bab ii kajian teori -...
TRANSCRIPT
6
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Kajian Teori
Bab 2 ini akan diuraikan landasan teori yang merupakan variabel dalam
penelitian, yang dilakukan yaitu hasil belajar dan motivasi, model pembelajaran
kooperatif tipe (NHT) Numbered Heads Togrther.
2.1.1 Tinjauan Hasil Belajar
Menurut Suprijono (2009:5-6) hasil belajar adalah pola- pola perbuatan,
nilai- nilai, pengertian- pengertian, sikap- sikap apresiasi, dan ketrapilan.
Menurut Gagne Hasil belajar adalah terbentuknya konsep, yaitu kategori
yang kita berikan pada stimulus yang ada di lingkungan, yang menyediakan
skema yang terorganisasi untuk mengasimilasi stimulus- stimulus baru yang
menentukan hubungan hubungan didalam dan diantara kategori- kategori (dalam
purwanto, 2013:42).
Hasil belajar adalah Perubahan yang mengakibatkan manusia berubah
dalam sikap dan tingkah lakunya (Winkel, 2004:57).
Menurut Soedijarto hasil belajar adalah sebagai tingkat penguasaan yang
dicapai oleh mahasiswa dalam mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan
tujuan pendidikan yang ditetapkan (dalam purwanto 20013: 46).
Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku pada siswa pada diri siswa,
yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan dan
ketrampilan. Perubahan tersebut terjadi peningkatan dan pengembangan yang
lebih baik dibandingan dengan sebelumnya (Oemar Hamalik, 2011:155)
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan yang dimiliki peserta didik dan perubahan perilaku yang terjadi
setelah mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan.
Menurut Bloom (Suprijono 2002:6) hasil belajar mencakup kemampuan
kognitif, afektif dan psikomotorik.
7
1) Dominan kognitif mencakup.
a)Knowledge (pengetahuan, ingatan),b) Comprehensional
(pemahaman, penjelasan, meringkas, contoh),c) Application
(menerapkan),d) Analysis (menguraikan, menentukan
hubungan),e) Synthesis (mengorganisasikan, merencanakan,
membentuk hubungan baru),f) Evaluation ( menilai)
2) Dominan afektif mencakup:
a) Receiving (sikap menerima),b) Responding
(memberikan respon),c) Valuing (nilai),d) Organitation
(organisasi),e) Characterization (karakterisasi)
3) Domain psikomotor mencakup :
a)Initiatory,b) Pre-rautine,c) Routinized,d) Ketrampilan
produktif, teknik, fidik, social, manajerial, dan intelektual.
Menurut Bloom (Suprijono 2002:6) Tujuan Hasil Belajar:
a. Tujuan Hasil Belajar:
1) Tujuan Umum: a) Menilai pencapaian kompetensi
peserta didik,b) Memperbaiki proses pembelajaran,c)
Sebagai bahan penyusunan laporan kemajuanb belajar
siswa.
2) Tujuan Khusus: a) Mengetahui kemajuan dan hasil
belajar siswa,b) Mendiagnosis kesulitan belajar,c)
Memberikan umpan balik/perbaikan proses belajar
mengajar,d) Penentuan kenaikan kelas,e) Memotivasi
belajar siswa dengan cara mengenal dan memahami diri
dan merangsang untuk melakukan usaha perbaikan.
b. Fungsi penilaian Hasil Belajar
Fungsi penilaian Hasil Belajar sebagai berikut:
a)Bahan pertimbangan dalam menentukan kenaikan
kelas,b) Umpan balik dalam perbaikan proses belajar
mengajar,c) Meningkatkan motivasi belajar siswa,d)
Evaluasi diri terhadap kinerja siswa.
