak tutur yang pengutaraanya dimaksudkan untuk
mempengaruhi lawan tuturnya. Tindak perlokusi disebut sebagai The Act of Affecting
Someone. Sebuah tuturan yang diutarakan seseorang seringkali memiliki daya
pengaruh atau efek bagi yang mendengarnya. Efek yang timbul ini bisa sengaja
maupun tidak sengaja. Sebagai contoh kalimat (7) “Kemarin Ibuku sakit”. (8) “Inu
bebas SPP”. Kalimat (7) jika diucapkan oleh seseorang yang tidak dapat menghadiri
undangan temannya, maka ilokusinya adalah untuk meminta maaf, dan perlokusinya
adalah agar orang yang mengundangnya harap maklum. Sedangkan kalimat (8) jika
Tindak Tutur Pengakuan…, Islan Rahayu, FKIP, UMP, 2014
20
diucapkan seorang guru kepada murid-muridnya, maka ilokusinya adalah meminta
agar teman-temannya tidak iri, dan perlokusinya adalah agar teman-temannya
memaklumi keadaan ekonomi orang tua Inu.
Tindak perlokusi juga sulit dideteksi, karena harus melibatkan konteks
tuturannya. Dapat ditegaskan bahwa setiap tuturan dari seorang penutur
memungkinkan sekali mengandung lokusi saja, ilokusi saja, dan perlokusi saja.
Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa satu tuturan mengandung kedua atau
ketiga-tiganya. Selain tindak tutur tersebut, Wijana (dalam Rohmadi, 2004: 33-35)
menjelaskan bahwa tindak tutur dapat dibedakan menjadi tindak tutur langsung dan
tindak tutur tidak langsung, tindak tutur literal dan tidak literal.
1) Tindak Tutur Langsung dan Tidak Langsung
Secara formal berdasarkan modusnya, kalimat dibedakan menjadi kalimat
berita (deklaratif), kalimat tanya (interogatif), dan kalimat perintah (imperatif).
Secara konvensional kalimat berita (deklaratif) digunakan untuk memberitahukan
sesuatu (informasi); kalimat tanya untuk menanyakan sesuatu; dan kalimat perintah
untuk menyatakan perintah, ajakan, permintaan atau permohonan. Apabila kalimat
berita difungsikan secara konvensional untuk mengatakan sesuatu, kalimat Tanya
untuk bertanya, dan kalimat perintah untuk menyuruh, mengajak, memohon dan
sebagainya, maka akan terbentuk tindak tutur langsung. Sebagai contoh: (9) “Yuli
merawat ayahnya”. “Siapa orang itu?”. “Ambilkan buku saya!”. Ketiga kalimat
tersebut merupakan tindak tutur langsung berupa kalimat berita, tanya dan perintah.
Tindak tutur tak langsung adalah tindak tutur untuk memerintah seseorang
melakukan sesuatu secara tidak langsung. Tindakan ini dilakukan dengan
Tindak Tutur Pengakuan…, Islan Rahayu, FKIP, UMP, 2014
21
memanfaatkan kalimat berita atau kalimat tanya agar orang yang diperintahh tidak
merasa dirinya diperintah. Misalnya, seorang ibu yang menyuruh anaknya
mengambilkan sapu, diungkapkan dengan (10)“Upik, sapunya di mana?”. Kalimat
tersebut selain untuk bertanya sekaligus memerintah anaknya untuk mengambilkan
sapu.
2) Tindak Tutur Literal dan Tindak Tutur Tidak Literal
Tindak tutur literal (literal speech act) adalah tindak tutur yang maksudnya
sama dengan makna kata-kata yang menyusunnya. Sedangkan tindak tutur tidak
literal (nonliteral speech act) adalah tindak tutur yang maksudnya tidak sama dengan
atau berlawanan dengan kata-kata yang menyusunnya. Sebagai contoh dapat dilihat
kalimat berikut.
(11) “Penyanyi itu suaranya bagus”.
(12) “Suaramu bagus (tapi kamu tidak usah menyanyi)”.
Kalimat (11) jika diutarakan dengan maksud untuk memujiatau mengagumi
suara penyanyi yang dibicarakan, maka kalimat itu merupakan tindak tutur literal,
sedangkan kalimat (12) penutur bermaksud mengatakan bahwa suara lawan tuturnya
jelek, yaitu dengan mengatakan “tak usah menyanyi” tindak tutur pada kalimat (12)
merupakan tindak tutur tak literal .
Apabila tindak tutur langsung dan tak langsung diinteraksikan dengan tindak
tutur literal dan tak literal, maka akan tercipta tindak tutur sebagai berikut.
1) Tindak tutur langsung literal (direct literal speech act), ialah tindak tutur yang
diutarakan dengan modus tuturan dan makna yang sama dengan maksud
pengutaraannya. Maksud memerintah disampaikan dengan kalimat perintah,
Tindak Tutur Pengakuan…, Islan Rahayu, FKIP, UMP, 2014
22
memberitakan dengan kalimat berita, dan menanyakan sesuatu dengan kalimat
Tanya. Misalnya: (13)“Ambilkan buku itu!”, “Kusuma gadis yang cantik”,
“Berapa saudaramu, Mad?”.
2) Tindak tutur tidak langsung literal (indirect literal speech act) adalah tindak tutur
yang diungkapkan degan modus kalimat yang tidak sesuai dengan maksud
pengutaraannya, tetapi makna kata-kata ynag menyusunnya sesuai dengan
apayang dimaksudkan oleh penutur. Misalnya: (14) “Lantainya kotor.” Kalimat
itu jika diucapkan seorang ayah kepada anaknya bukan saja menginformasikan,
tetapi sekaligus menyuruh untuk membersihkannya.
