bab ii konsep filsafat pendidikan islameprints.stainkudus.ac.id/650/5/5. bab ii.pdf · dalam...

70
13 BAB II KONSEP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM A. Deskripsi Pustaka 1. Konsep Filsafat Pendidikan Islam a. Pengertian Filsafat Secara etimologis, kata filsafat berasal dari bahasa Arab falsafah, dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah philosophy dan semuanya berasal dari bahasa yunani philosophia. Kata philosophia terdiri dari kata philain yang berarti cinta (love) dan Sophia yang berarti kebijaksanaan (love of wisdom)dalam arti sedalam-dalamnya. Mengartikan Sophia dengan pengetahuan (wisdom atau hikmah). Orang yang cinta pengetahuan disebut philosophia atau failasuf dalam ucapan arabnya. Sementara itu secara terminologi ada banyak pendapat tentang filsafat. Pengertian filsafat dari segi istilah ini mengalami perkembangan dari zaman ke zaman. 1 Ketika ditanya apa itu filsafat, seorang mahasiswa menjawab singkat: filsafat itu mencari kebenaran. Dengan cara berfikir dan bertanya terus-menerus. Tentang segala hal: dari persoalan gajah sampai persoalan semut, dari soal hokum dan politik hingga soal moral dan metafisika, dari soal galaksi hingga bakteri. 2 Pendapat yang lebih jelas lagi tentang filsafat antara lain dikemukakan oleh Sidi Gazalba, Menurutnya, filsafat adalah berfikir secara mendalam, sistematik, radikal, dan universal dalam rangka mencari kebenaran, inti atau hakikat mengenai segala sesuatu yang ada. 3 Selanjutnya, secara analitis operasional, pengertian filsafat dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Filsafat sebagai metode berfikir. Sebagai metode berfikir, filsafat merupakan hasil dan perenungan terhadap permasalahan hidup manusia. Dengan berfikir manusia 1 Adri Efferi, Filsafat Pendidikan islam, kudus, Nora Media Enterprise Hal 4 2 Adian Husaini, Filsafat Ilmu Perspektif barat dan Islam, Gema Insani, 2013 Hlm 13 3 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta, Logos Wacana Ilmu, 1997, Hlm 3

Upload: nguyenkhanh

Post on 03-Mar-2019

237 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

13

BAB II

KONSEP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

A. Deskripsi Pustaka

1. Konsep Filsafat Pendidikan Islam

a. Pengertian Filsafat

Secara etimologis, kata filsafat berasal dari bahasa Arab falsafah,

dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah philosophy dan semuanya

berasal dari bahasa yunani philosophia. Kata philosophia terdiri dari kata

philain yang berarti cinta (love) dan Sophia yang berarti kebijaksanaan

(love of wisdom)dalam arti sedalam-dalamnya. Mengartikan Sophia

dengan pengetahuan (wisdom atau hikmah). Orang yang cinta

pengetahuan disebut philosophia atau failasuf dalam ucapan arabnya.

Sementara itu secara terminologi ada banyak pendapat tentang filsafat.

Pengertian filsafat dari segi istilah ini mengalami perkembangan dari

zaman ke zaman.1

Ketika ditanya apa itu filsafat, seorang mahasiswa menjawab

singkat: filsafat itu mencari kebenaran. Dengan cara berfikir dan bertanya

terus-menerus. Tentang segala hal: dari persoalan gajah sampai persoalan

semut, dari soal hokum dan politik hingga soal moral dan metafisika, dari

soal galaksi hingga bakteri.2 Pendapat yang lebih jelas lagi tentang filsafat

antara lain dikemukakan oleh Sidi Gazalba, Menurutnya, filsafat adalah

berfikir secara mendalam, sistematik, radikal, dan universal dalam rangka

mencari kebenaran, inti atau hakikat mengenai segala sesuatu yang ada.3

Selanjutnya, secara analitis operasional, pengertian filsafat dapat

diuraikan sebagai berikut:

1. Filsafat sebagai metode berfikir.

Sebagai metode berfikir, filsafat merupakan hasil dan perenungan

terhadap permasalahan hidup manusia. Dengan berfikir manusia

1 Adri Efferi, Filsafat Pendidikan islam, kudus, Nora Media Enterprise Hal 42 Adian Husaini, Filsafat Ilmu Perspektif barat dan Islam, Gema Insani, 2013 Hlm 133 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta, Logos Wacana Ilmu, 1997, Hlm 3

14

menemukan tingkat dan jenis berfikir, antara lain: berfikir religious,

berfikir sosiologis, berfikir empiris, berfikir filosofis, dan berfikir

synopsis.

2. Filsafat adalah berfikir mendalam atau berfikir radikal

3. Filsafat sebagai sikap terhadap dunia dan hidup

4. Filsaft sebagai suatu rumpum problema

5. Filsafat adalah mempertanyakan permasalahan yang ada didunia ini

6. Filsafat sebagai sistem pemikiran. Sebagai sistem pemikiran filsafat

terbagi kedalam tga aspek, yaitu: logika, Erika, dan metafisika.

7. Filsafat sebagai aliran atau teori, sebagai aliran idealisme, realism, dan

sebagainya.

Filsafat merupakan sikap. Sebuah sikap hidup dan sikap terhadap

kehidupan. Dengan melakukan penyikapan terhadap hidup maka manusia

perlu mengetahui hakikat hidup ini. Pengetahuan tentang hidup ini menjadi

penerang jalan kehidupan. Setelah manusia memilki jalan kehidupan maka

manusia dapat mencapai tujuan hidupnya. Pengertian filsafat dari segi

istilah sangat beragam. Keragaman tersebut disebabkan oleh keragaman

pemikiran dan perbedaan sudut pandang ketika melihatsuatu objek filsafat.

Berkenaan dengan pengertian filsafat tersebut, bisa menggunakan dan

mencarikannya dengan pendekatan filosofis. Tentunya, jika hal itu yang

digunakan, maka sangat wajar pendefinisian tentang filsafat sangat

beragam dan bervariasi, baik dari segi makna maupun ruang lingkupnya.4

Berfilsafat berarti berfikir secara radikal, atau merenung secara

mendalam terhadap segala sesuatu secara metodik, sistematik, menyeluruh

atau universal untuk mencari hakikat sesuatu, "the most general

science….philosophy has been both the seeking of wisdom and the wisdom

tought…" (Dagobert D. Runner Dictionary of Philosophy). "Filsafat,

berarti ilmu yang paling umum…..yang mengandung usaha mencari

kebijaksanaan dan cinta kebijaksanaan". Para filosof Islam berusaha untuk

4 A. Heris Hermawan, Filsafat Pendidikan Islam, DIREKTORAT JENDERALPENDIDIKAN ISLAM DEPARTEMAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA, 2009, Hlm 4-5

15

mendapatkan suatu sandaran bagi pengertian tersebut dari sumber-sumber

agamanya. Dan untuk itu mereka antara lain mengemukakan ayat Al-

Qur'an surah Al-Baqarah ayat 269:

Artinya : Allah menganugerahkan Al Hikmah (kefahaman yang dalamtentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya.dan Barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telahdianugerahi karunia yang banyak. dan hanya orang-orang yangberakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah). (Q.S. Al-Baqarah ayat 269).5

Para filosof Islam mengemukakan perkataan "hikmah" untuk

"kebijaksanaan" atau "Sophia" diatas. Hikmah mengandung kematangan

wawasan, cakrawala pemikiran yang jauh, pemahaman yang mendalam,

yang tidak dapat dicapai pengamatan sepintas saja. Masih ada yang

menambahkan persyaratan lain dari hikmah, yaitu mengetahui pelaksanaan

pengetahuan dan dapat melaksanakannya.6

Berfilsafat adalah berfikir, namun tidak semua berfikir adalah

berfilsafat. Berfikir dalam arti berfilsafat adalah berfikir yang

konsepsional sehingga menyentuh esensi obyek yang dipikirkan. Ada

beberapa ciri berfikir secara kefilsafatan yakni sebagai berikut.

1. Radikal. Berfikir secara radikal adalah berfikir sampai ke akar-akarnya.

Berfikir sampai ke hakikatnya, esensi atau sampai substansiyang

dipikirkan. Manusia yang berfilsafat dengan akalnyaberusaha untuk

menangkap pengetahuan hakiki, yaitu pengetahuan yang mendasari segala

pengetahuan indra.

2. Universal (umum), berfikir sacara universal adalah berfikir tentang hal-

hal serta proses-proses yang bersifat umum. Filsafat bersangkutan dengan

pengalaman umum dari umat manusia (common experience of mankind)

5 Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 16Muhammad As Said, Filsafat Pendidikan Islam, Yogyakarta, Mitra Pustaka, April 2011

hlm 1

16

dengan jalan penjajagan, filsafat berusaha untuk sampai pada kesimpulan-

kesimpulan yang universal.

3. Konseptual. Yang dimaksud dengan konsep disini adalah hasil

generalisasi dan abstraksi dai pengalaman tentang hal-hal serta proses-

proses individual.

4. Koheren dan konsisten. Koheren artinya sesuai dengan kaidah-kaidah

berfikir (logis). Konsisten artinya tidak mengandung kontradiksi. Baik

koheren maupun konsisten, keduanya dapat diartikan sebagai bagan

konseptual yang memuat pendapat-pendapat yang tidak saling

bertentangan di dalamnya.

5. Sistematik. Dalam mengemukakan jawaban terdapat suatu masalah para

filsuf atau ahli filsafat memakai pendapat-pendapat sebagai wujud dari

proses berfikir yang disebut berfilsafat. Pendapat-pendapat yang

merupakan uraian kefilsafatan itu harus saling berhubungan secara teratur

dan terkandung adanya maksud atau tujuan tertentu.

6. Komprehensif. Berfikir secara kefilsafatan beruaha untuk menjelaskan

alam semesta secara keseluruhan. Kalau suatu sistem filsafat harus bersifat

komprehensif, berarti sistem filsafat itu mencakup secara menyeluruh,

tidak ada sesuatupun yang berada diluarnya.

7. Bebas. Sampai batas-batas yang luas sehingga setiap filsafat boleh

dikatakan merupakan suatu hasil dari pemikiran yang bebas. Bebas dari

prasangka sosial, historis maupun kultural. Kebebasan berfikir itu adalah

kebebasan yang berdisiplin.

8. Bertanggung jawab. Seseorang yang berfilsafat adalah orang berfikir

sambil bertanggung jawab.

Demikian uraian ciri berfikir filsafat yang menjadi parameter

dalam menentukan proses berfikir seperti apa yang harus dilakukan sistem

filsafat dalam pengertian sebagai suatu cara berfikir. Filsafat tidak semata-

mata hanya proses berfikir saja, tetapi lebih dari itu, berfikir dengan

menggambarkan ciri-ciri tersebut. Manakala persoalan-persoalan yang

mendasar di gambarkan secara radikal, universal, konseptual, koheren dan

17

konsisten, serta sistematik, disitulah formulasi filsafat menepati posisinya.

Dalam tahap ini, filsafat diartikan sebagai suatu proses menggunakan suatu

cara dan metode berfikir tertentu yang sesuai dengan objeknya. Filsafat

dalam pengertian ini tidak lagi merupakan suatu kumpulan dogama yang

hanya diyakini, ditekuni, dan dipahami sebagai suatu aktifitas berfilsafat,

tetapi merupakan suatu proses dinamis dengan menggunakan cara berfikir

yang khas dan tersendiri.7

Dalam pengertian tradisional, filsafat dipandang sebagai suatu

bentuk ilmu pengetahuan, sebagai sebuah metode mencari kebenaran atau

mencari pengetahuan.8 Menurut Muzayyin Arifin, filsafat pendidikan

Islam pada hakikatnya adalah konsep berfikir tentang kependidikan yang

bersumberkan atau berlandaskan ajaran-ajran agama Islam tentang hakikat

kemampuan manusia untuk dapat dibina dan dikembangkan serta

dibimbing menjadi manusia muslim yang seluruh pribadinya dijiwai oleh

ajaran Islam.9

Istilah filsafat pendidikan Islam mengacu pada pengertian

pendidikan Islam secara filosofis, yang sampai ini istilah kejelasan

pendidikan Islam masih menjadi perdebatan dalam kosep dan realitanya.

Secara kelembagaan, khususnya negara Indonesia, realitas pendidikan

Islam kurang mempunyai tempat yang layak dimata pemerintah. Secara

sosial, lembaga pendidikan Islam juga kurang mendapat apresiasi yang

menggembirakan dikalangan masyarakat, yang secara kualitatif justru

mayoritas beragama Islam. fenomena ini tentu mengundang keprihatinan,

apa yang menjadikan lembaga pendidikan Islam kurang menjadi

pendidikan yang utama dikalangan masyarakat Indonesia? Jawaban dari

pertanyaan ini mengundang wacana epistemologis yang tiada henti.10

7 Mahmud, Pemikiran Pendidikan Islam, Bandung, CV. Pustaka Setia, Cet 1, 2011 hlm31-328 Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur'an, Jakarta,

PT.RINEKA CIPTA, Februari 1994, Hlm 299 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Op.Cit, Hlm 1310 Ahmad Ali Riyadi, Filsafat Pendidikan Islam, Yogyakarta, TERAS Juli 2010, Hlm 1

18

Tema filsafat pendidikan Islam menjadi wacana yang belum juga

ada jawabannya, belum ada kata sepakat tentang pengertian konsep

pendidikan Islam, pada satu sisi. Sedangkan disisi lain masih ada

pandangan bahwa pendidikan agama, khususnya Islam, merupakan

wilayah individu yang tidak dapat masuk wilayah publik. Sehingga

pendidikan yang diartikan secara universal mengalami keterasingan untuk

dikaitkan dengan agama. Kesimpulannya, ada dua wilayah yang terpisah

antara keduanya, yakni wilayah individu dan wilayah umum, antar wilayah

teologi dan wilayah skuler, antara wilayah duniawi dan akhirat.11

Mengingat filsafat pendidikan Islam adalah falsafah tentang

pendidikan yang tidak dibatasi oleh lingkungan kelembagaan Islam saja

atau oleh ilmu pengetahuan dan pengalaman keIslaman semata-mata,

melainkan menjangkau segala ilmu dan pengalaman yang luas, seluas

aspirasi masyarakat muslim, maka pandangan dasar yang dijadikan titik

toalk studinya adalah ilmu pengetahuan teoretis dan praktis dalam segala

bidang keilmuan yang berkaitan dengan maslah kependidikan yang ada

dan yang akan ada dalam masyarakat yang berkembang terus tanpa

mengalami kemandekan. Inilah salah satu cirri masyarakat modern

sekarang, dinamika (geraknya) terus melaju sesuai dengan tuntutan

kebutuhan hidupnya yang semakin meningkat.12

Salah satu tugas pokok dari Filsafat Pendidikan Islam adalah

memberikan arah dalam pencapaian tujuan pendidikan islam. Suatu tujuan

pendidikan yang hendak dicapai, harus direncanakan (diprogram) melalui

kurikulum pendidikan. Oleh karena itu kurikulum merupakan faktor yang

sangat penting dalam proses pendidikan maupun lembaga pendidikan

Islam. segla hal yang harus diketahui, diresapi atau dihayati oleh anak

didik harus diterapkan dalam kurikulum. Begitu juga segala hal yang harus

diajarkan oleh pendidik kepada anak didiknya. Dengan demikian,

kurikulum tergambar jelas secara berencana bagaimana dan apa saja yang

11 Ibid, Hlm 3-412 Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta, Bumi Aksara, 2010, Hlm 28

19

harus terjadi dalam proses belajar mengajar yang dilakukan pendidik dan

anak didik.13

Dengan demikian, filsafat pendidikan Islam adalah filsafat

pendidikan yang prinsip-prinsip dan dasarnya yang digunakan untuk

merumuskan berbagai konsep dan teori pendidikan Islam didasarkan pada

prinsip-prinsip ajaran Islam, filsafat pendidikan Islam berbeda dengan

filsafat pendidikan pada umumnya yang tidak memasukkan prinsip ajaran

tauhid, akhlak mulia, fitrah manusia sebagai makhluk yang bukan hanya

terdiri dari jasmani dan akal, melainkan juga spiritual, pandangan tentang

alam jagat raya sebagai tanda atau ayat Allah yang juga berjiwa dan

bertasbih kepada-Nya, pandangan tentang akhlak yang bukan hanya

didasarkan pada rasio dan tradisi yang berlaku dimasyarakat, melainkan

juga nilai-nilai yang mutlak benar dari Allah, serta berbagai pandangan

ajaran Islam lainnya.14

Secara makro, yang menjadi ruang lingkup filsafat pendidikan

Islam adalah yang tercakup dalam objek material filsafat, yaitu mencari

keterangan secara radikal mengenai Tuhan, manusia, dan alam yang tidak

bisa dijangkau oleh pengetahuan biasa. Sebagaimana filsafat, filsafat

pendidikan Islam juga mengkaji ketiga objek ini berdasarkan ketiga

cabangnya: ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Secara mikro objek

kajian filsafat pendidikan Islam adalah hal-hal yang merupakan faktor atau

komponen dalam proses pelaksanaan pendidikan. Faktor atau komponen

pendidikan ini ada lima, yaitu tujuan pendidikan, pendidik, peserta didik,

alat pendidikan (kurikulum, metode, dan evaluasi pendidikan), dan

lingkungan pendidikan. Untuk lebih memfokuskan pembahasan filsafat

pendidikan Islam yang sesuai dengan fokus penelitian ini, maka cukup

13 Abdul Ghofur, Tinjauan Filsafat Pendidikan Islam Tentang Kurikulum, Jurnal At-Tarbawi, Kajian Pendidikan Islam, STAIN Surakarta. Vol.3. No.1. Mei-Oktober 2005 hlm 1

14 Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat, Jakarta, Rajawali Pers, 2013,Hlm 38

20

disaj ikan ruang lingkup pembahasan filsafat pendidikan Islam secara

makro.15

b. Aliran Filsafat Pendidikan Ditinjau Dari Ontologi, Epistimologi,

Aksiologi

Ontologi berarti ilmu hakikat yang menyelidiki alam nyata dan

bagaimana keadaan yang sebenarnya, apakah hakikat dibalik alam nyata

ini. Ontologi menyelidiki hakikat dari segala sesuatu dari alam nyata yang

sangat terbatas dari pancaindra kita. Bagaimana realita yang ada ini,

apakah materi saja, apakah wujud sesuatu ini bersifat tetap, kekal tanpa

perubahan, apakah realita berbentuk satu unsur (monoisme), dua unsur

(dualism), ataukah terdiri dari unsur yang banyak (pluralisme).

