bab ii landasan teori 2.1 penelitian terdahulurepository.untag-sby.ac.id/795/4/bab ii.pdf · kata...

24
11 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang telah diteliti oleh Febrianti Arum Cahyaningtyas pada tahun 2015, yang merupakan alumni mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Jurusan Sastra Jepang, dengan judul „Analisis Makna dan Penggunaan Kata Ganti Orang Pertama Pada Novel Saiunkoku Monogatari Volume I‟ memaparkan hasil sebagai berikut: 1. Makna yang terkandung dalam kata ganti orang pertama (daimeishi jishou/ 代名詞自称 ) adalah pada kanti ganti orang pertama bentuk tunggal memiliki makna „aku‟, menunjuk kepada diri sendiri atau pembaca. Sedangkan pada kata ganti orang pertama bentuk jamak memiliki makna „kita‟, menunjuk kepada diri sendiri atau si pembaca dan orang lain. 2. Penggunaan dari kata ganti orang pertama (daimeishi jishou/ 代名詞 自称) adalah : a. Watashi (わたし) dapat digunakan oleh perempuan dan laki-laki dalam situasi formal maupun tidak formal. b. Ore () dapat digunakan oleh laki-laki dalam situasi tidak formal atau saat berbicara dengan teman sebaya atau yang di bawah status pembicara. c. Watakushi ( わたくし ) dapat digunakan oleh laki-laki dan perempuan tetapi pada situasi yang sangat formal atau saat berbicara dengan orang yang memiliki status tinggi. d. Washi (わし) digunakan oleh laki-laki yang berusia lanjut usia atau kakek-kakek pada situasi tidak formal atau saat berbicara dengan teman sebaya dan orang yang di bawah status pembicara.

Upload: others

Post on 01-Nov-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulurepository.untag-sby.ac.id/795/4/BAB II.pdf · Kata ini menunjukkan waktu lampau. d. Berperan untuk mengutarakan jarak antara cerita

11

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang telah diteliti oleh Febrianti Arum

Cahyaningtyas pada tahun 2015, yang merupakan alumni mahasiswa

Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Jurusan Sastra Jepang, dengan judul

„Analisis Makna dan Penggunaan Kata Ganti Orang Pertama Pada Novel

Saiunkoku Monogatari Volume I‟ memaparkan hasil sebagai berikut:

1. Makna yang terkandung dalam kata ganti orang pertama (daimeishi

jishou/代名詞自称 ) adalah pada kanti ganti orang pertama bentuk

tunggal memiliki makna „aku‟, menunjuk kepada diri sendiri atau

pembaca. Sedangkan pada kata ganti orang pertama bentuk jamak

memiliki makna „kita‟, menunjuk kepada diri sendiri atau si pembaca

dan orang lain.

2. Penggunaan dari kata ganti orang pertama (daimeishi jishou/代名詞

自称) adalah :

a. Watashi (わたし) dapat digunakan oleh perempuan dan laki-laki

dalam situasi formal maupun tidak formal.

b. Ore (俺) dapat digunakan oleh laki-laki dalam situasi tidak formal

atau saat berbicara dengan teman sebaya atau yang di bawah status

pembicara.

c. Watakushi ( わたくし ) dapat digunakan oleh laki-laki dan

perempuan tetapi pada situasi yang sangat formal atau saat

berbicara dengan orang yang memiliki status tinggi.

d. Washi (わし) digunakan oleh laki-laki yang berusia lanjut usia atau

kakek-kakek pada situasi tidak formal atau saat berbicara dengan

teman sebaya dan orang yang di bawah status pembicara.

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulurepository.untag-sby.ac.id/795/4/BAB II.pdf · Kata ini menunjukkan waktu lampau. d. Berperan untuk mengutarakan jarak antara cerita

12

e. Jibun (自分) digunakan oleh laki-laki dan perempuan. Dalam novel

digunakan saat berbicara dengan orang yang dekat atau yang berada

di bawahnya.

f. Yo (余 ) adalah kata ganti orang pertama untuk kaisar yang

digunakan dalam situasi formal dan non formal.

g. Washira (わしら) memiliki makna „kita‟, menunjuk pembicara

yang merupakan laki-laki yang berusia lanjut dan orang lain.

h. Jibuntachi (自分たち) digunakan oleh laki-laki dan perempuan

sebagai kata ganti orang pertama bentuk jamak. Dalam novel

digunakan pada kalimat bukan percakapan.

i. Watashitachi ( わ た し た ち ) digunakan oleh laki-laki dan

perempuan pada situasi formal maupun non formal.

j. Watakushitachi (わたくしたち ) dalam novel dipakai oleh

perempuan dan digunakan untuk berbicara dengan orang yang

memiliki status yang lebih tinggi.

Perbedaan dalam penelitian ini adalah penelitian ini lebih

menitik beratkan untuk meneliti kata ganti orang pertama yang digunakan

dalam bahasa lama atau pada jaman dahulu yaitu kata Washi dan Ora.

2.2 Mukashibanashi

Mayer (1989) menjelaskan bahwa mukashibanashi merupakan

kisah yang ditulis secara indah berdasarkan karakter dan kejadian fiktif.

Cerita-cerita bersejarah, umumnya dipercaya sebagai kisah nyata, atau

dikenal juga dengan sebutan densetsu atau legenda. Baik

mukashibanashi dan densetsu adalah bagian dari tradisi bercerita yang

diwariskan secara turun-temurun. Dongeng rakyat yang bermula dari

pemikiran rakyat biasa, mencakup banyak ekspresi nilai hidup, kebajikan

dan keindahan budaya.

Dongeng tergolong sangat sederhana di antara bentuk narasi

cerita rakyat lainnya dan hanya diturunkan dari generasi ke generasi.

Dongeng seringkali menyertakan elemen-elemen dan tema tertentu

seperti binatang nakal, kejadian-kejadian janggal, laki- laki tua baik hati

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulurepository.untag-sby.ac.id/795/4/BAB II.pdf · Kata ini menunjukkan waktu lampau. d. Berperan untuk mengutarakan jarak antara cerita

13

dan yang jahat, berbaliknya peruntungan secara tiba-tiba, dan lainnya.

Belum lagi nilai artistik yang relatif tinggi, tidak hanya menceritakan

sebuah legenda atau budaya, tapi juga menceritakan lagu, peribahasa,

resep masakan, kerajinan tangan, cara bercocok tanam, pengetahuan

alam dan cara pandang sebuah budaya.

Menurut Matsura (1986 ; 1176) Mukashibanashi adalah istilah

dongeng Jepang yang merupakan cerita rakyat yang biasanya diceritakan

pada anak-anak. Kinoshita Junji (1969 ; 19) mengemukakan istilah

Mukashibanashi yang sering digunakan oleh ahli foklor untuk menyebut

cerita rakyat diambil dari kata pembuka (cara bercerita) cerita rakyat

tersebut. Cerita-cerita tersebut selalu dimulai dengan kalimat “Mukashi,

aru tokoro ni....,”

Irianti (1992 ; 26-27) mengemukakan ciri-ciri Mukashibanashi

sebagai berikut :

a. Bukan merupakan cerita nyata, dan lahir dari daya khayal yang

bersifat fiktif.

b. Diceritakan tanpa dihubung-hubungkan dengan keistimewaan

suatu tempat manusia.

c. Diceritakan dengan menggunakan kata keterangan waktu yang

tetap, yaitu mukashi. Kata ini menunjukkan waktu lampau.

d. Berperan untuk mengutarakan jarak antara cerita nyata dan cerita

khayal.

e. Biasanya diakhiri dengan kalimat, seperti “Shiawase ni

kurashimashita”.

f. Kata-kata yang digunakan adalah kata/bahasa kehidupan sehari-

hari.

2.3 Semantik (Imiron)

Kata semantik berasal dari bahasa Yunani yaitu sema yang

artinya „menandai‟ atau „melambangkan‟. Chaer (1995:2) mengungkapkan

bahwa semantik dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna atau arti,

yaitu salah satu dari tiga tatatan bahasa fonologi, morfologi, dan semantik.

Objek studi semantik berupa makna bahasa seperti kata, frasa, klausa,

kalimat, dan wacana.

Dalam Bahasa Jepang, semantik disebut dengan Imiron. Menurut

Hiejima (1991:3) Imiron adalah :

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulurepository.untag-sby.ac.id/795/4/BAB II.pdf · Kata ini menunjukkan waktu lampau. d. Berperan untuk mengutarakan jarak antara cerita

14

「意味論は語句や文の意味の研究と定義される。意味の問題は、

確かに物理主義的方法あるいは客観的方法で取り扱うには余りにも

困難な面が多すぎたことは否定できない事実である。意味の問題は、

間違いなく本来客観的であるというよりは、むしろ主観的であると

いえよう。なぜなら、語や文やは人間が日常使用するものであり、

個人によってそれらの意味には差異が生ずるものだからである。」

/imiron wa goku ya bun no imi no kenkyuu to teigisareru. Imi no

mondai wa, tashika ni butsuri shugiteki houhou arui wa kyakukanteki

houhou de toriatsukau ni wa amari ni mo konnan na men ga oosugita koto

wa hitei dekinai jijitsu de aru. Imi no mondai wa, machigainaku honrai

kyakukanteki de aru to ie you. Nazenara, go ya bun ya ningen ga nichijou

shiyou suru mono de ari, kojin ni yotte sorera no imi ni wa sai ga

shouzuru mono da kara de aru./

“Semantik adalah ilmu yang mempelajari makna dari kata, frase dan

kalimat. Masalah makna, pastinya apabila melihat sebuah makna dengan

sudut pandang secara objektif maupun secara fisik, banyak hal yang

berbeda dan tidak sesuai. Masalah makna adalah, tidak salah lagi, daripada

memandang secara objektif, lebih bisa dikatakan lebih baik secara

subjektif. Hal ini dikarenakan kata dan kalimat merupakan sesuatu yang

digunakan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari dan dari segi setiap

individu akan muncul makna-makna yang berbeda antara yang satu

dengan yang lainnya. “

2.4 Ruigigo (Sinonim)

Ruigigo dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan sebutan sinonim.

Menurut Pateda (1988) sinonim adalah kata-kata yang sama maknanya.

Secara semantik, Verhaar dalam Chaer (2002 : 82) mendefinisikan

sinonim sebagai ungkapan (bisa berupa kata, frase, atau kalimat) yang

maknanya kurang lebih sama dengan makna ungkapan lain.

Sementara menurut Kridalaksana (1982: 154), sinonim ialah

bentuk bahasa yang maknanya mirip atau sama dengan bentuk lain,

kesamaan itu berlaku bagi kata, kelompok kata atau kalimat, walapun pada

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulurepository.untag-sby.ac.id/795/4/BAB II.pdf · Kata ini menunjukkan waktu lampau. d. Berperan untuk mengutarakan jarak antara cerita

15

umumnya yang dianggap sinonim hanyalah kata-kata saja. Parera (2004 :

61) menyatakan bahwa sinonim ialah dua ujaran, apakah ujaran dalam

bentuk morfem terikat, kata, frase, atau kalimat yang menunjukkan

kesamaan makna.

Sejalan dengan pendapat di atas, Chaer (1994 : 249)

mengemukakan bahwa sinonim adalah hubungan semantik yang

menyatakan adanya kesamaan makna antara satu satuan ujaran dengan

satuan ujaran lainnya.

