bab ii landasan teori 2.1 deskripsi teoretik supervisi...
TRANSCRIPT
13
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Deskripsi Teoretik Supervisi Kunjungan Kelas
Supervisi pendidikan penting bagi dunia
pendidikan, di mana supervisi pendidikan untuk
memastikan efektivitas dan produktivitas
program pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Alasan yang mendasari akan arti pentingnya
supervisi pendidikan yaitu adanya suatu
perkembangan kurikulum, yang senantiasa
menjadi indikator kemajuan pendidikan.
Kurikulum yang digunakan juga membutuhkan
penyesuaian-penyesuaian secara terus-menerus.
Guru-guru diharuskan mengembangkan
kreativitas mereka agar kurikulum terlaksana
dengan baik dan pengembangan personel,
pegawai, atau karyawan adalah upaya yang
tidak mengenal kata henti dalam organisasi
(Asmani, 2013: 27-28). Hal ini dapat penulis
artikan bahwa pentingnya supervisi pendidikan
berdasarkan dua alasan tersebut sangat tepat,
mengingat perkembangan pendidikan di
Indonesia selalu mengalami perubahan, mulai
dari kurikulum CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif),
KBK (Kurikulum berbasis Kompetensi, yang
kemudian beralih menjadi KTSP (Kurikulum
14
Tingkat Satuan Pendidikan), dan saat ini akan
digunakan Kurikulum 2013. Perubahan
penggunaan kurikulum yang digunakan di
Indonesia ini menurut penulis sangatlah wajar
menginggat perkembangan pengetahuan dan
teknologi berjalan sangat dinamis dalam semua
aspek kehidupan. Perubahan ini sangat
membutuhkan kesiapan sumber daya manusia
pendidikan, khususnya guru sebagai aktor
utama dalam dunia pendidikan. Instructional
Supervision (Farley, 2010:2):
“the supervisor’s function in an
organization is to oversee an employee’s
performance in completing tasks required by the employer. Educational
leaders face the same dilemma as
leaders of any other organization; to improve the productivity of the teachers
they supervise.
Dari apa yang dikemukakan oleh Farley,
penulis dapat mengatakan bahwa fungsi
pengawas dalam suatu organisasi adalah untuk
mengawasi kinerja guru dalam menyelesaikan
tugas yang dibutuhkan oleh atasannya selaku
kepala sekolah. Kepala sekolah mengalami
sebuah permasalahan dalam rangka
meningkatkan motivasi kerja guru di
sekolahnya. Pengawasan instruksional dari
kepala sekolah diharapkan mampu untuk
mempengaruhi perilaku seorang guru dalam
15
memfasilitasi keberhasilan pembelajaran murid
di kelas dalam rangka mencapai tujuan yang
telah di tetapkan oleh sekolah. Pengawasan
yang dilakukan oleh kepala sekolah bertujuan
untuk meningkatkan motivasi kerja guru dalam
bekerja sehingga proses kegiatan belajar
mengajar dapat berjalan dengan baik.
Pengawasan suatu organisasi pendidikan
membutuhkan pemimpin untuk mengawasi,
menilai, mengevaluasi kinerja guru untuk
memastikan sekolah telah memenuhi
tujuannya. Pengawasan adalah penghubung
antara kebutuhan guru dan tujuan organisasi
sehingga individu dapat meningkatkan dan
bekerja bersama menuju visi misi dan tujuan
sekolah. Penulis mengharapkan supervisi yang
dilaksanakan oleh kepala sekolah bisa
digunakan untuk meningkatkan motivasi kerja
guru.
Pengawasan atau supervisi merupakan
dua istilah yang merupakan terjemahan dari
salah satu fungsi manajemen, yaitu fungsi
”controlling”. Terdapat dua pandangan yang
berbeda terhadap makna kedua istilah ini. Di
satu sisi ada yang berpendapat bahwa kedua
istilah ini sama makna dan pendekatannya.
Sedangkan di sisi lain ada yang mengatakan
istilah pengawasan lebih bersifat otoriter atau
direktif, sedangkan istilah supervisi lebih
16
bersifat demokratis. Istilah-istilah yang biasa
digunakan di dalam lembaga pemerintah
termasuk Kementerian Pendidikan Nasional
adalah inspektorat, pengawas, penilik dan
supervisor. Di tingkat pusat fungsi pengawasan
dilaksanakan oleh Inspektur Jenderal, di tingkat
Provinsi dan di tingkat Kabupaten/Kota disebut
pengawas. Hanya saja dalam perkembangan
terakhir istilah yang banyak digunakan adalah
pengawasan. Sedangkan orang-orang yang
melakukan pengawasan disebut sebagai seorang
Pengawas atau Supervisor atau Penyelia
(Masaong,2013:1).
Penulis berpendapat bahwa pengawasan
dan supevisi memang merupakan salah satu
dari fungsi manajemen dalam satu organisasi
sekolah. Fungsi manajemen organisasi sekolah
yang dimaksud adalah fungsi controlling,
dimana kepala sekolah sebagai supervisor,
harus bisa mengontrol semua pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar. Pengawasan yang
dilakukan kepala sekolah bersifat fleksibel
sesuai dengan kebutuhan sekolah.
Penulis berpendapat bahwa dalam
institusi pendidikan, pengawasan ditekankan
pada kegiatan akademik poses belajar mengajar
di kelas. Istilah pengawasan yang lebih tepat
digunakan di tingkat sekolah adalah supervisi.
17
Penulis dapat mengartikan supervisi dalam
pengertian sederhana yaitu melihat, meninjau
atau melihat dari atas, yang dilakukan
oleh kepala sekolah terhadap perwujudan
kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh
guru. Supervisi dapat diartikan sebagai layanan
yang bersifat membimbing, memfasilitasi,
memotivasi serta menilai guru dalam
pelaksanaan pembelajaran dan pengembangan
profesinya secara efektif.
Ada beberapa pengertian tentang
supervisi, di antaranya yaitu:
1. Good Carter (Sahertian 2008:17)
supervisi adalah usaha dari
petugas-petugas sekolah dalam
memimpin guru-guru dan petugas-
petugas lainnya dalam memperbaiki
sistem pengajaran, termasuk
menstimulasi, merevisi tujuan-
tujuan pendidikan, bahan
pengajaran, metode, dan evaluasi
pengajaran.
2. Mc Nerney (Sahertian, 2008:17)
menyatakan bahwa definisi dari
supervisi adalah suatu prosedur,
memberi arah dan mengadakan
penilaian secara kritis terhadap
proses pengajaran.
18
Semua definisi tentang supervisi di atas
bersifat umum, dan dalam perkembangannya
supervisi pendidikan kemudian difokuskan ke
dalam batasan yang lebih spesifik, yaitu pada
pelaksanaan dari supervisi pengajaran di kelas
(Maryono,2011:18). Definisi dari supervisi
pengajaran adalah segala sesuatu yang
dilakukan oleh personalia sekolah untuk
memelihara atau mengubah apa yang dilakukan
sekolah dengan cara yang dapat langsung
mempengaruhi proses belajar mengajar dalam
usaha meningkatkan proses belajar siswa.
Dalam kaitannya dengan supervisi yang
dilakukan oleh Kepala Sekolah, Purwanto,
(2004:32), mengatakan supervisi adalah “suatu
aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk
membantu para guru dan pegawai sekolah
lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka
secara efektif”. Menurut Jones dalam Mulyasa
(2003:155), supervisi merupakan “bagian yang
tidak terpisahkan dari seluruh proses
administrasi pendidikan yang ditujukan
terutama untuk mengembangkan efektivitas
kinerja personalia sekolah yang berhubungan
dengan tugas-tugas utama pendidikan”.
19
Penulis dapat mengatakan bahwa tugas
kepala sekolah sebagai supervisor berarti
bahwa kepala sekolah hendaknya pandai
meneliti, mencari, dan menentukan syarat-
syarat mana sajakah yang diperlukan bagi
kemajuan sekolahnya sehingga tujuan-tujuan
pendidikan di sekolah itu semaksimal mungkin
dapat tercapai. Jadi supervisi kepala sekolah
merupakan upaya kepala sekolah dalam
pembinaan guru agar guru dapat
meningkatkan kualitas mengajarnya melalui
langkah-langkah perencanaan, penampilan
mengajar yang nyata serta mengadakan
perubahan dengan cara yang rasional dalam
usaha meningkatkan hasil belajar siswa.
Kegiatan pokok supervisi adalah
melakukan pembinaan kepada lembaga pada
umumnya dan kepada guru pada khususnya
agar kualitas pembelajarannya meningkat.
Sebagai dampak dari meningkatnya kualitas
pembelajaran, tentu dapat meningkat pula
prestasi belajar siswa, dan itu berarti akan
meningkat pula kualitas lulusan dari lembaga
tersebut. Jika perhatian supervisi sudah tertuju
pada keberhasilan siswa dalam memperoleh
ilmu pengetahuan dan ketrampilan maka berarti
kegiatan supervisi sudah sesuai dengan
tujuannya.
20
Supervisi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah supervisi akademik
kunjungan kelas, dimana salah satu tugas
kepala sekolah adalah melaksanakan supervisi
dalam pelaksanaan proses belajar mengajar di
sekolah. Kepala sekolah dalam rangka
melaksanakan supervisi akademik secara efektif
diperlukan konseptual, interpersonal, dan
teknikal (Glickman, at al:2007). Oleh sebab itu,
setiap kepala sekolah harus memiliki dan
menguasai konsep supervisi akademik yang
meliputi: pengertian, tujuan dan fungsi, prinsip-
prinsip, dan dimensi-dimensi substansi
supervisi akademik.
Penulis dapat mengatakan bahwa
kompetensi supervisi akademik intinya adalah
membina guru dalam meningkatkan mutu
proses pembelajaran. Oleh sebab itu, sasaran
supervisi akademik adalah guru dalam proses
pembelajaran, penyusunan silabus dan RPP,
pemilihan strategi/metode/teknik pembelajaran,
penggunaan media dan teknologi informasi
dalam pembelajaran, menilai proses dan hasil
pembelajaran serta penelitian tindakan kelas.
