bab ii kajian teoretis dan hipotesis 2.1 pengertian...

24
6 BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS 2.1 Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, komputer, kurikulum, dan lain-lain. Selanjutnya Joyce menyatakaan bahwa setiap model peserta didik sedemikin rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Maksud dari tujuan pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar, Joyce ( dalam Trianto, 2007: 5) Pembelajaran mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk membantu Pembelajaran dalam suatu definisi dipandang sebagai upaya memengaruhi siswa agar belajar, atau secara singkat dapat dikatakan bahwa pembelajaran sebagai upyah membelajarkan siswa. Akibat yang mungkin tampak dari tindakan pembelajaran adalah siswa akan (1) belajar sesuatu yang mereka tidak akan mereka pelajari tanpa adanya tindakan pembelajar, atau (2) mempelajari sesuatu dengan cara yang lebih efisien.

Upload: vuongthuan

Post on 29-Apr-2019

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

6

BAB II

KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS

2.1 Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan

sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran

dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di

dalamnya buku-buku, komputer, kurikulum, dan lain-lain. Selanjutnya Joyce

menyatakaan bahwa setiap model peserta didik sedemikin rupa sehingga tujuan

pembelajaran tercapai. Maksud dari tujuan pembelajaran adalah kerangka konseptual

yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman

belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi

para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar

mengajar, Joyce ( dalam Trianto, 2007: 5)

Pembelajaran mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk

membantu Pembelajaran dalam suatu definisi dipandang sebagai upaya memengaruhi

siswa agar belajar, atau secara singkat dapat dikatakan bahwa pembelajaran sebagai

upyah membelajarkan siswa. Akibat yang mungkin tampak dari tindakan

pembelajaran adalah siswa akan (1) belajar sesuatu yang mereka tidak akan mereka

pelajari tanpa adanya tindakan pembelajar, atau (2) mempelajari sesuatu dengan cara

yang lebih efisien.

7

Belajar pada hakikatnya merupakan kegiatan yang dilakukan secara sedar

untuk menhasilkan suatu perubahan, menyangkut pengetahuan, keterampilan, sikap

dan nilai-nilai. Belajar untuk mengetahui dan melakukan diharapkan dapat

menciptakan manusia-manusia yang produktif dak kreatif, Uno ( 2012:54)

Guru, instruktur, atau dosen seringkali menyamakan istilah pengajaran dan

pembelajaran. Padahal pengajaran (instructional) lebih mengarah pada pemberian

pengetahuan dari guru kepada siswa yang kadang kala berlangsung secara sepihak.

Sedangkan pembelajara (learning) adalah suatu kagiatan membelajarkan siswa secara

terintegrasi dan memperhitungkan factor lingkungan belajar, karakteristik siswa,

karakteristik bidang studi serta berbagai strategi pembelajaran. Hal ini terjadi karena

ilmu pembelajaran (learning science) dipandang sebagai suatu disiplin yang masih

relative mudah, menaruh perhatian pada upayah untuk meningkatkan pemahaman dan

memperbaiki proses pembelajaran.

Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada

strategi, metode atau prosedur. Model pengajaran mempunyai empat cirri khusus

yang tidak dimiliki oleh strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut adalah: (a)

rasional teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya, (b)

landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran

yang dicapai), (c) tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat

dilaksanakan dengan berhasil, dan (d) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan

pembelajaran itu dapat tercapai, Kardi dkk ( dalam Trianto, 2007:6)

8

Selain cirri-ciri khusus pada suatu model pembelajaran, suatu model

pembelajaran dikatakan baik jika memenuhi criteria sebagai berikut:

1. Sahih (valid). Aspek validitas dikaitakan dengan dua hal yaitu: (a) apakah

model yang dikembangkan didasarkan pada rasional teoritik yang kuat, dan (b)

apakah terdapat konsistensi internal.

2. Praktis. Aspek kepraktisan hanya dapat dipenuhi jika: (a) para ahli dan praktisi

menyatakan bahwa apa yang dikembangkan dapat diterapkan, dan (b)Kenyataan

menuntukkan bahwa apa yang dikembangkan tersebut dapat diterapkan.

