bab ii kajian pustaka, kerangka pemikiran dan …repository.unpas.ac.id/36965/6/bab ii.pdfpenyajian...
TRANSCRIPT
20
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Signalling Theory
Signalling theory menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh
manajer untuk mengurangi asimetri informasi yang terjaadi terhadap berbagai
pihak yang berhubungan dengan perusahaan. Dalam praktinya, kualitas masing-
masing perusahaan berbeda sehingga proses signal adalah sebuah tindakan yang
dilakukan oleh manajer tingkat atas dan tidak akan mungkin dilakukan oleh
manajer tingkat menegah dan bahwa (Scott, 2009) sehingga sinyal yang diberikan
mempunyai kredibilitas dan dapat dipercaya oleh para investor dan pengguna
lainnya (Mutmainah, 2012).
Salah satu contoh kebijakan akuntansi yang bisa memberikan sinyal
adalah kebijakan konservatisme di mana ketika kebijakan akuntansi konservatif
yang dianut untuk menyusun laporan keuangan akan memberikan sinyal
mengenai pandangan manajer sehubungan dengan masa depan perusahaan (Scott,
2009). Manager memberikan informasi melalui laporan keuangan bahwa mereka
menerapkan kebijakan akuntansi konservatisme yang menghasilkan laba yang
lebih berkualitas karena prinsip ini mencegah perusahaan melakukan tindakan
membesar-besarkan laba dan membantu pengguna laporan keuangan dengan
menyajikan laba dan aktiva yang tidak overstate (Efry dkk, 2013).
21
Lebih lengkapnya, signalling theory menjelaskan bahwa jika kondisi
keuangan dan prospek perusahaan baik, manajer mamberi sinyal dengan
menyelenggarakan akuntansi agresif yang tercermin dalam akural diskresioner
positif untuk menunjukan bahwa kondisi keuangan perusahaan dan laba periode
sekarang serta yang akan datang lebih baik. Jika perusahaan dalam kesulitan
keuangan dan mempunyai prospek buruk, manajer memberi sinyal dengan
menyelenggarakan akuntansi konservatif yang tercermin dalam akrual
diskresioner negatif untuk menunjukan bahwa kondisi keuangan perusahaan
sedang terpuruk (Mutmainah, 2012)
2.1.2 Analisis Laporan Keuangan
2.1.2.1 Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan dapat dengan jelas memperlihatkan gambaran kondisi
keuangan bagi perusahaan. Laporan keuangan yang merupakan hasil dari kegiatan
operasi normal perusahaan akan memberikan informasi keuangan yang berguna
bagi berbagai pihak baik didalam perusahaan itu sendiri maupun pihak lain di luar
perusahaan.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam PSAK NO. 1 (2015:1) Laporan
keuangan adalah: “... penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja
keuangan suatu entitas.”
Sedangkan pengertian laporan keuangan menurut PSAK No. 1 (2015:2)
Laporan Keuangan adalah sebagai berikut:
22
“... merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. laporan keuangan
yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan
perubahan posisi keuangan (yang dpat disajikan dalam berbagai cara
misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan
laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari
laporan keuangan. disamping itu juga termasuk skedul dan informasi
tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya, informasi
keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh
perubahan harga.”
James M. Reeve (2013:22) yang dialih bahasakan oleh Damayanti Dian
menjelaskan Laporan keuangan adalah: “... laporan yang menyediakan informasi
yang dipersiapkan setelah transaksi dicatat dan dirangkum bagi pengguna.”
Selanjutnya menurut Munawir (2007:2) pengertian laporan keuangan pada
dasarnya adalah: “... hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat
untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan
pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau efektivitas perusahaan
tersebut.”
Dari beberapa pengertian tersebut, maka penulis menyimpulkan bahwa
laporan keuangan merupakan alat komunikasi yang dapat digunakan oleh
perusahaan untuk menunjukan keadaan serta kinerja perusahaan tersebut.
2.1.2.2 Pengguna dan Tujuan Laporan Keuangan
Menurut Irham Fahmi (2016:24) bahwa: “Tujuan dari laporan keuangan
adalah untuk memberikan informasi kepada pihak yang membutuhkan tentang
kondisi suatu perusahaan dari sudut angka-angka dalam satuan moneter”.
23
Kemudian Skousen, Stice, dan Stice yang dialih bahasakan oleh Irfan
Fahmi (2016:25) juga menjelaskan tujuan laporan keuangan yang diungkapkan
didalam rangka konseptual adalah sebagai berikut:
1. Kegunaan (Usefulness)
2. Dapat dipahami (Understandability)
3. Target Audiens; Investor dan Kreditor
4. Penilaian arus kas masa yang akan datang
5. Mengevaluasi Sumber daya ekonomi
6. Fokus primer pada laba
Sedangkan menurut Dwi Martani (2012:34) pengguna laporan keuangan
meliputi investor, calon investor, pemberi pinjaman, karyawan, pemasok, kreditur
lainnya, pelanggan, pemerintah, lembaga, dan masyarakat. Pengguna tersebut
menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi kebutuhan informasi yang
berbeda, diantaranya sebagai berikut:
1. Investor: menilai entitas dan kemampuan entitas membayar deviden
dimasa mendatang. Investor dapat memutuskan untuk membeli atau
menjual saham entitas.
2. Karyawan: kemampuan memberikan balas jasa, manfaat pensiun, dan
kesempatan kerja.
3. Pemberi pinjaman: kemampuan membayar hutang dan bunga yang akan
mempengaruhi keputusan apakah akan memberikan pinjaman.
4. Pemasok dan kreditur lain: kemampuan entitas membayar liabilitasnya
pada saat jatuh tempo.
5. Pelanggan: kemampuan entitas menjamin kelangsungan hidupnya.
6. Pemerintah: menilai bagaimana alokasi sumber daya.
7. Masyarakat: menilai tren dan perkembangan kemakmuran entitas.
2.1.2.3 Jenis-jenis Laporan Keuangan
Jenis laporan keuangan bermacam-macam baik berupa laporan utama
maupun laporan pendukung. Jenis-jenis laporan keuangan disesuaikan dengan
kegiatan usaha perusahaan yang bersangkutan dan pihak yang memilki
24
keterkaitan untuk memerlukan informasi keuangan pada suatu perusahaan
tertentu.
Menurut Mamduh M Hanafi (2014:12) mengemukakan, secara umum
ada tiga bentuk laporan keuangan yang dihasilkan oleh suatu organisasi yaitu:
1. Neraca
Neraca digunakan untuk menggambarkan kondisi keuangan perusahaan.
Neraca bisa digambarkan sebagai potret kondisi keuangan suatu
perusahaan pada suatu waktu tertentu, yang meliputi aset perusahaan dan
klaim atas aset tersebut (meliputi hutang dan saham sendiri).
2. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi melaporkan prestasi perusahaan selam jangka waktu
tertentu. Laba bersih merupakan selisih antara total pendapatan dikurangi
dengan total biaya. Pendapatan mengukur aliran masuk aset bersih
setelah dikurangi hutang dari penjualan barang dan jasa. Biaya mengukur
aliran keluar aset bersih karena digunakan atau dikunsumsikan untuk
memperoleh pendapatan.
3. Laporan Aliran Kas
Laporan aliran kas menyajikan informasi aliran kas masuk atau keluar
bersih pada suatu periode, hasil dari tiga kegiatan pokok perusahaan yaitu
operasi, investasi, dan pendanaan. Aliran kas diperlukan terutama untuk
mengetahui kemampuan perusahaan yang sebenarnya dalam memenuhi
kewajiban-kewajibannya. Ada beberapa kasus dimana perusahaan
menguntungkan (selalu memperoleh laba), tetapi tidak mampu
membayar hutang-hutangnya kepada supplier, karyawan, dan krediut-
kreditur lainnya. Perusahaan-perusahaan yang sedang tumbuh biasanya
mengalami kejadian seperti itu; menguntungkan tetapi tidak mempunyai
kas yang cukup.