Berdasarkan berbagai pengertian
supervisi penulis dapat mengatakan ada
beberapa aspek penting dari supervisi, yaitu:
21
1. Bersifat bantuan dan pelayanan kepada
kepala sekolah, guru dan staf
2. Untuk pengembangan kualitas diri guru
3. Untuk pengembangan profesional guru
4. Untuk memotivasi guru
Tujuan utama supervisi pembelajaran
adalah:
1. membimbing dan memfasilitasi guru
dalam mengembangkan kompetensi
profesinya, 2. memberi motivasi guru agar
menjalankan tugasnya secara
efektif, 3. membantu guru mengelola kurikulum
dan pembela- jaran berbasis KTSP
secara efektif; 4. membantu guru membina peserta
didik agar potensinya berkembang
secara maksimal.(Masaong, 2013: 6-7).
Banun Muslim (2010:41) mengatakan
bahwa:
“tujuan supervisi berkaitan erat
dengan tujuan pendidikan di sekolah
sebab supervisi pada dasarnya dilaksanakan dalam rangka membantu
pihak sekolah (guru-guru) agar dapat
melaksanakan tugasnya dengan baik sehingga tujuan (pembelajaran) yang
22
diharapkan bisa dicapai dengan
optimal”.
Penulis dapat mengatakan bahwa tujuan
supervisi adalah:
1. Membantu guru dalam mengembangkan
proses kegiatan belajar mengajar.
2. Membantu guru dalam menterjemahkan
dan mengembangkan kurikulum dalam
proses belajar mengajar.
3. Membantu sekolah (guru) dalam
mengembangkan staf.
Sahertian (2000:19) mengatakan bahwa
fungsi dari supervisi akademik adalah:
“sebagai sumber informasi bagi
pengembangan profesionalisme guru
dan memberikan layanan dan bantuan untuk meningkatkan kualitas mengajar
guru di kelas yang pada gilirannya
untuk meningkatkan kualitas belajar siswa. Bukan saja pada memperbaiki
kemampuan mengajar tetapi juga
mengembangkan potensi kualitas guru”.
Berdasarkan tujuan dan fungsi
supervisi tersebut di atas penulis dapat
menyimpulkan bahwa kepala sekolah
melaksanakan kegiatan supervisi karena ingin
mencapai tujuan tertentu. tujuan supervisi
23
pada dasarnya berkaitan erat dengan tujuan
yang ingin di capai sekolah dalam rangka ingin
membantu guru-guru dalam melaksanakan
tugasnya dalam membimbing siswa pada saat
proses belajar mengajar sedang berlangsung di
kelas.
Untuk mewujudkan tujuan supervisi
ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan
oleh supervisor dalam rangka melaksanakan
kegiatan supervisinya. Prinsip-prinsip supervisi
menurut Brueker dan Burton (Banun Muslim,
2013: 45) adalah sebagai berikut:
1. supervision will respect personality
and individual differences between
personalities.
2. supervision will be based upon the
assumption that educational workers are capable of growth
3. supervision will provide full
opportunity for the cooperative
formulation of policies and plans, will welcome and utilize free
expression and contributions fom
all.
4. supervision will stimulate initiative,
self-reliance and individual
responsibility on the part of all
persons in the discharge of their duties.
5. supervision will work toward
cooperatively determined functional
groupings of the staff, with flexible regrouping as necessary, will invite
specialists when advisable.
24
6. supervision will be creative and not
prescriptive.
7. supervision proceeds by means of
an onderly, cooperatively planned
and executed series of activities, and
8. supervision will be judge by the
results it secures.
Penulis berpendapat bahwa prinsip-prinsip
supervisi sebagai berikut:
1. Pengawasan akan menghormati kepribadian
dan perbedaan individu antara kepribadian.
2. Pengawasan akan didasarkan pada asumsi
bahwa pekerja pendidikan mampu
pertumbuhan
3. Pengawasan akan memberikan kesempatan
penuh bagi perumusan koperasi kebijakan
dan rencana, akan menyambut dan
memanfaatkan kebebasan berekspresi dan
kontribusi fom semua.
4. Pengawasan akan merangsang inisiatif,
kemandirian dan tanggung jawab individu
pada bagian dari semua orang di dalam
pelaksanaan tugas mereka.
5. Pengawasan akan bekerja ke arah
pengelompokan fungsional kooperatif
ditentukan dari staf, dengan fleksibel
regrouping yang diperlukan, akan
mengundang spesialis ketika dianjurkan.
25
6. Pengawasan akan menjadi kreatif dan tidak
preskriptif.
7. Hasil dari pengawasan melalui sebuah
pembelajaran yang direncanakan dan
dilaksanakan serangkaian kegiatan, dan
8. Pengawasan akan menjadi pembimbing guru
dalam proses pembelajaran.
Penulis dapat mengatakan bahwa kepala
sekolah sebagai supervisor perlu memahami
dengan jelas fungsi, tujuan dan prinsip-prinsip
supervisi yang akan dilaksanakan, karena
supervisi merupakan suatu kaidah pedoman
kepala sekolah dalam melaksanakan penilaian
terhadap kinerja guru yang di supervisi. Dalam
melaksanakan supervisi kepala sekolah
menggunakan pendekatan profesional yang
obyektif untuk menilai guru saat di supervisi.
Prinsip-prinsip dalam pelaksanaan supervisi ini
perlu untuk kepala sekolah ketahui, pahami
dan di jalankan oleh kepala sekolah sehingga
kepala sekolah mengetahui bantuan perbaikan
apa yang seharusnya diberikan kepada guru
dalam proses kegiatan belajar mengajar di
kelas.
26
Ruang Lingkup Supervisi Akademik
Ruang lingkup supervisi akademik
menurut Prasojo (2011:13) meliputi:
1. pelaksanaan KTSP 2. persiapan, pelaksanaan, dan penilaian
pembelajaran oleh guru.
3. pencapaian standar kompetensi lulusan, standar proses, standar isi,
dan peraturan pelaksanaannya.
4. peningkatan akan mutu pembelajaran
melalui pengembangan sebagai berikut:
a. model kegiatan pembelajaran yang
mengacu pada standar proses. b. peran serta peserta didik dalam
proses pembelajaran secara aktif,
kreatif, demokratis, mendidik, memotivasi, mendorong kreativitas,
dan dialogis.
c. peserta didik dapat membentuk karakter dan memiliki pola pikir
serta kebebasan berpikir sehingga
dapat melaksanakan aktivitas
intelektual yang kreatif dan inovatif serta dapat berargumentasi dan
mempertanyakan, serta mengkaji,
menemukan, dan memprediksi. d. keterlibatan peserta didik secara
aktif dalam proses belajar yang
dilakukan secara sungguh-sungguh dan mendalam untuk mencapai
pemahaman konsep, tidak terbatas
pada materi yang diberikan oleh guru.
e. bertanggung jawab terhadap mutu perencanaan kegiatan pembelajaran
untuk setiap mata pelajaran yang
diampunya agar peserta didik
memiliki kemampuan sebagai berikut:
27
meningkatkan rasa ingin tahunya.
mencapai keberhasilan belajarnya
secara konsisten sesuai dengan tujuan pendidikan.
memahami akan adanya berbagai
macam perkembangan pengetahuan
dengan kemampuan mencari sumber informasi.
Dapat mengolah informasi menjadi
pengetahuan.
menggunakan pengetahuan untuk
menyelesaikan masalah.
mengkomunikasikan pengetahuan
pada pihak lain.
mengembangkan belajar mandiri dan
kelompok dengan proporsi yang
wajar.
Dalam ruang lingkup supervisi akademik
ini relevan dengan yang di jalankan oleh kepala
sekolah SD Negeri Srondol Kulon 01 di mana
kepala sekolah malaksanakan supervisi
kunjungan kelas dengan melihat kesiapan guru
dalam proses pembelajaran di kelas. Kepala
sekolah juga melihat cara guru dalam
menyampaikan materi pembelajaran di kelas.
Selain itu supervisi kunjungan kelas yang
dilaksanakan oleh kepala sekolah juga melihat
dari pencapaian standar kompetensi lulusan,
standar proses, dan standar isi.
28
Teknik Supervisi Akademik
Teknik supervisi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teknik supervisi
kunjungan kelas. Purwanto (2005:10)
mengatakan bahwa teknik kunjungan kelas
(classroom visitation) yaitu kunjungan sewaktu-
waktu yang dilakukan oleh seorang supervisor
(kepala sekolah, penilik atau pengawas) untuk
melihat atau mengamati seorang guru yang
sedang mengajar di kelas. Tujuannya adalah
untuk mengobservasi bagaimana seorang guru
mengajar di kelas, apakah sudah memenuhi
syarat-syarat didaktis atau metodik yang
sesuai. Seorang pengawas atau kepala sekolah
datang ke dalam kelas di mana guru sedang
mengajar. Pengawas atau kepala sekolah
mengadakan pembinaan terhadap suasana
belajar mengajar di kelas. Tujuan kunjungan
kelas adalah dalam rangka menolong guru
dalam upaya untuk mememcahkan berbagai
masalah mengajar yang dihadapi oleh guru.
Dalam kunjungan kelas yang diutamakan
adalah mempelajari bagaimana kesulitan anak
dalam belajar, bagaimana masalah yang
dihadapi oleh guru dalam mengajar.
29
Nyoman (2012:32-33) mengatakan bahwa
fungsi dari kunjungan kelas adalah:
“untuk meningkatkan cara mengajar
guru dan belajar murid atau untuk
mengenalkan model pembelajaran yang baru bagi guru. Kunjungan kelas juga
membantu guru dalam meneliti prinsip-
prinsip dalam pengelolaan pelaksanaan pembelajaran”.
