bab ii landasan teori a. hakikat, fungsi, dan kedudukan ...repository.ump.ac.id/4445/3/bab...
TRANSCRIPT
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Hakikat, Fungsi, dan Kedudukan Bahasa Indonesia
Bahasa dalam bahasa Inggris disebut dengan language, yang memiliki
pengertian suatu bentuk ungkapan yang bentuk dasarnya ujaran. Hakikat bahasa
dilihat dari aspek bunyi atau syarat, simbol (huruf atau gambar), dan makna, dapat
didefinisikan sebagai suatu bunyi ujaran atau isyarat yang dapat disimbolkan
melalui huruf atau gambar yang berbeda-beda, dan setiap bunyi, isyarat atau
simbol tersebut memiliki makna yang berbeda-beda (Mulyati, 2015: 2). Bahasa
merupakan alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa lambang bunyi
ujaran yang dihasilkan oleh alat ucap manusia (Santosa, dkk, 2008: 1.3).
Lebih lanjut, Santosa mengemukakan bahwa bahasa memiliki fungsi
khusus dan fungsi sebagai alat komunikasi. Fungsi khusus Bahasa Indonesia
yaitu:
1. Alat untuk menjalankan administrasi negara yang terlihat dalam surat-surat
resmi kenegaraan.
2. Alat pemersatu berbagai suku yang memiliki latar belakang budaya dan
bahasa yang berbeda-beda.
3. Wadah penampung kebudayaan (semua ilmu pengetahuan dan kebudayaan
harus diajarkan dan diperdalam dengan mempergunakan Bahasa Indonesia
sebagai medianya).
Bahasa sebagai alat komunikasi memiliki berbagai fungsi antara lain sebagai
berikut:
Penggunaan Bahasa Indonesia…, Purbaning Wahyu Diana, FKIP, UMP, 2017
6
1. Fungsi informasi, yaitu fungsi untuk menyampaikan informasi timbal balik
antaranggota keluarga ataupun anggota-anggota masyarakat. Berita
pengumuman, petunjuk pernyataan lisan ataupun tulisan melalui media massa
ataupun elektronik merupakan wujud fungsi bahasa sebagai fungsi informasi.
2. Fungsi ekspresi diri, yaitu untuk menyalurkan perasaan, sikap, gagasan,
emosi atau tekanan-tekanan perasaan pembicara. Bahasa sebagai alat
mengekspresikan diri ini dapat menjadi media untuk menyatakan eksistensi
(keberadaan) diri, membebaskan diri dari tekanan emosi dan untuk menarik
perhatian orang.
3. Fungsi adaptasi dan integrasi, yaitu untuk menyesuaikan dan membaurkan
diri dengan anggota masyarakat. Manusia sebagai makhluk sosial perlu untuk
berintegrasi dengan manusia di sekelilingnya dan dengan bahasa manusia
dapat saling bertukar pengalaman dan menjadi bagian dari pengalaman
tersebut serta memanfaatkannya untuk kehidupannya.
4. Fungsi kontrol sosial, yaitu bahasa berfungsi untuk mempengaruhi sikap dan
pendapat orang lain dan apabila fungsi ini berlaku dengan baik maka semua
kegiatan sosial akan berlangsung dengan baik pula.
Berdasarkan uraian mengenai berbagai fungsi bahasa, dapat disimpulkan
bahwa bahasa berperan penting dalam segala aspek kehidupan. Bahasa dapat
membantu manusia dalam menjalankan berbagai tugas dan membuka gerbang
ilmu pengetahuan. Bahasa dapat membantu manusia untuk bersosialisasi dan
saling memahami satu sama lain serta menyatukan berbagai latar belakang
manusia yang berbeda-beda baik secara regional maupun internasional. Salah
satunya adalah Bahasa Indonesia yang digunakan oleh bangsa Indonesia.