3. Efektif. Berkaitan dengan aspek efektivitas ini, Nieveen memberikan parameter

sebagai berikut: (a) ahli dan praktisi berdasar pengalamannya menyatakan

bahwa model tersebut efektif, dan (b) secara operasional model tersebut

memberikan hasil sesui yang diharapkan, Nieveen (dalam Trianto, 2007: 8)

2.2 Pengembangan Model Pembelajaran

Penelitian pengembangan adalah suatu proses yang dilakukan untuk

mengembangkan suatu produk pendidikan kemudian divalidasi. Penelitian

pengembangan dilakukan karena adanya masalah yang terkait dalam suatu perangkat

pembelajaran yang kurang tapat, yang bertujuan untuk menghasilkan suatu perangkat

pembelajaran, seperti: rencana pelaksanaan pembelajaran, silabus, media, Lembar

karja siswa, bahan ajar, model pembelajaran, metode, dan lain-lain, dalam penelitian

penulis kedepan adalah penelitian pengembangan model pembelajaran.

9

Terkait dengan model, Tim Puslitjaknov (dalam Nusa Putra, 2007:133)

menguraikan: Model pengembangan merupakan dasar untuk mengembangkan produk

yang akan dihasilkan. Model pengembangan dapat berupa model procedural, model

konseptual, dan model teoritik. Model procedural adalah model yang bersifat

deskriptif, menunjukan langkah-langkah yang harus di ikuti untuk menghasilkan

produk. Model konseptual adalah model yang bersifat analitis, yang menyebutkan

komponen-komponen produk, menganalisis komponen secara rinci dan menunjukan

hubungan antar komponen yang akan dikembangkn. Model teoritik adalah model

yang menggambarkan kerangka berfikir dan didasarkan pada teori-teori yang relevan

dan didukung oleh data empirik.

Melihat tingkat kelayakan suatu model pembelajaran yang digunakan, untuk

aspek validitas dibutuhkan ahli dan praktisi untuk memvalidasi model pembelajaran

yang dikembangkan, sedangkan untuk aspek kepraktisan dan efektivitas diperlukan

suatu perangkat pembelajaran untuk melaksanakan model pembelajaran yang

dikembangkan. Sehingga untuk melihat kedua aspek ini perlu dikembangkan suatu

perangkat pembelajaran untuk suatu topik tertentu yang sesuai dengan model

pembelajaran yang dikembangkan. Selain itu dikembangkan pula instrument

penelitian yang sesuai dengan tujuan yang diinginkan, Khabibah (dalam Trianto,

2007: 8)

Model yang dikembangakan dengan R&D ( Research & Development) beranjak

dari fakta, biasanya disebut model induktif. Bila bertolak dari teori dinamai model

deduktif. Biasanya juga dikembangkan sekaligus secara induktif dan deduktif, yang

10

disebut model campuran. Model yang terakhir ini yang paling banyak digunakan

dalam R & D. R & D biasanya berupaya melakukan inovasi yang sungguh-sungguh

baru. Namun, sering kali memperbarui atau meningkatkan, memodifikasi dan

mempercanggih apa yang telah ada sebelumnya. Contohnya pada perkembangan

model computer, laptop dan telepon seluler sekarang ini cenderung mempercanggih

apa yang telah ada. Begitu juga pengembangan perangkat pembelajaran bertujuan

untuk untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, dan dapat menarik

minat belajar siswa agar tujuan pembelajaran dari model pembelajaran dapat tercapai.

Langkah-langkah pengembangan model pembelajaran yaitu berangkat dari

suatu fakta, misalnya seperti yang di alami penulis ketika melakukan praktek

pengalaman lapangan (PPL-II) yaitu mengenai karakteristik para siswa yang berbeda-

beda terhadap suatu proses pembelajaran berlangsung, dan para guru tidak terampil

dalam menciptakan suasana pembelajaran yang menarik, maka masalahnya jika

katrakteristik siswa negative dalam suatu proses pembelajaran yang sedang

berlangsung berarti tujuan pembelajaran tidak akan tercapai dengan baik dan para

guru tidak mampu menciptakan suatu suasana belajar yang menarik. Ini akan

menyebabkan nilai dari para peserta didik akan terancam rendah. Oleh karena itu

langkah-langkah untuk menciptakan suatu produk baru agar pembelajaran dapat

menari siswa untu terlibat aktif. Untuk mendapatkan gambaran yang rinci, utuh dan

sistematis, berikut diuraikan ringkasan padat tahapan dan proses pelaksanaan

penelitian itu, tahap demi tahap:

