bab ii kajian teori 2.1 2.1.1 think talk write...
TRANSCRIPT
6
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Model Pembelajaran Think Talk Write (TTW)
2.1.1.1 Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pemebelajaran di kelas atau
pembelajaran dalam tutorial. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan
pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamya tujuan-tujuan
pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelejaran,
dan pengelolaan kelas (Arends, 1997: 7). Hal ini sesuai dengan pendapat Joyce
(1992: 4) bahwa “Each model guides us as we design instruction to help students
achive various objectives”. Maksud kutipan tersebut adalah bahwa setiap model
mengarahkan kita dalam merancang pembelajaran untuk membantu peserta didik
mencapai tujuan.
Joyce dan Weil (1992: 1) menyatakan bahwa: “Models of teaching are
really models of learning. As we help student acquire information, ideas, skills,
value, ways of thinking and means of expressing themselves, we are also teaching
them how learn”. Hal ini berarti bahwa model mengajar merupakan model belajar
dengan model tersebut guru dapat membantu siswa untuk mendapatkan atau
memperoleh informasi, ide, keterampilan, cara berpikir dan mengekspresikan ide
diri sendiri. Selain itu mereka juga mengajarkan bagaimana mereka belajar.
Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan
digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap kegiatan
pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas (Kardi, S dan Nur,
2000b: 8). Hal ini sesuai dengan pendapat Joyce (1992: 4) bahwa “Each model us
as we design instruction to help students achive various objective”. Maksud dari
kutipan tersebut adalah bahwa setiap model mengarahkan kita merancangkan
pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan
pembelajaran tercapai.
7
Dalam penelitian ini, yang dimaksud model pembelajaran adalah kerangka
konseptual yang menggambarkan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Fungsi model pembelajaran
adalah sebagai pedoman bagi perancang pengajaran dan para guru dalam
melaksanakan pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran sangat dipengaruhi
oleh sifat dan materi yang akan diajarkan, tujuan yang akan dicapai dalam
pembelajaran tersebut, serta tingkat kemampuan peserta didik.
Sebagaimana pendapat Joice, dkk (1992: 2), model pembelajaran adalah
suatu perencanaan atau pola yang dapat kita gunakan untuk mendesain pola-pola
mengajar secara tatap muka di dalam kelas atau mengatur tutorial, dan untuk
menentukan material/perangkat pemebelajaran termasuk di dalamnnya buku-
buku, film-film, tipe-tipe, program-program media komputer, dan kurikulum
(sebagai kurusus untuk belajar). Setiap model mengarahkan kita untuk mendesain
pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk mencapai berbagai tujuan.
Arends (1997), menyatakan bahwa “the term teaching model refers to a
particular approach to instruction that includes its goals, syntax, eniroment, and
management system”. Istilah model mengarah pada suatu pendekatan
pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungannya, dan sistem
pengolaan.
Berdasarkan uraian di atas, model pembelajaran adalah kerangka konseptual
yang melukiskan prosedur dalam sistematik dan mengorganisaikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman
untuk mencapai tujuan belajar tertentu berfungsi sebagai pedoman bagi perncang
pembelajaran dan para guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran.
2.1.1.2 Hakikat Think Talk Write
Untuk merealisasikan pembelajaran IPS yang melibatkan siswa secara aktif,
dewasa ini telah dikembangkan berbagi strategi pemebelajaran IPS yang
melibatkan penggunaan alat bantu seperti multimedia ataupun tidak. Salah
satunya adalah model pembelajaran Think Talk Write.
Think Talk Write adalah salah satu model dalam pembelajaran kooperatif
yang diperkenalkan oleh Hunker & Launghlin. Pembelajaran ini dimulai berpikir
8
melalui bahan bacaan (menyimak, mengkritisi, dan alternatif solusi. Hasil
bacaanya dikomunikasikan dengan presentasi, diskusi, dan kemudian membuat
laporan hasil presentasi. Menurut Huinker & Laughlin (1996: 81) „’thinking and
talking are important steps in the process of bringing meaning into students’s
writing’’, yaitu berpikir dan berbicara/berdiskusi merupakan langkah penting
dalam proses membawa pemahaman ke dalam tulisan siswa.