Penggunaan Bahasa Indonesia…, Purbaning Wahyu Diana, FKIP, UMP, 2017
7
Bahasa Indonesia merupakan bahasa negara atau bahasa nasional yang
telah dinyatakan saat Sumpah Pemuda, yaitu tanggal 28 Oktober 1928 yang
berbunyi „Kami poetera dan poeteri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean,
Bahasa Indonesia‟ (Alwi, dkk, 2010: 1). Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai
bahasa negara menurut Mulyati (2015: 17-18) dan Alwi, dkk (2010: 2) adalah
sebagai berikut:
1. Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi kenegaraan
Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Indonesia sebagai bahasa
negara yaitu dengan digunakannya Bahasa Indonesia dalam naskah Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia 1945. Sejak diproklamasikan kemerdekaan
Indonesia, Bahasa Indonesia mulai dipakai dalam segala upacara, peristiwa, dan
kegiatan kenegaraan, baik dalam bentuk lisan ataupun tulisan.
2. Bahasa Indonesia sebagai alat pengantar dalam dunia pendidikan
Peranan Bahasa Indonesia sebagai sarana ilmu seni sastra dan pengungkap
budaya menunjukkan bahwa Bahasa Indonesia telah benar-benar menjadi satu-
satunya wahana dalam penyampaian ilmu pengetahuan serta media untuk
mengungkapkan seni sastra dan budaya bagi semua warga Indonesia dengan latar
belakang budaya serta bahasa daerah yang berbeda-beda. Kedudukan Bahasa
Indonesia sebagai bahasa negara yaitu dengan pemakaian Bahasa Indonesia
sebagai bahasa pengantar di lembaga pendidikan dari taman kanak-kanak sampai
perguruan tinggi, maka materi pelajaran yang berbentuk media cetak juga harus
berbahasa Indonesia. Cara tersebut akan sangat membantu dalam meningkatkan
perkembangan Bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmu pengetahuan dan teknologi.
Penggunaan Bahasa Indonesia…, Purbaning Wahyu Diana, FKIP, UMP, 2017
8
3. Bahasa Indonesia sebagai penghubung tingkat nasional untuk berbagai
kepentingan
Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dibuktikan dengan
digunakannya Bahasa Indonesia dalam hubungan antarbadan pemerintah dan
penyebarluasan informasi kepada masyarakat. Penyeragaman sistem administrasi
dan mutu media komunikasi massa bertujuan agar isi atau pesan yang
disampaikan dapat dengan cepat dan tepat diterima oleh masyarakat.
4. Bahasa Indonesia sebagai pengembangan kebudayaan nasional, ilmu, dan
teknologi.
Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dibuktikan dengan
penyebaran ilmu pengetahuan dan teknologi, baik melalui buku-buku pelajaran,
buku-buku populer, majalah-majalah ilmiah, maupun media cetak lainnya.
Bahasa Indonesia memiliki kedudukan yang lebih dibandingkan dengan
bahasa-bahasa lainnya yang ada di Indonesia. Bahasa Indonesia menjadi bahasa
nasional yang digunakan untuk berkomunikasi secara nasional dan formal di
Indonesia baik dalam aktivitas pendidikan hingga kenegaraan. Bahasa Indonesia
menyatukan seluruh warga Indonesia dan mempermudah komunikasi satu sama
lain karena perbedaan bahasa dari setiap daerah. Bahasa Indonesia memiliki
kedudukan yang penting pula dalam dunia ilmu pengetahuan karena di Indonesia
sebagian besar ilmu pengetahuan menggunakan Bahasa Indonesia.
B. Bahasa Baku
Bahasa baku dan bahasa gaul memiliki perbedaan. Bahasa baku adalah
salah satu variasi bahasa yang diangkat dan disepakati sebagai ragam bahasa yang
Penggunaan Bahasa Indonesia…, Purbaning Wahyu Diana, FKIP, UMP, 2017
9
akan dijadikan tolok ukur sebagai bahasa yang baik dan benar dalam komunikasi
yang bersifat resmi, baik secara lisan maupun tulisan (Chaer dan Agustina, 2004:
190), sedangkan bahasa gaul apabila ditinjau dari segi bahasa Indonesia tidak
sesuai dengan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) yang diucapkan dengan nada
atau intonasi tertentu, sehingga terasa lucu, ringan, dan ekspresif (Siahaan, D.,
2007: 16). Alwi, dkk (2010: 20-21) mengungkapkan bahwa bahasa yang benar
adalah pemakaian bahasa yang mengikuti kaidah yang dibakukan atau yang
dianggap baku, sedangkan bahasa yang baik adalah pemanfaatan ragam yang tepat
menurut golongan penutur dan jenis pemakaian bahasa (sesuai situasi dan
kondisi). Alwi, dkk (2010: 14) mengemukakan bahwa ragam bahasa standar
memiliki sifat kemantapan dinamis yang berupa kaidah dan aturan yang tetap dan
tidak dapat berubah setiap saat serta sifat kecendekiaannya yang diwujudkan
dalam kalimat, paragraf, dan satuan bahasa lain yang lebih besar mengungkapkan
penalaran atau pemikiran yang teratur, logis, dan masuk akal. Ragam bahasa baku
adalah ragam bahasa yang sama dengan bahasa resmi kenegaraan yang digunakan
dalam situasi resmi kenegaraan, termasuk dalam pendidikan, buku pelajaran,
undang-undang, dan lain sebagainya.
