bab ii kajian teoritis a. bagi hasil 1. pengertian bagi hasilrepository.uinbanten.ac.id/436/3/bab...
TRANSCRIPT
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Bagi Hasil
1. Pengertian Bagi Hasil
Bagi hasil menurut terminologi asing (Inggris) dikenal
dengan profit sharing. Profit sharing dalam kamus ekonomi
diartikan pembagian laba. Secara definitif profit sharing
diartikan: “distribusi beberapa bagian dari laba pada para
pegawai dari suatu perusahaan.”1
Bagi hasil adalah pembagian atas hasil usaha yang telah
dilakukan oleh pihak-pihak yang melakukan perjanjian yaitu
pihak nasabah dan pihak bank syariah. Dalam hal terdapat dua
pihak yang melakukan perjanjian usaha, maka hasil atas usaha
yang dilakukan oleh kedua pihak atau salah satu pihak, akan
dibagi sesuai dengan porsi masing-masing pihak yang
melakukan akad perjanjian. Pembagian hasil usaha dalam
perbankan syariah ditetapkan dengan menggunakan nisbah.
Nisbah yaitu persentase yang disetujui oleh kedua belah pihak
dalam menentukan bagi hasil atas usaha yang dikerjasamakan.2
Sistem keuangan Islam, yang berpilarkan prinsip bagi
hasil sebagai pengganti prinsip bunga, mendudukkan perbankan
tidak hanya sebagai lembaga intermedisi keuangan, tetapi lebih
pada lembaga intermediasi investasi. Hal ini karena hubungan
1Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu
Manajemen YKPN, 2011), Edisi Revisi Ke-2, 107 2Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2011), 95
10
11
antara bank islam dengan nasabah lebih dominan pada
hubungan pemodal pengusaha atau modal ventura daripada
kreditur debitur.3
Pada mekanisme bank syariah, pendapatan bagi hasil
berlaku untuk produk-produk penyertaan, baik penyertaan
menyeluruh maupun sebagian. Keuntungan yang dibagihasilkan
harus dibagi secara proposional antara shahibul mal dengan
mudharib. Dengan demikian, semua pengeluaran rutin yang
berkaitan dengan bisnis mudharabah, bukan untuk kepentingan
pribadi mudharib, dapat dimasukan untuk biaya operasional.
Mengapa dalam sistem ekonomi menggunakan bagi
hasil dan tidak menggunakan sistem bunga? Jawaban atas
pertanyaan ini harus dikembalikan kepada ayat-ayat Al-Quran
yang mendasarinya.
a. Doktrin kerjasama dalam ekonomi islam dapat menciptakan
kerja produktif sehari-hari dari masyarakat, dijelaskan pada
QS. Al- Baqarah: 190.
“dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang
memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui
batas, karena Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang melampaui batas.” (QS. Al- Baqarah:
190)4
3Heri Sedarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta:
Ekonisia, 2012), 6 4Yayasan Penyelenggara Peneterjemah Al-Qur’an Departemen Agama RI,
Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bogor: Syaamil Qur’an, 2007), 29
12
b. Meningkatkan kesejahteraan dan mencegah kesengsaraan
sosial, dijelaskan pada QS. Al-Imran: 103.
“dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali
(agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan
ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu
dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka
Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu
karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara;
dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah
menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu
mendapat petunjuk” (QS. Al-Imran: 103)5
c. Mencegah penindasan ekonomi dan distribusi kekayan
yang merata, dijelaskan pada QS. Al-Fajr 17-20
“sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak
memuliakan anak yatim. dan kamu tidak saling mengajak
5Yayasan Penyelenggara Peneterjemah Al-Qur’an Departemen Agama RI,
Al-Qur’an dan Terjemahannya, 63
13
memberi Makan orang miskin, dan kamu memakan harta
pusaka dengan cara mencampur baurkan (yang halal dan
yang bathil). dan kamu mencintai harta benda dengan
kecintaan yang berlebihan." (QS. Al-Fajr 17-20)6
d. Melindungi ekonomi lemah, dijelaskan pada QS. An-Nisa:
9
“dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang
seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-
anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap
(kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka
mengucapkan Perkataan yang benar.” (QS. An-Nisa:
9)7
e. Membangun organisasi yang berprinsip syarikat, sehingga
terjadi proses yang kuat membantu yang lemah dijelaskan
pada QS. Az-Zukruf: 32
6Yayasan Penyelenggara Peneterjemah Al-Qur’an Departemen Agama RI,
Al-Qur’an dan Terjemahannya, 593 7Yayasan Penyelenggara Peneterjemah Al-Qur’an Departemen Agama RI,
Al-Qur’an dan Terjemahanny, 78
14
8
”Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu?
Kami telah menentukan antara mereka penghidupan
mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah
meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang
lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat
mempergunakan sebagian yang lain. dan rahmat
Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka
kumpulkan.”(QS. Az-Zukruf: 32)
f. Pembagian kerja atau spesialisasi berdasarkan saling
ketergantungan serta pertukaran barang/jasa karena tidak
mungkin berdiri sendiri, dijelaskan pada QS. Al Lail: 8-10
“dan Adapun orang-orang yang bakhil dan merasa
dirinya cukup, serta mendustakan pahala terbaik. Maka
kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang
sukar.” (QS. Al Lail: 8-10)9
Ayat diatas menunjukan bahwa melalui bagi hasil akan
menciptakan suatu tatanan ekonomi yang lebih merata.
Implikasi dari kerjasama ekonomi ialah aspek sosial politik
dalam pengambilan keputusan yang dilakukan secara
8Yayasan Penyelenggara Peneterjemah Al-Qur’an Departemen Agama RI,
Al-Qur’an dan Terjemahannya, 491 9Yayasan Penyelenggara Peneterjemah Al-Qur’an Departemen Agama RI,
Al-Qur’an dan Terjemahannya, 595
15
musyawarah untuk memperjuangkan kepentingan bersama
dibidang ekonomi, kepentingan Negara dan kesejahteraan
rakyat.10
2. Perbedaan Sistem Bunga dengan Sistem Bagi Hasil
Hal mendasar yang membedakan antara lembaga
keuangan non-syariah dan syariah adalah terletak pada
pengembalian dan pembagian keuntungan yang diberikan oleh
bank kepada nasabah.
Pernyataan selanjutnya adalah apa perbedaan antara
sistem bunga dengan sistem bagi hasil yang diterapkan dalam
sistem perbankan Islam. Secara mendasar persoalan tersebut
dapat dikaji dari berbagai sisi, sebagai mana dijelaskan dalam
Tabel 2.1.
Tabel 2.1
Perbedaan Sistem Bunga Dengan Sistem Bagi Hasil11
BUNGA BAGI HASIL
a. Besarnya bunga ditetapkan
pada saat perjanjian dan
mengikat kedua pihak yang
melaksanakan perjanjian
dengan asumsi bahwa
pihak penerima pinjaman
akan selalu mendapatkan
keuntungan
a. Bagi hasil ditetapkan dengan
rasio nisbah yang disepakati
antara pihak yang
melaksanakan akad pada saat
akad dengan berpedoman
adanya kemungkinan
keuntungan atau kerugian.
10Muhammad, Manajemen Bank Syariah, 109 11Ismail, Perbankan Syariah, 24s
16
b. Besarnya bunga yang
diterima berdasarkan
perhitungan persentase
bunga dikalikan dengan
jumlah dana yang
dipinjamkan.
b. Besarnya bagi hasil dihitung
berdasarkan nisbah yang
diperjanjikan dikalikan
dengan jumlah pendapatan
atau keuntungan yang
diperoleh.
c. Jumlah bunga yang
diterima tetap, meskipun
usaha peminjam meningkat
atau menurun.
c. Jumlah bagi hasil akan
dipengaruhi oleh besarnya
pendapatan atau
keuntungan. Bagi hasil akan
berfluktuasi
d. Sistem bunga tidak adil,
karena tidak terikat dengan
hasil usaha peminjam.
d. Sistem bagi hasil adil,
karena perhitungannya
berdasarkan hasil usaha.
e. Eksitensi bunga diragukan
oleh semua agama.
e. Tidak ada agama satupun
yang meragukan sistem bagi
hasil.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Bagi Hasil
a. Investment Rate
Merupakan persentase dana yang diinvestasikan
kembali oleh bank syariah ke dalam pembiayaan maupun
penyaluran dana lainnya. Kebijakan ini diambil karena
adanya ketentuan dari Bank Indonesia, bahwa sejumlah
presentase tertentu atas dana yang dihimpun dari
masyarakat.
17
b. Total Dana Investasi
Total dana investasi yang diterima oleh bank syariah
akan memengaruhi bagi hasil yang diterima oleh nasabah
investor. Total dana yang berasal dari investasi mudharabah
dapat dihitung dengan menggunakan saldo minimal bulanan
atau saldo harian. Saldo minimal akan digunakan sebagai
dasar peritungan bagi hasil.
c. Jenis Dana
Setiap jenis dana investasi memiliki karakteristik
yang berbeda-beda sehingga akan berpengaruh pada
besarnya bagi hasil. Seperti simpanan deposito
pengambilannya harus sesuai dengan tanggal jatuh tempo
yang telah disepakati pada awal akad. Sedangkan tabungan
bebas mengambil dana simpanannya.
d. Nisbah
Nisbah merupakan persentase tertentu yang
disebutkan dalam akad kerja sama usaha (mudharabah dan
musyarakah) yang telah disepakati antara bank dan investor.
Karakteristik nisbah akan berbeda-beda dilihat dari
beberapa segi, antara lain:
1) Persentase nisbah antar bank akan berbeda-beda, hal ini
tergantung kebijakan masing-masing bank.
2) Persentase nisbah akan berbeda sesuai dengan jenis dana
yang dihimpun. Misalnya nisbah antara deposito dengan
tabungan akan berbeda.
3) Jangka waktu investasi mudharabah akan berpengaruh
pada besarnya persentase nisbah bagi hasil.
18
Besar kecilnya nisbah tergantung kesepakatan jatuh
tempo antara nasabah dengan bank, misalkan nisbah pada
BSM:
TABEL 2.2
Nisbah
e. Metode Perhitungan Bagi Hasil
Bagi hasil akan berbeda tergantung pada dasar
perhitungan bagi hasil, yaitu bagi hasil yang dihitung
dengan menggunakan konsep revenue sharing dan bagi
hasil yang menggunakan profit/loss sharing. Bagi hasil yang
menggunakan revenue sharing, dihitung dari pendapatan
kotor sebelum dikurangi dengan biaya. Adapun bagi hasil
dengan profit/loss sharing dihitung berdasarkan persentase
nisbah dikalikan dengan laba usaha sebelum pajak.
1) Bagi Hasil Dengan Menggunakan Revenue Sharing
Dasar perhitungan bagi hasil yang menggunakan
revenue sharing adalah perhitungan bagi hasil yang
didasarkan atas penjualan dan pendapatan kotor atas usaha
sebelum dikurangi dengan biaya. Bagi hasil dalam revenue
BULAN NISBAH
1 50:50
3 51:49
6 52:48
12 53:47
19
sharing dihitung dengan mengalikan nisbah yang telah
disetujui dengan pendapatan bruto.
Contoh berikut untuk mempermudah penjelasan:
Deposito ibu fitri Rp 10 juta berjangka waktu 6
bulan. Perbandingan nisbah bank dan nasabah adalah
48%:52%. Total saldo semua deposan adalah Rp 200 milyar
dan bagi hasil yang dibagikan adalah Rp 3 milyar. Bagi
hasil yang didapat ibu fitri adalah:
Rp 10.000.000 x Rp 3.000.000.000 x 52% = 78.000
Rp 200.000.000.000
2) Bagi Hasil Dengan Menggunakan Profit/Loss
Sharing
Dasar perhitungan bagi hasil dengan menggunakan
bagi hasil yang dihitung dari laba/rugi usaha. Kedua pihak
bank syariah maupun nasabah akan memperoleh
keuntungan atas hasil usaha mudharib dan ikut
menanggung kerugian bila usahanya mengalami kerugian.12
Sedangkan contoh bagi hasil menggunakan
profit/loss sharing:
Deposito bapak doni Rp 15 juta berjangka waktu 6
bulan. Perbandingan nisbah bank dan nasabah adalah
48%:52%. Total saldo semua deposan adalah Rp 200 milyar
dan bagi hasil yang dibagikan adalah Rp 4 milyar. Bagi
hasil yang didapat bapak doni adalah:
12 Ismail, Perbankan Syariah, 96-99
20
Rp 15.000.000 x Rp 4.000.000.000 x 52% = 15.600
Rp 200.000.000.000
f. Kebijakan Akuntansi
Kebijakan akuntansi akan berpengaruh pada
besarnya bagi hasil. Beberapa kebijakan akuntansi yang
akan memengaruhi bagi hasil antara lain penyusutan.
Penyusutan akan berpengaruh pada laba usaha bank. Bila
bagi hasil menggunakan metode profit/loss sharing, maka
penyusutan akan berpengaruh pada bagi hasil, akan tetapi
bila menggunakan revenue sharing, maka penyusutan tidak
memengaruhi bagi hasil. 13
4. Prinsip Dasar Syariah
Prinsip dasar dalam persoalan dalam syariah adalah
untuk mewujudkan kemaslahatan umat manusia, dengan
memperhatikan dan mempertimbangkan berbagai situasi dan
kondisi yang mengitari manusia itu sendiri. Adapun beberapa
prinsip syariah, yaitu sebagai berikut:
a. Nilai ketuhanan, artinya jika seorang melakukan suatu
pekerjaan maka seorang muslim harus senantiasa berprinsip
mengabdi dan kepada Allah.
b. Nilai kemanusiaan dan dilakukan ahlak yang terpuji, sesuai
dengan kedudukan manusia sebagai khalifah Allah. Atas
dasar ini, nilai-nilai keadilan, kejujuran dan saling
13 Ismail, Perbankan Syariah, 98
21
menghargai sesama manusia amat penting dalam
bermuamalah.
c. Melakukan perimbangan (tolong menolong) atas
kemaslahatan pribadi dan kemaslahatan masyarakat.
d. Menegakkan prinsip kesamaan hak dan kewajiban di antara
sesama manusia.
e. Seluruh yang kotor dan keji adalah haram, baik berupa
perbuatan, perkataan, seperti penipuan.
f. Seluruh yang baik dihalalkan.14
5. Jenis-Jenis Mudaharabah
a. Mudharabah Mutlhlaqah
Mudharabah muthlaqah merupakan akad perjanjian
anatar dua pihak yaitu shahibul maal dan mudharib, yang
mana shahibul maal menyerahkan sepenuhnya atas dana
yang diinvestasikan kepada mudharib untuk mengelola
usaha hanya sesuai dengan prinsip syariah. Shahibul maal
tidak memberikan batasan jenis usaha, waktu yang
diperlukan, strategi pemasarannya, serta wilayah bisnis yang
dilakukan. Shahibul maal memberikan kewenangan yang
sangat besar kepada mudharib untuk menjalankan aktivitas
usahanya, asalkan sesuai dengan prinsip syariah islam.
Mudharabah muthlaqah dapat disebut dengan
investasi dari pemilik dana kepada bank syariah, dan bukan
merupakan kewajiban atau ekuitas bank syariah.
14Nasrun Haroen, Perdagangan Saham dibursa Efek Tinjauan Hukum Islam,
(Jakarta: Yayasan Kalimah, 2000), 20
22
b. Mudharabah Muqayyadah
Mudharabah muthlaqah merupakan akad kerjasama
usaha antara dua pihak yang mana pihak pertama sebagai
pemilik dana (shahibul maal) dan pihak kedua sebagai
pengelola dana (mudharib). Shahibul maal
menginvestasikan dananya kepada mudharib, dan memberi
batasan atas penggunaan dana yang menginvestasikannya.
Batasannya antara lain tentang:
1. Tempat dan cara berinvestasi
2. Jenis investasi
3. Objek investasi
4. Jangka waktu
Adapun jenis Mudharabah muqayyadah ada 2 yaitu,
sebagai berikut:
a. Mudharabah Muqayyadah On Balance Sheet
Mudharabah muqayyadah on balance sheet merupakan
akad mudharabah muqayyadah yang mana mudharib ikut
menanggung risiko atas kerugian dana yang diinvestasikan
oleh shahibul maal. Dalam akad ini, shahibul maal
memberikan batasan secara umum, misalnya batasan tentang
jenis usaha, jangka waktu pembiayaannya dan sektor usaha.
b. Mudharabah Muqayyadah Off Balance Sheet
Mudharabah muqayyadah off balance sheet
merupakan akad mudharabah muqayyadah yang mana pihak
shahibul maal memberikan batasan yang jelas baik batasan
tentang proyek yang diperbolehkan, jangka waktu, serta pihak
pelaksana pekerjaan. Mudharib-nya telah ditetapkan oleh
23
shahibul maal. Bank syariah bertindak sebagai pihak yang
mempertemukan antara shahibul maal dan mudharib.15
Rukun akad mudharabah ada empat, yaitu:16
1. Pelaku, terdiri dari atas: pemilik dana dan pengelola dana
2. Objek mudharabah, berupa: modal dan kerja
3. Ijab Kabul/serah terima
4. Nisbah keuntungan
B. Simpanan Deposito
1. Pengertian Deposito
Simpanan deposito merupakan simpanan jenis ketiga
yang dikeluarkan oleh bank. Berbeda dengan simpanan giro dan
tabungan, dimana simpanan deposito mengandung unsur jangka
waktu (jangka tempo) lebih panjang dan tidak dapat di tarik
setiap saat atau setiap hari.17
Deposito mudharabah merupakan
dan investasi yang ditempatkan oleh nasabah yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah dan penarikannya hanya
dapat dilakukan pada waktu tertentu, sesuai akad perjanjian
yang dilakukan anatara nasabah dengan investor.18
Sedangkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 21
Tahun 2008 tentang Perbankan syariah, yang dimaksud dengan
deposito adalah investasi dana berdasarkan akad mudharabah
atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah
15 Ismail, Perbankan Syariah, 86-88 16Sri Nurhayati dan Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia, (Jakarta:
Salempa Empat, 2014), Edisi 3, 132 17Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta : Rajawali Pers,
2013), 74 18Ismail, Perbankan Syariah, 91
24
yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu
berdasarkan akad antara nasabah penyimpan dan bank syariah
dan UUS.19
2. Jenis-Jenis Deposito
Adapun jenis-jenis deposito yang ada di Indonesia,
yaitu:
a. Deposito Berjangka
Merupakan deposito yang diterbitkan menurut
jangka waktu tertentu. Jangka waktu deposito biasanya
bervariasi mulai dari 1, 2, 3, 6, 12, 18, sampai dengan 24
bulan. Deposito berjangka diterbitkan atas nama baik
perorangan maupun lembaga. Artinya di dalam bilyet
deposito tercantum nama seseorang atau lembaga.
Bagi hasil deposito dapat ditarik setiap bulan atau
setelah jatuh tempo (jangka waktu) sesuai jangka waktunya,
baik ditarik tunai maupun non tunai (pemindahan buku) dan
dikenakan pajak dari jumlah bunga yang diterimanya.
Jumlah yang disetorkan dalam bentuk bulat dan ada
batas minimalnya. Penarikan deposito sebelum jatuh tempo
dikenakan penalty rate (denda).
b. Sertifikat Deposito
Merupakan deposito yang diterbitkan dengan jangka
waktu 2, 3, 6, 12, dan 12 bulan. Sertifikat deposito
diterbitkan atas unjuk dalam bentuk sertifikat dan dapat
diperjualbelikan atau dipindah tangankan kepada pihak lain.
19 Muhammad, Manajemen Bank Syariah, 445
25
Pencairan bunga sertifikat deposito dapat dilakukan
dimuka, baik tunai maupun non tunai. Penerbitan nilai
setifikat deposito sudah tercetak dalam berbagai nominal
dan biasanya dalam jumlah bulat. Dengan demikian,
nasabah dapat membeli dalam lembaran banyak untuk
jumlah nominal yang sama.
c. Deposito on Call
Merupakan deposito yang berjangka waktu minimal
tujuh hari dan paling lama kurang dari satu bulan.
Diterbitkan atas nama dan biasanya dalam jumlah yang
besar misalnya 50 juta rupiah (tergantung bank yang
bersangkutan).
Pencairan bunga dilakukan pada saat pencairan
deposito on call sebelum deposito on call dicairkan terlebih
dahulu tiga hari sebelumnya nasabah sudah
memberitahukan bank penerbit. 20
20 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, 76
26
Gambar 2.1
Deposito Mudharabah
Akad Deposito Mudharabah
1
2
3 5
Nisbah bagi hasil Nisbah bagi hasil
4
6
Keterangan:
1. Nasabah investor menempatkan dananya dalam bentuk
deposito mudharabah
2. Bank syariah menyalurkan dana nasabah investor dalam
bentuk pembiayaan
3. Bank syariah memperoleh pendapatan atas penempatan
dananya dalam bentuk pembiayaan
BANK SYARIAH
NASABAH
PENDAPATAN
NOMINAL
DEPOSITO
PEMBIAYAAN
NOMINAL
DEPOSITO
27
4. Bank syariah akan menghitung bagi hasil atas dasar revenue
sharing, yaitu pembagian bagi hasil atas dasar pendapatan
sebelum dikurangi dengan biaya
5. Pada tanggal valuta, yaitu penempatan deposito, nasabah
akan mendapatkan bagi hasil sesuai dengan nisbah yang
telah diperjanjikan
6. Pada saat jatuh tempo, maka dana nasabah akan
dikembalikan seluruhnya.
C. Pendapatan Bank Syariah
1. Pengertian Pendapatan
Pendapatan adalah aliran masuk atau peningkatan aktiva
lain sebuah entitas atau penyelesaian kewajibannya (atau suatu
kombinasi keduanya) dari pengiriman atau pembuatan barang,
pembarian jasa, atau aktivitas lainnya yang merupakan kegiatan
utama atau sentral yang masih berlangsung dari entitas
tersebut.21
Pendapatan dapat diartikan sebagai kenaikan
kekayaan bersih (net assets) perusahaan, selain dari transaksi-
transaksi modal. Besarnya pendapatan diukur dengan aktiva
yang baru diterima dari:
a. Penjualan barang atau jasa perusahaan
b. Bunga, sewa, royalti, deviden dan atau pembagian laba
c. Keuntungan bersih dari penjualan aktiva selain barang
dagangan atau produk jadi
21Selamet Sugiri dan Sumiyana, Akuntansi Keuangan Menengah,
(Yogyakarta: Akademik Manajemen Perusahaan YKPN, 2005), 18
28
d. Keuntungan yang berasal dari pelunasan hutang22
Pendapatan adalah kenaikan kotor dalam asset atau
penurunan dalam liabilitas atau gabungan dari keduanya selama
periode yang dipilih oleh pernyataan pendapatan yang berakibat
dari investasi yang halal, perdagangan, memberikan jasa, atau
aktivitas lain yang bertujuan meraih keuntungan.23
Pendapatan
merupakan peningkatan ekuitas pemilik yang diakibatkan oleh
proses penjualan barang atau jasa kepada pembeli.24
Pendapatan
(revenue) adalah jumlah yang dibebankan kepada langganan
untuk barang dan jasa yang dijual. Pendapatan dapat juga
didefinisikan sebagai kenaikan bruto dalam modal (biasanya
melalui diterimanya suatu aktiva dari langganan) yang berasal
dari barang-barang atau jasa yang dijual belikan.25
Pendapatan bagi hasil yang diperoleh bank berasal dari
hasil penempatan dana pihak ketiga melalui pembiayaan yang
berakad jual beli, maupun syirkah atau jasa. Hasil dari
pendapatan tersebut dibagihasilkan kepada nasabah pemilik
dana (deposan). Namun perlu diperhatikan bahwa untuk
membagihasilkan pendapatan tersebut harus dilihat
perbandingan antara jumlah dana yang dikelola (modal sendiri,
giro, tabungan, deposito dan lainnya) dengan jumlah
pembiayaan yang disalurkan. Apabila jumlah pembiayaan lebih
kecil dari total dana masyarakat, maka pendapatan tersebut
22Hendrieta Ferieka, Pengantar Akuntansi, (Serang: Lembaga Penelitian dan
Pengabdian kepada Masyarakat, 2014), 17 23Muhammad, Manajemen Bank Syariah, 340 24Hendrieta Ferieka, Pengantar Akuntansi, 49 25Hendrieta Ferieka, Pengantar Akuntansi, 130
29
seluruhnya dibagihasilkan antara nasabah dengan bank.
Sebaliknya jika pembiayaan jumlahnya lebih besar dari total
dana masyarakat, maka modal bank juga harus memperoleh
bagian pendapatan. 26
2. Pengertian Bank Syariah
Bank islam atau disebut bank syariah, adalah bank yang
beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank
syariah juga dapat diartikan sebagai lembaga keuangan atau
perbankan yang operasional dan produknya di kembangkan
berlandaskan Al-Quran dan Hadis Nabi SAW. Antonio dan
Perwataatmadja membedakan dua pengertian, yaitu bank islam
adalah bank yang beroperasi dengan prinsip syariah islam. Bank
islam adalah bank yang beroperasi dengan prinsip syariah islam
dan bank tata cara beroperasinya mengacu pada ketentuan-
ketentuan Al-Quran dan hadis. 27
Menurut Undang-Undang No.
28 Tahun 2008 pasal 1 ayat 7 Bank syariah adalah bank yang
menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan
menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah.28
3. Sumber Pendapatan Bank Syariah
Sesuai dengan akad-akad penyaluran pembiayaan di
bank syariah, maka hasil penyaluran dana tersebut dapat
memberikan pendapatan bank. Hal ini dikatakan sebagai
26Muhammad, Manajemen Bank Syariah,121 27Herry Sutanto dan Khaerul Umam, Manajemen Pemasaran Bank Syariah,
(Bandung: Pustaka Setia, 2013), 105 28Muhammad, Manajemen Bank Syariah, 444
30
sumber-sumber pendapatan bank syariah. Dengan demikian,
sumber pendapatan bank syariah dapat diperoleh dari:
a. Bagi hasil atas kontrak mudharabah dan kontrak
musyarakah
b. Keuntungan atas kontrak jual-beli
c. Hasil sewa atas kontrak ijarah wa iqtina, dan
d. Fee dan biaya administrasi atas jasa-jasa lainnya29
4. Produk-Produk Bank Syariah
Adapun produk-produk bank syariah, yaitu sebagai
beikut:
a. Wadiah (Simpanan)
Al-wadiah atau dikenal dengan nama titipan atau
simpanan, merupakan titipan murni dari satu pihak kepada
pihak lain, baik perseorangan maupun badan hukum yang
harus dijaga dan dikembalikan kapan saja apabila si penitip
menghendaki.
b. Murabahah
Murabahah adalah akad jual beli atas barang
tertentu, yaitu penjual menyebutkan dengan jelas barang
yang di perjualbelikan, termasuk harga pembelian barang
kepada pembeli, kemudia ia mensyaratkan atasnya
laba/keuntungan dalam jumlah tertentu.
c. Salam
Salam adalah akad jual beli suatu barang
(komoditas) yang harganya dibayar dengan segera,
29 Muhammad, Manajemen Bank Syariah, 278
31
sedangkan barangnya diserahkan kemudian dalam jangka
waktu yang disepakati.
d. Istishna
Istishna adalah akad jual beli barang berdasarkan
pesanan antara nasabah sebagai pemesan (nustahgni) dan
bank dengan kriteria tertentu, seperti jenis, tipe atau model,
kualitas dan jumlahnya. Bank akan membelikan barang
pesanan nasabah tersebut kepada pemasok (shanni) dengan
kriteria yang sesuai. Harga, cara pembayaran, dan jangka
waktu pembayaran barang pesanan tersebut disepakati
bersama.
e. Ijarah Mutahiyyah Bittamlik
Ijarah adalah akad antara bank (munajjir) dengan
nasabah (mustajir) untuk menyewa suatu barang/objek sewa
milik bank dan bank mendapat imbalan jasa atas barang
yang disewakannya tersebut. Ijarah mutahiyyah bittamlik
adalah perjanjian sewa suatu barang antara bank (muajjir)
dengan nasabah (mustajir) yang diakhiri dengan pembelian
objek sewa (majur) oleh nasabah.
f. Musyarakah
Musyarakah adalah akad kerja sama antara bank dan
nasabah untuk mengakibatkan diri dalam perserikatan
modal dengan jumlah yang sama atau berbeda sesuai
kesepakatan.
g. Mudharabah
Akad mudharabah adalah akad kerja sama antara
bank selaku pemilik dana dengan nasabah selaku mudharib
32
yang mempunyai keahlian atau keterampilan untuk
mengelola suatu usaha yang produktif dan halal.
h. Qard
Qard adalah akad pemberian pinjaman dari bank
kepada nasabah yang dipergunakan untuk kebutuhan
mendesak. Pengambilan pinjaman ditentukan dalam jumlah
yang sama dan dalam jangka waktu tertentu
i. Jual Beli (Al-Buyu)
Jual beli adalah suatu perjanjian tukar menukar
benda atau barang yang mempunyai nilai secara sukarela di
antara kedua belah pihak, yang satu menerima benda-benda
dan pihak yang lain menerimanya sesuai dengan perjanjian
atau ketentuan yang telah dibenarkan syara dan disepakati.
j. Rahn
Menurut Bank Indonesia, rahn adalah akad
penyerahan barang/ harta dari nasabah kepada bank sebagai
jaminan atau seluruh utang.
k. Hiwalah
Menurut bahasa, hiwalah adalah alintiqal dan al-
tahwail artinya memindahkan atau mengoperkan, sedangkan
menurut istilah hiwalah adalah akad pemindahan utang dari
beban seseorang menjadi beban orang lain.
l. Wakalah
Menurut Syafei Antonio (1999), wakalah ialah
penyerahan pendelegasian atau pemberian amanat. Menurut
bank Indonesia wakalah ialah akad pemberian kuasa dari
33
pemberi kuasa kepada penerima kuasa untuk melakukan
suatu tugas atas nama pemberi kuasa.30
5. Pembagian Keuntungan (Profit Distribution)
Pendapatan-pendapatan yang dihasilkan dari kontrak
pembiayaan, setelah dikurangi dengan biaya-biaya operasional,
harus dibagi atau didistribusikan antara bank dengan para
penyandang dana, yaitu nasabah investasi, para penabung dan
para pemegang saham sesuai dengan nisbah bagi hasil yang
diperjanjikan.
Berdasarkan kesepakatan mengenai nisbah bagi hasil
antara bank dengan para nasabah tersebut, bank akan
mengalokasikan penghasilannya dengan tahap-tahap sebagai
berikut:
a. Bank menetapkan jumlah relatif masing-masing dana
simpanan yang berhak atas bagi hasil usaha bank menurut
tipenya, dengan cara membagi setiap tipe dana-dana dengan
seluruh jumlah dana-dana yang ada pada bank dikalikan
100%.
b. Bank menetapkan jumlah pendapatan bagi hasil bagi
masing-masing tipe dengan cara mengalihkan persentase
(jumlah relatif) dari masing-masing dana simpanan dengan
jumlah pendapatan bank.
c. Bank menetapan porsi bagi hasil masing-masing tipe dan
simpanan sesuai dengan nisbah yang diperjanjikan.
30 Herry Sutanto dan Khaerul Umam, Manajemen Pemasaran Bank Syariah,
179
34
d. Bank harus menghitung jumlah relatif biaya operasional
terhadap volume dana, kemudian mendistribusikan beban
tersebut sesuai dengan porsi dana dari masing-masing tipe
simpanan.
e. Bank mendistribusikan bagi hasil untuk setiap pemegang
rekening menurut tipe simpanannya sebanding dengan
jumlah simpanannya.31
Sedangkan perbedaan perhitungan pendapatan deposan
antara bank syariah dengan bank konvensional:32
Tabel 2.3
Perbedaan Perhitungan Pendapatan Deposan Bank
Syariah Dengan Bank Konvensional
Bank Syariah Bank Konvensional
1. Pendapatan bank
2. Nisbah bagi hasil antara
nasabah dan bank
3. Nominal deposito nasabah
4. Rata-rata deposito untuk jangka
waktu yang sama pada bank
1. Tingkat bunga
yang berlaku
2. Nominal deposito
nasabah
3. Jangka waktu
deposito
C. Penelitian Terdahulu Yang Relevan
Penelitian Rismawati dan Siti Ita Rosita yang berjudul
“Pengaruh Sistem Bagi Hasil Deposito Mudharabah Terhadap
31 Muhammad, Manajemen Bank Syariah, 278 32Muhammad, Manajemen Bank Syariah, 116
35
Minat Nasabah Berinvestasi” (Studi kasus Pada Bank PT Bank BNI
Syariah). Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sistem
bagi hasil yang digunakan adalah sistem bagi hasil revenue sharing,
dan produk deposito yang ditawarkan sesuai dengan Fatwa DSN
Nomor 3 Tahun 2000, yaitu deposito dengan berdasarkan akad
mudharabah. Deposito yang ditawarkan oleh BNI Syariah bernama
Deposito iB Hasanah dengan prinsip mudharabah muthlaqah.
