bab ii kajian teori 2.1 motivasi belajar 2.1.1 pengertian...

13
9 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Motivasi Belajar 2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar Mark dan Tombouch (dalam Bachtiar 2005), mengumpamakan motivasi sebagai bahan bakar dalam beroperasinya mesin gasoline. Tidaklah menjadi berarti, betapapun baiknya mesin dan kehalusan penyetelan kita dalam mengoperasikan mesin gasoline tersebut, kalau bahan bakarnya tidak ada. Sama halnya dengan betapapun baiknya potensi anak yang meliputi kemampuan intelektual atau bakat siswa dan materi yang akan termotivasi dalam belajar, maka proses belajar tidak akan berlangsung secara optimal Menurut Retno (2005), motivasi belajar adalah suatu dorongan atau semangat yang kuat dan luas untuk melakukan kegiatan belajar guna mendapatkan hasil belajar yang baik lagi. Menurut McClelland (dalam Wisnuwardana 2009) mengemukakan bahwa motivasi belajar berhubungan dengan kemampuan mengatasi rintangan dan memelihara semangat berusaha yang tinggi, bersaing melalui kerja keras, mengungguli orang lain baik didorong karena adanya harapan untuk sukses ataupun karena takut kegagalan. Menurut Sardiman (2006), motivasi belajar adalah faktor psikis yang bersifat non-intelektual, peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Sedangkan motivasi

Upload: buitruc

Post on 07-May-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

9

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Motivasi Belajar

2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar

Mark dan Tombouch (dalam Bachtiar 2005), mengumpamakan motivasi

sebagai bahan bakar dalam beroperasinya mesin gasoline. Tidaklah menjadi berarti,

betapapun baiknya mesin dan kehalusan penyetelan kita dalam mengoperasikan

mesin gasoline tersebut, kalau bahan bakarnya tidak ada. Sama halnya dengan

betapapun baiknya potensi anak yang meliputi kemampuan intelektual atau bakat

siswa dan materi yang akan termotivasi dalam belajar, maka proses belajar tidak akan

berlangsung secara optimal

Menurut Retno (2005), motivasi belajar adalah suatu dorongan atau semangat

yang kuat dan luas untuk melakukan kegiatan belajar guna mendapatkan hasil belajar

yang baik lagi. Menurut McClelland (dalam Wisnuwardana 2009) mengemukakan

bahwa motivasi belajar berhubungan dengan kemampuan mengatasi rintangan dan

memelihara semangat berusaha yang tinggi, bersaing melalui kerja keras,

mengungguli orang lain baik didorong karena adanya harapan untuk sukses ataupun

karena takut kegagalan. Menurut Sardiman (2006), motivasi belajar adalah faktor

psikis yang bersifat non-intelektual, peranannya yang khas adalah dalam hal

penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Sedangkan motivasi

10

belajar menurut W.S Winkel & Hastuti (2006) adalah sebagai keseluruhan daya

penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin

kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar

itu, maka tujuan yang dikehendaki oleh siswa tercapai.

Keinginan untuk mencapai suatu hal tertentu berdasarkan pada motivasi

tertentu. Begitu pula dengan seseorang yang melakukan kegiatan belajar. Motivasi

belajar merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan belajar, karena

motivasi belajar merupakan daya penggerak dari dalam diri siswa, untuk mencapai

taraf prestasi belajar setinggi mungkin demi penghargaan diri. Motivasi belajar

merupakan bentuk peningkatan dari motivasi intrinstik, yaitu keinginan bertindak

yang disebabkan oleh faktor pendorong dari dalam individu (subyek pelaku pelajar)

yang didasari pada kenyataan akan kebutuhan dan dorongan yang secara mutlak

berkaitan dengan aktivitas yang dilakukan.

