bab ii kajian teori 2.1 motivasi belajar 2.1.1 pengertian...
TRANSCRIPT
9
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Motivasi Belajar
2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar
Mark dan Tombouch (dalam Bachtiar 2005), mengumpamakan motivasi
sebagai bahan bakar dalam beroperasinya mesin gasoline. Tidaklah menjadi berarti,
betapapun baiknya mesin dan kehalusan penyetelan kita dalam mengoperasikan
mesin gasoline tersebut, kalau bahan bakarnya tidak ada. Sama halnya dengan
betapapun baiknya potensi anak yang meliputi kemampuan intelektual atau bakat
siswa dan materi yang akan termotivasi dalam belajar, maka proses belajar tidak akan
berlangsung secara optimal
Menurut Retno (2005), motivasi belajar adalah suatu dorongan atau semangat
yang kuat dan luas untuk melakukan kegiatan belajar guna mendapatkan hasil belajar
yang baik lagi. Menurut McClelland (dalam Wisnuwardana 2009) mengemukakan
bahwa motivasi belajar berhubungan dengan kemampuan mengatasi rintangan dan
memelihara semangat berusaha yang tinggi, bersaing melalui kerja keras,
mengungguli orang lain baik didorong karena adanya harapan untuk sukses ataupun
karena takut kegagalan. Menurut Sardiman (2006), motivasi belajar adalah faktor
psikis yang bersifat non-intelektual, peranannya yang khas adalah dalam hal
penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Sedangkan motivasi
10
belajar menurut W.S Winkel & Hastuti (2006) adalah sebagai keseluruhan daya
penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin
kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar
itu, maka tujuan yang dikehendaki oleh siswa tercapai.
Keinginan untuk mencapai suatu hal tertentu berdasarkan pada motivasi
tertentu. Begitu pula dengan seseorang yang melakukan kegiatan belajar. Motivasi
belajar merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan belajar, karena
motivasi belajar merupakan daya penggerak dari dalam diri siswa, untuk mencapai
taraf prestasi belajar setinggi mungkin demi penghargaan diri. Motivasi belajar
merupakan bentuk peningkatan dari motivasi intrinstik, yaitu keinginan bertindak
yang disebabkan oleh faktor pendorong dari dalam individu (subyek pelaku pelajar)
yang didasari pada kenyataan akan kebutuhan dan dorongan yang secara mutlak
berkaitan dengan aktivitas yang dilakukan.
Motivasi belajar tidak akan terbentuk apabila orang tersebut tidak mempunyai
keinginan, cita-cita, atau menyadari manfaat belajar bagi dirinya. Oleh karena itu,
dibutuhkan pengkondisian tertentu agar diri kita atau siapapun juga menginginkan
semangat untuk belajar dapat termotivasi. Dalam kegiatan belajar motivasi dapat
dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang
menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberi arah kegiatan belajar, sehingga
tetap diharapkan tujuan akan tercapai.
Motivasi dapat dipandang sebagai suatu rantai reaksi yang dimulai dari adanya
kebutuhan, kemudian timbul keinginan untuk memuaskannya (mencapai tujuan),
11
sehingga menimbulkan ketegangan psikologis yang akan mengarahkan perilaku
kepada (kepuasan). Keadaan motivasi belajar terkait erat dengan struktur
pembelajaran yang digunakan guru di kelas.
Cara meningkatkan motivasi belajar dengan memberikan hukuman diharapkan
agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.
Bentuk hukuman yang diberikan kepada siswa adalah hukuman yang bersifat
mendidik seperti mencari artikel, mengarang dan lain sebagainya. Meningkatkan
motivasi belajar siswa dengan menggunakan metode pembelajaran yang variasi, akan
mempermudah guru untuk menyampaikan materi pada siswa dalam proses belajar
mengajar.