Menurut Porter (1992:179) bahwa Think Talk Write (TTW) adalah
pembelajaran dimana siswa diberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
memulai belajar dengan memahami pemasalahan terlebih dahulu, kemudian
terlibat secara aktif dalam diskusi kelompok, dan akhirnya menuliskan dengan
bahasa sendiri hasil belajar yang diperolehnya.
Sedangkan menurut Adriani (2008), Think Talk Write (TTW) merupakan
strategi yang memfasilitasi latihan berbahasa secara lisan dan menulis bahasa
tersebut dengan lancar.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa strategi Think-Talk-Write
(TTW) adalah strategi pembelajaran yang dapat menumbuh kembangkan
kemampuan pemahaman dan komunikasi siswa yang dilaksanakan melalui tiga
tahap yaitu berpikir (think), berdiskusi/berbicara (talk) dan menulis (write).
Model pembelajaran TTW melibatkan 3 tahap penting yang harus
dikembangkan dan dilakukan dalam pembelajaran IPS, yaitu:
1. Think (Berfikir)
Proses berfikir merupakan proses yang dimulai dari penemuan informasi (dari
luar atau diri sendiri), pengolahan, penyimpanan, dan pemanggilan kembali
informasi dari ingatan siswa (Marpaung, dalam Budiarto dan Hartono, 2002 :
481). Dengan demikian dapat dikatakan, pada prinsipnya proses berfikir meliputi
tiga langkah pokok yaitu pembentukan pengertian, pembentukan pendapat dan
penarikan kesimpulan.
Makna dan proses berfikir dapat ditinjau dari dua sisi pandangan yang
berbeda yakni panndangan filsafat dan psikologi. Para ahli filsafat memandang
bahwa otak manusia (mind) sebagai tempat muncul serta tumbuh alasan-alasan
dan nalar. Bidang filsafat memberikan penekanan lebih besar pada studi tentang
9
berfikir kritis (critical thinking) melalui analisis terhadap argumen serta aplikasi
logika. Sementara ahli psikologi lebih memfokuskan pengajiannya mengenai
berfikir pada aspek mekanismenya (mechanism of mind). Lebih khusus lagi, ahli
psikologi kognitif cenderung memberi penekanan pada berfikir kreatif yaitu
bagaimana ide-ide yang merupakan proses berfikir dihasilkan oleh otak manusia
(Suryadi, 2005: 17).
Menurut Marzano, dkk, (dalam Marzuki, 2006) bahwa berfikir yang
dilakukan manusia meliputi empat dimensi yaitu : (1) Metakognisi, merupakan
kesadaran seseorang tentang proses berfikirnya pada saat melakukan tugas
tertentu dan kemudian menggunakan kesadaran tersebut untuk mengontrol apa
yang dilakukan. (2) Berfikir kritis dan kreatif, merupakan dua komponen yang
sangat mendasar. Berfikir kritis merupakan prosess penggunaan kemampuan
berfikir secara efektif yang dapat membantu seseorang untuk membuat,
mengevaluasi, serta mengambil keputusan tentang apa yang diyakini serta
dilakukan. Sedangkan berfikir kreatif merupakan kemampuan bersifat spontan,
terjadi karena adanya arahan yang bersifat internal dan keberadaannya tidak dapat
diprediksi. (3) Proses berfikir, memiliki delapan komponen utama yaitu
pembentukan konsep, pembentukan prinsip, pemahaman, pemecahan masalah,
pengambilan keputusan, penelitian, penyusunan dan berwacana secara oral. (4)
Kemampuan berfikir utama, juga memiliki delapan komponen yaitu :
memfokuskan, kemampuan mendapatkan informasi, kemampuan mengingat,
kemampuan, menganalisa, mengorganisasikan, menganalisa, menghasilkan,
mengintegrasi, serta mengevaluasi.