3) Tindak tutur langsung tidak literal (direct nonliteral speech) adalah tindak tutur
yang diutarakan dengan modus kalimat yang sesuai dengan maksud tuturan,
tetapi kata-kata yang menyusunnya tidak memiliki makna yang sama dengan
maksud penuturnya. Misalnya: (15) “Spedamu bagus, kok” Penutur sebenarnya
ingin mengatakan bahwa sepeda lawan tuturnya jelek.
4) Tindak tutur tidak langsung tidak literal (indirect nonliteral speech act) adalah
tindak tutur yang diutarakan dengan modus kalimat yang tidak sesuai dengan
maksud yang ingin diutarakan. Untuk menyuruh seorang pembantu menyapu
lantai yang kotor, seorang majikan dapat saja mengutarakannya dengan kalimat
(16)“Lantainya bersih sekali, mbok”.
E. Tindak Tutur Pengakuan (Acknowledgment)
Ibrahim (1993: 37) menjelaskan bahwa acknowledgment merupakan kasus
sentral dari kelas behabitivies Austin. Pengakuan (acknowledgment) mengekspresikan
perasaan tertentu kepada mitra tutur baik yang berupa rutinitas ataupun yang murni.
Tindak Tutur Pengakuan…, Islan Rahayu, FKIP, UMP, 2014
23
Perasaan dan pengekspresiannya cocok untuk jenis situasi tertentu. Ibrahim (1993:
37-41) mengktegorikan tindak tutur acknowledgment ke dalam delapan bentuk
tuturan yaitu: 1) apologize (meminta maaf), 2) condole (mengucapkan
belasungkawa), 3) congratulate (mengucapkan selamat), 4) greet (mengucapkan
salam), 5) thank (mengucapkan terimakasih) and No Thank (Berterima kasih tetapi
menolak), 6) bid (harapan), 7) accept (menerima), 8) reject (menolak).
1. Apologize : Meminta Maaf
Ketika seseorang meminta maaf kepada orang lain, baik orang tersebut
mengekspresikan penyesalan (akan apa yang telah dia lakukan) atau dia
mengekspresikan maksud sehingga ujarannya memenuhi harapan sosial untuk
mengekspresikan penyesalan. Penutur mengucapkan maaf kepada mitra tutur karena
telah melakukan sesuatu hal.
Contoh :
(17) Guru : Maaf ya anak-anak, Ibu telat karena tadi ada rapat mendadak.
Konteks tuturan:
Tuturan (17) dituturkan oleh seorang guru kepada siswanya saat kegiatan
pembelajaran akan dimulai, guru meminta maaf karena datang terlambat,
keterlambatan dikarenakan guru tersebut mengikuti rapat mendadak. Bentuk tuturan
(17) merupakan bentuk tuturan meminta maaf dan digunakan dalam kegiatan belajar
mengajar, yaitu guru meminta maaf kepada murid-muridnya karena datang terlambat
saat mengajar sehingga waktu pembelajaran menjadi terkurangi. Tuturan (17)
termasuk jenis tindak tutur langsung yaitu guru menggunakan kalimat berita yang
memberitahukan kenapa dirinya terlambat saat mengajar. Tuturan (17) digunakan
Tindak Tutur Pengakuan…, Islan Rahayu, FKIP, UMP, 2014
24
guru untuk menjelaskan kenapa ia (guru) melakukan hal tersebut, sehingga tidak
terjadi ke salah pahaman antara murid dengan guru.
(18) Guru : Oh ya maaf, itu seharusnya mengungkapkan bukan
mengungkan ya.
Konteks tuturan:
Tuturan (18) dituturkan oleh seorang guru pada saat mengajar. Guru tersebut
melihat ada kesalahan penulisan pada power pointnya, guru meminta maaf atas
kesalahan penulisan tersebut dan membetulkannya. Bentuk tuturan (18) merupakan
bentuk tuturan meminta maaf dan digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu
guru meminta maaf karena ada kesalahan dalam penulisan di power poinnya. Tuturan
(18) termasuk jenis tindak tutur tak langsung yaitu secara tidak langsung, guru
meminta murid-muridnya untuk membetulkan apabila materi tersebut sudah ditulis di
masing-masing buku tulisnya. Tuturan (18) digunakan guru untuk menjelaskan
kesalahan penulisan materi yang sedang diajarkan di power pointnya.
2. Condole : Mengucapkan Belasungkawa
Tuturan yang diucapkan oleh penutur kepada mitra tutur atau lawan tuturnya
atas sesuatu hal yang telah terjadi, suatu hal tersebut dapat berupa musibah yang
terjadi pada mitra tutur sehingga mengharuskan penutur mengekspresikan simpati
atas penderitaan mitra tutur dan maksud bahwa ujarannya memenuhi harapan sosial.
Tuturan condole ini pada umumnya memerlukan spesifikasi, sebab tuturan ini bisa
dikondisi oleh peristiwa yang sudah lewat yang tidak lagi ada dihadapan pertemuan
penutur dan mitra tutur.
Tindak Tutur Pengakuan…, Islan Rahayu, FKIP, UMP, 2014
25
Contoh:
(19) Guru : Ibu ikut prihatin ya, sudah tiga hari ini Veda tidak berangkat
karena sakit.
Konteks tuturan:
Tuturan (19) dituturkan oleh seorang guru pada saat pelajaran akan dimulai,
guru mengabsen murid dan ada salah satu murid yang sudah tiga hari tidak berangkat
karena sakit. Guru mengucapkan keprihatinannya atas musibah yang meninmpa
murid tersebut meskipun pada saat itu murid yang bersangkutan tidak hadir. Bentuk
tuturan (19) merupakan tuturan condole, yaitu guru ikut merasakan prihatin karena
salah satu muridnya sudah tiga hari tidak berangkat karena sakit. Tuturan (19)
termasuk jenis tindak tutur tak langsung yaitu guru menggunakan kalimat berita
dengan maksud meminta kepada murid-murid yang lain untuk menjenguk veda yang
sudah tiga hari tidak berangkat sekolah karena sakit. Tuturan (19) digunakan guru
untuk menjelaskan sekaligus memberikan penguatan dengan cara memotivasi murid-
murid yang lain untuk dapat menjaga kesehatannya dengan baik.