Epistemologi adalah pengetahuan yang berusaha menjawab

pertanyaan seperti apakah pengetahuan, cara manusia memperoleh dan

menangka pengetahuan dan jenis-jenis pengetahuan. Memuat

epistemologi, setiap pengetahuan manusia merupakan hasil dari

pemeriksaan dan penyelidikan benda hingga akhirnya diketahui manusia.

Epistemologi mebahas sumber, proses, syarat, batas fasilitas dan hakikat

pengetahuan yang memberikan kepercayaan dan jaminanbagi guru bahwa

ia memberikan kebenaran kepada murid-muridnya.

Sedangkan aksiologi menyangkut nilai-nilai yang berupa

pertanyaan pakah yang baik atau bagus itu. Dalam definisi lain, aksiologi

merupakan suatu pendidikan yang menguji dan mengintegrasikan semua

nilai tersebut dalam kehidupan manusia. Untuk selanjutnya, nilai-nilai

tersebut ditanamkan dalam kepribadian anak.16

15 http://eprints.walisongo.ac.id/811/3/083111098_BAB2.pdf

16 Jalaludin, Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan Manusia, Filsafat, dan Pendidikan,Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada, Cet 1, Juli 2011, hlm 77-78

21

c. Teori Kebenaran Menurut Pandangan Filsafat dalam Bidang

Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi

1. Ontologi

Ontologi sering diidentikkan dengan metafisika, yang juga disebut

sebagai proto-filsafat atau filsafat yang pertama, atau filsafat ketuhanan

yang bahasanya adalah hakikat sesuatu , keesaan, persekutuan, sebab dan

akibat, realita, prima atau Tuhan dengan segala sifatnya, malaikat, relasi

atau segala sesuatu yang ada dibumi dengan tenaga-tenaga yang ada

dilangit, wahyu, akhirat, dosa, neraka, pahala, dan surga.

Persoalan tentang ontologi ini menjadi pembahasan utama

dibidang filsafat, baik filsafat kuno maupun filsafat modern. Ontologi

adalah teori dari cabang filsafat yang membahas tentang realitas. Realitas

ialah kenyataan yang selanjutnya menjurus pada suatu kebenaran.

Bedanya, realitas dalam ontologi ini melahirkan pertanyaan-pertanyaan:

apakah sesungguhnya hakikat realitas yang ada ini ? apakah realitas yang

tampak ini sesuatu realita materi saja ? adakah sesuatu dibalik realita itu ?

apakah realita ini terdiri dari satu unsur (monoisme), dua unsur (dualisme),

ataukah terdiri dari unsur yang banyak (pluralisme).

Didalam pendidikan, Pandangan ontologi secara praktis akan

menjadi masalah yang utama. Sebab anak bergaul dengan lingkungannya

dan mempunyai dorongan yang kuat untuk mengerti sesuatu. Anak-anak,

baik di masyrakat maupun disekolah, selalu dihadapkan pada realita, objek

pengalaman, benda mati, benda hidup, dan sebagainya. Disini kewajiban

pendidik ialah membina daya piker yang tinggi dan kritis.

2. Epistemologi

Istilah epistemologi pertama kali dipakai oleh L.F. Ferier pada

abad ke-19 di Institut of Metafisics (1854). Dalam Encyclopedia of

Philosophy, epistemologi di definisikan sebagai cabang filsafat yang

bersangkutan dengan sifat dasar dari ruang lingkup pengetahuan

praanggapan dan dasar-dasarnya serta realitas umum dari tuntutan

pengetahuan sebenarnya. Epistemologi ini adalah nama lain dari logika

22

materiil atau logika mayor yang membahas dari isi pikiran manusia, yakni

pengetahuan. Epistemologi adalah studi tentang pengetahuan, bagaimana

kita mengetahui benda-benda. Untuk lebih jelasnya, ada beberapa contoh

pertanyaan yang menggunakan kata "tahu" dan mengandung pengertian

yang berbeda-beda, baik sumbernya maupun validitasnya.

3. Aksiologi

Akhlak adalah suatu bidang yang menyelidiki nilai-nilai (value).

Menurut Brameld, ada tiga bagian yang membedakan didalam aksiologi.

Pertama, moral conduct, tindakan moral. Bidang ini melahirkan disiplin

khusus yaitu etika. Kedua, esthetic expression, ekspresi keindahan yang

melahirkan estetika. Ketiga, socio-political life, kehidupan sosio-politik.

Bidang ini melahirkan ilmu filsafat sosio-politik.

Nilai dan implikasi aksiologi didalam pendidikan ialah pendidikan

menguji dan mengintegrasikan semua nilai tersebut di dalam kehidupan

manusia dan membinanya di dalam kepribadian anak. Karena untuk

mengatakan sesuatu bernilai baik itu bukanlah hal yang mudah. Apalagi

menilai secara mendalam dalam arti untuk membina kepribadian ideal.17

d. Pengertian Pendidikan Islam

Rangkaian kata "pendidikan Islam" bisa dipahami dalam arti

berbeda-beda, antara lain: istilah pertama, pendidikan (menurut) Islam,

berdasarkan sudut pandang bahwa Islam adalah ajaran tentang nilai-nilai

dan norma-norma kehidupan yang ideal, yang bersumber dari al-Qur'an

dan as-Sunnah. Istilah kedua, pendidikan (dalam) islam, berdasar atas

perspektif bahwa Islam adalah ajaran-ajaran, sistem budaya dan peradaban

yang tumbuh dan berkembang sepanjang perjalanan sejarah umat Islam

"proses dan praktik penyelenggaraan pendidikan dikalangan umat islam".

sedangkan istilah ketiga, pendidikan (dalam) Islam, pendidikan agama

Islam dalam hal ini bisa dipahami sebagai "proses dan upaya serta cara dan

transformasi ajaran-ajaran islam tersebut, agar menjadi rujukan dan

17 Ibid, hlm 123-126

23

pandangan hidup bagi umat Islam". dengan demikian, pendidikan (agama)

Islam lebih menekankan pada teori pendidikan Islam.18

Pendidikan Islam adalah pendidikan Islami, pendidikan yang

mempunyai karakteristik dan sifat keislaman, yakni pendidikan yang

didirikan dan dikembangkan diatas dasar ajaran Islam. hal ini member arti

yang signifikan, bahwa seluruh pemikiran dan aktifitas pendidikan Islam

tidak mungkin lepas dari ketentuan bahwa semua pengembangan dan

aktifitas kependidikan Islam haruslah benar-benar merupakan realisasi

atau pengembangan dari ajaran Islam itu sendiri.19

Dengan demikian pengertian pendidikan Islam adalah suatu sistem

kependidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan

oleh hamba Allah, sebagaiman Islam telah menjadi pedoman bagi seluruh

aspek kehidupan manusia, baik duniawi maupun ukhrawi.20 Pendidikan

Islam adalah usaha orang dewasa muslim yang bertakwa secara sadar

mengarahkan dan membimbing pertumbuhan serta perkembangan fitrah

(kemampuan dasar) anak didik melalui ajaran Islam kearah titik maksimal

pertumbuhan dan perkembangannya.21 Di dalam khazanah pemikiran

pendidikan Islam, terutama karya-karya ilmiah berbahasa arab, terdapat

berbagai istilah yang dipergunakan oleh ulama dan tokoh-tokoh

pendidikan islam dalam memberikan pengertian tentang pendidikan islam

dan sekaligus diterapkan dalam konteks yang berbeda-beda. Tanpa

mengurangi penghormatan terhadap orang yang berpendapat lain, kiranya

kata at-tarbiyah itu lebih tepat untuk diterapkan dalam pengertian

"pendidikan". Karena dalam istilah at-tarbiyah tercakup didalamnya

segala kegiatan yang berupa menumbuhkan, mengembangkan,

memperbaiki, mengurus, memimpin, mengawasi serta menjaga anak didik,

yang semua kegiatan itu memang tercakup dalam pengertian "pendidikan"

18 Ahmad Tantowi, Pendidikan Islam di Era Transformasi Global, Semarang, PT.Pustaka Rizki Putra, Mei 2008 Hal 7-8

19Muhammad As Said, Op.Cit. hlm 1020 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoretis dan Praktis Berdasarkan

Pendekatan Interdisipliner, Bumi Aksara 1994 Hlm 821 Ibid, Hlm 22

24

dalam bahasa Indonesia. Dengan demikian maka istilah "pendidikan

islam" dalam bahasa arabnya bisa dipakai istilah at-tarbiyah al-

islamiyah.22

Sementara itu pendapat lain dari Sayyid Muhammad Al-Naquib Al-

Attas mengemukakan bahwa al-ta’dib adalah yang paling tepat untuk

diidentikkan dengan pendidikan. Addaba berarti mendidik. al-Ta’dib

berarti pendidikan. al-Ta’dib, menurutnya adalah penyemaian adab dalam

diri seseorang. Argumentasi Sayyid Muhammad Al-Naquib Al-Attas

dalam hal ini adalah bahwa al-Qur’an menegaskan bahwa contoh ideal

bagi orang yang beradab adalah Nabi Muhammad, yang oleh mayoritas

kalangan akademik muslim disebut sebagai manusia sempurna atau

manusia universal. Oleh karena itu,pendidikan Islam harus merefleksikan

manusia sempurna dan manusia universal.23

Dan menurut Zakiyah Darajat, pendidikan Islam didefinisikan

dengan suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar

senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu

menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta

menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.24

Ilmu pendidikan Islam dapat diartikan sebagai studi tentang proses

kependidikan yang didasarkan pada nilai-nilai filosofis ajaran Islam

berdasarkan Al-Qur'an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Dengan

redaksi yang agak singkat, ilmu pendidikan Islam adalah ilmu pendidikan

yang berdasarkan Islam. Islam berisi seperangkat ajaran tentang kehidupan

manusia, ajaran itu dirumuskan berdasarkan dan besumber pada Al-Qur'an

dan Hadits serta akal. Kata "Islam" dalam "pendidikan Islam"

menunjukkan warna pendidikan tertentu, yaitu pendidikan yang berwarna

Islam, pendidikan yang Islami, yaitu pendidikan yang berdasarkan Islam.

22 Ahmad Falah, Aspek-Aspek Pendiddikan Islam, Yogyakarta, Idea Press 201023 http://jurnal.stainponorogo.ac.id/index.php/tahrir/article/download/34/36/pdf

24 Dakir dan Sardimi, Op.Cit, 34

25

pembahasan ini tentulah agak berbau filsafat suatu hal yang sulit

dihindari.25

Bila pendidikan Islam telah menjadi ilmu yang ilmiah dan amaliah,

maka ia akan dapat berfungsi sebagai sarana pembudayaan manusia yang

bernafaskan Islam yang lebih efektif dan efisien. Kita mengetahui dan

mengakui bahwa sejak Islam diartikulasikan melalui dakwahnya dalam

masyarakat yang beraneka ragam kultur dan struktur. Selama itu pula jasa-

jasanya telah tampak mewarnai sikap dan kepribadian manusia yang

tersentuh oleh dampak-dampak positif dari proses keberlangsungannya.

Pendidikan Islam seperti yang dikehendaki umat Islam, harus mengubah

strategi dan taktik operasional. Strategi dan taktik itu tak pelak lagi

menuntut perombakan model-model sampai dengan institut-institutnya

sehingga lebih efektif dan efisien. Dalam artian pedagogis, sosiologis, dan

kultural.26

Pendidikan Islam masa kini dihadapkan kepada tantangan yang

jauh lebih berat dari tantangan yang dihadapi pada masa permulaan

penyebaran Islam. tantangan tersebut berupa timbulnya aspirasi dan

idealitas umat manusia yang serba multiinteres yang berdimensi nilai

ganda dengan tuntunan hidup yang multikompleks pula.27

Pendidikan Islam itu merupakan satu proses yang tidak hanya

menyangkut transfer ilmu, akan tetapi bagaimana menjadikan manusia

makhluk berakhlak dengan akhlak yang baik serta dari hasil pendidikan itu

dapat membantu kehidupan diri dan kemasyarakatannya dengan

berlandasan ajaran Islam.28

25 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya,1994, cet.II. hlm 12

26 Muzayyin Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta, PT. Bumi Aksara 2003,Hlm 4-5

27 Ibid, hlm 728 Zulkarnain Yani, Perkembangan Pemikiran Pendidikan Islam: Pada Era Global dan

Modern (Naquib Al-Attas dan Hasan Langgulung) Jurnal Penelitian Agam dan Masyrakat,Pendidikan Agama di Era Reformasi. Jakarta, Penamas 2008, Hlm 248

26

Istilah pendidikan Islam dalam pandangan Hasan Langgulung

digunakan sekurang-kurangnya untuk depalan pengertian dan dalam

konteks yang berbeda yaitu:

1. Pendidikan Keagamaan (al-Tarbiyah al-Diny)

2. Pengajaran Agama (al-Ta'lim al-din)

3. Pengajaran Keagamaan (al-Ta'lim al-Diny)

4. Pendidikan Keislaman (al-Ta'lim al-Islami)

5. Pendidikan dalam Islam (al-Tarbiyah fi al-Islam)

6. Pendidikan dikalangan orang Islam (al-Tarbiyah Inda al-Muslimin)

7. Pendidikan orang-orang Islam (Tarbiyah al-Muslimin)

8. Pendidikan Islam (al-Tarbiyah al-Islamiyah).29

Diantara kata-kata yang sering didengar dan diulang-ulangi oleh

orang-orang pendidikan, kadang-kadang karena kejahilan, kadang-kadang

karena meniru orang barat, dan kadang-kadang karena maksud jahat untuk

memburuk-burukan Islam, adalah bahwa tidak ada teori pendidikan

Islamdan tidak ada pemikiran pendidikan Islam. tidak mungkin

dibayangkan ada pendidikan Islam, sistem pendidikan yang mempunyai

ciri-ciri, filsafat dan tujuan-tujuannya, yang mencerminkan ideologi

kehidupan dalam masyarakat Islam tanpa adanya teori pendidikan Islam,

atau pemikiran pendidikan Islam. kejahilan terhadap pendidikan Islam,

pemikiran pendidikan Islam, dan filosof-filosof pendidikan Islam tidaklah

mengurangi derajat Islam dan pendidikan Islam, hanyalah menurunkan

derajat orang-orang yang tidak mengetahuinya. Seharusnya mereka

mengetahuinya dengan sempurna sebagai orang-orang Islam.30 nilai

pemikiran pendidikan Islam terdapat dalam sebuah Hadits Rasulullah

SAW yang bermakna :

" aku telah meninggalkan bagimu sesuatu yang jika kamuperpegangi dengan teguh niscaya kamu tidak akan sesat selama-lamanya,yaitu Kitab Allah dan Sunnahku"

29 Zulkarnain Yani, Op.Cit, hlm 257-25830 Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, Jakarta, PT. Pustaka Al-Husna Baru

2003, Hlm 115

27

ini sesuai dengan ayat-ayat Al-Qur'an yang diturunkan kepada

Nabi Muhammad SAW di berbagai keadaan.

Artinya: 21. Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suriteladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.(Q.S.Al-Ahzab:21)31

Artinya : 80. Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, Sesungguhnya ia telahmentaati Allah. dan Barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), MakaKami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka.(Q.S. An-Nisaa' :80)32

Jadi berpegang teguh pada Al-Qur'an dan sunnah itulah yang

memlihara masyarakat Islam pada zaman kuatnya dari diresapi oleh

faktor-faktor yang melemahkan.33

Apabila kita memperhatikan ayat-ayat yang pertama kali

diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad, maka nyatalah bahwa

Allah telah menekankan perlunya orang belajar baca tulis dan belajar ilmu

pengetahuan.

Firman Allah dalam Surat Al-‘Alaq ayat 1-5 :

“Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan. Dia telahmenciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah Tuhanmu yang MahaPemurah. Yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam. Diamengajarkan kepada apa yang tidak ketahui. (QS. Al-‘Alaq : 1-5)34

31 Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 41832 Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 7733 Hasan Langgulung, Op.Cit, Hlm 12634 Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 597

28

Dari ayat-ayat tersebut, jelaslah bahwa agama Islam mendorong

umatnya agar menjadi umat yang pandai, dimulai dengan belajar baca tulis

dan diteruskan dengan berbagai macam ilmu pengetahuan. Islam

disamping menekankan kepada umatnya untuk belajar juga menyuruh

umatnya untuk mengajarkan ilmunya kepada orang lain, jadi Islam

mewajibkan umatnya belajar dan mengajar. Melakukan proses belajar dan

mengajar adalah bersifat manusiawi, yaitu sesuai dengan harkat

kemanusiaannya, sebagai makhluk homo educandus, dalam arti manusia

itu sebagai makhluk yang dapat dididik dan dapat mendidik. Banyak ayat

Al-Qur'an dan Hadits yang menjelaskan hal tersebut antara lain.35

Surah Al-Taubah ayat 122

.