Sedangkan Rudianto (2012:17) menjelaskan jenis-jenis laporan keuangan
sebagai berikut:
1. Laporan Laba Rugi Komprehensif (Statement of Comprehensif Income),
yaitu laporan yang menunjukan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba selama suatu periode akuntansi atau satu tahun. Secara
umum, laporan laba rugi terdiri dari unsur pendapatan dan unsur beban.
Pendapatan usaha dikurangi beban usaha akan menghasilkan laba usaha.
2. Laporan Perubahan Ekuitas (Statement of Changes in Equity), yaitu
laporan yang menunjukan perubahan hak residu atas aset perusahaan
25
setelah dikurangi semua kewajiban. Secara umum, laporan perubahan
ekuitas milik perusahaan perseroan terbatas melibatkan unsur modal
saham, laba usaha, dan deviden. Modal saham dan laba ditahan pada awal
periode ditambah dengan penanaman modal saham dan laba usaha periode
tersebut, dikurangi dengan deviden yang dibagikan kepada pemegang
saham perusahaan akan menghasilkan ekuitas pada akhir periode.
3. Laporan Posisi Keuangan (Statement of Financial Position), yaitu daftar
yang menunjukan posisi sumber daya yang dimiliki perusahaan, serta
informasi dari mana sumber daya tersebut diperoleh.
4. Laporan Arus Kas (Statement of Cash Flows) adalah laporan yang
menunjukan aliran uang yang diterima dan yang digunakan perusahaan
selama satu periode akuntansi, beserta sumber-sumbernya. Secara umum
semua aktivitas perusahaan dapat dikelompokan kedalam tiga kelompok
aktivitas utama yang berkaitan dengan penyusunan laporan arus kas
diantaranya; aktivitas operasi, aktivitas investasi, aktivitas pembiayaan.
Dalam laporan keuangan yang dihasilkan oleh proses akuntansi tersebut
juga terdapat rasio-rasio yang biasa atau sering digunakan dalam menganalisis
laporan keuangan yang berguna untuk mengetahui kondisi serta menilai kinerja
perusahaan. Salah satu rasio tersebut adalah rasio profitabilitas.
2.1.2.4 Keterbatasan Laporan Keuangan
Menurut Fahmi (2011:10) laporan keuangan juga memiliki beberapa
keterbatasan yaitu:
1. Laporan keuangan bersifat historis yang merupakan laporan atas kejadian
yang telah berlalu, sehingga tidak dapat menjadi satu-satunya sumber
informasi dalam proses pengambilan keputusan ekonomi.
2. Laporan keuangan bersifat umum dan bukan dimaksudkan untuk
memenuhi kebutuhan pihak tertentu.
3. Proses penyusunan laporan keuangan tidak jauh dari penggunaan taksiran
dan berbagai pertimbangan.
4. Akuntansi hanya melaporkan informasi yang material.
5. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian.
6. Lebih menekankan pada makna ekonomis suatu peristiwa/transaksi.
7. Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah-istilah teknis
sehingga pemakai laporan keuangan harus mengerti dan menguasai istilah-
istilah teknis tersebut.
26
Selaras dengan Fahmi (2011:10), menurut Darsono (2005:25)
keterbatasan-keterbatasan laporan keuangan adalah sebagai berikut:
1. Penyajian dikelompokkan pada akun-akun yang material, tidak bisa rinci
sekali. Kalau sangat rinci, laporan keuangan akan setebal bantal.
2. Laporan keuangan sering disajikan terlambat, sehingga informasinya
kadaluarsa. Keterlambatan sebenarnya tergantung pada ketertiban
administrasinya, jika sistemnya baik, maka akan cepat tersaji apalagi
menggunakan komputerisasi.
3. Laporan keuangan menekankan pada harga historis (harga perolehan),
sehingga jika terjadi perubahan nilai perlu dilakukan penyesuaian.
4. Penyajian laporan keuangan dilakukan dengan bahasa teknis akuntansi,
sehingga bagi orang awam perlu belajar dulu, tetapi bagi pelaku bisnis
akan mudah karena menggunakan bahasa bisnis.
5. Laporan keuangan mengikuti standar (SAK) yang mungkin terjadi
perubahan aturan setiap tahun. Perlu diingat bahwa Ikatan Akuntan
Indonesia terus melakukan penyempurnaan SAK untuk mencapai
harmonisasi dengan standar akuntansi internasional. Tujuannya agar lebih
berkualitas dan dapat diperbandingkan dengan laporan keuangan
perusahaan sejenis pada berbagai negara.
Menurut Munawir (2012:9), keterbatasan laporan keuangan antara lain:
1. Laporan keuangan yang dibuat secara periodik pada dasarnya merupakan
interim report (laporan yang dibuat antara waktu tertentu yang sifatnya
sementara) dan bukan merupakan laporan yang final.
2. Laporan keuangan menunjukkan angka dalam rupiah yang kelihatannya
bersifat pasti dan tepat, tetapi sebenarnya dengan standar nilai yang
mungkin berbeda atau berubah-ubah.
3. Laporan keuangan disusun berdasarkan hasil pencatatan transaksi
keuangan atau nilai rupiah dari berbagai waktu atau tanggal yang lalu
dimana daya beli (purchasing power) uang tersebut menurun, dibanding
dengan tahun-tahun sebelumnya, sehingga kenaikan volume penjualan
yang dinyatakan dalam rupiah belum tentu menunjukkan atau
mencerminkan unit yang dijual semakin besar, mungkin kenaikan tersebut
disebabkan naiknya harga jual barang tersebut yang mungkin juga diikuti
kenaikan harga-harga.
4. Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan berbagai faktor yang dapat
mempengaruhi posisi atau keadaan keuangan perusahaan karena faktor-
faktor tersebut tidak dapat dinyatakan dengan suatu uang.
Namun demikian, manfaat laporan keuangan jauh lebih besar
dibandingkan keterbatasannya, karena kita dapat melihat gambaran secara umum
27
perusahaan dari satu set laporan tersebut. Tanpa melihat fisik perusahaan,
pembaca laporan keuangan dapat memperkirakan bagaimana besarnya dan
efisiensi perusahaan. Karena adanya keterbatasan tersebut, dalam membaca
laporan keuangan perlu berhati-hati dan perlu dilengkapi dengan informasi lain
(Darsono, 2005:26).
2.1.2.5 Pengertian Analisis Laporan Keuangan
Laporan keuangan suatu perusahaan merupakan alat yang sangat penting
untuk memperoleh informasi tentang kondisi keuangan perusahaan. Hal tersebut
dikarenakan laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.
Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba-rugi,
laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagi cara
seperti, misalnya sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan
laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral yang dari
laporan keuangan.
Pengertian analisis laporan keuangan menurut standar akuntansi keuangan
(2015:1) adalah sebagai berikut:
“... suatu pengajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan
suatu entitas. Tujuannya memberikan informasi mengenai posisi
keuangan,kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermamfaat bagi
sebagian besar kalanggan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan
investasi.
Menurut Subramanyam (2012:3) analisis laporan keuangan adalah: “...
analisis dari alat dan teknik analitis untuk laporan keuangan bertujuan umum dan
28
data-data yang berkaitan untuk menghasilkan estimasi dan kesimpulan yang
bermanfaat dalam analisis bisnis.
Menurut Syamsuddin (2011:37) pengertian analisis laporan keuangan
adalah: “... perusahaan pada dasarnya merupakan penghitungan rasio-rasio untuk
menilai keadaan keuangan perusahaan di masa lalu, saat ini, dan kemungkinannya
di masa depan”.