Hasil belajar yang dicapai siswa menurut Sudjana (2011:56), mellui
proses belajar mengajar yang optimal ditunjukan dengan ciri-ciri sebagai
berikut:
a. Kepuasan dengan kebanggan yang dapat menumbuhkan
motivasi belajar intrinstik pada diri siswa. Siwa tidak
mengeluh dengan prestasi yang rendah dan dia akan
berjuang lebih keras untuk memperbaiki atau setidaknya
mempertahankan yang telah dicapai.
b. Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya
dia tahu kemampuan dirinya dan percaya bahwa dia
8
mempunyai potensi yang tidak kalah dari orang lain
apabila dia berusaha sebagaimana mestinya.
c. Hasilbelajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti
akan tahan lama diingat, membentuk perilaku,
bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, kemauan dan
kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan
kreativitasnya,
d. Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh,
yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau
wawasan, ranah afektif, dan ranah psikomotorik,
ketrampilan atau perilaku.
2.1.2 Motivasi
Mc Donald (dalam Sardiman A.M 2012: 73) mendefinisikan motivasi
adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seorang yang ditandai dengan
timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.
Motivasi adalah sangat erat hubungannya dengan kebutuhan, sebab
memang motivasi muncul karena kebutuhan. Seseorang akan
terdorong akan bertindak mana kala dalam dirinya ada kebutuhan.
Kebutuhan ini menimbulkan ketidak seimbangan. Yaitu ketegangan-
ketegangan, dan ketegangan itu hilang manakala kebutuhan itu
terpenuhi.(Wina sanjaya 2008:251)
(Suprijono 2011: 163) Hakikat motivasi adalah dorongan internal dan
eksternal pada peserta didik yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan
perilaku. Motivasi belajar adalah proses yang memberi semangat belajar, arah dan
kegigihan perilaku. Artinya perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh
energi.
Motivasi sebagai daya penggerak yang telah mnjadi aktif. Motivasi
menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai
tujuan sangat dirasakan/mendesak yang positif atau tertentu.
Dari pengertian motivasi yang dapat di ambil, maka dapat dijelaskan
bahwa motivasi adalah perubahan energi diri pribadi dengan mendapat dorongan
internal dan eksternal sebagai kebutuhan dengan apa yang kita capai dengan suatu
tujuan tertentu
9
Fungsi Motivasi (dalam Sardiman 2012: 84-85) yaitu:
1) Mendorong manusia untuk berbuat, jai sebagai penggerak atau
motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini
merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan
dikerjakan.
2) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak
dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah
dengan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan
tujuannya.
3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-
perbuatan apa yang harus sdikerjakan yang serasi guna
mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan- perbuatan
yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Komponen-komponen MotivasiMenurut Oemar Hamalik (2008: 107),
motivasi memiliki dua komponen, yakni komponen dalam (inner component)
dan komponen luar (outer component).
1. Komponen dalam (inner component) adalah perubahan dalam diri
seseorang,keadaan mereka tidak puas dan ketegangan psikologis.
2. Komponen luar (outer component) adalah apa yang diinginkan
seseorang, tujuan yang menjadi arah kelakukannya.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa komponen dalam
adalahkebutuhan-kebutuhan yang ingin dipuaskan, sedangkan komponen luar
adalah tujuan yang hendak dicapai.
Upaya membangkitkan motivasi belajar siswa. Untuk memperoleh hasil
belajar yang optimal, guru dituntut kreatif membangkitkan motivasi belajar
siswa (dalam wina sanjaya 2008:261-262). Dibawah ini dikemukakan
petunjuk:
a) Memperjelas tujuan yang dicapai.
b) Membengkitkan minat siswa.
c) Menciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar.
d) Berilah pujian yang wajar terhadap setiap keberhasilan siwa.
e) Berikan penilaian.
f) Berilah komentar terhadap hasil pekerjaan siswa.
10
2.1.3 Pembelajaran Kooperatif
Secara sederhan kata koopratif yang artinya mengerjakan sesuatu secara
bersama- sama dengan saling membantu satu sama lainnya dalam satu
kelompok atau satu tim (isjoni 2010: 8).
Pembelajaran kooperatif ( menurut Suprijono 2011: 54) adalah konsep
yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk- bentuk
yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru .
Menurut rusman ( 2011: 202) pembelajaran kooperatif merupakan bentuk
pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok
kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat empat
atau lebih dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.