2.1.2 Aspek-aspek motivasi belajar
Worrel dan Stillwel (dalam Harliana 1998), mengemukakan beberapa aspek-
aspek yang membedakan motivasi belajar tinggi dan rendah, yaitu :
a. Tanggung jawab
Mereka yang memiliki motivasi belajar tinggi merasa bertanggung jawab
atas tugas yang dikerjakannya dan tidak akan meninggalkan tugasnya itu
sebelum berhasil menyelesaikannya, sedangkan mereka yang motivasi
belajarnya rendah, kurang bertanggung jawab terhadap tugas yang
dikerjakannya, akan menyalahkan hal-hal di luar dirinya, seperti tugas yang
terlalu banyak, terlalu sukar, sebagai penyebab ketidak berhasilannya.
b. Tekun terhadap tugas, berkonsentrasi untuk meyelesaikan tugas dan tidak
mudah menyerah
Mereka dengan motivasi belajar tinggi dapat belajar terus menerus dalam
waktu yang relatif lama dan tingkat konsentrasi baik. Sebaliknya mereka yang
motivasi belajarnya rendah, umumnya memiliki konsentrasi yang rendah
sehingga mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitarnya dan akan mengalami
kesulitan dalam menyelesaikan tugas tepat pada waktunya.
c. Waktu penyelesaian tugas
12
Mereka dengan motivasi belajar tinggi, akan berusaha menyelesaikan
setiap tugas dalam waktu secepat dan seefisien mungkin, sedangkan mereka
dengan motivasi belajar rendah, kurang tantangan untuk menyelesaikan tugas
secepat mungkin sehingga cenderung memakan waktu lama, menunda-nunda
dan tidak efisien.
d. Menetapkan tujuan yang realistis
Seseorang dikatakan memiliki motivasi belajar tinggi apabila ia mampu
menetapkan tujuan yang realistis sesuai kemampuan yang dimilikinya. Ia juga
mampu berkonsentrasi terhadap setiap langkah untuk mencapai tujuan dan
mengevaluasi setiap kemajuan yang telah dicapai, sedangkan mereka dengan
motivasi belajar rendah akan melakukan hal sebaliknya.
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Motivasi Belajar
Menurut Worrel dan Stillwel dalam Harliana (1998), ada dua faktor yang
mempengaruhi motivasi belajar:
a) Motivasi yang bersumber dari dalam diri individu (intrinsik)
Motivasi yang bersumber dari dalam menjadi kontrol internal bagi individu
dalam mengelola perilaku belajarnya sendiri (self management of learning).
b) Motivasi yang bersumber dari luar diri individu (ekstrinsik)
Motivasi yang bersumber dari luar (lingkungan), dapat diciptakan guru
dengan menciptakan kondisi yang dapat menarik minat siswa, misalnya
dengan gaya mengajar yang antusias, memberikan balikan, dan memberikan
reward or incentives.
2.1.4 Fungsi Motivasi Belajar
Menurut Sardiman (2006), terdapat tiga fungsi motivasi dalam belajar, yaitu:
a) Motivasi sebagai pendorong perbuatan
Pada mulanya siswa tidak ada hasrat untuk belajar, tetapi karena ada
sesuatu yang dicari muncullah minatnya untuk belajar. Sesuatu yang belum
diketahui itu akhirnya mendorong siswa untuk belajar dalam rangka mencari
tahu. Jadi, motivasi yang berfungsi sebagai pendorong ini mempengaruhi
sikap apa yang seharusnya siswa ambil dalam rangka belajar.
b) Motivasi sebagai penggerak perbuatan
Dorongan psikologis yang melahirkan sikap terhadap siswa itu merupakan
suatu kekuatan yang tak terbendung , yang kemudian terjelma dalam bentuk
gerakan psikofisik. Disini siswa sudah melakukan aktifitas belajar dengan
13
segenap raga dan jiwa. Akal pikiran berproses dengan sikap pada yang
cenderung tunduk dengan kehendak perbuatan.
c) Motivasi sebagai pengarah perbuatan
Siswa yang mempunyai motivasi dapat menyeleksi mana perbuatan yang
harus dilakukan dan mana perbuatan yang diabaikan. Seorang siswa yang
ingin mendapatkan sesuatu dari suatu mata pelajaran tertentu, tidak mungkin
dipaksakan untuk mempelajari mata pelajaran yang lain. Pasti siswa akan
mempelajari mata pelajaran dimana tersimpan sesuatu yang akan dicari itu.
Sesuatu yang akan dicari siswa merupakan tujuan belajar yang akan
dicapainya. Tujuan belajar itulah sebagai pengarah yang memberikan
motivasi kepada siswa dalam belajar.