Fungsi bahasa baku menurut Alwi, dkk (2010: 14-16) adalah sebahai
berikut:
1. Fungsi pemersatu
Bahasa baku menghubungkan semua penutur berbagai dialek bahasa.
Bahasa baku mempersatukan menjadi satu masyarakat bahasa dan meningkatkan
proses identifikasi penutur dengan seluruh masyarakat. Bahasa baku mampu
untuk menghilangkan perbedaan variasi dalam masyarakat dan membuat
Penggunaan Bahasa Indonesia…, Purbaning Wahyu Diana, FKIP, UMP, 2017
10
terciptanya kesatuan masyarakat tutur dan memperkecil adanya perbedaan variasi
dialektal dan menyatukan masyarakat yang berbeda dialeknya.
2. Fungsi pemberi kekhasan
Bahasa baku memiliki kekhasan yang berbeda dari bahasa lainnya
sehingga memperkuat perasaan kepribadian nasional masyarakat bahasa yang
bersangkutan. Bahasa Indonesia berbeda dari bahasa Melayu di Singapura dan
Brunei Darussalam.
3. Fungsi pembawa kewibawaan
Fungsi pembawa kewibawaan berhubungan dengan usaha orang untuk
mencapai kesederajatan dengan peradaban lain yang dikagumi lewat pemerolehan
bahasa baku. Pemakai ragam baku akan memiliki perasaan harga diri yang lebih
tinggi daripada yang tidak menggunakannya karena ragam bahasa baku tidak
dapat dipelajari dari lingkungan keluarga atau lingkungan hidup sehari-hari, tetapi
dapat dicapai melalui pendidikan formal. Ragam bahasa baku juga merupakan
lambang atau simbol suatu masyarakat tutur.
4. Fungsi sebagai kerangka acuan
Bahasa baku berfungsi sebagai kerangka acuan bagi pemakaian bahasa
dengan adanya norma atau kaidah yang jelas dan menjadi tolok ukur bagi
tindakan pemakaian bahasa oleh penutur. Bahasa baku juga menjadi acuan bagi
fungsi estetika bahasa yang mencakup segala jenis pemakaian bahasa yang
menarik perhatian karena bentuknya yang khas, seperti dalam permainan kata,
iklan, dan tajuk berita.
Penggunaan Bahasa Indonesia…, Purbaning Wahyu Diana, FKIP, UMP, 2017
11
C. Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Pembelajaran di SD
Pada proses pembelajaran, terdapat dua hal yang tidak dapat dipisahkan,
yaitu belajar dan mengajar. Belajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan oleh
seseorang sebagai subjek yang menerima pelajaran (sasaran), sedangkan mengajar
menunjuk pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pengajar (Sudjana,
2010: 28). Saat proses pembelajaran, terjadi interaksi antara guru dan siswa untuk
mencapai tujuan pembelajaran dan perubahan tingkah laku pada siswa melalui
berbagai pengalaman yang diperolehnya. Interaksi antara guru dan siswa
memerlukan komunikasi yang jelas. Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh
komunikasi yang digunakan oleh guru. Komunikasi akan menempatkan guru pada
posisi sebagai pemimpin, pembimbing, atau fasilitator belajar, apabila belajar
siswa tidak terarah maka pembelajaran menjadi tidak efektif.
Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar dalam dunia pendidikan
sehingga dalam buku pelajaran, alat, media, dan sebagainya dibuat menggunakan
Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia digunakan untuk komunikasi dalam proses
belajar mengajar di kelas. Bahasa Indonesia digunakan untuk menjelaskan
berbagai materi, memberikan petunjuk, nasihat dan sebagainya kepada siswa. Di
sekolah dasar, penggunaan bahasa yang sederhana menyangkut (1) bahasa yang
jelas kata-katanya, ungkapan, maupun volume suaranya, (2) menggunakan
kalimat yang sederhana dan pendek, (3) mendefinisikan istilah-istilah yang baru,
(4) menghindari ungkapan yang kabur seperti kira-kira saja, barangkali, dan
sebagainya, serta (5) menggunakan waktu diam sejenak sebelum mengutarakan
hal yang penting (Murni, dkk, 2010: 90-91). Hal tersebut perlu dilakukan agar
siswa dapat mengerti dengan baik apa yang disampaikan oleh guru.
Penggunaan Bahasa Indonesia…, Purbaning Wahyu Diana, FKIP, UMP, 2017
12
D. Kompetensi Guru
Kompetensi guru yang banyak hubungannya dengan usaha meningkatkan
proses dan hasil belajar siswa menurut Sudjana (2010: 19) dapat diguguskan
menjadi empat kemampuan, yaitu merencanakan program belajar mengajar,
melaksanakan dan memimpin atau mengelola proses belajar mengajar, menilai
kemajuan proses belajar mengajar, dan menguasai bahan pelajaran yang dibina.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 tahun 2007
(Kemendikbud, 2007) standar kompetensi guru dikembangkan secara utuh dari
empat kompetensi utama, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan
profesional yang terintegrasi dalam kinerja guru.
1. Kompetensi pedagogik
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran
peserta didik yang meliputi pemahaman tentang peserta didik, perancangan dan
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik
untuk mengaktualisasikan berbagai kompetensi yang dimilikinya (Mulyasa, 2009:
75), sedangkan Mahsunah, dkk (2012: 27-28) menyatakan bahwa kompetensi
pedagogik adalah kemampuan yang harus dimiliki guru berkenaan dengan
karakteristik peserta didik dilihat dari berbagai aspek, seperti fisik, moral, sosial,
kultural, emosional, dan intelektual yang berimplikasi bahwa seorang guru harus
mampu menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik
karena peserta didik memiliki karakter, sifat, dan ketertarikan yang berbeda.
Murni, dkk (2010: 32-33) mengemukakan bahwa pada kompetensi pedagogik,
guru harus menguasai beberapa kompetensi, diantaranya adalah:
Penggunaan Bahasa Indonesia…, Purbaning Wahyu Diana, FKIP, UMP, 2017
13
a. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial,
kultural, emosional, dan intelektual.
b. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.
c. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang
diajarkan.
d. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.
e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
pembelajaran.
f. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimiliki.
g. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.
h. Menyelenggarakan penilaian evaluasi proses dan hasil belajar.
i. Memanfaatkan hasil penilaian untuk peningkatan kualitas pembelajaran.
Kompetensi pedagogik perlu dimiliki oleh guru agar dapat mengelola
kelas dan membimbing siswanya dengan baik. Guru harus mampu
mengoptimalkan potensi siswa dan mengaktualisasikan kemampuannya di kelas,
dan harus mampu melakukan penilaian terhadap pembelajaran yang dilakukan.
Penggunaan bahasa yang digunakan oleh guru akan mempengaruhi pembelajaran,
salah satunya adalah dengan menjalin komunikasi yang baik dengan siswa
menggunakan Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia menjadi salah satu aspek yang
perlu dikuasai oleh guru untuk dalam melakukan pembelajaran di kelas karena
dengan Bahasa Indonesia dapat menyatukan dan memberi pemahaman kepada
siswa yang memiliki perbedaan bahasa daerah.
