bab ii landasan teori 2.1. pengertian dan jenis-jenis ... · 2.1.5. faktor-faktor yang mempengaruhi...
TRANSCRIPT
6
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian dan Jenis-jenis Piutang
2.1.1. Pengertian Piutang
Piutang merupakan elemen modal kerja dalam suatu perusahan yang selalu
dalam keadaan berputar secara terus menerus dalam rantai perputaran modal kerja.
Sebagian piutang dapat dimasukkan dalam modal kerja karena terdiri dari dana yang
diinvestasikandalam produk yang terjual.
Menurut Gitosudarmo (2007:81) “piutang merupakan aktiva atau kekayaan
perusahaan yang timbul akibat sebagai akibat dari dilaksanakannya kebijakan
penjualan kredit”.
Pos piutang yang terdapat dalam neraca biasanya merupakan bagian yang
cukup besar dari aktiva lancar, oleh karena itu perlu mendapatkan perhatian yang
cukup serius agar piutang ini dapat dikelola dengan cara yang seefisien mungkin.
Modal kerja yang tertanam dalam piutang yang selalu terikat yang merupakan
aktiva lancar yang sangat penting dalam mendorong operasional perusahaan.
7
Menurut Warren, dkk (2005:404) “piutang (receivables) meliputi semua klaim
dalam bentuk uang terhadap pihak lainnya, termasuk individu, perusahaan,atau
organisasi lainnya”.
Transaksi yang paling umum yang menyebabkan munculnya piutang adalah
pemberian kredit kepada pihak lain yang dapat menghasilkan pendapatan bunga dari
pemberian kredit tersebut.
Dari teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa piutang dapat didefenisiskan
sebagai modal kerja yang terikat dalam piutang yang timbul sebagai akibat dari
penjualan barang atau jasa secara kredit.
2.1.2. Peranan piutang
Peranan piutang (receivables) dalam dunia usaha menurut Warren, dkk
(2005:404) adalah
1. Elemen modal kerja yang juga selalu dalam keadaan berputar secara terus
menerus dalam rantai perputaran modal kerja.
2. Elemen piutang mempunyai tingkat likuiditas yang tidak selikud elemen kas
karena untuk menjadikan piutang dalam bentuk uang tunai memerlukan waktu
yang tergantung dari syarat kredit yang diberikan oleh perusahaan dan
kelancaran pengembaliannya.
8
2.1.3. Tujuan Piutang
Dalam upaya mempertahankan dan meningkatkan tingkat penjualan, maka
pada umumnya perusahaan melakukan penjualan secara kredit. Oleh karena itu pada
saat penyerahan produk tidak terjadi penerimaan kas dan justru menimbulkan
piutang. Disaat terjadinya piutang maka terjadi aliran kas masuk pada perusahaan.
Penjualan kredit dapat merangsang pembeli maupun pelanggan agar membeli dalam
jumlah besar yang membutuhkan investasi pada aktiva lancar dan menimbulkan biaya
lainnya.
Ada tiga tujuan piutang menurut Kasmir (2011:293), yaitu :
1. Meningkatkan penjualan
Meningkatkan penjualan dapat diartikan agar omzet penjualan meningkatkan
atau bertambah dari waktu ke waktu.
2. Meningkatkan laba
Dengan penjualan kredit yang meningkat diharapkan akan meningkatkan laba
penjualan.
3. Menjaga loyalitas pelanggan
Menjaga loyalitas artinya terkadang tidak selamanya pelanggan memiliki dana
tunai untuk membeli barang dengan alasan tertentu sehingga untuk
mempertahankan pelanggan, perusahaan dapat memberikan pelayanan
penjualan kredit.
9
2.1.4. Jenis-Jenis Piutang
Jenis-jenis piutang menurut Sugiri (2009:43), terdiri atas beberapa jenis, yaitu
1. Piutang Usaha (Account Receivable)
Piutang usaha terjadi kareana adanya transaksi penjualan secara kredit.
Piutang usaha adalah tagihan kepada pelanggan yang sifat terbuka, dalam arti
bahwa tagihan ini tidak disertai instrument kredit.
2. Piutang Wesel Tagih (Notes Receivable)
Wesel tagih adalah klaim yang dibuktikan dengan instrument kredit secara
formal. Wesel tagih biasanya memiliki waktu tagih antara 60-90 hari atau
lebih lama serta mewajibkan pihak yang berhutang untuk membayar bunga.
3. Piutang lain-lain (Other Receivable)
Piutang lain-lain adalah mencakup selain piutang dagang. Secara umum bukan
berasal dari kegiatan operasional perusahan. Oleh karena itu, piutang jenis ini
diklafikasikan dan dilaporkan pada bagian terpisah di neraca.