Ada beberapa jenis kunjungan kelas
menurut Nyoman (2012: 35) yaitu:
1. kunjungan kelas dengan tanpa diberitahukan sebelumnya oleh
pengawas atau kepala sekolah
kepada guru. Kunjungan kelas ini dilakukan secara tiba-tiba datang
ke kelas sementara guru sedang
mengajar. 2. kunjungan kelas dengan cara yang
diberitahukan sebelumnya oleh
pengawas atau kepala sekolah kepada guru
3. kunjungan kelas atas dasar
permintaan atau undangan dari
guru. Seorang guru bisa juga mengundang pengawas atau kepala
sekolah mengunjungi kelasnya
untuk mengetahui suasana pembelajarannya.
30
BAGAN 2.1
SIKLUS KEGIATAN SUPERVISI KUNJUNGAN KELAS
(Nyoman,2012:33)
Teknik kunjungan kelas menurut penulis
adalah sebuah teknik pembinaan guru oleh
kepala sekolah untuk mengamati proses
pembelajaran di kelas. Tujuannya adalah untuk
menolong guru dalam mengatasi masalah di
dalam kelas.
Direktorat Jenderal peningkatan mutu
pendidik dan tenaga kependidikan (2010:24-25)
mengatakan bahwa cara melaksanakan
kunjungan kelas adalah sebagai berikut:
2. Kunjungan
Kelas/Observasi
1. Percakapan sebelum
kunjungan kelas
3. Percakapan setelah
Kunjungan kelas.
31
a. dengan pemberitahuan atau tanpa
adanya pemberitahuan terlebih dahulu tergantung sifat tujuan dan
masalahnya,
b. atas permintaan sendiri dari guru bersangkutan,
c. sudah memiliki instrumen atau
catatan-catatan, dan
d. tujuan kunjungan harus jelas.
Selain itu ada empat tahapan pelaksanaan
supervisi kunjungan kelas yaitu:
a. tahap persiapan. Pada tahap ini,
supervisor merencanakan waktu,
sasaran, dan tata cara dalam mengobservasi guru selama
kunjungan kelas.
b. tahap pengamatan pelaksanaan supervisi kunjungan kelas. Pada
tahap ini, supervisor mengamati
jalannya proses pembelajaran
berlangsung. c. tahap akhir kunjungan. Pada tahap
ini, supervisor bersama guru
mengadakan perjanjian untuk membicarakan akan hasil-hasil
observasi.
d. tahap terakhir adalah tahap tindak lanjut dari kegiatan supervisi. Direktorat Jenderal peningkatan
mutu pendidik dan tenaga kependidikan (2010:24-25).
32
Sedangkan kriteria supervisi kunjungan kelas
ada enam yaitu:
a. memiliki tujuan-tujuan tertentu; b. mengungkapkan aspek-aspek yang
dapat memperbaiki kemampuan
guru; c. menggunakan instrumen atau
pertanyaan yang akan digunakan
dalam melaksanakan observasi
untuk mendapatkan data yang obyektif;
d. terjadi interaksi antara pembina
dan yang akan dibina sehingga menimbulkan adanya sikap saling
pengertian;
e. pelaksanaan kunjungan kelas tidak menganggu proses pembelajaran;
dan
f. pelaksanaannya harus diikuti dengan adanya program tindak
lanjut atas hasil supervisi
kunjungan kelas yang telah di
laksanakan. Direktorat Jenderal peningkatan mutu pendidik dan
tenaga kependidikan (2010:24-25).
Penulis dapat menyimpulkan bahwa
supervisi kunjungan kelas dilakukan kepala
sekolah dan pengawas sebagai supervisor
berkunjung ke kelas mengadakan peninjauan
suasana belajar untuk melihat atau mengamati
guru yang sedang mengajar serta mengamati
kelemahan atau kendala yang dihadapi guru
yang nantinya supervisor dapat menolong guru
dalam memecahkan kesulitan atau kendala
33
yang dihadapi guru di dalam melaksanakan
proses pembelajaran, yang fungsinya untuk
memajukan cara mengajar dan membantu
meningkatkan kemampuan guru yang lebih baik
lagi sehingga guru dapat menjadi seorang
tenaga pendidik yang profesional di dalam
pelaksanaan tugasnya. Dengan kata lain,
melalui teknik supervisi kunjungan kelas akan
diperoleh data yang objektif mengenai kesulitan-
kesulitan guru di dalam melaksanakan proses
pembelajaran. Berdasarkan kesulitan itu, guru
akan dibantu mencari solusi dari permasalahan-
permasalahan yang dihadapi guru.
Kepala sekolah SD Negeri Srondol Kulon
01 melakukan teknik kunjungan kelas pada saat
melakukan kegiatan supervisi terhadap guru-
guru. Penerapan prinsip dan fungsi teknik
kunjungan kelas yang dilaksanakan kepala
sekolah mempunyai tujuan untuk memperoleh
data mengenai keadaan sebenarnya selama guru
terlibat dalam proses pembelajaran di dalam
kelas. Dengan adanya data yang objektif itulah,
kepala sekolah sebagai supervisor dapat
melakukan pembinaan terhadap guru melalui
diskusi atau percakapan pribadi tentang hasil
pengamatan supervisi dengan teknik
kunjungan kelas sehingga upaya perbaikan
dan peningkatan kualitas kemampuan dan
profesionalisme guru dalam pelaksanaan proses
34
pembelajaran dapat tercapai dengan baik
Lebih lanjut penulis menemukan fakta di
lapangan bahwa kepala sekolah di SD Negeri
Srondol Kulon 01 mempunyai tujuan utama
dengan di laksanakannya supervisi adalah
untuk memperbaiki pengajaran. Untuk dapat
mencapai tujuan tersebut secara efektif bukan
hanya menyangkut penggunaan metode atau
teknik supervisi tetapi menyangkut pada
motivasi kerja guru di SD Negeri Srondol Kulon
01. Glickman (dalam Banun Muslim, 2010:77-
80) mengemukakan ada tiga pendekatan yang
diterapkan supervisor di dalam melakukan
supervisi, yakni pendekatan direktif, pendekatan
kolaboratif dan pendekatan non direktif.
Pertama, orientasi direktif diterapkan
manakala supervisor menemukan guru yang
dalam mengembangkan dirinya sendiri sangat
rendah, sehingga Pembina harus banyak
memberikan petunjuk dengan contoh- contoh
kongkrit disertai tugas-tugas. Kedua, orientasi
nondirektif digunakan apabila tanggung jawab
guru dalam mengembangkan dan membina
dirinya sendiri tinggi.Ketiga, orientasi kolaboratif
digunakan apabila tanggung jawab antara guru
dengan supervisor seimbang. Pembina bersama-
sama saling memberi dan saling meminta
melalui diskusi, sehingga diperoleh kesepakatan.
35
Olivia (1984:16) dalam Roemintoyo
(2012:2) membagi orientasi supervisi menjadi
dua, yaitu:
(1) orientasi langsung, dan (2) tidak
langsung. Orientasi langsung dapat
didasarkan pada asumsi bahwa pengawasan dilakukan atas dasar
kewenangan seseorang yang memiliki
posisi dalam hierarki organisasi.
Sedangkan orientasi tidak langsung didasarkan pada asumsi bahwa
pengawasan yang dilakukan terhadap
situasi tergantung pada tuntutan pada masalah.
Penulis dapat mengartikan supervisi
kunjungan kelas sebagai suatu aktivitas kepala
sekolah dalam rangka melihat kegiatan guru
dalam proses belajar mengajar di kelas. Tujuan
dari supervisi kunjungan kelas menurut penulis
untuk memperoleh data secara obyektif selama
proses belajar mengajar yang dilakukan guru.
Data yang diperoleh kepala sekolah selaku
supervisor sangat berharga untuk mengetahui
kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru selama
proses pembelajaran. Fungsi supervisi kunjungan
kelas menurut penulis sebagai media untuk
mendorong guru dalam meningkatkan motivasi
kerja. Kunjungan kelas bisa dilakukan dengan
dua cara yaitu kunjungan kelas langsung dan
kunjungan kelas tidak langsung. Kunjungan kelas
langsung dapat diartikan sebagai kunjungan dari
36
kepala sekolah tanpa pemberitahuan terlebih
dahulu kepada guru yang akan di supervisi.
Kepala sekolah akan memperoleh data obyektif
dari guru yang di supervisi, namun guru
cenderung kurang adanya persiapan saat di
supervisi sehingga hasil pelaksanaan supervisi
kurang maksimal. Kunjungan kelas secara tidak
langsung berarti bahwa kepala sekolah memberi
tahukan terlebih dahulu kepada guru tentang
jadwal pelaksanaan supervisi kunjungan kelas.
Dengan diberi tahu terlebih dahulu guru akan
lebih siap saat di supervisi
Peran Kepala Sekolah sebagai Supervisor
Kepala sekolah sebagai supervisor harus
diwujudkan dalam kemampuan penyusun dan
melaksanakan program supervisi pendidikan
serta memanfaatkan hasilnya. Kemampuan
kepala sekolah menyusun program supervisi
pendidikan harus diwujudkan dalam bentuk
penyusunan program supervisi kunjungan
kelas, pengembangan program supervisi untuk
kegiatan ekstra kurikuler, pengembangan pada
program pelaksanaan supervisi perpustakaan,
laboratorium,dan ujian. Sedangkan kemampuan
memanfaatkan hasil supervisi pendidikan harus
diwujudkan dalam pemanfaatan hasil supervisi
digunakan untuk meningkatkan kinerja tenaga
37
kependidikan, dan pemanfaatan hasil supervisi
yang telah dilaksanakan oleh kepala sekolah
untuk mengembangkan potensi yang ada di
sekolah.(majalah Pendidikan, 2011) yang di
akses pada tanggal 11 Januari 2014.