Artinya : 122. tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (kemedan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antaramereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentangagama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila merekatelah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.(Q.S.Al-Taubah 122)36

Surah Al-Maidah ayat 67

Artinya : 67. Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dariTuhanmu. dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu,berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamudari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjukkepada orang-orang yang kafir.(Q.S. Al-Maidah ayat 67)Maksudnya: tak seorangpun yang dapat membunuh Nabi Muhammads.a.w.

35 Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, 1991, Hlm 98-9936 Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 187

29

Surah Az-Zumar ayat 9

Artinya : 9. (apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung)ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud danberdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmatTuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahuidengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yangberakallah yang dapat menerima pelajaran. (Q.S. Az-Zumar ayat 9)37

Sabda Nabi

Artinya : Menuntut ilmu pengetahuan itu adalah kewajiban bagi setiap,uslim pria dan wanita (H.R. Ibnu Abdil Bar)

Pendidikan merupakan disiplin ilmu yang di dalamnya

mengandung berbagai dimensi. Seperti dimensi manusia sebagai subyek

atau pelaku pendidikan (baik berstatus sebagai pendidik atau peserta

didik), maupun dimensi landasan, tujuan, materi atau kurikulum,

metodologi, dan dimensi institusi dalam penyelenggaraan pendidikan.

Dimensi dimensi tersebut merupakan faktor penting yang mendukung

keberhasilan pelaksanaan proses kegiatan pendidikan, dan masing-masing

dimensi ini memiliki paradigma fungsional sendiri-sendiri dan saling

terkait untuk bersinergi dalam sebuah sistem pendidikan.

Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

hidup dan kehidupan manusia. John Dewey dalam Jalaludin menyatakan,

bahwa: Pendidikan sebagai salah satu kebutuhan, fungsi sosial, sebagai

bimbingan, sarana pertumbuhan yang mempersiapkan dan membukakan

serta membentuk disiplin ilmu. Pernyataan ini setidaknya mengisyaratkan

bahwa bagaimanapun sederhananya suatu komunitas manusia,

memerlukan adanya pendidikan. Maka dalam pengertian umum,

kehidupan dari komunitas tersebut akan ditentukan aktivitas pendidikan di

37 Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 458

30

dalamnya. Sebab pendidikan secara alami sudah merupakan kebutuhan

hidup manusia. Pendidikan merupakan bagian vital dalam kehidupan

manusia, karena pendidikan Islam berorientasi dalam memberikan bekal

kepada manusia untuk mencapai kebahagiaan di dunia maupun di akhirat.

Oleh karena itu, pendidikan menjadi perhatian utama dalam rangka

memajukan generasi sejalan dengan tuntutan masyarakat. Semestinya

pendidikan Islam selalu diperbaharui konsep dan aktualisasinya dalam

rangka merespon perkembangan zaman yang selalu dinamis dan temporal,

agar manusia tidak hanya menginginkan kebahagiaan hidup setelah mati

(eskatologis), namun kebahagiaan di duniapun bisa diraihnya, Pada

kehidupan masyarakat yang semakin berbudaya dengan tuntutan hidup

yang makin tinggi, pendidikan ditujukan bukan hanya pada pembinaan

keterampilan, melainkan kepada pengembangan kemampuan-kemampuan

teoretis dan praktis berdasarkan konsep-konsep berpikir ilmiah. Dalam

perkembangannya, pendidikan Islam telah melahirkan dua pola pemikiran

yang kontradiktif. Keduanya mengambil bentuk yang berbeda, baik pada

aspek materi, sistem pendekatan, atau dalam bentuk kelembagaan

sekalipun, sebagai akumulasi dari respon dari sejarah pemikiran manusia

dari masa ke masa terhadap adanya kebutuhan akan pendidikan. Dua

model bentuk yang dimaksud adalah pendidikan Islam yang bercorak

tradisionalis dan pendidikan Islam yang bercorak modernis. Pendidikan

Islam yang bercorak tradisionalis dalam perkembangannya lebih

menekankan pada aspek doktriner normatif yang cenderung eksklusif-

literalis, apologetis. Sementara pendidikan Islam modernis, lama-kelamaan

ditengarai mulai kehilangan ruh-ruh mendasarnya.38

Secara teori, pendidikan Islam sebagai disiplin ilmu merupakan

konsep pendidikan yang mengandung berbagai teori yang dapat

dikembangkan dari hipotesa-hipotesa yang bersumber dari Al-Qur'an dan

Hadits baik dari segi sistem, proses, dan produk yang diharapkan mampu

38http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24620/1/IZZAH%20FAUZIAH-FITK.pdf

31

membudayakan umat manusia agar bahagia dan sejahtera dalam hidupnya.

Dari segi teori, pendidikan Islam dapat diartikan sebagai studi tentang

proses kependidikan yang bersifat progresif menuju kearah kemampuan

optimal anak didik yang berlangsung diatas landasan nilai-nilai ajaran

Islam.39

Para ahli pendidikan Islam biasanya telah menyoroti istilah-istilah

tersebut yaitu istilah At-Ta'diib, At-Ta'liim dan At-Tarbiyah dari aspek

perbedaan antara pendidikan dan pengajaran. Muhammad Athiyah Al-

Abrasyi dan Muhammad Yunus menyatakan bahwa istilah Tarbiyah dan

Ta'lim dari segi makna istilah maupun aplikasinya memiliki perbedaan

mendasar, mengingat dari segi makna istilah Tarbiyah berarti mendidik,

sementara Ta'lim berarti mengajar, dua istilah tersebut secara subtansial

tidak bisa disamakan. Imam Baidawi mengatakan bahwa istilah pendidik

(Tarbiyah) lebih cocok untuk digunakan dalam pendidikan Islam.

sedangkan DR. Abdul Fattah Jalal dari hasil kajiannya berkesimpulan

bahwa istilah pengajaran (Ta'lim) lebih luas jangkauannya dan lebih umum

sifatnya dari pada pendidikan. Kajian lainnya berusaha membandingkan

dua istilah diatas dengan istilah Ta'dib, sebagaiman dikatakan oleh Sayyid

Muhammad Al-Naquib Al-Attas bahwa dari hasil kajiannya ditemukan

bahwa istilah Ta'dib lebih tepat untuk digunakan dalam konteks

pendidikan Islam, dan kurang setuju terhadap penggunaan istilah Tarbiyah

dan Ta'lim.40

Pada hakikatnya pendidikan Islam adalah suatu proses yang

berlangsung secara kontiniu dan berkesinambungan. Berdasarkan hal ini,

maka tugas dan fungsi yang perlu diemban oleh pendidikan Islam adalah

pendidikan manusia seutuhnya dan berlangsung sepanjang hayat. Konsep

ini bermakna bahwa tugas dan fungsi pendidikan memiliki sasaran pada

39 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta, Ciputat Pers,Juli 2002, Hlm 9-10

40 Dakir dan Sardimi, Op.Cit, Hlm 35-36

32

peserta didik yang senantiasa tumbuh dan berkembang secara dinamis

mulai dari kandungan sampai akhir hayatnya.41

e. Dasar pendidikan Islam

Meletakkan pola dasar pendidikan Islam berarti harus meletakkan

nilai-nilai dasar agama yang memberikan ruang lingkup berkembangnya

proses kependidikan Islam dalam rangka mencapai tujuan. Untuk tujuan

itu, harus memahami falsafah pendidikan Islam, karena ia menjadi

dasarnya dan sekaligus mengarahkan tujuan. Oleh karena menyangkut

permasalahan falsafah maka dalam pola dasar pendidikan Islam itu

mengandung pandangan Islam tentang prinsip-prinsip kehidupan alam

raya, prinsip-prinsip kehidupan manusia sebagai pribadi, dan prinsip-

prinsip kehidupannya sebgai makhluk sosial. Ketiga prinsip tersebut akan

melibatkan pembahasan secara mendalam menurut istilah teknis filosofis

berturut-turut sebagai berikut :

Ontologi : yang membahas tentang asal-usul kejadian alam nyata dan

dibalik alam nyata.

Epistemologi : yang membahas tentang kemungkinan manusia mengetahui

gejala alam.

Aksiologi : yang membahas tentang sistem nilai-nilai dan teori nilai atau

yang disebut etika.42

Agar pendidikan dapat melaksanakan fungsinya sebagai agent of

culture dan bermanfaat bagi amnesia, maka perlu acuan pokok yang

mendasarinya. Karena pendidikan merupakan bagian terpenting dari

kehidupan manusia, yang secara kodrati adalah insan pedagogik, maka

acuan yang menjadi dasar pendidikan adalah nilai yang tertinggi dari

pandangan hidup suatu masyarakat dimana pendidikan itu dilaksanakan.43

41 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis,Jakarta, Ciputat Pers Juli 2002 hlm 32

42 M. Arifin, Op.Cit. Hlm 3743 Ahmad Tantowi, Op.Cit. hlm 14

33

Sebagai aktivitas yang bergerak dalam proses pembinaan

kepribadian muslim, maka pendidikan Islam memerlukan asas atau dasar

yang dijadikan landasan kerja. Dengan dasar ini akan memberikan arah

bagi pelaksanaan pendidikan yang telah deprogramkan. Dalam konteks ini,

dasar yang menjadi acuan pendidikan Islam hendaknya merupakan sumber

nilai kebenaran dan kekuatan yang dapat menghantarkan peserta didik kea

rah pencapaian pendidikan. Oleh karena itu, dasar yang terpenting dari

pendidikan Islam adalah al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah (Hadits).

Menetapkan al-Qur'an dan Hadits sebagai dasar pendidikan Islam

bukan hanya dipandang sebagai kebenaran yang didasarkan pada

keimanan semata. Namun justru karena kebenaran yang terdapat dalam

kedua dasar tersebut dapat diterima oleh nalar manusia dan dapat

dibuktikan dalam sejarah atau pengalaman kemanusiaan. Sebagai

pedoman, al-Qur'an tidak ada keraguan padanya. Ia tetap terpelihara

kesucian dan kebenarannya. Baik dalam pembinaan aspek kehidupan

spiritual maupun aspek sosial budaya dan pendidikan. Demikian pula

dengan kebenaran Hadits sebagai dasar kedua bagi pendidikan Islam.

secara umum, Hadits dipahami sebagai segala sesuatu yang didasarkan

kepada Nabi SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, serta ketetapannya.

Keperibadian Rasul sebagai uswat al-hasanah yaitu contoh tauladan yang

baik. Oleh karena itu, perilakunya senantiasa terpelihara dan dikontrol oleh

Allah SWT. Dalam pendidikan Islam, sunnah Rasul mempunyai dua

fungsi, yaitu : (1). Menjelaskan sistem pendidikan Islam yang terdapat

dalam al-Qur'an dan menjelaskan hal-hal yang tidak terdapat didalamnya.

(2). Menyimpulkan metode pendidikan dari kehidupan Rasulullah bersama

sahabat, pelakunya terdapat anak-anak, dan pendidikan keimanan yang

pernah dilakukannya.44

44 Samsul Nizar, Op.Cit. hlm 34-35

34

f. Tujuan Pendidikan Islam

Melihat posisi sentral manusia dalam proses pendidikan yang

melibatkan potensi fitrah, cita rasa ketuhanan dan hakikat serta wujud

manusia menurut pandangan Islam, maka tujuan pendidikan Islam adalah

untuk aktualisasi dari potensi-potensi kemanusiaan tersebut. Karena

potensi yang ada merupakan nilai-nilai ideal yang dalam wujud

implementasinya akan membentuk pribadi manusia secara utuh, sempurna

dan mandiri. Bahkan tujuan akhir dari pendidikan Islam adalah untuk

perwujudan penyerahan mitlak kepada Allah, pada tingkat individual,

masyarakat dan kemanusiaan pada umumnya.45

Secara etimologi, "tujuan" adalah arah, maksud atau haluan. Dalam

bahasa Arab "tujuan" diistilahkan dengan "Ghayat, Ahdaf, atau

Maqashid". Sementara dalam bahasa Inggris diistilahkan dengan "goal,

purpose, objectives, atau aim". Secara termonologi, "tujuan" berarti

"Sesuatu yang diharapkan tercapai setelah sebuah usaha atau kegiatan

selesai".46

Adapun tujuan pendidikan adalah untuk membentuk pribadi

muslim yang berakhlak mulia (al-khuluq al-syarif), yaitu pribadi yang

mulia secara subtansial dan esensial, bukan kemuliaan yang temporal dan

eksidental serta mewujudkan pribadi yang baik, sempurna dan bahagia.47

Dalam kehidupan sehari-hari, indikator tercapainya tujuan

pendidikan Islam adalah mencetak anak didik yang mampu bergaul

dengan sesama manusia dengan baik dan benar serta mengamalkan amar

ma'ruf nahi mungkar kepada sesama manusia. Anak didik yang telah

dibina dan digembleng oleh pola pendidikan Islam adalah anak didik yang

sukses dalm kehidupan karena ia memilki kemampuan dan kemauan yang

kuat untuk menjalani kehidupan berbekal ilmu-ilmu keislaman yang di

ridhai Allah dan Rasul-Nya. Pendidikan Islam bertujuan membangun

45 Dakir dan Sardimi, Op.Cit, 5446 Armai Arief, Op.Cit. Hlm 1547 Muhammad Zaini, Wacana Pendidikan Islam Jurnal Ilmiah Tarbiyah Refleksi

Pemikiran Pendidikan Islam, STAIN Tulungagung, November 2001, Hlm 145

35

karakter anak didik yang kuat menghadapi berbagai cobaan dalam

kehidupan dan telaten, sabar, serta cerdas dalam memecahkan masalah

yang dihadapi. Allah berfirman dalam Surah Al-Mujadilah:11

Artinya : 11. Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakankepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlahniscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan:"Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikanorang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmupengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yangkamu kerjakan.(Q.S. Al-Mujadilah:11)48

Dari ayat diatas, dapat dipahami bahwa Allah memerintahkan

kepada umat Islam untuk membangun atau memiliki lembaga pendidikan

agar generasi mendatang kaum muslimin memilki kecerdasan yang

mumpuni, mentalitas yang kuat dan keshalehan individual dan sosial yang

fumdamental. 49

Tujuan pendidikan Islam adalah untuk mencapai keseimbangan

pertumbuhan keperibadian manusia (peserta didik), secara menyeluruh dan

seimbang yang dilakukan melalui latihan jiwa, akal pikiran (intelektual),

diri manusia yang rasional: perasaan dan indera. Karena itu, pendidikan

hendaknya mencakup pengembangan seluruh aspek fitrah peserta didik,

aspek spiritual, intelektual, imajinasi, fisik, ilmiah dan bahasa, baik secara

individual maupun kolektif, dan mendorong semua aspek tersebut

berkembang kearah kebaikan dan kesempurnaan. Tujuan terakhir

48 Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 54249 Beni Ahmad Saebani, Hendra Akhdiyat, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung:Pustaka

Setia, 2009, Hlm 147-148

36

pendidikan muslim terletak pada perwujudan ketundukan yang sempurna

kepada Allah, baik secara pribadi, komunitas, maupun seluruh manusia.50

Menurut Ahmad D. Marimba yang dikutip Dakir dan Sardimi

memberikan merumuskan mengenai fungsi tujuan pendidikan Islamyang

harus mengenai empat macam yaitu:

1. Mengakhiri usaha

2. Mengarahkan usaha

3. Merupakan titik pangkal untuk mencapai tujuan-tujuan lain, baik

tujuan-tujuan baru maupun tujuan-tujuan lanjutan dari tujuan utama

4. Memberikan nilai(sifat) pada usaha-usaha itu.51

Secara umum, tujuan pendidikan Islam terbagi kepada : tujuan

umum, tujuan sementara, tujuan akhir, tujuan operasional. Tujuan umum

adalah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan baik

dengan pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan sementara adalah tujuan

yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu

yang direncanakan dalamsebuah kurikulum. Tujuan akhir adalah tujuan

yang dikehendaki agar peserta didik menjadi manusia-manusia sempurna

(insan kamil) setelah ia menghabisi sisa umurnya. Sementara Tujuan

operasional adalah tujuan praktis yag akan dicapai dengan sejumlah

kegiatan pendidikan tertentu.52

Secara normatif tujuan yang ingin dicapai pendidikan Islam melipti

tiga dimensi, pertama, dimensi spiritual, yaitu iman, taqwa, dan akhlak

mulia. (yang tercermin dalam ibadah dan mu'amalah). Dimensi spiritual ini

tersimpul dalam satu kata yaitu akhlak mulia, yang menurut Muhammad

Athiyah Al-Abrasyi sebagai tujuan utama pendidikan Islam. Muhammad

Athiyah Al-Abrasyi menyebutkan bahwa ulama-ulama dan sarjana-sarjana

Muslim (terdahulu) dengan penuh perhatian telah berusaha menanamkan

akhlak mulia kepada peserta didik, membiasakan mereka berpegang

ke[ada moral yang tinggi dan menghindari hal-hal yang tercela. Berfikir

50 Samsul Nizar. Op.Cit. Hlm 37-3851 Dakir dan Sardimi, Op.Cit, Hlm 5552 Armai Arief, Op.Cit, Hlm 18-19

37

secara rohaniah dan imsaniah, serta menggunakan waktu untuk belajar

ilmu-ilmu duniawi dan ilmu-ilmu keagamaan, tanpa melirik pada

keuntungan materiil.53

Pendidikan merupakan usaha dan kegiatan yang sarat dengan

tujuan. Kedudukan tujuan dalam pendidikan cukup strategis, karena selain

memberikan panduan tentang karakteristik manusia yang ingin dihasilkan

oleh pendidikan tersebut, sekaligus pula menentukan arah dan langkah-

langkah dalam melakukan seluruh kegiatan dan proses penyelenggaraan

pendidikan. Oleh karena itulah berbagai pembahasan dan penelusuran

terhadap suatu sistem pendidikan seringkali mengalami kegagalan

disebabkan mengabaikan kajian terhadap konsep-konsep tujuan

pendidikan yang dicanangkannya, hal itu berarti bahwa untuk memahami

konsep-konsep pendidikan Islam, tentulah diperlukan pemahaman yang

memadai tentang tujuan pendidikan Islam.54

Tujuan pendidikan Islam tidak lain adalah suatu upaya untuk dapat

merealisasikan identitas Islam, yaitu menyangkut nilai perilaku manusia

yang didasari oleh iman dan taqwa kepada Allah SWT sebagai sumber

kekuasaan mutlak yang harus ditaati. Kongres Pendidikan Islam sedunia di

Islamamad Tahun 1980 merumuskan tujuan pendidikan Islam adalah :

merealisasikan cita-cita (idealisme) Islami yang mencakup pengembangan

kepribadian muslim yang bersifat menyeluruh secara harmonis,

berdasarkan potensi psikologis dan fisiologis (jasmaniah) manusia yang

mengacu pada keimanan dan sekaligus ilmu pengetahuan secara

berkeseimbangan, sehingga terbentuklah manusia muslim paripurna yang

berjiwa tawakal (menyerahkan diri) secara total kepada Allah SWT.55

53 M.Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, Jakarta, Bulan Bintang,1993, 19970 hlm 10-11

54 Ahmad Falah. Op.Cit bab 355 http://www.lib.uin-malang.ac.id/files/thesis/fullchapter/06110112.pdf

38

Artinya: Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku,hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semestaalam.(Al- An’am: 162).56

Tujuan pendidikan Islam dapat diklarifikasikan kepada tiga yaitu:

1. Tujuan mempelajari ilmu pengetahuan semata-mata untuk ilmu

pengetahuan itu sendiri sebagai wujud ibadah kepada Allah

2. Tujuan utama pendidikan Islam adalah pembentukan Akhlaq al-

karimah

3. Tujuan pendidikan Islam adalah mengantarkan peserta didik mencapai

kebahagiaan dunia dan akhirat.