Motivasi belajar tidak akan terbentuk apabila orang tersebut tidak mempunyai

keinginan, cita-cita, atau menyadari manfaat belajar bagi dirinya. Oleh karena itu,

dibutuhkan pengkondisian tertentu agar diri kita atau siapapun juga menginginkan

semangat untuk belajar dapat termotivasi. Dalam kegiatan belajar motivasi dapat

dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang

menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberi arah kegiatan belajar, sehingga

tetap diharapkan tujuan akan tercapai.

Motivasi dapat dipandang sebagai suatu rantai reaksi yang dimulai dari adanya

kebutuhan, kemudian timbul keinginan untuk memuaskannya (mencapai tujuan),

11

sehingga menimbulkan ketegangan psikologis yang akan mengarahkan perilaku

kepada (kepuasan). Keadaan motivasi belajar terkait erat dengan struktur

pembelajaran yang digunakan guru di kelas.

Cara meningkatkan motivasi belajar dengan memberikan hukuman diharapkan

agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.

Bentuk hukuman yang diberikan kepada siswa adalah hukuman yang bersifat

mendidik seperti mencari artikel, mengarang dan lain sebagainya. Meningkatkan

motivasi belajar siswa dengan menggunakan metode pembelajaran yang variasi, akan

mempermudah guru untuk menyampaikan materi pada siswa dalam proses belajar

mengajar.

2.1.2 Aspek-aspek motivasi belajar

Worrel dan Stillwel (dalam Harliana 1998), mengemukakan beberapa aspek-

aspek yang membedakan motivasi belajar tinggi dan rendah, yaitu :

a. Tanggung jawab

Mereka yang memiliki motivasi belajar tinggi merasa bertanggung jawab

atas tugas yang dikerjakannya dan tidak akan meninggalkan tugasnya itu

sebelum berhasil menyelesaikannya, sedangkan mereka yang motivasi

belajarnya rendah, kurang bertanggung jawab terhadap tugas yang

dikerjakannya, akan menyalahkan hal-hal di luar dirinya, seperti tugas yang

terlalu banyak, terlalu sukar, sebagai penyebab ketidak berhasilannya.

b. Tekun terhadap tugas, berkonsentrasi untuk meyelesaikan tugas dan tidak

mudah menyerah

Mereka dengan motivasi belajar tinggi dapat belajar terus menerus dalam

waktu yang relatif lama dan tingkat konsentrasi baik. Sebaliknya mereka yang

motivasi belajarnya rendah, umumnya memiliki konsentrasi yang rendah

sehingga mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitarnya dan akan mengalami

kesulitan dalam menyelesaikan tugas tepat pada waktunya.

c. Waktu penyelesaian tugas

12

Mereka dengan motivasi belajar tinggi, akan berusaha menyelesaikan

setiap tugas dalam waktu secepat dan seefisien mungkin, sedangkan mereka

dengan motivasi belajar rendah, kurang tantangan untuk menyelesaikan tugas

secepat mungkin sehingga cenderung memakan waktu lama, menunda-nunda

dan tidak efisien.

d. Menetapkan tujuan yang realistis

Seseorang dikatakan memiliki motivasi belajar tinggi apabila ia mampu

menetapkan tujuan yang realistis sesuai kemampuan yang dimilikinya. Ia juga

mampu berkonsentrasi terhadap setiap langkah untuk mencapai tujuan dan

mengevaluasi setiap kemajuan yang telah dicapai, sedangkan mereka dengan

motivasi belajar rendah akan melakukan hal sebaliknya.

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Motivasi Belajar

Menurut Worrel dan Stillwel dalam Harliana (1998), ada dua faktor yang

mempengaruhi motivasi belajar:

a) Motivasi yang bersumber dari dalam diri individu (intrinsik)

Motivasi yang bersumber dari dalam menjadi kontrol internal bagi individu

dalam mengelola perilaku belajarnya sendiri (self management of learning).

b) Motivasi yang bersumber dari luar diri individu (ekstrinsik)

Motivasi yang bersumber dari luar (lingkungan), dapat diciptakan guru

dengan menciptakan kondisi yang dapat menarik minat siswa, misalnya

dengan gaya mengajar yang antusias, memberikan balikan, dan memberikan

reward or incentives.

