bab ii landasan teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/tsa-2014-0058 2.pdf ·...
TRANSCRIPT
12
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Landasan Teori 2.1.1 E-learning
2.1.1.1 Sejarah Perkembangan E-learning
Perkembangan dan kemajuan internet, memberikan sebuah cara
dalam hal mengatasi keterbatasan (ruang, tempat, waktu) dalam proses
belajar mengajar yang menuntut mahasiswa untuk memperoleh ilmu
pengetahuan yang semakin berkembang dan tak terbatas ini. E-learning
adalah sebuah cara yang memungkinkan proses belajar mengajar menjadi
lebih mudah dan fleksibel, dengan menggunakan media elektronik, seperti
komputer dan internet, agar bisa memperoleh materi dan pengetahuan
secara aktif dan mandiri oleh mahasiswa itu sendiri (Journal ComTech,
2010).
Asal-usul istilah e-learning tidak pasti, ada yang mengatakan
istilah ini berkembang mulai dari tahun 1980-an, dan dalam jangka waktu
yang sama e-learning dikatakan sebagai belajar online. Definisi e-
learning sudah banyak dikembangkan oleh beberapa penulis, baik secara
eksplisit maupun secara spesifik dalam artikel mereka. Semua definisi
yang tertulis tentang e-learning memiliki pertentangan satu sama lain yang
dilihat dari perbandingan karakteristiknya (Moore Deane Galyen,
International Journal 2010).
13
Secara garis besar sistem e-learning dibangun oleh tiga komponen,
yaitu konten e-learning, content management systems, dan learning
management systems. Content management systems (CMS) merupakan
sistem aplikasi yang berguna untuk memfasilitasi dan mengelola proses-
proses pengunggahan, pengarsipan, pencarian, dan penghapusan konten
atau informasi secara lebih mudah dan sistematis (Gartika dan Rita, 2013).
Learning Management Systems (LMS) merupakan sebuah
tool/software untuk membuat dan mengatur suatu pembelajaran yang
berkesinambungan secara online, misalnya perkuliahan online.
Perkuliahan online dapat dibayangkan dengan banyaknya halaman-
halaman web, gambar-gambar, animasi ataupun quiz yang dilakukan
secara online. Hal itu membutuhkan adanya forum diskusi antara dosen
dan mahasiswa (Gartika dan Rita, 2013).
E-learning berkembang dengan dukungan penuh teknologi
informasi. e-learning berkembang tidak sebatas karena munculnya
teknologi-teknologi software baru melainkan lebih luas mencakup pula
perkembangan teknologi perangkat komputer dan networking. e-learning
dikembangkan dari aspek pembelajaran dan aspek teknologi, dan
keberhasilan e-learning mencakup perpaduan aspek teknologi software
dan hardware and networking/communication (Gartika dan Rita, 2013).
Learning Management System (LMS) berfungsi menyimpan,
mengelola, dan mendistribusikan berbagai material pelatihan atau ujian
yang telah disiapkan. LMS dilengkapi dengan catalog online sehingga
14
pembelajar dapat mengakses, memilih, dan menjalankan berbagai materi
pelatihan yang ada. LMS mampu mencatat log atau tracking aktivitas
setiap pembelajar yang memeanfaatkan e-learning (Gartika dan Rita,
2013).
2.1.1.2 Pengertian E-learning
Istilah e-learning mengandung arti yang sangat luas, sehingga
banyak pakar yang menguraikan pengertian e-learning dari berbagai sudut
pandang yang berbeda satu sama lain. Menurut Bell (2007) e-learning
merupakan suatu penawaran yang unik dari segi fleksibilitas dan kontrol,
yang artinya seorang pelajar dapat memilih tempat dan waktu belajar
mereka serta dapat mengatur kegiatan pembelajaran yang ada. Sedangkan
menurut Clark dan Meyer (2008) e-learning sebagai instruksi yang
disampaikan melalui komputer yang dirancang untuk mendukung
pembelajaran seseorang. Secara garis besar, dapat disimpulkan e-learning
merupakan metode pembelajaran secara elektronik yang menggunakan
media internet dengan tersampaikannya bahan ajar kepada pengguna.
Berikut ini merupakan beberapa penggunaan terminologi yang
sering digunakan dalam menggantikan e-learning, yaitu (Romi, 2008):
1. Online learning
2. Software Learning
3. Multimedia Learning
4. Computer based learning
15
Menurut Romi (2008), secara garis besar terminologi diatas dapat
diwakili oleh e-learning, baik dalam perspektif umum (online learning,
computer based learning) maupun dalam perspektif komponen e-learning
(multimedia learning sebagai komponen e-learning content dan software
learning sebagai komponen e-learning system).
Matthew Comerchero dalam Bloomsburg (2006) mendefinisikan e-
learning adalah sarana pendidikan yang mencakup motivasi diri sendiri,
komunikasi, efisiensi, dan teknologi, karena ada keterbatasan dalam
interaksi sosial, mahasiswa harus menjaga diri mereka tetap termotivasi.
E-learning efisien karena mengeliminasi jarak dan arus pulang-pergi.
Jarak dieliminasi karena isi dari e-learning didesain dengan media yang
dapat diakses dari terminal komputer yang memiliki peralatan yang sesuai
dan sarana teknologi lainnya yang dapat mengakses jaringan atau Internet.