Kepala sekolah dalam kedudukannya
sebagai supervisor berkewajiban membina para
guru agar menjadi pendidik dan pengajar yang
baik. Bagi guru yang sudah baik agar dapat
dipertahankan kualitasnya dan bagi guru yang
belum baik dapat dikembangkan menjadi lebih
baik. Sementara itu, semua guru yang baik dan
sudah berkompeten maupun yang masih lemah
harus diupayakan agar tidak ketinggalan jaman
dalam proses pembelajaran maupun materi
yang menjadi bahan ajar. Agar pelaksanaan
tugas-tugas itu dapat dikerjakan dengan baik,
maka kepala sekolah dituntut mempunyai
berbagai cara dan teknik supervisi terutama
yang berhubunganya dengan pelaksanaan
tugas-tugas guru dan karyawan, dan
pertumbuhan jabatan. Karena kepala sekolah
sebagai pemimpin utama dan penggerak dalam
pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran.
Majalah Pendidikan, 2011 yang diakses pada
tanggal 11 januari 2014.
38
Penulis dapat menyimpulkan bahwa
Kepala sekolah dalam pelaksanaan tugas
sebagai supervisor, hendaknya dilaksanakan
dengan demokratis ia menghargai pendapat
guru, dan memberikan kesempatan untuk
melahirkan gagasan dan pendapat. Keputusan
yang di ambil dengan jalan musyawarah, karena
tujuan yang hendak dicapai adalah tujuan
bersama.
Pelaksanaan supervisi kunjungan kelas
sebagai rangkaian kegiatan untuk memberikan
bantuan dan bimbingan kepada guru agar dapat
meningkatkan motivasi kerja dalam melakukan
perbaikan-perbaikan yang diperlukan dalam
proses kegiatan belajar mengajar.
Prosedur pada pelaksanaan supervisi
kunjungan kelas ini dimaksudkan untuk
memberikan bantuan dan bimbingan kepada
guru agar guru-guru termotivasi untuk
melakukan perbaikan-perbaikan dalam kegiatan
belajar mengajar.
Prasojo (2011:82) mengatakan bahwa
supervisi akademik yang dilakukan kepala
sekolah sebagai berikut:
39
1. memahami konsep, prinsip, teori dasar, serta karakteristik, dan kecenderungan perkembangan tiap
bidang pengembangan mata
pelajaran di sekolah. 2. memahami akan adanya sebuah
konsep, prinsip, teori, teknologi, karakteristik, serta akan adanya
kecenderungan perkembangan
proses pembelajaran atau bimbingan pada tiap-tiap bidang
pengembangan mata pelajaran di
sekolah. 3. Membimbing setiap guru dalam
setiap menyusun silabus dan tiap bidang pengembangan pelajaran
yang ada di sekolah berlandaskan
standar isi, standar proses dan kompetensi dan kompetensi dasar,
dan prinsip-prinsip pengembangan
KTSP. 4. membimbing setiap guru dalam
memilih dan menggunakan
strategi/metode/teknik
pembelajaran/ bimbingan yang
dapat mengembangkan berbagai potensi peserta didik melalui
bidang pengembangan mata
pelajaran di sekolah. 5. Membimbing setiap guru dalam
menyusun RPP untuk tiap bidang
pengembangan mata pelajaran di
sekolah. 6. membimbing guru-guru pada saat
melaksanakan proses kegiatan pembelajaran bimbingan di kelas,
laboratorium dan di lapangan
untuk mengembangkan potensi peserta didik pada tiap bidang
pengembangan mata pelajaran di
sekolah.
40
7. membimbing setiap guru dalam
mengelola, dan merawat, serta
mengembangkan penggunaan
media pendidikan dan fasilitas pembelajaran/bimbingan pada tiap
bidang pengembangan mata
pelajaran di sekolah. 8. memotivasi semangat guru-guru
dalam memanfaatkan teknologi informasi untuk pembelajaran atau
bimbingan pada setiap bidang
pengembangan mata pelajaran di sekolah.
Dalam melaksanakan supervisi, kepala
sekolah perlu memahami empat prototype guru.
Menurut Mustofa (2013:67) ada empat
prototype guru yaitu:
1. pada sisi I, daya abstrak tinggi dan komitmen tinggi. Prototype guru seperti ini dinyatakan sebagai guru
profesional. 2. pada sisi II, daya abstrak tinggi,
tetapi komitmen rendah. Prototype
guru seperti ini dinyatakan sebagai guru yang suka mengkritik.
3. pada sisi III, daya abstrak rendah, tetapi komitmen tinggi. Prototype
guru seperti ini dinyatakan sebagai
guru yang terlalu sibuk. 4. pada sisi IV, daya abstrak rendah
dan komitmennya juga rendah.
Prototype guru seperti ini
dinyatakan sebagai guru yang tidak bermutu.
41
Berbagai macam prototype guru yang
berbeda-beda akan menjadi dasar nyata yang
akan dibuat oleh penulis dalam membuat
panduan pelaksanaan supervisi kunjungan
kelas untuk meningkatkan motivasi kerja guru.
2.2 Motivasi Kerja Guru
Pendidikan merupakan usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana proses
kegiatan belajar mengajar agar dapat dilakukan
secara aktif. Fungsi dari pendidikan harus
benar-benar diperhatikan dalam rangka
mencapai tujuan nasional. Mangkunegara
(2005:61) menyatakan: “motivasi terbentuk dari
sikap (attitude) karyawan dalam menghadapi
situasi kerja di perusahaan (situation). Motivasi
merupakan kondisi atau energi yang
menggerakkan diri karyawan yang terarah atau
tertuju untuk mencapai tujuan organisasi
perusahaan. Sikap mental karyawan yang pro
dan positif terhadap situasi kerja itulah yang
memperkuat motivasi kerjanya untuk mencapai
kinerja maksimal”. Berdasarkan pengertian di
atas, maka motivasi merupakan respon pegawai
terhadap sejumlah pernyataan mengenai
keseluruhan usaha yang timbul dari dalam diri
pegawai agar tumbuh dorongan untuk bekerja
42
dan tujuan yang dikehendaki oleh pegawai
tercapai.
Motivasi kerja guru sangat penting.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.
14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Bab I
pasal 1 ayat 1 mengemukakan yang dimaksud
dengan Guru adalah:
“pendidik profesional dengan tugas
utama untuk mendidik, dan mengajar, serta membimbing, dan mengarahkan,
melatih, menilai, serta mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak
usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah.
Pada Bab III Pasal 7 ayat (1) Profesi guru
dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan
khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip
sebagai berikut:
1. memiliki bakat, minat, panggilan
jiwa, dan idealisme, 2. memiliki komitmen dalam rangka
untuk meningkatkan mutu kualitas
pendidikan, keimanan, ketakwaan,
dan akhlak mulia, 3. memiliki kualifikasi akademik dan
latar belakang pendidikan sesuai
dengan bidang tugas, 4. memiliki kompetensi-kompetensi
dasar yang diperlukan sesuai dengan
bidang tugas,
43
5. memiliki rasa tanggung jawab atas
pelaksanaan tugas keprofesionalan, 6. memperoleh penghasilan yang
ditentukan sesuai dengan prestasi
kerja, 7. memiliki kesempatan untuk dapat
mengembangkan keprofesionalan
secara berkelanjutan dengan belajar
sepanjang hayat,
8. memiliki jaminan akan adanya
perlindungan hukum dalam setiap melaksanakan tugas dan tanggung
jawab keprofesionalan, 9. memiliki organisasi profesi yang
mempunyai rasa tanggung jawab
kewenangan dalam mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas
keprofesionalan guru.
Motivasi ialah keinginan untuk berbuat
sesuatu, sedangkan motif adalah kebutuhan
(need), keinginan (wish), dorongan (desire) atau
impuls, motivasi merupakan keinginan yang
terdapat pada seseorang individu yang
merangsangnya untuk melakukan tindakan-
tindakan atau sesuatu yang menjadi dasar atau
alasan seseorang berperilaku. Motivasi kerja
dapat di artikan sebagai keinginan atau
kebutuhan untuk melatar belakangi seseorang
sehingga terdorong untuk bekerja (Husaini
Usman, 2006: 250).
44
Motivasi menurut Rizondra (2013:2)
adalah:
“keinginan untuk dapat melakukan
kesediaan dalam mengeluarkan tingkat
upaya yang tinggi untuk tujuan-tujuan organisasi, yang dikondisikan pada
kemampuan individu dalam upayanya
untuk memenuhi suatu kebutuhan secara individual.
Mangkunegara (2005:101) mengatakan
terdapat 2 (dua) teknik memotivasi kerja guru
yaitu:
1. teknik pemenuhan kebutuhan guru
artinya bahwa adanya pemenuhan kebutuhan guru merupakan suatu
fundamen yang mendasari perolaku
kerja. 2. teknik komunikasi persuasif, adalah
merupakan salah satu teknik
dalam rangka memotivasi kerja guru yang dilakukan dengan cara
untuk mempengaruhi guru secara
ekstra logis. Teknik komunikasi
persuasif ini dirumuskan dengan istilah “AIDDAS” yaitu Attention
(perhatian), Interest (minat), Desire
(hasrat), Decision (keputusan), Action (aksi atau tindakan), dan
Satisfaction (kepuasan).
Dari beberapa pengertian tentang
motivasi yang dikemukakan di atas, dapat
disimpulkan bahwa motivasi kerja seorang guru
dalam melaksanakan tugasnya adalah sebuah
daya dorong yang dapat berpengaruh dalam
45
membangkitkan, mengarahkan dan memelihara
perilaku seseorang guru untuk melakukan
tugasnya sebagai pendidik dan pengajar dengan
segala kemampuan dan keahliannya guna
mewujudkan tujuan pendidikan yang telah
ditentukan.
Edward Murray (Mangkunegara,
2005,68-67) berpendapat bahwa karakteristik
orang yang mempunyai motivasi berprestasi
tinggi adalah sebagai berikut:
1. melakukan sesuatu dengan sebaik-
baiknya, 2. melakukan segala sesuatu dengan
mencapai kesuksesan, 3. menyelesaikan tugas-tugas yang
memerlukan akan adanya usaha dan keterampilan,
4. berkeinginan menjadi orang terkenal
dan menguasai bidang tertentu, 5. melakukan hal yang sukar dengan
hasil yang memuaskan, 6. mengerjakan sesuatu yang sangat
berarti, dan 7. melakukan sesuatu yang lebih baik
dari orang lain.