2.1.4 Fungsi Motivasi Belajar

Menurut Sardiman (2006), terdapat tiga fungsi motivasi dalam belajar, yaitu:

a) Motivasi sebagai pendorong perbuatan

Pada mulanya siswa tidak ada hasrat untuk belajar, tetapi karena ada

sesuatu yang dicari muncullah minatnya untuk belajar. Sesuatu yang belum

diketahui itu akhirnya mendorong siswa untuk belajar dalam rangka mencari

tahu. Jadi, motivasi yang berfungsi sebagai pendorong ini mempengaruhi

sikap apa yang seharusnya siswa ambil dalam rangka belajar.

b) Motivasi sebagai penggerak perbuatan

Dorongan psikologis yang melahirkan sikap terhadap siswa itu merupakan

suatu kekuatan yang tak terbendung , yang kemudian terjelma dalam bentuk

gerakan psikofisik. Disini siswa sudah melakukan aktifitas belajar dengan

13

segenap raga dan jiwa. Akal pikiran berproses dengan sikap pada yang

cenderung tunduk dengan kehendak perbuatan.

c) Motivasi sebagai pengarah perbuatan

Siswa yang mempunyai motivasi dapat menyeleksi mana perbuatan yang

harus dilakukan dan mana perbuatan yang diabaikan. Seorang siswa yang

ingin mendapatkan sesuatu dari suatu mata pelajaran tertentu, tidak mungkin

dipaksakan untuk mempelajari mata pelajaran yang lain. Pasti siswa akan

mempelajari mata pelajaran dimana tersimpan sesuatu yang akan dicari itu.

Sesuatu yang akan dicari siswa merupakan tujuan belajar yang akan

dicapainya. Tujuan belajar itulah sebagai pengarah yang memberikan

motivasi kepada siswa dalam belajar.

2.1.5. Cara Guru Menumbuhkan Motivasi dalam Kegiatan Belajar di

Sekolah

Menurut Sardiman (2006), ada beberapa cara untuk menumbuhkan motivasi

dalam kegiatan belajar di sekolah, yaitu

1. Memberi Angka

Angka dalam hal ini sebagai simbol dari kegiatan belajarnya. Banyak siswa

belajar, yang utama justru mencapai angka/nilai yang baik. Sehingga siswa

biasanya yang dikejar adalah nilai ulangan atau nilai pada raport angkanya

baik-baik. Angka-angka yang baik itu bagi para siswa merupakan motivasi

yang sangat kuat.

2. Hadiah

Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah selalu

demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan menarik

bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk suatu pekerjaan

tersebut.

3. Saingan/Kompetisi

Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk

mendorong belajar siswa. Persaingan, baik individual maupun persaingan

kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

4. Ego-involvement

Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas

dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan

mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang

cukup penting.

14

5. Memberi Ulangan

Para siswa akan menjadi giat belajar kalu mengetahui kalau ada ulangan.

Oleh karena itu memberi ulangan ini juga merupakan sarana motivasi.

6. Mengetahui Hasil

Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi kemajuan, akan

mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin mengetahui bahwa grafik

hasil belajar meningkat, maka ada motivasi pada diri siswa untuk terus

belajar.

7. Pujian

Apabila ada siswa yang sukses yang berhasil menyelesaikan tugas dengan

baik, perlu diberikan pujian. Pujian ini adalah reinforcement yang positif dan

sekaligus merupakan motivasi yang baik.

8. Hukuman

Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan secara

tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Oleh karena itu guru harus

memahami prinsip-prisnip pemberian hukuman.

9. Hasrat untuk belajar

Hasrat untuk belajar berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk

belajar. Hal ini akan lebih baik, bila dibandingkan segala sesuatu kegiatan

yang tanpa maksud. Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik itu

memang ada maksud. Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik

memang ada motivasi untuk belajar, sehingga sudah barang tentu hasilnya

akan lebih baik.