Rosenberg (2001) mendefinisikan e-learning sebagai fenomena
jaringan memungkinkan untuk revisi instan dan distribusi. E-learning
melampaui pelatihan dan instruksi kepada penyampaian informasi dan alat
untuk meningkatkan kinerja. Manfaat e-learning banyak termasuk
efektivitas biaya, meningkatkan responsif terhadap perubahan, konsistensi,
konten tepat waktu, aksesibilitas yang fleksibel, dan menyediakan nilai
pelanggan.
16
2.1.1.3 Tipe E-learning
Dengan adanya bermacam-macam penggunaan e-learning
sekarang ini, tipe dari e-learning dibedakan menjadi dua model
pembelajaran. Menurut Rosen (2009) ada dua tipe penyampaian dalam e-
learning itu sendiri, yaitu synchronous dan asynchronous.
1. Penyampaian secara synchronous
Pertemuan antara mahasiswa dan dosen yang ditentukan
oleh waktu untuk melakukan proses pembelajaran.
2. Penyampaian secara asynchronous
Mahasiswa menggunakan materi yang disediakan melalui
website untuk digunakan setiap waktu, sehingga mahasiswa
dapat mengakses bahan ajar sesuai kebutuhan.
Menurut Effendy dan Zhuang (2005) synchronous adalah
mahasiswa dan dosen berada dalam waktu yang sama dalam melakukan
proses pembelajaran sehingga interaksi langsung antar mahasiswa dan
dosen dapat terlaksana dengan baik. Pelatihan ini mirip dengan kelas
seperti biasanya, hanya saja ini bersifat online. Sedangkan, asynchronous
adalah mahasiswa dan dosen berada dalam waktu yang berbeda dalam
proses pembelajaran sehingga mahasiswa dapat melakukan kegiatan
pembelajaran setiap saat. Pembelajaran ini memang tidak memungkinkan
mahasiswa dan dosen berada dalam waktu yang sama, namun interaksi
tersebut dapat dilakukan secara tidak langsung melalui email maupun
forum diskusi di website.
17
2.1.1.4 Karakteristik E-learning
E-learning tidak hanya mencakup metode dan konten pembelajaran
yang disampaikan melalui CD-ROM, Internet atau Intranet (Benson et al,
2004; Clark, 2002) tetapi juga termasuk audio dan video. Berikut ini
merupakan karakateristik dari e-learning menurut para ahli :
Tabel 2.1 Karakteristik E-learning
NO Author Year of Publication
Book Title Characteristics of E-learning
1. Clark, Ruth Colvin, Mayer, Richard E.
2003 E-learning and the science of instruction : proven guidelines for consumers and designers of multimedia learning
- Mencakup isi yang relevan dengan tujuan pembelajaran.
- Menggunakan metode-metode pengajaran seperti contoh-contoh dan latihan untuk mendukung pembelajaran.
- Menggunakan elemen media, seperti kata-kata dan gambar untuk mengantarkan isi dan metode.
- Pembelajaran dapat langsung dengan instruktur (synchronous) ataupun secara individu (asynchronous).
- Membangun ilmu dan keahlian baru yang terkait dengan tujuan pembelajaran secara individu atau untuk meningkatkan kinerja organisasi.
18
2. Gartika Rahmasari dan Rita Rismiati
2013 e-learning : Pembelajaran Jarak
Jauh
- Memanfaatkan jasa teknologi elektronik, dimana dosen dan mahasiswa, mahasiswa dan sesama mahasiswa, dapat berkomunikasi dengan relative mudah tanpa dibatasi oleh hal-hal yang protokoler.
- Menggunakan bahan ajar bersifat mandiri (self learning materials) disimpan di komputer sehingga dapat diakses oleh dosen dan mahasiswa kapan saja, dimana saja, ketika yang bersangkutan memerlukannya.
- Jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar, dan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap saat dikomputer.
- Menggunakan jasa internet sebagai media utama. Internet memberikan sumber aja yang sangat lengkap sehingga peran pengajar dalam proses pendidikan tidak terlalu vital.
Sehubungan dengan karakteristik di atas, berbagai elemen yang terdapat
dalam sistem e-learning yaitu sebagai berikut (Gartika dan Rita, 2013) :
1. Soal-soal
Materi yang disediakan dalam bentuk modul, adanya soal-soal yang
disediakan dan hasil pengerjaannya dapat ditampilkan. Hasil tersebut dapat
dijadikan sebagai tolok ukur dan mahasiswa mendapatkan apa yang dibutuhkan.
2. Komunitas
Mahasiswa dapat mengembangkan komunitas online untuk memperoleh
dukungan dan berbagi informasi yang saling menguntungkan.
3. Pengajar Online
Dosen selalu online untuk memberikan arahan kepada para pelajar,
menjawab pertanyaan, dan membantu dalam diskusi.
4. Kesempatan Bekerja Sama
19
Dalam sistem e-learning terdapat perangkat lunak yang dapat mengatur
pertemuan online sehingga belajar dapat dilakukan secara bersamaan atau
realtime tanpa kendala jarak.
5. Multimedia
Penyampaian materi dilakukan dengan menggunakan teknologi audio dan
video sehingga menarik minat dalam belajar.