Penggunaan Bahasa Indonesia…, Purbaning Wahyu Diana, FKIP, UMP, 2017
14
2. Kompetensi kepribadian
Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap,
stabil, dewasa, arif, berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak
mulia (Mulyasa, 2009: 117). Guru dituntut harus mampu membelajarkan peserta
didiknya tentang disiplin diri, belajar membaca, mencintai buku, menghargai
waktu, belajar bagaimana belajar, mematuhi aturan atau tata tertib, dan belajar
bagaimana harus berbuat (Mahsunah, dkk, 2012: 28). Kompetensi kepribadian
yang harus dimiliki oleh guru berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
No. 16 Tahun 2007 (Kemendikbud, 2007) adalah sebagai berikut:
a. Bertindak sesuai norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional
Indonesia.
b. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan
bagi peserta didik dan masyarakat.
c. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa.
d. Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi
guru, dan rasa percaya diri.
e. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
Guru harus mempunyai kemantapan kepribadian sebagai seorang guru.
Guru sebagai pendidik harus dapat mempengaruhi siswa untuk menjadi pribadi
yang baik yang sesuai dengan nilai-nilai yang dianggap baik dan berlaku dalam
masyarakat. Pengaruh tersebut dapat diberikan oleh guru dengan menunjukkan
kepribadian sebagai seorang guru yang mantap. Hal tersebut dapat dicontoh oleh
siswanya sehingga dapat terbentuk pribadi yang baik dalam diri siswa.
Penggunaan Bahasa Indonesia…, Purbaning Wahyu Diana, FKIP, UMP, 2017
15
3. Kompetensi sosial
Guru di mata masyarakat dan siswa merupakan panutan yang perlu dicontoh
dan merupakan suri tauladan dalam kehidupan sehari-hari. Mahsunah, dkk (2012:
29), mengemukakan bahwa kemampuan sosial meliputi kemampuan guru dalam
berkomunikasi, bekerjasama, bergaul simpatik, dan mempunyai jiwa yang
menyenangkan. Menurut Murni, dkk (2010: 34), kompetensi sosial yang harus
dimiliki oleh guru adalah sebagai berikut:
a. Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena
pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang
keluarga, dan status sosial ekonomi.
b. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik,
tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.
c. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang
memiliki keragaman sosial budaya.
d. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan
dan tulisan atau bentuk lain.
Guru sebagai suri tauladan bagi masyarakat dan siswa. Guru perlu
memiliki kemampuan sosial dengan orang lain atau masyarakat, dalam rangka
pelaksanaan proses pembelajaran yang efektif. Kemampuan sosial yang baik akan
membuat hubungan sekolah dengan masyarakat akan berjalan dengan lancar,
sehingga jika ada keperluan dengan orang tua siswa, para guru tidak akan
mendapat kesulitan.
4. Kompetensi profesional
Kompetensi profesional merupakan kemampuan yang harus dimiliki guru
dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran (Mahsunah, dkk, 2012: 29).
Penggunaan Bahasa Indonesia…, Purbaning Wahyu Diana, FKIP, UMP, 2017
16
Guru mempunyai tugas untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik untuk
mencapai tujuan pembelajaran, sehingga guru dituntut untuk mampu
menyampaikan bahan pembelajaran, menguasai materi, dan mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan. Kompetensi profesional yang harus dimiliki
oleh guru (Murni, dkk, 2010: 34) adalah sebagai berikut:
a. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang
mendukung mata peajaran yang diajarkan.
b. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang
diajarkan.
c. Mengembangkan materi pembelajaran yang diajarkan secara kreatif.
d. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan
tindakan reflektif.
e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan
diri.
Guru mempunyai tugas untuk mengrahkan kegiatan belajar siswa untuk
mencapai tujuan pembelajaran sehingga guru dituntut untuk mengusai dan mampu
menyampaikan bahan pembelajaran. Pada saat pembelajaran, guru mempunyai
peranan dan tugas sebagai sumber materi. Guru haus senantiasa mendorong siswa
untuk bertanya, mengamati, melakukan eksperimen, serta menemukan fakta dan
konsep yang benar.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat empat
kompetensi yang harus dimiliki oleh guru, yaitu kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Keempat
kompetensi tersebut perlu dikuasai oleh guru agar memiliki kinerja yang baik,
Penggunaan Bahasa Indonesia…, Purbaning Wahyu Diana, FKIP, UMP, 2017
17
mampu melakukan pembelajaran dengan baik profesional, serta mampu menjadi
contoh atau model bagi siswa dan masyarakat. Keempat kompetensi tersebut
dapat menunjukkan kematangan dan kelayakan guru sebagai seorang pengajar dan
pendidik. Di sekolah, guru tidak hanya berperan untuk mentransfer ilmu
pengetahuan, tetapi juga mendidik siswa agar menjadi manusia yang bermoral
dan berbudi pekerti.