Dengan ketiga tujuan ini diharapkan pendidikan yang diprogramkan akan

mampu mengantarkan peserta didik pada kedekatan diri kepada Allah.57

Ada dua sarana pokok untuk mencapai tujuan pendidikan:

Pertama, bidang pengetahuan yang harus menjadi bekal para murid.

Dengan kata lain materi pendidikan yang harus dipelajari murid. Kedua,

cara terbaik untuk menyajikan pengetahuan dan bahasan pengajaran dari

suatu materi pendidikan, hingga terpenuhilah apa yang di inginkan dan

bisa mengambil manfaat dari materi itu. Dengan demikian murid dapat

mencapai tujuan yang di inginkan dari pendidikan dan pengajarannya. Al-

Ghazali merumuskan tujuan pendidikan sesuai dengan pandangan hidup

dan nilai-nilai yang mendasarinya. Atau singkatnya sesuai dengan

filsafatnya.58

Menurut Ibn Khaldun ada tiga tingkat tujuan pendidikan Islam

yaitu:

1. Pengembangan kemahiran dalam bidang tertentu, orang awan bisa

memiliki pemahaman yang sama tentang suatu persoalan dengan

seorang ilmuan, akan tetapi, potensi al-makalah atau Skill tidak bisa

dimiiki oleh stiap orang, kecuali setelah ia benar-benar memahami dan

56 Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 128

57 Samsul Nizar. Op.Cit. hlm 8758 Fathiyah Hasan Sulaiman, Konsep Pendidikan Al-Ghazali, Jakarta P3M, April 1986,

hlm 16

39

mendalami satu disiplin tertentu, semenatara itu sampai pada tahap ini,

diperlukan pendidikan yang sistematis dan mendalam

2. Penguasaan keterampilan professional sesuai dengan tuntutan zaman,

dalam hal ini pendidikan hendaknya ditujukan untuk memperoleh

keterampilan yang tinggi pada profesi tertentu.

3. Pembinaan pemikiran yang baik. Kemampuan berpikir merupakan

garis pembeda antara manusia dan binatang. Oleh karena itu

pendidikan hendaknya diformat dan dilaksanakan dengan terlebih

dahulu memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan potensi

psikologis peserta didik.59

Tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuan hidup manusia

dalam Islam, yaitu untuk menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah yang

selalu bertakwa kepadaNya, dan dapat mencapai kehidupan yang

berbahagia di dunia dan akhirat (lihat S. Al-Dzariat:56; S. ali Imran:

Artinya: dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya

mereka mengabdi kepada-Ku.(Al-Dzariyat:56)60

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah

sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati

melainkan dalam Keadaan beragama Islam (Al-Imron:102)61

Adapun tujuan akhir pendidikan Islam apada hakikatnya adalah

realisasi dari cita-cita ajaran Islam itu sendiri, yang membawa misi bagi

kesejahteraan umat manusia di dunia dan akhirat. Rumusan-rumusan

tujuan akhir pendidikan Islam telah disusun oleh para ulama dan ahli

59 Samsul Nizar. Op.Cit. hlm hlm 93-9460 Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 59961 Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 50

40

pendidikan Islam dari semua golongan dan madzab dalam Islam, misalnya

sebagai berikut:

Rumusan tersebut menunjukkan bahwa pendidikan Islam

mempunyai tujuan yang luas dan dalam. Seluas dan sedalam kebutuhan

hidup manusia sebagai makhluk individual dan sebagai makhluk sosial

yang dijiwai oleh nilai-nilai ajaran agamanya. Oleh karena itu, pendidikan

Islam bertujuan untuk menumbuhkan pola kepribadian manusia yang bulat

melalui latihan kejiwaan, kecerdasan otak, penalaran, perasaan, dan indra.

Pendidikan harus melayani pertumbuhan manusia dalam semua aspeknya,

baik aspek spiritual, intelektual, imajinasi, jasmaniah, ilmiah, maupun

bahasanya (secara perorangan maupun secara kelompok). Pendidikan

tersebut harus mendorong semua aspek ke arah keutamaan serta

pencapaian kesempurnaan hidup. Tujuan akhir dari pendidikan Islam itu

terletak dalam realisasi sikap penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah,

baik secara perorangan, masyarakat, maupun sebagai umat manusia secara

keseluruhan.62

Tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuan hidup manusia

dalam Islam, yaitu untuk menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah yang

selalu bertakwa kepadaNya, dan dapat mencapai kehidupan yang

berbahagia di dunia dan akhirat.

Artinya : dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supayamereka mengabdi kepada-Ku. (Q.S. Al-Dzariat:56).63

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allahsebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu matimelainkan dalam Keadaan beragama Islam.. (Q.S. S. ali Imran: 102)64

62 M. Arifin, Op.Cit, Hlm 2863 Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 59964 Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 50

41

Dalam konteks sosiologi pribadi yang bertakwa menjadi rahmatan

lil ‘alamin, baik dalam skala kecil maupun besar. Tujuan hidup manusia

dalam Islam inilah yang dapat disebut juga sebagai tujuan akhir

pendidikan Islam. Tujuan khusus yang lebih spesifik menjelaskan apa

yang ingin dicapai melalui pendidikan Islam. Sifatnya lebih praxis,

sehingga konsep pendidikan Islam jadinya tidak sekedar idealisasi ajaran-

ajaran Islam dalam bidang pendidikan. Dengan kerangka tujuan ini

dirumuskan harapan-harapan yang ingin dicapai di dalam tahap-tahap

tertentu proses pendidikan, sekaligus dapat pula dinilai hasil-hasil yang

telah dicapai. Islam menghendaki agar manusia dididik supaya ia mampu

merealisasikan tujuan hidupnya sebagaimana yang telah digariskan oleh

Allah. Tujuan hidup menusia itu menurut Allah ialah beribadah kepada

Allah. Seperti dalam Surat Adz-Dzariyat ayat 56

Artinya : dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supayamereka mengabdi kepada-Ku.(Q.S. Adz-Dzariyat:56)65

Aspek ibadah merupakan kewajiban orang islam untuk mempelajarinya

agar ia dapat mengamalkannya dengan cara yang benar. Ibadah ialah jalan

hidup yang mencakup seluruh aspek kehidupan serta segala yang

dilakukan manusia berupa perkataan, perbuatan, perasaan, pemikiran yang

disangkutkan dengan Allah.66

Menurut Muhammad Athiyah Al-Abrasyi, tujuan pendidikan Islam

adalah tujuan yang telah ditetapkan dan dilakukan oleh Nabi Muhammad

SAW sewaktu hidupnya, yaitu terbentuknya moral yang tinggi, karena

pendidikan moral merupakan jiwa pendidikan Islam, sekalipun tanpa

mengabaikan pendidikan jasmani, akal, dan ilmu praktis. Dengan berpijak

pada firman Allah,67 sebagai berikut:

65 Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 59966 http://sulut.kemenag.go.id/file/file/BimasIslam/xmoh1367246107.pdf

67 Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta, AMZAH, Agustus 2010, Hlm 61

42

Artinya : dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah

kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakanbahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepadaorang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, danjanganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allahtidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.(Q.S. Al-Qashash:77)68

Mengutip pendapat Sayyid Muhammad Al-Naquib Al-Attas,

Hasan Langgulung menggambarkan bahwa tujuan hidup seorang muslim

sama artinya dengan do'a yang selalu dibaca dalam shalat, yaitu :

Artinya : Tiada sekutu bagiNya; dan demikian Itulah yang diperintahkankepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri(kepada Allah)".(Q.S. Al-An'am:163)69

Tujuan hidup muslim tersebut adalah sasaran dari tujuan pendidikan Islam

sepanjang sejarah, semenjak zaman Nabi Muhammad SAW hingga akhir

zaman.70

g. Kurikulum Pendidikan Islam

Salah satu tugas pokok Filsafat Pendidikan Islam adalah

memberikan kompas atau arah dan tujuan pendidikan Islam. suatu tujuan

kependidikan yang hendak dicapai harus direncanakan (diprogramkan)

dalam apa yang disebut "kurikulum".

Antara tujuan dan program harus ada kesesuaian atau

kesinambungan. Tujuan yang hendak dicapai harus tergambar didalam

68 Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 38569 Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 12870 Armai Arief, Op.Cit. Hlm 25

43

program yang tertuang didalam kurikulum, bahkan program itulah yang

mencerminkan arah dan tujuan yang diinginkan dalam proses

kependidikan.

Oleh karena itu, kurikulum merupakan faktor yang sangat penting

dalm proses kependidikan dalam suatu lembaga kependidikan Islam.

segala hal yang harus diketahui atau diresapi juga dihayati oleh anak didik

harus ditetapkan dalam kurikulum itu. Juga segala hal yang harus

diajarkan oleh pendidik kepada anak didiknya, harus dijabarkan didalam

kurikulum.71

Salah satu komponen operasional pendidikan Islam sebagai suatu

sistem adalah materi. Materi pendidikan Islam ialah semua bahan pelajaran

yang disampaikan kepada peserta didik dalam suatu sistem instruksional

pendidikan. Materi pendidikan ini lebih dikenal dengan istilah kurikulum.

Sedangkan kurikulum menunjuk kepada materi yang sebelumnya telah

disusun secara sistematis guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.72

Secara etimologi kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yaitu

curir yang arinya pelari dan curere yang berarti jarak yang harus ditempuh

oleh pelari. Istilah ini pada mulanya digunakan dalam dunia olah raga yang

berarti " a little racecourse" (suatu jarak yang harus ditempuh dalam

pertandingan olah raga). Berdasarkan pengertian ini, dalam konteksnya

dengan dunia pendidikan, memberinya pengertian sebagai "circle of

instruction" yaitu suatu lingkaran pengajaran dimana guru dan murid

terlibat didalamnya. Sementara pendapat yang lain dikemukakan bahwa

kurikulum adalah arena pertandingan, tempat pelajar bertanding untuk

menguasai pelajaran guna mencapai garis penamat berupa diploma, ijazah

atau gelar kesarjanaan. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan

bahwa kurikulum itu adalah merupakan landasan yang digunkan pendidik

untuk membimbing peserta didiknya kearah tujuan pendidikan yang di

71 Muzayyin Arifin, Op.Cit. 7772 Nur Uhbiyati, Op.Cit, Hlm 133

44

inginkan melalui akumulasi sejumlah pengetahuan, keterampilan dan sikap

mental.73

Sedangakan secara terminologi, berarti rancangan program

pendidikan yang berisi serangkaian pengalaman yang diberikan kepada

peserta didik untuk mencapai suatu tujuan yang ingin dicapai melalui

serangkaian pengalaman belajar. Kedua aspek tersebut, tujuan dan

pengalaman belajar dalam sebuah kurikulum ditentukan oleh keinginan,

keyakinan atau pengetahuan serta kemampuan anggota masyarakat yang

menyelenggarakan program pendidikan tersebut.74

Ciri-ciri umum kurikulum pendidikan Islam adalah sebagai

berikut:

a. Agama dan akhlak merupakan tujuan utama. Segala yang diajarkan

dan diamalkan harus berdasarkan pada Al-Qur'an dan As-Sunnah serta

ijtihad para ulama'.

b. Mempertahankan pengembangan dan bimbingan terhadap semua aspek

pribadi siswa dari segi intelektual, psikologi, sosial dan spiritual.

c. Adanya keseimbangan antara kandungan kurikulum dan pengalaman

serta kegiatan pengajaran.

Sebelum membuat dan menentukan suatu kurikulum, ada beberapa

prinsip yang patut dipertimbangkan yaitu:

1. Mata pelajaran dapat berpengaruh terhadap pendidikan jiwa serta

kesempurnaan jiwa anak didik.

2. Mata pelajaran yang diberikan dapat memberikan petunjuk serta

tuntunan untuk menjalani hidup dengan mulia.

3. Mata pelajaran sebaiknya secara langsung dapat memberikan manfaat

bagi anak didik didalam hidupnya.

4. Mata pelajaran hendaknya mencerminkan pendidikan kejiwaan yang

sesuai dengan bakat dan keinginan anak.

73 Samsul Nizar, OP.Cit, Hlm 55-5674 Agus Zaenul Fitri, Manajemen Kurikulum Pendidikan Islam, Bandung, Alfabeta Juli

2013, Hlm 68

45

5. Mata pelajaran hendaknya dapat menjadi alat pembuka jalan untuk

mempelajari ilmu-ilmu lain.

Oleh karena itu dapat dikatakan, bahwa sebagai inti dari ciri-ciri

kurikulum pendidikan Islam adalah kurikulum yang dapat memotivasi

anak didik untuk berakhlak atau berbudi pekerti luhur, baik terhadap

Tuhan, terhadap diri dan terhadap lingkungan sekitar.75

Pada umumnya kurikulum adalah nama-nama mata pelajaran

beserta silabinya atau pokok bahasan. Esensi kurikulum adalah program

dalam mencapai tujuan pendidikan.76 Kurikulum adalah konsep yang

sering terdengar dalam dunia pendidikan, tetapi banyak yang mengartikan

kurikulum identik dengan mata pelajaran atau mata kuliah. Sesungguhnya

istilah kurikulum berasal dari bahasa latin curriculum yang arti asalnya a

ranning course, or race course dan dalam bahasa Prancis berasal dari

bahasa courier yang artinya berlari. Istilah kurikulum digunakan sebagai

makna majazi dari mengejar mata pelajaran demi mencapai ijazah dan

gelar. Kurikulum bukan sekedar mata pelajaran atau mata kuliah.

Kurikulum adalah semua rencana yang terdapat dalam proses

pembelajaran. Kurikulum dapat diartikan pula sebagai semua usaha

lembaga pendidikan yang direncanakan untuk mencapai tujuan yang

disepakati.77

Kurikulum pendidikan Islam di waktu dulu tidak tertentu atau

terikat dengan sekian jam untuk suatu mata pelajaran dalam seminggu

seperti halnya sekarang ini, tetapi pelajaran dulu itu adalah umum sifatnya

dimana guru bebas memilih buku dan bahan-bahan pelajaran yang akan di

ajarkannya. Bahan-bahan pokok yang diberikan kepada anak-anak dalam

tingkat pertama atau permulaan secara umumnya adalah sebgai berikut:

Al-Qur'an dan sendi-sendi agama.78

75 Armai Arief, Op.Cit, Hlm 33-3476 Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islami, Integrasi Jasmani, Rohani dan Kalbu,

Memanusiakan Manusia, Bandung, PT. REMAJA ROSDAKARYA, 2008 hlm 9977 Hasan Basri. Filsafat Pendidikan Islam, Pengantar Ahmad Tafsir, Pustaka Setia,

Bandung, 2009 hlm 12778M.Athiyah Al-Abrasyi, Op.Cit. hlm 160

46

Secara filosofis, hakikat kurikulum adalah model yang diacu oleh

pendidikan dalam upaya membentuk citra sekolah dengan mewujudkan

tujuan pendidikan yang disepakati. Oleh karena itu, setiap lembaga

pendidikan memiliki kurikulum masing-masing. Ada perbedaan antara

kurikulum pendidikan umum dengan pendidikan kejuruan. Jika

kurikulumnya berbeda, cara yang ditempuh dalam mengimplementasikan

kurikulumnya pun akan berbeda. Kurikulum dengan pengertian diatas

memberikan indikasi bahwa pedoman rencana pembelajaran tidak bersifat

kaku. Kurikulum yang baik adalah yang dinamis, aktual, teoretis, dan

aplikatif. Sebagaiman tujuan yang hendak dicapai dalam pendidikan.