2.1.1.5 Fungsi E-learning
Menurut Siahaan (2004) menyatakan bahwa setidaknya ada tiga fungsi
pembelajaran elektronik (e-learning) terhadap kegiatan pembelajaran antara
pengajar dan peserta didik, yaitu :
1. Suplemen (tambahan)
e-learning dikatakan berfungsi sebagai suplemen jika peserta didik
memiliki kebebasan memilih, apakah akan memanfaatkan materi pembelajaran
elektronik atau tidak. Dalam hal ini tidak ada kewajiban atau keharusan bagi
peserta didik untuk mengakses materi pembelajaran elektronik. Sekalipun sifatnya
opsional, peserta didik yang memanfaatkannya tentu akan memiliki tambahan
pengetahuan atau wawasan.
2. Komplemen (pelengkap)
e-learning dikatakan berfungsi sebagai komplemen jika materi
pembelajaran elektronik diprogramkan untuk melengkapi materi pembelajaran
yang diterima peserta didik.
3. Subtitusi (pengganti)
20
e-learning dapat dikatakan sebagai subtitusi jika e-learning dilakukan
sebagai pengganti kegiatan belajar, misalnya dengan menggunakan model-model
kegiatan pembelajaran. Terdapat tiga model pembelajaran yang dapat dipilih,
yaitu :
- Sepenuhnya secara tatap muka
- Sebagian secara tatap muka dan sebagian lagi melalui internet, dan
- Sepenuhnya melalui internet.
2.1.1.6 Kelebihan dan Kekurangan E-learning
1. Kelebihan e-learning (Gartika dan Rita, 2013)
- Proses pemebelajaran menjadi fleksibel karena mahasiswa dapat belajar
dimana saja dan kapan saja.
- Akses pendidikan menjadi lebih mudah
- Materi pembelajaran menjadi lebih lengkap
- Proses belajar menjadi lebih hidup dan terbuka
- Efektivitas pembelajaran meningkat
- Waktu pembelajaran menjadi lebih hemat
- Biaya perjalanan mahasiswa berkurang karena tidak harus datang ke
kampus
- Wilayah geografis jangkauan pembelajaran lebih luas
- Mahasiswa terlatih untuk lebih mandiri dalam mendapatkan ilmu
pengetahuan
2. Kekurangan e-learning (Effendi dan Heritl, 2008)
- Kurangnya penguasaan komputer
21
- Mahasiswa merasa terisolasi
- Mahasiswa yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi
cenderung gagal
- Tidak disemua tempat tersedia fasilitas internet
- Proses pembelajaran cenderung kea rah pelatihan daripada pendidikan
- Berubahnya peran pengajar yang semula menguasai teknik secara
konvensional, kini juga dituntut mengetahui teknkik pembelajaran yang
menggunakan ICT.
- Kurangnya interaksi antara mahasiswa dan dosen, mahasiswa dan
mahasiswa lainya yang dapat memperlambat terbentuknya nilai dalam
proses pembelajaran.
2.1.2 Online Learning
2.1.2.1 Sejarah Perkembangan Online Learning
Online learning merupakan bagian dari e-learning dimana terminologi
yang digunakan oleh e-learning merujuk pada online learning itu sendiri.
Online learning merupakan versi pembelajaran yang baru dari tahap
konvensional ke tahap online, dimana awalnya para peserta didik belajar
secara tatap muka kemudian dikembangkan menjadi belajar melalui media
internet atau dapat dikatakan sebagai belajar online.
Menurut King, Young, Drivere-Richmond, dan Schrader (2001)
tidak mendukung adanya pembelajaran jarak jauh ataupun pendidikan
jarak jauh. Pembelajaran jarak jauh diartikan sebagai kemampuan
seseorang menerima pengetahuan, sedangkan pendidikan jarak jauh adalah
22
kegiatan yang dilakukan dalam belajar dan keduanya masih dibatasi oleh
perbedaan waktu dan tempat (Volery & Lord, 2000). Pembelajaran
seharusnya tidak boleh dibatasi oleh waktu dan tempat, tetapi
pembelajaran harus didapatkan secara langusng oleh setiap orang agar
dapat dipahami dan dimengerti setiap subjek pengetahuan yang didapat.
Pembelajaran menjadi salah satu faktor yang penting dalam dunia
pendidikan, jika didasarkan pada perkembangan teknologi sekarang ini
pembelajaran dibatasi oleh jarak, yaitu waktu dan tempat (Loring, 2008).
Istilah jarak kemudian berkembang untuk menggambarkan bentuk-bentuk
pembelajaran, misalnya secara online learning, e-learning, pembelajaran
kolaboratif secara online, belajar virtual, pembelajaran berbasis web, dan
lain-lain (Conrad, 2006).
Belajar secara online dijelaskan oleh sebagian penulis sebagai
akses ke pengalaman belajar melalui penggunaan beberapa teknologi
(Benson, 2004; Carliner, 2004; Conrad, 2002). Pembelajaran online adalah
versi yang lebih terbaru dari pembelajaran jauh atau versi perbaikan dari
pembelajaran jarak jauh, yang meningkatkan akses kesempatan
pendidikan bagi peserta didik (Benson, 2004). Tidak hanya aksesibilitas
pembelajaran online, tetapi juga konektivitas, fleksibilitas dan kemampuan
untuk mempromosikan interaksi yang bervariasi dalam kecanggihan
teknologi tersebut (Ally, 2004; Hiltz & Turoff, 2005; Oblinger &
Oblinger, 2005).