Pada tahap Think siswa membaca teks berupa permasalahan-permasalahan.
Dalam tahap ini siswa secara individual memikirkan kemungkinan jawaban
(strategi penyelesaian), membuat catatan kecil tentang ide-ide yang terdapat pada
bacaan, dan hal-hal yang tidak dipahaminya sesuai dengan bahasannya sendiri.
Menurut Weiderhold (dalam Ansari, 2003) membuat catatan berarti
menganalisis tujuan isi teks dan memeriksa bahan-bahan yang ditulis. Selain itu
belajar rutin membuat catatan setelah membaca, akan merangsang aktivitas
10
berfikir sebelum, selama dan sesudah membaca sehingga dapat mempertinggi
pengetahuan dan dapat kemampuan berfikir dan menulis.
Aktivitas berfikir (Think) dapat dilihat dari proses membaca suatu
permasalahan, kemudian membuat catatan apa yang telah dibaca. Menurut Narode
(dalam Ansari, 2003) dalam model ini teks bacaan seringkali disertai panduan
yang bertujuan untuk mempermudah diskusi dan pengembangan pemahaman
konsep kimia siswa.
2. Talk (berbicara)
Pada tahap talk peserta didik diberi kesempatan untuk merefleksikan,
menyusun, dan menguji ide-ide kegiatan diskusi dalam kelompok. Hunker dan
laughlin (1996:81) “Classroom opportunities for talk enable students to (1)
connect the language they know from their own personal experiences and
backgrounds with the language of mathematics, (2) analyzes and synthesizes
social ideas, (3) fosters collaboration and helps to build a learning community in
the classroom”. Artinya, peserta didik yang diberikan kesempatan untuk
berdiskusi dapat: (1) mengkoneksikan bahasa yang mereka tahu dari pengalaman
dan latar belakang mereka sendiri dengan bahasa ilmu pengetahuan sosial, (2)
menganalisis dan mensintesis ide-ide, (3) memelihara kolaborasi dan membantu
membangun komunitas pembelajaran di kelas.
Selain itu, Huinker dan Laughlin (1996: 88) juga meyebutkan
bahwa Talking encourages the exploration of words and the testing of ideas.
Talking promotes understanding. When students are given numerous
opportunities to talk, the meaning that is constructed finds its way into students’
writing, and the writing further contributes to the construction of
meaning. Artinya, berdiskusi dapat meningkatkan eksplorasi kata dan menguji
ide. Berdiskusi juga dapat meningkatkan pemahaman. Ketika peserta didik
diberikan kesempatan yang banyak untuk berdiskusi, pemahaman akan terbangun
dalam tulisan peserta didik, dan selanjutnya menulis dapat memberikan kontribusi
dalam membangun pemahaman. Intinya, pada tahap ini peserta didik dapat
mendiskusikan pengetahuan mereka dan menguji ide-ide baru mereka, sehingga
11
mereka mengetahui apa yang sebenarnya mereka tahu dan apa yang sebenarnya
mereka butuhkan untuk dipelajari.
Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari (2008:86) mengutarakan talk penting
dalam pembelajaran karena sebagai cara utama untuk berkomunikasi dalam
pembelajaran, pembentukan ide (forming ideas) melalui proses talking, untuk
meningkatkan dan menilai kualitas berpikir karena talking dapat membantu
mengetahui tingkat pemahaman peserta didik.
Pada tahap talk memungkinkan peserta didik untuk terampil berbicara. Pada
tahap ini peserta didik akan berlatih melakukan komunikasi IPS dengan anggota
kelompoknya secara lisan. Masalah yang akan didiskusikan merupakan masalah
yang telah peserta didik pikirkan sebelumnya pada tahap think. Pada umumnya
peserta didik menurut Huinker dan Laughlin (1996:82) talking dapat berlangsung
secara alamiah tetapi tidak menulis. Proses talking dipelajari peserta didik melalui
kehidupannya sebagai individu yang berinteraksi dengan lingkungan sosial.