E. Pentingnya Penguasaan Bahasa Indonesia oleh Pembelajar
Sekolah Dasar (SD) merupakan salah satu pendidikan dasar yang dapat
membentuk landasan yang kuat untuk tingkat pendidikan selanjutnya yang berarti
sekolah harus membekali lulusannya dengan keterampilan dasar yang memadai,
salah satunya adalah keterampilan berbahasa. Pembelajaran Bahasa Indonesia
dapat disisipkan pada setiap mata pelajaran. Tujuan dari pembelajaran Bahasa
Indonesia menurut Zulela (2012: 4-5) adalah sebagai berikut:
a. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku,
baik secara lisan maupun tulisan.
b. Menghargai dan bangga menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan dan bahasa negara.
c. Memahami Bahasa Indonesia dan dapat menggunakan dengan tepat dan
efektif dalam berbagai tujuan.
d. Menggunakan Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual,
serta kematangan emosional dan sosial.
Penggunaan Bahasa Indonesia…, Purbaning Wahyu Diana, FKIP, UMP, 2017
18
e. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan,
menghaluskan budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
berbahasa.
f. Menghargai dan membanggakan karya sastra Indonesia sebagai khasanah
budaya dan intelektual manusia Indonesia.
Berdasarkan tujuan dari pembelajaran Bahasa Indonesia di atas, terlihat
bahwa penguasaan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar sangat penting bagi
pembelajar agar siswa mampu menimba berbagai ilmu pengetahuan,
mengapresiasi seni, serta mengembangkan dirinya secara berkelanjutan.
Penguasaan Bahasa Indonesia dapat membuat seseorang menjadi makhluk sosial
budaya, membentuk pribadi menjadi warga negara, serta untuk memahami dan
berpartisipasi dalam proses pembangunan untuk masa kini dan masa mendatang
yang ditandai dengan kemajuan teknologi dan informasi yang semakin canggih
(Zulela, 2012: 2). Kemampuan berbahasa Indonesia yang baik akan memudahkan
siswa untuk beradaptasi dengan lingkungannya yang beragam dan dengan latar
belakang yang berbeda karena Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan dan
untuk memudahkan dalam menimba ilmu karena di Indonesia Bahasa Indonesia
digunakan sebagai bahasa pengantar dalam pendidikan.
F. Campur Kode
Campur kode adalah suatu keadaan berbahasa apabila orang mencampur
dua atau lebih bahasa dan saling memasukkan unsur-unsur bahasa yang satu ke
dalam bahasa yang lain, unsur-unsur yang menyisip tersebut tidak mempunyai
fungsi sendiri (Wijana dan Rohmadi (2013: 117). Pada campur kode, terdapat
Penggunaan Bahasa Indonesia…, Purbaning Wahyu Diana, FKIP, UMP, 2017
19
sebuah kode utama atau kode dasar yang digunakan dan memiliki fungsi serta
keotonomiannya, sedangkan kode-kode lain yang terlibat dalam peristiwa tutur
hanyalah berupa serpihan-serpihan saja, tanpa fungsi atau keotonomiannya
sebagai sebuah kode (Chaer dan Agustina, 2004:114). Lebih lanjut, Chaer dan
Agustina mengatakan bahwa inti dari campur kode adalah terdapat satu bahasa
yang digunakan, tetapi di dalamnya terdapat serpihan-serpihan dari bahasa-bahasa
lain. Suwandi (2008: 88) mengemukakan bahwa campur kode memiliki ciri, yaitu:
1. Penggunaan dua bahasa atau lebih untuk itu berlangsung dalam situasi
informal, santai, atau akrab.