11

A. Tujuan Perumusan Model

Untuk mencapai tujuan perumusan model yang terfokus pada pengembangan

modeldalam penelitian dan pengembangan (R&D), maka akan dirumuskan

operasional yang sifatnya lebih spesifik,yaitu: (a) merumuskan model pembelajaran

yang mengintegrasikan kecakapan emosional dan kreativitas untuk membentuk

prilaku positif, model ini dikembangkan dan dinilai dengan lebih berpusat pada

mempraktikan prilaku didalam proses pembelajaran; (b) menguji coba model secara

empiris dalam proses pembelajaranagar dapat diperbaiki dan lebih lanjut

dikembangkan; (c) merumuskan instrument penilaian pada proses pembelajaran,

pembelajaran kecakapan emosional dan kreatifitas. Tujuan utama R & D dalam

penelitian ini bukanlah mengkaji atau merumuskan teori, melainkan menghasilkan

suatu produk yang efektif untuk proses pembelajaran, Nusa Putra ( 2011: 165)

B. Proses Pengembangan Model

Merumuskan dan mengembangkan model pembelajaran, digunakan metode

penelitian dan pengembangan (R & D. Tahap pengembangan model dalam

pembelajaran dapat dilihat dalam diagram sebagai berikut:

12

Gambar 1. Desain Tahap Pengembangan Model

Gambar diatas mengenai modifikasi tentang pengembangan model dapat di

jelaskan sebagai berikut:

Karakteristik Belajar

Merumuskan Model Teoritis

Pembiasaan Mengajar

Melakukan Uji Coba

Laporan

Desminasi Produk

Uji Coba Lanjutan

Melakukan Uji Coba Empiris

Revisi Model dan Instrumen

Revisi Model Pembelajaran

Revisi Model dan Instrumen

Model Kooperatif

Identifikasi Tingkah Laku Awal

13

1. Mengidentifikasi tingkah laku awal/ karakteristik siswa.

Mengidentifikasi tingkah laku awal/ karakteristik siswa. Ketika melakukan

analisis terhadap ketrampilan yang perlu dilatihkan dan tahapan prosedur yang perlu

dilewati, juga harus dipertimbangkan ketrampilan apa yang telah dimiliki siswa serta

yang tidak dimiliki siswa saat mengikuti pelajaran, sehinnga guru dapat menyiapkan

apa yang dibutuhkan siswa.

2. Karakteristik Belajar.

Karakter belajar didalam kelas biasanya banyak hal-hal yang terjadi, ada

peserta didik yang dalam proses belajar mengajar banyak bermain, ada yang tidak

memperhatikan penjelasan guru, dan lain-lain. Setelah guru mengidentifikasi tingkah

laku awal siswa, maka guru sudah dapat mengetahui karakter belajar siswa dalam

proses pembelajaran.

3. Merumuskan Model Teoritis

Tahapan ini dikaji sejumlah teori yang akan diintegrasikan dalam perumusan

model, sebagai hasilnya dirumuskn model pembelajaran untuk mengukur prilaku dan

kreativitas siswa terhadap materi pembelajaran. Yang terpenting materi pembelajaran,

tetapi model pembelajaran yang dikembangkan berpusat bagaimana nilai-nilai

terhadap karakteristik dan kraetivitas siswa dalam proses pembelajaran.

4. Mendapatkan Data Dasar

Tahapan ini dilakukan observasi di kelas uji coba sebelum penggunaan model,

agar kita mendapatkan gambaran tentng keadaan pembelajaran sebagaimana proses

pembelajaran berlangsung. Guru mengajarkan materi yang telah dirancang sendiri

14

sesuai sesuai dengan perkembangan pembelajaran, guru pengamat yang dibantu

dengan lembar pengamatan, mengamati seluruh proses pembelajaran yang sedang

berlangsung, hasil dari kegiatan ini adalah dapat berupa data atau informasi yang

merupakan data dasar.

5. Pembiasaan Mengajar

Pelatihan dilakukan setelah mendapatkan data dasar agar dapat dibedakan

pengajaran yang biasa dilakukan guru dengan pembelajaran menggunakan model.

Pelatihan guru dilakukan agar para guru pelaksana model dan guru pengamat

memahami model dan dapat melaksanakannya. Pelatihan dilakukan dengan cara

berdiskusi antar peneliti, guru pelaksana model dan guru pengamat setelah

mempelajari buku panduan model pembelajaran.

6. Melakukan Uji Coba

Uji coba dilakukan secara empiris dengan cara menguji penggunaan model

dalam proses pembelajaran. Uji coba ini mengambil bentuk meminta masukan, kritik,

saran, analisis dari para ahli dan para guru yang berpengalaman yang dimintai untuk

mencaritemukan berbagai kelemahan dan keunggulan model. Baik secara konseptual,

teoritis, maupun implementasi model.

7. Revisi Model dan Instrument

Masukan, saran, kritik, dan rekomendasi dari para ahli dan guru berpengalaman

semua dicatat dan dijadikan dasar untuk memperbaiki model pembelajaran yang

digunakan dan instrumennya.

15

8. Melakukan Uji Coba Empiris

Uji coba model embelajaran dilakukan dengan bantuan guru-guru sebagai

kolaborator pelaksana model, dan pengamat. Uji coba ini bertujuan untuk melihat

titik lemah dan kekurangan model agar dapat diperbaiki dan lebih disempurnakan.

Juga untuk mendapatkan data empiris guna mengetahui kendala-kendala

pelaksanaannya dalam proses pembelajaran yang sesungguhnya.

9. Merevisi Model Pembelajaran

Tahapan ini dipusatkan pada berbagai perbaikan pada komponen-komponen

model pembelajaran terkait dengan hasil uji coba. Perbaikan memanfaatkan hasil uji

coba dan diskusi dengan guru pelaksanaan model, guru pengamat, dan guru-guru

yang ikut serta mempelajari model.

10. Uji Coba Lanjutan

Setelah model diperbaiki dan disempurnakan dilakukan uji coba empiris kedua,

yang menjadi focus adalah mencaritemuka keunggulan model ini dalam hal

efektivitasnya dlam menumbuh kembangkan nilai-nilai positif, dan kecakapan

emosional dan produktivitasnya dalam memicu kreativitas para pembelajar.

Instrument yang telah diperbaiki juga diuji coba kembali.

11. Revisi Model dan Instrument Lanjutan

Model dan instrument direvisi lagi dan disempurnakan berdasarkan masukan

dari uji coba empiris kedua. Pada tahap ini model dinyatakan telah siap didesiminasi.

16

12. Desiminasi Produk

Desiminasi dilakukan dengan menyebarluaskan model pembelajaran dan model

pembelajaran kepada beberapa guru, dan mereka dimintakan pendapat, komentar,

kritik, dan saran, baik secara lisan maupun tulisan. Beberapa diantara mereka

diikutsertakan dalam diskusi setelah model diuji cabakan untuk menyempurnakan

model.

C. Tahapan Penelitian

a. Tahap Pertama

Menyusun rencana uji coba bersama guru pelaksana dan guru kolaborator yang

mengamati. Guru pelaksana adalah yang melaksanakan model yang dirumuskan

dalam proses pembelajaran. Guru kolaborator adalah guru yang bertugas mengamati

proses pembelajaran dan mendiskusikan segala sesuatunya tentang pelaksanaan

model dengan guru pelaksanaan dan peneliti. Pada tahap ini meliputi sudah membuat

perencanaan awal, namun rencana ini harus didiskusikan dengan guru pelaksana dan

guru kolaborator. Tidak tertutup kemungkinan rencana ini diubah sesui dengan

masukan dari kedua guru tersebut.

b. Tahap Kedua

Pada tahap ini dilaksanakan tiga kali uji coba yaitu: (1) bersifat teoretis dengan cara

mencari masukan dari ahli dan guru yang berpengalaman, (2) melakukan uji empiris

pertama, (3) melaksanakan uji empiris kedua. Pelaksanaan uji coba model secara

empiris. Guru pelaksana melaksanakan proses pembelajaran mengikuti model yang

telah dijabarkan menjadi rencana pembelajaran. Sementara itu, guru kolaborator dan

17

peneliti melakukan pengamatan terhadap semua proses pembelajaran yang

berlangsung.

c. Tahap Ketiga

Pada tahap ini dilakukan revisi dan perbaikan dengan tekanan pada pancarian

kelemahan model dan kendala pelaksanaannya oleh guru. Peneliti, guru pelaksana,

dan guru kolaborator mendiskusikan hasil-hasil pengamatan dan pengalaman si guru

pelaksana. Kemudian dilakukan perbaikan model sesuai dengan masukan dari

pelaksanaan uji coba.

d. Tahap Keempat

Pada tahap ini dilakukan evaluasi dan refleksi yang bersifat menyeluruh

terhadap dua aksi yang telah dilakukan. Evaluasi dilakukan untuk menilai seluruh

pelaksanaan model terkait dengan kendala, kekurangan, dan kelebihan model, serta

kemungkinan penyempurnaan. Refleksi dilakukan untuk mencaritemukan

kemengapaan kendala, kekurangan, dan kelebihan model. Dengan refleksi secara

mendalam seluruh pelaksanaan uji coba ditinjau ulang. Atas dasar temuan melalui

evaluasi dan refleksi, model diperbaiki.

e. Tahap Kelima

Diseminasi model pada tahap ini dalam bentuk seminar dengan sejumlah guru,

pembelajar, dan beberapa ahli materi dan metode. Diseminasi ini untuk

menyebarluaskan model dan mencari masukan untuk perbaikan lebih lanjut. Setelah

proses ini, model kembali diperbaiki berdasarkan beberapa masukan.

18

D. Instrumen Penelitian

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini baik pada tahapan mendapatkan

data dasar maupun pada tahapan uji coba merupakan data yang bersifat kualitatif.

Karena itu instrument utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Data

terutama didapatkan melalui observasi pengamatan terhadap aktifitas guru dalam

mengajar dan aktifitas siswa pada saat proses pembelajaran. Untuk menjaga

keobjektifan, pangamatan juga dilakukan oleh guru pangamat yang memanfaatkan

lembar observasi.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis deskkriptif,

oleh karena kegiatan penelitian lebih banyak berupa model yang telah dikembangkan,

pengamatan terhadap pelaksanaan model yang berupa pengamatan terhadap aktifitas

guru dalam melaksanakan model pengembangan, aktifitas siswa dalam proses

pembelajaran dan tes evaluasi hasil belajar, maka data merupakan data kualitatif.

Untuk itu dilakukan analisis data dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1)

mengumpulkan seluruh data hasil pengembangan model, pengamatan aktifitas guru

dalam melaksanakan model pengembang, aktifitas siswa dalam proses pembelajaran,

dan tes evaluasi hasil belajar, (2) melakukan analisis pertama untuk memilah data ke

dalam kategori; kategori pertama terkait dengan penyempurnaan medel yang telah

dikembangkan, kategori kedua berkenaan dengan pemunculan perilaku positif,

kecakapan emosional, dan kretifitas, (3) melakukan analisis kedua di dalam masing-

masing kategori; untuk kategori pertama analisis dilakukan untuk menemukan data

19

pendukung bagi penyempurnaan model; untuk kategori kedua analisis dilakukan

untuk memetakan kecenderungan perilaku, kecakapan emosional, dan kretivitas yang

muncul, (4) melakukan proses sintesis, yaitu mengolah keseluruhan data untuk

merumuskan model akhir dan menentukan pola-pola perilaku, kecakapan emosional,

dan kreativitas yang muncul dalam proses pembelajaran, dan (5) pembuatan simpulan

akhir.

F. Kriteria dan Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Agar data dipertanggung jawabkan keabsahannya digunakan pemeriksaan data

melalui:

1. Ketekunan Pengamatan

Ketekunan pengamatan adalah mencari kedalaman, untuk itu diadakan

pengamatan yang teliti secara berkesinambungan sampai muncul perilaku yang

diharapkan, karena itu diikutsertakan guru kolaborator yang mengamati

dilengkapi dengan lembar pengamatan dan menggunakan camera untuk hasil

dokumentasi.

2. Triangulasi

Sesuatu di luar data yang diteliti untuk pengecekan dan perbandingan.

Triangulasi dilakukan dengan sumber dan metode.

3. Pemeriksaan Sejawat melalui Diskusi

Dilakukan dengan cara berdiskusi dengan guru sejawat yang bukan peneliti dan

tidak terlibat penelitian untuk mendapatkan masukan dan analisis kritis.

20

4. Pengecekan Anggota melalui Diskusi

Pengecekan anggota melalui diskusi dilakukan sesudah penelitian dan

pengamatan tahap demi tahap dan setelah semua pekerjaan sesui dilakukan

untuk meningkatkan kepercayaan.

Oleh karena penelitian ini menggunakan R & D, maka salah satu cara untuk

memperkuat keabsahan data adalah memperhatikan relevansi, yaitu model yang

dirumuskan sungguh dapat diterapkan di sekolah lain dengan tetap memperhatikan

konteks spesifik tiap sekolah.

G. Hasil Akhir

Setelah dilakukan tiga kali uji coba dan memperhatikan massukan yang dapat

melalui desiminasi, dilakukan berbagai perbaikan. Hasil akhir dari R & D ini adalah

produk yang berupa: (1) model Pembelajaran kooperatif yang telah dikembangkan,

(2) karakteristik siswa dalam proses pembelajaran, dan (3) tes evaluasi pembelajaran.

2.3 Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif adalah salah satu model pembelajaran yang

tumbuh dari suatu tradisi pendidikan yang menekankan cara berfikir dan latihan

bertindak demokratis, pembelajaran aktif, prilaku kooperatif, dan menghormati

perbedaan dalam masyarakat multibudaya. Model pembelajaran kooperatif juga

memfokuskan pengaruh-pengaruh pengajaran selain pembelajaran akademik,

khususnya menumbuhkan penerimaan antar kelompok serta ketrampilan social dan

kelompok kerja, dan juga kooperatife learning merupakan model pembelajaran

21

dengan sejumlah siswa sebagai anngota kelompok kecil yang mempunyai

kemampuan berbeda-beda, dalam pembagian kelompok model pembelajaran

kooperatife learning yaitu secara heterogen.

Kooperative learning adalah mengelompokan siswa didalam kelas kedalam

suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal

yang mereka miliki dan saling mempelajarin satu sama lain dalam kelompok tersebut,

Johnson (dalam isjoni, 2009:17)

Muslimin dkk, ( 2005: 10) Model pembelajaran kooperatif, ada 6 langkah-

langkah utama atau tahapan:

1. Pelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pelajaran dan memotivasi

siswa untuk belajar.

2. Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan mendemonstrasi atau

lewat bahan bacaan.

3. Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok

belajar/bekerja dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara

efisien kepada siswa dalam masing-masing kelompok dalam proses

pembelajaran.

4. Guru membimbing kelompok- kelompok belajar pada saat mereka mengerjaka

tugas mereka.

5. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau

masing-masing kelompok mempresentasika hasil kerjanya.

22

6. Guru memberikan penghargaan untuk menghargai baik upaya maupun hasil

belajar individu dan kelompok.

2.4 Karakteristik Siswa

Karakter adalah budi pakerti, ahlak yang terbentuk dari prilaku seseorang yang

terulang-ulang dilakukan dalam kesehariannya sehingga menjadi kebiasaan.

Pembentukan karakter seseorang dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

pendidikan, didikan orang tua, dan lingkungan luar dan lain-lain. Pendidikan sangat

diperlukan sekali dalam pembentukan kartakter anak bangsa. Pendidikan adalah suatu

usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

ahlak mulia, serta ketrampilan, yang diperlukan dirinya, mastarakat bansa dan

Negara. Pendidikan juga merupakan salah satu program pemerintah untuk membantu

peserta didik memperoleh pendidikan yang layak bagi masa depan kelak, dalam

pembentukan karakter anak bangsa dapat dilakukan melalui 3 tahap melalui

pendidikan: (a) pendidikan informal (pendidikan keluarga dan lingkungan), (b)

pendidikan formal (pendidikan di bangku sekolah), dan (c) pendidikan non formal.

Keluarga adalah lingkungan yang paling utama untuk menentukan masa depan

anak, demikian pula karakter/budi pakerti anak yang baik dimulai dari dalam

keluarga. Karakter/budi pekerti, akhlak mulia terbentuk dari prilaku yang baik yang

selalu diulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan yang baik, kebiasaan-kebiasaan ini

seperti mencium tangan orang tua bila mau berangkat kesekolah, ke tempat teman,

23

mengucapkan salam bila masuk rumah, dan menundukan kepala bila melintas

dihadapan orang yang lebih tua, Amin ( 2011:43-48). Dapat dikatakan bahwa,

pembentukan karakter anak dapat dibentuk pertama oleh orang tua, karena orang tua

adalah cermin utama terbentuknya karakter seorang anak.

Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang

terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

Pembentukan karakter dalam membangun budaya disekolah, biasanya dituangkan

dalam tata tertib sekolah itu sendiri, seperti cara berpakaian, sopan santun, tidak

berkata-kata kasar, disiplin waktu, menjaga ketertiban dan keamanan serta

kebersihan. Sering kali terjadi dalam proses pembelajaran, dikala seorang guru

sedang mengajar dan siswa-siswa yang sedang asyik berdiskusi yang bukan materi

yang diajarkan, hal itu merupakan salah satu conto pembentukan karakter siswa yang

kaliru. Masalah seperti itu biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti:

kurangnya rasa hormat antara siswa terhadap guru, tidak adanya sopan santun, materi

yang diajarkan dianggap rumit, akibat banyaknya kesibukan lain diluar sokolah, dan

lain-lain. Munculnya masalah-masalah seperti itu, dapat mempengaruhi hasil evaluasi

siswa. Artinya nilai-nilai siswa baerada dipintu kehancuran. Agar hal-hal seperti itu

tidak terjadi, maka karakter siswa harus dibentuk. Selain pembentukan karakter

siswa, guru juga harus mampu menguasai empat kompetensi yaitu: pedagogik,

kepribadian, professional, dan social, karena kerangka pendidikan karakter/ budi

pakerti di sekolah tidak hanya tanggung jawab pimpinan sekolah tetapi semua guru

pada setiap guru bidang studi. Guru adalah kunci penting untuk mewujudkan

24

pendidikan karakter/budi pakerti disekolah dalam rangka membangun karakter budi

pakerti anak bangsa.

Pendidikan non-formal adalah jalur pendidikan yang di luar pendidikan formal

yang dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan non-formal sejatinya

diberikan kepada masyarakat sebagai pengganti, penambah dan/ atau pelengkap

pendidikan formal. Lingkungan pendidikan non-formal yang sejatinya bermuatan

kurikulum pendidikan kertampilan diisi dengan kegiatan atau praktek yang diisi

dengan kegiatan atau praktek yang member bekal karakter/ budi pakerti peserta didik.

Kelemahannya budi pakerti tidak baik dibiarkan terus-menerus.

2.5 Karakteristik Belajar Siswa

Pendidikan karakter/ budi pakerti dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai,

pendidikan budi pakerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan

mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan, baik

memelihara apa yang baik dan mewujudkan serta menebarkan kebaikan dalam

kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati, Djoko santoso dkk, ( dalam Amin,

2011:5).

Karakter belajar siswa didalam kelas biasanya banyak hal-hal yang terjadi,

ada peserta didik yang dalam proses belajar mengajar banyak bermain, ada yang

tidak memperhatikan penjelasan guru, dan lain-lain. Karakter belajar peserta didik

seperti itu biasanya dikarenakan oleh beberapa factor, yaitu: materi yang dianggap

sulit, kurangnya ketegasan guru, tekanan guru, banyaknya pergaulan luar yang

mengakibatkan pikiran peserta didik terganggu, model pembelajaran yang kurang

25

mendukung dan lain-lain, sehinnga didalam proses pembelajaran sudah direncanakan

oleh guru banyak yang terganggu karena karakter belajar siswa yang berbeda-beda.

Belajar didalam kelas juga ada yang menyenangkan karena, karena ada juga

siswa yang tenang mengikuti pelajaran, serius, aktif dalam proses pembelajaran.

Dapat dikatakan bahwa dalam proses pembelajaran barbagai macam karakter belajar

siswa.

2.6 Listrik Dinamis

2.6.1 Arus Listrik

Dalam Giancoli, ( 2001: 26) Arus listrik pada kawat didefinisikan sebagai

jumlah total muatan yang melewatinya per satuan waktu pada suatu titik. Gambar 1

menunjukkan potongan kawat yang dialiri arus litrik. Jika ΔQ adalah jumlah muatan

yang mengaliri melalui penghantar yang luas penampangnya A dalam waktu Δt,

dengan demikian, arus rata-rata I didefinisikan sebagai:

I = tQ

Keterangan : I = Kuat arus listrik (Ampere) ΔQ = Jumlah muatan listrik yang melewati konduktor selama jangka waktu Δt (Coulomb, C)

Δt = Waktu (s)

Arus Listrik di ukur dalam coulomb per detik; satuan ini diberi nama khusus,

ampere (disingkat amp atau A), dari nama fisikawan Perancis Andre Ampere (1775-

1836). Berarti, 1 A = 1 C/det. Satuan-satuan terkecil yang sering kali digunakan

adalah seperti miliampere (1mA = 10-3 A) dan mikroampere (1 A = 10-6 A)

26

(Giancoli, 2001: 26)

2.6.2 Hukum Ohm dan Hambatan Listrik

Hukum Ohm

Seorang guru fisika dari Jerman bernama George Simon Ohm (1789-1854)

berhasil mendapatkan hubungan antara besarnya beda potensial dengan besarnya arus

yang mengalir. Ia menyimpulkan penemuannya ini kedalam suatu hokum yang

dikenal dengan nama huku Ohm. Bunyi hokum Ohm sebagai berikut. ‘’kuat arus

yang mengalir dalam suatu penghantar sebanding dengan beda potensial antara

ujung-ujung penghantar itu, asalkan suhu penghantar itu tetap’’.

Untuk menghasilkan arus listrik pada rangkaian, dibutuhkan beda potensial.

Salah satu cara untuk menghasilkan beda potensial ialah dengan baterai. George

Simon Ohm (1787-1854) menentukan dengan eksperimen bahwa arus pada kawat

logam sebanding dengan beda potensial V yang diberikan ke ujung-ujungnya:

IV

Sebagai contoh, jika kita menghubungkan kawat ke baterai 6 V, aliran arus akan

dua kali lipat dibandingkan jika dihubungkan ke baterai 3 V.

Giancoli, ( 2001: 26-29)

Arus yang mengalir pada kawat penghantar sebanding dengan beda potensial

yang diberikan pada ujung-ujung penghantar itu. Artinya, jika beda potensial

diperbesar, arus yang mengalir juga semakin besar. Sebaliknya, jika beda potensial

diperkecil, arus yang mengalir juga makin kecil. Besar aliran arus pada kawat tidak

27

hanya bergantung pada tegangan, tetapi juga pada hambatan yang diberikan kawat

terhadap aliran elektron. Makin tinggi hambatan ini, makin kecil arus untuk suatu

tegangan V. Kita kemudian mendefinisikan hambatan sehingga arus berbanding

terbalik dengan hambatan. Ketika kita gabungkan hal ini dan kesebandingan di atas,

kita dapatkan

I = RV

R = IV

dimana R adalah hambaran kawat atau suatu alat lainnya, V adalah beda potensial

yang melintasi alat tersebut, dan I adalah arus yang mengalir padanya. Dituliskan:

V = IR

dan dikenal sebagai hukum ohm. Banyak fisikawan yang akan mengatakan

bahwa ini bukan merupakan hukum , tetapi berupa definisi hambatan. Jika kita ingin

menyebut sesuatu sebagai hukum Ohm, hal tersebut akan berupa pernyataan bahwa

arus yang melalui konduktor logam sebanding dengan tegangan yang diberikan, I

V, Giancoli, (2001: 26-29)

Hambatan Listrik

Hambatan listrik merupakan sifat suatu benda atau bahan untuk menahan atau

menentang aliran arus listrik. Besarnya hambatan pada sebuah rangkaian listrik

menentukan jumlah aliran arus pada rangkaian untuk setiap tegangan yang diberikan

pada rangkaian dan sesuai dengan prinsip hukum Ohm.

28

Kita mungkin menyangka bahwa hambatan kawat yang tebal akan lebih kecil dari yang tipis karena kawat yang lebih tebal memiliki area yang lebih luas untuk lewatnya elektron. Dan mungkin anda berpikir bahwa hambatan akan lebih besar jika panjangnya lebih besar karena ada lebih banyak pengahalang untuk aliran elektron. Dan memang, ternyata ditemukan pada eksperimen bahwa hambatan R kawat logam berbanding lurus dengan panjang L dan berbanding terbalik dengan luas penampang lintang A yaitu

R = ρ AL

dimana ρ, konstanta pembanding disebut hambat jenis (resistivitas) dan bergantung pada bahan yang digunakan. Satuan ρ adalah Ω m.

(Giancoli,2001: 35-40)

2.7 Kajian yang Relevan

1. Penelitian yang relevan pertama dilakukan oleh Ririyanti Korompot yang

mengkaji tentang pengembangan bahan ajar berbasis pemecahan masalah materi

segitiga pada siswa kelas VII di sekolah SMP Negeri 4 Gorontalo kota

gorontalo. Penelitian ini bertujuan untuk bagaimana mengembangkan bahan

ajar berbasis pemecahan masalah dengan model pembelajaran kooperatif

dengan model pengembangan ADDIE pada mata pelajaran metematika pada

materi segitiga. Berdasarkan hasil analisis menunjukan bahwa pengembangan

bahan ajar berbasis pemecahan maslah pada materi struktur ruang dan bangun

datar dapat memudahkan peserta didik dalam memecahkan masalah terutama

pada pengerjaan soal-soal. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan dalam

menyelesaikan soal-soal perhitungan.

2. Penelitian relevan juga sebelumnya dilakukan oleh Masril yang mengkaji

tentang pengembangan model pembelajaran fisika SMA berbasis graphic

29

organizers melalui belajar kooperatif tipe stad ditinjau dari peningkatan nilai

UN 2008 untuk tingkat SMA Negeri di kota Padang. Penelitian yang dilakukan

termasuk dalam penelitian pengembangan (Research and Development) karena

dalam penelitian ini dilakukan perencanaan pengembangan model pembelajaran

untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep Fisika, dalam

mengungkap masalah yang ditemui di lapangan seperti rendahnya pemahaman

siswa terhadap konsep-konsep Fisika.

2.8 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi hipotesis dalam

penelitian ini adalah: pengembangan model pembelajaran kooperatif dapat mengubah

karakteristik belajar siswa menjadi baik dalam proses pembelajaran.