2.1.5. Cara Guru Menumbuhkan Motivasi dalam Kegiatan Belajar di
Sekolah
Menurut Sardiman (2006), ada beberapa cara untuk menumbuhkan motivasi
dalam kegiatan belajar di sekolah, yaitu
1. Memberi Angka
Angka dalam hal ini sebagai simbol dari kegiatan belajarnya. Banyak siswa
belajar, yang utama justru mencapai angka/nilai yang baik. Sehingga siswa
biasanya yang dikejar adalah nilai ulangan atau nilai pada raport angkanya
baik-baik. Angka-angka yang baik itu bagi para siswa merupakan motivasi
yang sangat kuat.
2. Hadiah
Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah selalu
demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan menarik
bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk suatu pekerjaan
tersebut.
3. Saingan/Kompetisi
Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk
mendorong belajar siswa. Persaingan, baik individual maupun persaingan
kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
4. Ego-involvement
Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas
dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan
mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang
cukup penting.
14
5. Memberi Ulangan
Para siswa akan menjadi giat belajar kalu mengetahui kalau ada ulangan.
Oleh karena itu memberi ulangan ini juga merupakan sarana motivasi.
6. Mengetahui Hasil
Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi kemajuan, akan
mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin mengetahui bahwa grafik
hasil belajar meningkat, maka ada motivasi pada diri siswa untuk terus
belajar.
7. Pujian
Apabila ada siswa yang sukses yang berhasil menyelesaikan tugas dengan
baik, perlu diberikan pujian. Pujian ini adalah reinforcement yang positif dan
sekaligus merupakan motivasi yang baik.
8. Hukuman
Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan secara
tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Oleh karena itu guru harus
memahami prinsip-prisnip pemberian hukuman.
9. Hasrat untuk belajar
Hasrat untuk belajar berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk
belajar. Hal ini akan lebih baik, bila dibandingkan segala sesuatu kegiatan
yang tanpa maksud. Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik itu
memang ada maksud. Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik
memang ada motivasi untuk belajar, sehingga sudah barang tentu hasilnya
akan lebih baik.
10. Minat
Motivasi muncul karena ada kebutuhan, begitu juga dengan minat
sehingga tepatlah kalau minat merupakan alat motivasi yang pokok.
11. Tujuan yang diakui
Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, akan
merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami
tujuan yang harus dicapai, karena dirinya sangat berguna dan
menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk terus belajar.
1.2. Bimbingan Kelompok
2.2.1 Pengertian Bimbingan Kelompok
Winkel & Sri Hastuti (2006), bimbingan Kelompok merupakan sarana untuk
menunjang perkembangan optimal masing-masing siswa, yang diharapkan dapat
mengambil manfaat dari pengalaman pendidikan ini bagi dirinya sendiri..Bimbingan
15
kelompok ditujukan untuk mencegah timbulnya masalah pada siswa dan
mengembangkan potensi siswa. Menurut Prayitno (1995) bimbingan kelompok
adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan
dinamika kelompok. Artinya, semua peserta dalam kegiatan kelompok saling
berinteraksi, bebas mengeluarkan pendapat, menanggapi, memberi saran, dan lain-
lain sebagainya; apa yang dibicarakan itu semuanya bermanfaat untuk diri peserta
yang bersangkutan sendiri dan untuk peserta lainnya.
Sementara itu, Dewa Ketut Sukardi (2008) menyatakan bahwa bimbingan
kelompok yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan sejumlah peserta didik
secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari narasumber tertentu (terutama
dari pembimbing/konselor) yang berguna untuk menunjang kehidupannya sehari-hari
baik individu maupun pelajar, anggota keluarga dan masyarakat serta untuk
pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
Dari beberapa pengertian bimbingan kelompok di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan kelompok yang
dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok yaitu
adanya interaksi saling mengeluarkan pendapat, memberikan tanggapan, saran, dan
sebaginya, dimana pemimpin kelompok menyediakan informasi-informasi yang
bermanfaat agar dapat membantu individu mencapai perkembangan yang optimal.
2.2.2 Tujuan Bimbingan Kelompok
Tujuan Bimbingan Kelompok menurut Bannet dalam Romlah (2001) adalah:
16
a. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar hal-hal yang penting dan
dapat berguna bagi pengarahan dirinya yang berkaitan dengan masalah
pendidikan, pekerjaan pribadi dan sosial
b. Memberikan layanan penyembuhan melalui kegiatan kelompok
c. Pencapaian tujuan secara ekonomis dan efektif daripada melalui kegiatan
bimbingan individual
d. Untuk melaksanakan layanan konseling individual secara efektif, yaitu
dengan mempelajari masalah-masalah umum yang dialami oleh individu
dengan merendahkan hambatan emosional melalui kelompok, maka
pemahaman terhadap individu akan lebih mudah.