Dasar utama pelaksanaan motivasi oleh
seseorang pimpinan adalah pengetahuan dan
perhatian terhadap perilaku manusia yang
dipimpinnya sebagai suatu faktor penentu
keberhasilan organisasi yang memandang
manusia sebagai faktor penentu keberhasilan
dalam pelaksanaan pekerjaannya. Seorang
46
pemimpin yang berhasil dalam melaksanakan
fungsi motivasi adalah pemimpin yang
mempunyai kemampuan untuk merealisasikan
adanya sinkronisasi antara tujuan pribadi para
anggota organisasi dengan tujuan pribadi para
anggota organisasi dengan tujuan organisasi itu
sendiri
Marle J. Moskowist dalam Hasibuan
(2000:143-144):
“motifation is usually refined the initiation and direction of behavior, and direction of behavior, and the study of motivation is in effect the study od course of behafior. (motivasi secara umum di definisikan sebagai inisiasi dan pengarahan tingkah laku dan pelajaran motivasi sebenarnya pelajaran
tentang tingkah laku)”.
Selanjutnya penulis dapat mengatakan
bahwa motivasi adalah pemberian daya
penggerak yang menciptakan kegairahan kerja
seseorang agar mereka mau bekerja sama,
bekerja efektif dan terintegerasi dengan segala
daya upayanya untuk mencapai kekuasaan.
Teori motivasi banyak dikemukakan oleh
para ahli. Untuk memahami tentang motivasi,
dalam penelitian ini yang akan penulis teliti
adalah teori motivasi dari Mc.Clelland. penulis
ingin meneliti tentang motivasi kerja guru
berdasarkan teori motivasi yang dikemukakan
47
oleh Mc,Clelland. McClelland dikenal tentang
teori kebutuhan untuk mencapai prestasi atau
Need for Acievement (N.Ach) yang menyatakan
bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai dengan
kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi.
Menurut McClelland karakteristik orang yang
berprestasi tinggi (high achievers) memiliki tiga
ciri umum yaitu:
1. adanya sebuah preferensi untuk
mengerjakan tugas-tugas dengan
derajat kesulitan moderat;
2. menyukai situasi-situasi di mana kinerja mereka timbul karena upaya-
upaya mereka sendiri, dan bukan
karena faktor-faktor lain, seperti kemujuran misalnya; dan
3. menginginkan umpan balik tentang
keberhasilan dan kegagalan mereka, dibandingkan dengan mereka yang
berprestasi rendah.
Berdasarkan pengertian dari Mc Clelland
tersebut, penulis dapat menyimpulkan bahwa
motivasi sebagai energi untuk membangkitkan
dorongan dari dalam diri guru yang sangat
berpengaruh dalam upaya membangkitkan,
mengarahkan dan memelihara perilaku yang
berkaitan dengan lingkungan kerja, jadi
motivasi kerja guru dalam penelitian ini
menurut penulis adalah dorongan dari dalam
diri guru untuk memenuhi kebutuhan yang
berorientasi kepada tujuan individu dalam
mencapai rasa puas, kemudian di
48
implemenasikan dalam pelaksanaan kegiatan
pembelajaran, sehingga guru akan memberikan
pelayanan yang baik pada siswa. Penulis
berpendapat bahwa dalam teori motivasi ini
guru mempunyai cadangan energi potensial
untuk meningkatkan kinerjanya. Bagaimana
energi dilepaskan dan digunakan tergantung
pada kekuatan dorongan motivasi seorang dan
situasi serta peluang yang tersedia. Seperti yang
dikemukakan oleh Hasibuan (2000:149-167)
bahwa Energi akan dimanfaatkan oleh guru
karena didorong oleh motif, harapan dan
insentif.
2.2.1 Teori Motivasi Mc Clelland
Mc Clelland secara terperinci pada Teori
Motivasi Berprestasinya yang dikutip Basuki
(2007:14) mengatakan bahwa:
“motivasi berprestasi bermakna suatu
dorongan dalam diri seseorang untuk
melakukan suatu aktivitas dengan
sebaik-baiknya agar mencapai prestasi dengan predikat terpuji”.
49
Sementara itu Prantiya (2008:25)
mengatakan bahwa:
“motivasi berprestasi merupakan suatu
usaha yang mendorong seseorang
untuk bersaing dengan standar
keunggulan. Standar keunggulan ini
dapat berupa kesempurnaan tugas,
dapat diri sendiri atau prestasi orang
lain”.
Berdasarkan teori dan pendapat tentang
motivasi berprestasi maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa motivasi berprestasi di
sekolah adalah dorongan pada diri seseorang
baik itu dari dalam ataupun dari luar untuk
melakukan aktivitas berupa belajar dan
aktivitas lainnya dengan semaksimal mungkin
dan bersaing berdasarkan standar keunggulan
agar mencapai prestasi dengan predikat terpuji
atau predikat unggul.
Menurut McClelland dan Atkinson
(dalam Dahlani, 2005:30) bahwa ”Achiement
motivation should be characterzed by high hopes
of success rather than by fear of failure” artinya
motivasi berprestasi merupakan ciri seorang
yang mempunyai harapan tinggi untuk
mencapai keberhasilan dari pada ketakutan
kegagalan. Selanjutnya dinyatakan Mc.Clelland
(dalam Dahlani, 2005) bahwa ”motivasi
50
berprestasi merupakan suatu kecenderungan
seseorang dalam mengarahkan dan
mempertahankan tingkah laku untuk mencapai
suatu standar prestasi”. Pencapaian standar
prestasi digunakan oleh siswa untuk menilai
kegiatan yang pernah dilakukan. Siswa yang
menginginkan prestasi yang baik akan menilai
apakah kegiatan yang dilakukannya telah sesuai
dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Ahli lain yakni Gellerman (dalam Dahlani, 2005)
menyatakan bahwa orang yang mempunyai
motivasi berprestasi tinggi akan sangat senang
kalau ia berhasil memenangkan suatu
persaingan. Ia berani menanggung segala resiko
sebagai konsekuensi dari usahanya untuk
mencapai tujuan.
Motivasi berprestasi menurut Tapiardi
(dalam Dahlani, 2005) adalah sebagai suatu
cara berfikir tertentu apabila terjadi pada diri
seseorang cenderung membuat orang itu
bertingkah laku secara giat untuk meraih suatu
hasil atau prestasi. Dari pendapat di atas dapat
di pahami bahwa dengan adanya motivasi
berprestasi dalam diri individu akan
menumbuhkan jiwa kompetisi yang sehat, akan
menumbuhkan individu-individu yang
bertanggung jawab dan dengan motivasi
berprestasi yang tinggi juga akan membentuk
individu menjadi pribadi yang kreatif.
51
Ada empat hal menurut Mc Clelland
(Dahlani, 2005) yang membedakan tingkat
motivasi berprestasi tinggi dari seseorang
dengan orang lain, yaitu:
a. tanggung jawab Individu yang memiliki motivasi yang
tinggi akan merasa dirinya bertanggung
jawab atas tugas yang diberikan. Ia
akan menyelesaikan setiap tugas yang dikerjakannya dan tidak akan
meninggalkan tugas itu sebelum
selesai. b. mempertimbangkan resiko
Individu dengan motivasi tinggi akan
memilih tugas dengan derajat kesukaran yang yang sedang, yang
menantang kemampuannya, namun
masih memungkinkannya untuk berhasil menyelesaikan dengan baik.
c. memperhatikan umpan balik
Individu dengan motivasi berprestasi
tinggi menyukai pemberian umpan balik atas hasil kerjanya.
d. kreatif-Inovatif
Individu dengan motivasi berprestasi tinggi cenderung bertindak kreatif,
dengan mencari cara baru untuk
menyelesaikan tugas seefisien dan seefektif mungkin.
52
Karakteristik Motivasi Berprestasi
Mc Clelland dalam Hasibuan (2000:100)
mengungkapkan karakteristik orang yang
memiliki motivasi berprestasi tinggi berupa:
a. memilih untuk mengindari tujuan
prestasi yang mudah dan sulit.
Mereka sebenarnya memilih tujuan
yang moderat yang mereka pikir
akan mampu mereka raih.
b. memilih umpan balik lansung dan
yang dapat diandalkan mengenai
bagaimana mereka berprestasi.
c. Menyukai akan adanya tanggung
jawab pemecahan masalah.
Indikator-indikator motivasi kerja yang
dikembangkan oleh David Mc.Clelland’s dalam
Hasibuan (2000:149-167) sebagai berikut:
1. Motif: (1) upah yang adil; (2) kesempatan untuk maju atau
promosi; (3) pengakuan sebagai individu; (4) keamanan bekerja; (5)
tempat kerja yang nyaman; (6)
penerimaan oleh kelompok; (7)
perlakuan yang wajar; (8) pengakuan atas prestasi.
2. Harapan: (1) kondisi kerja yang baik; (2) perasaan ikut terlibat; (3)
pendisiplinan yang bijaksana; (4)
53
penghargaan penuh atas
penyelesaian pekerjaan; (5) loyalitas pimpinan terhadap guru; (6)
pemahaman yang simpatik atas
persoalan-persoalan pribadi. 3. Insentif: (1) intrinsik berupa
penyelesaian tugas dan akan adanya prestasi/pencapaian; (2) ekstrisnsik
berupa finasial (gaji dan upah,
tunjangan), antar pribadi dan promosi.
Dari penjabaran di atas penulis dapat
mengulas bahwa David C. McClelland Teori
Motivasi Kebutuhan tersebut dapat dijabarkan
sebagai berikut:
1. Kebutuhan prestasi (Nach): Dorongan untuk
unggul, untuk mencapai sehubungan
54
dengan seperangkat standar, untuk
berusaha untuk berhasil.
2. Kebutuhan daya (nPow): Kebutuhan untuk
membuat orang lain berperilaku dengan cara
yang mereka tidak akan berperilaku
sebaliknya.