(20) Guru: Astaghfirullah, Ibu turut prihatin ya. Itu kapan kecelakaannya?.
Konteks tuturan:
Tuturan (20) dituturkan oleh seorang guru pada saat mengajar. Guru
mengetahui ada salah satu murid yang fisiknya terluka karena kecelakaan. Guru
mengucapkan keprihatinannya atas musibah yang menimpa murid tersebut. Bentuk
tuturan (20) merupakan tuturan condole, yaitu guru ikut merasakan prihatin saat
mengetahui muridnya terluka karena kecelakaan. Tuturan (20) termasuk jenis tindak
tutur langsung yaitu guru menggunakan kalimat tanya untuk mengetahui secara rinci
terjadinya kecelakaan tersebut. Tuturan (20) digunakan guru untuk memberikan
Tindak Tutur Pengakuan…, Islan Rahayu, FKIP, UMP, 2014
26
penguatan dengan cara memotivasi murid yang bersangkutan untuk tetap sabar dan
semangat.
3. Congratulate : Mengucapkan Selamat
Tuturan yang diucapkan oleh penutur kepada mitra tutur atau lawan tuturnya
atas sesuatu hal baik telah terjadi, suatu hal tersebut dapat berupa penghargaan yang
diterima mitra tutur, sehingga mengharuskan penutur mengekspresikan kebahagiaan
atas apa yang telah diterima oleh mitra tutur dan maksud bahwa ujarannya memenuhi
harapan sosial. Mengekspresikan kebahagiaan itu dapat ditandai dengan
mengucapkan selamat kepada mitra tutur atas apa yang telah didapatkan oleh mitra
tutur.
Contoh :
(21) Guru : Sebelum pelajaran dimulai, Ibu ucapkan selamat kepada syafira
yang kemarin memenangkan juara 2 lomba pidato ya.
Konteks tuturan:
Tuturan (21) dituturkan oleh seorang guru kepada muridnya sebelum
pelajaran dimulai. Guru mengucapkan selamat kepada salah satu siswa yang telah
memenangkan juara lomba pidato. Bentuk tuturan (21) merupakan tuturan
congratulate, yaitu guru mengucapkan selamat kepada salah satu murid yang telah
memenangkan juara lomba pidato. Tuturan (21) termasuk jenis tuturan langsung,
yaitu secara langsung, guru mengucapkan selamat kepada murid tersebut atas
keberhasilannya meraih juara dalam perlombaan pidato. Tuturan (21) digunakan guru
untuk memberikan penguatan dengan cara memotivasi murid tersebut dan murid-
murid yang lain untuk dapat tetap berprestasi.
Tindak Tutur Pengakuan…, Islan Rahayu, FKIP, UMP, 2014
27
4. Greet : Mengucapkan Salam
Tuturan yang diucapkan oleh penutur kepada mitra tutur atau lawan tuturnya
atas dasar kebahagiaannya karena dapat bertemu kembali dengan mitra tutur.
Kebahagiaan penutur tersebut dapat diekspresikan dengan mengucapkan salam, selain
tuturan tersebut digunakan untuk mengutarakan bahwa penutur senang bertemu
kembali dengan mitra tutur juga digunakan untuk menyapa dan maksud bahwa
ujarannya memenuhi harapan sosial.
Contoh :
(22) Guru : Selamat Pagi anak-anak, hari ini bagaimana kabarnya?
Konteks tuturan:
Tuturan (22) dituturkan oleh seorang guru saat akan memulai kegiatan
pembelajaran di pagi hari, guru mengucapkan salam (selamat pagi) yang dilanjutkan
dengan menanyakan tentang kabar murid-muridnya. Hal ini menandakan bahwa guru
merasa senang bertemu dengan murid-muridnya. Bentuk tuturan (22) merupakan
tuturan salam, yaitu guru mengucapkan salam kepada murid-muridnya. Tuturan (22)
termasuk jenis tuturan langsung yaitu secara langsung, guru menggunakan kalimat
tanya untuk mengetahui kabar murid-muridnya dan meminta jawaban apakah murid-
muridnya dalam keadaan baik atau tidak. Tuturan ini digunakan guru untuk bertanya
sekaligus memberikan motivasi agar murid-muridnya semangat untuk belajar.
5. Thank : Mengucapkan Terimakasih
Penutur mengucapkan terimakasih kepada mitra tutur karena sesuatu, sesuatu
Itu dapat berupa bantuan atau pemberian suatu benda. Ucapan terimakasih sebagai
ungkapan rasa syukur karena penutur telah diberi sesuatu oleh mitra tutur. Rasa
Tindak Tutur Pengakuan…, Islan Rahayu, FKIP, UMP, 2014
28
terimakasih itu dapat diekspresikan dengan ditandai ucapan terimakasih dan maksud
bahwa ujarannya memenuhi harapan sosial.
Contoh :
(23) Guru : Terimakasih ya Aldi, sudah membawakan speakernya.
Konteks tuturan:
Tuturan (23) dituturkan oleh guru sebelum pelajaran dimulai, guru meminta
tolong kepada Aldi untuk membawakan speakernya dan guru mengucapkan
terimakasih karena Aldi sudah membawakan speakernya. Bentuk tuturan tuturan (23)
merupakan tuturan terimakasih, yaitu guru mengucapkan terimakasih kepada Aldi
karena telah membantu membawakan speakernya. Tuturan ini termasuk jenis tuturan
langsung yaitu guru secara langsung mengucapkan terimakasih kepada Aldi yang
sudah membantu membawakan speakernya. Tuturan (23) digunakan guru untuk
memberi penguatan yaitu dengan guru berterima kasih, murid tersebut akan merasa
dihargai dan lebih semangat lagi dalam belajar.