10. Minat

Motivasi muncul karena ada kebutuhan, begitu juga dengan minat

sehingga tepatlah kalau minat merupakan alat motivasi yang pokok.

11. Tujuan yang diakui

Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, akan

merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami

tujuan yang harus dicapai, karena dirinya sangat berguna dan

menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk terus belajar.

1.2. Bimbingan Kelompok

2.2.1 Pengertian Bimbingan Kelompok

Winkel & Sri Hastuti (2006), bimbingan Kelompok merupakan sarana untuk

menunjang perkembangan optimal masing-masing siswa, yang diharapkan dapat

mengambil manfaat dari pengalaman pendidikan ini bagi dirinya sendiri..Bimbingan

15

kelompok ditujukan untuk mencegah timbulnya masalah pada siswa dan

mengembangkan potensi siswa. Menurut Prayitno (1995) bimbingan kelompok

adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan

dinamika kelompok. Artinya, semua peserta dalam kegiatan kelompok saling

berinteraksi, bebas mengeluarkan pendapat, menanggapi, memberi saran, dan lain-

lain sebagainya; apa yang dibicarakan itu semuanya bermanfaat untuk diri peserta

yang bersangkutan sendiri dan untuk peserta lainnya.

Sementara itu, Dewa Ketut Sukardi (2008) menyatakan bahwa bimbingan

kelompok yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan sejumlah peserta didik

secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari narasumber tertentu (terutama

dari pembimbing/konselor) yang berguna untuk menunjang kehidupannya sehari-hari

baik individu maupun pelajar, anggota keluarga dan masyarakat serta untuk

pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

Dari beberapa pengertian bimbingan kelompok di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan kelompok yang

dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok yaitu

adanya interaksi saling mengeluarkan pendapat, memberikan tanggapan, saran, dan

sebaginya, dimana pemimpin kelompok menyediakan informasi-informasi yang

bermanfaat agar dapat membantu individu mencapai perkembangan yang optimal.

2.2.2 Tujuan Bimbingan Kelompok

Tujuan Bimbingan Kelompok menurut Bannet dalam Romlah (2001) adalah:

16

a. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar hal-hal yang penting dan

dapat berguna bagi pengarahan dirinya yang berkaitan dengan masalah

pendidikan, pekerjaan pribadi dan sosial

b. Memberikan layanan penyembuhan melalui kegiatan kelompok

c. Pencapaian tujuan secara ekonomis dan efektif daripada melalui kegiatan

bimbingan individual

d. Untuk melaksanakan layanan konseling individual secara efektif, yaitu

dengan mempelajari masalah-masalah umum yang dialami oleh individu

dengan merendahkan hambatan emosional melalui kelompok, maka

pemahaman terhadap individu akan lebih mudah.

2.2.3 Teknik-teknik Bimbingan Kelompok

Bimbingan kelompok memiliki beberapa tehnik. Menurut Romlah (2001)

tehnik-tehnik bimbingan kelompok meliputi : home room, karya wisata, diskusi

kelompok, organisasi murid, psikodrama, bermain peran dan kerja kelompok.

1) Home room

Home room adalah suatu kegiatan bimbingan kelompok yang dilakukan

dalam ruang atau kelas dalam bentuk pertemuan antara konselor/ guru dengan

kelompok untuk membicarakan beberapa hal yang dianggap perlu terutama

hal-hal atau masalah-masalah yang berhubungan dengan pelajaran, kegiatan

sosial,cara berpakaian atau masalah-masalah lain di luar sekolah.

2) Karyawisata

Karyawisata dilaksanakan dengan mengunjungi dan mengadakan

peninjauan terhadap objek-objek yang menarik yang berkaitan dengan

pelajaran tertentu. Mereka mendapatkan informasi yang mereka butuhkan.