Dengan berdiskusi dapat meningkatkan aktivitas peserta didik dalam kelas.
Berkomunikasi dalam diskusi menciptakan lingkungan belajar yang memacu
peserta didik berkomunikasi antar peserta didik dapat meningkatkan pemahaman
peserta didik karena ketika peserta didik berdiskusi, peserta didik mengkonstruksi
berbagai ide untuk dikemukakan.
3. Write (menulis)
Masingila dan Wisniowska (1996:95) menyebutkan bahwa writing can help
students make their tacit knowledge and thoughts more explicit so that they can
look at, and reflect on, their knowledge and thoughts. Artinya, menulis dapat
membantu peserta didik untuk mengekspresikan pengetahuan dan gagasan yang
tersimpan agar lebih terlihat dan merefleksikan pengetahuan dan gagasan mereka.
Writing in social studies are the social sciences helps realize one of the
major goals in teaching, namely, that students understand the material being
studied (Shield dan Swinson, 1996:35). Artinya, menulis dalam ilmu pengetahuan
sosial dapat merealisasikan tujuan utama dalam pembelajaran, yaitu pemahaman
peserta didik tentang materi yang telah diajarkan. Selain itu melalui kegiatan
menulis dalam pembelajaran IPS, peserta didik diharapkan dapat memahami
12
bahwa IPS dibangun melalui suatu proses berpikir yang dinamis, dan diharapkan
pula dapat memahami bahwa IPS merupakan bahasa atau alat untuk
mengungkapkan ide.
Masingila dan Wisniowska (1996:95) juga menyebutkan bahwa for teacher,
writing can elicit (a) direct communication from all members of a class, (b)
information about student’s errors, misconception, thought habits, and beliefs, (c)
various students’ conceptions of the same idea, and (d) tangible evidence of
students’ achievement. Artinya, manfaat tulisan peserta didik untuk guru adalah
(1) komunikasi langsung secara tertulis dari seluruh anggota kelas, (2) informasi
tentang kesalahan-kesalahan, miskonsepsi, kebiasaan berpikir, dan keyakinan dari
para peserta didik, (3) variansi konsep peserta didik dari ide yang sama, dan (4)
bukti yang nyata dari pencapaian atau prestasi peserta didik.
Aktivitas menulis peserta didik pada tahap ini meliputi: menulis solusi
terhadap masalah/pertanyaan yang diberikan termasuk perhitungan,
mengorganisasikan semua pekerjaan langkah demi langkah (baik
penyelesaiannya, ada yang menggunakan diagram, grafik, ataupun tabel agar
mudah dibaca dan ditindaklanjuti), mengoreksi semua pekerjaan sehingga yakin
tidak ada perkerjaan ataupun perhitungan yang ketinggalan, dan meyakini bahwa
pekerjaannya yang terbaik, yaitu lengkap, mudah dibaca dan terjamin keasliannya
(Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari, 2008:88).
Pada tahap ini peserta didik akan belajar untuk melakukan komunikasi
pembelajaran IPS secara tertulis. Berdasarkan hasil diskusi, peserta didik dimita
untuk menuliskan penyelesaian dan kesimpulan dari masalah yang telah
diberikan. Apa yang peserta didik tuliskan pada tahap ini mungkin berbeda
dengan apa yang peserta didik tuliskan pada catatan individual (tahap think). Hal
ini terjadi karena setelah peserta didik berdiskusi ia akan memperoleh ide baru
untuk menyelesaikan masalah yang telah diberikan.
Kesimpulannya Think Talk Write adalah pembelajaraan dimana siswa
diberikan kesempatan kepada siswa untuk memulai belajar dengan memahami
permasalahan terlebih dahulu, kemudian terlibat secara aktif dalam diskusi
13
kelompok, dan akhirnya menuliskan dengan bahasa sendiri hasil belajar yang
diperolehnya.