“No Thanks” : Penutur berterima kasih kepada mitra tutur karena mitra
tuturmenawari sesuatu tetapi penutur menolak tawaran
tersebut.
(24) Guru : Iya terimakasih, ini pulpen ibu sudah ketemu.
Konteks tuturan:
Tuturan (24) dituturkan oleh seorang guru saat mengajar, guru kehilangan
pulpennya dan ada salah satu murid yang ingin meminjaminya tetapi tiba-tiba guru
tersebut menemukan pulpen miliknya dan guru mengucapkan terimakasih karena
murid tersebut sudah berniat membantunya meskipun bantuan tersebut ditolak. Bentuk
tuturan (24) merupakan tuturanno thanks, yaitu guru mengucapkan terimakasih
kepada salah satu murid yang ingin membantunya meskipun bantuan tersebut ditolak.
Tindak Tutur Pengakuan…, Islan Rahayu, FKIP, UMP, 2014
29
Tuturan (24) termasuk jenis tindak tutur tak langsung yaitu secara tidak langsung,
guru menggunakan kalimat berita dengan maksud untuk memberitahukan bahwa
pulpen miliknya sudah ada sekaligus menolak untuk dipinjami. Tuturan (24)
digunakan guru untuk memberikan penguatan yaitu dengan guru berterima kasih,
siswa tersebut akan merasa dihargai meskipun bantuannya ditolak.
6. Bid : Harapan
Penutur berharap bahwa apa yang dilakukan mitra tutur akan baik. Tuturan ini
dijadikan sebagai alasan untuk bertindak oleh mitra tutur, oleh karena itu tuturan
harapan ini sama halnya dengan tuturan direktif yang mengekspresikan maksud
penutur (keinginan atau harapan) sehingga ujaran atau sikap yang diekspresikan
dijadikan sebagai alasan untuk bertindak oleh mitra tutur. Misalnya tuturan
memerintah, Rahardi (2005: 79) mengklasifikasikan kalimat perintah menjadi lima
yaitu memerintah biasa, meminta, memberi izin, mengajak dan menyuruh. Sedangkan
Alwi (2003: 353) menambahkan tuturan melarang, menyarankan dan memerintah
halus atau meminta.
Contoh:
(25) Guru : Ibu berharap tugas hari ini dapat terselesaikan dengan baik ya.
Konteks tuturan:
Tuturan (25) dituturkan oleh seorang guru saat mengajar, guru memberikan
tugas dan berharap tugas tersebut dapat dikerjakan dengan baik oleh semua murid.
Bentuk tuturan (25) termasuk tuturan harapan, yaitu guru berharap semua murid dapat
menyelesaikan tugasnya dengan baik. Tuturan tersebut termasuk jenis tindak tutur
langsung yaitu guru menggunakan kalimat berita untuk meminta agar murid-muridnya
Tindak Tutur Pengakuan…, Islan Rahayu, FKIP, UMP, 2014
30
dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik. Tuturan (25) digunakan untuk
memberikan penguatan atau motivasi yaitu dengan guru mengharapkan tugas tersebut
dapat terselesaikan dengan baik, menjadikan semua murid menjadi lebih bersemangat
dan sungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas tersebut.
7. Recept : Penerimaan Suatu Acknowledgment
Penutur menerima acknowledgment dari mitra tutur, baik berupa apologize,
greet, thank dan sebagainya. Penutur menerima acknowledgment mitra tutur dengan
mengucapkan welcome (penutur menerima ucapan terimakasih) sehingga mitra tutur
percaya bahwa penutur menghargai acknowledgment mitra tutur. Tuturan ini
digunakan untuk memenuhi harapan sosial.
Contoh:
(26) Guru : Iya sama-sama, iya besok kita tetap belajar tentang drama ya
karena masih ada materi yang belum ibu jelaskan.
Konteks tuturan:
Tuturan (26) dituturkan oleh seorang guru pada saat akan mengakhiri kegiatan
pembelajaran, guru membalas ucapan terimakasih murid yang menginginkan dirinya
besok mengajar tentang drama lagi. Bentuk tuturan tersebut merupakan tuturan acept,
yaitu guru menerima pengakuan dari murid yang menginginkan dirinya besok
mengajar tentang drama lagi dan ini dimaksudkan ada nilai positif dalam metode
mengajar guru tersebut yang menjadikan siwanya menjadi tertarik. Tuturan (26)
termasuk jenis tindak tutur langsung yaitu secara langsung, guru menggunakan
kalimat berita untuk memberitahukan bahwa besok akan belajar tentang drama lagi.
Tuturan (26) digunakan guru untuk memberikan motivasi kepada murid-muridnya
untuk tetap dan lebih bersemangat lagi.
Tindak Tutur Pengakuan…, Islan Rahayu, FKIP, UMP, 2014
31
8. Reject : Menolak
Mitra tutur menyampaikan acknowledgment kepada penutur tetapi penutur
menolak acknowledgment tersebut. Acknowledgment itu dapat berupa apologize,
greet, thank dan sebagainya. Penutur menolak acknowledgment mitra tutur tersebut
sehingga mitra tutur percaya bahwa penutur gagal menghargai acknowledgment mitra
tutur. Tuturan ini memberikan maksud bahwa ujarannya melanggar harapan sosial.
Contoh:
(27) Guru : Kamu maaf terus tapi datangnya selalu terlambat.