23
Pembelajaran online adalah versi terbaru dari Online learning yang
telah mencapai titik dimana metode pembelajaran tersebut telah diterima
sebagai sebuah alternatif ataupun pengembangan dari pendidikan tatap
muka yang tradisional (Akyol, 2011). Robey (2009) melakukan penelitian
dengan menggunakan studi delphi untuk mengetahui isu-isu terkait dengan
online learning. Dimana semua educator counselor tidak menyetujui
apabila course yang mengasah kemampuan dibawakan secara online.
Memang dalam hal pemahaman materi, mahasiswa akan lebih jelas
apabila pembelajaran dilakukan secara tatap muka karena akan
memudahkan mereka untuk mengajukan pertanyaan secara langsung
kepada dosen yang bersangkutan. Lain halnya dengan sebagian
mahasiswa, pembelajaran secara online memudahkan mereka untuk dapat
belajar secara mandiri dan dapat melakukan pekerjaan lainnya disamping harus
datang ke kampus dan menghadiri perkuliahan secara langsung. E-learning
memberikan kemudahan kepada mahasiswa untuk memperoleh bahan materi
ataupun tugas-tugas yang diberikan oleh dosen. E-learning memudahkan
pembelajaran menjadi semakin efisien dan efektif yaitu mahasiswa dengan
mudah mendapatkan bahan ajar dari dosen dan melakukan sharing
opinion antar mahasiswa. Dengan begitu, secara langsung mahasiswa
dapat bertukar pikiran satu sama lain dengan media pembelajaran yang
lebih efektif.
Tavangarian, Leypold, Nölting, Roser, dan Voigt (2004) serta Triacca,
Bolchini, Botturi, dan Inversini (2004) merasa bahwa teknologi yang
digunakan tidak cukup sebagai deskriptor. Tavangarian et al. (2004)
24
menyatakan bahwa e-Belajar tidak hanya prosedural, tetapi juga
menunjukkan beberapa transformasi pengalaman individu dalam
pengetahuan melalui proses konstruksi pengetahuan. Triacca et al. (2004)
percaya bahwa e-Belajar adalah jenis pembelajaran online.
Learning Environment online (OLE) adalah pembelajaran yang
disampaikan melalui sistem pada lingkungan sekitar (Asunka, 2008;
Barnard-Brak, Lan, & Paton, 2010; Khan, 2001; Rhode, 2009; Zhang &
Kenny, 2010). Objek belajar adalah istilah yang merupakan pengelolaan
lingkungan. Ada beberapa kesepakatan bahwa obyek pembelajaran adalah
sumber daya digital yang dapat digunakan kembali untuk membantu
dalam belajar (Nichols, 2003; Spector, 2007). Pada tipe course design
lingkungan belajar, instruktur mengontrol instruksional sequencing dan
semua peserta didik berpartisipasi dalam kegiatan belajar pada waktu yang
ditentukan (Rhode, 2009). Pembelajaran ini terjadi pada lingkungan
belajar yang berbeda dalam self-paced. Self-paced adalah keterangan yang
digunakan untuk lingkungan belajar yang memungkinkan individu untuk
belajar secara online dalam waktu mereka sendiri dan pada kecepatan
mereka sendiri, dari lokasi mereka sendiri (Rhode, 2009; Spector dkk,
2008). Ketika istilah self-directed digunakan, itu adalah sering mengacu
pada semua jenis pembelajaran jarak jauh. Hal ini didefinisikan oleh
Garrison (2003) sebagai cara belajar yang terkendali, dimana pelajar lebih
bertanggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri dan mereka
memantau dan mengelola aspek kognitif dan kontekstual dari yang mereka
25
belajar. Self-directed juga dapat dianggap sebagai belajar mandiri, yang
tidak memiliki interaksi untuk pelajar.
2.1.2.2 Blended Learning
Blended learning adalah suatu pendekatan yang fleksibel dalam
menggabungkan pembelajaran secara online maupun reguler. Menurut
Rovai and Jordan (2004: 3) model blended learning pada dasarnya
merupakan gabungan keunggulan pembelajaran yang dilakukan secara
tatap muka (face to face learning) dan secara virtual (e-learning).
Pembelajaran online dalam blended learning adalah mutasi dari
pembelajaran tradisional yang menggunakan model tatap muka (face to
face). Melalui pembelajaran blended learning, mahasiswa dapat terbantu
dalam proses belajar mengajar yang awalnya secara konvensional,
sekarang didukung dengan pembelajaran online sehingga pembelajaran
mahasiswa semakin efektif.
Menurut Jusoff and Khodabandelou (2009: 82), blended learning
bukan hanya mengurangi jaraka antara dosen dan mahasiswa dalam proses
pembelajaran, namun dapat meningkatkan komunikasi antara mahasiswa
dan dosen melalui media online.
2.1.3 Kebiasaan Belajar
Kebiasaan belajar merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi
kompetensi mahasiswa, dimana kebiasaan belajar dilihat dari suatu kegiatan yang
26
dilakukan secara beulang-ulang menjadi suatu kebiasaan yang rutin dilakukan.