2.1.1.3 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Think Talk Write
Untuk mewujudkan pembelajaran yang sesuai dengan harapan diatas,
dirancang pembelajaran yang mengikuti langkah-langkah berikut :
Langkah-langkah pembelajaran dengan strategi TTW (think talk write)
menurut Helmaheri (2004: 21-22) adalah sebagai berikut :
1. Pendahuluan
a. Guru menginformasikan materi yang akan dipelajari dan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai.
b. Guru mengingatkan kembali teknik pembelajaran dengan strategi TTW ,
tugas-tugas, dan aktivitas siswa.
c. Guru melakukan apersepsi.
d. Guru memberikan motivasi agar siswa berperan aktif dalam pembelajaran.
e. Guru membagi siswa dalam kelompok kecil yang terdiri dari 3 sampai 4
siswa.
2. Kegiatan Inti Pembelajaran
a. Guru membagikan Lembar Kerja Siswa kepada siswa yang memuat
masalah.
b. Siswa membaca soal LKS, memahami masalah secara individual,
menuangkan ide-idenya mengenai kemungkinan jawaban dan atau langkah
penyelesaian atas permasalahan yang diberikan (think).
c. Siswa berinteraksi dan berkolaborasi degan teman satu kelompok
mendiskusikan langkah penyelesaiannya (saling bertukar ide/sharing) agar
diperoleh kesepakatan-kesepakatan kelompok (talk).
d. Siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan pembelajaran IPS yang
diperolehnya setelah diskusi kemudian menuliskan semua jawaban atas
permasalahan yang diberikan secara lengkap, jelas dan mudah dibaca
(write).
e. Selama diskusi berlangsung guru dan observer bersifat sebagai mediator dan
membantu seperlunya jika sekiranya diperlukan.
14
f. Satu kelompok ditunjuk untuk melakukan presentasi di dalam kegiatan
pembelajaran kemudian melakukan tanya jawab terhadap kelompok yang
lain.
3. Penutup
Guru bersama siswa membuat refleksi dan kesimpulan dari materi yang telah
dipelajari. .
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa interaksi yang diharapkan pada
strategi Think-Talk-Write adalah siswa dalam kelompoknya berfikir (think) baik
dalam mempelajari materi maupun memecahkan masalah yang dihadapi,
berbicara/saling berdiskusi, bertukar pendapat (talk), dan menuliskan hasil diskusi
baik berupa rangkuman materi ataupun hasil pemecahan masalah (write) agar
kompetensi yang diharapkan tercapai.
Diharapkan melalui strategi Think Talk Write ini siswa mampu berpikir
secara mandiri dan mengasah kepekaan dan keterampilannya berpikir dan
memecahkan masalah yang dihadapi sehingga dapat meningkatkan kemandirian
dalam belajarnya.
2.1.1.4 Kelebihan dan Kekurangan Think Talk Write
Adapun kelebihan dan kekurangan dalam model pembelajaran Think Talk
Write ada pada tabel 2.1
Tabel 2.1
Model Pembelajaran Think Talk Write
Kelebihan Kelemahan
1. Siswa menjadi lebih kritis
2. Semua siswa lebih aktif
dalam proses pembelajaran.
3. Siswa lebih paham terhadap
materi yang dipelajari
1. Siswa akan cukup merasa
terbebani dengan tugas
yang banyak
2. Waktu untuk satu materi
cukup banyak
15
2.1.2 Hasil Belajar
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,
sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar
berupa : (1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan
dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara
spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan
masalah. (2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan
konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan
mengategorisasi, kemampuan analtis-sintesis, fakta konsep, dan mengembangkan
prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan
melakukan aktvitas kognitif bersifat khas. (3) Strategi kognitif yaitu kecakapan
menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini
meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah. (4)
Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani
dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasamani. (5)
Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak obyek berdasakan penilaian
terhadap obyek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan
eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai
sebagai satandar perilaku.
Menurut Bloom, hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, efektif
psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan),
comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application
(menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), syinthesis
(mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation
(menilai). Domain efektif adalah receiving (sikap menerima), responding
(memeberikan respons), valving (nilai), organization (organisasi), characterization
(karakterisasi). Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan rountized.