2. Tidak ada sesuatu dalam situasi berbahasa yang menuntut terjadinya campur
kode.
3. Campur kode dapat berupa pemakaian kata, klausa, idiom, sapaan, dan
sebagainya.
Bentuk atau wujud campur kode menurut Wijana dan Rohmadi (2013:
171-178) adalah campur kode yang berwujud kata, campur kode yang berwujud
kelompok kata, campur kode yang berwujud kata ulang, campur kode yang
berwujud idiom, dan campur kode yang berwujud klausa. Lebih lanjut, Wijana
dan Rohmadi mengemukakan bahwa campur kode disebabkan oleh latar belakang
sosial budaya dan situasinya. Pemakaian ragam bahasa nonformal pada situasi
formal dapat berkenaan dengan tingkat kemampuan bahasa penutur seperti baru
bisa berbahasa Indonesia ragam tak formal dan belum dapat menggunakan ragam
formal (Chaer dan Agustina, 2004: 117-118). Pemakaian campur kode banyak
terjadi di Indonesia, seperti pemakaian Bahasa Indonesia yang dicampur dengan
Penggunaan Bahasa Indonesia…, Purbaning Wahyu Diana, FKIP, UMP, 2017
20
bahasa daerah. Campur kode dapat dilatarbelakangi oleh berbagai hal, antara lain
kebiasaan, penegasan, latar belakang wilayah penutur, dan sebagainya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa dalam campur kode
peristiwa tutur yang di dalamnya terdapat pencampuran dua bahasa atau lebih.
Campur kode dapat memiliki tujuan tertentu, contohnya adalah agar lawan bicara
lebih memahami apa yang dimaksudkan oleh penutur. Campur kode dapat
dipengaruhi oleh berbagai situasi dari penutur dan lawan bicaranya.
G. Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian tentang campur kode dan alih kode telah dilakukan,
diantaranya sebagai berikut:
1. Penelitian Rulyandi, Rohmadi dan Sulistyo (2014) tentang alih kode dan
campur kode, menunjukkan hasil bahwa di kelas X SMA Muhammadiyah 4
Yogyakarta, guru dan siswa masih menggunakan dua bahasa (Jawa dan
Indonesia) sebagai alat komunikasi dalam situasi formal. Saat proses
pembelajaran berlangsung, guru menggunakan Bahasa Indonesia dan Bahasa
Jawa sehingga terjadi alih kode dan campur kode serta dalam
pembelajarannya lebih banyak menggunakan Bahasa Jawa meskipun mata
pelajaran yang diajarkan adalah Bahasa Indonesia. Tujuan guru menggunakan
alih kode dan campur kode dalam pembelajaran adalah untuk memperlancar
komunikasi antara guru dan siswa, sehingga memudahkan siswa untuk
memahami materi pembelajaran. Wujud campur kode yang terjadi berupa
penyisipan kata, klausa, pengulangan kata, dan idiom atau ungkapan. Faktor
Penggunaan Bahasa Indonesia…, Purbaning Wahyu Diana, FKIP, UMP, 2017
21
penyebab campur kode adalah penutur, lawan tutur, hadirnya penutur ketiga,
topik pembicaraan, dan untuk membangkitkan rasa humor.
2. Penelitian oleh Susmita (2015) tentang alih kode dan campur kode pada
pembelajaran Bahasa Indonesia yang dilakukan oleh guru dan siswa di SMP
Negeri 12 Kerinci ditemukan bahwa terdapat alih kode dan campur kode
dalam proses pembelajaran. Guru dan siswa menggunakan Bahasa Indonesia
dan bahasa daerah (Kerinci, Melayu Jambi, Minangkabau) dalam
berkomunikasi saat proses pembelajaran. Wujud alih kode yang ditemukan
dalam penelitian ini berupa alih kode berupa klausa dan kalimat, sedangkan
campur kode berupa kata dan frasa. Faktor penyebab alih kode adalah
perubahan kalimat dan terpengaruh oleh lawan bicara, sedangkan faktor
penyebab campur kode adalah kebiasaan, penggunaan kosakata, dan humor.