Hal ini akan mendorong aktivitas penyesuaian diri, kerja sama, tanggung

jawab, kepercayaan diri serta mengembangkan bakat dan cita-citanya.

3) Diskusi Kelompok

Diskusi kelompok adalah suatu cara dimana murid-murid akan

mendapatkan kesempatan dalam memecahkan masalah-msalahnya secara

bersama-sama. Setiap murid mendapat kesempatan untk menyumbangkan

pikiran atau idenya masing-masing dalam memecahkan suatu masalah.

4) Kegiatan kelompok

Kegiatan kelompok merupakan tehnik yang dalam bimbingan kelompok

karena kelompok memberikan kesempatan kepada setiap individu untuk

berpartisipasi dengan sebaik-baiknya. Banyak kegiatan tertentu yang lebih

berhasil jika dilakukan dalam kelompok. Untuk mengembangkan bakat-bakat

dan menyalurkan dorongan-dorongan dapat dilakukan melalui kegiatan

17

kelompok. Dengan kegiatan ini setiap siswa mendapatkan kesempatan untuk

menyumbangkan pikirannya.

5) Remidial Teaching

Remidial Teaching adalah tehnik bimbingan kelompok yang berbentuk

pengajaran yang diberikan kepada seseorang atau sekelompok siswa untuk

membantu kesulitan belajar yang dihadapi. Remidial teaching dapat

berbentuk penambahan pelajaran, pengulangan kembali, sesuai tingkat

kesulitan belajar yang dialami siswa.

6) Psikodrama

Psikodrama adalah tehnik dalam bimbingan kelompok untuk memecahkan

masalah-masalah psikis yang dialami oleh individu. Dalam tehnik ini siswa

memerankan suatu peranan tertentu tentang konflik atau ketegangan yang

dialami. Dengan bermain peran diharapkan konflik atau ketegangan dapat

dikurangi atau dihindarkan.

7) Sosiodrama

Sosiodrama merupakan tehnik dalam bimbingan kelompok untuk

memecahkan masalah-masalah sosial melalui kegiatan bermain peran. Dalam

sosiodrama ini individu akan memerankan suatu peranan tertentu dari suatu

masalah sosial.

2.2.4 Prosedur Pelaksanaan Bimbingan Kelompok

Bimbingan kelompok dalam pelaksanaannya melalui beberapa tahap.Tahapan-

tahapan disini bukanlah suatu tahapan yang mempunyai fase yang berbeda-beda dan

terpisah, namun merupakan fase yang saling berhubungan.

Pada pelaksanaan eksperimen bimbingan kelompok ini adalah mengacu pada

tahap-tahap bimbingan kelompok yang dikemukakan oleh (Prayitno 1995) dan

beberapa pakar bimbingan kelompok yang meliputi empat tahap yang sebelumnya

diawali dengan tahap permulaan atau tahap awal untuk mempersiapkan anggota

kelompok. Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut:tahap pembentukan, tahap

peralihan, tahap kegiatan dan tahap pengakhiran.

18

A. Tahap Awal (Pregroup)

Tahap awal merupakan langkah persiapan. Tahap ini lebih menekankan pada

persiapan untuk memimpin, kemudian cara mengumumkan mencari anggota

kelompok serta merencakan jenis kelompok (kelompok terbuka dan tertutup),

keanggotaan kelompok, jumlah anggota kelompok, frekuensi dan lamanya pertamuan

kelompok, dan tempat pertemuan. Persiapan yang sistematis sangatlah penting untuk

membantu proses selanjutnya.

B. Tahap I (Pembentukan)

Tahap ini merupakan tahap pengenalan, tahap perlibatan diri atau tahap

memasukkan diri ke dalam kehidupan suatu kelompok. Pada tahap ini para anggota

saling memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan tujuan atau harapan yang ingin

dicapai baik oleh masing-masing, sebagian ataupun seluruh anggota. Tahap ini

merupakan tahap keheningan atau kecanggungan. Dalam tahap ini anggota kelompok

mulai belajar terlibat dalam interaksi kelompok. Fungsi dan tugas utama pemimpin

kelompok dalam tahap ini adalah mengajarkan cara berpartisipasi dengan aktif

sehingga dapat meningkatkan peluang mereka untuk mendapatkan kelompok yang

produktif.