2.2.3 Teknik-teknik Bimbingan Kelompok
Bimbingan kelompok memiliki beberapa tehnik. Menurut Romlah (2001)
tehnik-tehnik bimbingan kelompok meliputi : home room, karya wisata, diskusi
kelompok, organisasi murid, psikodrama, bermain peran dan kerja kelompok.
1) Home room
Home room adalah suatu kegiatan bimbingan kelompok yang dilakukan
dalam ruang atau kelas dalam bentuk pertemuan antara konselor/ guru dengan
kelompok untuk membicarakan beberapa hal yang dianggap perlu terutama
hal-hal atau masalah-masalah yang berhubungan dengan pelajaran, kegiatan
sosial,cara berpakaian atau masalah-masalah lain di luar sekolah.
2) Karyawisata
Karyawisata dilaksanakan dengan mengunjungi dan mengadakan
peninjauan terhadap objek-objek yang menarik yang berkaitan dengan
pelajaran tertentu. Mereka mendapatkan informasi yang mereka butuhkan.
Hal ini akan mendorong aktivitas penyesuaian diri, kerja sama, tanggung
jawab, kepercayaan diri serta mengembangkan bakat dan cita-citanya.
3) Diskusi Kelompok
Diskusi kelompok adalah suatu cara dimana murid-murid akan
mendapatkan kesempatan dalam memecahkan masalah-msalahnya secara
bersama-sama. Setiap murid mendapat kesempatan untk menyumbangkan
pikiran atau idenya masing-masing dalam memecahkan suatu masalah.
4) Kegiatan kelompok
Kegiatan kelompok merupakan tehnik yang dalam bimbingan kelompok
karena kelompok memberikan kesempatan kepada setiap individu untuk
berpartisipasi dengan sebaik-baiknya. Banyak kegiatan tertentu yang lebih
berhasil jika dilakukan dalam kelompok. Untuk mengembangkan bakat-bakat
dan menyalurkan dorongan-dorongan dapat dilakukan melalui kegiatan
17
kelompok. Dengan kegiatan ini setiap siswa mendapatkan kesempatan untuk
menyumbangkan pikirannya.
5) Remidial Teaching
Remidial Teaching adalah tehnik bimbingan kelompok yang berbentuk
pengajaran yang diberikan kepada seseorang atau sekelompok siswa untuk
membantu kesulitan belajar yang dihadapi. Remidial teaching dapat
berbentuk penambahan pelajaran, pengulangan kembali, sesuai tingkat
kesulitan belajar yang dialami siswa.
6) Psikodrama
Psikodrama adalah tehnik dalam bimbingan kelompok untuk memecahkan
masalah-masalah psikis yang dialami oleh individu. Dalam tehnik ini siswa
memerankan suatu peranan tertentu tentang konflik atau ketegangan yang
dialami. Dengan bermain peran diharapkan konflik atau ketegangan dapat
dikurangi atau dihindarkan.
7) Sosiodrama
Sosiodrama merupakan tehnik dalam bimbingan kelompok untuk
memecahkan masalah-masalah sosial melalui kegiatan bermain peran. Dalam
sosiodrama ini individu akan memerankan suatu peranan tertentu dari suatu
masalah sosial.
2.2.4 Prosedur Pelaksanaan Bimbingan Kelompok
Bimbingan kelompok dalam pelaksanaannya melalui beberapa tahap.Tahapan-
tahapan disini bukanlah suatu tahapan yang mempunyai fase yang berbeda-beda dan
terpisah, namun merupakan fase yang saling berhubungan.
Pada pelaksanaan eksperimen bimbingan kelompok ini adalah mengacu pada
tahap-tahap bimbingan kelompok yang dikemukakan oleh (Prayitno 1995) dan
beberapa pakar bimbingan kelompok yang meliputi empat tahap yang sebelumnya
diawali dengan tahap permulaan atau tahap awal untuk mempersiapkan anggota
kelompok. Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut:tahap pembentukan, tahap
peralihan, tahap kegiatan dan tahap pengakhiran.