Psikomotor juga mencangkup keterampilan produktif, tekni, fisik, sosial,
manjerial, dan intelektual. Sementara, menurut Lindgren hasil belajar meliputi
kecakapan, informasi, penegertian dan sikap.
16
Dengan memperhatikan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu
aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil belajar yang dikategorisasikan oleh
pakar pendidik sebagaimana tersebut di atas tidak dilihat secara fragmentaris atau
terpisah, melainkan komprehensif.
2.1.3 Pengertian IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial)
Rumusan tentang pengertian IPS telah banyak dikemukakan oleh para ahli
IPS atau social studies. Di sekolah-sekolah Amerika pengajaran IPS dikenal
dengan social studies. Jadi, istilah IPS merupakan terjemahan social studies.
Dengan demikian IPS dapat diartikan dengan “penelaahan atau kajian tentang
masyarakat”. Dalam mengkaji masyarakat, guru dapat melakukan kajian dari
berbagai perspektif sosial, seperti kajian melalui pengajaran sejarah, geografi,
ekonomi, sosiologi, antropologi, politik-pemerintahan, dan aspek psikologi sosial
yang disederhanakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk memperoleh
gambaran yang lebih luas tentang IPS, maka penting untuk dikemukakan beberapa
pengertian social studies dan IPS menurut para ahli : (1) Edgar B Wesley
menyatakan bahwa “social studies are the social sciences simplified for
paedagogieal purposes in school. The social studies consist of geografy history,
economic, sociology, civics and various combination of these subjects”. IPS
adalah ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk tujuan di sekolah. Penelitian
sosial terdiri dari sejarah geografy, ekonomi, sosiologi, kewarganegaraan dan
berbagai kombinasi mata pelajaran tersebut. (2) John Jarolimek mengemukakan
bahwa “The social studies as a part of elementary school curriculum draw
subject-matter content from the social science, history, sociology, political
science, social psychology, philosophy, antropology, and economic. The social
studies have been defined as “ those portion of the social science… selected for
instructional purposes”. IPS sebagai bagian dari kurikulum sekolah dasar
menggambar konten subyek dari ilmu sosial, sejarah, sosiologi, ilmu politik,
psikologi sosial, filsafat, antropology, dan ekonomi. Penelitian sosial telah
didefinisikan sebagai "orang-orang bagian dari ilmu sosial ... dipilih untuk tujuan
instruksional"
17
Demikian beberapa pengertian yang dikembangkan di Amerika Serikat oleh
beberapa tokoh pendidikan terkenal. Pengembangan IPS di Indonesia banyak
mengambil ide-ide dasar dari pendapat-pendapat yang dikembangkan di Amerika
Serikat tersebut. Tujuan, materi, dan penanganannya dikembangkan sendiri sesuai
dengan tujuan nasional dan aspirasi masyarakat Indonesia. Hal ini didasarkan
pada realitas, gejala, dan problem sosial yang menjadi kajian IPS yang tidak sama
dengan negara-negara lain. Setiap negara memiliki perkembangan dan model
pengembangan social studies yang berbeda. Berikut pengertian IPS yang
dikemukakan oleh beberapa ahli pendidikan dan IPS di Indonesia. (1) Moeljono
Cokrodikardjo mengemukakan bahwa IPS adalah perwujudan dari suatu
pendekatan interdisipliner dari ilmu sosial. Ia merupakan integrasi dari berbagai
cabang ilmu sosial yakni sosiologi, antropologi budaya, psikologi, sejarah,
geokrafi, ekonomi, ilmu politik dan ekologi manusia, yang diformulasikan untuk
tujuan instruksional dengan materi dan tujuan yang disederhanakan agar mudah
dipelajari. (2) Nu‟man Soemantri menyatakan bahwa IPS merupakan pelajaran
ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk pendidikan tingkat SD, SLTP, dan
SLTA. Penyederhanaan mengandung arti: (a) menurunkan tingkat kesukaran
ilmu-ilmu sosial yang biasanya dipelajari di universitas menjadi pelajaran yang
sesuai dengan kematangan berfikir siswa siswi sekolah dasar dan lanjutan, (b)
mempertautkan dan memadukan bahan aneka cabang ilmu-ilmu sosial dan
kehidupan masyarakat sehingga menjadi pelajaran yang mudah dicerna. (3) S.