3. Kebutuhan afiliasi (nAfl): Keinginan untuk
hubungan interpersonal yang ramah dan
dekat.
Ulil Ismawati Farikhah (2013:13)
mengatakan bahwa Mc. Clelland (dalam Sule,
dkk, 2004:244) menyebutkan bahwa terdapat
indikasi adanya korelasi yang erat antara
kebutuhan berprestasi dengan pencapaian
kinerja. Artinya, sekolah yang memiliki guru
yang motivasi berprestasi tinggi maka akan
memiliki kinerja yang tinggi. Adapun sekolah
yang memiliki guru yang bermotivasi rendah
akan cenderung memiliki kinerja yang rendah
pula. Untuk mencapai motivasi berprestasi
tinggi, penulis memperoleh informasi dari
kepala sekolah bahwa untuk memperoleh
motivasi berprestasi tinggi maka guru akan di
ikut sertakan dalam kegiatan pengembangan
profesi, PLPG (Pendidikan dan Latihan Profesi
Guru), maupun workshop atau pelatihan yang
dapat menambah wawasan dan keterampilan
guru dalam menjalankan tugasnya. Guru yang
mengikuti PLPG akan dapat mengajar dengan
55
lebih baik sesuai dengan kebutuhan siswa
dan perkembangan zaman. Kepala sekolah
juga memberikan informasi bahwa wawasan
guru tentang pendidikan juga akan bertambah
sehingga guru dapat bersikap profesional
ketika mengajar, yaitu mengabdikan diri
sepenuhnya pada profesi keguruan dengan
sepenuh hati, mengupayakan yang terbaik
untuk siswa, dan bertanggung jawab atas
tugas yang diberikan.
Peran Kepala Sekolah sebagai Motivator
Kepala sekolah sebagai motivator harus
memiliki strategi yang tepat untuk memberikan
motivasi kepada para tenaga kependidikan
dalam melakukan berbagai tugas dan fungsinya.
Motivasi ini dapat tumbuh melalui pengaturan
lingkungan fisik, pengaturan suasana kerja,
disiplin, dorongan, penghargaan secara efektif
dan penyediaan berbagai sumber belajar melalui
pengembangan pusat sumber belajar. Penulis
berpendapat bahwa kepala sekolah dalam
menjalankan tugasnya sebagai motivator
diharapkan bisa memberikan motivasi kerja
guru melalui strategi-strategi dalam penciptaan
motivasi kerja guru. Motivasi kerja guru dapat
ditumbuhkan melalui beberapa strategi
diantaranya yaitu penciptaan suasana
56
lingkungan kerja yang kondusif, pengaturan
ruang kerja yang nyaman, penerapan disiplin
mengajar, serta adanya pemberian perhatian
dan penghargaan bagi guru, pemberian gaji dan
tunjangan.
2.3 Supervisi Kunjungan Kelas untuk
Meningkatkan Motivasi Kerja Guru
Ni Nengah Widayani (2011:12)
mengatakan bahwa kemampuan dan
profesionalisme guru sangat penting untuk
ditingkatkan mengingat kedua hal tersebut
apabila belum mencukupi akan mempengaruhi
proses pembelajaran. Guru yang tidak
profesional sama saja dengan guru yang masih
konvensional dan mereka akan mengajar sesuai
kemauannya sendiri, tidak sesuai dengan aturan
yang ditentukan seperti Permen No. 41 tahun
2007 tentang Standar Proses. Tuntutan-
tuntutan yang ada pada peraturan-peraturan
yang dikeluarkan Pemerintah, baik Permen No.
41, Permen No. 16, Permen No. 19, Permen No.
20, Permen No. 22,23, 24 yang berhubungan
erat dengan kemampuan dan profesionalisme
guru mengupayakan adanya peningkatan
kemampuan bagi kinerja guru-guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran.
57
Dalam perspektif kebijakan pendidikan
nasional (Departemen Pendidikan Nasional,
2006), terdapat tujuh peran utama kepala
sekolah yaitu, sebagai: (1) educator (pendidik);
(2) manajer; (3) administrator; (4) supervisor
(penyelia); (5) leader (pemimpin); (6) pencipta
iklim kerja; dan (7) wirausahawan.
Supervisi pendidikan yang baik,
diharapkan mampu untuk memberikan
kontribusi bagi terwujudnya guru yang
berintelektual dan berprestasi kerja tinggi.
Selain itu juga dengan supervisi memungkinkan
guru untuk mendapatkan umpan balik secara
cepat dalam memperbaiki aktivitas-aktivitasnya,
memotivasi guru untuk meningkatkan
pekerjaannya sehari-hari. Supervisi juga
dimaksudkan untuk meningkatkan motivasi dan
prestasi kerja guru dalam memperbaiki
pelaksanaan proses belajar-mengajar. Oleh
karena itu kepala sekolah sebagai supervisor
diharapkan mampu untuk memberikan
supervisi agar guru menjadi lebih termotivasi
dan lebih profesional dalam bekerja dan kepala
sekolah juga diharapkan agar trampil untuk
menentukan dan meneliti kegiatan-kegiatan apa
saja yang diperlukan untuk kemajuan
sekolahnya, sehingga tujuan pendidikan dapat
tercapai. (Tatorifasah, 2012:1)
58
Supervisi kunjungan kelas adalah salah
satu bentuk supervisi yang bisa dilakukan
seorang pengawas sekolah dalam upaya untuk
dapat meningkatkan kemampuan dan
profesionalisme guru. Dalam upaya pencapaian
target yang direncanakan, para pengawas
sekolah perlu merencanakan pelaksanaan
supervisi kunjungan kelas dengan baik
diikuti oleh teknik-teknik operasional agar
segala bentuk tindakannya bisa berlangsung
dengan efektif dan efisien. Salah satu teknik
yang bisa dilakukan dalam supervisi kunjungan
kelas adalah teknik tanya jawab awal. Yang
dimaksud dengan tanya jawab awal adalah
peneliti menemui guru sebelum mereka
melaksanakan pembelajaran di kelas. Pada saat
itu guru diajak bertanya jawab terlebih dahulu
agar mereka betul-betul paham bagaimana
semestinya melaksanakan pembelajaran di
kelas. Sahertian dan Mataheru (2000:20)
menyatakan ada beberapa teknik supervisi yang
bersifat individual seperti kunjungan kelas,
observasi kelas, percakapan individu. Purwanto
(2005:30), menyatakan bahwa:
“teknik kunjungan kelas (classroom visitation) yaitu kunjungan sewaktu-waktu yang dilakukan oleh seorang
supervisor (kepala sekolah, penilik atau
pengawas) untuk melihat atau mengamati seorang guru yang sedang
59
mengajar. Tujuannya adalah untuk
mengobservasi bagaimana dan sejauh mana guru mengajar apakah sudah
memenuhi syarat-syarat didaktis atau
metodik yang sesuai”.
Infodiknas (2011:5) mengatakan bahwa
kunjungan kelas adalah teknik pembinaan guru
oleh kepala sekolah, pengawas, dan pembina
lainnya dalam rangka mengamati pelaksanaan
proses belajar mengajar, sehingga memperoleh
data yang diperlukan dalam rangka pembinaan
guru. Tujuan dari kunjungan kelas ini menurut
penulis adalah untuk menolong guru dalam
mengatasi kesulitan atau masalah guru di
dalam kelas. Melalui kunjungan kelas,
pengawas akan membantu permasalahan yang
dialaminya.kunjungan kelas dapat dilakukan
dengan pemberitahuan terlebih dahulu atau
tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, dan bisa
juga atas dasar undangan dari guru itu sendiri.
Dalam Infodiknas (2011:6) melaksanakan
kunjungan kelas, terdapat empat tahap, yaitu:
1. tahap persiapan, Pada tahap ini, pengawas merencanakan waktu,
sasaran, dan cara dalam
mengobservasi setiap guru selama kunjungan kelas.
2. tahap pengamatan, yaitu upaya
dari pengawas dalam melakukan
60
pengamatan jalannya proses
pembelajaran yang berlangsung. 3. tahap akhir kunjungan, pada tahap
akhir ini pengawas bersama guru
mengadakan perjanjian untuk membicarakan akan hasil-hasil
observasi, setelah itu dilakukan
tindak lanjut.
Infodiknas (2011:7) mengatakan bahwa
ada beberapa kriteria kunjungan kelas yang
baik, yaitu:
1. memiliki tujuan-tujuan tertentu.
2. mengungkapkan aspek-aspek yang dapat memperbaiki kemampuan
guru.
3. menggunakan instrument observasi
tertentu untuk mendapatkan daya yang obyektif.
4. terjadi interaksi antara Pembina
dan yang dibina sehingga menimbulkan akan adanya sikap
saling pengertian.
5. Pelaksanaan supervisi kunjungan kelas tidak menganggu proses
belajar mengajar.
6. pelaksanaannya diikuti dengan program tindak lanjut.
Penulis dapat menyimpulkan bahwa
supervisi kunjungan kelas dilakukan kepala
sekolah dan pengawas sebagai supervisor
berkunjung ke kelas mengadakan peninjauan
suasana belajar untuk melihat atau mengamati
guru yang sedang mengajar serta mengamati
kelemahan atau kendala yang dihadapi guru
yang nantinya supervisor dapat menolong guru
61
dalam memecahkan kesulitan atau kendala
yang dihadapi guru di dalam melaksanakan
proses pembelajaran, yang fungsinya untuk
memajukan cara mengajar dan membantu
meningkatkan kemampuan profesionalisme
guru di dalam pelaksanaan tugasnya. Dengan
kata lain, melalui teknik supervisi kunjungan
kelas akan diperoleh data yang objektif
mengenai kesulitan guru di dalam
melaksanakan proses kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan kesulitan itu, guru akan dibantu
mencari solusi dari permasalahan-
permasalahan yang dihadapi guru.