18
A. Tahap Awal (Pregroup)
Tahap awal merupakan langkah persiapan. Tahap ini lebih menekankan pada
persiapan untuk memimpin, kemudian cara mengumumkan mencari anggota
kelompok serta merencakan jenis kelompok (kelompok terbuka dan tertutup),
keanggotaan kelompok, jumlah anggota kelompok, frekuensi dan lamanya pertamuan
kelompok, dan tempat pertemuan. Persiapan yang sistematis sangatlah penting untuk
membantu proses selanjutnya.
B. Tahap I (Pembentukan)
Tahap ini merupakan tahap pengenalan, tahap perlibatan diri atau tahap
memasukkan diri ke dalam kehidupan suatu kelompok. Pada tahap ini para anggota
saling memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan tujuan atau harapan yang ingin
dicapai baik oleh masing-masing, sebagian ataupun seluruh anggota. Tahap ini
merupakan tahap keheningan atau kecanggungan. Dalam tahap ini anggota kelompok
mulai belajar terlibat dalam interaksi kelompok. Fungsi dan tugas utama pemimpin
kelompok dalam tahap ini adalah mengajarkan cara berpartisipasi dengan aktif
sehingga dapat meningkatkan peluang mereka untuk mendapatkan kelompok yang
produktif.
Menurut Prayitno (1995) kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan pada tahap awal
ini adalah sebagai berikut:
a. Mengungkapakan pengertian dan tujuan kegiatan bimbingan kelompok
b. Menjelaskan cara-cara dan asas-asas bimbingan kelompok
c. Saling memperkenalkan dan mengungkapkan diri
d. Permainan penghangatan/pengakraban
C. Tahap II (Peralihan)
Tahap kedua adalah tahap peralihan atau transisi. Pada tahap ini suasana
kelompok mulai terbentuk dan dinamika kelompok sudah mulai tumbuh.
Karakteristik tahap transisi ditandai oleh perasaan khawatir, defence (bertahan), dan
berbagai bentuk perlawanan. Pada kondisi demikian pemimpin kelompok perlu
memberikan motivasi dan reinforcement kepada anggota agar mereka peduli tentang
apa yang dipikirkan terhadapnya dan belajar mengekspresikan diri sehingga anggota
lain bisa mendengarkan.
Menurut Prayitno (1995), kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan pada tahap ini
adalah:
a. Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap selanjutnya
b. Menawarkan kepada anggota kelompok apakah sudah siap untuk menjalani
kegiatan pada tahap selanjutnya
c. Membahas suasana yang terjadi
d. Meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota
e. Kalau perlu kembali kepada aspek pada tahap yang pertama (tahap
pembentukan)
19
D. Tahap III (Kegiatan)
Tahap ini merupakan inti kegiatan kelompok sehingga aspek-aspek yang menjadi
pengiringnya cukup banyak. Pada kegiatan ini saatnya anggota berpartisipasi untuk
menyadari bahwa merekalah yang bertanggung jawab pada kehidupan mereka. Jadi
mereka harus didorong untuk mengambil keputusan, pendapat dan tanggapan
mengenai topik masalah yang dihadapi untuk digali dalam kelompok.
Fungsi utama pemimpin pada tahap kegiatan ini adalah memberikan
penguatan secara sistematis dari tingkah laku kelompok yang diinginkan. Selain itu
dapat memberikan dukungan pada kesukarelaan anggota untuk mengambil risiko dan
mengarahkan untuk menerapkan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan kegiatan yang harus dilakukan pada tahap kegiatan ini adalah:
a. Masing-masing anggota secara bebas mengutarakan pendapat terhadap topik
masalahnya
b. Menetapkan topik/masalah yang akan dibahas terlebih dahulu
c. Anggota membahas masing-masing topik/masalah secara mendalam dan
tuntas
d. Kegiatan selingan
E. Tahap IV (Pengakhiran)
Tahap keempat adalah tahap akhir yang merupakan tahap konsolidasi dan
terminasi. Pada tahap ini “pokok perhatian utama adalah bukanlah berapa kali
kelompok itu bertemu namun pada hasil yang telah dicapai pada kelompok ketika
menghentikan pertemuan” Prayitno (1995). Pada saat kelompok memasuki tahap
pengakhiran, kegiatan kelompok sebaiknya dipusatkan pada pembahasan tentang
apakah anggota kelompk akan mampu menerapkan hal-hal yang telah dipelajari pada
kehidupan anggota sehari-hari. Tugas utama yang dihadapi para anggota selama
tahap akhir yaitu mentransfer apa yang telah mereka pelajari dalam kelompok ke
dunia luar.