Jadi analisis laporan keuangan adalah penelaahan dari unsur-unsur laporan
keuangan yang akan diubah menjadi unit informasi yang lebih kecil sehingga
dapat diketahui kondisi keuangan, prospek dari usaha serta efektifitas
manajemennya. Informasi tersebut sangat berguna bagi pihak manajemen untuk
mengambil keputusan yang tepat bagi kelangsungan hidup perusahaan
2.1.2.6 Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan
Menurut Andrey (2013:11) membaca laporan keuangan dengan baik,
artinya mampu melakukan berbagai teknik analisis laporan keuangan. Ada tiga
teknik analisis yang sering digunakan, yaitu:
1. Analisis Horizontal (Dinamis)
2. Analisis Vertikal (Tetap)
3. Analisis Keuangan
Berdasarkan kutipan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Analisis Horizontal (Dinamis)
Yaitu pertandingan data keuangan untuk periode dua tahun lebih.
Analisis horizontal sangan membantu karena menyajikan perubahan
antara tahun, baik dalam bentuk nilai rupiah maupun persentase.
2. Analisis Vertikal (Tetap)
Merupakan analisis dimana komponen-komponen dalam laporan laba
rugi dan neraca dinyatakan dalam presentase. Pada laporan laba rugi
29
dipersentasekan ke penjualan, sedangkan pada neraca dipersentasekan ke
aktiva atau pasiva besarnya persentase pada tahun yang dievaluasi
kemudian dibandingankan dengan tahun yang sebelumnya.
3. Analisis Keuangan
Analisis keuangan atau lebih kenal sebagai analisis rasio, rasio
(perbandingan) dapat dilakukan untuk antarsepasang pos, baik dalam
neraca maupun perhitungan laba rugi.
Sementara itu menurut Sofyan Syafri (2007:20) teknik analisis laporan
keuangan dapat digunakan dengan berbagai metode, antara lain:
1. Metode komparatif;
2. Analisis Tren;
3. Laporan keuangan bentuk Commond Size;
4. Metode Index Time Series;
5. Analisis Rasio;
6. Teknik analisis lain, antara lain:
a. Analisis sumber dan penggunaan dana
b. Analisis Break Even
c. Analisis
d. Gross Profit
e. Dupont Analysis
7. Model analisis seperti:
a. Bankruptcy model
b. Net cash flow prediction model
c. Take over prediction model
Teknik analisis laporan keuangan diatas dapat lebih dijelaskan:
1. Metode Komparatif
Adalah metode dan teknik dalam analisis dengan cara mmbandingkan
laporan keuangan untuk dua periode atau lebih dengan menunjukkan:
a. Data absolut atau jumlah-jumlah dalam rupiah.
b. Kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiah
c. Kenaikan atau penurunan dalam presentase.
d. Perbandingan yang dinyatakan dalam rasio.
e. Persentase total.
2. Analisis Tren
Adalah suatu metode atau teknik analisis untuk mengetahui tren atau
tendensi dari pada keadaan keuangannya, apakah ini menunjukkan
tendensi tetap, naik, atau bahkan turun.
30
3. Laporan keuangan bentuk Commond Size
Adalah analisis yang disusun dengan jalan menghitung tiap-tiap rekening
dalam laporan laba rugi dan neraca menjadi proporsi dari total penjualan
(untuk laporan laba-rugi) atau dari total aktiva (untuk neraca).
4. Metode Index Time Series
Adalah analisis terhadap data historis yang diperlukan untuk melihat tren-
tren yang mungkin timbul. Kemudian dapat menganilisis apa yang terjadi
dibalik tren-tren angka tersebut, dalam metode ini perubahan-perubahan
struktural yang akan berpengaruh terhadap angka-angka keuangan harus
diperhatikan. Berikut ini beberapa contoh perubahan struktural yang akan
mempengaruhi tren keuangan suatu perusahaan:
a. Peraturan pemerintah
b. Perubahan kompetisi
c. Perubahan teknologi
d. Akuisisi dan merge (penggabungan perusahaan)
5. Analisis Rasio
Pada dasarnya analisis rasio dapat dikelompokkan ke dalam lima macam
kategori, yaitu:
a. Rasio Likuiditas
Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban
jangka pendeknya.
b. Rasio aktivitas
Rasio yang mengukur sejauh mana efektivitas penggunaan aset dengan
melihat tingkat aktivitas aset.
c. Rasio Solvabilitas
Rasio yang mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan memenuhi
kewajiban jangka panjangnya.
d. Rasio Profitabilitas
Rasio yang melihat kemampuan perusahaan menghasilkan laba
(profitabilitas).
e. Rasio Pasar
Rasio ini melihat perkembangan nilai perusahaan relatif terhadap nilai
buku perusahaan.
2.1.3 Kinerja Keuangan
2.1.3.1 Pengertian Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan merupakan gambaran dari suatu perusahaan kinerja
keuangan dapat diperoleh dari informasi yang terdapat diperoleh dari laporan
keuangan.
31
Menurut Rudianto (2013:189), yang dimaksud Kinerja keuangan adalah:
“... hasil atau prestasi yang telah dicapai oleh manajemen perusahaan dalam
menjalankan fungsinya mengelola aset perusahaan secara efektif selama periode
tertentu.”
Sedangkan menurut Irham Fahmi (2012:2) kinerja keuangan adalah
sebagai berikut:
“... suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana perusahaan
telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan
keuangan secara baik dan benar seperti dalam membuat suatu laporan
keuangan yang telah memenuhi stanar atau ketentuan dalam SAK
(Standar Akuntansi Keuangan) atau GAAP (Generally Accepted
Accounting Principl) dan lainnya.”
Kemudian menurut Jumingan (2011:239) kinerja keuangan adalah: “ ...
gambaran kondisi keuangan pada suatu periode tertentu baik menyangkut aspek
penghimpunan dana maupun penyaluran dana yang biasanya diukur dengan
indikator kecukupan modal, likuiditas, dan profitabilitas.”
Menurut pemaparan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja
keuangan adalah hasil atau prestasi suatu perusahaan yang dicapai dalam suatu
periode atau beberapa periode tertentu dalam pengelolaan keungan perusahaan,
dengan prestasi perusahaan tersebut dapat menggambarkan kinerja perusahaan.
2.1.3.2 Tahap-tahap menganalisis Kinerja Keuangan
Menurut Irham Fahmi (2012:3), ada lima tahapan dalam menganalisis
kinerja keuangan perusahaan secara umum yaitu :
1. Melakukan review terhadap data laporan keuangan
32
Review disini dilakukan dengan tujuan agar laporan keuangan yang sudah
di buat tersebut sesuai dengan penerapan kaidah-kaidah yang berlaku
umum dalam dunia akuntansi, sehingga dengan demikian hasil laporan
keuangan tersebut dapat dipertanggungjawabkan.
2. Melakukan perhitungan
Penerapan metode perhitungan di sini adalah disesuaikan dengan kondisi
dan permasalahan yang sedang dilakukan sehingga hasil dari perhitungan
tersebut akan memberikan suatu kesimpulan sesuai dengan analisis yang
diinginkan.
3. Melakukan perbandingan terhadap hasil hitungan yang telah diperoleh.
Dari hasil hitungan yang sudah diperoleh tersebut kemudian dilakukan
perbandingan dengan hasil hitungan dari berbagai perusahaan lain. Metode
yang paling umum dipergunakan untuk melakukan perbandingan ini ada
dua, yaitu :
a. Time series analysis, yaitu membandingkan secara antarwaktu atau
periode, dengan tujuan itu nantinya akan terlihat secara grafik.
b. Cross sectional approach, yaitu melakukan perbandingan terhadap
hasil hitungan rasio-rasio yang telah dilakukan antara satu perusahaan
dan perusahaan lainnya dalam ruang lingkup yang sejenis yang
dilakukan secara bersamaan.Dari hasil penggunaan kedua metode ini
diharapkan nantinya akan dapat dibuat satu kesimpulan yang
menyatakan posisi perusahaan tersebut berada dalam kondisi sangat
baik, baik, sedang/normal, tidak baik, dan sangat tidak baik.