Hasil pengamatan penulis, teknik
kunjungan kelas ini sering dilakukan oleh
kepala sekolah sebagai supervisor pada saat
melakukan kegiatan supervisi terhadap guru-
guru. Penerapan prinsip dan fungsi teknik
kunjungan kelas tidaklah merupakan hal yang
sulit untuk dilakukan oleh pengawas karena
tujuannya untuk memperoleh data mengenai
keadaan sebenarnya selama guru terlibat dalam
proses pembelajaran di dalam kelas. Dengan
adanya data yang objektif itulah, pengawas
sebagai supervisor dapat melakukan pembinaan
terhadap guru melalui diskusi atau percakapan
pribadi tentang hasil pengamatan super- visi
dengan teknik kunjungan kelas sehingga
upaya perbaikan dan peningkatan kualitas
62
kemampuan dan profesionalisme guru dalam
proses pembelajaran dapattercapai dengan baik.
David McClelland menjelaskan tentang
keinginan seseorang untuk mencapai kinerja
yang tinggi. Hasil penelitian tentang motivasi
berprestasi menunjukkan akan pentingnya
menetapkan target atau standar keberhasilan.
Guru dengan ciri-ciri motivasi berprestasi yang
tinggi akan memiliki keinginan bekerja yang
tinggi. Guru lebih mementingkan kepuasan
pada saat target telah tercapai dibandingkan
imbalan atas kinerja tersebut. Hal ini bukan
berarti mereka tidak mengharapkan imbalan,
melainkan mereka menyukai tantangan.
Kalau di lihat dari teori motivasi dari Mc
Clelland, ada tiga macam kebutuhan yang
dimiliki oleh setiap individu yaitu:
1. kebutuhan berprestasi (Achievement
motivation) yang meliputi tanggung
jawab pribadi, kebutuhan untuk mencapai prestasi, umpan balik dan
mengambil risiko sedang.
2. Kebutuhan berkuasa atau sering disebut dengan kebutuhan akan
kekuasaan (Power motivation) yang
meliputi persaingan, mempengaruhi orang lain.
3. Kebutuhan akan adanya afiliasi
(Affiliation motivation) yang meliputi persahabatan, kerjasama dan
perasaan diterima.
63
Penulis berpendapat bahwa motivasi
berprestasi merupakan suatu dorongan dengan
ciri-ciri seseorang melakukan pekerjaan dengan
baik dan kinerja yang tinggi. Kebutuhan akan
berprestasi tinggi merupakan suatu dorongan
yang timbul pada diri seseorang untuk berupaya
mencapai target yang telah ditetapkan, bekerja
keras untuk mencapai keberhasilan dan
memiliki keinginan untuk mengerjakan sesuatu
secara lebih lebih baik dari sebelumnya. Guru
dengan motivasi berprestasi tinggi sangat
menyukai tantangan, berani mengambil risiko,
sanggup mengambil alih tanggungjawab, senang
bekerja keras. Dorongan ini akan menimbulkan
kebutuhan berprestasi karyawan yang
membedakan dengan yang lain, karena selalu
ingin mengerjakan sesuatu dengan lebih baik.
Berdasarkan pengalamam dan antisipasi dari
hasil yang menyenangkan serta jika prestasi
sebelumnya dinilai baik, maka Guru lebih
menyukai untuk terlibat dalam perilaku
berprestasi. Sebaliknya jika Guru telah
dihukum karena mengalami kegagalan, maka
perasaan takut terhadap kegagalan akan
berkembang dan menimbulkan dorongan untuk
menghindarkan diri dari kegagalan.
64
Ada beberapa ciri-ciri orang yang
mempunyai motivasi menurut Sardiman
A.M.(2003:83) antara lain:
1. tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam
waktu lama, tidak pernah
berhenti sebelum selesai). 2. ulet menghadapi kesulitan (tidak
lekas putus asa). Tidak memerlukan dorongan dari luar
untuk berprestasi sebaik
mungkin (tidak cepat puas dengan adanya prestasi yang
dicapainya). 3. menunjukkan minat terhadap
bermacam-macam masalah
“untuk orang dewasa” misalnya masalah agama,politik, ekonomi,
keadilan, serta pemberantasan
korupsi, penentagan terhadap setiap tindakan kriminal, amoral
dan sebagainya. 4. lebih senang bekerja mandiri. 5. cepat bosan pada tugas-tugas
yang rutin (hal-hal yang bersifat
mekanis, berulang-ulang begitu saja sehingga kurang kreatif).
6. dapat berupaya untuk tetap mempertahankan pendapatnya
(kalau sudah yakin akan sesuatu)
7. tidak mudah melepas hal yang diyakini tersebut
8. senang memecahkan soal-soal.
Sebaliknya ada pula ciri-ciri orang yang
memiliki motivasi berprestasi rendah menurut
Sardiman A.M.(2003:83) sebagai berikut:
65
1. bersikap apatis dan tidak percaya
diri. 2. tidak memiliki rasa tanggungjawab
pribadi dalam bekerja.
3. bekerja tanpa rencana dan tujuan yang jelas.
4. ragu-ragu dalam setiap mengambil
keputusan.
5. setiap tindakan tidak terahan dan menyimpang dari tujuan.
Untuk mengetahui apakah seseorang
memiliki motivasi kerja yang tinggi dalam
melakukan tugas, penulis mendapatkan
informasi dari kepala sekolah bahwa kepala
sekolah dalam menjalankan tugas sebagai
pimpinan telah mengamati guru dengan tanda-
tanda motivasi baik sebagai berikut:
1. Bersikap positif terhadap pekerjaannya.
2. Menunjukkan perhatian yang tulus
terhadap pekerjaan orang lain dan
membantu mereka bekerja lebih baik,
3. Selalu menjaga kesimbangan sikap
dalam berbagai situasi.
4. Suka memberi motivasi kepada orang
lain walaupun kadang tidak berhasil.
5. Selalu berpikir positif dari suatu
kejadian.
Kepala sekolah juga memberikan
informasi kepada penulis bahwa untuk
66
mengetahui apakah seorang guru kehilangan
motivasi tidak selalu mudah karena jarang
diungkapkan. Namun hal ini dapat diketahui
dari perubahan sikap yang terjadi pada dirinya
yang dapat diamati. Tanda-tanda sikap guru
yang tidak memiliki motivasi kerja yang dapat
penulis sampaikan berdasarkan pengamatan
yang penulis lakukan sebagai berikut:
1. Tidak bersedia bekerja sama
2. Tidak mau menjadi sukarelawan
3. Selalu datang terlambat, pulang awal dan
mangkir tanpa alasan
4. Memperpanjang waktu istirahat dan
bermain game dalam waktu kerja
5. Tidak menepati tenggat waktu tugas
6. Tidak mengikuti standar yang ditetapkan
7. Selalu mengeluh tentang hal sepele
8. Saling menyalahkan
9. Tidak mematuhi peraturan
Penulis berpendapat bahwa suatu hal
yang perlu diperhatikan agar guru tidak
mengalami kerugian akibat penurunan motivasi,
maka kita perlu mengatasi masalah tersebut
dan mencegah dengan berupaya mengantisipasi
kondisi yang terjadi. Seperti yang dikemukakan
oleh Jasmani (2013:67-69) yang menyatakan
bahwa ada pendekatan untuk mengatasi atau
67
mengurangi kekurangan semangat dan motivasi
dalam melaksanakan pekerjaan adalah dengan
pendekatan kuratif dan pendekatan preventif.
1. Pendekatan Kuratif
Pendekatan kuratif atau mengatasi
adalah melihat apakah masalah yang
menimbulkan pengaruh pada motivasi penting
atau tidak dalam pekerjaan. Apabila
masalahnya tidak terlalu penting maka kita
tidak perlu merasa putus asa. Tetapi bila
ternyata masalah itu penting dalam pekerjaan,
maka bicara secara terbuka dan langsung
dengan pihak yang berwenang untuk
mendapatkan kesamaan persepsi sehingga jalan
keluarnya dapat ditemukan, misalnya atasan
atau konselor. Bila pihak yang berwenang tidak
dapat ditemui secara langsung, hubungi melalui
surat atau telepon.
2. Pendekatan Antisipatif
Guru sebaiknya bekerja dengan sebaik-
baiknya dan sesuai dengan ketentuan yang
telah ditetapkan. Selanjutnya berusaha
menenangkan hati sewaktu bekerja dan jangan
terganggu dengan perasaan gelisah. Bila merasa
68
gelisah karena hal-hal yang tidak berkaitan
dengan pekerjaan, maka sebaiknya
menenangkan diri di luar ruang kerja dengan
cara yang diyakini berhasil, misalnya dengan
berdoa atau yoga. Guru disarankan bersikap
dan berpikir positif terhadap pekerjaan.
Peran kepala Sekolah sebagai Motivator,
kepala sekolah memiliki strategi yang tepat
untuk memberikan motivasi kepada para
tenaga kependidikan dalam melakukan
berbagai tugas dan fungsinya. Motivasi ini
dapat ditumbuhkan melalui pengaturan
lingkungan fisik, suasana kerja, disiplin,
dorongan, penghargaan secara efektif dan
penyediaan berbagai sumber belajar melalui
pengembangan Pusat Sumber Belajar (PSB).
Dorongan dan penghargaan merupakan dua
sumber motivasi yang efektif diterapkan oleh
kepala sekolah. Keberhasilan suatu organisasi
dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor
yang datang dari dalam maupun datang dari
lingkungan. Correlation between motivation
and supervision. (Umoh, Journal Educational
For Effective Teaching In Akwa IBOM State
Secondary School: Problems and prospects,
2013: 4):
“there is a correlation between
motivation and supervision. The
behaviour of people be it good or
69
bad according to Peretomode
(1995) must be viewed as the
consequence of the motivation of the
individuals in question. Motivation
may simply be described as
keenness for a particular pattern of
behaviour. Since employee
motivation is very important to the
survival of the school organization, it
therefore serves a purpose of
supervision. Supervision will help
one to know who will be creative and
stimulated if motivated.