Peranan pemimpin kelompok adalah tetap mengusahakan suasana yang
hangat memberikan pernyataan dan mengucapakan terima kasih atas keikutsertaan
anggota serta memberi semangat untuk kegiatan lebih lanjut dengan penuh rasa
persahabatan dan simpati, di samping itu fungsi pemimpin kelompok pada tahap ini
adalah memperjelas arti dari tiap pengalaman yang diperoleh melalui kelompok dan
mengajak para anggota untuk menerapkan dalam kehidupan sehari-hari serta
menekankan kembali akan pentingnya pemeliharaan hubungan antar hubungan
anggota setelah kelompok berakhir.
Kegiatan yang harus dilakukan pada tahap ini adalah:
a. Pemimpin kelompok menyatakan bahwa kegiatan akan segera diakhiri
b. Pemimpin dan anggota kelompok mengemukakan kesan dan hasil-hasil
kegiatan
c. Membahas kegiatan lanjutan
d. Mengemukakan kesan dan harapan
20
Setelah semua tahap terlaksana, kemudian dilakukan evaluasi dan follow up.
Follow up dapat dilaksanakan secara kelompok maupun secara individu. Pada
kegiatan tindak lanjut ini para anggota kelompok dapat membicarakan tentang apa
yang telah ditempuh.
Pemimpin kelompok dapat memberikan evaluasi dengan memberikan
pertanyaan atau wawancara dengan batas tertentu dan dilihat apakah para anggota
sudah menguasai topik yang dibicarakan atau belum. Hal tersebut dapat memberikan
gambaran akan keberhasilan kegiatan kelompok.
2. 3 Hasil Temuan yang relevan
Berdasarkan penelitian Siti Mualifah (2009) yang melakukan penelitian PTBK
“Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran Menata Produk Melalui
Strategi Layanan Bimbingan Kelompok Bagi Siswa Kelas III Penjualan 2 SMK
Negeri 1 Klaten Tahun ajaran 2008/2009”, menunjukkan bahwa skor angket pada
kondisi awal tertinggi 73 meningkat 27% menjadi 100 pada kondisi akhir, dan
predikat ketuntasan pada awal: cukup meningkat menjadi amat baik pada kondisi
akhir dan hasil belajar siswa dalam menata produk meningkat 22%, yaitu dari rata-
rata 66,17 pada kondisi awal menjadi 86,00 pada kondisi akhir.
Berdasarkan penelitian Riza, Anastasia (2012) yang melakukan penelitian
eksperimen “Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Melalui Layanan Bimbingan
Kelompok Field Trip Berbasis Lingkungan Pada Siswa Kelas XI SMA AL-
MUAYYAD Surakarta”, menunjukan bahwa layanan bimbingan kelompok field trip
berbasis lingkungan dapat meningkatkan motivasi belajar pada siswa kelas XI SMA
di Pondok Pesantren Al-Muayyad Surakarta tahun 2012. Analisis data yang
digunakan dalam tindakan ini deskriptif kuantitatif. Hal ini dapat dilihat dari hasil
21
perbandingan antara skor pra tindakan 112,2, skor tindakan I 133,9 dan tindakan II
141,8 yang mengalami peningkatan motivasi belajar pada siswa kelas XI.
Sedangkan menurut penelitian Fadli Van Gobel (2012) yang melakukan
penelitian eksperimen “Pengaruh Layanan Informasi dan Layanan Bimbingan
Kelompok Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas X di Madrasah Aliyah Negeri
Kota Gorontalo”, menunjukkan bahwa layanan informasi dan bimbingan kelompok
berpengaruh dan juga memiliki perbedaan pengaruh terhadap motivasi belajar siswa.
Hasil perhitungan grup esperimen X1, diperoleh harga thitung sebesar -5,76, dan Grup
eksperimen X2 diperoleh harga t hitung sebesar -4,09. sedangkan t daftar pada taraf
nyata 5% sebesar 2,05.
2.4 Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
Penggunaan layanan bimbingan kelompok dapat meningkatkan motivasi belajar
siswa yang rendah pada siswa XI IPS 2 di SMA Negeri 3 Salatiga.