Roger, dkk (dalam miftahul huda 2012:29)
pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran
kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip baha pembelajaran
harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial
diantara kelompok- kelompok pembelajaran yang didalam-
dalamnya setiap pembelajaean bertanggung jawab atas
pembelajaran sendiri dan didorong untuk meningkatkan
pembelajaran anggota- anggotan yang lain.
Dari beberapa pengertian pembelajaran kooperatif yang telah
disampaikan diatas bahwa pembelajaran kooperatif merupaka pembelajaran
yang berkelompok, dalam kelompok siswa berasal dari kemampuan akademik,
jenis kelamin, suku, latar belakang yang berbeda. Dalam menyelesaikan tugas
siswa dalam kelompok saling bekerjasama dan membantu untuk memahami
materi pelajaran. Sehingga setiap siswa memiliki tanggung jawab yang sama
untuk keberhasilan kelompok dan diperlukan kerjasama antar anggota
kelompok.
Dari uraian diatas pembelajaran kooperatif merujuk pada kerjasama
menyelesaikan masalah yang dihadapi dan membangkitkan semangat siswa
dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan. Dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif adalah suatu pembelajaran dalam kelompok yang
terdiri dari empat atau lebih siswa secara heterogen yang kemampuan, jenis
kelamin, latar belakang yang berbeda untuk menyelesaikan tugas kelompok
11
dimana setiap anggota kerjasama dan membantu memahami suatu bahan
pembelajaran untuk mencapai tujuan bersama.
Rogr dan David Johson (dalam Suprijono 2011: 54) mengatakan bahwa
tidak semua belajar klompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk
mencapai hasil yang maksimal lima unsur dalam model pembelajaran
kooperatif yang harus diterapkan:
a) Positive interdependence (saling ketergantungan positif)
b) Personal responsibility ( tanggungjawab perseorangan)
c) Face to face promotive interaction ( interaksi promotif)
d) Interpersonal skill ( komunikasi antar anggota)
e) Groub processing (pemrosesan kelompok)
(Suprijono 2011: 65) Sintak model pembelajaran kooperatif terdiri dari
enam fase dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1
Fase Sintak Model
Fase- fase Perilaku guru
Fase 1: present goals and
set
Menyampaikan tujuan
dan mempersiapkan
peserta didik
Menjelaskan tujuan pembelajaran dan
mempersiapkan peserta didik siap belajar
Fase 2: Present
Information
Menyampaikan informasi
Mempresentasikan informasi kepada peserta
didik secara verbal
Fase 3: Organize studrnt
into learning teams
Mengorganisasi peserta
didik kedalam tim- tim
belajar
Memberikan penjelasan kepada peserta didik
tentang tata cara pembentukan tim belajar dan
membantu kelompok melakukan transisi yang
efisien
Fase 4: Assist team work
and study membantu
kerja tim dan belajar
Membantu tim- tim belajar selama peserta didik
mengerjakan tugasnya
Fase 5: Test on the
materials
Evaluasi
Menguji pengetahuan peserta didik mengenai
berbagai materi pembelajaran atau kelompok-
kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
Fase 6: Provide
recognition
Memberikan pengakuan
atau penghargaan
Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha
prestasi individu maupun kelompok
12
Menurut Rusman (2011: 207) karakteristik pembelajaran kooperatif
dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Pembelajaran secara tim
b. Didasarkan pada manajemen kooperatif
c. Kemauan untuk bekerja sama
d. Ketrampilan bekerja sama
Menurut Rusman (2011: 208) unsur- unsur pembelajaran
kooperatif:
1) Siswa dalam kelompok haruslah beranggapan bahwa
mereka hidup sepenanggungan bersama
2) Siswa bertanggung jawab atas segala hal sesuatu didlam
kelompoknya, seperti milik mereka sendiri
3) Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota didalam
kelompoknya memiliki tujuan yang sama
4) Siswa harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama
diantara anggota kelompoknya
5) Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/
penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua
anggota kelompok
6) Siswa berbagi kepemimpiannya dan mereka dan mereka
membutuhkan ketrampilan untuk belajar bersama selama
proses belajarnya
7) Siswa diminta untuk mepertanggungjawabkan secara
individu materi yang ditanganinya dalam kelomok
kooperatif
Menurut Rusman (2011: 208) ciri- ciri yang terjadi pada kebanyakan
pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif, adalah sebagai
berikut:
a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk
menuntaskan materi pembelajaran
b. Kelompok dibentuk dan siswa memiliki kemampuan tinggi,
sedang, dan rendah
c. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dan ras,
budaya, suku, jenis kelamin berbeda- beda
d. Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang
individu
13
Ada tiga bentuk ketrampilan kooperatif sebagaimana diungkapkan oleh
Ludgren (dalam Rusman 2011: 207):
1. Ketrampilan kooperatif tingkat awal meliputi: a)
menggunakan kesempatan, b) menghargai kontribusi,
c)mengambil giliran dan berbagi tugas, d)berada dalam
kelompok, e)berada dalam tugas, f) mendorong partisipasi,
g) mengundang orang lain untuk berbicara, h)
menyelesaikan tugas pada waktunya, dan i) menghormati
perbedaan individu.