Nasution mendefinisikan IPS sebagai pelajaran yang merupakan fungsi atau
paduan sejumlah mata pelajaran sosial. Dinyatakan bahwa IPS merupakan bagian
kurikulum sekolah yang berhubungan dengan peran manusia dalam masyarakat
yang terdiri atas berbagai subjek sejarah, ekonomi, geografi, sosiologi,
antropologi, dan psikologi social. (4) Tim IKIP Surabaya mengemukakan bahwa
IPS merupakan bidang studi yang menghormati, mempelajari, mengolah, dan
membahas hal-hal yang berhubungan dengan masalah-masalah human
relationship hingga benarbenar dapat dipahami dan diperoleh pemecahannya.
Penyajiannya harus merupakan bentuk yang terpadu dari berbagai ilmu sosial
yang telah terpilih, kemudian disederhanakan sesuai dengan kepentingan sekolah.
18
Dengan demikian pembelajaran IPS yang dilaksanakan baik pada
pendidikan dasar maupun pada pendidikan tinggi tidak menekankan pada aspek
teoritis keilmuannya, tetapi aspek praktis dalam mempelajari, menelaah, mengkaji
gejala, dan masalah sosial masyarakat, yang bobot dan keluasannya disesuaikan
dengan jenjang pendidikan masing-masing. Kajian tentang masyarakat dalam IPS
dapat dilakukan dalam lingkungan yang terbatas, yaitu lingkungan sekitar sekolah
atau siswa dan siswi atau dalam lingkungan yang luas, yaitu lingkungan negara
lain, baik yang ada di masa sekarang maupun di masa lampau. Dengan demikian
siswa dan siswi yang mempelajari IPS dapat menghayati masa sekarang dengan
dibekali pengetahuan tentang masa lampau umat manusia. Dengan bertolak dari
uraian di depan, kegiatan belajar mengajar IPS membahas manusia dengan
lingkungannya dari berbagai sudut ilmu sosial pada masa lampau, sekarang, dan
masa mendatang, baik pada lingkungan yang dekat maupun lingkungan yang jauh
dari siswa dan siswi. Oleh karena itu, guru IPS harus sungguh-sungguh
memahami apa dan bagaimana bidang studi IPS itu.
2.2 Hasil Penelitian yang Relevan
Beberapa hasil penelitian berikut ini menunjukkan hasil penelitian yang
berhubungan dengan variabel yang akan diteliti :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Yuniar Prasasti FKIP UNIVERSITAS
SEBELAS MARET (2010) yang berjudul “PENGARUH PENGGUNAAN
STRATEGI PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE DISERTAI MODUL
HASIL PENELITIAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X
SMA NEGERI 2 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2011/2012”
Berdasarkan hasil penelitian mengenai penerapan strategi pembelajaran Think
Talk Write disertai modul hasil penelitian terhadap hasil belajar siswa kelas
X SMA Negeri 2 Sukoharjo dapat disimpulkan bahwa penerapan strategi
pembelajaran Think Talk Write disertai modul hasil penelitian memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar ranah psikomotor siswa kelas
X SMA Negeri 2 Sukoharjo.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Toni Mistyardi, Mumun Nurmilawati (2012)
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi Program Studi Pendidikan
19
Biologi, Universitas Nusantara PGRI Kediri dalam jurnal yang berjudul
“Pengaruh Pembelajaran Inovatif Model TTW (Think Talk Write) Pada
Bahasan Protista Terhadap Hasil Belajar Kelas X Semester Ganjil di SMA
Negeri 6 Kediri Tahun Pelajaran 2011/2012” menyatakan bahwa hasil belajar
pembelajaran Inovatif Model TTW (Think Talk Write) berpengaruh sangat
signifikan terhadap hasil belajar peserta didik kelas X SMA Negeri 6 Kediri
tahun pelajaran 2011-2012 dan Pembelajaran Inovatif Model TTW (Think
Talk Write) ternyata dapat dijadikan alternatif model pembelajaran dan
penerapan model pembelajaran Inovatif Model TTW (Think Talk Write)
sangat baik, sehingga memberikan hasil belajar yang baik pula bagi prestasi
belajar peserta didik.