Menurut Eysenk (dalam Yusuf dan Legowo. 2007), kebiasaan adalah pola tingkah
laku, kondisi, atau situasi yang terbentuk melalui proses belajar. Kebiasaan
diartikan sebagai bentuk tingkah laku dari seseorang yang menyesuaikan dirinya
terhadap lingkungan sekitar yang mengandung unsure afektif perasaan (Nasution,
2005). Kebiasaan belajar adalah pola perilaku yang menyangkut aspek
pengetahuan, sikap, dan keterampilan seseorang dalam belajar. Banyak cara dan
sarana untuk menanamkan suatu kebiasaan pada seseorang, misalkan dengan
memberikan tugas pekerjaan rumah untuk dilakukan setiap harinya (Susana,
2006).
2.1.3.1 Komponen Kebiasaan Belajar
Menurut Brown dan Holzman (dalam Yusuf dan Legowo, 2007) kebiasaan
belajar dikelompokkan ke dalam dua konsep dasar Delay Avoidance (DA) dan
Work Method (WM).
1. Delay Avoidance adalah tingkah laku akademik yang berhubungan dengan
ketepatan waktu dalam menyelesaikan tugas, penundaan dalam belajar,
hal-hal yang menganggu dalam belajar, membuat jadwal perencanaan
belajar, memanfaatkan waktu luang untuk belajar (Yusuf dan Legowo,
2007).
2. Work Method adalah tingkah laku akademik yang berhubungan dengan
‐ Prosedur belajar,
‐ Keterampilan belajar, dan
‐ Strategi belajar.
27
Ketiga ini merupakan unsur penting dalam work method, apabila ketiga
unsur tersebut dapat diterapkan secara tepat kepada mahasiswa, maka kompetensi
belajar mahasiswa akan berjalan dengan optimal dan dapat mengalami
peningkatan (Yusuf dan Legowo, 2007).
2.1.4 Kompetensi
Kompetensi adalah karakteristik yang mendasari seseorang berkaitan
dengan efektivitas kinerja individu dalam pekerjaannya atau karakteristik dasar
yang memiliki hubungan kasual atau sebagai sebab-akibat dengan kriteria yang
dijadikan acuan, efektif atau berkinerja prima atau superior di tempat kerja atau
pada situasi tertentu.
Menurut Spencer dalam (Moeheriono 2009: 4) kompetensi terletak pada
bagian dalam setiap manusia dan selamanya ada pada kepribadian seseorang yang
dapat memprediksikan tingkah laku dan performansi secara luas pada semua
situasi dan tugas pekerjaan atau jobs task.
2.1.4.1 Komponen Kompetensi
Menurut Hutapea dan Thoha (2008:28) mungungkapkan bahwa ada tiga
komponen pembentuk kompetensi, yang terdiri dari :
1. Motives, yaitu konsistensi berpikir mengenai sesuatu yang diinginkan atau
dikehendaki oleh seseorang, sehingga me-nyebabkan suatu kejadian.
Motif tingkah laku seperti me-ngendalikan, mengarahkan, membimbing,
memilih untuk menghadapi kejadian atau tujuan tertentu.
28
2. Traits, yaitu karakteristik fisik dan tanggapan yang konsisten terhadap
informasi atau situasi tertentu.
3. Pengetahuan (knowledge) merupakan pengetahuan yang dimiliki
seseorang dalam bidang tertentu.
4. Keterampilan (skill) merupakan kemampuan karyawan untuk melakukan
sutau aktivitas atau pekerjaan, dan
5. Sikap (attitude) merupakan perilaku pekerja yang muncul pada orang-
orang yang bekerja dengan produktif.
Komponen kompetensi motives dan traits disebut hidden competency
karena sulit untuk dikembangkan dan sulit mengukurnya. Komponen kompetensi
knowledge dan skill disebut visible competency yang cenderung terlihat, mudah
dikembangkan dan mudah mengukurnya, sedangkan komponen kompetensi self
concept atau attitude berada di antara kedua kriteria kompetensi tersebut.
Menurut Watson Wyatt dalam Ruky (2003) competency merupakan
kombinasi dari keterampilan (skill), pengetahuan (knowledge), dan perilaku
(attitude) yang dapat diamati dan di-terapkan secara kritis untuk suksesnya sebuah
organisasi dan hasil kerja serta kontribusi pribadi mahasiswa terhadap
organisasinya. Dari lima komponen kompetensi di atas, dapat dilihat bahwa
Watson Wyatt menggunakan istilah knowledge, skill, dan attitude atau KSA untuk
konsep kompetensi.
Menurut Undang-undang RI No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, kompetensi lulusan mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
Sebagai contoh, EC 2000 General Criterion.
29
a. Kemampuan untuk menerapkan pengetahuan matematika, ilmu pengetahuan, dan
teknik (An ability to apply knowledge of math, science, and engineering).
b. Kemampuan untuk berfungsi pada tim multi disiplin (An ability to function on
multi disciplinary teams : soft skill).
c. Kemampuan untuk menggunakan teknik, keterampilan, dan alat-alat teknik modern
yang diperlukan untuk praktek (An ability to use the techniques, skills, and modern
engineering tools necessary for engineering practice).
2.1.5 Varian Satu Jalur (One Way Anova)
One way anova (analisis ragam satu arah) biasanya digunakan untuk
menguji rata-rata perlakukan dari suatu percobaan yang menggunakan 1 faktor, di
mana 1 faktor tersebut memiliki 2 atau lebih kelompok (Syofian, 2013).