Konteks tuturan:
Tuturan (27) dituturkan oleh seorang guru pada saat mengajar, tiba-tiba ada
murid yang datang terlambat. Murid tersebut mengucapkan maaf tetapi guru yang
bersangkutan menolak acknowledgment (maaf) dari murid tersebut karena sudah
sering datang terlambat. Bentuk tuturan (27) termasuk tuturan menolak yaitu guru
menolak acknowledgment murid tersebut yang sudah sering datang terlambat. Tuturan
(27) termasuk tindak tutur tak langsung yaitu secara tidak langsung, guru meminta
agar murid tersebut tidak datang terlambat lagi. Tuturan ini digunakan guru untuk
memberikan penguatan agar murid tersebut dan lainnya dapat menanamkan
kedisiplinan.
F. Keterampilan Dasar Mengajar
Menurut Usman (dalam Kuntoro, 2005: 16) Keterampilan dasar mengajar
merupakan keterampilan yang kompleks, yang merupakan pengintegrasian beberapa
keterampilan. Keterampilan tersebut bersifat generik artinya digunakan secara
bersama-sama dalam proses belajar mengajar. Keterampilan tersebut mencakup:
Tindak Tutur Pengakuan…, Islan Rahayu, FKIP, UMP, 2014
32
1. Keterampilan Bertanya
Keterampilan bertanya adalah keterampilan untuk mengajukan pertanyaan
kepada siswa sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Pertanyaan yang mudah
dipahami siswa sehingga siswa dapat memberikan jawaban dengan tepat dapat
meningkatkan pembelajaran. Misalnya guru bertanya “Ayo siapa yang dapat
menjawab soal nomor 3?”. Bagi siswa, pertanyaan tersebut dapat memiliki pengaruh
yang positif yakni: (1) membangkitkan minat dan rasa ingin tahu terhadap suatu
masalah, (2) meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar, (3)
mengembangkan pola dan cara belajar siswa aktif, (4) menuntun proses berpikir siswa,
(5) memusatkan perhatian siswa terhadap masalah yang dibicarakan, (6) meningkatkan
keberanian dan rasa percaya diri untuk mengemukakan pendapatnya. Adapun jenis
pertanyaan yang dapat digunakan oleh guru antara lain:
a. Pertanyaan Permintaan, yakni pertanyaan yang bermaksud agar siswa melakukan
apa yang disampaikan oleh guru. Missal: Bisakah pelajaran ini dimulai?.
b. Pertanyaan Retoris, yakni pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban. Pertanyaan
ini dipakai untuk mengajak siswa aktif mengikuti pelajaran atau menegaskan
materi yang dibicarakan.
c. Pertanyaan Mengarahkan, yakni pertanyaan yang bermaksud untuk menuntun dan
memberi arah siswa dalam berpikir.
d. Pertanyaan Menggali, yakni pertanyaan lanjutan yang lebih mendorong siswa
untuk mengembangkan materi yang dbicarakan, sehingga siswa berusaha
meningkatkan kualitas dan kuantitas jawaban yang diberikan.
Tindak Tutur Pengakuan…, Islan Rahayu, FKIP, UMP, 2014
33
2. Keterampilan Memberi Penguatan
Dalam proses belajar mengajar guru harus dapat membangkitkan semangat
belajar siswa, semangat untuk berani mengemukakan pendapat, pikiran dan perasaan,
serta percaya diri untuk melakukan segala sesuatu yang positif. Tindakan guru ini
biasanya dilakukan dengan memberikan respon terhadap perilaku positif siswa baik
secara verbal maupun nonverbal. Respon yang ditujukan untuk memberikan informasi
sebagai umpan balik kepada siswa atas tindakannya, sekaligus memberikan dorongan.
Respon itu dalam pendidikan sering disebut dengan penguatan (reinforcement).
Penguatan dapat juga disebut respon terhadap suatu tingkah laku yang memungkinkan
berulangnya tingkah laku positif tersebut serta dapat meningkatkan aktivitas dalam
kegiatan belajar mengajar. Respon secara verbal dapat dinyatakan dengan kata-kata:
penghargaan atau persetujuan seperti kata: setuju, bagus, ya, betul, hebat. Sedangkan
respon secara nonverbal adalah penguatan yang dinyatakan gerak, seperti senyuman,
acungan jempol, berjalan mendekati siswa, berdiri disamping siswa, menepuk bahu,
dan berjabat tangan.
Pemberian penguatan bertujuan untuk:
a. Meningkatkan perhatian siswa. Sebagaimana diketahui, siswa ada yang memiliki
perhatian yang terpusat dan terbagi. Tipe perhatian yang terpusat adalah perhatian
yang ditujukan kepada satu fokus masalah, sedangkan perhatian yang terbagi
kepada berbagai hal.
b. Merangsang dan meningkatkan motivasi belajar. Motivasi belajar siswa dapat
ditentukan oleh faktor intrinsik maupun ekstrinsik. Faktor intrinsik adalah
Tindak Tutur Pengakuan…, Islan Rahayu, FKIP, UMP, 2014
34
motivasi yang datang dari dalam diri siswa, atas kemauan siswa; sedangkan faktor
ekstrinsik adalah motivasi yang datang atas dorongan dari luar. Salah satu adalah
melalui penguatan.
c. Meningkatkan kegiatan belajar dan membina tingkah laku siswa. Siswa yang
mendapat dorongan atau penguatan akan meningkat aktivitas pembelajaran dan
cenderung untuk mempertahankan perilakunya yang positif. Pada akhirnya siswa
meningkat sikap dan tingkah laku positif terhadap proses belajar mengajar.
