bab ii konsep teori -...

29
BAB II KONSEP TEORI A. PENGERTIAN Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh terhentinya suplai darah kebagian otak (Brunner and Suddarth, 2001). Stroke hemorragic adalah stroke yang terjadi karena pembuluh darah di otak pecah sehingga timbul iskhemik dan hipoksia di hilir. Penyebab stroke hemoragi antara lain: hipertensi, pecahnya aneurisma, malformasi arteri venosa. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun (Ria Artiani, 2009). Stroke hemorrhagic adalah pembuluh darah otak yang pecah sehingga menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan kemudian merusaknya (M. Adib, 2009). Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa stroke hemorrhagic adalah salah satu jenis stroke yang disebabkan karena pecahnya pembuluh darah di otak sehingga darah tidak dapat mengalir secara semestinya yang menyebabkan otak mengalami hipoksia dan berakhir dengan kelumpuhan. 1

Upload: buitu

Post on 06-Feb-2018

222 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

BAB II

KONSEP TEORI

A. PENGERTIAN

Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh

terhentinya suplai darah kebagian otak (Brunner and Suddarth, 2001).

Stroke hemorragic adalah stroke yang terjadi karena pembuluh darah

di otak pecah sehingga timbul iskhemik dan hipoksia di hilir. Penyebab stroke

hemoragi antara lain: hipertensi, pecahnya aneurisma, malformasi arteri

venosa. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun

bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun (Ria

Artiani, 2009).

Stroke hemorrhagic adalah pembuluh darah otak yang pecah sehingga

menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu

daerah di otak dan kemudian merusaknya (M. Adib, 2009).

Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa stroke hemorrhagic adalah

salah satu jenis stroke yang disebabkan karena pecahnya pembuluh darah di

otak sehingga darah tidak dapat mengalir secara semestinya yang

menyebabkan otak mengalami hipoksia dan berakhir dengan kelumpuhan.

1

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI

1. Otak

Gambar 1.

Anatomi otak

2

Berat otak manusia sekitar 1400 gram dan tersusun oleh kurang lebih 100

triliun neuron. Otak terdiri dari empat bagian besar yaitu serebrum (otak

besar), serebelum (otak kecil), brainsterm (batang otak), dan diensefalon

(Satyanegara, 1998).

Serebrum terdiri dari dua hemisfer serebri, korpus kolosum dan korteks

serebri. Masing-masing hemisfer serebri terdiri dari lobus frontalis yang

merupakan area motorik primer yang bertanggung jawab untuk gerakan-

gerakan voluntar, lobur parietalis yang berperanan pada kegiatan

memproses dan mengintegrasi informasi sensorik yang lebih tinggi

tingkatnya, lobus temporalis yang merupakan area sensorik untuk impuls

pendengaran dan lobus oksipitalis yang mengandung korteks penglihatan

primer, menerima informasi penglihatan dan menyadari sensasi warna.

Serebelum terletak di dalam fosa kranii posterior dan ditutupi oleh

duramater yang menyerupai atap tenda yaitu tentorium, yang

memisahkannya dari bagian posterior serebrum. Fungsi utamanya adalah

sebagai pusat refleks yang mengkoordinasi dan memperhalus gerakan

otot, serta mengubah tonus dan kekuatan kontraksi untuk mempertahankan

keseimbangan sikap tubuh.

Bagian-bagian batang otak dari bawak ke atas adalah medula oblongata,

pons dan mesensefalon (otak tengah). Medula oblongata merupakan pusat

refleks yang penting untuk jantung, vasokonstriktor, pernafasan, bersin,

batuk, menelan, pengeluaran air liur dan muntah. Pons merupakan mata

rantai penghubung yang penting pada jaras kortikosereberalis yang

3

menyatukan hemisfer serebri dan serebelum. Mesensefalon merupakan

bagian pendek dari batang otak yang berisi aquedikus sylvius, beberapa

traktus serabut saraf asenden dan desenden dan pusat stimulus saraf

pendengaran dan penglihatan.