Misalnya pendidikan bertujuan meningkatkan penguasaan pengetahuan

siswa, pengembangan pribadi siswa, kemampuan sosial, dan atau

kemampuan keterampilan kerja. Dengan tujuan tersebut, sudah tentu

kurikulum harus diarahkan untuk kerja. Dengan tujuan tersebut, sudah

tentu kurikulum harus diarahkan untuk mencapainya. Penguasaan

pengetahuan akan berkaitan dengan penyajian materi ilmu pengetahuan

teoretis, pengembangan pribadi akan berkaitan dengan kurikulum yang

diarahkan pada pengetahuan tingkah laku, moralitas, dan agama,

kemampuan keterampilan kurikulumnya diarahkan pada pengetahuan

terapan yang memperkuat profesionalitas anak didik dalam memperdalam

keahlian tertentu supaya siap pakai dan siap kerja sekaligus siap

memperoleh penghasilan.79

Ciri-ciri kurikulum pendidikan Islam menurut Abdurrahman An-

Nahlawi yaitu :

Sistem pendidikan menuntut pengkajian kurikulum yang Islami,

tercermin dari sifat dan karakteristiknya. Kurikulum seperti itu hanya

mungkin, apabila bertopang dan mengacu pada pemikiran yang Islami

pula, serta bertolak dari pandangan hidup serta pandangan tentang manusia

(pandangan antropologis) serta diarahkan kepada tujuan pendidikan yang

dilandasi kaidah-kaidah Islami. Agar kriterium kurikulum pendidikan

79 Hasan Basri. Op.cit. hlm 128-129

47

Islam tersebut diatas dapat terpenuhi maka dalam penyusunannya spaya

selalu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

1. Sistem dan perkembangan kurikulum tersebut selaras denagn fitrah

insane sehingga memiliki peluang untuk menyucikannya, menjaganya dan

penyimpangan dan menyelamatkannya.

2. Kurikulum dimaksud hendaknya diarahkan untuk mencapai tujuan akhir

pendidikan Islam, yaitu ikhlas, taat dan beribadah kepada Allah. Di

samping untuk merealisasikan berbagai aspek tujuan tak lengkap seperti :

aspek psikis, fisik, sosial, budaya maupun intelektual. Berbagai aspek

tujuan pendidikan tak lengkap ini, berfungsi dalam rangka meluruskan dan

melarangkan pola hidup, yang selanjutnya bermuara pada tujuan akhir atau

tujuan akhir pendidikan.

3. Pentahapan serta pengkhususan kurikulum hendaknya memperhatikan

periodisasi perkembangan peserta didik maupun unisitas (kekhasan) nya

seperti karakteristik keanakan (dalam berbagai tahapan

perkembangannya), kewanitaan dan kepriaan. Demikian pula fungsi serta

peranan dan tugas masing-masing dalam kehidupan sosial.

4. Dalam berbagai pelaksanaan, aktivitas, contoh dan nashnya, hendaknya

kurikulum memelihara segala kebutuhan nyata kehidupan masyarakat,

sambil tetap bertopang pada jiwa dan cita ideal Islaminya.

5. Secara keseluruhan struktur dan organisasi kurikulum tersebut

hendaknya tidak bertentangan dan tidak menimbulkan pertentangan,

bahkan sebaliknya. Terarah kepada pola hidup Islam.

6. Antara bidang studi yang satu dengan yang lainnya hendaknya jelas

pertautannya, saling mengacu, serta terikat "benang merahnya" yang

memadukannya serta membentang menuju tujuan akhir pendidikan.

7. Hendanya kurikilim itu realistic, dalam arti bahwa ia dapat dilaksanakan

sesuai dengan situasi dan kondisi serta batas kemungkinan yang terdapat

dinegara yang akan melaksanakannya.

8. Hendaknya metode pendidikan atau pengajaran dalam kurikulum itu

bersifat luwes, sehingga dapat disesuaikan dengan berbagai kondisi dan

48

situasi setempat, dengan mengingat pula faktor perbedaan individual yang

menyangkut bakat minat serta kemampuan siswa untuk menangkap,

mencerna dan mengolah bahan pelajaran yang bersangkutan.

9. Hendaknya kurikulum itu efektif, dalam arti menyampaikan dan

menggugah perangkat nilai edukatif yang membuahkan tingkah laku yang

positif serta meninggalkan dampak efektif (sikap) yang positif pula dalam

jiwa generasi jiwa. Untuk itu diperlukan pemanfaatan metode pendidikan

yang memadai sehingga melahirkan dampak mendalam, berupa berbagai

kegiatan Islami yang efisien.

10. Kurikulum itu hendaknya memperhatikan pula tingkat perkembangan

siswa yang bersangkutan, misalnya bagi suatu fase perkembangan tertentu

diseleraskan dengan pola kehidupan dan tahap perkembangan perasaan

keagamaan dan pertumbuhan bahasa bagi fase tersebut.

11. Hendaknya kurikulum memperhatikan aspek-aspek tingkah laku

amaliah Islami, seperti pendidikan untuk berjihad dan menyebarkan

dakwah Islamiyah, serta membangun masalah muslim dilingkungan

sekolah.80

Dalam pandangan Muhammad Athiyah Al-Abrasyi, penyusunan

kurikulum itu hendaknya berpegang pada beberapa prinsip yaitu :

Pertama, pertimbangan pada adanya pengaruh mata pelajaran itu dalam

pendidikan jiwa serta kesempurnaan jiwa.

Kedua, adanya suatu pengaruh pelajaran dalam menjalani cara hidup yang

mulia, sempurna, seperti pengaruh ilmu akhlak, hadits, fiqh, atau lainnya.

Ketiga, perlunya menuntut ilmu karena ilmu itu sendiri.

Keempat, mempelajari ilmu pengetahuan karena ilmu itu dianggap yang

terlezat bagi manusia.

Kelima, prinsip pendidikan kejuruan, teknik, dan industrialisasi buat

mencari penghidupan.

80 Nur Uhbiyati, Op.Cit. Hlm 146-149

49

Keenam, mempelajari beberapa mata pelajaran adalah alat dan pembuka

jalan untuk mempelajari ilmu-ilmu lain. Dengan demikian kurikulum

pendidikan (Islam) meliputi kepentingan duniawi dan ukhrawi.81

h. Metode Pcendidikan Islam

Secara etimologi, kata metode berasal dari bahasaYunani metodos.

Kata ini terdiri dari dua suku kata : yaitu "metha" yang berarti melalui atau

melewati, dan "hodos" yang bermakna jalan atau cara. Jadi, metode berarti

suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan. Dengan demikian, metode

pendidikan Islam bisa diartikan sebagai suatu cara yang harus dilalui

dalam menyajikan bahan pelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

Islam. Selain itu, Ibn Khaldun mengungkapkan secara subtansial ada

perbedaan metode pendidikan yang digunakan dalam mendidik anak-anak

dan remaja. Banyak guru-guru yang kita liahat dewasa ini yang kurang

paham tentang cara mengajar yang efektif. Pada permulaan saja, mereka

telah memberikan masalah-masalah yang sulit-sulit dan meminta para

peserta didik untuk memecahkan masalah-maslah tersebut. Senada dengan

ibnu Khaldun, Al-ghazali menyarankan agar membedakan metode

pengajaran yang dipakai untuk anak-anak, remaja, dan orang dewasa.

Menurutnya tujuan utama dari guru adalah mengajarkan peserta didik

pelajaran yang mudah dipahami. Sebab masalah-maslah yang sulit bisa

menyebabkan merusak pikiran peserta didik. Dan akibat terburuknya

adalah mereka justru malas belajar. Muhammad Athiyah Al-Abrasyi

menyatakan, anak-anak membutuhkan hal-hal yang dapat dirasa yang ada

hubungannya dengan lingkungan dan dunia mereka, sementara nalar dan

logika para remaja dan orang dewasa bisa menjangkau sesuatu yang

abstrak sekalipun.82 Muhammad Athiyah Al-Abrasyi mengartikan metode

ialah jalan yang kita ikuti dengan memberi faham kepada murid-muridnya

81 Abd. Rachman Assegaf, Filsafat Pendidikan Islam Paradigma Baru PendidikanHadhari Berbasis Integratif-Interkonektif, Jakarta, PT.RajaGrafindo Persada, Januari 2011, Hlm109-110

82 Ahmad Tantowi, Op.Cit. hlm 28-30

50

segala macam pelajaran, dalam segala mata pelajaran. Ia adalah rencana

yang kita buat untuk diri kita sebelum kita memasuki kelas dan kita

terapkan dalam kelas itu sesudah kita memasukinya. Dalam rangka

mencapai tujuan pendidikan, metode memegang peranan penting.

Penggunaan metode yang sesuai dengan bahan pelajaran yang diajarkan,

anak murid yang diajar, lingkuangan tempat mengajar, akan membawa

suasana proses belajar-mengajar berjalan mulus dan efektif. Muhammad

Athiyah Al-Abrasyi menyimpulkan bahwa metode pendidikan Islam telah

modern sejak semula. Hal ini terlihat dalam beberapa prinsip yang

mendasar seperti adanya unsur demokrasi, kebebasan, kemerdekaan,

persamaan dalam pendidikan, unsur pengamatan kepada bakat anak,

kecenderungan, fitrah, kecakapan, kemampuan, berkomunikasi dengan

anak dengan penuh kasih sayang dan pendidikan seumur hidup.Dia

sependapat dengan dengan al-Ghazali, Ibnu sina,, al-Zarnuji dan Ibnu

khaldunmengenai kaidah-kaidah dasar dalam pendidikan Islam

diantaranya:

A.Tidak ada pembatasan usia anak mulai belajar.

B.Memberi kebebasan pada peserta didik dua disiplin ilmu yang disukai

sesuai bakatnya,

C.Cara mengajar anak yang belum baligh berbeda dengan mengajar anak

yang sudah baligh, pelajaran dimulai dari yang paling mudah.

D.Supaya pendidik tidak mengajarkankepada anak didik dua displin ilmu

yang berbeda dalm satu waktu atau pada waktu yang sama,sebaiknya

masing-masing ilmu diajarkan secara khusus dalam waktu tertentu,

diberikan oleh pendidik yang menguasai ilmu tiu sehingga peserta didik

benar-benar mamahaminya.

E.Ketika memperhatikan dan mengindahkan pada waktu menunujukkan

contoh dan alat peraga kepada aanak sebaiknya dengan sesuatu yang

mudah ditangkap oleh panca indra dan perasaan mereka dan berangsur-

angsur dapat dicerna akal mereka. Al-Abrasyi berpendapat bahwa masing-

masing mata pelajaran mempunyai metode tersendiri dalam

51

penyampaiannya. Ia berpendapat dalam memberikan pelajaran kepad

anak-anak sebaiknya digunakan metode induktif, sedangkan untuk remaja

digunakan metode deduktif. Diapun menyetujui lima langkah yang

diterapkan para pendidik dalam memberikan pelajara dimulai dengan

pendahuluan, berikut materi pelajaran, kemudian hubungan pelajaran baru

dengan pelajaran yang sudah diketahui, lalu hasil yang didapat dan

akhirnya latihan atau praktik.

Para ahli mendefinisikan metode sebagai berikut:

1. Hasan Langgulung mendefinisikan bahwa metode adalah cara atau jalan

yang harus dilalui untuk mencapai tujuan pendidikan.

2. Abd. Al-Rahmah Ghunaimah mendefinisikan bahwa metode adalah

cara-cara yang praktis dalam mencapai tujuan pendidikan.

3. Muhammad Athiyah Al-Abrasyi mendefinisikan pula bahwa metode

adalah jalan yang kita ikuti untuk memberikan pengertian kepada

murid-murid tentang segala macam metode dalam berbagai pelajaran.

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa

metode adalah seperangkat cara, jalan dan teknik yang harus dimiliki dan

digunakan oleh pendidik dalam upaya menyampaikan dan memberikan

pendidikan danpengajaran kepada peserta didik agar mencapai tujuan

pendidikan yang termuat dalam kurikulum yang telah ditetapkan. Dari

definisi metode di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Metode

Pendidikan Islam adalah cara yang efektif dan efisien yang harus dimiliki

oleh pendidik dalam Pendidikan Islam.83

Metode mengandung implikasi bahwa proses penggunaannya

bersifat konsisten dan sistematis, mengingat sasaran metode itu adalah

manusia yang sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Jadi,

penggunaan metode dalam proses kependidikan pada hakikatnya adalah

pelaksanaan sikap hati-hati dalam pekerjaan mendidik / mengajar.84

83 http://digilib.uinsby.ac.id/7700/5/bab2.pdf84 Muzayyin Arifin, Op.Cit. Hlm 90

52

Dalam proses pendidikan Islam, metode mempunyai kedudukan

yang sangat penting dalam upaya pencapaian tujuan, karena ia menjadi

sarana dalam menyampaikan materi pelajaran yang tersusun dalam

kurikulum. Tanpa metode, suatu materi pelajaran tidak akan dapat

berproses secara efisien dan efektif dalam kegiatan belajar mengajar

menuju tujuan pendidikan. Metode pendidikan yang tidak efektif akan

menjadi penghambat kelancaran proses belajar mengajar sehingga banyak

tenaga dan waktu terbuang sia-sia. Oleh karena itu, metode yang

diterapkan oleh seorang guru akan berdaya guna dan berhasil guna jika

mampu dipergunakan dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah

ditetapkan. Dalam proses pendidikan Islam, metode yang tepat guna

apabila mengandung nilai-nilai yang intrinsik dan ekstrinsik sejalan

dengan materi pelajaran sejalan dengan materi pelajaran dan secara

fungsional dapat dipakai untuk merealisasikan nilai-nilai ideal yang

terkandung dalam tujuan pendidikan Islam. antara metode, kurikulum, dan

tujuan pendidikan mengandung relevansi dan operasional dalam proses

kependidikan. Oleh karena proses kependidikan mengandung makna

internalisasi dan transformasi nilai-nilai Islam kedalam pribadi manusia

didik dalam upaya membentuk pribadi muslim yang beriman, bertaqwa,

dan berilmu pengetahuan.85

A. Dasar-Dasar Metode Pendidikan Islam

Metode Pendidikan Islam dalam penerapannya banyak menyangkut

persoalan individual atau sifat sosial dari peserta didik dan pendidik itu

sendiri, sehingga dalam menggunakan metode, seorang pendidik harus

memperhatikan dasar-dasar umum metode pendidikan. Sebab metode

pendidikan hanyalah sarana menuju tujuan pendidikan, sehingga segala

cara yang ditempuh oleh seorang pendidik harus mengacu pada dasar-

dasar metode pendidikan tersebut. Dalam hal ini tidak lepas dari dasar

agama, biologis, psikologis dan sosiologis.

85 M. Arifin, Op.Cit. Hlm 144

53

1. Dasar Agama

Agama merupakan salah satu dasar-dasar metode Pendidikan

Islam, karena dari agama para pendidik dapat memberikan pendidikan

moral yang baik bagi peserta didik. Dan ketika peserta didik

mempraktekkan dalam kehidupan bermasyarakat akan memberikan

dampak yang positf, sehingga terbentuklah kepribadian yang baik di

masyarakat bagi peserta didik.

Al-Qur’an dan Hadist tidak bisa dilepaskan dari pelaksanaan

metode Pendidikan Islam. Dalam kedudukannya sebagai dasar agama

Islam, maka dengan sendirinya metode Pendidikan Islam harus merujuk

pada kedua sumber ajaran tersebut. Sehingga segala penggunaan dan

pelaksanaan metode Pendidikan Islam tidak menyimpang dari tujuan

pendidikan itu sendiri. Nilai-nilai Al-Qur’an yang diserap oleh Rasulullah

terpancar dalam gerak-geriknya yang direkam oleh para sahabat sehingga

hampir tidak ada ayat yang tidak dihafal dan diamalkan oleh sahabat. Di

samping itu kehadiran Al-Qur’an di tengah masyarakat Arab, memberikan

pengaruh yang besar terhadap jiwa mereka. Akhirnya, mereka berpaling

secara total, dan semua keputusan selalu melihat isyarat Al-Qur’an sebagai

petunjuk kehidupan. Sementara pendidikan salah satu wahana untuk

merumuskan dan mencapai tujuan hidup. Dengan demikian petunjuk hidup

seluruhnya harus ditujukan kepada isyarat Al-Qur’an, karena Al-Qur’an

mulai ayat pertama hingga terakhir tidak terlepas dari isyarat pendidikan.

Sedangkan Sunnah dalam konteks pendidikan mempunyai dua fungsi,

yaitu: (a) menjelaskan metode Pendidikan Islam yang bersumber dari Al-

Qur’an secara konkret dan penjelasan lain yang belum dijelaskan Al-

Qur’an; (b) menjelaskan metode pendidikan yang telah dilakukan oleh

Rasul dalam kehidupan kesehariannya serta cara beliau menanamkan

keimanan. Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa metode Pendidikan

Islam berdasarkan pada agama, dan karena Al-Qur’an dan Al-Hadist

merupakan sumber pokok ajaran agama Islam, maka dalam pelaksanaan

54

metode tersebut disesuaikan dengan kebutuhan yang muncul secara efektif

dan efisien yang dilandasi nilai-nilai keduanya (Al-Qur’an dan Al-Hadist).

2. Dasar Biologis

Perkembangan biologis manusia, mempunyai pengaruh dalam

perkembangan intelektualnya, sehingga semakin lama perkembangan

biologis seseorang, maka dengan sendirinya makin meningkat pula daya

intelektualnya. Dalam memberikan pendidikan terutama dalam Pendidikan

Islam, seorang pendidik harus memperhatikan perkembangan biologis

peserta didik. Perkembangan kondisi jasmani (biologis) seseorang juga

mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap dirinya. Seseorang yang

menderita cacat jasmani akan mempunyai kelemahan dan kelebihan yang

mungkin tidak dimiliki oleh orang yang normal, misalnya seseorang yang

mempunyai kelainan pada matanya (rabun jauh), maka cenderung untuk

duduk di bangku barisan depan, karena berada di depan, maka tidak dapat

bermain-main pada waktu guru memberikan pelajarannya, sehingga

memperhatikan seluruh uraian guru. Karena hal ini berlangsung terus-

menerus, maka dia akan mempunyai pengetahuan lebih dibanding dengan

lainnya, apalagi termotivasi dengan kelainan mata tersebut. Berdasarkan

hal ini, maka dapat dikatakan bahwa perkembangan jasmani itu sendiri

memegang peranan yang sangat penting dalam proses pendidikan.