Pembatasan terhadap alih kode dan campur kode perlu dilakukan untuk
memaksimalkan pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah agar siswa dapat
berbahasa Indonesia yang baik dan benar.
3. Penelitian oleh Sumarsih, dkk (2014) tentang alih kode dan campur kode,
menemukan bahwa “code switching and code mixing in Indonesia have been
divided into three class, they are word class, phrase class, and sentence class,
and the highest number is word level which is 57,3%”. Banyak penutur Batak
Toba dan Mandailing menggunakan bahasa yang lain, yaitu Bahasa Indonesia
dan bahasa Inggris pada kesehariannya. Dari data tersebut menunjukkan
bahwa dalam penggunaan Bahasa Indonesia masih terdapat campur kode dan
alih kode, begitu pula sebaliknya saat menggunakan bahasa daerah, penutur
mencampurnya dengan Bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
Penggunaan Bahasa Indonesia…, Purbaning Wahyu Diana, FKIP, UMP, 2017
22
4. Penelitian oleh Ariffin dan Husin (2011) tentang alih kode dan campur kode
antara bahasa Malaysia dan bahasa Inggris di kelas. Mereka mengungkapkan
bahwa “code switching/ code mixing in both Bahasa Malaysia and emerged
as the instructiors’ code choicein the classrom, but students are not totally
linguistically equipped to support the policy”. Pada penelitian Ariffin dan
Husin alih kode dan campur kode sering digunakan untuk memberikan
instruksi pada siswa dan untuk mempermudah siswa dalam belajar Bahasa
Inggris. Penggunaan alih kode dan campur kode dalam pembelajaran
membuat siswa lebih memahami apa yang disampaikan oleh guru, terutama
saat siswa belajar bahasa Inggris.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa proses
campur kode dan alih kode merupakan kondisi yang sangat wajar terjadi dalam
situasi di mana penggunaan bahasa ibu masih mendominasi. Dalam penelitian ini
juga mengkaji tentang campur kode, namun penelitian ini tidak hanya terfokus
hanya pada pelajaran Bahasa Indonesia saja, tetapi pada mata pelajaran lain juga.
Penelitian ini lebih fokus pada penggunaan Bahasa Indonesia yang digunakan
oleh guru saat mengajar di kelas dan campur kode yang dilakukan oleh guru saat
pembelajaran. Campur kode yang dilakukan oleh guru ditelaah dan dikaji tentang
upaya guru mendorong siswa dalam berbahasa Indonesia. Penelitian ini dilakukan
di kelas dengan tingkatan yang berbeda (kelas rendah dan tinggi di SD).
H. Kerangka Pikir
Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar yang digunakan dalam
pembelajaran di SD. Kemampuan guru dalam menggunakan Bahasa Indonesia
Penggunaan Bahasa Indonesia…, Purbaning Wahyu Diana, FKIP, UMP, 2017
23
sangat dibutuhkan. Di samping untuk bisa memahamkan siswa tentang materi
yang dipelajari, penggunaan Bahasa Indonesia yang baik oleh guru juga menjadi
teladan bagi siswa, namun pemakaian campur kode sangat mungkin terjadi dalam
penggunaan Bahasa Indonesia, apalagi jika penggunaan bahasa ibu masih
mendominasi proses komunikasi. Campur kode dapat disebabkan dari latar
belakang penuturnya, kebiasaan, agar lebih komunikatif, dan sebagainya. Peneliti
berusaha untuk menggali lebih dalam tentang campur kode yang digunakan oleh
guru, seperti alasan penggunaan, maksud campur kode, faktor penyebab, dan
sebagainya. Guru diharapkan mampu untuk memperbaiki dan menggunakan
Bahasa Indonesia yang baik dan benar saat proses pembelajaran di sekolah.
Kerangka pikir dari penelitian ini dapat digambarkan dalam gambar 2.1 berikut:
Gambar 2.1. Kerangka Pikir Penelitian
Penggunaan
Bahasa Indonesia
oleh guru
- Konsistensi
- Campur kode
- tidak konsisten
- ada campur
kode
- Konsisten
- tidak ada
campur kode
Penggunaan Bahasa Indonesia…, Purbaning Wahyu Diana, FKIP, UMP, 2017