Diensefalon di bagi empat wilayah yaitu talamus, subtalamus, epitalamus

dan hipotalamus. Talamus merupakan stasiun penerima dan pengintegrasi

subkortikal yang penting. Subtalamus fungsinya belum dapat dimengerti

sepenuhnya, tetapi lesi pada subtalamus akan menimbulkan hemibalismus

yang ditandai dengan gerakan kaki atau tangan yang terhempas kuat pada

satu sisi tubuh. Epitalamus berperanan pada beberapa dorongan emosi

dasar seseorang. Hipotalamus berkaitan dengan pengaturan rangsangan

dari sistem susunan saraf otonom perifer yang menyertai ekspresi tingkah

dan emosi.

2. Nervus Cranialis

a. Nervus olvaktorius

Saraf pembau yang keluar dari otak dibawa oleh dahi, membawa

rangsangan aroma (bau-bauan) dari rongga hidung ke otak.

b. Nervus optikus

Mensarafi bola mata, membawa rangsangan penglihatan ke otak.

c. Nervus okulomotoris

Bersifat motoris, mensarafi otot-otot orbital (otot pengerak bola mata)

menghantarkan serabut-serabut saraf para simpati untuk melayani otot

siliaris dan otot iris.

4

d. Nervus troklearis

Bersifat motoris, mensarafi otot-otot orbital. Saraf pemutar mata yang

pusatnya terletak dibelakang pusat saraf penggerak mata.

e. Nervus trigeminus

Bersifat majemuk (sensoris motoris) saraf ini mempunyai tiga buah

cabang. Fungsinya sebagai saraf kembar tiga, saraf ini merupakan

saraf otak besar, sarafnya yaitu:

1) Nervus oltamikus: sifatnya sensorik, mensarafi kulit kepala bagian

depan kelopak mata atas, selaput lendir kelopak mata dan bola

mata.

2) Nervus maksilaris: sifatnya sensoris, mensarafi gigi atas, bibir

atas, palatum, batang hidung, ronga hidung dan sinus maksilaris.

3) Nervus mandibula: sifatnya majemuk (sensori dan motoris)

mensarafi otot-otot pengunyah. Serabut-serabut sensorisnya

mensarafi gigi bawah, kulit daerah temporal dan dagu.

f. Nervus abdusen

Sifatnya motoris, mensarafi otot-otot orbital. Fungsinya sebagai saraf

penggoyang sisi mata.

g. Nervus fasialis

Sifatnya majemuk (sensori dan motori) serabut-serabut motorisnya

mensarafi otot-otot lidah dan selaput lendir ronga mulut. Di dalam

saraf ini terdapat serabut-serabut saraf otonom (parasimpatis) untuk

5

wajah dan kulit kepala fungsinya sebagai mimik wajah untuk

menghantarkan rasa pengecap.

h. Nervus auditoris

Sifatnya sensori, mensarafi alat pendengar, membawa rangsangan dari

pendengaran dan dari telinga ke otak. Fungsinya sebagai saraf

pendengar.

i. Nervus glosofaringeus

Sifatnya majemuk (sensori dan motoris) mensarafi faring, tonsil dan

lidah, saraf ini dapat membawa rangsangan cita rasa ke otak.

j. Nervus vagus

Sifatnya majemuk (sensoris dan motoris) mengandung saraf-saraf

motorik, sensorik dan parasimpatis faring, laring, paru-paru, esofagus,

gaster intestinum minor, kelenjar-kelenjar pencernaan dalam

abdomen. Fungsinya sebagai saraf perasa.

k. Nervus asesorius

Saraf ini mensarafi muskulus sternokleidomastoid dan muskulus

trapezium, fungsinya sebagai saraf tambahan.

l. Nervus hipoglosus

Saraf ini mensarafi otot-otot lidah, fungsinya sebagai saraf lidah. Saraf

ini terdapat di dalam sumsum penyambung.