Sehingga dalam menggunakan metode pendidikan seorang pendidik harus

memperhatikan kondisi biologis peserta didik. Seorang peserta didik yang

cacat akan berpengaruh terhadap prestasi peserta didik, baik pengaruh

positif maupun negatif. Hal ini memberikan hikmah dari penciptaan

Tuhan, maka dengan harapan besar pendidik dapat memberikan pengertian

secukupnya pada siswanya untuk menerima penciptaan Allah yang

sedemikian rupa.

3. Dasar Psikologis

Metode Pendidikan Islam baru dapat diterapkan secara efektif, bila

didasarkan pada perkembangan dan kondisi psikologis siswa. Sebab

perkembangan dan kondisi psikologis siswa memberikan pengaruh yang

55

sangat besar terhadap internalisasi nilai dan transformasi ilmu. Dalam

kondisi jiwa yang labil (jiwa yang tidak normal), menyebabkan

transformasi ilmu pengetahuan dan internalisasi nilai akan berjalan tidak

sesuai dengan yang diharapkan. Perkembangan psikologis seseorang

berjalan sesuai dengan perkembangan biologisnya, sehingga seorang

pendidik dalam menggunakan metode pendidikan bukan saja

memperhatikan psikologisnya tetapi juga biologisnya. Karena seseorang

yang secara biologisnya cacat, maka secara psikologisnya dia akan merasa

tersiksa karena ternyata dia merasakan bahwa teman-temannya tidak

mengalami seperti apa yang dideritanya. Dengan memperhatikan yang

demikian itu, seorang pendidik harus jeli dan dapat membedakan kondisi

jiwa peserta didik, karena pada dasarnya manusia tidak ada yang sama.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam menggunakan metode

pendidikan, seorang pendidik di samping memperhatikan kondisi jasmani

peserta didik juga perlu memperhatikan kondisi jiwa atau rohaninya.

Sebab manusia pada hakekatnya terdiri dari dua unsur, yaitu jasmani dan

rohani, yang kedua-duanya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat

dipisahpisahkan. Kondisi psikologis yang menjadi dasar dalam metode

Pendidikan Islam berupa sejumlah kekuatan psikologis peserta didik

termasuk motivasi, emosi, minat, sikap, keinginan, kesediaan, bakat-bakat

dan kecakapan akal (intelektualnya), sehingga seorang pendidik dituntut

untuk mengembangkan potensi psikologis yang ada pada peserta didik.

Dalam situasi sekolah, setiap anak memiliki sejumlah motif atau dorongan

yang berhubungan dengan kebutuhan biologis dan psikologis. Di samping

itu anak memiliki pula sikap-sikap, minat, penghargaan dan cita-cita

tertentu.

4. Dasar Sosiologis

Interaksi yang terjadi antara sesama siswa dan interaksi antara guru

dan siswa, merupakan interaksi timbale balik yang kedua belah pihak akan

saling memberikan dampak positif pada keduanya. Dalam kenyataan

secara sosiologi seorang individu dapat memberikan pengaruh pada

56

lingkungan sosial masyarakatnya dan begitu pula sebaliknya. Oleh karena

itu guru sebagai pendidik dalam berinteraksi dengan siswanya hendaklah

memberikan teladan dalam proses sosialisasi dengan pihak lainnya, seperti

dikala berinteraksi dengan siswa, sesama guru, kepala sekolah dan

karyawan. Interaksi pendidikan yang terjadi dalam masyarakat justru

memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan peserta

didik dikala berada di lingkungan masyarakatnya. Kadang-kadang

interaksi dari masyarakat tersebut, berpengaruh pula terhadap lingkungan

kelas dan sekolah. Dengan demikian dapat dipahami bahwa dasar

sosiologis adalah salah satu dasar dalam metode Pendidikan Islam. Dari

dasar sosiologis inilah pendidik diharapkan dapat menggunakan metode

Pendidikan Islam yang sesuai dengan tujuan pendidikan itu sendiri. Dari

uraian di atas dapat dikatakan bahwa pelaksanaan metode Pendidikan

Islam harus dijalankan atas dasar agama, biologis, psikologis dan

sosiologis, sehingga dari keempat dasar tersebut metode Pendidikan Islam

akan berjalan dengan baik dan tercapailah tujuan pendidikan tersebut.

B. Prinsip-Prinsip Metode Pendidikan Islam

Kata prinsip berasal dari bahasa Inggris principle yang berarti asas,

dasar dan prinsip. Sedangkan kata “asas” dalam kamus bahasa Indonesia

diarti dasar, alas dan tumpuan berpikir (berpendapat). Adapun kata “dasar”

mempunyai arti bagian yang terbawah, lantai, bakat, pembawaan dan

sebagainya. Berdasarkan makna kebahasaan ini, maka prinsip dapat

diartikan sesuatu yang bersifat asasi dan mendasar yang harus ada pada

bangunan mengenai sesuatu, termasuk bangunan metodologi pendidikan.

Dalam menggunakan metode Pendidikan Islam harus memperhatikan

prinsip-prinsip dari metode Pendidikan Islam, karena dari prinsip-prinsip

tersebut mampu memberikan pengarahan dan petunjuk dalam pelaksanaan

metode pendidikan tersebut, sehingga para pendidik mampu menerapkan

metode yang efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhannya. Prinsip-

prinsip metode Pendidikan Islam, antara lain:

57

1. Mempermudah

Metode pendidikan yang digunakan oleh pendidik pada dasarnya

adalah menggunakan suatu cara yang memberikan kemudahan bagi peserta

didik untuk menghayati dan mengamalkan ilmu pengetahuan,

keterampilan,dan sekaligus mengidentifikasikan dirinya dengan nilai-nilai

yang terdapat dalam ilmu pengetahuan dan keterampilan tersebut.

Sehingga metode yang digunakan haruslah mampu membuat peserta didik

untuk merasa mudah menguasai ilmu pengetahuan dan keterampilan itu.

Inilah barangkali yang perlu dipahami oleh seorang pendidik. Pendidik

tidak harus menggunakan metode yang muluk-muluk, cukup dengan

metode yang sederhana saja yang sesuai dengan materi yang akan

disampaikan dan pendidik mampu menyampaikan dengan baik, sehingga

mudah diserap, dipahami dan dikuasai oleh peserta didik.

2. Berkesinambungan

Berkesinambungan dijadikan sebagai prinsip metode Pendidikan

Islam, karena dengan asumsi bahwa Pendidikan Islam sebuah proses yang

akan berlangsung terus-menerus. Sehingga dalam menggunakan metode

pendidikan seorang pendidik perlu memperhatikan kesinambungan

pelaksanaan pemberian materi. Jangan hanya karena mengejar target

kurikulum, seorang pendidik menggunakan metode yang tidak efektif yang

pada gilirannya akan memberikan pengaruh yang negatif pada peserta

didik, karena peserta didik merasa dibohongi oleh pendidik. Metode

pendidikan yang digunakan pendidik pada waktu yang lalu merupakan

landasan dan pijakan metode sekarang yang sedang digunakan, sementara

metode yang sekarang dipakai menjadi dasar perencanaan metode

berikutnya, demikian seterusnya. Sehingga dengan beraneka macam

metode yang saling berkesinambungan tersebut materi pendidikan dan

pengajaran dapat berjalan dengan sistematis dan gambling.

58

3. Fleksibel dan Dinamis

Metode Pendidikan Islam harus digunakan dengan prinsip fleksibel

dan dinamis. Sebab dengan kelenturan dan kedinamisan metode tersebut,

pemakaian metode tidak hanya monoton dan zaklik dengan satu macam

metode saja. Seorang pendidik mampu memilih salah satu dan berbagai

alternative yang ditawarkan oleh para pakar yang dianggapnya cocok dan

tepat dengan materi, berbagai macam kondisi peserta didik, sarana dan

prasarana, situasi dan kondisi lingkungan, serta suasana pada waktu itu.

Dan prinsip kedinamisan ini berkaitan erat dengan prinsip

berkesinambungan, karena dalam kesinambungan tersebut metode

Pendidikan Islam akan selalu dinamis dengan situasi dan kondisi yang ada.

Dengan prinsip ini diharapkan akan muncul metode-metode yang relative

baru dari para pendidik Islam. Sebab dengan prinsip kelenturan dan

kedinamisan ini memberikan peluang yang sangat luas bagi para pendidik

untuk mengembangkan metode yang sudah ada, khususnya dalam

menerapkan metode ilmu pengetahuan modern dan teknologi, sehingga

pendidikan Islam mampu berbicara banyak dalam pembentukan manusia

Indonesia seutuhnya yang benarbenar utuh (manusia yang menguasai Iptek

dan berhati Imtaq) Dari uraian di atas penulis dapat katakan bahwa

Pendidikan Islam memberikan keleluasaan dan kebebasan bagi para

pendidik untuk mengembangkan metode yang sudah dikenal oleh mereka,

yang jelas dalam metode ini pendidik berusaha menggunakan metode yang

efektif dan efisien. Akan tetapi perlu diingat bahwa kebebasan yang

diberikan oleh prinsip-prinsip tersebut dibatasi oleh dasar-dasar metode

Pendidikan Islam itu sendiri.86

86 http://digilib.uinsby.ac.id/7700/5/bab2.pdf

59

i. Evaluasi Pendidikan Islam

Dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia,

pendidikan memegang peranan penting. Keberhasilan proses pendidikan

secara langsung akan berdampak pada peningkatan kualitas sumberdaya

manusia tersebut. Salah satu indikator kualitas pendidikan yang baik

adalah lulusannya yang berkompeten. Kompetensi merupakan fungsi dari

banyak variabel antara lain kemampuan peserta didik, kemampuan

pendidik, fasilitas, manajemen dan perkembangan pengetahuan ilmiah dan

teknologi serta seni. Ruang lingkup pendidikan sangat luas mulai dari

input atau masukan, proses sampai hasilnya atau output. Untuk

mengetahui bahwa proses yang kita lakukan sesuai dengan tujuannya

maka harus dilakukan umpan balik. Salah satu bentuk umpan balik yang

dilakukan adalaah evaluasi. Sistem evaluasi yang dipergunakan memegang

peranan penting dalam laporan lembaga pendidikan karena lewat laporan

itulah dapat diketahui perkembangan anak didik setelah mengikuti proses

pendidikan di lembaga pendidikan tersebut.

Yang dimaksud dengan penilaian dalam pendidikan adalah

keputusan-keputusan yang diambil dalam proses pendidikan secara umum,

baik mengenai perencanaan, pengelolaan, proses dan tindak lanjut

pendidikan atau yang menyangkut perorangan, kelompok maupun

kelembagaan. Karenanya yang dimaksud dengan evaluasi dalam

pendidikan Islam adalah pengambilan sejumlah keputusan yang berkaitan

dengan pendidikan Islam guna melihat sejauh mana keberhasilan

pendidikan yang selaras dengan nilai-nilai Islam sebagai tujuan dari

pendidikan Islam itu sendiri. Sebagai salah satu komponen penting dalam

pelaksanaan pendidikan Islam.87

Evaluasi merupakan suatu tahapan akhir dari suatu proses

pembelajaran, yang dengannya dapat diketahui keberhasilan proses

pembelajaran tersebut sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Oleh

karenanya, evaluasi merupakan kegiatan yang tak kalah pentingnya dari

87 Ahmad Tantowi, Op.Cit. Hlm 31

60

proses pembelajaran. Evaluasi pendidikan memiliki kedudukan yang

sangat strategis, dikarenakan hasil dari kegiatan evaluasi dapat digunakan

sebagai input untuk melakukan perbaikan kegiatan pendidikan. Ajaran

Islam juga menaruh perhatiannya terhadap evaluasi tersebut. Allah SWT

dalam suatu firmannya yang memberitahukan bahwa pekerjaan evalausi

terhadap peserta didik merupakan suatu tugas penting dalam rangkaian

proses pendidikan yang telah dilaksanakan oleh pendidik. Firman Allah

dalam QS. Al Baqarah (02), ayat 31- 32.

Artinya: dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda)seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat laluberfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamumamang benar orang-orang yang benar!" mereka menjawab: "Maha suciEngkau, tidak ada yang Kami ketahui selain dari apa yang telah Engkauajarkan kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahuilagi Maha Bijaksana.( QS. Al Baqarah (02) 31- 32)88

Evaluasi adalah penilaian tentang suatu adpek yang dihubungkan

dengan situasi aspek lainnya sehingga diperoleh suatu gambaran yang

menyeluruh yang ditinjau dari berbagai aspek. Evaluasi diartikan sebagai

proses penilaian tentang keberhasilan tujuan- tujuan pendidikan yang

tercapai. Penilaian tersebut dapat berhasil jika dilakukan sesuai dengan

prinsipprinsip sebagai berikut:

a) Prinsip kesinambungan (kontinuitas); penilaian hendaknya dilakukan

secara berkesinambungan.

b) Prinsip menyeluruh, maksudnya penilaian harus mengumpulkan data

mengenai seluruh aspek kepribadian.

c) Prinsip obyektif, penilaian diusahakan agar subyektif mungkin.

88 Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 1

61

d) Prinsip sistematis, yakni penilaian harus dilakukan secara sistematis dan

teratur.

Prinsip diatas sejalan dengan system ajaran Islam, karena prinsip tersebut

dalam ajaran Islam termasuk kedalam akhlak yang mulia. Dalam akhlak

yang mulia seseorang harus bersifat obyektif, jujur, dan mengatakan

sesuatu sesuai apa adanya.89 Al-Quran menjelaskan sebagaimana QS. At-

Taubah 9 ayat 119

Artinya : Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, danhendaklah kamu bersama orang-orang yang benar(QS. At- Taubah:119).90

j. Pendidik Dalam Pendidikan Islam

Pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab member

bimbingan atau bantuan kepada peserta didik atau anak didik dalam

perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya,

mampu melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah Swt. Khalifah

dimuka bumi, sebagai makhluk sosial dan individu yang sanggup berdiri

sendiri. Istilah lain yang lazim dipergunakan untuk pendidik adalah guru.

Dari segi bahasa, pendidik sebagaimana dijelaskan oleh poerwadarminta

adalah orang yang mendidik. Dalam bahasa Inggris ada beberapa kata

yang berdekatan artinya dengan pendidik. Kata tersebut seperti teacher

dan tutor. Sedangkan dalam bahasa Arab adalah ustadz, mudarris, mu'alim

dan mu'addib. Pendidik dalam konteks ini bukan hanya terbatas pada

orang-orang yang bertugas disekolah tetapi semua orang yang terlibat

dalam proses pendidikan anak mulai sejak dalam kandungan hingga ia

dewasa, bahkan sampai meninggal dunia. Jika kita mengikuti petunjuk al-

Qur'an, akan ditemukan informasi bahwa yang menjadi pendidik itu secara

garis besarnya ada 4 yaitu, Allah, Para Nabi, Kedua Orang Tua dan Orang

89 http://digilib.uinsby.ac.id/1297/5/Bab%202.pdf90 Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 187

62

lain. Islam mengajarkan bahwa pendidik pertama dan utama yang paling

bertanggung jawab terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta

didik adalah kedua orang tua. Islam memerintahkan kedua orang tua untuk

mendidik diri dan keluarganya, terutama anak-anaknya, agar mereka

terhindar dari adzab yang pedih. Istilah tersebut hamper sama

pengertiannya. Meskipun demikian, pada keduanya juga terdapat

perbedaan dalam praktiknya. Istilah guru seringkali digunakan dalam

lingkungan pendidikan formal, informal dan non formal. Pendidik dalam

Islam adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap

perkembangan peserta didik atau anak didik dengan mengupayakan

seluruh potensi peserta didik atau anak didik, baik potensi afektif, kognitif,

maupun psikomotorikagar menjadi lebih baik. Yang pertama kali menjadi

pendidik anak adalah orang tua. Karena itu, dia disebut sebagai pendidik

kodrati. Disisi lain, oleh karena orang tua tidak mempunyai kemampuan,

waktu dan sebagainya. Maka mereka menyerahkan sebagai tanggung

jawabnya kepada orang lain yang berkompeten untuk melaksanakan tugas

pendidik. Dalam hal ini, tugasa orang tua adalah sebagai pendidik anak-

anaknya yang dibantu oleh lembaga pendidikan dimana lembaga ini

banyak memberikan bantuan pendidikan melalui guru-guru yang ada.91

Pendidik disinyalir sebagai manusia pilihan yang memiliki kualitas

pemikiran handal, sehingga mampu mendidik, membimbing dan

mengarahkan peserta didik menjadi manusia yang baik dan berguna, baik

bagi dirinya maupun bagi lingkungan sekitarnya. Sehingga demikian dapat

dipahami bahwa pendidik adalah sebagai orang sangat menentukan

pembentukan jati diri seorang manusia. Dalm konteks ini adalah peserta

didik, sebagai pengganti peran yang seharusnya diemabn oleh orang tua.92

Tugas pendidik adalah Pertama, membimbing si terdidik atau

peserta didik, mencari pengenalan terhadapnya mengenai kebutuhan,

kesanggupan, bakat, minat, dan lain sebagainya. Kedua, menciptakan

91 Abd. Aziz. Op.Cit. hlm 179-18192 Dakir dan Sardimi, Op.Cit, Hlm 64

63

situasi untuk pendidikan. Yang dimaksud dengan situasi pendidikan yaitu

suatu keadaan dimana tindakan-tindakan pendidikan dapat berlangsung

dengan baik dan dengan hasil yang memuaskan.