Sedangkan menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Sugiarto (2007:451),
jenis-jenis piutang antara lain :
1. Piutang Dagang (Trade Receivable)
Piutang Dagang adalah tagihan perusahaan dagang kepada konsumen yang
berasal dari penjualan barang secara tidak kas atau kredit.
10
2. Piutang Lain-lain (Non Dagang)
Piutang lain-lain adalah tagihan perusahaan kepada pelanggan atau pihak lain
akibat dari transaksi yang secara tidak langsung berhubungan dengan kegiatan
normal usaha perusahaan.
2.1.5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Besarnya Investasi Pada Piutang
Menurut Munawir (2013:75), faktor-faktor yang mempengaruhi besar
kecilnya investasi dalam piutang adalah :
1. Volume Penjualan Kredit
Semakin besar volume penjualan kredit dari keseluruhan penjualan semakin
besar piutang yang timbul dan semakin besar pula kebutuhan dana yang
ditanamkan dalam piutang. Semakin besar pula jumlah piutang berarti
semakin besar pula resiko yang mungkin timbul, disamping akan
memperbesar profitabilitas.
2. Syarat Pembayaran Kredit
Syarat pembayaran kredit dapat bersifat ketat atau bersifat lunak. Misalnya
2/10 net 30 yang artinya bahwa pembayaran piutang dilakukan dalam waktu
10 hari sesudah waktu penyerahan barang, maka pembali akan dapat potong
tunai sebesar 2% dari harga penjualan kredit dan pembayaran selambat-
lambatnya dalam waktu 30 hari sesuadah waktu penyerahan.
11
3. Ketentuan tentang Pembatasan kredit
Dalam penjualan kredit, perusahaan dapat menetapkan batas minimal atau
maksimal atau plafond yang ditetapkan mesing-masing langganan. Demikian
pula ketentuan mengenai siapa yang dapat diberikan kredit.
4. Kebijaksanaan dalam Pengumpulan Piutang
Perusahaan yang menjalankan kebijaksanaan pemgumpulan piutang secara
aktif akan menambah pengeluaran untuk membiayai aktivitas pengumpulan
piutang tersebut lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang
menjalankan kebijaksanaan pengumpulan piutang secara pasif.
5. Kebisaan membayar dari para langganan
Kebiasaan membayar dari para langganan ada yang sebagian menyukai cara
menggunakan kesemapatan untuk mendapatkan potong tunai, dan sebagian
yang lain ada yang tidak menggunakan kesemapatan tersebut.
Dari teori yang diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi besar kecilnya piutang adalah semakin besar volume penjualan kredit
dari keseluruhan penjualan semakin besaar piutang yang timbul dan semakin besar
pula kebutuhan dana yang ditanamkan dalam piutang adapun syarat pembayaran
kredit dapat bersifat ketat atau bersifat lunak.
2.1.6. Resiko Yang Mungkin Timbul Dalam Piutang
Dengan penjualan kredit, diharapkan volume penjualan akan lebih besar jika
dibandingkan dengan penjualan yang dilakukan secara dilakukan secara tunai saja.
12
Akan tetapi penjualan kredit sedikit banyak akan menimbulkan resiko tidak
dibayarkannya piutang oleh sebagain dari langganan perusahaan.
Menurut Mujati (2008:8), adapun risiko tersebut diantaranya adalah
1. Resiko Tidak Dibayarkan Seluruh Jumlah Piutang.
Resiko ini adalah resiko yang paling berat yang harus ditanggung oleh
perusahan yang menjual secara kredit, karena tidak dibayarkan seluruh
seluruh jumlah piutang, sehingga perusahaan akan menanggung kerugian
sebesar jumlah piutang tersebut. Resiko tersebut bias terjadi bila seorang
langganan sengaja menipu, melarikan diri, atau bangkrut usahanya yang
menyebabkan piutang tersebut tidak terbayar seluruhnya.
2. Resiko Tidak Dibayarkannya Sebagian Piutang.
Walaupun piutang telah dibayar sebagian, tetapi hal ini juga menimbulkan
kerugian bagi perusahaan, karena kemungkinan sebagaian dari piutang
tersebut tidak dibayar.
3. Resiko Ketelambatan Didalam Melunasi Piutang
Resiko keterlambatan dalam melunasi piutang lebih ringan bila dibandingkan
kedua risiko diatas, karena pada akhirnya piutang yang telah diberikan oleh
perusahaan akan dibayar oleh pihak debitur.
4. Resiko Tertanam Modal Dalam Piutang
Apabila perusahaan memberikan piutang maka dengan sendirinya terdapat
modal yang tertanam dalam piutang tersebut. Apabila investasi dalam piutang
terlalu besar jumlahnya akan mengakibatkan konstinuitas perusahaan.
13
2.2. Pengertian Perputaran Piutang (Receivable Turn Over)
Kelancaran penerimaan piutang dan pengukuran baik tidaknya investasi
dalam piutang dapat diketahui dari tingkat perputarannya. Perputaran piutang akan
menunjukkan berapa kali piutang yang timbul sampai piutang akan menunjukkan
beberapa kali piutang yang timbul sampai piutang tersebut dapat tertagih kembali
kedalam kas perusahaan.
Menurut Munawir (2013:75) mengatakan bahwa “perputaran piutang adalah
posisi piutang dan taksiran waktu pengumpulannya dapat dinilai dengan menghitung
tingkat perputaran piutang dengan menbagi penjualan kredit neto dengan piutang
rata-rata”.
Semakin tinggi (turn over) menunjukkan modal kerja yang ditanamkan dalam
piutang rendah, sebaliknya kalau rasio semakin rendah berarti over instrument dalam
piutang sehingga memerlukan analisa lebih lanjut.
Menurut Warren, dkk (2005:407) ”perputaran piutang adalah usaha (account
receivable turn over) untuk mengukur seberapa sering piutang usaha berubah menjadi
kas dalam setahun”.
Perputaran piutang ini menunjukkan berapa kali sejumlah modal yang
tertanam dalam utang berasal penjualan kredit berputar dalam satu periode yang
mampu mengembalikan piutang menjadi kas.
Menurut Riyanto (2008:215), “perputaran piutang adalah rasio yang
memperlihatkan lamanya waktu untuk mengubah piutang menjadi kas”.
Rasio perputaran piutang biasa diartikan berapa kali suatu perusahan dalam
setahun mampu membalikkan atau menerima kembali kas dari piutang.
14
Menurut Kasmir (2011:176), “perputaran piutang adalah rasio yang digunakan
untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode atau berapa kali
dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode”.
Semakin tinggi rasio menunjukkan bahwa modal kerja yang ditanamkan
dalam piutang semakin rendah (bandingkan dengan rasio tahun sebelumnya) dan
tentunya kondisi ini bagi perusahaan semakin baik. Sebaliknya jika rasio semakin
rendah ada over investment dalam piutang. Hal ini jelas adalah rasio perputaran
piutang memberikan pemahaman tentang kualitas piutang dan kesuksesan penagihan
piutang.
Rumus untuk mencari perputaran piutang adalah sebagai berikut :
Penjualan Kredit
Perputaran Piutang =
Rata-rata Piutang
Rumus untuk menghitung rata-rata piutang adalah sebagai berikut :
Piutang Awal Tahun + Piutang Akhir Tahun
Rata-rata Piutang =
2
Menurut Munawir (2013:76) mengemukakan “jangka waktu pengumpulan
piutang adalah angka yang menunjukkan waktu rata-rata yang diperlukn untuk
menagih piutan
15
Rumus untuk menghitung hari rata-rata penagihan piutang (days of
receivable) dapat menggunakan rumus sebagai berikut :
Piutang Rata-rata x 360
Days of Reveicable =
Penjualan Kredit
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan perubahan rasio antara penjualan
kredit dan rata-rata piutang, menurut Munawir (2013:75), mengemukakan bahwa :
1. Turunnya penjualan dan naiknya piutang.
2. Turunnya piutang dan diikut turunnya piutang dalam jumlah yang lebih besar.
3. Naiknya penjualan diikuti naiknya piutang dalam jumlah yang lebih besar.
4. Turunnya penjualan dengan piutang yang tetap.
5. Naiknya piutang sedangka penjualan tidak berubah.
Dari semua teori-toeri diatas dapat disimpulkan bahwa rasio perputaran
yang tinggi mencermin kualitas piutang yang semakin baik. Tinggi rendahnya
perputaran tergantung pada besar kecilnya modal yang diinvestasikan dalam piutang.
Tingkat perputaran piutang suatu perusahaan dapat menggambarkan tingkat efisiensi
modal perusahaan yang ditanamkan dalam piutang, sehingga semakin tinggi
perputaran piutang berarti makin efisiensi modal yang digunakan. Selain perputaran
piutang yang digunakan sebagai indikator terhadap efisien atau tindaknya piutang,
ada indikator lain yang cukup penting yaitu jika waktu rata-rata pengumpulan piutang
(average collection perode).
16
2.2.1 Kebijakan Perputaran Piutang
Menurut Kasmir (2011:177) kebijakan perputaran piutang meliputi
pengambilan keputusan-keputusan sebagai berikut :
1. Standar Kredit
Standar kredit adalah kualitas minimal kelayakan kredit seorang pemohon
kredit yang dapat diterima oleh perusahaan. Dengan adanya standar tersebut,
perusahaan dapat meningkatkan penjualannya melalui penjualan secara kredit
namun tidak menimbulkan resiko piutang tak tertagih yang berlebihan.
Perusahaan harus menentukan standar kredit yang tepat, yang lebih besar
manfaat yang akan diperoleh bagi perusahaan daripada biaya akan
dikeluarkan perusahaan dengan adanya standar tersebut.
2. Syarat Kredit
Suatau syarat kredit menetapkan adanya periode dimana kredit diberikan dan
potong tunai (bila ada) untuk pembayaran yang lebih awal. Faktor yang
mempengaruhi syarat kredit adalah :
a. Sifat ekomoni produk,
b. Kondisi penjualan,
c. Kondisi pembeli,
d. Periode Kredit,
e. Potongan tunai,
f. Tingkat bunga bebas risiko (tingkat bunga bank).
17
3. Kebijakan kredit dan pengumpulan piutang
Kebijakan kredit dan pengumpulan piutang mencakup beberapa keputusan
yaitu :
a. Kualitas jumlah yang diterima,
b. Potongan tunai,
c. Persyaratan khusus,
d. Tingkat pengeluaran untuk pengumpulan piutang.
2.3. Pengertian Kredit Bermasalah atau Non Perfoming Loan (NPL)
Kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) terjadi bila debitur tidak
membayar angsuran pinjaman pokok maupun bunga selama 90 hari. Pendapatan
bunga kredit untuk kredit non-performing diakui atas dasar cash basis, yaitu
pengakuan pendapatan bunga kredit pada saat adanya pembayaran dari debitur.
Pendapatan bunga kredit untuk kredit non- performing diakui sebagai pendapatan
bunga kredit dalam penyelesaian yang tidak dicatat dalam laporan laba/rugi, akan
tetapi dicatat dalam tagihan kontingensi.
Menururt Fahmi, dkk (2010:80), “Kredit bermasalah adalah bentuk
ketidakmampuan suatu perusahaan, institusi, lembaga maupun pribadi dalam
menyelesaikan kewajiban-kewajiban secara tepat waktu baik pada saat jatuh tempo
maupun sesudah jatuh tempo dan itu semua sesuai dengan aturan dan kesepakatan
yang berlaku”.
Dalam hal ini pihak yang diberikan pinjaman harus berusaha menyelesaikan
kewajiban sesuai dengan ketentuan yang berlaku sesuai kesepakan bersama.
18
Kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) menurut ketentuan BI
merupakan rasio yang menggambarkan tingkat tertentu total kredit bermasalah (kredit
dalam perhatian khusus, kredit kurang lancar, kredit diragukan, dan kredit macet)
Rumus perhitungan NPL adalah sebagai berikut :
Total Kredit macet
Rasio NPL = x 100%
Total kredit
2.3.1. Faktor-faktor Penyebab Kredit Bermasalah/Non Performing Loan (NPL)
Beberapa faktor penyebab kredit bermasalah/non performing loan (NPL),
menurut Ismail (2010:222) antara lain faktor internal bank, faktor dari debitur dan
fakotro ekternal bank, yaitu:
1. Faktor dari debitur
Beberapa faktor dari debitur yang dapat memyebabkan kredit bermasalah,
antara lain :
a. Debitur dengan sengaja tidak melakukan pembayaran angsuran kepada
bank, karena nasabah tidak memiliki kemauan dalam memenuhi
kewajiban.
b. Debitur melakukan ekspansi terlalu besar, sehingga dana yang
dibutuhkan terlalu besar. Hal ini akan memiliki dampak terhadap
keuangan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan modal kerja.
19
c. Penyelewengan yang dilakukan nasabah dengan menggunakan dana
kredit tersebut tidak sesuai dengan tujuan penggunaan (side streaming).
2. Faktor Internal Bank
Beberapa faktor penyebab kredit bermasalah yang berasal dari internal bank
tersebut, antara lain :
a. Analisis yang dilakukan oleh pejabat bank kurang tepat, sehingga tidak
dapat memprediksi apa yang akan terjadi dalam kurun waktu selama
jangka waktu kredit.
b. Adanya kolusi antara pejabat bank yang menangani kredit dan nasabah,
sehingga bank memutuskan kredit yang seharusnya diberikan.
c. Keterbatasan pengetahuan pejabat bank terhadap jenis usaha debitur,
sehingga dapat melakukan analisis kredit dengan cepat dan akurat.
d. Campur tangan terlalu besar dari pihak terkait,misalkan komisaris,
Direktur bank sehingga petugas tidak independen dalam memutuskan
kredit.
e. Kelemahan dalam melakukan pembinaan dan monitoring kredit.
3. Faktor dari ekternal bank
Beberapa faktor luar dari internal dan ekternal yang dapat memyebabkan
kredit bermasalah, antara lain :
a. Pengaruh inflasi dan kurs.
b. Kebijakan pemerintah dan Bank Indonesia.
c. Bencana alam.