Menurut Prayitno (1995) kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan pada tahap awal

ini adalah sebagai berikut:

a. Mengungkapakan pengertian dan tujuan kegiatan bimbingan kelompok

b. Menjelaskan cara-cara dan asas-asas bimbingan kelompok

c. Saling memperkenalkan dan mengungkapkan diri

d. Permainan penghangatan/pengakraban

C. Tahap II (Peralihan)

Tahap kedua adalah tahap peralihan atau transisi. Pada tahap ini suasana

kelompok mulai terbentuk dan dinamika kelompok sudah mulai tumbuh.

Karakteristik tahap transisi ditandai oleh perasaan khawatir, defence (bertahan), dan

berbagai bentuk perlawanan. Pada kondisi demikian pemimpin kelompok perlu

memberikan motivasi dan reinforcement kepada anggota agar mereka peduli tentang

apa yang dipikirkan terhadapnya dan belajar mengekspresikan diri sehingga anggota

lain bisa mendengarkan.

Menurut Prayitno (1995), kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan pada tahap ini

adalah:

a. Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap selanjutnya

b. Menawarkan kepada anggota kelompok apakah sudah siap untuk menjalani

kegiatan pada tahap selanjutnya

c. Membahas suasana yang terjadi

d. Meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota

e. Kalau perlu kembali kepada aspek pada tahap yang pertama (tahap

pembentukan)

19

D. Tahap III (Kegiatan)

Tahap ini merupakan inti kegiatan kelompok sehingga aspek-aspek yang menjadi

pengiringnya cukup banyak. Pada kegiatan ini saatnya anggota berpartisipasi untuk

menyadari bahwa merekalah yang bertanggung jawab pada kehidupan mereka. Jadi

mereka harus didorong untuk mengambil keputusan, pendapat dan tanggapan

mengenai topik masalah yang dihadapi untuk digali dalam kelompok.

Fungsi utama pemimpin pada tahap kegiatan ini adalah memberikan

penguatan secara sistematis dari tingkah laku kelompok yang diinginkan. Selain itu

dapat memberikan dukungan pada kesukarelaan anggota untuk mengambil risiko dan

mengarahkan untuk menerapkan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.

Sedangkan kegiatan yang harus dilakukan pada tahap kegiatan ini adalah:

a. Masing-masing anggota secara bebas mengutarakan pendapat terhadap topik

masalahnya

b. Menetapkan topik/masalah yang akan dibahas terlebih dahulu

c. Anggota membahas masing-masing topik/masalah secara mendalam dan

tuntas

d. Kegiatan selingan

E. Tahap IV (Pengakhiran)

Tahap keempat adalah tahap akhir yang merupakan tahap konsolidasi dan

terminasi. Pada tahap ini “pokok perhatian utama adalah bukanlah berapa kali

kelompok itu bertemu namun pada hasil yang telah dicapai pada kelompok ketika

menghentikan pertemuan” Prayitno (1995). Pada saat kelompok memasuki tahap

pengakhiran, kegiatan kelompok sebaiknya dipusatkan pada pembahasan tentang

apakah anggota kelompk akan mampu menerapkan hal-hal yang telah dipelajari pada

kehidupan anggota sehari-hari. Tugas utama yang dihadapi para anggota selama

tahap akhir yaitu mentransfer apa yang telah mereka pelajari dalam kelompok ke

dunia luar.