2.1.5.1 One way Anova untuk Sampel k Berkorelasi
One way anova merupakan pengujian hipotesis komparatif untuk data
berjenis interval atau rasio, dengan k sampel (lebih dari dua sampel) yang
berkorelasi dengan satu faktor yang mempengaruhi (Syofian, 2013). Salah satu
pembagian dari one way anova ini adalah pengujian terhadap data sampel yang
tidak sama banyak.
Pengertian dari data sampel yang tidak sama banyak adalah data yang
diambil dari setiap sampel atau populasi, jumlah atau ukurannya tidak sama
banyak. Prosedur uji statistic untuk data sampel tidak sama jumlahnya dengan
data sampel sama banyak (Syofian, 2013).
30
2.1.6 Metode Regresi
Analisis regresi pada dasarnya adalah studi mengenai ketergantungan
variabel tak bebas dengan satu atau lebih variabel bebas, dengan tujuan untuk
mengestimasi atau memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel tak
bebas berdasarkan nilai variable bebas. Hasil analisis regresi adalah berupa
koefisien (parameter) untuk masing-masing variabel bebas (Dwi, 2007).
2.1.6.1 Regresi Linear Berganda
Menurut Sugiyono (2007:210) analisis regresi ganda digunakan untuk
meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependent (kriterium),
bila dua atau lebih variabel independent sebagai faktor prediktor dimanipulasi
(dinaik turunkan nilainya). Jadi analisis regresi ganda akan dilakukan bila jumlah
variabel independennya minimal dua.
Regresi berganda merupakan pengembangan dari regresi linier sederhana,
yaitu sama-sama alat yang dapat digunakan untuk melakukan presiksi
permintaan di masa yang akan datan, berdasarkan data masa lalu atau untuk
mengetahui pengaruh satu atau lebih variabel bebas (independent) terhadap satu
variabel tak bebas (dependent). Penerapan metode regresi berganda jumlah
variabel bebas (independent) yang digunakan lebih dari satu yang mempengaruhi
satu variabel tak bebas (dependent) (Syofian, 2013).
Rumus regresi linear berganda dengan dua variabel bebas (Syofian, 2013) :
Y = a + +
31
Y = Variabel terikat
= Variabel bebas pertama
= Variabel bebas kedua
a dan serta = Konstanta
Dalam memperoleh hasil perhitungan Regresi, dapat dilakukan dengan
tiga cara yaitu perhitungan manual, menggunakan fungsi pada Microsoft Excel,
atau menggunakan Software statistik atau biasa sering dikenal dengan SPSS.
Asumsi yang diperlukan untuk analisis ini adalah uji normalitas. Uji normalitas
diperlukan untuk mengetahui apakah data yang terkumpul dari setiap variabel
dependent dan independent atau keduanya mempunyai distribusi normal atau
tidak. Model regresi yang baik adalah yang mendekati normal (Imam
Ghozali,2009). Untuk melihat model regresi normal atau tidak, dilakukan analisis
grafik dengan melihat normal probability report plot yang membandingkan antara
distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi normal. Distribusi
normal akan membentuk satu garis lurus diagonal dan ploting data akan
dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data normal, maka garis yang
menggantikan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya (Imam Ghozali,
2009)
2.1.7 Statistik
2.1.7.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang berkenaan dengan
bagaimana cara mendsekripsikan, menggambarkan, menjabarkan, atau
menguraikan data, agar mudah dipahami. Ada beberapa cara yang dapat
32
digunakan dalam mendeskripsikan, menggambarkan, menjabarkan, atau
menguraikan data, antara lain (Syofian, 2013) :
1. Menentukan ukuran dari data, seperti nilai modus, rata-rata, dan
nilai tengah (median)
2. Menentukan ukuran variabilitas data, seperti variasi (varian),
tingkat penyimpangan (deviasi standar), dan jarak (range).
3. Menentukan ukuran bentuk data, seperti skewness, kurtosis, dan
plot boks.
2.1.7.2 Statistik Parametrik
Statistik Parametrik adalah statistik yang mempertimbangkan
jenis sebaran/ distribusi data yang berdistribusi normal dan memiliki
varian homogen. Pada umumnya, data yang digunakan pada statistic
parametric ini bersifat interval dan rasio. Uji statistik yang dapat
digunakan pada statistik parametrik, antara lain (Syofian, 2013) :
1. Uji f (1 atau 2 sampel),
2. Uji t (1 atau 2 sampel),
3. Korelasi sederhana dan berganda,
4. One or two way anova test, dan
5. Analisis regresi sederhana dan berganda.
Dalam menguji signifikasi suatu koefisien korelasi, maka dapat
menggunakan statistik uji t student dengan rumus :
33
Gambar 2.1 Rumus Uji Statistik (Sumber : Sugiyono, 2010)
Keterangan:
t : nilai uji t
r : koefisien korelasi
n : jumlah sampel
Dalam mengetahui ditolak atau tidaknya hipotesis, Riduwan dan Sunarto
(2007: 83) mengungkapkan kaidah yang digunakan dalam pengujian terhadap
hipotesis penelitian dalam kaidah pengujian, yaitu :
Jika t hitung ≥ t table, maka tolak H0 artinya signifikan dan
t hitung ≤ t table, maka terima H0 artinya tidak signifikan.
Nilai dapat di cari dengan menggunakan tabel distribusi t dengan
cara taraf signifikan α = 0.05 /2 = 0.025 (dua sisi). Kemudian di cari pada
tabel distribusi student t.