3. Keterampilan Mengadakan Variasi
Keterampilan mengadakan variasi mengajar adalah kegiatan guru dalam
konteks interaksi belajar mengajar untuk mengatasi kebosanan dan meningkatkan
partisipasi siswa sehingga siswa menunjukkan ketekunan dan antusias. Variasi
mengajar dilakukan dalam rangka: (1) meningkatkan perhatian siswa kepada aspek-
aspek relevan, (2) mengembangkan bakat untuk mengetahui dan menyelidiki hal baru,
(3) menumbuhkan perilaku positif terhadap guru dalam proses belajar mengajar, (4)
memberi peluang kepada siswa untuk memperoleh pelajaran melalui metode dan gaya
yang mereka senangi. Mengadakan variasi dapat dilakukan dengan cara:
a. Variasi dalam cara mengajar seperti penggunaan suara, kesenyapan guru,
pemusatan perhatan, kontak pandang, geak mimik, dan gerak badan.
b. Variasi dalam penggunaan media atau alat. Media dapat dilihat, diraba, dan
didengar. Media yang dapat dilihat: gambar, grafik, bagan, poste, film dan slide.
Media yang dapat didengar: rekaman suara, radio, dan musik. Media yang dapat
diraba, digerakan: boneka, patung, dan model. Media yang dapat didengar, dilihat,
diraba yaitu televisi.
Tindak Tutur Pengakuan…, Islan Rahayu, FKIP, UMP, 2014
35
4. Keterampilan Menjelaskan
Parera (1993: 35) bahwa Menjelaskan merupakan satu kegiatan verbal yang
memberikan hubungan antara satu fakta dengan fakta yang lain, satu peristiwa dengan
peristiwa yang lain, memberikan hubungan secara induktif dan deduktif agar anak
didik atau murid dapat mengerti. Menjelaskan merupakan satu aktivitas yang paling
sering digunakan oleh seorang guru dalam kelas. Itu sebabnya setiap calon guru harus
dibekali dengan keterampilan ini. Keberhasilan keterampilan guru menjelaskan
sesuatu dapat dibuktikan dengan tingkat kepahaman dan pemahaman yang ditunjukan
oleh siswa. Sementara Hasibuan dan Moedjiono (2009:59) Menjelaskan keterampilan
menjelaskan berarti menyajikan informasi lisan yang diorganisasikan secara sistematis
dengan tujuan menunjukkan hubungan. Penekanan memberikan penjelasan adalah
proses penalaran siswa, dan bukan indoktrinasi. Dalam menjelaskan guru harus
memperhatikan komponen keterampilan menjelaskan yang meliputi:
a. Ambiguitas, guru harus menghindarkan bentuk ragu-ragu seperti: apa itu,
bagaimana ya, ehem-ehem, hum, ah…, o ya…, apa namanya…
b. Pementingan secara negatif, seperti: tidak begitu banyak, tidak juga, tidak sering,
dan tidak seberapa.
c. Mendekati, seperti: kurang lebih, sebanyak seperti, hampir semua, dan hampir.
d. Membual, seperti: orang katakana, mereka katakana, dikatakan, dan lain-lain, dan
sebagainya.
e. Jumlah yang tidak pasti, seperti: sekelompok, beberapa, kadang-kadang, sedang-
sedang, hal-hal.
Selain itu, guru juga harus memperhatikan penggunaan partikel-partikel
penghubung untuk menghubungkan ide pokok dengan ide tambahan. Kelompok
Tindak Tutur Pengakuan…, Islan Rahayu, FKIP, UMP, 2014
36
partikel tersebut seperti: sesudah, seperti, sebelum, sejak, sampai, ketika, sambil,
sebab, karena jika…, maka, lalu, walaupun demikian, yang…, begitu…, sehingga.
Kelompok partikel yang meununjukkan kesetaraan, seperti: dan, tetapi, di samping itu,
karena itu, jadi…, berhubungan dengan, sesuai pula.
5. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
Keterampilan membuka pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru
dalam proses belajar mengajar untuk menciptakan prakondisi bagi siswa agar siap
mental dan perhatian yang terpusat pada materi pelajaran yang akan disajikan oleh
guru. Kegiatan ini dilakukan pada awal proses belajar mengajar, sebelum memasuki
inti pelajaran. Kegiatan dapat dilakukan dengan cara: menyampaikan tujuan yang akan
dicapai dari proses belajar mengajar, menarik perhatian, memberi acuan, membuat
kaitan. Sedangkan, menutup pelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan guru untuk
mengakhiri pelajaran yang dimaksudkan untuk: memberi gambaran menyeluruh
tentang pokok bahasan, mengetahui tingkat penguasaan siswa, dan mengetahui
keberhasilan guru.
Komponen keterampilan membuka pelajaran meliputi:
a. Menarik perhatian siswa; gaya mengajar guru, penggunaan alat bantu, pola
interaksi yang bervariasi,
b. Menimbulkan motivasi dengan cara: kehangatan, antusias, menimbulkan rasa ingin
tahu, mengembangkan ide yang bertentangan, memperhatikan minat siswa. Untuk
menumbuhkan motivasi sebelum pelajaran dimulai, guru dapat menggunakan
tuturan salam,
Tindak Tutur Pengakuan…, Islan Rahayu, FKIP, UMP, 2014
37
c. Memberi acuan: mengemangkan tujuan dan batas tugas, menyarankan langkah
yang dilaksanakan, mengingat masalah yang akan dibahas, mengajukan pertanyaa,
d. Memuat kaitan diantara materi yang akan dibicarakan dengan pengalaman yang
dikuasai.
6. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan
sekelompok individu dalam interaksi tatap muka kooperatif yang informal dengan
tujuan untuk berbagi informasi, pikiran, gagasan atau pengalaman dalam mengambil
keputusan, dan memecahkan masalah. Berdiskusi atau bermusyawarah merupakan
cara untuk memperoleh satu keputusan atau kesepakatan. Proses pengambilan
keputusan dengan cara ini terdapat dalam kehidupan sehari-hari di kantor, di sekolah,
lembaga atau organisasi sosial.