Peranan pemimpin kelompok adalah tetap mengusahakan suasana yang

hangat memberikan pernyataan dan mengucapakan terima kasih atas keikutsertaan

anggota serta memberi semangat untuk kegiatan lebih lanjut dengan penuh rasa

persahabatan dan simpati, di samping itu fungsi pemimpin kelompok pada tahap ini

adalah memperjelas arti dari tiap pengalaman yang diperoleh melalui kelompok dan

mengajak para anggota untuk menerapkan dalam kehidupan sehari-hari serta

menekankan kembali akan pentingnya pemeliharaan hubungan antar hubungan

anggota setelah kelompok berakhir.

Kegiatan yang harus dilakukan pada tahap ini adalah:

a. Pemimpin kelompok menyatakan bahwa kegiatan akan segera diakhiri

b. Pemimpin dan anggota kelompok mengemukakan kesan dan hasil-hasil

kegiatan

c. Membahas kegiatan lanjutan

d. Mengemukakan kesan dan harapan

20

Setelah semua tahap terlaksana, kemudian dilakukan evaluasi dan follow up.

Follow up dapat dilaksanakan secara kelompok maupun secara individu. Pada

kegiatan tindak lanjut ini para anggota kelompok dapat membicarakan tentang apa

yang telah ditempuh.

Pemimpin kelompok dapat memberikan evaluasi dengan memberikan

pertanyaan atau wawancara dengan batas tertentu dan dilihat apakah para anggota

sudah menguasai topik yang dibicarakan atau belum. Hal tersebut dapat memberikan

gambaran akan keberhasilan kegiatan kelompok.

2. 3 Hasil Temuan yang relevan

Berdasarkan penelitian Siti Mualifah (2009) yang melakukan penelitian PTBK

“Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran Menata Produk Melalui

Strategi Layanan Bimbingan Kelompok Bagi Siswa Kelas III Penjualan 2 SMK

Negeri 1 Klaten Tahun ajaran 2008/2009”, menunjukkan bahwa skor angket pada

kondisi awal tertinggi 73 meningkat 27% menjadi 100 pada kondisi akhir, dan

predikat ketuntasan pada awal: cukup meningkat menjadi amat baik pada kondisi

akhir dan hasil belajar siswa dalam menata produk meningkat 22%, yaitu dari rata-

rata 66,17 pada kondisi awal menjadi 86,00 pada kondisi akhir.

Berdasarkan penelitian Riza, Anastasia (2012) yang melakukan penelitian

eksperimen “Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Melalui Layanan Bimbingan

Kelompok Field Trip Berbasis Lingkungan Pada Siswa Kelas XI SMA AL-

MUAYYAD Surakarta”, menunjukan bahwa layanan bimbingan kelompok field trip

berbasis lingkungan dapat meningkatkan motivasi belajar pada siswa kelas XI SMA

di Pondok Pesantren Al-Muayyad Surakarta tahun 2012. Analisis data yang

digunakan dalam tindakan ini deskriptif kuantitatif. Hal ini dapat dilihat dari hasil

21

perbandingan antara skor pra tindakan 112,2, skor tindakan I 133,9 dan tindakan II

141,8 yang mengalami peningkatan motivasi belajar pada siswa kelas XI.

Sedangkan menurut penelitian Fadli Van Gobel (2012) yang melakukan

penelitian eksperimen “Pengaruh Layanan Informasi dan Layanan Bimbingan

Kelompok Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas X di Madrasah Aliyah Negeri

Kota Gorontalo”, menunjukkan bahwa layanan informasi dan bimbingan kelompok

berpengaruh dan juga memiliki perbedaan pengaruh terhadap motivasi belajar siswa.

Hasil perhitungan grup esperimen X1, diperoleh harga thitung sebesar -5,76, dan Grup

eksperimen X2 diperoleh harga t hitung sebesar -4,09. sedangkan t daftar pada taraf

nyata 5% sebesar 2,05.

2.4 Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

Penggunaan layanan bimbingan kelompok dapat meningkatkan motivasi belajar

siswa yang rendah pada siswa XI IPS 2 di SMA Negeri 3 Salatiga.