Tugas lain ialah harus pula memiliki pengetahuan-pengetahuan

yang diperlukan, pengetahuan-pengetahuan keagamaan dan lain-lainnya.

Pengetahuan ini hanya sekedar diketahui tetapi juga diamalkan dan

diyakini sendiri. Ingatlah bahwa kedudukan pendidik adalah pihak yang

"lebih" dalam situasi pendidikan. Harus pula diingat bahwa pendidik

adalah manusia dengan sifat-sifatnya yang tidak sempurna. Oleh karena

itu, maka menjadi tugas pula bagi pendidik untuk selalu meninjau diri

sendiri. Dari reaksi peserta didik, dari hasil-hasil usaha pendidikan,

pendidik dapat memperoleh bahan-bahan kecaman dari pihak peserta

didik. Kecaman yang membangunpun besar sekali nilainya.

Menjadi pendidik hendaklah memiliki sifat-sifat sebagi berikut:

1. Zuhud, tidak mengutamakan materi dan mengajarkan mencari

keridhaan Allah SWT semata

2. Bersih tubuhnya, jauh dari dosa dan kesalahan, bersih jiwa, terhindar

dari dosa besar, sifat ria (mencari nama), dengki, permusuhan,

perselisihan, dan lain-lain sifat yang tercela.

3. Ikhlas dalam pekerjaan

4. Suka pemaaf

5. Guru merupakan seorang bapak sebelum ia menjadi seorang guru

6. Guru harus mengetahui tabiat murid, dan guru harus menguasai mata

pelajaran.

Itu sebabnya, pendidik menurut Islam bukanlah sekedar

pembimbing melainkan juga sebagai figur teladan yang memiliki

karakteristik baik, sedang hal itu belum tentu terdapat dalam diri

pembimbing. Dengan begitu, pendidik muslim mestilah aktif dari dua arah

: secara eksternal dengan jalan mengarahkan atau membimbing peserta

64

didik, secara internal denagn jalan merealisasikan karakteristik akhlak

mulia.93

Pendidik terbagi dua, yaitu:

1. Pendidik kodrat adalah orang dewasa yang mempunyai tanggung

jawab utama terhadap anak adalah orangtuanya. Orangtua disebut pendidik

kodrat karena mereka mempunyai hubungan darah dengan anak. Namun,

karena orangtua kurang memiliki kemampuan, dan sebagainya untuk

memberikan pendidikan yang diperlukan anaknya. Maka mereka

menyerahkan sebagian tanggung jawabnya kepada orang dewasa lain

untuk membimbingnya seperti guru disekolah, guru agama di masjid,

pemimpin pramukadan tokoh-tokoh masyarakat.

Berdasarkan hal diatas, orangtua menjadi pendidik yang pertama

dan terutama bagi anak-anaknya. Ia harus menerima, mencintai,

mendorong, dan membantu anak aktif dalam kehidupan bersama

(kekerabatan) agar anak memiliki nilai hidup, jasmani, nilai keindahan,

nilai kebenaran, nilai moral, nilai keagamaan, dan bertindak sesuai dengan

niali-nilai tersebut sebagai perwujudan dan peran mereka sebagai

pendidik. Hal ini dapat dipahami dari firman Allah dalam Surah At-

Tahrim ayat 6

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dankeluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia danbatu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidakmendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada merekadan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (Q.S. At-Tahrim:6)94

Berdasarkan penafsiran ayat diatas dapat dikatakan bahwa setiap

orangtua mukmin menjadi pendidik. Tanpa megikuti pendidikan profesi

93 Abd. Rachman Assegaf, , Filsafat Pendidikan Islam, Op.Cit, Hlm 111-11294 Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 560

65

pendidik, tanpa memiliki ijazah tertentu, dan tanpa menerima honor dari

siapapun. Ia harus melaksanakan tugas mendidik dengan baik.

2. Pendidik jabatan yaitu pendidik disekolah, seperti guru,

konselor, dan administrator disebut pendidik karena jabatan. Sebutan ini

disebabkan mereka ditugaskan untuk memberikan pendidikan dan

pengajaran disekolah, yaitu mentransformasikan kebudayaan secara

terorganisasi semi perkembangan peserta didik, khususnya dibidang ilmu

pengetahuan dan teknologi.

Pendidik jabatan adalah orang lain (tidak termasuk anggota

keluarga) yang karena keahliannya ditugaskan mendidik guna melanjutkan

pendidikan yang telah dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga. Pada

hakikatnya, pendidik jabatan membantu orangtua dalam mendidik anak

karena orang tua memiliki berbagai keterbatasan. Berbeda dengan

pendidik kodrat, pendidik jabatan dituntut memiliki berbagai kompetensi

sesuai dengan tugasnya.95

Dalam melaksanakan tugasnya, pendidik perlu memahami dan

mengikuti norma-norma yang mengatur hubungan kemanusiaan

(relationship) antara pendidik dan peserta didik, orangtua peserta didik,

kolega, dan atasannya. Itulah yang disebut kode etik pendidik. Suatu

jabatan yang melayani orang lain selalu memerlukan kode etik. Demikian

pula jabatan pendidik. Bentuk kode etik suatu lembaga pendidikan tidak

harus sama, tetapi secara intrinsik mempunyai kesamaan konten yang

berlaku umum. Pelanggaran terhadap kode etik akan mengurangi nilai dan

kewibawaan identitas pendidik. Dalam merumuskan kode etik, Al-Ghazali

lebih menekankan betapa berat kode etik yang diperankan seorang

pendidik daripada peserta didiknya. Kode etik pendidik terumuskan

sebanyak 17 bagian, sementara kode etik peserta didik hanya 11 bagian.

Hal itu terjadi karena guru dalam konteks ini memegang banyak peran,

yang tidak saja menyangkut keberhasilannya dalam menjalankan profesi

95 Bukhari Umar, Op.Cit, Hlm 83-86

66

keguruan, tetapi juga tanggung jawabnya dihadapan Allah kelak. Adapaun

kode etik pendidik yang dimaksud adalah sebagai berikut:

a. Menerima segala problem peserta didik dengan hati dan sikap yang

terbuka dan tabah.

b. Bersikap penyantun dan penyayang.

Artinya : 159. Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlakulemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagiberhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, danbermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu[246]. kemudianapabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepadaAllah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkalkepada-Nya.(Q.S. Ali Imran:159)96

[246] Maksudnya: urusan peperangan dan hal-hal duniawiyahlainnya, seperti urusan politik, ekonomi, kemasyarakatan dan lain-lainnya.

c. Menjaga kewibawaan dan kehormatannya dalam bertindak.

d. Menghindari dan menghilangkan sikap angkuh terhadap sesama.

Artinya : 32. (yaitu) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar danperbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil.Sesungguhnya Tuhanmu Maha Luas ampunanNya. dan Dia lebihmengetahui (tentang keadaan)mu ketika Dia menjadikan kamu daritanah dan ketika kamu masih janin dalam perut ibumu; Maka

96 Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 50

67

janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang palingmengetahui tentang orang yang bertakwa.(Q.S. Al-Najm: 32)97

e. Bersifat rendah hati ketika menyatu dengan sekelompok masyarakat.

Artinya : 88. janganlah sekali-kali kamu menunjukkan pandanganmukepada kenikmatan hidup yang telah Kami berikan kepada beberapagolongan di antara mereka (orang-orang kafir itu), dan janganlahkamu bersedih hati terhadap mereka dan berendah dirilah kamuterhadap orang-orang yang beriman.(Q.S. Al-Hijr:88)98

f. Menghilangkan aktivitas yang tidak berguna dan sia-sia.

g. Bersifat lemah lembut dalam menghadapi peserta didik yang tingkat

IQ-nya rendah, serta membinanya sampai pada taraf maksimal.

h. Meninggalkan sifat marah dalam menghadapi problem peserta didik.

i. Memperbaiki sikap peserta didik, dan lemah lembut terhadap pserta

didik yang kurang lancer bicara.

j. Meninggalkan sifat yang menakutkan bagi peserta didik, terutama pada

peserta didik yang belum mengerti atau mengetahui.

k. Berusaha memperhatikan pertanyaan-pertanyaan peserta didik,

walaupun pertanyaannya terkesan tidak bermutu atau tidak sesuai

dengan masalah yang diajarkan.

l. Menerima kebenaran yang diajukan oleh peserta didik.

m. Menjadikan kebenaran sebagai acuan dalam proses pendidikan,

walaupun kebenaran itu datangnya dari peserta didik.

n. Mencegah dan mengontrol peserta didik mempelajari ilmu yang

membahayakan.

97 Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 52698 Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 262

68

Artinya : 195. dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, danjanganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan,dan berbuat baiklah, karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.(Q.S. Al-Baqarah:195)

o. Menanamkan sifat ikhlas pada peserta didik, serta terus menerus

mencari informasi guna disampaikan pada peserta didik yang pada

akhirnya mencapai tingkat taqarrub kepada Allah.

Artinya : 5. Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembahAllah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan)agama yang lurus[1595], dan supaya mereka mendirikan shalat danmenunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.

[1595] Lurus berarti jauh dari syirik (mempersekutukan Allah) danjauh dari kesesatan.

p. Mencegah peserta didik mempelajari ilmu fardhu kifayah (kewajiban

kolektif, seperti ilmu kedokteran, psikologi, ekonomi, dan sebagainya)

sebelum mempelajari ilmu fardhu'ain (kewajiban individual, seperti

akidah, syari'ah dan akhlak).

q. Mengaktualisasikan informasi yang diajarkan kepada peserta didik.

Artinya : 44. mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan)kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri,Padahal kamu membaca Al kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamuberpikir?. (Q.S. Al-Baqarah:44)99

99 Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 1

69

Artinya : 2. Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamumengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?. 3. Amat besarkebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidakkamu kerjakan.(Q.S. Ash-Shaff:2-3)100

Dalam ungkapan yang berbeda, Muhammad Athiyah Al-Abrasyi

menentukan kode etik pendidik dalam pendidikan Islam adalah sebagai

berikut:

1. Mempunyai watak kebapakan sebelum menjadi seorang pendidik,

sehingga ia menyayangi peserta didik seperti menyayangi anaknya

sendiri.

2. Adanya komunikasi yang aktif antara pendidik dan peserta didik. Pola

komunikasi dalam interaksi dapat diterapkan ketika terjadi proses

belajar mengajar. Pola komunikasi dalam pendidikan dapat dilakukan

dengan tiga macam yaitu: komunikasi sebagai aksi (interaksi searah),

komunikasi sebagai interaksi (interaksi dua arah), dan komunikasi

sebagai transaksi (interaksi multi arah). Tentunya untuk mewujudkan

pendidikan Islam yang maksimal harus digunakan komunikasi yang

transaksi, sehingga suasana belajar menjadi lebih aktif antara pendidik

dan peserta didik, antara peserta didik dan pendidik, dan antara peserta

didik dengan peserta didik.

3. Memperhatikan kemampuan dan kondisi peserta didik, pemberianmateri pelajaran harus diukur dengan kadar kemampuannya. SabdaNabi Muhammad SAW " Kami para Nabi diperintahkan untukmenempatkan pada posisinya, berbicara dengan seseorang sesuaidengan kemampuan akalnya". (HR. Abu Bakr bin Asy-Syakhir).

4. Mengetahui kepentingan bersama, tidak terfokus pada sebagian peserta

didik, misalnya hanya memprioritaskan anak yang memiliki IQ tinggi.

5. Mempunyai sifat-sifat keadilan, kesucian, dan kesempurnaan.

100 Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 551

70

6. Ikhlas dalam menjalankan aktivitasnya, tidak banyak menuntut hal

yang diluar kewajibannya.

7. Mengaitkan mater satu denagn materi yang lainnya (menggunakan

pola integrated curriculum) dalam pengajarannya.

8. Memberi bekal peserta didik dengan ilmu yang mengacu pada masa

depan, karena ia tercipta berbeda dengan zaman yang dialami oleh

pendidiknya. Ali bin Abi Thalib berkata:

"didiklah anak kalian dengan pendidikan yang berbeda dengan yangdiajarkan padamu, karena mereka diciptakan untuk zaman yangberbeda dengan zaman kalian"

9. Sehat jasmani dan rohani serta mempunyai kepribadian yang kuat,

bertanggung jawab, dan mampu mengatasi problem peserta didik, serta

mempunyai rencana yang matang untuk menatap masa depan yang

dilakukan dengan sungguh-sungguh.101

k. Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam

Komponen selanjutnya dalam pendidikan adalah peserta didik atau

anak didik. Peserta didik adalah anak yang sedang tumbuh dan

berkembang, baik fisik mauoun psikis untuk mencapai tujuan

pendidikannya melalui proses pendidikan. Peserta didik dalam arti umum

adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau

sekelompok. Definisi tersebut member arti bahwa peserta didik atau anak

didik adalah anak yang belum dewasa yang memerlukan orang lain untuk

menjadi dewasa. Kendati demikian, peserta didik mempunyai tugas atau

kewajiban yang harus dilaksanakan sebagaiman dikatakan oleh An-Namiri

Al-Qurtubi, yang dikutip oleh Asma Hasan Fahmi yaitu antara lain:

1). Seorang peserta didik harus membersihkan hatinya dari kotoran

sebelum ia menuntut ilmu, karena belajar adalah semacam ibadah dan

tidak sah ibadah kecuali dengan hati bersih. Bersih hati artinya

menjauhkan diri dari sifat-sifat tercela, seperti dengki, benci, menghasud,

101 Bukhari Umar, Op.Cit, Hlm 97-102

71

takabur, menipu, berbangga-bangga dan memuji diri dengan akhlak mulia

seperti benar, taqwa, ikhlas, zuhud, merendahkan diri dan ridlo.

2). Hendaklah tujuan belajar itu ditujukan untuk menghiasi ruh dengan

sifat keutamaan, mendekatkan diri kepada Allah dan bukan untuk

bermegah-megahan dan mencari kedudukan.

3).dinasehatkan agar peserta didik tabah dalam memperoleh ilmu

pengetahuan, maka ia tidak boleh ragu-ragu untuk itu.

4). Wajib menghoramti guru dan bekerja untuk memperoleh kerelaan guru,

dengan mempergunakan bermacam-macam cara. Bermanis mulut

bukanlah satu sikap yang terpuji, kecuali untuk memperoleh kerelaan

guru.102

Selebihnya Muhammad Athiyah Al-Abrasyi menambahkan tugas-

tugas yang harus dilaksanakan oleh peserta didik dalam melaksanakan

proses belajarnya :

1). Sebelum belajar, ia hendaknya terlebih dahulu membersihkan hatinya

dari segala sifat buruk

2). Niat belajar hendaknya ditujukan untuk mengisi jiwa dengan berbagai

fadhilah

3). Hendaknya bersedia meninggalkan keluarga dan tanah air untuk

mencari ilmu ketempat yang jauh sekalipun

4). Peserta didik wajib menghormati gurunya

5). Jangan melakukan aktifitas ketika belajar kecuali atas petunjuk dan ijin

pendidik

6). Memaafkan guru apabila dia bersalah, terutama dalam menggunakan

lidahnya

7). Wajib besungguh-sungguh dalam mencariilmu dan tekun dalam belajar

8). Jangan suka terlalu sering menukar guru, kecuali dengan pertimbangan

yang matang

9). Peserta didik wajib saling mengasihi dan menyayangi diantara

sesamanya, sebagai wujud untuk memperkuat rasa persaudaraan

102Abd. Aziz. Op.Cit. hlm 197-198

72

10). Bergaul dengan baik terhadap guru-gurunya

11). Peserta didik hendaknya mengulang setiap pelajaran dan menyusun

jadwal belajar yang baik guna meningkatkan kedisiplinan belajarnya

12). Menghargai ilmu dan bertekat untuk terus menuntut ilmu sampai

akhir hayat.103

Peserta didik dipandang sebagai anak yang aktif, bukan pasif yang hanya

menanti pendidik atau guru untuk memenuhi otaknya dengan berbagai

informasi. Seimbang dengan kewajiban pendidik untuk menyampaikan

ajaran Islam, peserta didik harus menuntut ilmu, membaca dengan nama

Allah SWT, pada Surah (Q.S. AL-Alaq (96): 1)

Artinya : 1. bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yangMenciptakan,

Dan secara bertahap pada Surah (Q.S.Al-Insyiqaaq (84): 19)104

Artinya : 19. Sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat (dalamkehidupan),(Yang dimaksud dengan tingkat demi tingkat ialah dari setetes air mani

sampai dilahirkan, kemudian melalui masa kanak-kanak, remaja dan

sampai dewasa. dari hidup menjadi mati kemudian dibangkitkan kembali.)

Karena orang yang berilmu pengetahuan melalui proses belajar itu berbeda

dengan orang yang tidak mengetahui terdapat pada Surah (Q.S Al-

Hujuraat (49): 9)105 :

103 Muhammad Athiyah Al-Abrasyi, Op.Cit. hlm 146-148104 Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 589105 Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 515

73

Artinya : 9. dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman ituberperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! tapi kalau yangsatu melanggar Perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggarPerjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah.kalau Dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan,dan hendaklah kamu Berlaku adil; Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang Berlaku adil.

Orang yang beriman dan berilmu pengetahuan akan ditinggikan derajatnya

oleh Allah SWT terdapat pada Surah (Q.S. Al-Mujaadilah (58): 11)106

Artinya : 11. Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakankepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlahniscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan:"Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikanorang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmupengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yangkamu kerjakan.