6

3. Sirkulasi darah otak

Gambar 2.

Anatomi Pembuluh Darah Otak

7

Otak menerima 17 % curah jantung dan menggunakan 20 % konsumsi

oksigen total tubuh manusia untuk metabolisme aerobiknya. Otak

diperdarahi oleh dua pasang arteri yaitu arteri karotis interna dan arteri

vertebralis. Dalam rongga kranium, keempat arteri ini saling berhubungan

dan membentuk sistem anastomosis, yaitu sirkulus Willisi (Satyanegara,

1998).

Arteri karotis interna dan eksterna bercabang dari arteria karotis komunis

kira-kira setinggi rawan tiroidea. Arteri karotis interna masuk ke dalam

tengkorak dan bercabang kira-kira setinggi kiasma optikum, menjadi

arteri serebri anterior dan media. Arteri serebri anterior memberi suplai

darah pada struktur-struktur seperti nukleus kaudatus dan putamen basal

ganglia, kapsula interna, korpus kolosum dan bagian-bagian (terutama

medial) lobus frontalis dan parietalis serebri, termasuk korteks somestetik

dan korteks motorik. Arteri serebri media mensuplai darah untuk lobus

temporalis, parietalis dan frontalis korteks serebri.

Arteria vertebralis kiri dan kanan berasal dari arteria subklavia sisi yang

sama. Arteri vertebralis memasuki tengkorak melalui foramen magnum,

setinggi perbatasan pons dan medula oblongata. Kedua arteri ini bersatu

membentuk arteri basilaris, terus berjalan sampai setinggi otak tengah,

dan di sini bercabang menjadi dua membentuk sepasang arteri serebri

posterior. Cabang-cabang sistem vertebrobasilaris ini memperdarahi

medula oblongata, pons, serebelum, otak tengah dan sebagian diensefalon.

Arteri serebri posterior dan cabang-cabangnya memperdarahi sebagian

8

diensefalon, sebagian lobus oksipitalis dan temporalis, aparatus koklearis

dan organ-organ vestibular.

Darah di dalam jaringan kapiler otak akan dialirkan melalui venula-venula

(yang tidak mempunyai nama) ke vena serta di drainase ke sinus

duramatris. Dari sinus, melalui vena emisaria akan dialirkan ke vena-vena

ekstrakranial.

C. ETIOLOGI/PREDISPOSISI

Penyebab perdarahan otak yang paling lazim terjadi

1. Aneurisma Berry, biasanya defek kongenital.

2. Aneurisma fusiformis dari atherosklerosis. Atherosklerosis adalah

mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya kelenturan atau

elastisitas dinding pembuluh darah. Dinding arteri menjadi lemah dan

terjadi aneurisma kemudian robek dan terjadi perdarahan.

3. Aneurisma myocotik dari vaskulitis nekrose dan emboli septis.

4. Malformasi arteriovenous, adalah pembuluh darah yang

mempunyai bentuk abnormal, terjadi hubungan persambungan pembuluh

darah arteri, sehingga darah arteri langsung masuk vena, menyebabkan

mudah pecah dan menimbulkan perdarahan otak..

5. Ruptur arteriol serebral, akibat hipertensi yang menimbulkan

penebalan dan degenerasi pembuluh darah.

Faktor resiko pada stroke adalah

1. Hipertensi

9

2. Penyakit kardiovaskuler: arteria koronaria, gagal jantung kongestif,

fibrilasi atrium, penyakit jantung kongestif)

3. Kolesterol tinggi, obesitas

4. Peningkatan hematokrit (resiko infark serebral)

5. Diabetes Melitus (berkaitan dengan aterogenesis terakselerasi)

6. Kontrasepasi oral (khususnya dengan disertai hipertensi, merokok,

dan kadar estrogen tinggi)

7. Penyalahgunaan obat (kokain), rokok dan alkohol

(Smeltzer C. Suzanne, 2002)

D. PATOFISIOLOGI

Ada dua bentuk CVA bleeding

10

1. Perdarahan intra cerebral

Pecahnya pembuluh darah otak terutama karena hipertensi mengakibatkan

darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa atau hematom

yang menekan jaringan otak dan menimbulkan oedema di sekitar otak.