2.1.8 Korelasi Berganda
Korelasi Pearson Product Moment adalah untuk mencari hubungan dua
variabel bebas dan dengan variabel tak bebas (Y), dan data berbentuk
interval dan rasio (Syofian, 2013). Analisis Korelasi berganda digunakan untuk
mengetahui derajat atau kekuatan hubungan antara tiga variabel atau lebih, serta
untuk mengetahui kontribusi yang diberikan secara simultan oleh variabel dan
terhadap nilai variabel Y (Syofian, 2013).
34
2.2 Tinjauan Pustaka 2.2.1 Penelitian Sebelumnya
Tabel 2.2 Penelitian Sebelumnya No Peneliti Judul Variabel Hasil dan Pembahasan
1. Risa
Wahyuningsih
(2010)
Pengaruh Metode e-
learning dan
Kebiasaan Belajar
Terhadap Prestasi
Belajar Mata Kuliah
Dokumentasi
Kebidanan
= Metode e-learning
= Kebiasaan Belajar
Y = Prestasi Belajar
Ada pengaruh secara parsial antara
kebiasaan belajar dengan prestasi belajar.
Hubungan tersebut bersifat positif artinya
semakin baik kebiasaan belajar
mahasiswa akan semakin baik nilai
prestasi belajarnya.
2. Made Ayu
(2012)
Pengaruh e-learning
dan minat belajar
terhadap kemampuan
membaca bahasa
inggris.
= e-learning
= Minat Belajar
Y = Kemampuan Membaca
e-learning dan minat belajar
berpengaruh terhadap kemampuan
membaca bahasa Inggris. Kedua variabel
tersebut mempengaruhi variabel Y secara
bersama-sama.
3. Akhmad
(2011)
Pengaruh
pengembangan model
pembelajaran e-
learning pada
X = e-learning
Y = Prestasi Belajar
Ada pengaruh yang signifikan
pembelajaran e-learning terhadap prestasi
belajar mahasiswa. Artinya dengan
adanya e-learning, presetasi belajar
35
fakultas kedokteran
UMS
mahasiswa semakin meningkat.
4. Grace
Togatorop
(2010)
Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia Terhadap Efektivitas Kerja Pada Karyawan Carefour
= Pengetahuan (knowledge)
= Sikap (attitude)
= Keterampilan (skill)
Y = Efektivitas Kerja
Variabel Pengetahuan, Sikap, dan
Ketrampilan secara bersama-sama
mempengaruhi efektivitas kerja pada
karyawan. Jika pengetahuan, sikap, dan
keterampilan karyawan semakin baik,
maka efektivitas kerja yang di hasilkan
pula semakin baik.
5. Normi
(2012)
Analisis Pengaruh Kompetensi, dam iklim organisasi terhadap kinerja pegawai universitas Methodist Indonesia medan
= Kompetensi
= Iklim Organisasi
Y = Kinerja Pegawai
Variabel kompetensi dan iklim organisasi
secara bersama-sama mepengaruhi
peningkatan kinerja pegawai. Semakin
tinggi kompetensi dan iklim organsisasi
semakin baik maka kinerja pegawai akan
semakin meningkat.
6. Yuspa Ringga
(2012)
Meningkatkan
kebiasaan belajar
yang baik
menggunakan
layanan bimbingan
kelompok pada siswa
kelas VIII SMP
X = Kebiasaan Belajar
Y = Hasil Belajar
Ada pengaruh antara kebiasaan belajar
terhadp hasil belajar.Kebiasaan belajar
yang baik membawa hasil belajar yang
baik bagi siswa. Dengan bimbingan
belajar kelompok, hasil belajar siswa
dapat meningkat karena kebiasaan belajar
melalui kegiatan bimbingan tersebut.
36
Negeri 28 Bandar
Lampung
7. Tri Wahyu
(2007)
Studi perbandingan
antara teori
konstruktivisme dan
konsep e-learning
dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia
= Teori Konstruktivisme
= Konsep e-learning
Y = Hasil Belajar
Teori konstruktivisme berpengaruh secara
signifikan terhadap hasil belajar
mahasiswa, yang artinya siswa yang
belajar dengan teori konstruktivisme
hasilnya lebih baik daripada e-learning,
sedangkan dalam penguasaan kosa kata
dan istilah hasilnya lebih baik
menggunakan e-learning. Keduanya
sama-sama berpengaruh terhadap hasil
belajar siswa.
8. Fitria Hayu
Palupi (2010)
Hubungan konsep
diri dan kebiasaan
belajar dengan
prestasi belajar
mahasiswa akademi
kebidanan Mitra
Husada Karanganyar
pada mata kuliah
Askeb II
= Konsep diri
= Kebiasaan Belajar
Y = Prestasi Belajar
Konsep diri dan kebiasaan belajar secara
bersama-sama mempengaruhi prestasi
belajar mahasiswa. Konsep diri yang
positif melalui kebiasaan belajar yang
teratur dapat meningkatkan prestasi
belajar.