Pertumbuhan dana pihak ketiga setiap tahunnya selalu
meningkat. Salah satunya pertumbuhan jumlah pada deposito
mudharabah yang mengalami peningkatan berdasarkan data laporan
tahunan 2010, 2011 dan 2012. Jumlah deposito untuk tahun 2010
sebesar Rp 2.642 triliun, tahun 2011 Rp 3,245 triliun dan tahun
2012 meningkat menjadi Rp 3,702 triliun. Hal ini dapat dinyatakan
bahwa banyak masyarakat yang berminat pada produk deposito
yang ditawarkan BNI Syariah. Banyak masyarakat yang berminat
pada produk ini karena kepercayaan masyarakat terhadap produk
yang ditawarkan BNI Syariah, pemahaman masyarakat tentang
ekonomi dan perbankan syariah. Dapat disimpulkan bahwa
beberapa masyarakat berminat karena sistem perbankan syariah
yang berdasarkan syariah islam dan menggunakan sistem bagi hasil
dalam pembagian keuntungannya. Maka sistem bagi hasil deposito
mudharabah ini berpengaruh secara positif dalam minat para
nasabah untuk berinvestasi pada deposito iB Hasanah.33
33Rismawati & Siti Ita Rosita, “Pengaruh Sistem Bagi Hasil Mudharabah
Terhadap Minat Nasabah Berinvestasi Pada Bank Syariah Studi Kasus pada PT Bank
BNI Syariah”, Jurnal Ilmiah Akuntansi Kesatuan, Vol. 2 No. 1, 2014
36
Penelitian Ghina Afafa yang berjudul “Pengaruh Bagi Hasil
Mudharabah Terhadap Deposito Mudharabah” di Bank Syariah
Mandiri Tbk. Kesimpulannya 1). bagi hasil mudharabah terjadi
peningkatan pada tahun 2006-2009 Rp 511.874. dan pada tahun
2009-2010 bagi hasil mengalami peningkatan sebesar Rp 431.439.
sedangkan deposito mudharabah yang disalurkan BSM pada tahun
2008-2009 juga peningkatan sebesar Rp 11.541.840.404. 2) setelah
di analisis secara statistik diketahui persamaan regresi Y=
15692,560+9,422X artinya terdapat hubungan positif dan signifikan
antara pengaruh bagi hasil mudharabah terhadap deposito
mudharabah. Kekuatan hubungan antara variabel dilakukan dengan
rumus korelasi yang diketahui nilai koefisien korelasi sebesar r =
0,897 yang mengandung arti bagi hasil muhdarabah memiliki
hubungan kuat dengan deposito mudharabah pada BSM, sedangkan
untuk melihat seberapa besar pengaruhnya maka penulis
menggunakan koefisien determinasi dimana R² = 0,804 yang berarti
pengaruh bagi hasil mudharabah terhadap deposito mudharabah
sebesar 80% sedangkan 20% dipengaruhi oleh sebab-sebab lain.34
Penelitian Nurhayati yang berjudul “Pengaruh Deposito
Mudharabah Mutlaqah Terhadap Pendapatan Bank Sebagai
Mudharib Studi d Bank Mandiri Syariah Tbk”. Hasil penelitian di
simpulkan bahwa perkembangan deposito mudharabah mutlaqah
dan pendapatan bank syariah sebagai mudharib meningkat. Dari
hasil perhitungan statistik menggunakan SPSS. 17 diketahui
34Ghina Afafa, Pengaruh Bagi Hasil Mudharabah Terhadap Deposito
Mudharabah di Bank Mandiri Tbk, (Skripsi Fakultas Syari’ah dan Ekonomi Islam,
2011)
37
persamaan regresi 384.174 + 0,544x artinya terdapat hubungan
positif antara Deposito Mudharabah Mutlaqah Terhadap
Pendapatan Bank Sebagai Mudharib, nilai koefisien korelasi
dihasilan sebesar r= 0,617 yang mengandung arti bahwa Deposito
Mudharabah Mutlaqah memiliki hubungan yang kuat, = 0,380
artinya 38% perubahan variabel pendapatan bank sebagai mudharib
di pengaruhi oleh Deposito Mudharabh Mutlaqah dan sisanya 62%
di pengaruhi oleh faktor-faktor lain. Sedangkan berdasarkan daftar
tabel distribusi t maka dapat diketahui t tabel sebesar 1.690, nilai t
hitung di peroleh sebesar 4,566. Jika t hitung > t tabel maka Ho
ditolak dan Ha di terima, ini menyatakan bahwa terdapat hubungan
yang signifikan anatar Deposito Mudharabah Mutlaqah Terhadap
Pendapatan Bank Sebagai Mudharib.35
35Nurhayati, Deposito Mudharabah Mutlaqah Terhadap Pendapatan Bank
Sebagai Mudharib Studi di Bank Syariah Mandiri Tbk, (Skripsi Fakultas Syariah dan
Ekonomi Islam, 2015)