Hal tersebut dapat diartikan oleh
penulis bahwa ada hubungan antara motivasi
dan supervisi (pengawasan).Motivasi mungkin
hanya dapat digambarkan sebagai ketajaman
untuk pola perilaku tertentu. Karena motivasi
karyawan sangat penting bagi kelangsungan
hidup organisasi sekolah, maka tujuan utama
dari supervisi adalah untuk bisa memotivasi
kerja guru yang ada di sekolah. Pengawasan
atau supervisi akan membantu seseorang
untuk tahu siapa yang akan menjadi kreatif
dan inovatif jika termotivasi. Kreativitas
memungkinkan organisasi sekolah untuk
menemukan cara-cara baru dan lebih baik
dalam melakukan sesuatu. Kemampuan
tersebut telah menjadi sangat signifikan sebagai
suatu cara untuk memotivasi guru dalam
menggunakan teknologi baru dan metode baru
dalam pengajaran. Kegiatan pengawasan atau
70
supervisi mendorong adanya identifikasi guru
dengan keterampilan yang diperlukan untuk
melakukan kegiatan pembelajaran. Ketika
mereka termotivasi, mereka dirangsang untuk
memasang karya terbaik mereka. Pengawasan
adalah kondisi yang diperlukan untuk
keberadaan organisasi apapun karena
membantu anggota untuk bekerja untuk dapat
mencapai tujuan organisasi. Umoh (Journal
Educational For Effective Teaching In Akwa
IBOM State Secondary Schools: Problems and
prospects, 2013: 7), mengatakan bahwa:
“the supervisor should be liberal and
humane, seek for cooperation from the teachers and therefore become a helper.
For the supervisor to achieve the
purposes of supervision, the following strategies have to be adopted:
1. there should be pre-sessional talk with the staff on books, methods of discipline and teaching.
2. the school supervisor should participate by sitting in a class where a teacher teaches for a proper feedback to the teachers.
3. Discussion about class work based on the observation while the teacher was on duty in class.
4. Provision of sufficient equipment, teaching aid to the teachers.
5. Provide guidance to the beginning teacher for quality direction and control.
Penulis dapat mengartikan bahwa
supervisor harus bisa melakukan kerjasama
71
dengan guru. Dalam rangka mencapai tujuan
supervisi, ada beberapa strategi yang bisa
dilakukan supervisor dalam rangka mencapai
tujuannya. Strategi yang bisa dilakukan
diantaranya:
1. Harus ada pembicaraan pra-sesi dengan
guru dan menerapkan metode disiplin
dalam pengajaran.
2. Pengawas sekolah harus berpartisipasi
dengan duduk di kelas di mana guru
mengajar untuk umpan balik yang tepat
untuk para guru.
3. Diskusi tentang pelaksanaan pekerjaan di
dalam kelas berdasarkan pengamatan
sementara guru sedang bertugas di kelas.
4. Sekolah harus menyediakan peralatan atau
alat peraga yang memadai, untuk
mempermudah guru dalam mengajar.
5. Memberikan bimbingan kepada guru mulai
arah kualitas dan kontrol. Kepala sekolah
dalam menggunakan strategi pemberian
bimbingan kepada guru menurut penulis
dapat digunakan supervisor dalam rangka
mengetahui efektivitas pengelolaan kelas
oleh guru;meningkatkan guru yang tidak
kompeten;menemukan kemampuan khusus
atau kualitas yang dimiliki oleh para guru
di sekolah-sekolah;memberikan panduan
72
untuk pengembangan staf; menentukan
apakah seorang guru harus dipromosikan,
dipertahankan atau diberhentikan dan
untuk meningkatkan program pembelajaran
di sekolah-sekolah.
2.4 Kajian Penelitian yang Relevan
Penelitian yang pernah dilakukan oleh
peneliti sebelumnya seperti: penelitian Ni
Nengah Widayani (2011:11) supervisi
kunjungan kelas dapat meningkatkan
keterampilan dan profesionalisme guru SD No
3 dan 10 Kesiman, Kecamatan Denpasar
Timur, Kota Denpasar, Provinsi Bali. Adi
Wahyudi (2012:3) menunjukkan bahwa disiplin
kerja, motivasi kerja, dan supervisi kepala
sekolah berpengaruh positif terhadap kinerja
guru. Roemintoyo (2012:2) menunjukkan bahwa
Supervisi pengajaran untuk meningkatkan
Profesionalisme Guru di Sekolah Dasar.
Tatorifasah (2012:4) menunjukakan tentang
peran kepala sekolah dalam pelaksanaan
supervisi untuk meningkatkan motivasi kerja
guru di SMPN 2 Malang. Dalam hal ini peran
kepala sekolah dalam pelaksanaan supervisi
untuk meningkatkan motivasi kerja guru di
SMA Negeri 2 Malang diantaranya adalah: (1)
73
teknik supervisi yang digunakan kepala
sekolah untuk meningkatkan motivasi kerja
guru di SMAN 2 Malang yaitu teknik supervisi
observasi kelas, teknik supervisi pertemuan
individu dan rapat guru; (2) faktor penunjang
Kepala SMA Negeri 2 Malang melakukan
supervisi adalah dalam menjalankan tugas dan
kewajiban sebagai kepala sekolah
menunjukkan perhatian kepada guru,
menimbulkan rasa kekeluargaan antara kepala
sekolah dan guru. Selain itu dengan
melaksanakan supervisi maka kepala sekolah
bisa mengetahui permasalahan guru dalam
kegiatan mengajar dan memberikan solusi
kepada guru tersebut sehingga dapat
membantu meningkatkan kemampuan
mengajar guru tersebut; (3) faktor-faktor
penghambat yang dihadapi kepala sekolah
dalam pelaksanaan supervisi untuk
meningkatkan motivasi kerja guru di SMA
Negeri 2 Malang, terutama adalah masalah
waktu pertemuan untuk supervisi observasi
kelas dan supervisi pertemuan individu dan (4)
solusi yang digunakan oleh kepala sekolah
dalam mengatasi faktor penghambat untuk
meningkatkan motivasi kerja guru adalah
dengan mengatur ulang jadwal supervisi
observasi kelas dan supervisi pertemuan
individu di hari lain, karena kedua supervisi
74
tersebut wajib dilakukan. Penelitian yang telah
dilakukan oleh peneliti sebelumnya sejalan
dengan apa yang di kehendaki oleh penulis agar
proses supervisi dapat terlaksana dengan baik
supervisor diharapkan lebih meningkatkan
inovasi terhadap teknik supervisi, agar guru
lebih termotivasi dalam mengembangkan
kemampuannya; pelaksanaan supervisi agar
tidak monoton sehingga guru dapat lebih
terbuka di dalam mengungkapkan masalah
yang dihadapi saat mengajar pada saat
supervisi dilaksanakan. Pelaksanaan supervisi
hendaknya dilaksanakan secara kontinyu
setiap bulan sehingga apabila ada
permasalahan yang dihadapi oleh guru dapat
segera dicarikan solusinya, sehingga
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar tetap
bisa berjalan dengan baik.
2.5 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir dalam penelitian
pengembangan ini dapat dikemukakan sebagai
berikut:kepala sekolah sebagai pemimpin
pendidikan di sekolah memiliki tugas dan
tanggung jawab dalam mencapai tujuan
pendidikan melalui berbagai kegiatan
pendidikan yang dilaksanakan di sekolah yang
dipimpinnya. Agar setiap kegiatan pendidikan di
75
sekolah dapat dilaksanakan dengan baik, maka
kepala sekolah harus dapat mengarahkan dan
menggerakkan semua guru dalam menjalankan
kegiatan proses pembelajaran. Untuk bisa
mengarahkan dan menggerakkan guru maka
kepala sekolah perlu menjalankan tugas dan
fungsinya sebagai supervisor dan motivator.
Selain mengarahkan dan menggerakkan
serta membimbing guru, kepala sekolah
bertugas dan bertanggung jawab terhadap
kualitas kinerja guru. Oleh karena itu kepala
sekolah dalam menjalankan tugas dan
fungsinya sebagai supervisor dan motivator
harus melaksanakan supervisi pendidikan
kepada semua guru. Supervisi pendidikan yang
dilakukan oleh Kepala Sekolah SD Negeri
Srondol Kulon 01 adalah supervisi kunjungan
kelas yang bertujuan untuk memberikan
bimbingan dan pembinaan ke arah
profesionalitas guru dalam mengelola kegiatan
belajar mengajar. Kepala sekolah dalam
melaksanakan supervisi kunjungan kelas
diharapkan mampu untuk meningkatkan
motivasi kerja guru.
Penelitian yang digunakan penulis yaitu
penelitian pengembangan yang dikemukakan
oleh Sugiyono (2011:408) ada beberapa langkah-
langkah pelaksanaan penelitian dan
pengembangan yang dilakukan untuk
76
menghasilkan produk dan untuk menguji
keefektifan produk. Adapun langkah-langkah
penelitian pengembangan adalah: Potensi dan
Masalah, Pengumpulan data, Desain Produk,
Validasi Desain, Revisi Desain, Ujicoba Produk,
Revisi Produk, Uji coba Pemakaian, Rivisi
Produk, Produksi Massal. Dalam penelitian
pengembangan ini penulis akan meneliti tentang
supervisi kunjungan kelas untuk meningkatkan
motivasi kerja guru. Penelitian yang penulis
lakukan ini menggunakan sebuah strategi
penelitian dan pengembangan. Adapun
produk yang akan dikembangkan dalam
penelitian ini adalah panduan pelaksanaan
supervisi kunjungan kelas untuk meningkatkan
motivasi kerja guru. Panduan pelaksanaan
supervisi kunjungan kelas untuk meningkatkan
motivasi kerja guru ini dimaksudkan untuk
menjadi bahan masukan bagi kepala sekolah
dalam menjalankan tugas dan tanggung
jawabnya sebagai seorang supervisor dan
motivator bagi guru di Sd Negeri Srondol Kulon
01 UPTD Pendidikan Kecamatan Banyumanik
Kota Semarang.