Dalam kegiatan belajar mengajar, keterampilan membimbing diskusi pada
siswa dikaitkan dengan usaha meningkatkan kadar belajar siswa aktif. Hal ini untuk
mengubah cara mengajar yang berpusat atau didominasi oleh guru, siswa hanya
menjadi objek yang pasif. Peranan guru dalam diskusi adalah sebagai;
organisator,perencana tugas bersama, penggugah dan sebagai narasumber aktivitas
belajar. Disamping itu guru juga sebagai penilai kemajuan belajar siswa: proses dan
hasil diskusi. Dengan mengadakan latihan diskusi dalam kelompok di kelas, maka
tujuan pengajaran yang bersifat komprehensif tercapai yakni: pembentukan
pengetahuan, keterampilan dan penanaman sikap. Dalam membimbing diskusi, guru
dapat melakukan sebagai berikut:
Tindak Tutur Pengakuan…, Islan Rahayu, FKIP, UMP, 2014
38
a. Memusatkan perhatian: 1) menguraikan tujuan diskusi secara jelas, 2)
merumuskan kembali masalahh jika terjadi penyimpangan, 3) merangkum hasil
pembicaraan pada saat tertentu,
b. Memperjelas masalah dan urunan pendapat : 1) menguraikan kembali atau
merangkum urunan pendapat peserta, 2) mengajukan pertanyaan kepada anggota
kelompok dengan tambahan informasi 3) menguraikan gagasan anggota kelompok
dengan tambahan informasi,
c. Menganalisis pandangan siswa dengan cara: 1) meneliti apakah yang dikemukakan
punya dasar alasan yang kuat, 2) memperjelas hal-hal yang disepakati dan tidak
disepakati,
d. Meningkatkan urunan pikiran siswa: 1) mengajukan pertanyaan kecil yang
menantang mereka unruk berpikir, 2) memberi contoh baik verba maupun
nonverbal pada saat yang tepat, 3) menghangatkan atau memancing suasana
dengan mengajukan pertanyaan yang memancing pendapat, 4) memberi waktu
untuk berpikir, 5) mendengarkan dengan penuh perhatian,
e. Menyebarkan kesempatan berpartisipasi, dengan cara: 1) memancing pendapat
peserta yang enggan berpartisipasi, 2) memberikan kesempatan pertama kepaa
peserta yang enggan berpartisipasi, 3) mencegah secara bijaksana peserta yang
memonopoli pembicaraan, 4) mendorong mahasiswa untuk mengometari pendapat
temannya, 5) meminta pendapat siswa jika terjadi jalan buntu.
7. Keterampilan Mengelola Kelas
Pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan suasana
pembelajaran yang kondusif. Dalam proses belajar mengajar guru berupaya
Tindak Tutur Pengakuan…, Islan Rahayu, FKIP, UMP, 2014
39
menciptakan kondisi belajar yang optimal agar tidak terjadi kondisi yang merugikan,
dan mengembalikannya bila terjadi gangguan yang disebabkan oleh tingkah laku siswa
di dalam kelas dalam proses belajar mengajar. Biasanya pada kegiatan pembelajaran,
masalah timbul baik secara individual maupun kelompok. Masalah individual dapat
digolongkan menjadi: a) tingkah laku untuk memperoleh perhatian dari orang lain, b)
tingkah laku untuk menunjukan kekuatan, c) tingkah laku yang bertujuan menyakiti
orang lain, d) peragaan penolakan atas ketidakmampuan untuk mengerjakan sesuatu.
Sedangkan masalah kelompok dapat digolongkan menjadi:
a. Kelas kurang kohesif karena persoalan jenis kelamin, suku, kemampuan ekonomi,
b. Kelas mereaksi negatif terhadap salah seorang anggotanya, misal mengejek salah
seorang anggota,
c. Penyimpangan dari norma tingkah laku yang telah disepakati,
d. Kelompok cenderung mengalihkan perhatian dari tugas yang sedang dikerjakan,
e. Semangat kerja rendah atau menurun sebagai aksi protes terhadap guru,
f. Kelas kurang mampu menyesuaikan diri dengan hal baru,
g. Menggotong siswa yang melanggar norma kelompok.
Untuk mengatasi masalah di atas, guru dapat melakukan upaya:
a. Kehangatan dan keantusiasan, guru dapat menciptakan suasana belajar kelas yang
menyenangan, yang menerapkan salah satu syarat kegiatan belajar yang optimal.
Guru yang bersikap ramah dan antusias menunjukkan kesungguhannya terhadap
tugas-tugas, terhadap kegiatan, dan terhadap siswanya
b. Tantangan, penggunaan kata-kata, tindakan atau bahan yang menantang akan
meningkatkan gairah siswa untuk belajar, sehingga memperkecil kemungkinan
munculnya tingkah laku yang menyimpang.
Tindak Tutur Pengakuan…, Islan Rahayu, FKIP, UMP, 2014
40
c. Bervariasi, penggunaan variasi dalam gaya, media dan interaksi belajar mengajar
merupakan kunci pengelolaan kelas untuk menghindari kejenuhan serta
pengulangan-pengulangan aktivitas yang menyebabkan menurunnya kegiatan
belajar dan tingkah laku positif siswa.
d. Keluwesan, guru harus waspada mengamati jalannya proses belajar mengajar
tersebut, termasuk kemungkinan munculnya gangguan siswa. Untuk mengatasi hal
tersebut diperlukan keluwesan guru dalam menciptakan suasana belajar yang
efektif.
e. Penekanan pada hal-hal yang positif, guru selalu berupaya menekankan pada hal-
hal yang positif, sebaliknya menghindari pemusatan perhatian siswa pada hal-hal
yang negative.