2. Ketrampilan kooperatif tingkat tengah meliputi : a)
menunjukkan penghargaan dan simpati, b) mengungkapkan
ketidak setujuan dengan cara yang dapat diterima, c)
mendengarkan dengan aktif, d) bertanya, e) membuat
ringkasan, f) menafsirkan, g)mengatur dan mengorganisir,
h) menerima tanggungjawab, i) mengurangi ketegangan
3. Ketrampilan kooperatif tingkat akhir meliputi : a)
mengelaborasikan, b) memeriksa dengan cermat, c)
menanyakan kebenaran, d) menetapkan tujuan, e)
berkompromi.
Tabel 2.2
Tahap dan Tingkah Laku Guru
Tahap Tingkah Laku Guru
Tahap 1
Menyampaikan
tujuan dan motivasi
siswa
Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang akan
dicapai pada kegiatan pembeljaran dan menekankan
pentingnya topik yng akan dipelajari dan
memotivasi siswan belajar
Tahap 2
Menyajikan
informasi
Guru menyajikan informasi atau materi kepada
siswa dengan jala n demontrasi atau melalui bahan
bacaan
Tahap 3
Mengorganisasikan
siswa kedalam
kelompok-
kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya
membentuk kelompok belajar dan membimbing
setiap kelompok agar melakukan transisi secara
efektif dan efisien
Tahap 4
Membimbing
Guru membimbing kelompok- kelompok belajar
pada saat mereka mengerjakan tugas mereka
14
kelompok bekerja
dan belajar
Tahap 5
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar teny]tang materi
yang telah dipelajari atau masing- masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya
Tahap 6
Memberikan
penghargaan
Guru mencari cara untuk menghargai baik upaya
maupbelajar individu dan kelompokun hasil
(Rusman 2011: 212-213 )Prosedur ataun langkah- langkah pembelajaran
kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap yaitu:
1. Penjelasan materi, tahap ini merupakan tahap penyampaian
pokok- pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam
kelompok
2. Belajar kelompok, tahap ini dilakukan setelah guru memberikan
penjelasan materi, siswa bekerja dalam kelompok yang telah
dibentuk sebelumnya
3. Penilaian, penilaian dalam pembelajaran kooperatif bisa
dilakukan melalui tes atau kuis, yang dilakukan secara individu
atau kelompok.
4. Pengakuan tim, adalah peetapan tim yang dianggap paling
menonjol atau tim paling berprestasi untuk kemudian diberi
penghargaan atau hadia, dengan harapan dapat memotivasi tim
untuk terus berprestasi lebih baik lagi.
2.1.4 Tinjauan Numbered Heads Together (NHT)
Hamdani (2011: 89) (NHT) Numbered Head Together adalah metode
belajar dengan cara setiap siswa diberi nomor dan dibuat satu kelompok,
kemudian secara acak, guru memanggil nomor dari siswa.
Spences Kagan (dalam Isjoni, 2012:13) Numbered Head Together (NHT)
adalah memberi kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide- ide atau
pertimbangan jawaban yang paling cepat. Selain itu teknik ini mendorong siswa
untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka.