Peningkatan TIK yang terjadi dengan cepat dapat mengakibatkan

kematian yang mendadak karena herniasi otak. Perdarahan intra cerebral

sering dijumpai di daerah putamen, talamus, sub kortikal, nukleus

kaudatus, pon, dan cerebellum. Hipertensi kronis mengakibatkan

perubahan struktur dinding permbuluh darah berupa lipohyalinosis atau

nekrosis fibrinoid.

2. Perdarahan sub arachnoid

Pecahnya pembuluh darah karena aneurisma atau AVM. Aneurisma paling

sering didapat pada percabangan pembuluh darah besar di sirkulasi willisi.

AVM dapat dijumpai pada jaringan otak dipermukaan pia meter dan

ventrikel otak, ataupun didalam ventrikel otak dan ruang subarakhnoid.

Pecahnya arteri dan keluarnya darah keruang subarakhnoid

mengakibatkan tarjadinya peningkatan TIK yang mendadak, meregangnya

struktur peka nyeri, sehinga timbul nyeri kepala hebat. Sering pula

dijumpai kaku kuduk dan tanda-tanda rangsangan selaput otak lainnya.

Peningkatam TIK yang mendadak juga mengakibatkan perdarahan

subhialoid pada retina dan penurunan kesadaran. Perdarahan subarakhnoid

dapat mengakibatkan vasospasme pembuluh darah serebral. Vasospasme

ini seringkali terjadi 3-5 hari setelah timbulnya perdarahan, mencapai

11

puncaknya hari ke 5-9, dan dapat menghilang setelah minggu ke 2-5.

Timbulnya vasospasme diduga karena interaksi antara bahan-bahan yang

berasal dari darah dan dilepaskan kedalam cairan serebrospinalis dengan

pembuluh arteri di ruang subarakhnoid. Vasospasme ini dapat

mengakibatkan disfungsi otak global (nyeri kepala, penurunan kesadaran)

maupun fokal (hemiparese, gangguan hemisensorik, afasia danlain-lain).

Otak dapat berfungsi jika kebutuhan O2 dan glukosa otak dapat terpenuhi.

Energi yang dihasilkan didalam sel saraf hampir seluruhnya melalui

proses oksidasi. Otak tidak punya cadangan O2 jadi kerusakan,

kekurangan aliran darah otak walau sebentar akan menyebabkan gangguan

fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan glukosa sebagai bahan bakar

metabolisme otak, tidak boleh kurang dari 20 mg% karena akan

menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25 % dari seluruh

kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun

sampai 70 % akan terjadi gejala disfungsi serebral. Pada saat otak

hipoksia, tubuh berusaha memenuhi O2 melalui proses metabolik anaerob,

yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah otak.

(Emond, 2009)

E. MANIFESTASI KLINIS

Kemungkinan kecacatan yang berkaitan dengan stroke

1. Daerah a. serebri media

a. Hemiplegi kontralateral, sering disertai hemianestesi

12

b. Hemianopsi homonim kontralateral

c. Afasi bila mengenai hemisfer dominan

d. Apraksi bila mengenai hemisfer nondominan

2. Daerah a. Karotis interna

Serupa dengan bila mengenai a. Serebri media

3. Daerah a. Serebri anterior

a. Hemiplegi (dan hemianestesi) kontralateral terutama di tungkai

b. Incontinentia urinae

c. Afasi atau apraksi tergantung hemisfer mana yang terkena

4. Daerah a. Posterior

a. Hemianopsi homonim kontralateral mungkin tanpa mengenai

daerah makula karena daerah ini juga diperdarahi oleh a. Serebri

media

b. Nyeri talamik spontan

c. Hemibalisme

d. Aleksi bila mengenai hemisfer dominan

5. Daerah vertebrobasiler

a. Sering fatal karena mengenai juga pusat-pusat vital di batang otak

b. Hemiplegi alternans atau tetraplegi

c. Kelumpuhan pseudobulbar (disartri, disfagi, emosi labil)