9. Novia Triasari Pengaruh Perhatian, = Perhatian Secara keseluruhan variabel perhatian,
37
(2008) minat, dan kebiasaan
belajar terhadap
prestasi belajar pada
siswa kelas XI MAN
Karanganyar
= Minat
= Kebiasaan Belajar
Y = Prestasi Belajar
minat, dan kebiasaan belajar memberikan
sumbangan sebesar 62,2 % terhadap
prestasi belajar siswa. Perhatian siswa
memberikan sumbangan efektif 10,2 %,
variabel minat memberikan sumbangan
efektif 22,4%, dan variabel kebiasaan
belajar memberikan sumbangan efektif
sebesar 29,8%, yang artinya kebiasaan
belajar yang tinggi dapat menghasilkan
presetasi belajar yang baik. Sedangkan
variabel minat adalah variabel kedua yang
mempengaruhi prestasi belajar dan
variabel perhatian yang paling kecil
sumbangan efektif nya dalam
mempengaruhi presetasi belajar siswa.
38
Dari tabel penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh antar variabel bebas
terhadap variabel terikat yang teliti. Variabel bebas dan variabel terikat sama-sama saling
mempengaruhi sehingga menghasilkan suatu hipotesa yang akurat. Pola umum yang didapatkan
dari penelitian diatas adalah tentang pengaruh e-learning dan kebiasaan belajar terhadap
kompetensi ataupun presetasi belajar peserta didik. Pola ini didapat sebagai tolak ukur dari
penenelitian yang dilakukan dan bermanfaat untuk mendukung hasil hipotesis yang dihasilkan.
Dari hasil penelitian yang didapat, penelitian ini dikembangkan lagi dengan membandingkan
kompetensi antar mahasiswa online dan reguler jurusan MMSI dan MTI.
Penelitian lainnya tentang pembelajaran secara online dan reguler terdapat pada penelitian
yang dilakukan oleh Gürsul (2008) di sekolah Massachusetts. Penelitian ini dilakukan pada mata
pelajaran Calculus AB yang diambil oleh para siswa dengan hasil ujian yang menyatakan bahwa
siswa yang mengambil pembelajaran secara online tidak lebih baik dibandingkan dengan siswa
yang mengambil kelas reguler (face-to-face) pada hasil ujian mata pelajaran tersebut. Hal ini
berarti bahwa kurangnya sampel dari mahasiswa online yang diteliti menyebabkan hal itu terjadi,
dan ini merupakan keterbatasan dari penelitian yang juga diyakini oleh Linkenhoker (2009).
Perbedaan yang mendasar lainnya terlihat pada penelitian yang dilakukan di salah satu
universitas, yaitu pada Universitas Hacettepe di Department of Computer Education and
Instructional Technologies dari Faculty of Education (Gürsul, 2008). Pada penelitian ini
diketahui bahwa hasil ujian akhir dari mahasiswa kelas online lebih meningkat dibandingkan
dengan mahasiswa yang mengambil kelas reguler (face-to-face). Dengan adanya penelitian ini,
perlu untuk mencari tahu faktor-faktor apa saja yang mendukung pembelajaran secara online
maupun pembelajaran secara face-to-face.
39
Penelitian yang serupa dilakukan oleh Titan (2013) pada mahasiswa S1 jurusan manajemen
dan sistem informasi yang mengambil kelas reguler maupun kelas online. Dari hasil penelitian
yang diperoleh didapatkan bahwa prestasi akademis mahasiswa online jurusan sistem informasi
dan manajemen lebih baik dibandingkan mahasiswa yang mengambil pembelajaran reguler. Hal
ini berarti bahwa, pembelajaran secara online lebih berpengaruh dalam meningkatkan prestasi
akademik mahasiswa daripada pembelajaran secara reguler.
Penelitian lainnya dilakukan oleh Syarif (2012) dalam mengetahui hasil motivasi dan prestasi
belajar siswa SMK yang mengambil mata pelajaran KKPI menggunakan model face-to-face
learning dan siswa yang menggunakan blended learning. Dari hasil penelitian yang diperoleh
terdapat perbedaan antara prestasi belajar antara kelas yang menggunakan model face-to-face
learning dengan kelas yang menggunakan blended learning. Motivasi dan prestasi belajar siswa
meningkat dengan adanya penerapan blended learning.
Begitu pula penelitian yang dilakukan oleh Purnomo Irvan Hadi (2013), mengetahui minat
belajar siswa sebelum dan sesudah pembelajarn demonstrasi pada kompetensi sistem listrik
otomotif kelas X1 jurusan teknik kendaraan. Dari hasil penelitian yang diperoleh, minat dan
prestasi belajar siswa terhadap kompetensi yang dihasikan sesudah pembelajaran demonstrasi
lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang tidak menggunakan metode pembelajaran
demonstrasi. Dengan adanya penerapan metode pembelajaran demonstrasi, kompetensi siswa
menjadi meningkat dilihat dari hasil belajar siswa tersebut.
40
Berdasarkan keseluruhan penelitian yang ditemukan, berikut ini merupakan implikasi
manajerial dari hasil penelitian yang dilakukan, yaitu :
1. Dengan adanya penelitian ini, dapat diketahui hasil pengaruh antara e-learning dan
kebiasaan belajar terhadap kompetensi mahasiswa online dan reguler jurusan MMSI
dan MTI, dan
2. Perbandingan kompetensi antara mahasiswa online maupun mahasiswa reguler yang
mengambil jurusan MMSI dan MTI.
3. Penelitian sebelumnya mendukung adanya penelitian ini dilakukan khusunya
berhubungan erat dengan hipotesis yang dihasilkan.