Sedangkan orang yang tidak memanfaatkan karunia Allah berupa panca

indera dan kalbu atau otak untuk berfikir , ibarat binatang ternak, bahkan

lebih sesat lagi, terdapat pada Surah (Q.S. AL-A'raaf (7) : 179).107

106 Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 542107 Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 151

74

Artinya : 179. Dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi nerakaJahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati,tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) danmereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat(tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi)tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itusebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka Itulahorang-orang yang lalai.

Semua itu sebagai bukti bahwa peserta didik dalam konsep Islami haruslah

aktif dan dinamis dalam berfikir, belajar, merenungkan, meneliti,

mencoba, menemukan, mengamalkan, dan menyebarluaskan

aktivitasnya.108

l. Manfaat dan Fungsi Pendidikan Islam

Manfaat dan fungsinya adalah sebagai berikut:

Pertama, membantu menemukan maslah-maslah pendidikan dan sekaligus

memberikan cara untuk mengatasinya berdasarkan cara kerjanya yang

sistematik, radikal, universal, mendalam, spekulatif, dan rasional.

Kedua, memberikan informasi yang komprehensif, mendala, dan

sistematik tentang hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam merumuskan

dan mendesain konsep pendidikan, seperti informasi tentang manusia

dengan berbagai potensi, bakat dan minat yang dimilikinya, tentang alam

jagat raya dengan berbagai macam ragam, sifat dan karakternya, tentang

ilmu pengetahuan, tentang sumber (ontologi), metodologi (epistemologi),

dan penggunaannya (aksiologi)nya, tentang akhlak (etika) dengan berbagai

macam dan proses mananamkannyadalam diri manusia, tentang

108 Abd. Rachman Assegaf, Filsafat Pendidikan Islam , Op.Cit, Hlm 113-114

75

masyarakat dengan berbagai stratifikasinya, tentang nilai-nilai budaya dan

lain sebagainya.

Ketiga, memberikan dorongan bagi dilakukannya aktivitas pendidikan

yang disebabkan karena memiliki pengetahuan tentang sesuatu yang

sistematik, mendalam dan komprehensif tentang masalah-maslah yang

berkaitan dengan pendidikan.

Keempat, memberikan informasi tentang pendidikan, termasuk pendidikan

Islam, tentang bermutu atau tidaknya pendidikan tersebut, atau tercapai

tidaknya tujuan pendidikan yang ditetapkan, serta berbagai kelemahan

lainnya. Dengan bantuan filsafat pendidikan akan dapat diketahui letak

kelemahan pendidikan tersebut, dan sekaligus memberikan alternative-

alternatif perbaikan dan pengembangannya.

Ada beberapa fungsi pendidikan Islam yaitu sebagai berikut:

Pertama, fungsi spekulatif, yaitu berusaha untuk mengerti keseluruhan

persoalan pendidikan dan mencoba merumuskannyadalam satu gambaran

pokok sebagai pelengkap bagi data-data yang telah ada dari segi ilmiah.

Kedua, fungsi normative, yaitu menentukan arah dan maksud pendidikan.

Hal yang demikian terlihat dari adanya rumusan visi, misi dan tujuan

pendidikan. Yakni keadaan manusia atau masyarakat yang diinginkan oleh

pendidikan. Yang semua itu dapat digambarkan dengan bantuan filsafat

pendidikan.

Ketiga, fungsi kritik, yaitu memberikan dasar bagi pengertian kritis dan

rasional dalam mempertimbangkan dan menafsirkan data-data ilmiah.

Misalnya, data pengukuran analisis evaluasi kepribadian maupun prestasi,

cara menetapkan klasifikasi prestasi secara tepat dengan data-data objektif,

dan menetapkan asumsi-asumsi berikut hipotesisnya yang lebih masuk

akal.

Keempat, fungsi teoretis, yakni memberikan prinsip-prinsip umum bagi

suatu kegiatan praktik dalam dunia pendidikan.109

109 Abuddin Nata, Op.Cit, hlm 38-40

76

m. Manfaat Mempelajari Filsafat Pendidikan Islam

Sudah dapat diduga bahwa setiap ilmu sudah pasti memiliki

kegunaan, termasuk juga ilmu filsafat pendidikan Islam ini, para ahli

dibidang ini telah banyak meneliti secata teoretis mengenai kegunaan

filsafat pendidikan Islam. Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany

misalnya mengemukakan tiga manfaat dari mempelajari filsafat

pendidikan Islam tersebut sebagai berikut:

1. Filsafat pendidikan itu dapat menolong para perancang pendidikan dan

orang-orang yang melaksanakannya dalam suatu negara untuk

membentuk pemikiran sehat terhadap proses pendidikan. Disamping

itu ia dapat menolong terhadap tujuan-tujuan dan fungsi-fungsinya

serta meningkatkan mutu penyelesaian masalh pendidikan dan

peningkatan tindakan dan keputusan termasuk rancangan-rancangan

pendidikan mereka. Selain itu ia juga berguna untuk memperbaiki

peningkatan pelaksanaan pendidikan serta kaidah dan cara mereka

mengajar yang mencakup penilaian, bimbingan dan penyuluhan.

2. Filsafat pendidikan Islam dapat menjadi asas yang terbaik untuk

penilaian pendidikan dalam arti yang menyeluruh. Penilaian

pendidikan itu dianggap persoalan yang perlu bagi setiap pengajaran

yang baik. Dalam pengertian yang terbaru, penilaian pendidikan

meliputi segala usaha dan kegiatan yang dilakukan oleh sekolah,

institusi-institusi pendidikan secara umum untuk mendidik angkatan

baru dan warga Negara dan segala yang berkaitan dengan itu.

3. Filsafat pendidikan Islam akan menolong dalam memberikan

pendalaman pikiran bagi faktor-faktor spiritual, kebudayaan, sosial,

ekonomi dan politik dinegara kita.

Berdasarkan pada kutipan diatas timbul kesan bahwa kegunaan dan

fungsi filsafat pendidikan Islam ternyata amat strategis. Ia seolah-olah

menjadi acuan dalam memecahkan berbagai persoalan dalam pendidikan.

Hal ini disebabkan karena yang diselesaikan filsafat pendidikan Islam itu

77

adalah bidang filosofinya yang menjadi akar bagi setiap permasalahan

kependidikan.110

Selanjutnya manfaat mempelajari filsafat dan filsafat pendidikan

yaitu sebagai berikut:

Pertama, hidup dan kehidupan selalu bergerak, baik kearah positif

maupun negatif, dan selalu menyeret manusia. Apalagi bagi individu yang

hidup dalam masyarakat yang mengalami transisi dan pergeseran nilai-

nilai kehidupan. Hal-hal demikian kadang-kadang dihadapi dengan

kesiapan atau mekanisme diri yang labil sehingga tidak jarang mengalami

krisis batin, dengan tingkat yang berbeda-beda. Dalam hal seperti ini,

individu yang sudah memiliki filsafat hidup (philosophy of life), akan

dapat mengantisipasinya dengan damai, sehingga terhindar dari berbagai

hal yang negative dalam hidup dan kehidupannya.

Al-Qur'an menjelaskan betapa pentingnya adanya pegangan yang

mantab dalam hidup dan kehidupan ini. Seperti yang dapat dipelajari

misalnya dalam surat Al-Ra'd ayat 28 :111

Artinya ; (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati merekamanjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya denganmengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.Selanjutnya, dapat juga dipelajari dalam surat Al-Fajr ayat 27-30:112

27. Hai jiwa yang tenang. 28. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hatiyang puas lagi diridhai-Nya. 29. Maka masuklah ke dalam jama'ahhamba-hamba-Ku, 30. masuklah ke dalam syurga-Ku

110 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Op.Cit, 17-18111 Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 249112 Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 593

78

Kedua, tiap pribadi punya pandangan hidup atau filsafat hidup

sendiri-sendiri yang menentukan perilakunya. Hal ini member indikasi

bahwa setiap orang seyogyanya mempunyai pasangan hidup yang benar-

benar diyakini kebenaran dan kebaikannya sehingga menghasilkan

perilaku yang bermanfaat bagi diri dan lingkungannya. Dalam Al-Qur'an

surat Al-Isra' ayat 84 dikemukakan:

Artinya ; Katakanlah: "Tiap-tiap orang berbuat menurutkeadaannya masing-masing". Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapayang lebih benar jalanNya.113

Ketiga, setiap individu mempunyai hak kebebasan untuk

menentukan pandangan hidup yang dia pilih. Hal ini memberi arti, bahwa

setiap perilaku yang dilakukan, merupakan keputusan batin sendiri dan

demikian juga member arti bahwa manusia telah punya kebebasan dan

kepribadian sendiri. Dalam Islam hal ini ditegaskan antara lain dalam Al-

Qur'an surat Al-Balad 8-10:

8. Bukankah Kami telah memberikan kepadanya dua buah mata, 9. lidahdan dua buah bibir. 10. dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan(Yang dimaksud dengan dua jalan ialah jalan kebajikan dan jalankejahatan).114

Keempat, perlu memahami tentang filsafat, bagaimanapun tingkat

kemampuan yang ada. Walaupun seseorang tahu tentang ilmu filsafat

dalam kadar yang sedikit, itupun dapat digunakan sebagai pedoman dalam

kehidupan sehari-hari, baik sebagai individu, maupun sebagai anggota

masyarakat.115

113 Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 282114 Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 594115Muhammad As Said, Op.Cit. hlm 25-26

79

B. Hasil Penelitian Terdahulu

Skripsi Moh.Sullah 06110201 Mahasiswa Jurusan Pendidikan

Agama Islam Fakultas Tarbiyah Maulana Malik Ibrahim dengan judul "

STUDI KOMPARASI KONSEP PENDIDIKAN AKHLAK SAYYID

MUHAMMAD AL-NAQUIB AL-ATTAS DAN IBN MISKAWAIH"

yang intinya adalah Dari hasil penelitian ini terungkap bahwa konsep

pendidikan akhlak menurut Syed Muhammad Naquib Al-Attas adalah

pengenalan dan pengalaman untuk memahami makna sesuatu sebagai

upaya pembentukan akhlakul karimah guna mendekatkan diri kepada

Allah (taqarrub) demi mencapai keselamatan di dunia dan di akhirat yang

dikenal dengan konsep ta'dib. Sedangkan konsep pendidikan Akhlak Ibnu

Miskawaih adalah keadaan jiwa yang mendorong manusia untuk

melakukan perbuatan-perbuatan secara spontan (tanpa ada pemikiran dan

pertimbangan) itu dapat diperoleh pembawaan sejak lahir, tetapi juga

dapat diperoleh dengan latihan-latihan membiasakan diri, hingga menjadi

sifat kejiwaan yang dapat melahirkan perbuatan yang baik yang dikenal

dengan konsep al-wasith (posisi tengah). Adapun perbandingan dari kedua

tokoh tersebut menunjukkan bahwa keduanya mengalami banyak

persamaan dibandingkan perbedaannya. Persamaan tersebut terletak pada

landasan dasar akhlak yaitu berlandaskan pada ontologi (tauhid),

epistimologi (ilmu) dan aksiologi (akhlak/ moral) yang mengacu pada al-

Qur‟an dan al-Hadits, materi pendidikan, serta tujuan pendidikan akhlak

itu sendiri. Sedangkan bentuk perbedaannya terletak pada hakikat dari

pendidikan akhlak itu sendiri. Menurut Sayyid Muhammad Al-Naquib Al-

Attas bahwa akhlak mengalami perubahan dikarenakan faktor lingkungan

yang dikenal dengan teori empirisme. Sedangkan Ibnu Miskawaih bahwa

akhlak itu diperoleh dari pembawaan dan lingkungan di sekitarnya yang

dikenal dengan teori konvergensi. Penelitian ini bersifat deskriptif

kualitatif dengan analisis komparatif. Data yang digunakan adalah sumber

data primer, yaitu Konsep Pendidikan dalam Islam, Aims and Objectives

of Islamic Education dan kitab Tahdzib Al-Akhlaq wa Tathhir Al-A‟raq.

80

Sedangkan data yang kedua adalah sumber data skunder, yaitu Filsafat

dan Praktik Pendidikan Islam, Filsafat Pendidikan Islam: Analisis

Pemikiran Syed Muhammad Naquib Al-Attas, Menuju Kesempurnaan

Akhlak dan data-data yang sesuai dengan judul peneliti. Sedangkan teknik

pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi, dan teknik analisis

datanya menggunakan content analysis. Sementara pembahasannya

menggunakan metode deduksi, induksi dan komparasi. 116

Skripsi Ahmad Wahidillah Agung P. NIM 08470006 Mahasiswa

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga dengan Judul

"KOMPARASI KONSEP KEBEBASAN MANUSIA MENURUT JOHN

DEWEY DAN MUHAMMAD ATHIYAH AL-ABRASYI (Perspektif

Filsafat Pendidikan) yang intinya adalah Penelitian ini memiliki latar

belakang bahwa pendidikan saat ini masih saja melakukan penindasan dan

pengekangan terhadap peserta didik dengan memberlakukan peraturan

yang ketat dan sistem pembelajaran yang teacher centred. Hal ini

mengakibatkan peserta didik tidak mempunyai kebebasan dalam

mengembangkan bakat dan potensi yang dimilikinya. Sehingga tujuan

dalam penelitian ini adalah : (1) menjelaskan gagasan John Dewey dan

Muhammad Athiyah Al-Abrasyi tentang konsep kebebasan manusia dalam

perspektif filsafat pendidikan; (2) menjelaskan komparasi dari gagasan

kedua tokoh yang kemudian diharapkan memberikan gambaran alternative

tentang pendidikan yang konstruktif dalam mengembangkan pendidikan

yang berlandaskan kepada kebebasan peserta didik. Penelitian ini

merupakan penelitian kepustakaan (library research) dengan

menggunakan pendekatan filosofis-historis. Penelitian ini bersifat

deskriptif komparatif analitik yang bersumber pada pemikiran John Dewey

dan Muhammad Athiyah Al-Abrasyi, maka dalam menganalisa data

menggunakan teknik analisis kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan :

(1) menurut John Dewey kebebasan manusia merupakan sebuah kondisi

116 http://lib.uin-malang.ac.id/?mod=th_detail&id=06110201

81

dimana manusia mampu memerintah dirinya sendiri tanpa mengikuti

desakan orang lain, terlepas dari kekangan-kekangan yang mengikat, serta

selalu berusaha sesuai dengan apa yang menjadi bakat dan

kemampuannya. Kebebasan menurutnya ada beberapa macam, yaitu :

pertama, kebebasan berpikir artinya tidak ada yang menghalangi pikiran

bekerja. Kedua, kebebasan intelegensi yaitu kebebasan untuk melakukan

observasi dan pertimbangan yang dilakukan atas nama sejumlah tujuan

yang pada hakikatnya berharga. Ketiga, kebebasan berbicara

(menyampaikan pendapat). Keempat, kebebasan bergerak (bertindak

dalam eksperimen). Menurut Muhammad Athiyah Al-Abrasyi, kebebasan

merupakan keberanian mengambil sikap untuk tidak mengikuti apa yang

telah menjadi pertimbangan orang lain, yang pada intinya, manusia harus

percaya dan berpegang teguh pada kemampuan diri sendiri (fitrah). (2)

Kalangan progressive memberi kebebasan peserta didik untuk bersikap

dan berbuat sesuai dengan cara dan kemampuannya masing-masing dalam

usaha meningkatkan kecerdasan dan daya kreasi. Di dalam filsafat

pendidikan Islam, peserta didik diberi kebiasaan bebas dan mendidiknya

dengan pendidikan pembebasan agar peserta didik mempunyai

kemampuan untuk menentukan hidupnya tanpa harus bergantung dengan

orang lain (3) Komparasi dari konsep Dewey dan Muhammad Athiyah Al-

Abrasyi bisa dilihat dari persamaan dan perbedaannya. Persamaanya

secara eksplisit bisa dilihat dari prinsip kebebasan yang menghargai

independensi manusia dan mewujudkan pendidikan yang humanis.

Perbedaannya terletak pada tujuan dan orientasi kebebasan tersebut serta

pada proses pembelajaran dan pembatas kebebasan tersebut.117

117http://digilib.uinsuka.ac.id/10125/1/BAB%20I%20V,%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf

82

C. Kerangka Berfikir

Istilah pendidikan Islam masih menjadi perdebatan dalam konsep

dan realitanya, banyak istilah kunci penting kosa kata dasar Islam pada

bahasa-bahasa masyarakat muslim saat ini telah digantikan dan diperalat

untuk menyampaikan bidang-bidang makna yang asing. Gejala modern

inilah yang menyebabkan kebingungan dalam pikiran para muslim,

semacam suatu pergeseran kearah dunia non-Islam yang disebut

deislamisasi bahasa. Kebingungan semantic akibat kesalahan penerapan

konsep-konsep kunci dalam kosa kata Islam bisa mempengaruhi persepsi

tentang pandangan dunia Islam. dewasa ini, konsep pendidikan adalah satu

diantara konsep-konsep kunci dalam kosa kata dasar Islam. sekarang ini

disebut dengan Istilah tarbiyah. Namun menurut Muhammad Al-Naquib

Al-Attas istilah tarbiyah bukanlah istilah yang tepat dan bukanlah istilah

yang benar untuk memaksudkan pendidikan dalam pengertian Islam. dan

beliau mengatakan bahwa tarbiyah dalam konotasinya yang sekarang

merupakan istilah yang relatif baru. Dan istilah yang lebih tepat adalah

istilah ta'dib begitu juga Muhammad Athiyah Al-Abrasyi istilah tarbiyah

lebih tepat daripada istilah tarbiyah, sampai sekarang belum ada kata

sepakat tentang istialh pendidikan dalam arti Islam.