(Purwadianto & Sampurna, 2000)

13

F. KOMPLIKASI

Stroke hemoragik dapat menyebabkan

1. Infark Serebri

2. Hidrosephalus yang sebagian kecil menjadi hidrosephalus

normotensif

3. Fistula caroticocavernosum

4. Epistaksis

5. Peningkatan TIK, tonus otot abnormal

(Irwananshari, 2009)

G. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan untuk stroke hemoragik, antara lain:

1. Menurunkan kerusakan iskemik cerebral

Infark cerebral terdapat kehilangan secara mantap inti central jaringan

otak, sekitar daerah itu mungkin ada jaringan yang masih bisa

diselematkan, tindakan awal difokuskan untuk menyelematkan sebanyak

mungkin area iskemik dengan memberikan O2, glukosa dan aliran darah

yang adekuat dengan mengontrol / memperbaiki disritmia (irama dan

frekuensi) serta tekanan darah.

2. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK

Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala

yang berlebihan, pemberian dexamethason.

14

3. Pengobatan

a. Anti koagulan: Heparin untuk menurunkan kecederungan

perdarahan pada fase akut.

b. Obat anti trombotik: Pemberian ini diharapkan mencegah peristiwa

trombolitik/emobolik.

c. Diuretika : untuk menurunkan edema serebral

4. Penatalaksanaan Pembedahan

Endarterektomi karotis dilakukan untuk memeperbaiki peredaran darah

otak. Penderita yang menjalani tindakan ini seringkali juga menderita

beberapa penyulit seperti hipertensi, diabetes dan penyakit kardiovaskular

yang luas. Tindakan ini dilakukan dengan anestesi umum sehingga saluran

pernafasan dan kontrol ventilasi yang baik dapat dipertahankan.

(Ilham, 2008)

15

H. PATHWAYS KEPERAWATAN

Hipertensi, aneurisma serebral, penyakit jantung, perdarahan serebral, DM, usila, rokok, alkoholik, peningkatan kolesterol, obesitas

Thrombus, Emboli, Perdarahan serebral

Gangguan aliran darah ke otak Pecahnya pembuluh darah otak

Kerusakan neuromotorik Perdarahan Intra Kranial

Transmisi impuls UMN Darah merembes ke dalam ke LMN terganggu parenkim otak fungsi otak menurun kerusakan pada lobus frontael /area broca dan Kelemahan otot progresif Penekanan pada jaringan otak lobus temporalo/area weriek

GANGGUAN MOBILITAS Peningkatan Tekanan Intra Kranial apasia global FISIK GANGGUAN PERFUSI GANGGUAN KOMUNIKASI JARINGAN OTAK VERBAL Pasien bedrestADL dibantu Penekanan lama pada daerah punggung dan bokongDEFISIT PERAWATAN DIRI Suplai nutrisi dan O2 kedaerah tertekan berkurang

RESIKO GANGGUAN INTEGRITAS KULIT

I. PENGKAJIAN

Menurut Marilyn E. Doenges, 2000, data-data yang perlu dikaji antara lain

1. Identitas klien

Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,

pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS,

nomor register, diagnose medis.

2. Keluhan utama

Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo,

dan tidak dapat berkomunikasi.

3. Riwayat penyakit sekarang

Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak, pada

saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual,

muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan

separoh badan atau gangguan fungsi otak yang lain (Siti Rochani, 2000).

4. Riwayat penyakit dahulu

Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia,

riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti

koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.

5. Riwayat penyakit keluarga

Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes

militus (Hendro Susilo, 2000).

6. Riwayat psikososial

Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal. Biaya untuk pemeriksaan,

pengobatan dan perawatan dapat mengacaukan keuangan keluarga sehingga

faktor biaya ini dapat mempengaruhi stabilitas emosi dan pikiran klien dan

keluarga.

7. Pola-pola fungsi kesehatan

a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat: Biasanya ada riwayat

perokok, penggunaan alkohol, penggunaan obat kontrasepsi oral.

b.Pola nutrisi dan metabolisme: Adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu

makan menurun, mual muntah pada fase akut.

c. Pola eliminasi: Biasanya terjadi inkontinensia urine dan pada pola

defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus.

d.Pola aktivitas dan latihan: Adanya kesukaran untuk beraktivitas karena

kelemahan, kehilangan sensori atau paralise/ hemiplegi, mudah lelah

e. Pola tidur dan istirahat: Biasanya klien mengalami kesukaran untuk

istirahat karena kejang otot/nyeri otot

f. Pola hubungan dan peran: Adanya perubahan hubungan dan peran

karena klien mengalami kesukaran untuk berkomunikasi akibat gangguan

bicara.

g. Pola persepsi dan konsep diri: Klien merasa tidak berdaya, tidak ada

harapan, mudah marah, tidak kooperatif.

h.Pola sensori dan kognitif: Pada pola sensori klien mengalami gangguan

penglihatan/kekaburan pandangan, perabaan/sentuhan menurun pada

muka dan ekstremitas yang sakit. Pada pola kognitif biasanya terjadi

penurunan memori dan proses berpikir.

i. Pola reproduksi seksual: Biasanya terjadi penurunan gairah seksual

akibat dari beberapa pengobatan stroke, seperti obat anti kejang, anti

hipertensi, antagonis histamin.

j. Pola penanggulangan stress: Klien biasanya mengalami kesulitan untuk

memecahkan masalah karena gangguan proses berpikir dan kesulitan

berkomunikasi.

k. Pola tata nilai dan kepercayaan: Klien biasanya jarang melakukan

ibadah karena tingkah laku yang tidak stabil, kelemahan/kelumpuhan pada

salah satu sisi tubuh.

8. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum

1) Kesadaran: umumnya mengelami penurunan kesadaran

2)Tanda-tanda vital: tekanan darah meningkat, denyut nadi bervariasi

3)Suara bicara: kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti,

kadang tidak bisa bicara

b. Pemeriksaan integumen

1)Kulit: jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika

kekurangan cairan maka turgor kulit kan jelek. Di samping itu perlu

juga dikaji tanda-tanda dekubitus terutama pada daerah yang menonjol

karena klien CVA Bleeding harus bed rest 2-3 minggu

2) Kuku: perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis

3) Rambut: umumnya tidak ada kelainan

c. Pemeriksaan kepala dan leher

1) Kepala: bentuk normocephalik

2)Muka: umumnya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu sisi

3) Leher: kaku kuduk jarang terjadi

d. Pemeriksaan dada

Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi,

wheezing ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur akibat

penurunan refleks batuk dan menelan.

e. Pemeriksaan abdomen

Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan

kadang terdapat kembung.

f. Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus

Kadang terdapat incontinensia atau retensio urine

g. Pemeriksaan ekstremitas

Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.

h. Pemeriksaan neurologi

1) Pemeriksaan nervus cranialis

Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII dan XII central.

2) Pemeriksaan motorik

Hampir selalu terjadi kelumpuhan/kelemahan pada salah satu sisi

tubuh.

3) Pemeriksaan sensorik

Dapat terjadi hemihipestesi.

4) Pemeriksaan refleks

Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang.

Setelah beberapa hari refleks fisiologis akan muncul kembali didahuli

dengan refleks patologis

9. Pemeriksaan penunjang

a. CT scan: didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang masuk ventrikel,

atau menyebar ke permukaan otak.

b. MRI: untuk menunjukkan area yang mengalami hemoragik.

c. Angiografi serebral: untuk mencari sumber perdarahan seperti

aneurisma atau malformasi vaskuler

d. Pemeriksaan foto thorax: dapat memperlihatkan keadaan jantung,

apakah terdapat pembesaran ventrikel kiri yang merupakan salah satu

tanda hipertensi kronis pada penderita stroke

e. Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng

pineal

f. Elektro encephalografi / EEG: mengidentifikasi masalah didasarkan

pada gelombang otak dan mungkin memperlihatkan daerah lesi yang

spesifik.

g. Pemeriksaan EKG: dapat membantu menentukan apakah terddapat

disritmia, yang dapat menyebabkan stroke. Perubahan EKG lainnya yang

dapat ditemukan adalah inversi gelombang T, depresi ST, dan kenaikan

serta perpanjangan QT.

h. Ultrasonografi Dopler: Mengidentifikasi penyakit arteriovena

i. Pemeriksaan laboratorium

Pungsi lumbal: pemeriksaan likuor yang merah biasanya dijumpai pada

perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna

likuor masih normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama. Tidak ada

pemeriksaan laboratorium yang menjamin kepastian dalam menegakkan

diagnosa stroke; bagaimanapun pemeriksaan darah termasuk hematokrit

dan hemoglobin yang bila mengalami peningkatan dapat menunjukkan

oklusi yang lebih parah; masa protrombin dan masa protrombin parsial,

yang memberikan dasar dimulainya terapi antikoagulasi; dan hitung sel

darah putih, yang dapat menandakan infeksi seperti endokarditis bacterial

sub akut. Pada keadaan tidak terjadinya peningkatan TIK, mungkin

dilakukan pungsi lumbal. Jika ternyata terdapat darah dalam cairan

serebrospinal yang dikeluarkan, biasanya diduga terjadi henorhagi

subarakhnoid.

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan perdarahan

intracerebral.

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplagia.

3. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

kelemahan otot mengunyah dan menelan.

4. Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan tirah baring

lama.

5. Resiko bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan menurunnya

reflek batuk dan menelan.

K. RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Gangguan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan perdarahan intra

cerebral

Tujuan: Perfusi jaringan otak dapat tercapai secara optimal

Kriteria hasil:

- Klien tidak gelisah

- Tidak ada keluhan nyeri kepala, mual, kejang.

- GCS Eye: 4, Verbal: 5, Motorik: 6

- Pupil isokor, reflek cahaya (+)

- Tanda-tanda vital normal (N: 60-100x/mnt, S: 36-36,7oC, RR: 16-

20x/menit)

INTERVENSI RASIONAL1. Observasi dan catat tanda-

tanda vital dan kelain tekanan

intrakranial tiap dua jam

2. Berikan posisi kepala lebih

tinggi 15-30 dengan letak

jantung (beri bantal tipis)

3. Anjurkan kepada klien

untuk bed rest total dan

anjurkan klien untuk

menghindari batuk dan

mengejan berlebihan

4. Kolaborasi dengan tim

dokter dalam pemberian obat

neuro protektor

Mengetahui setiap perubahan

yang terjadi pada klien secara

dini dan untuk penetapan

tindakan yang tepat

Mengurangi tekanan arteri

dengan meningkatkan draimage

vena dan memperbaiki sirkulasi

serebral

Batuk dan mengejan dapat

meningkatkan tekanan intra

kranial dan potensial terjadi

perdarahan ulang

Memperbaiki sel yang masih

viabel

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplagia.

Tujuan:

Klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya

Kriteria hasil:

- Tidak terjadi kontraktur sendi

- Bertabahnya kekuatan otot

- Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas

INTERVENSI RASIONAL1. Lakukan gerak pasif pada

ekstrimitas yang sakit

2. Ajarkan klien untuk

melakukan latihan gerak aktif

pada ekstrimitas yang tidak

sakit

3. Kolaborasi dengan ahli

fisioterapi untuk latihan fisik

klien

Otot volunter akan kehilangan

tonus dan kekuatannya bila tidak

dilatih untuk digerakkan

Gerakan aktif memberikan

massa, tonus dan kekuatan otot

serta memperbaiki fungsi

jantung dan pernapasan

Mempertahankan kekuatan

tonus otot

3. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

kelemahan otot mengunyah dan menelan.

Tujuan:

Tidak terjadi gangguan nutrisi

Kriteria hasil:

- Berat badan dapat dipertahankan/ditingkatkan

- Hb dan albumin dalam batas normal

INTERVENSI RASIONAL1. Tentukan kemampuan klien

dalam mengunyah, menelan

dan reflek batuk

2. Stimulasi bibir untuk

menutup dan membuka mulut

secara manual dengan

menekan ringan diatas

bibir/dibawah dagu jika

dibutuhkan

3. Anjurkan klien

menggunakan sedotan

meminum cairan

4. Kolaborasi dengan tim

dokter untuk memberikan ciran

melalui iv atau makanan

melalui selang

Untuk menetapkan jenis

makanan yang akan diberikan

pada klien

Membantu dalam melatih

kembali sensori dan

meningkatkan kontrol muskuler

Menguatkan otot fasial dan dan

otot menelan dan merunkan

resiko terjadinya tersedak

Mungkin diperlukan untuk

memberikan cairan pengganti

dan juga makanan jika klien

tidak mampu untuk

memasukkan segala sesuatu

melalui mulut

4. Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan tirah baring

lama.

Tujuan:

Klien mampu mempertahankan keutuhan kulit

Kriteria hasil:

- Klien mau berpartisipasi terhadap pencegahan luka

- Klien mengetahui penyebab dan cara pencegahan luka

- Tidak ada tanda-tanda kemerahan atau luka

INTERVENSI RASIONAL1. Observasi terhadap eritema

dan kepucatan dan palpasi area

sekitar terhadap kehangatan

dan pelunakan jaringan tiap

merubah posisi

2. Ubah posisi tiap 2 jam.

Gunakan bantal air atau

pengganjal yang lunak di

bawah daerah-daerah yang

menonjol

3. Lakukan massage pada

daerah yang menonjol yang

baru mengalami tekanan pada

waktu berubah posisi. Jaga

kebersihan kulit

4. Anjurkan untuk melakukan

latihan ROM (range of motion)

dan mobilisasi jika mungkin

Hangat dan pelunakan adalah

tanda kerusakan jaringan

Menghindari tekanan dan

meningkatkan aliran darah

Menghindari kerusakan-

kerusakan kapiler-kapiler

Meningkatkan aliran darah

kesemua daerah

5. Resiko bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan menurunnya

reflek batuk dan menelan.

Tujuan :

Jalan nafas tetap efektif.

Kriteria hasil :

- Klien tidak sesak nafas

- Tidak terdapat ronchi, wheezing ataupun suara nafas tambahan

- Tidak retraksi otot bantu pernafasan

- Pernafasan teratur, RR 16-20 x per menit

INTERVENSI RASIONAL1. Observasi pola dan

frekuensi nafas. Auskultasi

suara nafas

2. Berikan intake yang

adekuat (2000 cc per hari)

3. Ubah posisi tiap 2 jam

sekali

4. Lakukan fisioterapi nafas

sesuai dengan keadaan umum

klien

Untuk mengetahui ada tidaknya

ketidakefektifan jalan nafas

Air yang cukup dapat

mengencerkan sekret

Perubahan posisi dapat

melepaskan sekret darim saluran

pernafasan

Agar dapat melepaskan sekret

dan mengembangkan paru-paru