4. Melakukan penafsiran (interpretasi) terhadap berbagai permasalahan yang
ditemukan. Pada tahap ini analisis melihat kinerja keuangan perusahaan
adalah setelah dilakukan ketiga tahap tersebut selanjutnya dilakukan
penafsiran untuk melihat apa-apa saja permasalahan dan kendala-kendala
yang dialami perusahaan tersebut.
5. Mencari dan memberikan pemecahan masalah (solution) terhadap berbagai
permasalahan yang ditemukan. Pada tahap terakhir ini setelah ditemukan
berbagai permasalahan yang dihadapi maka dicarikan solusi guna
memberikan suatu input atau masukan agar apa yang menjadi kendala dan
hambatan selama ini dapat terselesaikan.
2.1.3.3 Tujuan Pengukuran Kinerja Keuangan
Menurut Munawir (2012:31) menyatakan bahwa tujuan dari pengukuran
kinerja keuangan perusahaan adalah:
1. Mengetahui tingkat likuiditas
Likuiditas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi
kewajiban keuangan yang harus segera diselesaikan pada saat ditagih.
33
2. Mengetahui tingkat solvabilitas
Solvabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban keuangannya apabia perusahaan tersebut dilikuidasi, baik
keuangan jangka pendek maupun jangka panjang.
3. Mengetahui tingkat rentabilitas
Rentabilitas atau yang sering disebut dengan profitabilitas menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.
4. Mengetahui tingkat stabilitas
Stabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melakukan
usahanya dengan stabil, yang diukur dengan mempertimbangkan
kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutangnya serta
membayar beban bunga atas hutang-hutangnya tepat pada waktunya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengukuran kinerja keuangan
memberikan penilaian atas pengelolaan aset perusahaan oleh manajemen dan
manajemen perusahaan dituntut untuk melakukan evaluasi dan tindakan perbaikan
atas kinerja keuangan perusahaan yang tidak sehat.
2.1.4 Profitabilitas
2.1.4.1 Laba
2.1.4.1.1 Pengertian Laba
Menurut Soemarso (2010) mendefinisikan laba adalah sebagai berikut:
“... selisih lebih pendapatan atas beban sehubungan dengan kegiatan
usaha. Apabila beban lebih besar dari pendapatan, selisihnya disebut
rugi. Laba atau rugi merupakan hasil perhitungan secara periodik
(berkala). Laba atau rugi ini belum merupakan laba atau rugi yang
sebenarnya. Laba atau rugi yang sebenarnya baru dapat diketahui apabila
perusahaan telah menghentikan kegiatannya dan dilikuidasikan.”
Selanjutnya Themin (2012) mendefinisikan Laba adalah: “... kenaikan
manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi (misalnya, kenaikan aset atau
penurunan kewajiban) yang menghasilkan peningkatan ekuitas, selain yang
menyangkut transaksi dengan pemegang saham.”
34
Kemudian Kuswadi (2005) menjelaskan bahwa laba (rugi) adalah: “...
pendapatan dikurangi seluruh beban/biaya yang telah dikeluarkan, sebagaimana
terlihat dalam persamaan laba (rugi) dibawah ini.”
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa laba adalah
selisih lebih kenaikan manfaat ekonomi/pendapatan setelah dikurangi seluruh
beban sehubungan dengan kegiatan usaha selama suatu periode akuntansi.
2.1.4.1.2 Jenis-jenis Laba
1. Gross Profit atau Laba Kotor
Yaitu laba usaha yang diperoleh dengan cara mengurangkan
penjualan bersih (net sales) dikurangi dengan Cost of Good Sold
(COGS) atau harga pokok penjualan (HPP). Gross income merupakan
laba paling atas dari laporan laba rugi. Untuk meningkatkan laba jenis
ini, pebisnis perlu melakukan dua hal yaitu dengan meningkatkan
penjualan bersih atau menekan harga pokok penjualan (HPP).
2. Operating Income atau Laba Operasi
Yaitu laba yang didapatkan setelah mengurangi laba kotor dengan
biaya administrasi, umum dan penjualan atau selling, general and
Laba (Rugi) = Pendapatan – Beban/Biaya
Gross Profit = Net Sales – COGS
35
administrative expenses (SG&A). SG&A expenses yaitu seluruh
biaya yang dikeluarkan untuk operasional bisnis yang tidak berkaitan
dengan biaya untuk memproduksi barang dan jasa, misalnya gaji staf,
biaya marketing, biaya logistik dll. Untuk meningkatkan laba jenis
ini, seorang pebisnis perlu melakukan efisiensi pada biaya-biaya yang
termasuk kategori SG&A.
3. Pretax Income atau Laba Sebelum Pajak
Yaitu laba yang diperoleh setelah mengurangi operating income atau
laba operasi dengan interest expenses atau biaya bunga. Biaya bunga
ini timbul karena adanya utang modal atau pinjaman modal yang
dilakukan oleh pebisnis, misalnya pinjaman ke bank. Untuk
meningkatkan pretax income, pebisnis bisa melakukannya dengan
menekan biaya bunga dengan cara mengurangi pinjaman modal
kepada pihak lain. Pada bisnis UKM, pinjaman modal ini bahkan
sangat mungkin untuk dihilangkan apalagi buat anda yang
menjalankan bisnis dengan prinsip-prinsip syariah.
4. Net Income atau Laba Bersih
Yaitu laba bersih bisnis yang diperoleh setelah mengurangi pretax
income dengan income tax atau pajak penghasilan. Karena income
tax sifatnya wajib bagi pengusaha, net income cenderung susah untuk
Operating Income = Gross Profit – SG&A Expenses
Pretax Income = Operating Income – Interest Expenses
36
ditingkatkan. Saran bagi pebisnis UKM, agar melakukan pencatatan,
pembayaran serta pelaporan pajak penghasilan dengan tertib untuk
menghindari hal-hal yang tidak diinginkan pada kemudian hari. Anda
mungkin bisa menghubungi konsultan pajak untuk masalah ini.
2.1.4.1.3 Konsep Laba
Menurut Subramanyam (2012) yang dialih bahasakan oleh Dewi Yanti,
terdapat dua konsep laba yaitu sebagai berikut:
1. Laba ekonomi. Laba ekonomi biasanya merupakan arus kas ditambah
dengan perubahan nilai wajar aktiva. Berdasarkan definisi ini, laba
mencakup baik komponen yang sudah direalisasi (arus kas) maupun yang
belum (laba atau rugi kepemilikan). Konsep laba ini mirip dengan
pengukuran tingkat pengembalian suatu efek (surat berharga atau
sekuritas) atau portofolio efek yaitu, tingkat pengembalian mencakup
baik deviden maupun apresiasi modal. Laba ekonomi mengukur
perubahan nilai pemegang saham. Karenanya, laba ekonomi berguna jika
tujuan analisis adalah menentukan tingkat pengembalian pada pemegang
saham yang tepat untuk periode berjalan (tanpa menggunakan harga
pasar). Dengan kata lain, laba ekonomi merupakan indikator dasar
kinerja perusahaan mengukur dampak keuangan seluruh kejadian pada
suatu periode secara komprehensif. Namun, meskipun komprehensif,
laba ekonomi mencakup baik komponen berulang maupun tak berulang,
dan karenanya tidak terlalu bermanfaat untuk meramalkan potensi laba
masa depan.
2. Laba Akuntansi. Laba akuntansi diukur berdasarkan konsep akuntansi
akrual. Meskipun laba akuntansi mencakup baik aspek laba ekonomi
maupun laba permanen, namun laba ini bukan merupakan pengukuran
laba secara langsung seperti kedua laba lainnya. Pengakuan pendapatan
dan pengaitan. Tujuan utama akuntansi akrual adalah pengukuran laba.
Dua proses utama dalam pengukuran laba adalah pengakuan pendapatan
dan pengaitan beban. Pengakuan pendapatan adalah titik awal
pengukuran laba. Dua kondisi wajib untuk dapat diakui adalah bahwa
pendapatan harus: a. Telah atau dapat direalisasi. Untuk dapat diakui,
suatu perusahaan harus telah mendapatkan kas atau komitmen andal
untuk mendapatkan kas, seperti piutang yang sah; b. Telah dihasilkan.
Net Income = Pretax Income – Income Tax
37
Perusahaan harus menyelesaikan seluruh kewajibannya kepada pembeli,
yaitu proses perolehan laba harus selesai.”
Menurut Subramanyam (2012) yang dialih bahasakan oleh Dewi Yanti,
tentang konsep laba sebagai berikut:
“Ketika pendapatan telah diakui, biaya yang berhubungan dikaitkan
dengan pendapatan atau pengaitan beban untuk menghitung laba.
Perhatikan bahwa beban diakui saat terjadinya kejadian ekonomi yang
terkait, bukan saat keluarnya kas.”
2.1.4.1.4 Komponen-komponen Laba
Menurut Subramanyam (2011:5) yang dialih bahasakan oleh Dewi Yanti,
terdapat komponen - komponen yang mempengaruhi laba sebagai berikut:
1. Pendapatan dan keuntungan
Pendapatan (revenues) merupakan arus kas masuk yang diperoleh atau
arus kas masuk yang akan diperoleh yang berasal dari aktivitas usaha
perusahaan yang masih berlangsung. Pendapatan mencakup arus kas
masuk seperti penjualan tunai dan arus kas masuk prospektif seperti
penjualan kredit. Keuntungan (gains) merupakan arus masuk yang
diperoleh atau akan diperoleh yang berasal dari transaksi dan kejadian
yang terkait dengan aktivitas usaha perusahaan yang masih berlangsung.
2. Beban dan Kerugian
Beban (expenses) merupakan arus keluar yang terjadi atau arus keluar
yang akan terjadi, atau alokasi arus kas keluar masa lampau yang berasal
dari aktivitas usaha perusahaan yang masih berlangsung. Kerugian
(losses) merupakan penurunan aktiva bersih perusahaan yang berasal dari
aktivitas sampingan atau insidental perusahaan. Hal ini berarti
keuntungan dan kerugian merupakan sumber daya dan jasa yang dapat
dikonsumsi, dihabiskan atau hilang dalam memperoleh atau
memproduksi pendapatan dan keuntungan. Akuntansi beban dan
kerugian sering kali melibatkan penilaian jumlah dan waktu alokasi atas
periode pelaporan. Waktu merupakan saat beban atau kerugian terjadi,
sering kali berdasarkan kaitannya dengan pendapatan yang dihasilkan.
Masalah penting lainnya adalah penangguhan biaya (atau alokasi
sepanjang beberapa periode). Akuntan mengapitalisasi biaya yang manfaatnya
dapat direalisasi sepanjang beberapa periode. Biaya ini dialokasikan secara
38
sistematis di masa depan. Sebaliknya, banyak pengakuan biaya yang bersamaan
dengan saat terjadinya biaya tersebut. (Arus kas keluar untuk biaya atau kerugian
tidak selalu harus terjadi bersamaan saat pengakuan biaya dan kerugian tersebut).”
Sedangkan menurut Arfan (2009) terdapat komponen-komponen yang
mempengaruhi laba sebagai berikut:
1. Pendapatan: Pendapatan merupakan kenaikan dalam modal dihasilkan
dari penyerahan atas barang-barang atau penyewaan dari jasa dengan
bisnis. Dalam jumlah, pendapatan adalah sebanding terhadap kas dan
piutang yang di peroleh dalam kompensasi untuk barang-barang yang
diserahkan atau jasa yang di sewa.
2. Biaya-Biaya: Biaya-biaya merupakan penurunan dalam modal yang
disebabkan oleh operasi produksi pendapatan bisnis. Dalam jumlah,
biaya adalah setara terhadap nilai dan barang-barang dan jasa yang
digunakan atau yang di konsumsi dalam memperoleh pendapatan”.
Jadi dapat disimpulkan bahwa komponen-komponen laba yakni terdiri
dari pendapatan dan beban.
2.1.4.2 Aset
2.1.4.2.1 Pengertian Aset
Pengertian asset menurut walter T. Horison jr.et.al yang dialih bahasakan
oleh Gina Gania (2013:11) bahwa Aset (asset) adalah: “... sumber daya ekonomi
yang dikendalikan oleh entitas yang diharapkan akan menghasilkan manfaat
ekonomi dimasa mendatang bagi entitas”
Menurut James R. Reeve et. al. yang dialih bahasakan oleh damayanti
Dian (2013:5) aset (aset), kadang juga disebut aktiva atau harta adalah: “...sumber
daya yang dimiliki oleh entitas bisnis. Sumber daya tersebut dapat berupaya benda
yang mempunyai wujud fisik, seperti kas dan bahan habis pakai, atau benda yang
tidak berwujud tapi memiliki nilai, seperti hak paten”.
39
Menurut Firdaus A. Dunia (2013:26) aset adalah: “... sumber daya yang
dimiliki perusahaan yang memberi manfaat ekonomi dimasa depan”.
Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
aktiva/aset adalah sumberdaya yang dimiliki oleh perusahaan yang dapat memberi
manfaat ekonomi di masa depan.
2.1.4.2.2 Jenis-jenis Aset
Menurut Walter T. Harisson jr. et.al. yang diahlibahasakan oleh
Gina Gania (2013:20) terdapat dua kategori aset yang utama, yaitu:
1. “aset lancar
2. Aset tidak lancar (yang kadang-kadang disebut juga sebagai
jangka panjang”
Penjelasan dari dua kategori aset di atas adalah sebagai berikut:
Menurut Walter T. Harisson Jr. et. al. yang dialih bahasakan oleh Gina
Gania (2013:20) aset lancar (current assets) adalah sebagai berikut:
“... aset yang diharapkan akan dikonversi menjadi kas, dijual, atau
dikonsumsi selama 12 bulan ke depan atau dalam siklus operasi bisnis.
Aset lan car pada umumnya meliputi kas, investasi jangka pendek,
piutang (juga disebut debitor), persediaan barang dagang, dan beban
dibayar di muka.”
Menurut Kasmir (2012:134) Aktiva lancar (current assets) adalah
sebagai berikut:
“... harta perusahaan yang dapat dijadikan uang dalam waktu singkat
(maksimal satu tahun). Komponen aktiva lancar meliputi kas, bank,
surat-surat berharga, piutang, persediaan, biaya dibayar di muka,
pendapatan yang masih harus diterima, pinjaman yang diberikan, dan
aktiva lancar lainnya.”
40
2.1.4.3 Pengertian Profitabilitas
Menurut Kasmir (2015:196) pengertian Profitabilitas adalah sebagai
berikut:
“... rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari
keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas
manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukan oleh laba yang
dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Intinya adalah
penggunaan rasio ini menunjukan efisiensi perusahaan”.
Menurut Mamduh M.Hanafi (2014:81) menjelaskan Profitabilitas adalah:
“... rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan
(profitabilitas) pada tingkat penjualan, aset, dan modal saham yang tertentu”.
Kemudian Mamduh M. Hanafi (2014:81) bahwa Profitabilitas adalah
sebagai berikut:
“... rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan
keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan, aset, dan modal
saham yang tertentu. Ada tiga rasio yang sering dibicarakan, yaitu: profit
margin, return on assets (ROA), dan return on equity (ROE).”
Selanjutnya Agus Sartono (2012:122) menjelaskan pengertian Rasio
Profitabilitas adalah sebagai berikut:
“... kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya
dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Dengan demikian
bagi investor jangka panjang akan sangat berkepentingan dengan analisis
profitabilitas ini misalnya bagi pemegang saham akan melihat
keuntungan yang benar-benar akan diterima dalam bentuk dividen”.
Menurut Irham Fahmi (2016:135) Rasio Profitabilitas adalah sebagai
berikut:
“... mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan yang ditunjukan
oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam
41
hubungannya dengan penjualan maupun investasi. Semakin baik rasio
profitabilitas maka semakin baik menggambarkan kemampuan tingginya
perolehan keuntungan perusahaan”.
Dari beberapa pengertian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa
profitabilitas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam
memperoleh laba melalui total penjualan, total aktiva, dan modal sendiri.
2.1.4.4 Tujuan dan Manfaat Profitabilitas
Rasio profitabilitas memiliki tujuan yang tidak hanya diperuntukan bagi
manajemen perusahaan, tetapi juga bagi pihak-pihak diluar perusahaan yang
memiliki kepentingan. Tujuan rasio profitabilitas menurut Kasmir (2015:197)
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengukur atau meghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam
satu periode tertentu
2. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun
sekarang
3. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu
4. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri
5. Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan
baik modal pinjaman maupun modal sendiri
6. Untuk mengukur produktifitas dari seluruh dana perusahaan yang
digunakan baik modal sendiri
Selain dari tujuan, rasio profitabilitas juga memiliki manfaat.
Manfaat profitabilitas menurut Kasmir (2015:198) adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam satu
periode
2. Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun
sekarang
3. Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu
Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri
Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan
baik modal pinjaman maupun modal sendiri
42
2.1.4.5 Metode Pengukuran Profitabilitas
Rasio profitabilitas dapat diukur dengan menggunakan beberapa cara.
Menurut I Made Sudana (2011:22), berikut adalah cara untuk mengukur rasio
profitabilitas perusahaan yaitu:
1. Return on Assets (ROA)
Return on Assets (ROA) menunjukan kemampuan perusahaan dengan
menggunakan seluruh aktiva yang dimiliki mengahasilkan laba setelah
pajak. Rasio ini penting bagi pihak manajemen untuk mengevaluasi
efektifitas dan efisiensi manajemen perusahaan dalam mengelola seluruh
aktiva perusahaan. Semakin besar Return on Assets (ROA), berarti
semakin efesien penggunaan aktiva perusahaan atau dengan kata lain
dengan jumlah aktiva yang sama bisa dihasilkan laba yang lebih besar,
dan sebaliknya. Return on Assets (ROA) dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
2. Return on Equity (ROE)
Return on Equity (ROE) menunjukan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba setelah pajak dengan menggunakan metode sendiri
yang dimiliki perusahaan. Rasio ini penting bagi pemegang saham untuk
mengetahui efektivitas dan efesiensi pengelolahan modal sendiri yang
dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan. Return on Equity (ROE)
dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
3. Profit Margin Ratio
Profit Margin Ratio mengukur kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba dengan menggunakan penjualan yang dicapai
perusahaan. Semakin tinggi rasio menunjukan bahwa perusahaan
semakin efesien dalam menjalankan operasinya. Profit Margin Ratio
dibedakan menjadi:
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑜𝑛 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 (𝑅𝑂𝐴) =𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑇𝑎𝑥𝑒𝑠
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑜𝑛 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 (𝑅𝑂𝐸) =𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑇𝑎𝑥𝑒𝑠
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦
43
a. Net Profit Margin
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
laba dengan menggunakan penjualan yang dicapai perusahaan. Rasio
ini mencerminkan efesiensi seluruh bagian, yaitu produksi,
personalia, pemasaran, dan keuangan yang ada dalam perusahaan.
Net profit margin dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
b. Operating Profit Margin
Rasio ini mengukur untuk menghasilkan laba sebelum bunga dan
pajak dengan penjualan yang dicapai perusahaan. Rasio ini
menunjukkan efesiensi bagian produksi, personalia, serta pemasaran
dalam menghasilkan laba. Operating profit margin dapat dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
c. Gross Profit Margin
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
laba kotor dengan penjualan yang dilakukan perusahaan. Rasio ini
menggambarkan efesiensi yang dicapai oleh bagian produksi. Gross
Profit Margin dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
4. Basic Earning Power
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
sebelum bunga dan pajak dengan menggunakan total aktiva yang dimiliki
perusahaan. Dengan kata lain rasio ini mencerminkan efektifitas dan
efesiensi pengelolaan seluruh investasi yang telah dilakukan oleh
perusahaan. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin efektif dan efisien
pengelolaan seluruh aktiva yang dimiliki perusahaan untuk
menghasilakan laba sebelum bunga dan pajak. Rasio ini dapat dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
𝑁𝑒𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 =𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑇𝑎𝑥𝑒𝑠
𝑠𝑎𝑙𝑒𝑠
𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 =𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐵𝑒𝑓𝑜𝑟𝑒 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 𝑎𝑛𝑑 𝑇𝑎𝑥𝑒𝑠
𝑠𝑎𝑙𝑒𝑠
𝑁𝑒𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 =𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑇𝑎𝑥𝑒𝑠
𝑠𝑎𝑙𝑒𝑠
44
Sedangkan menurut Kasmir (2013:198-207), dalam praktiknya jenis-jenis
rasio profitabilitas yang dapat digunakan adalah:
1. Profit Margin on Sales
Profit Margin on Sales atau Ratio Profit Margin atau margin laba atas
penjualan merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur
margin laba atas penjualan. Cara pengukuran rasio ini adalah dengan
membandingkan laba bersih setelah pajak dengan penjualan bersih.
Terdapat dua rumus untuk mencapai profit margin, yaitu sebagai berikut:
a. Untuk margin laba kotor dengan rumus:
Margin laba kotor menunjukan laba relatif terhadap perusahaan, dengan
cara penjualan bersih dikurangi harga pokok penjualan. Rasio ini
merupakan cara untuk penetapan harga pokok penjualan.
b. Untuk margin laba bersih dengan rumus:
Margin laba bersih merupakan ukuran ketergantungan dengan
membandingkan antara laba setelah bunga dan pajak dibandingkan
dengan penjualan. Rasio ini menunjukan pendapatan bersih perusahaan
atas penjualan.
2. Return on Assets (ROA)
Return on Assets (ROA) merupakan rasio yang menunjukan hasil (return)
atas jumlah aset yang digunakan dalam perusahaan.
Menurut Lukman Syamsudin (2007) mengatakan bahwa Return on
Assets (ROA) merupakan pengukur kemampuan perusahaan secara
keseluruhan di dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah
keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan, semakn tinggi
𝐵𝑎𝑠𝑖𝑐 𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑃𝑜𝑤𝑒𝑟 =𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐵𝑒𝑓𝑜𝑟𝑒 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 𝑎𝑛𝑑 𝑇𝑎𝑥𝑒𝑠
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠
𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 =𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ −𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑃𝑜𝑘𝑜𝑘 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠
𝑁𝑒𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 =𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 𝑎𝑛𝑑 𝑇𝑎𝑥
𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠
45
rasio ini berarti semakin baik keadaan suatu perusahaan. Rumus untuk
mencari Return on Assets (ROA) dapat digunkan sebagai berikut:
3. Return on Equity (ROE)
Hasil pengembalian ekuitas atau Return on Equity (ROE) atau rentabilitas
modal sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah
pajak dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik.
Artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula
sebaliknya. Rumus untuk mencari Return on Equity dapat digunakan
sebagai berikut:
4. Laba Per Lembar Saham Biasa (Earning per Share of common Stock)
Rasio laba per lembar saham atau disebut juga rasio nilai buku
merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam
mencapai keuntungan bagi pemegang saham. Rasio yang rendah berarti
manajemen belum berhasil untuk memuaskan pemegang saham,
sebaliknya dengan rasio yang tinggi, kesejahteraan pemegang saham
meningkat.
Keuntungan bagi pemegang saham adalah jumlah keuntungan setelah
dipotong pajak. Keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham iasa
adalah jumlah keuntungan dikurangi pajak, dividen, dan dikurangi hak-
hak lain untuk pemegang saham prioritas.
Untuk mencari laba per lembar saham biasa adalah sebagai berikut:
Dari beberapa metode pengukuran tersebut, penulis menggunakan ROA
(Return On Assets) sebagai proksi dalam pengukuran profitabilitas karena dengan
perhitungan ROA kita dapat mengetahui apakah perusahaan telah efisien dalam
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑜𝑛 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 (𝑅𝑂𝐴) =𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 𝑎𝑛𝑑 𝑇𝑎𝑥
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑜𝑛 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 (𝑅𝑂𝐸) =𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 𝑎𝑛𝑑 𝑇𝑎𝑥
𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑃𝑒𝑟 𝐿𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 =𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝐵𝑖𝑎𝑠𝑎
𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝐵𝑖𝑎𝑠𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐵𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟
46
memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan, dengan begitu
nilai ROA yang bagus tentu menunjukkan bahwa perusahaan berada dalam
kondisi kinerja yang baik. (Hanafi dan Halim, 2016: 81-82).
2.1.5 Kepemilikan Publik
2.1.5.1 Pengertian Saham
Untuk memperoleh modal, perusahaan menerima setoran dari para
investor. Sebagai bukti setoran dikeluarkan tanda bukti kepemilikan yang
berbentuk saham yang diserahkan kepada pihak-pihak yang menyertakan modal.
Pemilik perusahaan merupakan pihak yang mempunyai saham sehingga disebut
pemegang saham.
Menurut Irham Fahmi (2012:81) bahwa pengertian Saham adalah:
“...kertas tanda bukti penyertaan kepemilikan modal/ dana pada suatu perusahaan
yang tercantum dengan jelas nilai nominal, nama perusahaan dan diikuti dengan
hak dan kewajiban yang jelas kepada setiap pemegangnya.”
Menurut Irham Fahmi dan Yovi L, Hadi (2011:68), Saham adalah:
a. “Tanda bukti penyertaan kepemilikan modal/dana pada suatu
perusahaan,
b. Kertas yang tercantum dengan jelas nilai nominal, nama perusahaan
dan di ikuti dengan hak dan kewajiban yang dijelaskan kepada setiap
pemegang,
c. Persediaan yang siap dijual.”
Selanjutnya Sri Hermuningsih (2012:78) mendefinisikan Saham adalah:
“...salah satu surat berharga yang diperdagangkan dipasar modal yang bersifat
47
kepemilikan. Saham juga adalah merupakan tanda penyertaan modal seseorang
atau badan usaha dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas.”
Kemudian Martalena dan Maya Malinda (2011:55) mendefinisikan
Saham adalah sebagai berikut:
“... salah satu instrumen pasar keuangan yang paling popular.
Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika
memutuskan untuk pendanaan perusahaan. Pada sisi lain saham
merupakan instrumen investasi yang banyak dipilih para investor karena
saham mampu memberikan tingkat keuntungan yang menarik.”
Menurut Taufik Hidayat (2010:97) Saham adalah: “... tanda penyertaan,
andil atau kepemilikan seseorang atau lembaga dalam suatu perusahaan. Pemilik
saham disebut pemegang saham, kepemilikan saham akan berakhir ketika investor
menjual sahamnya kepada investor lain.”
Jadi dapat disimpulkan bahwa saham adalah surat berharga yang
merupakan tanda kepemilikan seseorang atau badan terhadap perusahaan. Jadi
investor yang membeli saham berarti memiliki perusahaan tersebut.
2.1.5.2 Jenis-jenis Saham
Menurut Jogiyanto Hartono (2010:111) ada beberapa jenis saham yaitu:
1. Saham Preferen (preferred stock)
Saham preferen merupakan saham yang mempunyai sifat gabungan
antara obligasi dan saham biasa. Saham preferen memberikan hasil
yang tetap berupa bunga dividen preferen, klaim pemegang saham
preferen dibawah klaim pemegang obligasi (bond), saham preferen
mempunyai beberapa hak, yaitu hak atas dividen tetap dan hak
pembayaran terlebih dahulu jika terjadi likuiditas.
Beberapa karakteristik dari saham preferen adalah sebagai berikut:
a. Preferen terhadap deviden
48
Pemegang saham preferen mempunyai hak untuk menerima dividen terlebih dahulu dibandingan dengan pemegang saham
biasa.
Saham preferen juga umumnya memberikan hak dividen
kumulatif, yaitu memberikan hak kepada pemegangnya untuk
menerima dividen tahun-tahun sebelumnya yang belum
dibayarkan sebelum pemegang saham biasa menerima
dividennya.
b. Preferen pada waktu likuiditasnya
Saham preferen mempunyai hak terlebih dahulu atas aktiva
dibandingkan dengan hak yang dimiliki oleh saham biasa pada
saat terjadi likuidasi.
Macam macam saham preferen diantaranya adalah:
a. Saham Preferen yang dapat dikonversikan ke saham biasa
(Convertible Preferrend Stock).
b. Saham Preferen yang dapat ditebus (Callable Preferred Stock).
c. Saham Preferen dengan tingkat dividen yang mengembang
(Floating atau Adjustable-rate Preferred Stock).
2. Saham biasa (Common Stock)
Jika perusahaan hanya mengeluarkan satu kelas saham, saham ini biasanya dalam bentuk saham biasa (Common stock). Pemegang
saham adalah pemilik dari perusahaan yang mewakili kepada
manajemen untuk operasi perusahaan.
Beberapa hak saham yang dimiliki oleh pemegang saham biasa:
a. Hak kontrol
Pemegang saham biasa mempunyai hak untuk memilih dewan
direksi. Ini berarti bahwa pemegang saham mempunyai hak untuk
mengontrol siapa yang akan memimpin perusahaan.
b. Hak menerima Pembagian keuntungan
Sebagai pemilik perusahaan, pemegang saham biasa berhak
mendapatkan bagian dari keuntungan perusahaan.
3. Hak Preemptik
Hak Preemptik (preemptive right) merupakan hak mendapatkan
presentasi pemilik yang sama jika perusahaan mengeluarkan
tambahan lembar saham.
Menurut Irham Fahmi dan Yoni L. Hadi (2011:69), saham
biasa (common stock) memiliki eberapa jenis yaitu:
a. Blue Chip-Stock (Saham Unggulan)
adalah saham dari perusahaan yang dikenal secara nasional dan
memiliki sejarah pertumbuhan dan manajemen yang berkualitas.
b. Growth Stock
Adalah saham-saham yang diharapkan memberikan pertumbuhan
laba yang lebih tinggi dari rata-rata saham-saham lain, dan karena
mempunyai PER yang tinggi.
49
c. Definsive Stock (saham-saham defensif)
Adalah saham yang cenderung lebih stabil dalam masa resesi atau
perekonomian yang tidak menentu berkaitan dengan dividen,
pendapatan dan kinerja pasar.
d. Cycical Stock
Adalah sekuritas yang cenderung naik nilainya secara cepat saat
ekonomi semarak dan jatuh juga secara cepat saat ekonomi lesu.
e. Seasonal Stock
Adalah perusahaan yang penjualannya bervareasi karena dampak
musiman, misalnya karena cuaca dan liburan.
f. Speculative Stock
Adalah saham yang kondisinya memiliki tingkat spekulasi yang
tinggi, yang kemungkinan tingkat pengembalian hasilnya adalah
rendah atau negatif.