Menurut Periksa Bolla (dalam Kuntoro, 2005:27) Penggunaan komponen
keterampilan mengelola kelas bertujuan untuk siswa maupun untuk guru. Tujuan
untuk siswa tersebut mencakup:
a. Mendorong siswa mengembangkan tanggungjawab individu terhadap tingkah
lakunya untuk mengendalikan diri,
b. Membantu siswa mengerti arah tingkah laku yang sesuai dengan tata tertib kelas
atau merasakan teguran guru sebagai suatu peringatan, bukan kemarahan,
c. Menimbulkan rasa berkewajiban melibatkan diri dalam tugas serta bertingkah laku
yang wajar sesuai dengan aktivitas kelas,
Bagi guru, mengelola kelas bertujuan untuk;
a. Mengembangkan perhatian dan keterampilan dalam memelihara kelancaran
penyajian dan langkah pelajaran secara tepat dan baik,
b. Memiliki kesadaran yang tepat terhadap kebutuhan siswa,
Tindak Tutur Pengakuan…, Islan Rahayu, FKIP, UMP, 2014
41
c. Mengembangkan kompetensi dalam memberikan pengarahan kepada siswa,
d. Memberi respon secara efektif terhadap tingkah laku siswa yang menimbulkan
gangguan kecil atau ringan serta memahami dan menguasai seperangkat strategi
untuk mengatasi tingkah laku siswa yang berlebihan dan melawan kelas.
8. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan
Pengajaran kelompok kecil biasanya terbatas antara tiga sampai delapan orang,
sedangkan perorangan adalah seorang. Hal ini tidak berarti guru terus menerus
menghadapi jumlah perorangan dan kelompok; tetapi guru dapat menghadapi banyak
siswa yang terdiri dari kelompok atau perorangan. Hakikat pengajaran ini: terjadi
hubungan interpersonal atau guru dengan siswa, siswa dengan siswa, siswa belajar
sesuai dengan kesempatan dan kemampuan masing-masing, siswa mendapat bantuan
dari guru sesuai dengan kebutuhan masing-masing, siswa dilibatkan dalam kegiatan
belajar mengajar. Keterampilan yang harus dikuasai guru dalam mengajar kelompok
kecil dan perorangan yaitu a) keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi, b)
keterampilan mengorganisasikan, c) keterampilan membimbing dan memudahkan dala
belajar dan d) keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan mengajar.
Prinsi penggunaan dapat meliputi:
a. Variasi pengorganisasian kelas besar, kelompok, perorangan disesuaikan dengan
tujuan,
b. Pengajaran kelompok kecil selalu diakhiri dengan laporan, kesepakatan,
rangkuman dan pemantapan.
c. Tidak semua topik dapat dipelajari dalam kelompok kecil atau perorangan,
d. Guru perlu mengenal siswa perorangan,
Tindak Tutur Pengakuan…, Islan Rahayu, FKIP, UMP, 2014
42
e. Dalam kegiatan belajar perorangan siswa dapat bekerja secara dengan bahan yang
disiapkan.
G. Peta Konsep
Tindak tutur acknowledgment ini terdiri dari beberapa teori yang dipaparkan,
meliputi pengertian bahasa dan fungsi bahasa, pragmatik, tindak tutur, tindak tutur
acknowledgment dan kemampuan dasar mengajar. Teori-teori tersebut berasal dari
pendapat beberapa pakar bahasa. Berdasarkan landasan teori tersebut, dapat disajikan
peta konsep guna memudahkan pembaca dalam memahami isi dari penelitian ini
sebagai berikut.
Tindak Tutur Pengakuan…, Islan Rahayu, FKIP, UMP, 2014
43
TINDAK TUTUR PENGAKUAN(ACKNOWLEDGMENT) GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
DI SMP NEGERI 2 PURWOKERTO BULAN SEPTEMBER TAHUN PELAJARAN 2013-2014
Tindak Tutur Pragmatik
Pengertian Aspek Pengertian Bentuk Jenis
Perlokusi Ilokusi Lokusi
Meyakinkan - Pernyataan
- Pertanyaan
- Perintah
Pengakuan (acknowledgments) Komisif Direktif Konstatif
1. Penutur dan lawan tutur
2. Konteks tuturan
3. Tujuan
4. Tuturan sebagai tiindakan
5. Tuturan sebagai produk
tindak verbal
1. Tindak tutur langsung
2. Tindak tutur tidak langsung
3. Tindak tutur literal
4. Tindak tutur tidak literal
5. Tindak tutur langsung literal
6. Tindak tutur tidak langsung literal
7. Tindak tutur langsung tidak literal
8. Tindak tutur tidak langsung tidak
literal
Apologize Thank &No Thank Greet Condole Congratulate Reject Recept Bid
“Maaf ya anak-
anak, Ibu telat
karena tadi ada
rapat
mendadak”
“Ibu ikut
prihatin ya, itu
kapan
kecelakaannya?
”
“sebelum pelajaran
dimulai, Ibu ucapkan
selamat ya kepada Syafira
yang kemarin
memenangkan juara 2
lomba pidato”
“Selamat pagi
anak-anak, hari
ini bagaimana
kabarnya?”
“Terima kasih ya Aldi, sudah
membawakan speakernya”
“Iya terima kasih, ini pulpen
ibu sudah ketemu”
“Ibu berharap
tugas hari ini dapat
terselesaikan
dengan baik ya”
“Iya sama-sama, iya
besok kita masih
belajar drama ya
karena masih ada
materi yang belum
dijelaskan”
“kamu maaf
terus tapi
datangnya selalu
terlambat”
Kemampuan Dasar Mengajar
1. Ketr. Bertanya
2. Ketr. Memberi
penguatan
3. Ketr. Mengadakan
Variasi
4. Ketr. Menjelaskan
5. Ketr. Membuka dan
penutup pelajaran
6. Ketr. Membimbing
diskusi kel kecil
7. Ketr. Mengelola kelas
8. Mengajar kel kecil
dan perorangan
43
Tindak Tutur Pengakuan…, Islan Rahayu, FKIP, UMP, 2014