3. Berdasarkan skripsi Fadhly, Hasan R.F.S (2010) dengan judul “Pengaruh
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Think Talk Write (TTW) Terhadap
Hasil Belajar IPS Geografi pada Kompetensi Dasar Hidrosfer Siswa Kelas
VII MTs Surya Buana Malang”. Hasil analisis data menunjukkan bahwa hasil
belajar IPS Geografi pada Kompetensi Dasar Hidrosfer siswa menggunakan
Model Pembelajaran Think Talk Write lebih baik daripada siswa tidak
menggunakan Model Pembelajaran Think Talk Write. Dengan demikian dapat
dikemukakan bahwa penggunaan Model Pembelajaran Think Talk Write
berpengaruh pada hasil Belajar IPS Geografi siswa.
2.3 Kerangka Berpikir
Berdasarkan KTSP yang mempunyai ciri utama bahwa pembelajaran
berpusat pada siswa, maka siswa merupakan unsur utama dalam pembelajaran dan
harus berperan aktif dalam meningkatkan keterampilan berfikir, salah satunya
adalah keterampilan berfikir kreatif. Banyak faktor penunjang proses belajar
mengajar ini salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran.
Secara garis besar, Think-Talk-Write (TTW) merupakan model pembelajaran
yang menuntut siswa untuk berperan aktif dalam proses belajar-mengajar melalui
tiga tahapan, untuk dapat memperjelas dibawah ini adalah Think, merupakan
proses berfikir yang dimulai dari penemuan informasi baik dari luar maupun dari
diri siswa sendiri, pengolahan, penyimpanan dan pemanggilan kembali
20
informasidari ingatan siswa. Talk, yaitu berkomunikasi dengan kata-kata yang
mereka pahami. Write, menuliskan dan mengktruksi ide setelah berdiskusi dan
berdialog antar teman dan kemudian mengungkapkannya melalui tulisan.
Adapun gambar skema 2.2 di bawah ini untuk memperjelas pemahaman
tentang proses model pembelajaran Think Talk Write (TTW)
Gambar 2.2 Skema Kerangka Berfikir
Model Pembelajaran Think Talk Write
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan deskripsi teoritis dan kerangka berpikir, maka hepotesis
penelitian yaitu hasil belajar (tingkat ketuntasan) kelas V mata pelajaran IPS
dengan model pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) diharapkan lebih baik
daripada tanpa menggunakan model pembelajaran Think-Talk-Write (TTW).
Pengujian Hipotesis ini antara lain :
GURU
Situasi masalah THINK
Membaca teks dan
membuat catatan
secara individual
TALK
Interaksi dalam grup untuk
membahas kelompok
WRITE
Konstruksi hasil dari think
dan talk secara individual
Menulis
21
Yaitu “rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen sama dengan
rata-rata hasil belajar siswa kelompok kontrol artinya tidak ada pengaruh
penggunaan model pembelajaran Think Talk Write (TTW) terhadap hasil belajar
IPS siswa kelas V SDN I Gondel Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora
Tahun Pelajaran 2013/2014.
Yaitu “rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen ada perbedaan
dari rata-rata hasil belajar siswa kelompok kontrol artinya adanya pengaruh
penggunaan model pembelajaran Think Talk Write (TTW) dan model konvesional
terhadap hasil belajar mata pelajaran IPS kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol.