bab ii kajian teoretik, kerangka berpikir, dan …repository.uinbanten.ac.id/3759/5/bab 2 -...
TRANSCRIPT
-
22
BAB II
KAJIAN TEORETIK, KERANGKA BERPIKIR,
DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Kajian Teoritik
1. Pembiasaan Literasi Keagamaan
a. Pengertian Pembiasaan
Pembiasaan merupakan sebuah metode dalam
pendidika berupa “proses penanaman kebiasaan”.
Sedangkan yang dimaksud kebiasaan itu sendiri adalah
cara-cara bertindak yang persistent uniform, dan hampir-
hampir otomatis (hampir-hampir tidak disadari oleh
pelakunya).1
Melalui pembiasaan yang baik anak akan tumbuh
dan berkembang menjadi manusia yang matang, yang
sanggup dan mampu mengubah dirinya sendiri, mandiri,
tidak tergantung kepada orang lain. Bahkan tidak
menimbulkan masalah bagi keluarga, kelompok dan
1 Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos
Wacana Ilmu, 2003), 184
-
23
masyarakatnya, sehingga mampu menjalani kehidupan
dunia dan akhiratnya dengan baik. Pembiasaan akan
membentuk karakter seseorang. Cara Mengaplikasikan
metode pembiasaan yang baik adalah; 1) Mulailah
pembiasaan sejak dini. 2) Pembiasaan dilakukan secara
kontinyu, teratur dan terprogram. 3) Pembiasaan
hendaknya diawasi secara ketat, konsisten dan tegas. 4)
Pembiasaan yang awalnya bersifat mekanistis hendaknya
berangsur-angsur menjadi kebutuhan. Upaya pendidikan
dalam menjadikan manusia sebagai pribadi muslim yang
utuh tidak hanya sebatas mengajarkan apa yang harus
dilakukan dan apa yang harus ditinggalkan dalam satu
waktu, tempat, dan keadaan saja, tetapi yang dinamakan
pendidikan adalah upaya membiasakan manusia untuk
selalu mengamalkan apa yang diajarkan dalam kehidupan
sehari-hari.
b. Pembiasaan Sebagai Metode Pembelajaran
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa pembiasaan
adalah aktivitas yang dilakukan secara terus menerus
-
24
sehingga tercapai hasil yang diinginkan, maka dalam
pendidikan pembiasaan adalah sebagai metode. Metode
Pembiasaan diyakini sebagai metode paling efektif dalam
mencapai tujuan pembelajaran, karena dengan pembiasaan
siswa dibiaskan untuk berfikir, bersikap dan bertindak
sesuai dengan tuntutan Islam. Penerapan metode
pembiasaan sangat efektif diterapkan dalam mencapai
tujuan pembelajaran terutama pada siswa tingkat sekolah
dasar dan sekolah menengah, hal ini karena anak pada
usia-usia ini memiliki “rekaman” ingatan yang kuat dan
kondisi kepribadian yang belum matang, sehingga siswa
mudah larut dengan kebiasaan-kebiasaan yang mereka
lakukan sehari-hari.2
Apabila dikaitkan dengan pembelajaran maka
pembiasaan dapat diartikan sebagai sebuah metode dalam
pendidikan berupa proses penanaman kebiasaan. Sehingga
pembiasaan tidak selalu dengan pengetahuan bersifat
kognitif semata, namun bias berupa keterampilan yang
2 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan
Islam,(Jakarta:Ciputat Press, 2002), 110
-
25
dierikan, atau bahkan sikap dan kepribadian guru akan
dianggap suatu pembelajaran pembiasaan, karena pada
hakikatnya pembiasaan adalah pengulangan, atau
perbuatan yang dilakukan berulang-ulang. Bahkan jika
guru setiap masuk kelas mengucapkan salam, itu telah
dapat diartikan sebagai usaha membiasakan.3
Hasil dari pembiasaan-pembiasaan yang
dilakukan seorang guru terhadap siswa adalah terciptanya
suatu kebiasaan yang melekat dan akan menjadi sebuah
budaya dalam hidup siswa. Seorang siswa yang terbiasa
mengamalkan nilai-nilai ajaran Islam lebih dapat
diharapkan dalam kehidupannya nanti akan menjadi
seorang muslim yang saleh yang akan berguna bagi
dirinya dan orang lain. Pembiasaan yang dilakukan sejak
dini akan membawa kegemaran dan kebiasaan tersebut
akan menjadi bagian tidak terpisahkan dari
kepribadiannya. Karena sesungguhnya anak adalah
amanah Allah untuk para orang tuanya, hatinya yang
3 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam dalam Perspektif
Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), 144.
-
26
bersih adalah permata berharga nan murni, yang kosong
dari setiap tulisan dan gambar.
Hati siap menerima setiap tulisan dan cenderung
pada setiap yang ia inginkan. Oleh karena itu, jika
dibiasakan mengerjakan yang baik, lalu tumbuh di atas
kebaikan maka bahagialah ia didunia dan akhirat, orang
tuanya pun mendapat pahala bersama. Karena pembiasaan
berintikan pengulangan, maka metode pembiasaan juga
dapat diterapkan dalam kegiatan membaca (literasi),
karena siswa tidak hanya sekedar membaca akan tetapi
juga akan mengalami proses internalisasi nilai.
Karakteristik utama dari metode pembiasaan
adalah kegiatan yang berupa pengualangan yang berkali-
kali dari suatu hal yang sama. Pengulangan ini sengaja
dilakukan berkali-kali supaya asosiasi antara srimulus
dengan respon menjadi sangat kuat. Dengan demikian,
terbentuklah pengetahuan siap atau ketrampilan siap yang
setiap saat siap untuk dipergunakan oleh yang
bersangkutan maupun dimanfaatka oleh orang lain.
-
27
c. Dasar dan Tujuan Metode Pembiasaan.
Pembiasaan meruapakan salah satu metode
pendidikan yang sangat penting, terutama bagi anak-anak
sekolah dasar dan menengah. Dalam masa-masa ini anak
belum mempunyai kewajiban-kewajiban yang harus
dikerjakan seperti orang dewasa. Sehingga metode ini dapat
dilakukan dalam mengembangkan tingkah laku, ketrampilan,
kecakapan dan pola berfikir tertentu. Seseorang yang telah
mempunyai kebiasaan tertentu akan dapat melaknakannya
dengan mudah dan senang hati. Bahkan, segala sesuatu yang
telah menjadi kebiasaan dalam usia muda sulit untuk dirubah
dan tetap berlangsung sampai hari tua. Maka dalam
pendidikan Islam snantiasa mengingatkan agar anak-anak
segera dibiasakan dengan sesuatu yang diharapkan menjadi
kebiasaan yang baik sebelum terlanjur mempunyai kebiasaan
lain yang berlawanan dengannya.
Belajar kebiasaan adalah proses pembentukan
kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan-
kebiasaan yang telah ada. Belajar kebiasaan, selain
-
28
menggunakan perintah, suri tauladan dan pengalaman khusus
juga menggunakan hukuman dan ganjaran. Tujuannya agar
siswa memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan
perbuatan baru yang lebih tepat dan positf dalam arti selaras
dengan kebutuhan ruang dan waktu). Hal ini selaras dengan
norma dan tata nilai moral yang berlaku baik yang bersifat
religious maupun tradisional dan kultural.4
d. Proses Terjadinya Pembiasaan
Pada awalnya, pembiasaan adalah perbuatan yang
perlu dipaksakan, kemudian menjad biasa, jika aktivitas itu
sudah menjadi kebiasaan, ia akan menjadi habit (kebiasaan
yang sudah melekat dengan sendirinya, dan bahkan sulit
untuk dihindari). Ketika menjadi habit, ia kana selalu
menjadi aktifitas rutin. Seorang yang telah mempunyai
kebiasaan tertentu, maka ia akan dan dapat melaksanakannya
dengan mudah dan senang hat. Bahkan segala sesuatu yang
telah menjadi kebiasaan dalam usia muda sult untuk diubah
dan tetap berlangsung sampai hari tua. Kemudia akan
4 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan , (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2000), 123
-
29
menjadi ketagihan dan pada waktunya tradisi yang sulit
ditinggalkan.5
ِن إَِّلَّ َما سَ نَسَٰ (93)اجلم : َعىَوأَن لَّۡيَس لِۡۡلِ
Artinya:
Dan bahwasanya seorang manusia tiada
memperoleh selain apa yang telah
diusahakannya”.(QS. An-Najm:39).6
Ada beberapa syarat yang perlu dilakukan dan
diperhatikan oleh orang tua dalam melakukan metode
pembiasaan yaitu; memulai lebih dini, dilakukan secara terus
menerus (kontiyu), dilakukan dengan konsekuwen, dan
pembiasaan dilakukan dari hati anak bukan dari paksaan.7
Adapun penjelannya sebagai berikut
1) Mulailah pembiasaan sebelum anak mempunyai
kebiasaan lain.
2) Pembiasaan hendaknya dilakukan secara terus menerus
dan teratur sehingga akhirnya menjadi suatu kebiasaan.
5 Qodri A. Azizy, Pendidikan (Agama ) dalam Membangun
Etika Sosial, (Semarang: Aneka Ilmu, 2013),147 6 Departeman Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya,
(Jakarta: Daarussunnah, 2012), 527 7 Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter Berbasis Al-
Qur’an,(Jakarta: Rajawali Pers,2012), 140
-
30
3) Pembiasaan hendaknya konsekuen, bersikap tegas dan
tetap teguh terhadap pendiriannya yang telah
diambilnya. Jangan memberi kesempatan kepada anak
untuk melanggar pembiasaan yang telah ditetapkan itu.
4) Pembiasaan yang pada mulanya mekanistis itu harus
semakin menjadi pembiasaan yang disertai kata hati
anak itu sendiri.
Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
metode pembiasaan itu adalah suatu cara atau jalan yang
dilakukan dengan sengaja, berulang-ulang, terus-menerus,
konsisten, berkelanjutan, untuk menjadikan sesuatu itu
kebiasaan (karakter) yang melekat pada diri sang anak,
sehingga nantinya anak tidak memerlukan pemikiran lagi
untuk melakukannya. Guru sebagai pendidik dan orang tua di
sekolah sangat memiliki peran penting. Karena dalam
pelaksanaan metode pembiasaan ini pastilah memerlukan
dukungan dari siswa.
-
31
e. Kelebihan dan Kelemahan Metode Pembiasaan.
1) Kelebihan Metode Pembiasaan
Adapun kelebihan metode pembiasaan sebagai
suatu metode dalam pendidikan pendidikan adalah:
a) Dapat menghemat tenaga dan waktu dengan baik
b) Pembiasaan tidak hanya berkaitan dengan aspek
lahiriah tetapi juga berhubungan dengan bathiniyah.
c) Pembiasaan dalam sejarah tercatat sebagai metode
yang paling berhasil dalam pembentukan kepribadian.
2) Kelemahan Metode Pembiasaan
Sedangkan kelemahan metode pembiasaan
sebagai suatu metode pendidikan anak antara lain:
a) Membutuhkan tenaga pendidik yang benar-benar
dapat dijadikan contoh serta teladan yang bagi siswa.
b) Membutuhkan tenaga pendidik yang dapat
mengaplikasikan antara teori pembiasaa dengan
kenyataan atau praktek nilai-nilai yang
disampaikannya.
-
32
f. Literasi Keagamaan
Gerakan literasi sekolah (GLS) dilaksanakan dalam
tiga tahap, yakni tahap pembiasaan, tahap pengembangan,
dan tahap pembelajaran. Dalam tesis ini hanya akan focus
pada penjelasan pada tahap pembiasaan, Kegiatan literasi di
tahap pembiasaan, yakni membaca dalam hati. Dalam tahap
pembiasaan, iklim literasi sekolah diarahkan pada pengadaan
dan pengembangan lingkungan fisik, seperti: buku-buku
nonpelajaran (novel, buku ilmiah,majalah, komik); sudut
baca kelas untuk tempat koleksi bahan bacaan; dan poster-
poster tentang motivasi pentingnya membaca.8
Pada prinsipnya, kegiatan literasi pada tahap
pengembangan sama dengan kegiatan pada tahap
pembiasaan. Yang membedakan adalah bahwa kegiatan 15
menit membaca diikuti oleh kegiatan tindak lanjut pada tahap
pengembangan. Dalam tahap pengembangan, peserta didik
didorong untuk menunjukkan keterlibatan pikiran dan
8Sutrianto, dkk., Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah
Menengah Atas, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah
Kemendikbud, 2016), 18
-
33
emosinya dengan proses membaca melalui kegiatan
produktif secara lisan maupun tulisan. Perlu dipahami bahwa
kegiatan produktif ini tidak dinilai secara akademik.
Mengingat kegiatan tindak lanjut memerlukan waktu
tambahan di luar 15 menit membaca, sekolah didorong untuk
memasukkan waktu literasi dalam jadwal pelajaran sebagai
kegiatan membaca mandiri atau sebagai bagian dari kegiatan
kokurikuler.
Kegiatan berliterasi pada tahap pembelajaran
bertujuan mengembangkan kemampuan memahami teks dan
mengaitkannya denga pengalaman pribadi sehingga
terbentuk pribadi pembelajar sepanjang hayat;
mengembangkan kemampuan berpikir kritis; dan mengolah
dan mengelola kemampuan komunikasi secara kreatif
(verbal, tulisan, visual, digital) melalui kegiatan menanggapi
teks buku bacaan dan buku pelajaran.9
Dalam rangka menggalakkan budaya membaca dan
menulis atau literasi di kalangan pelajar dan sekolah, Badan
9Kemendikbud, Buku Saku Gerakan Literasi Sekolah, (Jakarta :
Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikbud, 2016), 35
-
34
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa kementerian
pendidikan dan kebudayaan mencanangkan gerakan literasi
sekolah (GLS). Gerakkan ini dicanangkan dalam rangka
mengimplementasikan Permendikbud 21 tahun 2015 tentang
penumbuhan budi pekerti yang mewajibkan pembiasaan
membaca selama 15 menit sebelum pelajaran dimulai.
Kegiatan pelaksanaan pembiasaan gerakan literasi
pada tahap ini bertujuan untuk menumbuhkan minat peserta
didik terhadap bacaan dan terhadap kegiatan membaca.
Prinsip-prinsip kegiatan membaca pada tahap pembiasaan,
diantaranya:
1) Buku yang dibaca/dibacakan adalah buku bacaan, bukan
buku teks pelajaran.
2) Buku yang dibaca/dibacakan adalah buku yang diminati
oleh peserta didik. Peserta didik diperkenankan untuk
membaca buku yang dibawa dari rumah.
3) Kegiatan membaca/membacakan buku di tahap
pembiasaan ini tidak diikuti oleh tugas-tugas
menghafalkan cerita, menulis sinopsis, dan lain-lain.
-
35
4) Kegiatan membaca/membacakan buku di tahap
pembiasaan ini dapat diikuti dengan diskusi informal
tentang buku yang dibaca/dibacakan, atau kegiatan yang
menyenangkan terkait buku yang dibacakan apabila
waktu memungkinkan.
5) Kegiatan membaca/membacakan buku di tahap
pembiasaan ini berlangsung dalam suasana yang santai
dan menyenangkan.
6) Adapun kegiatan membaca dan penataan lingkungan
kaya literasi pada tahap pembiasaan, antara lain:
7) Membaca buku cerita/pengayaan selama 15 menit
sebelum pelajaran dimulai. Kegiatan membaca yang
dapat dilakukan adalah membacakan buku dengan
nyaring (read aloud) dan membaca dalam hati (sustained
silent reading).
8) Memperkaya koleksi bacaan untuk mendukung kegiatan
15 menit membaca.
9) Memfungsikan lingkungan fisik sekolah melalui
pemanfaatan sarana dan prasarana sekolah, seperti
-
36
perpustakaan, sudut buku kelas, area baca, kebun
sekolah, kantin, unik kesehatan sekolah (UKS), dan lain-
lain.
10) Melibatkan komunitas di luar sekolah dalam kegiatan 15
menit membaca dan pengembangan sarana literasi, serta
pengadaan buku-buku koleksi perpustakaan dan sudut
baca kelas.
11) Memilih buku yang sesuai dengan minat peserta didik.
Pembiasaan literasi di sekolah dilaksanakan
berdasarkan tujuan-tujuan tertentu.10
Adapun pembiasaan
literasi keagamaan yang menjadi fokus dalam penelitian
dan dilaksanakan untuk mencapai hasil belajar pendidikan
agama Islam, pengertian literasi dalam tesis ini difokuskan
pada pengertian awal literasi yaitu membaca. Sementara
aspek agama yang dimaksud dalam pembahasan tesis ini
adalah bidang sejarah kebudayaan Islam (SKI).
10
Hana Yunansah, dkk., Pembelajaran Literasi,strategi
meningkatrkan kemampuan literasi, matematika, sains, membaca, dan
menulis. (Jakarta: Bumi Aksara, 2017), .h.22
-
37
2. Disiplin Belajar
a. Pengertian Disiplin Belajar
Membahas tentang disiplin belajar, maka hal akan
yang diuraikan adalah tentang disiplin dan belajar. Disiplin
adalah latihan batin dan watak dengan maksud supaya
segala perbuatannya selalu mentaati tata tertib, ketaatan
pada aturan dan tata tertib. Sejalan dengan hal tersebut
Rahman11
mengungkapkan bahwa “disiplin berasal dari
bahasa Inggris discipline yang mengandung beberapa arti.
Diantaranya pengendalian diri, membentuk karakter yang
bermoral, memperbaiki dengan sanksi, serta kumpulan
beberapa tata tertib untuk mengatur tingkah laku.
Kemudian menurut Moenir12
“Disiplin adalah suatu
bentuk ketaatan terhadap aturan, baik tertulis maupun tidak
tertulis yang telah ditetapkan. Ada dua jenis disiplin yang
sangat dominan sesuai dengan apa yang dikehendaki
individu. Pertama disiplin dalam hal waktu dan disiplin
11
Abdul Rahman, Agus, Psikologi Sosial: Integrasi
Pengetahuan Wahyu dan Pengetahuan Empirik, (Jakarta: Rajawali Pers,
2011), 64 12
Moenir, Manajemen Pelayanan Umum Di Indonesia,
(Jakarta : Bumi Aksara, 2010), 96
-
38
kerja atau perbuatan”.Dengan demikian kedua jenis
disiplin yang dikemukakan oleh Moenir tersebut
merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan serta
saling mempengaruhi, contohnya apabila seorang anak
hadir tepat waktu kesekolah tidak datang terlambat pada
waktu jam pelajaran dimulai, tetapi ia tidak segera
melakukan hal yang sesuai ketentuannya sebagai pelajar
didalam kelas seperti tidak langsung membuka buku mata
pelajarannya melainkan mengobrol dengan temannya
tentunya ini akan merugikan anak itu sendiri, dengan
demikian disiplin mendorong siswa agar belajar secara
konkrit baik di sekolah maupun di rumah.
Belajar Merupakan Tindakan dan Prilaku siswa
yang kompleks, sebagai tindakan, maka belajar hanya
dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadi
atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi
karena siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan
sekitar. Ngalim Purwanto menyatakan bahwa belajar adalah
setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku
-
39
yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau
penglaman.13 Lingkungan yang dipelajari oleh siswa adalah
keadaan alam, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan,
manusia atau hal-hal yang akan dijadikan bahan belajar.
Belajar adalah aktivitas untuk memperoleh pengetahuan,
meningkatkan keterampilan, memperbaiki prilaku, sikap,
dan mengokohkan kepribadian.14
Belajar juga merupakan
suatu proses perubahan perilaku dari kita yang tidak tahu
apa-apa menjadi tahu. Belajar bukan suatu penguasaan
latihan melainkan perubahaan kelakuan, untuk
menghasilkan perubahan tingkah laku baik dalam
pengetahuan, sikap, keterampilan, dan nilai sebagai hasil
interaksinya dengan lingkungan untuk mencapai tujuan
tertentu.
Belajar adalah cara memperoleh, menguasai
pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai
pengalaman, dan mendapatkan informasi atau
13
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2013), 84 14
Suyono, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung, Remaja
Rosdakarya,2012), 9
-
40
menemukan.15
Dengan demikian proses belajar dapat
diartikan sebagai tahapan perubahan prilaku kognitif,
afektif dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa. maka
terdapat tiga fase dalam proses belajar, yaitu; (1) informasi,
(2) transformasi, (3) evaluasi.16
Informasi ( tahap penerimaan materi ). Pada setiap
pelajaran kita peroleh sejumlah informasi, ada yang
menambah pengetahuan yang telah kita miliki, ada yang
memperhalus dan memperdalam pengetahuan yang telah
kita miliki, ada pula informasi yang bertentangan dengan
pengetahuan yang telah kita ketahui sebelumnya, misalnya
bahwa tidak ada energy yang lenyap.Transformasi, ( tahap
pengubahan materi ) informasi itu harus dianalis diubah
atau ditransformasi ke dalam bentuk yang lebih abstrak atau
konseptual agar dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih
luas.
15
Baharuddin, Teori Belajar dan Pembelajaran (Jogjakarta:
Arruz Media,2010), 13 16
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan. (Bandung, Remaja
Rosdakarya: 2010), 110
-
41
Selanjutnya dalam proses belajar maka dikenal
beberapa prinsip yang berlaku, prinsip belajar ialah
petunjuk atau cara yang perlu diikuti untuk melakukan
kegiatan belajar. Siswa akan berhasil dalam belajarnnya
jika memperhatiakn prinsip-prinsip berikut;
1) Belajar dengan menghafal dan mengingat.
2) Belajar dengan mengulang-ngulang sehingga timbul
menjadi kebiasaan.
3) Belajar terjadi jika adanya kejelasan arti atau makna
4) Belajar merupakan reorganisasi pengalaman, berarti
dalam belajar memanfaatkan dan menyusun
pengalaman yang dimiliki.
5) Belajar bersifat pribadi, artinya masing-masing
individu memiliki dorongan, tujuan dan cara belajar
serta pencapaian hasil belajar sendir.
6) Belajar berdasarkan keseluruhan antara berbagai
pengetahuan fungsi jiwa, raga, individu dan sosial.
7) Belajar berlangsung terus-menerus dan
berkesinanbungan dalam waktu yang lama.
-
42
8) Belajar terjadi peralihan atau transfer, artinya hal-hal
yang dipelajari dapat dialihkan ke bidang lain,
sehingga dapat membantu siswa menghadapi dan
memecahkan masalah dalam hidupnya.
Dengan memperhatikan hal tersebut, maka penulis
menyimpulkan prinsip belajar sebagai berikut;
1) Kontiguitas, memberikan situasi atau materi yang mirip
dengan harapan pendidik tentang respon anak yang
diharapkan, beberapa kali secara berturut-turut.
2) Pengulangan, situasi dan respon anak diulang-ulang
atau dipraktekkan agar belajar lebih sempurna.
3) Penguatan, respon yang benar misalnya diberi hadiah.
4) Motivasi positif dan percaya diri dalam belajar.
5) Tersedia materi pelajaran yang lengkap.
6) Ada upaya membangkitkan ketrampilan intelektual
untuk belajar seperti apersepsi dalam mengajar.
7) Strategi yang tepat mengaktifkan anak dalam belajar.
8) Aspek-aspek jiwa anak harus dipengaruhi oleh faktor
dalam pengajaran.
-
43
Beberapa teori belajar yang yang relevan dan dapat
diterapkan dalam kegiatan pembelajaran yang akan
dikembangkan diantaranya menurut Indah Kosmiyah
berikut;
1) Teori Belajar behaviorisme, manusia sangat dipengaruhi oleh kejadian-kejadian di dalam
lingkungannya yang akan memberikan
pengalaman-pengalaman belajar. Teori ini
menekankan pada yang dilihat yaitu tingkah laku.
2) Teori belajar kognitif, belajar adalah pengorganisasian aspek-aspek kognitif dan
persepsi untuk memperoleh pemahaman. Teori
ini menekankan pada gagasan bahwa bagian
suatu situasi saling berhubungan dalam konteks
situasi secara keseluruhan.
3) Teori belajar humanisme, proses belajar harus dimulai dan ditunjukan untuk kepentingan
memanusiakan manusia, yaitu mencapai
aktualisasi diri peserta didik yang belajar secara
optimal.
4) Teori belajar konstruktivism, belajar adalah menyusun pengetahuan dari pengalaman konkret,
aktivitas kolaborasi, refleksi serta interpretasi 17
Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor
bawaan, faktor lingkungan, kematangan serta usaha dari
individu sendiri. Dengan potensi yang tinggi dan dukungan
17 Indah Kosmiyah, Belajar dan Pembelajaran (Yogyakarta:
Teras,2012), 40
-
44
faktor lingkungan yang menguntungkan, usaha belajar dari
individu yang efisien yang dilaksanakan pada tahap
kematangan yang tepat akan memberikan hasil belajar yang
maksimal dan begitupun sebaliknya.
b. Pentingnya Disiplin Belajar
Disiplin dapat tumbuh dan berkembang dengan baik
apabila berdasarkan atas kesadaran diri sendiri. Disiplin yang
tidak bersumber dari hati nurani manusia akan menghasilkan
disiplin yang lemah dan tidak akan dapat bertahan dengan
lama. Disiplin yang tumbuh atas dasar kesadaran diri sendiri
yang demikian itulah yang diharapkan selalu tertanam dalam
diri setiap orang.
Disiplin belajar berkaitan erat dengan kepatuhan
siswa terhadap peraturan-peraturan tertentu, baik yang
ditetapkan oleh diri sendiri maupun pihak lain. Adapun
kepatuhan terhadap peraturan secara sadar merupakan modal
utama dalam menghasilkan perilaku yang positif dan
produktif. Positif artinya sadar akan tujuan yang akan
dicapai, sedangkan produktif adalah melakukan kegiatan
-
45
yang bermanfaat. hal ini diungkapkan pula oleh Tu‟u18
yang
menyatakan bahwa: “disiplin belajar akan berdampak positif
bagi kehidupan siswa, mendorong mereka belajar konkret
dalam praktik hidup di sekolah serta dapat beradaptasi”.
Maka siswa yang sudah terbiasa belajar yang teratur otaknya
akan terlatih setiap hari. Dengan seringnya daya pikir
mendapat latihan maka akan menyababkan ketajaman daya
pikir, sehingga siswa mudah untuk menerima materi
pelajaran. Tetapi sebaliknya siswa yang malas belajar
otaknya menjadi kaku karena jarang dilatih sehingga daya
pikirnya menjadi lemah.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dengan
disiplin belajar ada kecenderungan seseorang bisa terbiasa
dengan aktivitas belajar yang dilakukan secara teratur, yang
mana belajar merupakan kegiatan yang mendasar atau
kegiatan pokok yang dilakukan dengan kesadaran hati
sehingga tidak perlu adanya paksaan dari orang lain.
Berdasarkan berbagai pendapat para ahli diatas dapat
18
Tu‟u, Tulus, Peran Disipiln pada perilaku dan prestasi
Siswa, (Jakarta:Gramedia ,2004),163
-
46
disimpulkan bahwa disiplin belajar adalah sikap patuh siswa
dalam belajar yang ditunjukkan dengan perbuatan yang
mematuhi tata tertib yang berlaku di tempat ia berada baik itu
di sekolah maupun dirumah.
c. Fungsi Disiplin Belajar
Fungsi kedisiplinan adalah untuk mengajar
mengendalikan diri dengan mudah,menghormati,dan
mematui. Dalam mendidik peserta didik perlu disiplin tegas
dalam hal apa yang harus dilakukan dan apa yang dilarang
serta tidak boleh dilakukan. Menurut Charles Schaefer ada 2
macam tujuan kedisiplinan belajar yaitu tujuan jangka
pendek dan tujuan jangka panjang.
Tujuan jangka pendek dari disiplin ialah membuat
anak-anak terlatih dan terkontrol dengan mengajarkan
mereka bentuk-bentuk tingkah laku yang pantas dan tidak
pantas atau masih asing bagi mereka. Tujuan jangka panjang
disiplin adalah untuk perkembangan dan pengendalian dan
mengarahkan diri sendiri.
-
47
Sikap disiplin memiliki dampak yang baik bagi siswa
yang memilikinya, alasan pentingnya disiplin yang
dikemukakan Tu‟u fungsi disiplin adalah;
1) Disiplin yang muncul karena kesadaran diri akan mendorong siswa berhasil dalam belajarnya.
2) Tanpa disiplin yang baik, suasana sekolah dan juga kelas menjadi kurang kondusif bagi kegiatan pembelajaran.
3) Orang tua senantiasa berharap di sekolah anak-anak dibiasakan dengan norma-norma, nilai kehidupan, dan
disiplin.
4) Disiplin merupakan jalan bagi siswa untuk sukses dalam belajar dan kelak ketika bekerja.
19
Adapun indikator-indikator disiplin belajar adalah
tingkah laku atau perbuatan ke arah tertib yaitu: a) Disiplin
dalam hubungannya dengan waktu belajar, b) Disiplin yang
ada hubungannya dengan tempat belajar, c) Disiplin yang
ada hubungannya dengan norma dan peraturan dalam belajar.
Adapun penjelasan dari masing-masing indikator
tersebut adalah:
1) Disiplin dalam hubungannya dengan waktu belajar
Dalam hal ini seorang siswa mampu mengikuti proses
belajar di sekolah secara tepat waktu. Juga mampu disiplin
19 Tu‟u, Tulus, Peran Disipiln pada perilaku dan prestasi
Siswa, (Jakarta:Gramedia ,2004), h.37
-
48
menggunakan jadwal belajar di rumah secara teratur entah
itu waktu belajar di siang hari, di malam hari, maupun di hari
minggu dan libur. Seseorang siswa juga harus bisa membagi
waktu antara belajar dan membantu orang tua. Adapun
beberapa prilaku yang tampak dari disiplin belajar
hubungannya dengan waktu belajar adalah;
a) Mengerahkan energy untuk belajar secara kontinyu.
b) Belajar dengan kesungguhan dan tidak memberikan
waktu luang.
c) Belajar sesuai dengan jadwal yang telah diatur
d) Dapat menggunakan waktu dengan baik antara belajar
dan waktu bersosialisasi.
2) Disiplin yang ada hubungannya dengan tempat belajar.
Dalam hal ini seorang siswa wajib menjaga ruang
kelas maupun lingkungan sekitar sekolah seperti menjaga
kebersihan dinding, meja, kursi, kamar mandi, pagar sekolah,
dan ruang lain milik sekolah. Dan selalu membuang sampah
di tempat sampah.Selain itu siswa juga wajib menjaga tempat
belajar di rumah agar tercipta suasana yang aman dan
-
49
nyaman.Seperti menjaga meja dan kursi juga lingkungan
sekitar. Adapun ciri-ciri anak yang disiplin sehubungan
dengan tempat belajar dapat direalisasikan dengan;
a) Belajar pada tempat yang telah disediakan agar tidak
menggangu atau terganggu oleh orang lain.
b) Selalu disiplin dalam menjaga kebersihan ruang kelas dan
lingkungan sekolah.
c) Mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas dengan gairah
dan partisipasi.
d) Menyelesaikan tugas-tugas khususnya tugas matematikan
yang diberikan guru dengan baik.
3) Disiplin yang ada hubungannya dengan norma dan
peraturan dalam belajar.
Mematuhi dan mentaati peraturan yang telah disusun
dan berlaku di tempat sekolah.Hormat dan patuh kepada orang
tua, kepala sekolah, guru, dan karyawan.Serta mampu
terampil, bersikap sopan dan tanggung jawab. Dengan
demikian anak yang disiplin akan tampak perilaku sebagai
berikut:
-
50
a) Datang ke sekolah tepat waktu dan mengikuti proses
belajar mengajar sesuai jadwal yang ada.
b) Membuat jadwal belajar di rumah yang harus
dilaksanakan meskipun tidak ada tugas.
c) Belajar pada tempat yang telah disediakan agar tidak
terganggu dan mengganggu orang lain.
d) Selalu mentaati peraturan yang telah ditetapkan di
lingkungan dimana siswa itu berada, baik ketika berada di
sekolah, di rumah,maupun di lingkungan masyarakat.
Sementara Junaidi memberikan kesimpulan bahwa
aspek-aspek minat membaca adalah:
1) Sikap umum terhadap aktivitas membaca. 2) Pilihan spesifik untuk menyukai aktivitas membaca. 3) Merasa senang dengan aktivitas membaca. 4) Mendatangkan kepuasan pribadi. 5) Mempunyai nilai lebih dan memiliki arti penting. 6) Memperoleh manfaat ketika melakukan aktifitas
membaca.
7) Bersifat menetap dengan kata lain tidak bersifat sementara saja.
8) Melakukan aktifitas membaca secara berulang-ulang20
20 Junaidi, Pengembangan Evaluasi Pembelajaran PAI, (Jakarta:
Pustaka Pelajar, 2011), 29.
-
51
Disiplin dalam penentuan seseorang dapat dikatakan
memiliki sikap disiplin tentu ada beberapa sikap yang
mencerminkan kedisiplinan nya seperti indikator disiplin
yang dikemukaan Tu‟u21
dalam penelitian mengenai disiplin
sekolah mengemukakan bahwa “indikator yang menunjukan
perubahan hasil belajar siswa sebagai kontribusi mengikuti
dan menaati peraturan sekolah adalah meliputi: dapat
mengatur waktu belajar di rumah, rajin dan teratur belajar,
perhatian yang baik saat belajar di kelas, dan ketertiban diri
saat belajar di kelas.” Indikator-indikator lain yang dapat
digunakan untuk mengukur tingkat disiplin belajar siswa
berdasarkan ketentuan disiplin waktu dan disiplin perbuatan;
a) Disiplin Waktu, meliputi :
1) Tepat waktu dalam belajar, mencakup datang dan
pulang sekolah tepat waktu, mulai dari selesai
belajar di rumah dan di sekolah tepat waktu.
2) Tidak meninggalkan kelas/membolos saat pelajaran.
3) Menyelesaikan tugas sesuai waktu yang ditetapkan.
21
Tu‟u, Tulus, Peran Disipiln pada perilaku dan prestasi
Siswa, (Jakarta:Gramedia ,2004), h..91
-
52
b) Disiplin Perbuatan meliputi :
1) Patuh dan tidak menentang peraturan yang berlaku
2) Tidak malas belajar
3) Tidak menyuruh orang lain bekerja demi dirinya
4) Tidak suka berbohong
5) Tingkah laku menyenangkan, mencakup tidak
mencontek, tidak membuat keributan, dan tidak
mengganggu orang lain yang sedang belajar.
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Disiplin Belajar
Perilaku disiplin tidak akan tumbuh dengan
sendirinya, melainkan perlu kesadaran diri, latihan,
kebiasaan, dan juga adanya hukuman. Penanaman disiplin
perlu dimulai sedini mungkin mulai dari dalam lingkungan
keluarga. Mulai dari kebiasaan bangun pagi, makan, tidur,
dan mandi harus dilakukan secara tepat waktu sehingga anak
akan terbiasa melakukan kegiatan itu secara kontinyu.
Menurut Tu‟u ada empat faktor dominan yang
mempengaruhi disiplin yaitu:
1) Kesadaran diri. Sebagai pemahaman diri bahwa disiplin penting bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya. Selain
-
53
itu kesadaran diri menjadi motif sangat kuat bagi
terwujudnya disiplin. Disiplin yang terbentuk atas
kesadaran diri akan kuat pengaruhnya dan akan lebih
tahan lama dibandingkan dengan disiplin yang terbentuk
karena unsur paksaan atau hukuman.
2) Pengikutan dan ketaatan. Sebagai langkah penerapan dan praktik atas peraturan-peraturan yang mengatur perilaku
individunya.
3) Alat pendidikan. Untuk mempengaruhi, mengubah, membina, dan membentuk perilaku yang sesuai dengan
nilai-nilai yang ditentukan atau diajarkan.
4) Hukuman. Hukuman akan menyadarkan, mengoreksi, dan meluruskan yang salah, sehingga orang kembali
pada perilaku yang sesuai dengan harapan.
menambahkan faktor-faktor lain yang berpengaruh
dalam pembentukan disiplin yaitu; Teladan, Lingkungan
berdisiplin, dan Latihan berdisiplin.22
Sementara indikator yang menunjukan
pergeseran/perubahan hasil belajar siswa sebagai kontribusi
mengikuti dan menaati peraturan sekolah adalah meliputi:
dapat mengatur waktu belajar di rumah, rajin dan teratur
belajar, perhatian yang baik saat belajar di kelas, dan
ketertiban diri saat belajar di kelas. Adapun faktor yang
mempengaruhi disiplin belajar siswa antara lain :
22 Tu‟u, Tulus, Peran Disipiln pada perilaku dan prestasi
Siswa, (Jakarta:Gramedia ,2004),50
-
54
1) Baik buruknya hubungan guru dengan murid
Kondisi hubungan antara guru dengan murid akan
berpengaruh terhadap disiplin belajar siswa. Siswa akan
merasa senang bila guru bersikap baik maka siswa akan
menunjukkan ketaatan pada perintah guru dan
melaksanakan kedisiplinan belajar yang tinggi dan
mempunyai rasa saling menghormati.
2) Kesehatan mental siswa
Kesehatan mental seseorang akan sangat
mempengaruhi terhadap tingkah lakunya. Individu yang
kondisi mentalnya sehat akan menunjukkan tingkah laku
yang positif, sehingga tidak dimungkinkan terjadinya
pelanggaran.
3. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan sesuatu yang diperoleh dari
suatu proses usaha setelah melakukan kegiatan belajar yang
dapat diukur dengan menggunakan tes guna melihat
kemajuan siswa. Hasil pembelajaran adalah semua efek
-
55
yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari
penggunaan strategi pembelajaran. Penilaian hasil belajar
bertujuan melihat kemajuan hasil belajar peserta didik
dalam hal penguasaan materi pengajaran yang telah
dipelajarinya dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
Slameto23
mengemukakan bahwa hasil belajar
diukur dengan rata-rata hasil tes yang diberikan dan tes
hasil belajar itu sendiri adalah sekelompok pertanyaan atau
tugas-tugas yang harus dijawab atau diselesaikan oleh siswa
dengan tujuan mengukur kemajuan belajar siswa.
Sementara tes hasil belajar bermaksud untuk mengukur
sejauh mana para siswa telah menguasai atau mencapai
tujuan-tujuan pengajaran yang telah ditetapkan oleh guru
sebelum dimulainya proses belajar mengajar.
Menurut Sanjaya24
hasil belajar dapat
dikelompokkan menjadi tiga ranah, yaitu kognitif, afektif,
dan psikomotor. Yang diuraikan sebagai berikut:
23
Slameto, Proses Belajar Mengajara, (Jakarta: Bumi Aksara,
2010), 8 24
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group,2014),127
-
56
1) Ranah kognitif, adalah tujuan pendidikan yang
berhubungan dengan kemampuan intelektual atau
kemampuan berpikir.Domain kognitif menurut Bloom
terdiri dari enam tingkatan yaitu pengetahuan,
pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
2) Ranah afektif, berkenaan dengan sikap, nilai-nilai, dan
apresiasi. Ada lima tingkatan dalam ranah afektif ini
yaitu penerimaan, merespons, menghargai, organisasi,
dan pola hidup.
3) Ranah psikomotor, meliputi semua tingkah laku yang
menggunakan syaraf dan otot badan. Ada lima
tingkatan dalam ranah ini, yaitu imitasi, manipulasi,
presisi, artikulasi, dan naturalisasi.
Hasil belajar merupakan hasil dari interaksi tindakan
belajar dan tindakan mengajar dan dari sisi guru, tindakan
diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Hasil belajar
juga merupakan berkhirnnya pengalaman belajar. Dimyati
menyatakan bahwa terdapat lima kemampuan yang diperoleh
dari proses belajar mengajar yang dapat diamati tentang hasil
-
57
belajar yaitu: 1) Keterampilan intelektual, 2) Kemampuan
penguasaan strategi kognitif, 3) Kemampuan informasi
verbal, 4) Kemampuan yang berhubunngan dengan sikap
(afektif), 5) Kemampuan yang berhubungan dengan
keterampilan.25
Suparta menyebutkan hasil belajar harus
mengandung unsur peruhan pada diri siswa, perubahan-
perubahan tersebut termanifestasi dalam hal-hal berikut; a)
kebiasaan, b) keterampilan, c) pengamatan, d) berpikir
asosiatif, e) berpikir rasional dan kritis, f) sikap, g) inhibisi,
h) apresiasi, dan i) tingkahlaku afektif.26
b. Mengukur Hasil Belajar
Penilaian hasil belajar pada hakekatnya merupakan
suatu kegiatan untuk mengukur perubahan prilaku yang
terjadi pada diri siswa. Untuk mengukur dan mengevaluasi
tingkat keberhasilan belajar dapat dilakukan melalui tes
prestasi belajar, maka berdasarkan tujuan dan ruang
25
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2010),2 26
H.M. Suparta, dkk., Metodologi Pengajaran Agama
Islam,cet.ke-3, (Jakarta: Amissco, 2010), 44
-
58
lingkupnya tes prestasi belajar dapat digolongkan kedalam
jenis penilaian sebagai berikut:
1) Tes Formatif. Penilaian ini dilakukan untuk mengukur
satu atau beberapa pokok bahasan tertentu dan bertujuan
untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa
terhadap pokok bahasan tersebut. Hasil tes ini
dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar
mengajar bahan/pokok bahasan dalam waktu tertentu
juga dimanfaatkan guru untuk mengetahui keberhasilan
proses belajar mengajar.
2) Tes Subsumatif. Tujuannya adalah untuk memperoleh
gambaran daya serap siswa terhadap sejumlah pokok
bahasan yang telah diajarkan, untuk meningkatkan
prestasi belajar siswa. Hasil tes ini dimanfaatkan untuk
memperbaiki proses belajar mengajar dan
diperhitungkan dalam menentukan nilai raport.
3) Tes Sumatif. Tes ini diadakan untuk mengukur daya
serap siswa terhadap bahan pokokpokok bahasan yang
telah diajarkan selama satu semester atau dua tahun
-
59
pelajaran. Tujuannya adalah untuk menetapkan tingkat
atau taraf keberhasilan dalam suatu periode belajar
tertentu. Tes ini meliputi ujian akhir semester, tes
kenaikan kelas, ujian akhir sekolah dan ujian akhir
nasional.
c. Tes Hasil Belajar
Tes hasil belajar adalah suatu tes yang digunakan
untuk menilai hasil-hasil pelajaran yang telah diberikan
kepada siswa dalam jangka waktu tertentu. Menurut
Suharsimi bahwa tes adalah alat atau prosedur yang
digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu
dalam suasana tertentu dengan cara dan aturan-aturan yang
sudah ditentukan.27
Dalam prakteknya, pelaksanaan tes hasil
belajar dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu; tes tertulis,
tes lisan dan tes perbuatan.
a. Tes Tulis
Dalam tes ini di mana tester dalam mengajukan
butir-butir pertanyaan atau soalnya dilakukan secara
27
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Belajar, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2003), 53.
-
60
tertulis dan testee memberikan jawabannya secara
tertulis. Macam-macam tes tertulis antara lain: Tes
Essay, Tes Objektif, Tes Benar Salah (True-False Test),
Tes Menjodohkan, Tes Isian (Fiil in Test), Tes
Melengkapi (Completion Test), Tes Pilihan Ganda.
b. Tes Lisan
Tes lisan dapat berupa tanya jawab antara
penguji dengan siswa. Jenis tes ini dimana penguji
mengajukan pertanyaan- pertanyaan atau soalnya
dilakukan secara lisan, dan siswa memberikan
jawabannya secara lisan .
c. Tes Perbuatan
Tes perbuatan pada umumnya digunakan untuk
mengukur taraf kompetensi yang bersifat keterampilan
(psikomotorik), dimana penilaiannya dilakukan terhadap
proses penyelesaian tugas dan hasil akhir yang dicapai
oleh testee setelah melaksanakan tugas tersebut.28
28 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta:
Rajagrafindo Persada, 2009), 99
-
61
Sementara tes hasil belajar yang digunakan dalam
penelitian ini adalah tes tulis dengan jenis tes Pilihan Ganda
(P-G) dengan nilai jawaban benar 2 dan nilai jawaban salah
0 dan tes Essay dengan jumlah skor maksimal 5.
Sementara materi tes hasil belajar disesuaikan dengan
kompetensi Inti dan kompetensi dasar materi Sejarah
Kebudayaan Islam kelas VIII SMP sebagaimana telah
dijelaskan .
4. Pendidikan Agama Islam
a. Pengertian Pendidikan Islam
Pendidikan Islam adalah Pendidikan dapat diartikan
sebagai bimbingan atau pembinaan terhadap peserta didik.
Pendidikan dapat diartikan secara sempit, dan dapat pula
diartikan pula secara luas. Secara sempit diartikan
“bimbingan yang diberikan kepada anak-anak sampai
dewasa”. Secara luas pendidikan dapat diartikan sebagai
segala sesuatu yang menyangkut proses perkembangan
dan pengembangan manusia, yaitu menanamkan dan
mengembangkan nilai-nilai peserta didik, sehinga nilai-nilai
-
62
yang terkandung dalam pendidikan itu menjadi bagian dari
kepribadian dan gilirannnya menjadi orang yang pandai,
berprilaku baik, mampu hidup bahagia dan berguna bagi
masyarakat.29
Menurut Zakiah Daradjat pendidikan Islam
atau At-Tarbiyah Al-Islamiah adalah usaha bimbingan dan
asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai
pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran
agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan
hidup.30
Pendidikan Islam, pada umumnya mengacu pada
term al-tarbiyah, al-ta’dib, dan al-ta’lim yang dapat dipakai
secara bersamaan, karena memiliki kesamaan makna.
Namun secara esensial, setiap term memiliki
perbedaan, baik secara tekstual maupun kontekstual. Kata
al-tarbiyah berasal dari kata rabb yang bermakna, tumbuh,
berkembang, memelihara, merawat, mengatur, dan menjaga
kelestarian atau eksistensinya.
29
Suwito dan Fauzan, Perkembangan Pendidikan Islam di
Nusantara¸studi perkembangan sejarah dari abad 13 hingga abad 20
M, (Bandung : Angkasa Bandung, 2004,), 3 30
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, cet. IV, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2008), 86
-
63
Selanjutnya An-Nahlawi31
mengungkapkan bahwa
pendidikan Islam yang terkandung dalam term al-tarbiyah
terdiri atas empat unsur pendekatan, yaitu: pertama,
memelihara dan menjaga fitrah peserta didik menjelang
dewasa (baligh); kedua, mengembangkan seluruh potensi
menuju kesempurnaan; ketiga, mengarahkan seluruh fitrah
menuju kesempurnaan; keempat, melaksanakan pendidikan
secara bertahap. Sedangkan makna al-ta’lim lebih bersifat
universal dibandingkan al-tarbiyah maupun al-ta’dib.
Terlepas dari pemaknaan diatas, para ahli
pendidikan Islam telah mencoba memformulasikan
pengertian pendidikan Islam, di antara batasan yang sangat
variatif, adalah sebagai berikut:
1) Ahmad Tafsir mendifinisikan pendidikan Islam sebagai bimbingan yang diberikan oleh seseorang
agar ia berkembang secara maksimal sesuai
dengan ajaran Islam.32
2) Pendidikan Islam mengidentifikasi sasaran pada tiga pengembangan fungsi manusia yang mana
semua itu berjalan dengan misi agama Islam yang
bertujuan memberikan rahmat bagi sekalian
31
Abdurrahman An-Nahlawi, Prinsip-Prinsip dan Metode
Pendidikan Islam, terj. Herry Noer Aly, (Bandung: Diponegoro, 2002),31 32
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam,
(Bandung : Rosdakarya, 2004), 32
-
64
makhluk di alam ini, yaitu; menyadarkan manusia
sebagai makhluk sosial, menyadarkan manusia
sebagai khalifah Allah menyadarkan manusia
sebagai hamba Allah.33
3) Menurut Muhaimin, pendidikan Islam dapat difahami dalam beberapa pengertian. Pertama,
pendidikan Islami, pendidikan yang dikembangkan
dari ajaran Islam fundamental yaitu Al Qur`ān dan
Al Sunnaħ. Dalam pengertian ini pendidikan Islam
dapat berupa teori atau pemikiran yang dibangun
dari kedua sumber fundamental tersebut. Kedua,
pendidikan agama Islam, yakni upaya yang
dilakukan baik perseorangan maupun lembaga
dalam mendidikan agama Yakni proses dan praktik
pendidikan yang berkembang dalam sejarah
Islam.34
Dengan memperhatikan beberapa makna pendidikan
di atas, penulis menyimpulkan bahwa pendidikan Islam
menekankan pada bimbingan manusia baik secara jasmani
maupun rohani agar terbentuk kepribadian muslim yang bisa
memelihara dan menciptakan peradaban baik dalam
kehidupan pribadi maupun masyarakat melalui transformasi
ilmu pengetahuan. Dengan demikian terlihat jelas kontribusi
33
H. M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam tinjauan Teoritis dan
Praktis berdasarkan pendekatan indisipliner, (Jakarta, Bumi Aksara,
2008),126 34
Muhaimin, Paragigma Pendidikan Islam; Upaya
Mengefektifkan Pendidikan di Sekolah, (Bandung: Remaja
Roesdakarya,2008),29
-
65
pendidikan Islam terhadap perkembangan kepribadian
manusia dalam menjalani aktivitas kehidupannya. Zakiah
Darajat menyatakan bahwa pendidikan Islam harus bersifat
integralistik dan komprehensif, mencakup seluruh dimensi,
eksistensi, subtansi dan relasi manusia.35
Bahkan dari
beberapa pengertian di atas pula, maka dapat disimpulkan
bahwa pendidikan Islam, mencakup beberapa hal berikut;
1) Proses pemberian ilmu pengetahuan yang berlandaskan
Al-Qur‟an dan Al-Hadits disertai dengan materi
keislaman yang menjadi pedoman hidup dalam
masyarakat.
2) Usaha sadar yang dilakukan oleh pendidik kepada
peserta didik untuk mentransfer ilmu keislaman dan
merubah tingkah laku agar menjadi manusia sempurna.
3) Usaha untuk mengarahkan dan mengubah tingkah laku
individu untuk mencapai pertumbuhan kepribadian yang
sesuai dengan ajaran Islam dalam proses pendidikan
melalui latihan pikiran (kecerdasan, kejiwaan,
35
Abuddin Nata, Tokoh-tokoh Pembaruan Pendidikan Islam di
Indonesia. (Jakarta: Raja Grafindo,2005), 243
-
66
keyakinan, kemauan dan perasaan serta panca indra)
dalam seluruh aspek kehidupan manusia.
Proses pendidikan merupakan kesatuan antara teori
dan praktik pendidikan. Praksis pendidikan yang
merupakan kesatuan antar teori dan praktik meliputi unsur-
unsur manusia mengenai visi, misi dan program-program
pelaksanaan untuk mewujudkan visi dan misi tersebut.
Disamping aspek-aspek teoritis terdapat aspek pelaksanaan
atau praktik dari tindakan pendidikan.36
Al-Qur‟an menggambarkan bahwa Allah SWT.
adalah pencipta dan pemelihara alam semesta (rabbal
‘alamin),dalam penciptaan alam semesta termasuk manusia.
Tuhan menempuh proses yang memperlihatkan konsistensi
dan keteraturan. Dalam konteks yang terakhir ini, Tuhan
berada diposisi pendidik yang sesungguhnya.
Selanjutnya As-Sunnah sebagai landasan
pendidikan yang ke dua berisi akidah dan syariah , yang
36
Tilaar dan Riant Nugroho, Kebijakan Pendidikan;
Pengantar Untuk Memahami Kebijakan Pendidikan Dan Kebijakan Sebagai
Kebijakan Public, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2008, h. 137
-
67
berisi pedoman demi kemasalahatan hidupnya dalam segala
aspek dengan tujuan untuk membina umat manusia yang
seutuhnya atau seorang muslim yang beriman dan
bertaqwa.
Landasan pendidikan Islam ke tiga adalah Ijtihad ia
merupakan istilah para fuqaha, yaitu berfikir dengan
menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuwan
syariat islam untuk menentukan suatu hokum syariat islam
dalam hal-hal yang ternyata belum ditegaskan hukumnya
oleh Al-Qur‟an dan As-sunnah.
Sementara dasar pelaksanaan Pendidikan Agama
Islam di Indonesia khususnya untuk sekolah umum
mempunyai dasar- dasar yang cukup kuat. Dasar tersebut
dapat ditinjau dari berbagai segi yaitu: yuridis, Hukum,
Religius, dan Sosial psychologis.
1) Dasar dari segi yuridis/ hukum.
Yang dimaksud dengan dasar dari segi
yuridis/hukum ialah dasar-dasar pelaksanaan pendidikan
agama Islam yang bersumber dari peraturan perundang-
-
68
undangan yang secara langsung ataupun secara tidak
langsung dapat dijadikan pegangan dalam melaksanakan
pendidikan agama di sekolah-sekolah atau pun di lembaga-
lembaga pendidikan formal di Indonesia.
2) Dasar ideal.
Adalah dasar yang bersumber dari falsafah Negara
Pancasila, dimana sila pertama adalah Ketuhanan Yang
Maha Esa. Ini mengandung pengertian bahwa seluruh
bangsa Indonesia harus percaya kepada Tuhan Yang Maha
Esa, atau tegasnya harus beragama. Maka untuk merealisir
hal tersebut, maka di perlukan adanya pendidikan agama
kepada anak-anak karena tanpa adanya pendidikan agama,
akan sulit terwujud sila pertama dari Pancasila tersebut.
3) Dasar Religius.
Berkaitan dengan dasar agama dalam pelaksanaan
pendidikan agama Islam, maka dasar pertama adalah Al-
Quran yang tidak dapat diragukan lagi kebenarannya,
sedangkan dasar yang kedua adalah hadist Rasulullah.
-
69
يََٰأَي َُّها ٱلَِّذيَن ءَاَمُنوْا ُقوْا أَنُفَسُكم َوأَهِليُكم نَارا َوُقوُدَها ٱلنَّاُس ِئَكٌة ِغََلظ ِشَداد َّلَّ يَعُصوَن ٱللََّه َما أََمَرُهم َوٱحِلَجارَُة َعَليَها َملََٰ
(6)التحرمي : َويَفَعُلوَن َما يُؤَمُروَن
Artinya: Hai orang-orang yang beriman,
peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang
bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan. (QS. At-Tahrim:6).37
عُروِف َويَنَهوَن َ
ة َيدُعوَن ِإََل ٱخلرَِي َويَأُمُروَن بِٱدل نُكم أُمَّ َولَتُكن مِّفِلُحوَن
ُنَكِر َوأُْولََِٰئَك ُهُم ٱدل
ُ (401) العمران : َعِن ٱدل
Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu
segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma´ruf dan mencegah dari yang
munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (QS.
Al-Imran: 104).38
4) Dasar Sosial
Dalam kehidupan sehari-hari membutuhkan
bimbingan dan petunjuk yang benar, yang bernilai mutlak
untuk kebahagiaan hidup di dunia dan dan akhirat kelak,
37 Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Jakarta : Syamil Cipta Media, 2012), 38 Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Jakarta : Syamil Cipta Media, 2012),
-
70
maka kebutuhan akan pendidikan menjadi hal mendasar
dalam kehidupan beragama.
b. Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan pendidikan Islam adalah membentuk peserta
didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Allah, berakhlak mulia yang mencakup etika, budi pekerti,
atau moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama.
Tujuan pendidikan secara formal diartikan sebagai rumusan
kualifikasi, pengetahuan, kemampuan dan sikap yang harus
dimiliki oleh peserta didik setelah selesainya proses
pembelajaran yang identik dengan tujuan hidup manusia.
yaitu untuk menciptakan pribadi-pribadi dan menjadi hamba
Allah yang selalu bertakwa kepada-Nya, dan dapat mencapai
kehidupan yang berabahagia di dunia dan akhirat. Adapun
tujuan hidup manusia yang termaktub dalam Al-Qur‟an
adalah beribadah kepada Allah, sesuaidengan surat al-
Dzariyat ayat 56 yang berbunyi :
(66اريات :د)الُ َوَما َخَلقُت ٱجِلنَّ َوٱإِلنَس ِإَّلَّ لَِيعُبُدوِن
-
71
Artinya : Dan aku tidak menciptakan jin dan
manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku. (QS. Adz-Zariat: 56)
Sementara para ahli pendidikan telah memberikan
definisi tentang tujuan pendidikan Islam, di mana rumusan
atau definisi yang satu berbeda dari definisi yang lain.
Meskipun demikian, pada hakikatnya rumusan dari tujuan
pendidikan Islam adalah sama, mungkin hanya redaksi dan
penekanannya saja yang berbeda. Berikut ini akan kami
kemukakan beberapa definisi pendidikan Islam yang
dikemukakan oleh para ahli, berikut rumusan tujuan
pendidikan Islam dari berbagai ahli pendidikan;
1) Naquib al-Attas menyatakan bahwa tujuan pendidikan yang penting harus diambil dari pandangan hidup
(phylosophy of life). Jika pandangan hidup itu Islam maka
tujuannya adalah membentuk manusia sempurna (insan
kamil) menurut Islam. Pemikiran Naquib la-Attas ini tentu
saja masih bersifat global dan belum operasional.39
2) Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan
mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau
menjadi ahli ilmu agama.40
39
Muhammad Naquib Al-Attas, Konsep Pendidikan Islam,
Suatu Rangka Pembinaan filsafat Pendidikan Islam, terj. Haidar Bagir,
(Jakarta: Mizan, 1994), 86 40
Pemerintah RI, Undang-Undang RI No, 20 tahun 2003,
tentang sisdiknas, Pasal 30 ayat 2
-
72
3) Menurut Ramayulis, tujuan pendidikan Islam adalah menjadi hamba Allah tujuan ini sejalan dengan tujuan
hidup dan penciptaan manusia yaitu semata-mata untuk
beribadah kepada Allah, dalam hal ini pendidikan harus
memungkinkan manusia memahami dan menghayati
tentang Tuhannya sedemikian rupa, sehingga semua
perbuatannya ditujukan untuk beribadah kepada Allah.41
4) Ahmad Tafsir merumuskan tujuan pendidikan sama dengan tujuan manusia, yaitu menjadi manusia yang baik,
karena sudah merupakan fitrah bahwa manusia dan
keturunannya menginginkan menjadi manusia yang baik,
manusia yang baik adalah manusia yang mampu hidup
tenang dan produktif dalam kehidupan bersama.42
5) Ali Al-Khalil Abu al-„Ainaini, Sebagaimana dikutip Rokib, mengemukakan bahwa hakikat pendidikan Islam
adalah perpaduan antara pendidikan jasmani, akal, akidah,
akhlak, perasaan, keindahan, dan kemasyarakatan.
Adanya nilai keindahan atau seni yang dimasukkan oleh
al-„Ainaini dalam tujuan pendidikan agak berbeda dengan
definisi yang dikemukakan oleh para ahli lainnya.
Keindahan dan seni memang harus dieksplisitkan karena
kesempurnaan secara riil pada akhirnya ada pada nilai
seni.43
Semua definisi tentang tujuan pendidikan tersebut
secara praktis bisa dikembangkan dan diaplikasikan dalam
sebuah lembaga yang mampu mengintegrasikan,
41 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia,
2002), 133 42
Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islami,cet. IV, (Bandung:
Remaja Roesda Karya, 2010), 7 43
Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam Pengembangan
Pendidikan Integratif di Sekolah, Keluarga, dan Masyarakat, (Yogyakarta:
LKIS, 2009), 30
-
73
menyeimbangkan, dan mengembangkan kesemuanya dalam
sebuah institusi pendidikan. Indikator-indikator yang dibuat
hanyalah untuk mempermudah capaian tujuan pendidikan,
dan bukan untuk membelah dan memisahkan antara tujuan
yang satu dengan tujuan yang lain.
Dalam mencapai tujuan pendidikan Islam
sebagaimana yang telah dibahas di atas, maka diperlukan
prinsip-prinsip dalam mencapai tujuan tersebut. Berkaitan
dengan hal ini Abudin Nata dalam bukunya mengemukakan
sedikitnya lima prinsip dalam tujuan pendidikan Islam,
yaitu44
:
1) Universal (menyeluruh)
Pendidikan Islam berdasarkan prinsip ini bertujuan
untuk membuka, mengembangkan, dan mendidik segala
aspek pribadi manusia dan dayanya. Juga mengembangkan
segala segi kehidupan dalam masyarakat, turut
menyelesaikan masalah sosial dan memelihara sejarah dan
kebudayaan.
44
Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam Pada Periode Klasik
dan Pertengahan. (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2004), h.12
-
74
2) Keseimbangan dan Kesederhanaan
Dalam prinsip ini pendidikan Islam bermakna
mewujudkan keseimbangan antara aspek-aspek pertumbuhan
anak dan kebutuhan-kebutuhan individu, baik masa kini
maupun masa mendatang, secara sederhana yang berapiliasi
sesuai dengan semangat fitrah yang sehat. Kejelasan Prinsip
ini memberikan jawaban yang jelas dan tegas pada jiwa dan
akal dalam memecahkan masalah, tantangan dan krisis.
3) Realisme dan Realisasi
Kedua prinsip ini berusaha mencapai tujuan melalui
metode yang praktis dan realistis. Sesuai dengan fitrah.
terealisasi sesuai dengan kondisi dan kesanggupan individu,
sehingga dapat dilaksanakan pada waktu dan tempat.
4) Prinsip Dinamisme
Pendidikan Islam tidak beku dalam tujuan, kurikulum
dan metode-metodenya, tetapi selalu memperbarui dan
berkembang. Dia memberi respon terhadap perkembangan
individu, sosial, dan masyarakat, bahkan inovasi-inovasi dari
bangsa-bangsa lain di dunia.
-
75
Adapun tahap-tahap tujuan pendidikan Islam
sebagaimana yang diungkapkan Abu Ahmad dalam
Ramayulis45
mengatakan bahwa tahap-tahap tujuan
pendidikan islam meliputi : (1) tujuan tertinggi/terakhir, (2)
tujuan umum, (3) tujuan khusus, (4) tujuan sementara.
1) Tujuan Tertinggi/Terakhir
a) Insan Kamil
Tujuan ini bersifat mutlak, tidak mengalami
perubahan dan bersifat umum, karena sesuai dengan
konsep ketuhanan yang mengandung kebenaran mutlak.
Tujuan trtinggi tersebut dierumuskan dalam suatu itilah
yang disebut “insan kamil” (manusia paripurna).
b) Khalifah fil Ard
Tujuan ini dalam rangka mengupayakan agar
manusia mampu melestarikan bumi, mengambil
manfaat untuk kepentingan dirinya. Serta untuk
kemaslahatan semua yang ada di alam ini.
45
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam
Mulia, 2002),27
-
76
c) mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat
Untuk memperoleh kesejahteraan kebahagiaan
hidup di dunia sampai akhirat, baik individu maupun
masyarakat. secara ideal ketiga-tiganya harus dicapai
secara bersamaan melalui proses pencapaian yang sama
dan seimbang.
2) Tujuan Umum
Berbeda dengan tujuan tertinggi yang lebih
mengutamakan pendekatan filosofis, tujuan umum lebih
bersifat empirik dan realistik dan berfungsi sebagai arah yang
taraf pencapaiannya dapat diukur karena menyangkut
perubahan sikap, perilaku dan keperibadian.46
Dikatakan
umum karena berlaku bagi siapa saja tanpa dibatasi ruang
dan waktu. An-Nahlawy menunjukan empat tujuan umum
dalam dalam pendidikan islam, yaitu :
a) Pendidikan dan persiapan fikiran. Allah menyuruh
manusia merenungkan kejadian langit dan bumi agar
dapat beriman kepada Allah.
46
Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2012),47
-
77
b) Menumbuhkan potensi-potensi dan bakat- bakat asal
pada anak-anak. Islam adalah agama fitrah, sebab
ajarannya tidak asing bagi tabiat iasal manusia. Bahkan
ia adalah fitrah yang manusia ciptakan sesuai
dengannya, tidak ada kesukaran dan perkara luar biasa.
c) Menaruh perhatian pada kekuatan dan potensi generasi
muda dan mendidik mereka sebaik-baiknya, baik laki-
laki maupun perempuan.
d) Berusaha untuk menyumbangkan segala potensi-
potensi dan bakat-bakat manusia.
3) Tujuan Khusus
Tujuan khusus adalah pengkhususan atau operasional
tujuan tertinggi/terakhir dan tujuan umum (Pendidikan
Islam). Tujuan khusus bersifat relatif sehingga dimungkinkan
untuk diadakan perubahan dimana perlu sesuai dengan
tuntutan dan kebutuhan. Tujuan khusus ini bersasaran pada
faktor-faktor khusus tertentu yang menjadi salah satu aspek
penting dari tujuan umum, yaitu memberikan dan
mengembangkan kemampuan atau skill khusus pada anak.
-
78
4) Tujuan Sementara
Tujuan sementara pada umumnya merupakan tujuan-
tujuan yang dikembangkan dalam rangka menjawab segala
tuntutan kehidupan. Karena itu tujuan sementara itu
kondisional, tergantung faktor dimana peserta didik itu
tinggal atau hidup. Dengan pertimbangan itulah pendidikan
bisa menyesuaikan diri untuk memenuhi prinsip dinamis
dalam pendidikan dengan lingkungan yang bercorak apapun,
yang penting orientasi dari pendidikan itu tidak keluar dari
nilai-nilai ideal Islam.
Pendidikan Islam dalam kurikulum sekolah meliputi
beberap aspek yaitu sejarah kebudayaan Islam, Fikih, Al-
Qur'an Hadits, Aqidah Akhlaq. Sementara pembahasan
penelitian ini akan dikhususkan pada aspek pendidikan
sejarah kebudayaan Islam (SKI).
-
79
c. Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)
1. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam
Pendidikan Agama Islam di sekolah-sekolah Umum
seperti halnya SMP adalah merupakan suatu mata pelajaran
yang berdiri sendiri dan meliputi beberapa aspek yaitu; Al-
Quran-Hadist, Aqidah-ahlak, ibadah/ muamalah (Fiqih) dan
Sejarah Kebudayaan Islam. Sementara di Madrasah, aspek-
aspek tersebut dijadikan sebagai sub-sub mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam yang terpisah-pisah, meliputi :
mata pelajaran Al quran Hadist, Fiqih, Akidah Akhlak, dan
Sejarah Kebudayaan Islam.
Mata Pelajaran sejarah kebudayaan Islam (SKI)
dalam kurikulum Madrasah adalah salah satu bagian mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diarahkan untuk
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,
menghayati Sejarah Kebudayaan Islam, yang kemudian
menjadi dasar pandangan hidup, melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan pengataman
dan pembiasaan. Dalam mata pelajaran sejarah kebudayaan
-
80
Islam mencakup perkembangan perjalanan hidup tokoh-
tokoh muslim dari masa ke masa dalam usaha bersyari‟ah
dan berakhlak serta dalam mengembangkan system
kehidupan yang dilandasi oleh akidah.47
Sehingga setelah
mengikuti pembelajaran sejarah kebudayaan Islam siswa
mampu mengambil ibrah atau pelajaran untuk kehidupan
mereka selanjutnya.
Pembelajaran sejarah akan memberikan contoh
teladan yang sempurna kepada pembinaan tingkah laku
manusia yang ideal dalam kehidupan pribadi dan sosial
anak-anak dan mendorong mereka untuk mengikuti teladan
yang baik, dan bertingkah laku seperti Rasul.
2. Ruang Lingkup Materi SKI SMP kelas VIII
Pada tingkat SMP kelas VIII, kurikulum SKI
disusun secara sistematis dengan membahas tentang Dinasti
Umayah dan dinasti Abbasiyah. Yang terdiri dari beberapa
pembahasan berikut;
47 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam,
(Jakarta : Raja Grafindo,2005),3
-
81
1) Daulah Umayyah, pembahasan tentang ; daulah umayyah
di Damaskus, daulah umayyah di Andalusia,
perkembangan ilmu pengetahuan zaman daulah Umayyah,
dan pertumbuhan kebudayaan daulaulah Umayyah48
2) Dinasti Abbasiah, meliputi; perkembangan ilmu
pengetahuan zaman Abbasiyah dan pertumbuhan
kebudayaan dinasti Abbasiayah.49
Lebih jelasnya ruang lingkup sejarah kebudayaan
Islam untuk SMP kelas VIII berdasarkan Kompetensi Inti
(KI) dan Kompetensi Dasar (KD) Pendidikan Agama Islam
kelas VIII SMP/MTs pada kurikulum 2013 maka materi
untuk sub pokok bahasan SKI adalah sebagai berikut;
KOMPETENSI INTI 1
(SIKAP SPIRITUAL)
KOMPETENSI INTI 2
(SIKAP SOSIAL)
1. menghargai dan
menghayati ajaran agama
yang dianutnya
2. menunjukkan perilaku
jujur, disiplin, tanggung
jawab, peduli (toleran, gotong
48
Muhammad Ahsan, dkk., Pendidikan Agama Islam dan Budi
pekerti, (Jakarta; Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan,2014), 85 49
Muhammad Ahsan, dkk., Pendidikan Agama Islam dan Budi
pekerti, (Jakarta; Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan,2014), 166
-
82
royong), santun, percaya diri
dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan
sosial dan alam dalam
jangkauan pergaulan dan
keberadaannya
1.13. meyakini bahwa
pertumbuhan ilmu
pengetahuan pada masa
Bani Umayah sebagai bukti
nyata agama Islam
dilaksanakan dengan benar
2.13. menunjukkan perilaku
tekun sebagai implementasi
dalam meneladani ilmuwan
pada masa Bani Umayyah
1.14. meyakini bahwa
pertumbuhan ilmu
pengetahuan pada masa
Abbasiyah sebagai bukti
nyata agama Islam
dilaksanakan dengan benar
2.14. menunjukkan perilaku
gemar membaca sebagai
implementasi dalam
meneladani ilmuwan pada
masa Abbasiyah
-
83
KOMPETENSI INTI 3
(PENGETAHUAN)
KOMPETENSI INTI 4
(KETERAMPILAN)
3. memahami dan
menerapkan pengetahuan
(faktual, konseptual, dan
prosedural) berdasarkan
rasa ingin tahunya tentang
ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya
terkait fenomena dan
kejadian tampak mata
4. mengolah, menyaji, dan
menalar dalam ranah konkret
(menggunakan, mengurai,
merangkai, memodifikasi, dan
membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca,
menghitung, menggambar,
dan mengarang) sesuai dengan
yang dipelajari di sekolah.
3.13. memahami sejarah
pertumbuhan ilmu
pengetahuan masa Bani
Umayah
4.13. menyajikan rangkaian
sejarah pertumbuhan ilmu
pengetahuan pada masa Bani
Umayah
3.14. memahami sejarah
pertumbuhan ilmu
pengetahuan masa
Abbasiyah
4.14. menyajikan rangkaian
sejarah pertumbuhan ilmu
pengetahuan pada masa
Abbasiyah
-
84
3. Tujuan Pembelajaran SKI
Sebagai dasar pandangan hidup, maka mata pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) bertujuan agar peserta didik
memiliki kemampuan sebagai berikut :
a) Peserta didik yang membaca sejarah adalah untuk menyerap unsur-unsur keutamaan dari padanya agar
mereka dengan senang hati mengikuti tigkah laku para
Nabi dan orang-orang shaleh dalam kehidupan sehari-hari.
b) Studi sejarah dapat mengembangkan iman, mensucikan moral, membangkitkan patriotism dan mendorong untuk
berpegang pada kebenaran serta setia kepadanya.
c) Pembelajaran sejarah akan memberikan contoh teladan yang sempurna kepada pembinaan tingkah laku manusia
yang ideal.
d) Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari
masa lampau, masa kini, dan masa depan.
e) Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar.
f) Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah.
g) Menumbuhkan pemahaman peserta didik terhadap proses terbentuknya sejarah Islam melalui sejarah yang
panjang.50
Sementara hikmah dari pembelajaran SKI dengan sub
pokok bahasan sebagaimana di jelaskan sebelumnya adalah;
1) Meningkatkan rasa cinta terhadap ilmu pengetahuan
2) Semakin rajin membaca dan menuntut ilmu
50 Chabib Thoha, dkk., Metodelogi Pengajaran Agama,
(Semarang: Pustaka Pelajar, 1999), 223
-
85
3) Percaya diri dan pantang menyerah
4) Tekun dalam belajar.
4. Fungsi Pembelajaran SKI
Pembelajaran SKI setidaknya memiliki tiga fungsi
sebagai berikut:
a) Fungsi edukatif. Melalui sejarah peserta didik
ditanamkan menegakkan nilai, prinsip, sikap
hidupyang luhur dan Islami dalam menjalankan
kehidupan sehari-hari.
b) Fungsi keilmuan. Peserta didik memperoleh
pengetahuan yang memadai tentang masa lalu Islam
dan kebudayaannya.
c) Fungsi transformasi. Sejarah merupakan salah satu
sumber yang sangat penting dalam rancang
ransformasi masyarakat, kemudian sebagai bentuk
lain pendidikan akhlak, dan untuk mengetahui
perkembangan agama Islam seluruh dunia.
-
86
B. Penelitian Terdahulu yang Relevan
1. Tesis atas nama Rumliah NIM: 144031032 “Pengaruh
Pola Asuh Orang Tua terhadap disiplin belajar (Penelitian
dilakukan di kelas IX SMP Amalia Ciawi Bogor), Tesis
program pascasarjana IAIN Surakarta tahun 2016.
Fokus penelitian ini adalah pada pola asuh orang
tua dan pengaruhnya terhadap disiplin belajar. Dengan
demikian persamaan dengan penelitian yang penulis
lakukan adalah pada variable X2 yaitu disiplin belajar.
Adapun perbedaan penelitian ini dengan yang
penulis lakukan adalah pada tingkat sekolah yang
dijadikan obyek penelitian, dan pada variabel X1 dimana
penulis tentang pembiasaan literasi keagamaan, kemudian
dalam tesis ini hanya terdiri dari dua variable yaitu satu
variabel terikat dan satu variable bebas.
2. Tesis atas nama Muhammad Asrul Rohman, Hubungan
Antara Disiplin Belajar Dengan Prestasi Belajar
Pendidikan Kewarganegaraan Pada Siswa Kelas V SDN
04 Dayamurni Kabupaten Tulang Bawang Barat. Tesis
-
87
Program Pasca Sarjana Universitas Lampung (UNILA)
tahun 2016.
Adapun hasil penelitian ini menunjukan bahwa r
hitung sebesar 0,843 > r tabel yaitu 0,423 sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan
sangat kuat antara disiplin belajar dengan prestasi belajar
pendidikan kewarganegaraan pada siswa.
Persamaan dengan tesis penulis yaitu pada variabel
X (variabel bebas) dan variabel Y (variabel terikat)
sementara perbedaan terletak pada jumlah variable X
dimana penulis terdiri dari dua variabel, sementara
penelitian ini hanya satu variabek X (variabel bebas)
perbedaan yang lain adalah pada pelajarannnya dimana
pelitian ini adalah pelajaran Pendidikan Kwarga Negaraan
(PKN) sementara penulis pada pelajaran pendidikan
Agama Islam.
3. Penelitian Anna Fadmawati yang berjudul “Hubungan
Antara Perhatian Orang Tua Dan Disiplin Belajar
Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Matematika
-
88
Kelas IV SDN Kedung Waduk Kabupaten Sragen Tahun
Ajaran 2011/2012” dengan hasil penelitian sebagai
berikut:
a) Perhatian orang tua berpengaruh positif terhadap
prestasi belajar
b) Disiplin belajar siswa berpengaruh positif terhadap
prestasi belajar
c) Perhatian orang tua dan Disiplin belajar siswa secara
bersama-sama berpengaruh positif terhadap prestasi
belajar Matematika siswa kelas IV SD Negeri
Kedung Waduk Kabupaten Sragen tahun pelajaran
2011/2012.
Persamaan dengan tesis penulis yaitu pada variabel
X2 dan variabel Y sementara perbedaan terletak pada
variable X1 yaitu tentang perhatian orang tua, sementara
tesis penulis tentang pembiasaan literasi. perbedaan yang
lain adalah pada pelajarannnya dimana pelitian ini adalah
pelajaran Matematika sementara penulis pada pelajaran
pendidikan agama Islam (PAI).
-
89
C. Kerangka Berpikir
1. Pembiasaan
Pembiasaan adalah proses pendidikan yang
berlangsung dengan jalan membiasakan anak didik untuk
bertingkah laku, berbicara, berpikir dan melakukan aktivitas
tertentu menurut kebiasaan yang baik. Kebiasaan adalah
perbuatan yang dilakukan secara berulang-ulang tanpa
adanya unsur paksaan. Perkembangan kebiasaan melakukan
kegiatan merupakan proses belajar yang dalam kamus besar
bahasa Indonesia “kebiasaan adalah sesuatu yang biasa
dilakukan, kebiasaan juga berarti pola untuk melakukan
tanggapan terhadap situasi tertentu yang dipelajari oleh
seorang individu dan yang dilakukannya secara berulang
untuk hal yang sama”51
. Inti dari pembiasaan ialah
pengulangan. Jika guru setiap masuk kelas mengucapkan
salam, itu telah dapat diartikan sebagai usaha
membiasakan”.52
51
Departemen Pendidikan dan kebudayaan RI, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,2010),329 52
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam dalam Perspektif Islam,
cet.ke-9 ,(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), 144.
-
90
Dengan demikian pembiasaan yang menghasilkan
kebiasaan bukanlah sesuatu yang alamiah dalam diri manusia
tetapi merupakan hasil proses belajar dan pengaruh
pengalaman dan keadaan lingkungan sekitar. Karena itu
kebiasaan dapat dibina dan ditumbuhkembangkan.
Dalam hal kebiasaan membaca, realitas yang ada
dalam masyarakat hingga saat ini masih menganggap
aktifitas membaca hanyalah sebatas kegiatan untuk
menghabiskan waktu (to kill time), bukan kegiatan untuk
mengisi waktu (to full time). Artinya aktifitas membaca
belum menjadi kebiasaan (habbit) tapi lebih kepada kegiatan
‟iseng”. Ciri khas daripada metode pembiasaan adalah
kegiatan yang berupa pengualangan yang berkali-kali dari
suatu hal yang sama. Pengulangan ini sengaja dilakukan
berkali-kali supaya asosiasi antara srimulus dengan respon
menjadi sangat kuat.Dengan demikian, terbentuklah
pengetahuan siap atau ketrampilan yang konsisten yang
setiap saat dapat dipergunakan oleh yang bersangkutan.
-
91
Jadi definisi operasional dari pembiasaan dalam tesis
ini adalah kegiatan membaca yang dilakukan secara
berulang dan sejauhmana siswa kelas VIII SMP negeri 2
kota Cilegon mengikuti program pembiasaan tersebut yang
difokuskan pada pembiasaan literasi dalam hal agama pada
sub sejarah kebudayaan Islam, adapun kegiatan ini
diselenggarakan di sekolah dan merupakan aktivitas rutin
siswa. Tujuan dilakuknnya kegiatan pembiasaan ini adalah
sebagai salah satu meningkatkan hasil belajar pendidikan
agama Islam siswa kelas VIII SMP Negeri 2 kota Cilegon.
2. Literasi keagamaan
Literasi keagamaan adalah kemampuan membaca
dalam bidang agama, budaya literasi dimaksudkan untuk
melakukan kebiasaan membaca yang pada akhirnya akan
meningkatkan hasil belajar, karena membiasakan diri untuk
membaca adalah proses menuju hasil yang diinginkan.
Adapun pengertian literasi dalam Kamus besar
Bahasa Indonesia diartikan sebagai sesuatu yang
-
92
berhubungan dengan tulis-menulis.53
Hana Yunansah literasi
adalah kemampuan untuk menggunakan bahasa dan gambar
dalam bentuk yang kaya dan beragam untuk membaca,
menulis, mendengarkan, berbicara, melihat, menyajikan, dan
berpikir kritis tentang ide-ide.54
Dalam dunia pendidikan
umum mata pelajaran pendidikan agama Islam biasanya
terkelompokkan dalam sub bagian bidang studi. di dalamnya
terdiri dari sub bidang studi, yaitu; Al-qur‟an hadits, fiqih,
Aqidah Akhlak, dan Sejarah Kebudayaan Islam (SKI).
Pembiasaan literasi keagamaan (SKI) di sekolah
dilaksanakan berdasarkan tujuan-tujuan tertentu.55
Adapun
pembiasaan literasi keagamaan yang menjadi fokus dalam
penelitian adalah membaca literatur pendidikan agama Islam
pada sub pokok bahasan Sejarah kebudayaan Islam tentang
Islam Masa Umayyah dan masa Abbasiyah dan dilaksanakan
53
Departemen Pendidikan dan kebudayaan RI, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,2010),129 54 Hana Yunansah, dkk., Pembelajaran Literasi,Strategi
Meningkatrkan Kemampuan Literasi, Matematika, Sains, Membaca, Dan
Menulis. (Jakarta: Bumi Aksara, 2017),1 55
Hana Yunansah, dkk., Pembelajaran Literasi,Strategi
Meningkatrkan Kemampuan Literasi, Matematika, Sains, Membaca, Dan
Menulis. (Jakarta: Bumi Aksara, 2017),22
-
93
untuk mencapai hasil belajar pendidikan agama Islam,
dengan demikian definisi operasional literasi adalah
sejauhmana pelaksanaan pembiasaan litersi dilaksanakan di
SMP Negeri 2 kota Cilegon, yang dibatasi oleh materi dalam
kelompok SKI yaitu; Islam pada Daulah Umayyah dan
Abbasiyah. ecara operadalam tesis ini difokuskan pada
pengertian awal literasi yaitu literasi mempunyai makna
membaca.
3. Disiplin Belajar.
Disiplin adalah kepatuhan terhadap peraturan atau
tunduk pada pengawasan atau pengendalian. Tujuan
berdisiplin adaah mengembangkan watak agar dapat
mengendalikan diri, agar berprilaku tertib dan efisien, dapat
mengatur tatanan kehidupan pridadi dan kelompok.56
Kedisiplinan mempunyai peranan dalam mencapai tujuan.
Disiplin belajar berkaitan erat dengan kepatuhan
siswa terhadap peraturan-peraturan tertentu, baik yang
ditetapkan oleh diri sendiri maupun pihak lain. Dalam belajar
56
Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru,(Surabaya:
Usaha Nasional, 2002), 12
-
94
siswa harus memiliki kesadaran sendiri untuk mematuhinya
tanpa harus ada paksaan dari orang lain. Adapun kepatuhan
terhadap peraturan secara sadar merupakan modal utama
dalam menghasilkan perilaku yang positif dan produktif.
Positif artinya sadar akan tujuan yang akan dicapai,
sedangkan produktif adalah melakukan kegiatan yang
bermanfaat. Proses belajar terjadi karena siswa memperoleh
sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Ngalim Purwanto
menyatakan bahwa belajar adalah setiap perubahan yang
relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu
hasil dari latihan atau penglaman.57
Dengan demikian bila disiplin dikaitkan dengan
belajar maka disiplin belajar dapat dikatan sebagai
keterikatan prilaku dan pikiran seseorang terhadap ketentuan
dan peraturan dalam proses belajar. Tu‟u58
menyatakan
bahwa: “disiplin belajar akan berdampak positif bagi
kehidupan siswa, mendorong mereka belajar konkret dalam
57
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2013), 84 58
Tu‟u, Tulus, Peran Disipiln Pada Perilaku Dan Prestasi
Siswa, (Jakarta:Gramedia ,2004), 163
-
95
praktik hidup di sekolah serta dapat beradaptasi”. disiplin
belajar juga disebut serangkaian prilaku seseorang yang
menunjukan ketaatan dan kepatuhan terhadap peraturan, tata
tertib norma kehidupan yang berlaku karena didorong adanya
kesadaran dari dalam dirinya untuk melaksanakan tujuan
belajar yang diinginkan.
Berdasarkan uraian tentang di atas maka penulis
dapat menyimpulkan bahwa disiplin belajar adalah
keteraturan dan ketaatan siswa dalam menggunakan dan
memanfaatkan waktu belajar baik di sekolah maupun di
rumah. Adapun yang menjadi indicator dalam disiplin belajar
pada penelitian ini adalah taat pada peraturan, tertib
mengikuti peraturan, tanggungjawab terhadap peraturan dan
konsisten dalam mengikuti peraturan belajar. Indikator-
indikator disiplin belajar sebagaimana tersebut di atas yang
menunjukan pergeseran/perubahan hasil belajar siswa
sebagai kontribusi mengikuti dan menaati peraturan-
peraturan belajar, yang meliputi; perhatian yang baik saat
belajar, kepatuhan menjalankan tugas-tugas pelajaran,
-
96
kepatuhan dan ketertiban diri saat belajar, dan kepatuhan
terhadap waktu datang dan pulang sekolah, dan ketersediaan
waktu dan tempat belajar.
Adapun definisi operasional disiplin belajar yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah sejauhmana ketaatan
dan kepatuhan siswa dalam mengikuti kegiatan literasi
keagamaan di kelas VIII SMP negeri 2 kota Cilegon.
4. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah semua efek yang dapat dijadikan
sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan strategi
pembelajaran. Hasil belajar juga dikatakan sebagai
perubahan tingkahlaku yang disadari, kontinu, fungsional,
positif, tetap, bertujuan, dan komprehensif.59
Penilaian hasil belajar bertujuan melihat kemajuan
hasil belajar siswa dalam hal penguasaan materi pengajaran
yang telah dipelajarinya dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Sementara H.M. Suparta menyebutkan hasil belajar harus
mengandung unsur perubahan pada diri siswa, perubahan
59
Yusep Suryana, dkk., Kegiatan Pembelajaran Yang Mendidik,
(Sura