Soleh Hamid ( 2011: 218-219 ) dalam (NHT) Numbered Head
Together hal yang ingin disampaikan adalah bagaimana siswa
mampu menerima berbagai pendapat yang diterima dan
disampaikan oleh orang atau kelompok lain, kemudian
menganalisisnya bersama, sehingga memunculkan pendapat
yang paling ideal, atau bahkan tidak mendapatkan pendapat
15
yang paling ideal. Ini sebenarnya esensi dari perbedaan
pendapat. Selanjutnya guru memberikan kesimpulan terhadap
jalannya pembahasan materi.
Pada dasarnya (NHT) Numbered Heads Together merupakan varian
dari diskusi kelompok. Teknik pelaksanaanya hampir sama
dengan diskusi kelompok. Pertama- tama, guru meminta
siswa duduk berkelompok- kelompok. Masing- masing
anggota diberi nomor. Setelah selesai, guru memamnggil
nomor (baca anggota) untuk mempresentasikan hasil
diskusinya. Guru tidak memberikan dan tidak
memberitahukan nomor berapa yang akan memastikan semua
siwa benar- benar terlibat dalam diskusi. Menurut Salvin
(dalam Miftahul huda, 2011: 130).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkanbahwa Numbered Head
Together (NHT) adalah proses pembelajaran berkelompok untuk melakukan
belajar diskusi kemudian setiap siswa diberi nomor, setelah selesai guru
memamnggil nomor (baca anggota) untuk mempresentasikan hasil diskusinya
untuk berkesempatan kepada siswa saling membagi ide –idenya, kemudian
menganalisis bersama sehingga memunculkan pendapat yang paling ideal,
selanjutnya guru memberikan kesimpulan.
Langkah- langkah strategi (NHT) Numbered Head Together menurut Soleh
Hamid (2011: 218-219) sebagai berikut:
1. Siswa dibagi dalam kelompok dan setiap siswa dalam
kelompok tersebut mendapat nomor kelompok
2. Guru memberikan tugas- tugas yang berkaitan dengan materi
pelajaran yang akan disampaikan dan masing- masing
kelompok mengerjakan kelompok bersama kelompoknya,
3. Setiap kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan
memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya
atau mengetahui jawaban yang mewakili dari kelompok
tersebut.
4. Untuk membahas dari hasil kelompok tersebut, guru
memanggil nomor kelompok dapat mengerjakannya atau
mengetahui jawaban yang mewakili dari kelompok tersebut.
5. Begitu seterusnya, hingga semua kelompok mendapatkan
kesempatan untuk mempresentasikan hasil jawaban
kelompok mereka dan kelompok yang lain menanggapinya
dengan aktif dan interaktif.
6. Terakhir guru memberikan kesimpulan terhadap jalannya
pembahasan dan pembelajaran tersebut.
16
Kelebihan dan kelemahan metode menurut Hamdani (2011: 90):
a) Kelebihan metode ini yaitu:
a)setiap siswa siap semua,b) siswa dapat melkukan diskusi
dengan sungguh- sungguh,c) siswa yang pandai dapat
mengajari siswa yang kurang pandai.
b) kelemahan metode ini yaitu:
a)kemungkinan nomor yang dipanggil, akan dipanggil lagi
oleh guru,b) tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh
guru.
2.1.5 Tinjauan IPA
Hakikat IPA
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains dalam arti sempit sebagai
disiplin ilmu dari physical sciences dan life sciences. Yang termasuk Physical
sciences adalaholmu- ilmu astronomi, kimia geologi, meteorologi, dan fisika,
sedangkan life sciences meliputi biologi (anatomi, fisiologi, zoologi, citologi.
Jomes Conant ( dalam Usaman Somatowa, 1997:14) mendefinisikan sains
sebagai suatu deretan konsep serta skema konseptual yang berhubungan suatu
sama lain, dan yang tumbuh dari hasil eksperimentasi dan observasi. A.N.
Whaitehead (dalam Usman Somatowa, 1999: 15) menyatakan bahwa sain
dibentuk karena pertemuan dua orde pengalaman.