Menurut Kindaichi Haruhiko dalam Gendai Shinkokugo Jiten

bahwa ruigigo adalah:

「意味がよく似ている二つ以上の単語。類語。」

/imi ga yoku niteiru futatsu ijou no tango. Ruigo./

„Dua kata atau lebih yang memiliki makna yang mirip. Kata yang

sejenis.

Kemudian menurut Tosaku (1991) ruigigo adalah:

「意味の似かよった言葉。類語。」

/imi no ni kayotta kotoba. Ruigo./

„Kata yang maknanya hampir sama. Kata yang sejenis‟

Dalam Seiko Denchijiten dijelaskan bahwa ruigigo adalah:

「意義の類似する言葉。類語。」

/igi no ruijisuru kotoba. Ruigo./

„kata yang memiliki kemiripan makna. Kata yang sejenis‟

Sementara Iwabuchi (Sudjianto dan Dahidi, 2004: 114)

mengemukakan bahwa ruigigo adalah beberapa kata yang berbeda namun

memiliki makna yang sangat mirip.

Berdasarkan beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa

yang dimaksud dengan ruigigo adalah dua kata atau lebih yang memiliki

makna yang sama atau mirip.

Contoh : 上がる = 登る = 乗る

/agaru/ /noboru/ /noru/

Ketiga kosa kata di atas memiliki makna yang sama yaitu “naik”

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulurepository.untag-sby.ac.id/795/4/BAB II.pdf · Kata ini menunjukkan waktu lampau. d. Berperan untuk mengutarakan jarak antara cerita

16

2.5 Hinshi (Kelas Kata)

Yang dimaksud dengan hinshi 品詞 adalah sebagai berikut : Bahasa

merupakan materi dari kalimat dan berfungsi tetap dalam membangun

kalimat. Hal yang membagi jenis kata berdasarkan perbedaan fungsi inilah

yag disebut dengan hinshi. (Masuoka dan Takubo, 1993:4)

Murakami dalam Dahidi (2004:50) membagi kata tango 単語 dalam

bahasa jepang menjadi dua kelompok besar, yaitu: jiritsugo 自立語 dan

fuzokugo 付属語.

1. Jiritsugo 自立語 adalah kelompok kata yang berdiri sendiri dan

mempunyai makna

2. Fuzokugo付属語 adalah kelompok kata yang tidak dapat berdiri sendiri,

akan bermakna dan berfungsi bila bergabung dengan kata lain

Menurut Toshihiro (2004:3) yang dimaksud dengan hinshi品詞 adalah

pengklasifikasian kata yang dilakukan berdasarkan tiga hal berikut:

1. Bisa berdiri sendiri atau tidak. Yang termasuk fuzokugo付属語 adalah

joshi助詞 dan jodoushi助動詞, selain itu termasuk jiritsugo自立語

2. Ada atau tidaknya konjugasi. Yang mengalami konjugasi atau

perubahan bentuk kata adalah doushi 動詞 , keiyoushi 形容詞 , dan

keiyoudoushi 形容動詞 . Meishi 名詞 tidak termasuk, karena tidak

mengalami perubahan bentuk kata

3. Bentuk konjugasi atau fungsi dalam kalimat. Hanya ada pada jiritsugo

自立語

Pembagian kelas kata atau Hinshi Bunrui menurut Kokugo Daijiten

dibagi menjadi sepuluh jenis kata, yaitu:

1. Doushi 動詞 atau verba atau kata kerja yang mengalami perubahan

bentuk kata dan merupakan bentuk dasar/kamus yang diakhiri dengan

huruf u.

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulurepository.untag-sby.ac.id/795/4/BAB II.pdf · Kata ini menunjukkan waktu lampau. d. Berperan untuk mengutarakan jarak antara cerita

17

Verba bahasa Jepang digolongkan ke dalam 3 kelompok berikut:

a) Kelompok I

Godan doushi 五段動詞 , karena mengalami perubahan dalam

lima deretan bunyi bahasa Jepang, yaitu A,I,U,E,O.

Cirinya yaitu verba yang berakhiran dengan akhiran (gobi) huruf

U, TSU, RU, KU, GU, MU, NU, BU, SU

Contoh :

買う /kau/ Membeli

勝つ /katsu/ Menang

知る /shiru/ Mengetahui

書く /kaku/ Menulis

泳ぐ /oyogu/ Berenang

読む /yomu/ Membaca

死ぬ /shinu/ Mati

飛ぶ /tobu/ Terbang

話す /hanasu/ Berbicara

b) Kelompok II

Ichidan doushi 一段動詞 , karena perubahannya terjadi pada

suatu deretan bunyi saja.

Ciri utamanya verba yang berakhiran dengan suara ERU atau

disebut Kami-Ichidan Doushi dan IRU atau disebut Shimo-Ichidan

Doushi

Contoh:

ERU => 食べる /taberu/ Makan

IRU => 借りる /kariru/ Meminjam

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulurepository.untag-sby.ac.id/795/4/BAB II.pdf · Kata ini menunjukkan waktu lampau. d. Berperan untuk mengutarakan jarak antara cerita

18

c) Kelompok III

Henkaku doushi変革動詞 yaitu verba yang perubahannya tidak

beraturan dan hanya terdiri dari dua verba

Contoh:

来る /kuru/ Datang

する /suru/ Melakukan

2. Keiyoushi 形容詞 atau adjektiva yang bisa disebut juga dengan i-

keiyoushi karena diakhiri dengan huruf i dan mengalami perubahan

bentuk kata.

Contoh :

新しい /atarashii/ Baru

寒い /samui/ Dingin

暑い /atsui/ Panas

暖かい /atatakai/ Hangat

高い /takai/ Tinggi, Mahal

3. Keiyoudoushi 形容動詞 atau adjektiva yang bisa disebut juga dengan

na-keiyoushi. Contoh :

きれいな女の人 /kirei na onna no hito/ Perempuan yang cantik

上手な男の子 /jouzu na otoko no ko/ Anak laki-laki yang pandai

4. Meishi 名詞 atau nomina atau kata benda yang tidak mengalami

perubahan bentuk kata dan bisa digabung dengan kata benda lain dengan

menggabungkan partikel no. Contoh:

車 /kuruma/ Mobil

家 /ie/ Rumah

本 /hon/ Buku

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulurepository.untag-sby.ac.id/795/4/BAB II.pdf · Kata ini menunjukkan waktu lampau. d. Berperan untuk mengutarakan jarak antara cerita

19

5. Rentaishi 連体詞 atau prenomina, yaitu kata yang menerangkan kata

lain. Rentaishi tidak mengalami perubahan bentuk kata dan tidak bisa

menjadi subjek.

Contoh :

この /kono/ ini

その /sono/ itu (dekat)

あの /ano/ itu (jauh)

6. Fukushi 副詞 atau adverbia, yaitu kata yang berfungsi sebagai kata

keterangan untuk predikat (yougen) dan tidak mengalami perubahan

bentuk kata.

Contoh :

ずっと /zutto/ terus menerus

とても /totemo/ sangat

ぜんぜん /zenzen/ sama sekali

もちろん /mochiron/ pasti

7. Setsuzokushi 接続詞 atau konjungsi, yaitu kata yang berfungsi untuk

menyatakan hubungan antar kalimat atau bagian kalimat atau frase

dengan frase dan tidak mengalami perubahan bentuk kata.

Contoh :

そして /soshite/ kemudian

しかし /shikashi/ tetapi

でも /demo/ tetapi

それから /sorekara/ kemudian

ですから /desukara/ karena

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulurepository.untag-sby.ac.id/795/4/BAB II.pdf · Kata ini menunjukkan waktu lampau. d. Berperan untuk mengutarakan jarak antara cerita

20

8. Kandoushi感動詞 atau interjeksi, yaitu kata yang menyatakan ekspresi,

perasaan, cara memanggil, cara menjawab, dan sebagainya dan tidak

mengalami perubahan bentuk kata.

Contoh :

へえ?! /hee?!/ (ungkapan saat terkejut)

うーん /uun/ (ungkapan saat berfikir)

えーと /eeto/ (ungkapan saat berfikir)

くそ! /kuso!/ (ungkapan saat sedang kesal)

ねえ /nee/ (ungkapan saat memanggil seseorang)

9. Jodoushi助動詞 atau verba bantu, yaitu kata yang tidak dapat berdiri

sendiri, melekat pada kata yang lain dan mengalami perubahan bentuk

kata.

Contoh : 来る berubah

menjadi 来ない untuk negatif,

menjadi 来た untuk lampau,

menjadi来なかった untuk negatif lampau,

menjadi 来られる untuk dapat,

menjadi 来よう untuk bermaksud,

menjadi 来られる untuk bentuk pasif,

menjadi 来させる untuk menyuruh,

menjadi 来れば untuk pengandaian,

menjadi 来い untuk perintah,

menjadi 来て untuk kata sambung,

menjadi 来たい untuk ingin

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulurepository.untag-sby.ac.id/795/4/BAB II.pdf · Kata ini menunjukkan waktu lampau. d. Berperan untuk mengutarakan jarak antara cerita

21

10. Joshi助詞 atau partikel, yang mana bila kata ini terpisah dengan kata

yang lain, maka tidak akan memiliki arti dan berfungsi untuk

menyambung antar kata.

Contoh :

は yang menempel pada subjek

の yang digunakan untuk menggabungkan dua kata dan menunjukkan

kepemilikan

に yang digunakan untuk menunjuk tempat atau seseorang

で yang digunakan untuk menunjuk tempat atau dengan alat

が yang digunakan untuk menunjukkan keadaan dari subjek

を yang menempel sebelum kata kerja

2. 6 Meishi

2.6.1. Pengertian Meishi

Dilihat dari huruf kanjinya, kata meishi terdiri dari dua huruf

kanji, yaitu yang pertama adalah huruf kanji 名 yang dibaca mei,

dan na yang berarti nama. Sedangkan huruf kanji yang kedua adalah

huruf kanji 詞 yang dibaca shi yang berarti kata. Jadi meishi dapat

diartikan sebagai kata nama (benda), yang mempunyai ciri-ciri

dapat berdiri sendiri, tidak mengenal konjugasi (perubahan), dan

menjadi subjek atau objek dalam kalimat (Situmorang, 2007 : 14).

Menurut Sultan Takdir Alisyahbana (1986 : 79) dalam

bukunya Tata Bahasa Baku Indonesia menyatakan :

“Kata benda adalah nama daripada benda atau segala sesuatu

yang dibendakan”

Kata benda tersebut biasanya dapat berfungsi sebagai subjek

atau objek dari klausa, yang dipadankan dengan orang, benda, atau

hal lain yang dibendakan dalam alam di luar bahasa (Kridalaksana

dalam Sudjianto, 1996 : 34).

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulurepository.untag-sby.ac.id/795/4/BAB II.pdf · Kata ini menunjukkan waktu lampau. d. Berperan untuk mengutarakan jarak antara cerita

22

Dalam buku Nihongo Bunpo Keitairon (Suzuki, 1972 : 188)

dikatakan bahwa :

「単語の中には人や物や生き物、場所や時を指しめの物

があります。このような単語のことを名詞と言います。」

/tango no naka ni wa hito ya mono ya ikimono, basho ya toki

wo sashime no mono ga arimasu. Kono youna tango no koto wo

meishi to iimasu./

„Di dalam kosa kata terdapat kata yang menunjukkan waktu,

tempat, makhluk hidup, benda dan orang. Kata yang seperti ini

disebut dengan meishi‟

Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa meishi adalah

kata yang menunjukkan nama, benda, tempat, waktu, orang, dan

lain-lain.

Motojiro dalam buku Pengantar Linguistik Bahasa Jepang

(Sudjianto, 2004 : 156) mendefinisikan meishi berdasarkan ciri-

cirinya, yaitu :

1. Meishi termasuk kelas kata yang dapat berdiri sendiri (jiritsugo).

2. Meishi tidak mengalami perubahan (konjugasi). Kata-kata yang

termasuk kelompok nomina tidak mengalami perubahan

misalnya ke dalam bentuk lampau ataupun bentuk negatif.

3. Meishi dapat menjadi subjek, objek, predikat, dan adverbia.

Sehingga secara langsung dapat diikuti joshi (partikel) atau

joudoushi (verba bantu). Nomina yang diikuti joshi dan nomina

yang diikuti joudoushi dapat membentuk sebuah bunsetsu

(kalimat).

4. Meishi atau nomina dalam bahasa Jepang disebut dengan taigen.

5. Meishi ialah kelas kata yang menyatakan benda atau nama benda,

tempat, orang, atau hal lain yang dibendakan baik benda konkrit

maupun abstrak.

Sakakura (1992: 143) mengatakan bahwa meishi adalah kata-

kata yang dapat digunakan untuk :

1. 「具体的なものを表す」

/gutaiteki na mono wo arawasu/

‘menunjukkan hal yang kongkrit.‟

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulurepository.untag-sby.ac.id/795/4/BAB II.pdf · Kata ini menunjukkan waktu lampau. d. Berperan untuk mengutarakan jarak antara cerita

23

Contoh : 水 /mizu/ air

雪 /yuki/ salju

雨 /ame/ hujan

2.「抽象的事からを表す」

/chuushouteki koto kara wo arawasu/

„menunjukkan hal yang bersifat abstrak.‟

Contoh : 昔 /mukashi/ jaman dahulu

信頼 /shinrai/ kepercayaan

3. 「特定の土地や年号や人名などを表す」

/tokutei no touchi ya nengou ya jinmei nado wo arawasu/

„menunjukkan nama tempat, zaman, dan nama orang yang

spesifik.‟

Contoh : 大阪 /oosaka/ Osaka

江戸 時代 /edo jidai/ Jaman Edo

奥山さん /okuyama san/ Tuan Okuyama

2.6.2. Jenis-Jenis Meishi

Pendapat mengenai jenis meishi belumlah seragam. Di

antaranya ada yang menyatakan bahwa meishi dibagi menjadi

empat macam, tetapi ada pula yang membaginya menjadi lima

macam. Seperti Murakami Motojiro dalam Sudjianto (2004 : 37),

membagi meishi menjadi lima macam, yakni futsuu meishi, koyuu

meishi, daimeishi, suushi, dan keishiki meishi.

Sedangkan Uehara Takeshi dalam Sudjianto (2004 : 37),

membaginya menjadi empat macam yakni futsuu meishi, koyuu

meishi, suushi, dan keishiki meishi. Ia menganggap daimeishi

berdiri sendiri sebagai satu kelas kata, tidak sebagai satu bagian

dari meishi. Di pihak lain, Nagayama Isami membagi meishi

menjadi futsuu meishi, koyuu meishi, daimeishi, dan suushi.

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulurepository.untag-sby.ac.id/795/4/BAB II.pdf · Kata ini menunjukkan waktu lampau. d. Berperan untuk mengutarakan jarak antara cerita

24

Nagama Isami tidak memasukkan keishiki meishi sebagai salah

satu jenis meishi, sebab ia mengelompokkan jenis itu ke dalam

futsuu meishi.

Sakakura (1992: 143) membagi meishi menjadi empat

jenis. Pembagian meishi tersebut yaitu :

1. Futsuu meishi, yaitu nomina yang menyatakan nama-nama benda,

barang, peristiwa, dan sebagainya yang bersifat umum.

Contoh: 本 /hon/ buku

靴 /kutsu/ sepatu

携帯電話 /keitai denwa/ ponsel

2. Keishiki meishi, yaitu nomina yang menerangkan fungsinya

secara formalitas tanpa memiliki hakekat atau arti yang

sebenarnya.

Contoh: こと /koto/ hal, tentang

ばかり /bakari/ selalu, melulu

くらい /kurai/ kira-kira, seperti

3. Suushi, yaitu nomina yang menyatakan bilangan, jumlah,

kuantitas, dan urutan.

Contoh: 一つ /hitotsu/ sebuah

一人 /hitori/ sendiri

一回 /ikkai/ sekali

一度 /ichido/ sekali

4. Daimeishi, yaitu kata-kata yang dipakai sebagai pengganti nama

orang, benda, tempat, dan sebagainya.

Contoh : わたし /watashi/ saya

あなた /anata/ kamu

彼 /kare/ dia (laki-laki)

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulurepository.untag-sby.ac.id/795/4/BAB II.pdf · Kata ini menunjukkan waktu lampau. d. Berperan untuk mengutarakan jarak antara cerita

25

Tomita (1992: 4) menjelaskan bahwa kata ganti daimeishi

ialah kata benda yang berfungsi untuk mewakili kata benda biasa

dan kata benda khusus. Daimeishi dibagi menjadi empat sesuai

dengan yang diwakilkan, yaitu :

a. Kata ganti penunjuk barang (daimeishi mono o sasu 代名詞物を

指す), yaitu kata ganti yang mewakili kepemilikan barang.

Contoh: あの /ano/ itu

この /kono/ ini

その /sono/ itu

b. Kata ganti penunjuk tempat (daimeishi basho o sasu 代名詞場所

を指す), yaitu kata ganti yang mewakili kata tempat.

Contoh : ここ /koko/ di sini

そこ /soko/ di situ

あそこ /asoko/ di sana

c. Kata ganti penunjuk arah (daimeishi houkou o sasu 代名詞方向

を指す), yaitu kata ganti yang mewakili kata benda penunjuk

arah.

Contoh : こちら /kochira/ di sebelah sini

そちら /sochira/ di sebelah situ

あちら /achira / di sebelah sana

d. Kata ganti orang (daimeishi hito o sasu 代名詞人を指す), yaitu

kata benda yang berfungsi menggantikan kata orang.

Contoh : わたし /watashi/ saya

あなた /anata/ kamu

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulurepository.untag-sby.ac.id/795/4/BAB II.pdf · Kata ini menunjukkan waktu lampau. d. Berperan untuk mengutarakan jarak antara cerita

26

彼 /kare/ dia (laki-laki)

私たち /watashitachi/ kami, kita

あなたたち /anatatachi/ kalian

Tanaka (1990 : 81) berpendapat daimeishi adalah :

「人や事物の名を言う代わり、それらを直接に指して

言う言葉を 代名詞といいます。代名詞には人指し示す人称

代名詞と事物の場所・ 方向を指し示す指示代名詞とがあり

ます。」

/hito ya jibutsu no na wo iu kawari, sorera wo chokusetsu ni

sashite iu kotoba wo daimeishi to iimasu. Daimeishi ni wa hito sashi

shimesu ninshou daimeishi to jibutsu no basho / houkou wo sashi

shimesu daimeishi to ga arimasu./

„Yang disebut daimeishi adalah kata yang menunjukkan

secara langsung penggantian kata penunjuk orang dan benda. Dalam

daimeishi yang menunjukkan orang disebut ninshou daimeishi (kata

ganti orang) dan yang menunjukkan tempat benda atau arah disebut

dengan shiji daimeishi (kata ganti tunjuk)‟

Berdasarkan pengertian daimeishi di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa daimeshi berfungsi sebagai kata penunjuk orang

yang disebut dengan ninshou daimeishi. Dan, sebagai kata penunjuk

tempat atau arah yang disebut dengan shiji daimeishi.

Sudrajat (2005: 2) dan Yoshio (1982: 113) menyebutkan

bahwa kata ganti orang dibagi menjadi 3, yaitu :

a. Kata ganti orang pertama (daimeishi jishou/daimeishi ninshou

代名詞自称), yaitu kata benda yang menunjuk orang pertama

atau pembicara sendiri atau diri sendiri. Memiliki makna “aku”

untuk kata ganti orang pertama tunggal.

Contoh : 私 /watashi/ saya (formal)

俺 /ore/ aku (non formal)

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulurepository.untag-sby.ac.id/795/4/BAB II.pdf · Kata ini menunjukkan waktu lampau. d. Berperan untuk mengutarakan jarak antara cerita

27

僕 /boku/ aku (non formal)

わし /washi/ aku (orang tua)

吾輩 /wagahai/ aku (orang tua bangsawan)

b. Kata ganti orang kedua (daimeishi taishou/daininshou 代名詞

対 象 ), yaitu kata ganti benda yang berfungsi untuk

menggantikan orang kedua atau lawan bicara. Memiliki makna

“kamu” untuk kata ganti orang kedua tunggal.

Contoh: あなた /anata/ kamu (formal)

君 /kimi/ kamu (non formal)

お前 /omae/ kamu (non formal, kasar)

貴様 /kisama/ kamu (non formal, kasar)

c. Kata ganti orang ketiga (daimeishi tashou/daisanshou 代名詞

多 少 ), yaitu kata ganti benda yang berfungsi untuk

menggantikan orang ketiga atau orang lain yang dibicarakan.

Memiliki makna “dia” untuk kata ganti orang ketiga tunggal.

Contoh: 彼 /kare/ dia (laki-laki)

彼女 /kanojo/ dia (perempuan)

2.7 Jishou Daimeishi

Sudjianto (2007:80) menjelaskan bahwa dalam bahasa Jepang

terdapat berbagai macam jishou daimeishi atau pronomina persona yang

dipakai secara berbeda berdasarkna siapa penuturnya, siapa lawan

bicaranya, situasi, atau kapan pembicara itu terjadi. Jishou ialah

pronomina persona yang dipergunakan untuk menunjuk diri sendiri, dalam

bahasa Indonesia dapat berarti pronomina persona pertama atau ada juga

yang menyebutnya kata ganti orang kesatu atau si pembicara (Sudjianto,

1996: 43). Dalam kelompok pronomina persona pertama dipakai kata

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulurepository.untag-sby.ac.id/795/4/BAB II.pdf · Kata ini menunjukkan waktu lampau. d. Berperan untuk mengutarakan jarak antara cerita

28

watashi, watakushi, atashi, boku, ore, washi, ora, oira, jibun, ware, dan

wagahai. Tetapi hendaknya seorang penutur diharuskan mampu memilih

jishou daimeishi secara tepat sesuai dengan status dan identitas diri

sendiri dan memperhatikan hubungan jabatan/kedudukan antara pembicara

dan lawan bicara (Kindaichi, 1990 : 160).

Watashi termasuk ragam standar dan netral yang biasa dipakai,

baik oleh pria maupun wanita untuk menunjukkan diri sendiri. Watashi

dapat dipakai oleh atasan terhadap bawahan atau sebaliknya. Sebagai kata

yang lebih halus dari watashi adalah watakushi yang juga dipakai secara

netral baik oleh pria maupun wanita.

Boku dan ore termasuk pada ragam bahasa pria yang dipakai pada

situasi tidak resmi terhadap orang yang sederajat, teman sebaya yang

akrab atau terhadap bawahan. Kedua kata ini jarang dipakai terhadap

atasan. Kata ware memiliki makna yang lebih kuat daripada watashi,

watakushi, ore, ataupun boku. Kata ware sering digunakan oleh penutur

pria dalam bentuk jamak wareware. Kata washi yang dipakai hanya oleh

pria. Kata washi dan ware digunakan oleh laki-laki yang sudah tua (Putri

& Santoso, 2016:84). Wagahai juga memiliki makna yang sama, tetapi

bahasa ini sudah jarang digunakan.

2.8 Washi

Washi merupakan kata untuk mengungkapkan penutur yang

menjelaskan bahwa ia adalah orang tua. Jika ada anak muda yang berkata

washi maka akan terkesan konyol. Dalam logat Kansai, biasa disingkat

wai (Putri dan Santoso, 2016:124).

Menurut pendapat Makino, washi merupakan kata ganti orang

pertama tunggal yang dgunakan oleh laki-laki yang sudah berusia lanjut

atau tua. Biasanya digunakan dalam situasi tidak formal, misal saat

berbicara dengan teman atau orang yang statusnya berada di bawah.

Dalam Kokugo Jiten, pengertian washi adalah :

「わたし。おもに男の老人が用いる。」

/watashi. Omoni otoko no roujin ga mochi iru./

„Saya. Seringnya digunakan oleh pria tua‟

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulurepository.untag-sby.ac.id/795/4/BAB II.pdf · Kata ini menunjukkan waktu lampau. d. Berperan untuk mengutarakan jarak antara cerita

29

2.9 Ora

Pada weblio.jp, pengertian ora adalah:

「一人称。おれ。おいら。男性が用いるぞんざいな言い方の語で

あるが、近世江戸語では町人の女性も用いた。」

/ichininshou. Ore. Oira. Dansei ga mochi iru zonzai na iikata no go de aru

ga, kinsei edo go de wa chounin no josei mo mochi ita./

„Kata ganti orang pertama. Ore. Oira. Bahasa kasar yang sering digunakan

oleh pria, tapi pada Jaman Edo, wanita di kota juga menggunakannya‟

Pada Tsukaikata no Wakaru Ruigo Reikai Jiten, pengertian ora adalah :

「男性が自分をさしていうときに使う口語。」

/dansei ga jibun wo sashite iu toki ni tsukau kougo./

„Kata yang diucapkan oleh pria ketika menunjuk pada diri sendiri‟

2.10 Unsur-Unsur Konteks

Dalam setiap interaksi verbal selalu terdapat beberapa faktor (unsur)

yang mengambil peranan dalam suatu peristiwa, misalnya partisipan

(penutur dan mitra tutur), pokok pembicaraan, tempat bicara, dan lain-lain.

Faktor-faktor tersebut mendukung terwujudnya suatu wacana. Mengutip

pendapat Gillian Brown (1993:89) menyebutkan bahwa komponen-

komponen tutur yang merupakan ciri-ciri konteks ada delapan macam, yaitu

penutur, pendengar, pokok pembicaraan/topik, latar, penghubung bahasa

lisan dan tulisan, dialek/kode, bentuk pesan, dan peristiwa tutur.

1. Penutur dan Pendengar

Penutur dan pendengar yang terlibat dalam peristiwa tutur

disebut partisipan. Berkaitan dengan partisipan, yang perlu diperhatikan

adalah latar belakang (sosial, budaya, dan lain-lain). Mengetahui latar

belakang partisipan (penutur dan pendengar) pada suatu situasi akan

memudahkan untuk menginterpretasikan penuturnya. Makna wacana

tertentu akan mempunyai makna yang berbeda jika dituturkan oleh

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulurepository.untag-sby.ac.id/795/4/BAB II.pdf · Kata ini menunjukkan waktu lampau. d. Berperan untuk mengutarakan jarak antara cerita

30

penutur yang berbeda latar belakang, minat, dan perhatiannya.

Perhatikan contoh di bawah ini.

Operasi harus segera diselenggarakan.

Maksud ujaran itu akan segera dapat dipahami ketika diketahui

siapa penuturnya. Jika penuturnya seorang dokter, ujaran itu bermakna

„pembedahan‟; jika yang bertutur seorang ahli ekonomi, maknanya bisa

jadi „dropping bahan makanan ke pasar‟; jika yang berbicara penjahat,

maka artinya „perampokan atau pencurian‟; dan jika yang berbicara

polisi, maknanya berubah menjadi „razia‟. Jadi makna wacana

ditentukan oleh siapa penuturnya. Di samping itu, makna yang

terkandung dalam wacana juga sangat bergantung pada pendengarnya.

Contoh:

Kulitmu halus sekali

Jika ujaran itu diucapkan kepada anak perempuan berumur lima

tahun atau perempuan muda berumur dua puluh empat tahun atau

seorang nenek yang berumur delapan puluh tahun, akan mempunyai

pengertian yang berbeda-beda. Kepada anak berumur lima tahun atau

gadis dua puluh empat tahun, mungkin ujaran itu dia tafsirkan sebagai

pujian sedangkan jika pendengarnya nenek berumur delapan puluh tahun

maka akan ditafsirkan sebagai penghinaan.

2. Topik Pembicaraan

Dengan mengetahui topik pembicaraan, pendengar akan sangat

mudah memahami isi wacana, sebab topik pembicaraan yang berbeda

akan menghasilkan bentuk wacana yang berbeda pula. Di samping itu,

penutur akan menangkap dan memahami makna wacana berdasarkan topik

yang sedang dibicarakan.

Contoh:

Kata banting

Dalam sebuah wacana akan beragam maknanya, bergantung pada

topik pembicaraannya. Dalam bidang ekonomi berarti ‟kemurahan harga‟;

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulurepository.untag-sby.ac.id/795/4/BAB II.pdf · Kata ini menunjukkan waktu lampau. d. Berperan untuk mengutarakan jarak antara cerita

31

jika topiknya olah raga judo tentulah maknanya ‟mengangkat seseorang

dan menjatuhkannya dengan cepat‟.

3. Latar Peristiwa

Faktor lain yang mempengaruhi makna wacana adalah latar

peristiwa. Latar peristiwa dapat berupa tempat, keadaan psikologis

partisipan, atau semua hal yang melatari terjadinya peristiwa tutur. Tempat

lebih banyak berpengaruh pada peristiwa tutur lisan tatap muka,

sedangkan keadaan psikologis partisipan disamping berpengaruh pada

peristiwa tutur lisan juga banyak berpengaruh pada peristiwa tutur tulis.

Di pasar, orang akan menggunakan bahasa yang berbeda dengan di masjid

atau gereja, begitu pula dalam situasi resmi berbeda dengan situasi tidak

resmi.

Contoh:

1. Seorang pembeli di pasar menawar barang dengan menggunakan

bentuk wacana resmi dan baku.

Berapa harga sekilo gula ini, Bu?

2. Seorang Kepala Sekolah ketika berpidato dalam situasi resmi, seperti

dalam acara wisuda

Hadirin sekalian yang saya hormati. Pertama-tama, marilah kita

panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua, sehingga bisa hadir

dalam acara wisuda hari ini.

3. Ajakan dari teman sebaya, yang menggunakan bahasa tidak resmi

Hei, main yuk! Aku bosan belajar melulu

4. Nasehat seorang Ibu kepada putranya

Nak, belajarlah dengan sungguh-sungguh, agar kelak kau bisa

menjadi orang yang sukses

4. Penghubung

Penghubung adalah alat yang dipakai untuk menyampaikan topik

tutur. Untuk menyampaikan informasi, seorang penutur dapat

mempergunakan penghubung dengan bahasa lisan atau tulisan. Ujaran

lisan dapat dibedakan menjadi ujaran langsung dan tidak langsung. Ujaran

langsung terjadi dalam dialog tanpa perantara sedangkan tidak langsung

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulurepository.untag-sby.ac.id/795/4/BAB II.pdf · Kata ini menunjukkan waktu lampau. d. Berperan untuk mengutarakan jarak antara cerita

32

terjadi dengan perantara misalnya telepon. Di samping itu, ujaran lisan

dapat pula dibedakan menjadi ragam resmi dan tidak resmi.

Ujaran tulis merupakan sarana komunikasi dengan menggunakan

tulisan sebagai perantaranya. Jenis sarana seperti ini dapat berwujud

seperti surat, pengumuman, undangan, dan sebagainya. Pemilihan

penghubung tergantung pada beberapa faktor, yaitu kepada siapa ia

berbicara, dan dalam situasi bagaimana (dekat atau jauh). Dalam ujaran

tulis juga berlaku ragam resmi dan tidak resmi.

5. Kode

Kode dapat dipilih di antara salah satu dialek bahasa yang ada.

Atau bisa juga memakai salah satu ragam bahasa yang paling tepat.

Seperti bahasa yang digunakan saat tawar menawar di pasar, akan sangat

berbeda dengan bahasa yang digunakan di sekolah. Begitupun dengan

dialek ataupun bahasa daerah. Orang Jawa akan menggunakan bahasa

Jawa dengan sesama orang Jawa, dan akan menggunakan Bahasa

Indonesia dengan orang Sunda, karena bahasa Jawa dan bahasa Sunda

memiliki kode bahasa yang berbeda.

6. Bentuk Pesan

Pesan yang hendak disampaikan haruslah tepat, karena bentuk

pesan bersifat fundamental dan penting. Jika pendengarnya bersifat umum

dan dari berbagai lapisan masyarakat maka harus dipilih bentuk pesan

yang bersifat umum, sebaliknya jika pendengarnya kelompok yang

bersifat khusus atau hanya dari satu lapisan masyarakat tertentu bentuk

pesan haruslah bersifat khusus. Isi dan bentuk pesan harus sesuai karena

apabila keduanya tidak sesuai maka pesan atau informasi yang

disampaikan akan susah dicerna pendengar.

Contoh:

Menyampaikan informasi tentang ilmu alam, akan berbeda dengan

menyampaikan uraian tentang sejarah. Begitupun juga bergantung dengan

lawan tuturnya, akan sangat sulit bagi lawan tutur menerima informasi

tentang ilmu pasti di saat si lawan tutur ini sendiri menguasai ilmu sejarah.

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulurepository.untag-sby.ac.id/795/4/BAB II.pdf · Kata ini menunjukkan waktu lampau. d. Berperan untuk mengutarakan jarak antara cerita

33

7. Peristiwa Tutur

Hymes (1975:52) menyatakan bahwa peristiwa tutur sangat erat

hubungannya dengan latar peristiwa, dalam pengertian suatu peristiwa

tutur tertentu akan terjadi dalam konteks situasi tertentu. Sesuai dengan

konteks situasinya, suatu peristiwa tutur akan lebih tepat menggunakan

bahasa yang satu sedangkan peristiwa tutur yang lain lebih cocok

menggunakan bahasa yang lain. Peristiwa tutur tersebut dapat menentukan

bentuk dan isi wacana yang akan dihasilkan.

Wacana yang dipersiapkan untuk pidato akan berbeda bentuk dan

isinya dengan wacana untuk seminar. Begitu juga dengan peristiwa tutur

yang terjadi pada olah raga sepak bola yang diadakan di kampung RT/RW

akan berbeda bentuk dan isinya dengan olah raga sepak bola yang

diadakan untuk olimpiade.

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulurepository.untag-sby.ac.id/795/4/BAB II.pdf · Kata ini menunjukkan waktu lampau. d. Berperan untuk mengutarakan jarak antara cerita

34