IPA (sains) berupaya membangkitkan minat manusia agar mau
meningkatkan kecerdasan dan pemahaman tentang alam seisina yang penuh
dengan rahasia yang tak habis- habisnya. Ilmu pengetahuan alam merupakan
mata pelajaran di SD yang dimaksudkan agar siswa mempunyai pengetahuan,
gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh
dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah lain penyelidikan,
penyusunan dan pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain
penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan. Pada prinsipnya,
mempelajari IPA sebagai cara mencari tahu dan cara mengerjakan atau
melakukan dapat membantu siswa untuk memahami alam sekitar secara lebih
mendalam.
17
IPA adalah pngetahuan yang rasional dan objektif tentang alam
smesta dengan segala isinya (Hendro Darmojo 1992:3).
Nas 1993 (dalam Hendro Darmojo 1992:3) dalam bukunya The
Nature of Science, menyatakan bahwa IPA itu adalah suatu cara atau metode
untuk mengamati alam. Dan cara IPA mengamati dunia bersifat analisis,
lengkap, cermat serta menghubungkannya membentuk suatu perspektif
tentang obyek yang diamatinya.
Powler (dalam winaputra 1992:122) bahwa IPA merupakan ilmu yang
berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang terurus
secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan
eksperimen/isrematis teratur.
Menurut Abdullah (1998: 18) IPA adalah pengetahuan khusus yaitu
dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori
dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara
yang lain.
Berdasarkan uraian tersebut dapat dipahami bahwa IPA merupakan
cara mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk menguasai
pengetahuan fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan
dan memiliki sikap ilmiah
Aplikasi teori perkembangan kognitif pada pendidikan IPA adalah
sebagai berikut:
a) Konsep IPA dapaat berkembang baik, hanya bila
perkembngan langsung mendahului pengenalan generalisasi
abstrak.
b) Daur belajar yang mendorong perkembangan konsep IPA
sebagai betrikut:
a) Eksplorasi, kegiatan dimana anak mengalami atau
pengindraan objek secara langsung,b) Generalisasi, yaitu
menarik kesimpulan dari beberapa informasi yang tampak
bertentangan yang telah dimiliki anak,c) Deduksi, yaitu
pngamlikasikan konsep baru pada situasi atau kondisi
baru.
18
Maksud dan tujuan tersebut adalah agar siswa memiliki pengetahuan
tentang gejala alam, berbagai jenis dan perangai lingkungan melalui
pengamatan agar siswa tidak buta akan pengetahuan dasar mengenai IPA.
Pembelajaran IPA kelas IV menurut Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP), Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar diberikan
secara mata pelajaran sejak kelas IV sampai kelas VI, sedang kelas 1 sampai
kelas III diberikan secara tematik pada pelajaran lain. Karena di dalam
penelitian ini yang penulis kaji bahan kelas IV, maka di bawah ini penulis
sampaikan standar kompetensi dan kompetensi dasar pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam kelas IV.
Tabel 2.3.
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Kelas IV, Semester 2
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Energi dan Perubahannya
1. Memahami gaya dapat
mengubah gerak dan/atau
bentuk suatu benda.
7.1. Menyimpulkan hasil percobaan
bahwa gaya (dorongan dan
tarikan) dapat mengubah gerak
suatu benda.
7.2. Menyimpulkan hasil percobaan
bahwa gaya (dorongan dan
tarikan) dapat mengubah
bentuk suatu benda.
8. Memahami berbagai berbagai
bentuk energi dan cara
penggunaannya dalam
kehidupan sehari-hari.
8.1 Mendeskripsikan energi panas
dan bunyi yang terdapat di
lingkungan sekitar serta sifat-
sifatnya.
8.2 Menjelaskan berbagai energi
alternatif dan cara
penggunaannya.
8.3 Membuat suatu karya.model
untuk menunjukkan perubahan
energi gerak akibat pengaruh
udara, misalnya roket dari
19
kertas/baling-baling/pesawat
kertas/parasut..
8.4 Menjelaskan energi bunyi
melalui penggunaan alat musik.
Bumi dan Alam Semesta
9. Memahami perubahan
kenampakan permukaan bumi
dan benda langit.
9.1 Mendeskripsikan perubahan
kenampakan bumi.
9.2 Mendeskripsikan posisi bulan
dan kenampakan bumi dari hari
ke hari.
10. Memahami perubahan
lingkungan fisik dan
pengaruhnya terhadap daratan.
10.1 Mendeskripsikan berbagai
penyebab perubahan
lingkungan fisik (angin, hujan,
cahaya matahari, dan
gelombang air laut).
10.2 Menjelaskan pengaruh
perubahan lingkungan fisik
terhadap daratan (erosi, abrasi,
banjir, dan longsor).
10.3 Mendeskripsikan cara
pencegahan kerusakan
lingkungan (erosi, abrasi,
banjir, dan longsor).
11. Memahami hubugan antara
sumber daya alam dengan
lingkungan, teknologi, dan
masyarakat.
11.1 Menjelaskan hubungan antara
sumber daya alam dengan
lingkungan.
11.2 Menjelaskan hubungan antara
sumber daya alam dengan
teknologi yang digunakan.
11.3 Menjelaskan dampak
pengambilan bahan alam
terhadap pelestarian
lingkungan.
20
2.2 Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan
Winarti, Yuni, Penggunaan Metode NHT (Numbered Heads Together )
untuk Meningkatkan motivasi dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD
Negeri Banyumudal 2 Kabupaten Wonosobo Smester 2 Tahun Pelajaran
2011/2012. Melalui metode pembelajaran NHT (Numbered Heads Together)
yang akan dilanjutkan oleh peningkatan hasil belajar yang dapat dilihat pada
ketuntasan pada siklus I dan siklus II peneliti memberikan patokan KKM = 65
siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=65) dari 32 siswa
sebanyak 17 siswa atau 53,13% tuntas dan sebanyak 15 siswa atau 46,87 %
belum tuntas. Nilai rata-ratanya adalah 66,25 sedangkan nilai tertinggi adalah
88 dan nilai terendahnya adalah 52 dan II sebanyak 36 siswa atau 100% dari
jumlah siswa mencapai ketuntasan. Siklus II siswa yang mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM=65) sebanyak 32 siswa atau 100% dan tidak ada
siswa yang mendapatkan nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal. Nilai
rata-ratanya adalah 79,75 sedangkan nilai tertinggi adalah 100 dan nilai
terendahnya adalah 68. Peneliti telah berhasil dalam menerapkan metode
pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) dengan memberikan patokan
KKM = 65 dan ketuntasan 80% dari jumlah siswa kelas V SD Negeri
Banyumudal 2 dari hasil nilai evaluasi siklus II didapatkan 100% siswa sudah
memenuhi KKM. Maka saran dari penulis adalah metode pembelajaran NHT (
Numbered Heads Together) dapat digunakan sebagai alternatif dalam proses
belajar mengajar. Dengan metode pembelajaran NHT (Numbered Heads
Together) dalam proses belajar mengajar dapat meningkatkan keaktifan siswa
yang berdampak meningkatnya hasil belajar siswa.
Isyuniarsih, Alustina , Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif dan
Afektif pada Mata Pelajaran IPA Melalui Penerapan Model Pembelajaran
Numbered Heads Together (NHT) pada Siswa Kelas V SD Negeri 03
Ngumbul Kecamatan Todanan Kabupaten Blora Tahun Pelajaran 2011/2012.
Pada siklus 1 siswa yang tuntas 22 orang (91,67%) dan yang tidak tuntas 2
orang (8,33%). Sedangkan pada siklus 2, semua siswa yang terdiri dari 24
orang tersebut sudah memenuhi KKM atau dapat dikatakan tuntas 100% dari
21
24 siswa. Sedangkan untuk peningkatan hasil belajar afektif (keaktifan
belajar siswa) pada kondisi awal, pembelajaran siklus 1 dan siklus 2 yaitu
pada kondisi awal keaktifan siswa berada pada kategori kurang aktif
(41,67%) , pada siklus 1 menjadi cukup aktif (45,83%), dan pada siklus 2
menjadi aktif (58%). Keaktifan siswa mengalami peningkatan pada kategori
aktif dari kondisi awal (25%) meningkat pada pembelajaran siklus 1
(33,33%) dan pada pembelajaran siklus 2 (58%). Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif Numbered
Heads Together dapat meningkatkan hasil belajar kognitif dan hasil belajar
afektif siswa kelas V SDN 03 Ngumbul Kecamatan Todanan Kabupaten
Blora Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012.
Yanti, Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas
VIII Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
(Numbered Heads Together).Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi
belajar siswa pada siklus I sebesar 55,82% yang termasuk dalam kategori
kurang, sedangkan pada siklus II motivasi belajar siswa meningkat menjadi
78,44% yang termasuk dalam kategori baik. Motivasi belajar siswa
mengalami persentase peningkatan sebesar 22,62%. Hasil belajar siswa
menunjukkan bahwa pada siklus I skor rata-rata kelas sebesar 65,34 dengan
persentase ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 65,52%, sedangkan pada
siklus II skor rata-rata kelas meningkat menjadi 87,52 dengan persentase
ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 89,66%. Skor rata-rata kelas
mengalami peningkatan sebesar 22,18 sedangkan ketuntasan belajar secara
klasikal mengalami persentase peningkatan sebesar 24,14%. Berdasarkan
hasil penelitian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT.
22
2.3 Kerangka Pikir
Salah satu fenomena materi IPA yang dianggap sulit untuk dipahami. Hal
ini disebabkan oleh penyajian materi dari guru yang kurang tepat dan tidak
merangsang kemampuan berpikir siswa dalam mencari dan menemukan sendiri
materi ajar.
Untuk mengatasi permasalahan di atas maka perlu adanya model
pembelajaran yang tepat.Salah satunya adalah dengan model pembelajaran
NHT.Sebagaimana yang dikemukakanSoleh Hamid ( 2011: 218-219 ) dalam
(NHT) Numbered Head Together hal yang ingin disampaikan adalah bagaimana
siswa mampu menerima berbagai pendapat yang diterima dan disampaikan oleh
orang
atau kelompok lain, kemudian menganalisisnya bersama, sehingga memunculkan
pendapat yang paling ideal, atau bahkan tidak mendapatkan pendapat yang paling
ideal.
Dengan dasar inilah sehingga peneliti menjadikan sebagai landasan berpikir
bahwa dengan model pembelajaran NHT dapat membantu siswa dalam
mempelajari materi yang telah diajarkan sehingga dapat meningkatkan hasil
Kerangka berfikir Penelitian Tindakan Kelas Menggunakan Model pembelajaran
Numbered Head Together (NHT) Meningkatkan Hasil Belajar IPA dan motivasi
belajar siswa. SK 9. Memahami perubahan kenampakan bumi dan benda langit.
23
Proses
pembelajaran
yang
konvensional
Pembelajaran Nubered
Heads Together (NHT)
3) diskusi tema kenampakan
bumi dan benda langit
b. Tanggapan
Siswa cenderung bersikap pasif, kurangnya
memberikan model atau metode yang digunakan,
kurang memberikankesempatan kepada siswa untuk
berpikir dalam memecahkan masalah.
Pembelajaran IPA
.
Hasil belajar IPA dan
motivasi rendah
4) a. .Presentasi tema
kenampakan bumi dan
benda langit
5) Kesimpulan
Rubrik terbentuk
kelompok
Rubrik diskusi
Rubrik diskusi
Tes
formatif
Penilaian
hasil belajar Hasil belajar
Rubrik presentasi Skor
Motivasi
1) Pembentukan Kelompok
2) Penomoran Rubrik penomoran
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berfikir Pembrlajaran IPA
melalui model Numbered Heads Together
Rubrik motivasi
Rubrik presentasi
24
2.3 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berfikir pada gambar 2.1
diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut: 1) meningkatan hasil belajar IPA dan
motivasi melalui model pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together
(NHT) siswa kelas 4 di SDN 1 Jambon Kabupaten Grobogan Semester 2 Tahun
2012/2013.