4. Saham Treasuri (treasury stock)
Saham milik perusahaan yang sudah pernah dikeluarkan dan beredar
yang kemudian dibeli kembali oleh perusahaan untuk tidak
dipensiunkan tetapi disimpan sebagai terasuri yang nantinya dapat
dijual kembali.
2.1.5.3 Harga Saham
Menurut Eduardus Tandelilin (2010:133), mendefinisikan bahwa harga
saham adalah: “... cerminan dari ekspektasi investor terhadap faktor-faktor
earning, aliran kas dan tingkat return yang disyaratkan investor, yang mana ketiga
faktor tersebut juga sangat dipengaruhi oleh kinerja ekonomi makro.”
Selanjutnya menurut Darmadji dan Fakhrudin (2012:102),
mendefinisikan bahwa harga saham sebagai berikut:
“... harga yang terjadi di bursa pada waktu tertentu. Harga saham bisa
berubah naik atau pun turun dalam hitungan waktu begitu cepat. Ia dapat
berubah dalam hitungan menit bahkan dapat berubah dalam hitungan
detik. Hal tersebut dimungkinkan karena tergantung dengan pemikiran
dan penawaran antara pembeli saham dengan penjual saham.”
50
Menurut Widoatmodjo (2012:45), mendefinisikan bahwa harga saham
adalah: “... harga atau nilai uang yang bersedia dikeluarkan untuk memperoleh
atas suatu saham.”
Berdasarkan pengertian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa harga
saham adalah harga selembar kertas yang diperjual belikan di pasar modal, yang
mana harga tersebut dapat berubah kapan saja, dan berubah sesuai dengan
permintaan dan penawaran,
2.1.5.4 Penilaian Harga Saham
Menurut Darmadji dan Fakhurdin (2012:102), selembar saham
mempunyai nilai atau harga dan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Harga Nominal
Harga nominal merupakan yang tertera pada lembaran surat saham yang
besarnya ditentukan dalam Anggaran Dasar Perusahaan. Harga Nominal
sebagai besar merupakan harga dugaan yang rendah, yang secara
arbitrernya dikenakan atas daham perusahaan. Harga ini berguna untuk
mencerimkan arti “saham biasa yang dikeluarkan”. Besar harga nominal
memberikan arti penting saham karena dividen minimal biasanya
ditetapkan berdasarkan nilai nominal.
2. Harga Perdana
Harga ini merupakan harga yang dicatat pada bursa efek. Harga saham
pada pasar perdana biasnya ditetapkan oleh pinjamin emisi (underwriten)
dan emiten. Dengan demikian, akan diketahui berapa harga saham emiten
itu kan dijual kepada masyarakat biasanya untuk menentukan harga
perdana.
3. Harga pasar
Harga ini merupakan harga yang ditetapkan di bursa efek bagi saham
perusahaan publik atau estimasi harga untuk perusahaan yang tidak
memiliki saham. Dalam bursa saham, angka ini berubah setiap hari
sebagai respon terhadap hasil aktual atau yang diantisipasi dan sentiment
pasar secara keseluruhan atau sektoral bahwa tujuan utama manajemen
adalah menjamin harga sebaik mungkin dalam kondisi apapun.
51
2.1.5.5 Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham
Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham Terdapat beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi fluktuasi harga saham di pasar modal, hal ini terjadi karena
harga saham dapat mempengaruhi oleh faktor eksternal dari perusahaan maupun
faktor internal perusahaan. Menurut Brigham dan Houston (2010:33) harga saham
dipengaruhi oleh beberapa faktor utama yaitu:
1. Faktor internal
a. Pengumuman tentang pemasaran produksi penjualan seperti
pengiklanan, rincian kontrak, perubahan harga, penarikan produk
baru, laporan produksi, laporan keamanan, dan laporan penjualan.
b. Pengumuman pendanaan, seperti pengumuman yang berhubungan
dengan ekuitas dan hutang.
c. Pengumuman badan direksi manajemen (management board of
director ann nouncements) seperti perubahan dan pergantian
direktur, manajemen dan struktur organisasi.
d. Pengumuman pengambilalihan diverifikasi seperti laporan merger
investasi, investasi ekuitas, laporan take over oleh pengakuisisian
dan diakuisisi, laporan investasi dan lainnya.
e. Pengumuman investasi seperti melakukan ekspansi pabrik
pengembangan riset dan penutupan usah lainnya.
f. Pengumuman ketenagakerjaan (labour announcements), seperti
negosiasi baru, kotrak baru, pemogokan dan lainnya.
g. Pengumuman laporan keuangan perusahaan, seperti peramalaba
sebelum akhir tahun viscal dan setelah akhir tahun vicscal earning
per share (EPS), dividen per shere (DPS), Price Earning Ratio, Net
profit margin, return on assets (ROA) dan lain-lain.
2. Faktor eksternal
a. Pengumuman dari pemerintah seperti perubahan suku bunga
tabungan dan deposito kurs valuta asing, inflasi, serta berbagai
regulasi dan regulasi ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah.
b. Pengumuman hukum seperti tuntutan terhadap perusahaan atau
terhadap manajernya dan tuntutan perusahaan terhadap manajernya.
c. Pengumuman industri sekuritas, seperti laporan pertemuan tahunan
insider trading, volume atau harga saham perdagangan pembatasan
atau penundaan trading.
52
Menurut Agus Sartono (2008:9), harga saham terbentuk dipasar modal
dan ditentukan oleh beberapa faktor seperti laba per lembar saham atau earning
per share, rasio laba terhadap harga per lembar saham atau price earning ratio,
tingkat bunga bebas risiko yang diukur dari tingkat bunga deposito pemerintah
dan tingkat kepastian operasi perusahaan. Selain faktor-faktor di atas, harga
saham juga dapat dipengaruhi oleh kondisi perusahaan. Semakin baik kinerja
suatu perusahaan akan berdampak pada laba yang diperoleh perusahaan dan
keuntungan yang didapat oleh investor, sehingga akan mempengaruhi
peningkatan harga saham.
2.1.5.6 Kepemilikan saham
Pratomo (2009:38) dalam Rindi Tiara (2014), mengemukakan bahan
jenis kepemilikan saham dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Kepemilkan Saham Institusional
Kepemilikan saham institusional adalah kepemilikan saham suatu
perusahaan oleh institusi baik yang bergerak dalam bidang keuangan
atau non keuangan atau badan hukum lain.
2. Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan saham manajerial adalah kepemilikan saham oleh
manajemen perusahaan, contohnya kepemilikan saham oleh anggota
Board of Directors (BOD) perusahaan.
3. Kepemilikan Keluarga
Kepemilikan saham keluarga adalah kepemilikan saham oleh
keluarga atau sekelompok orang yang masih memiliki reaksi kerabat
umunya terdapat pada perusahaan yang sudah diwariskan turun-
temurun.
4. Kepemilikan Pemerintah
Kepemilikan saham oleh pemerintah suatu negara umunya terdapat
pada perusahaan milik negara atau BUMN ataupun perusahaan milik
negara yang sudah go public.
53
5. Kepemilikan Saham oleh Pihak Asing
Kepemilikan saham oleh pihak asing adalah kepemilikan saham yang
dimiliki oleh pihak-pihak dari luar negeri baik individu maupun
institusional.
2.1.5.7 Pengertian Kepemilikan Publik
Kepemilikan Publik merupakan presentase kepemilikan saham dimiliki
oleh pihak luar (outsider ownership). Tujuan perusahaan yaitu meningkatkan nilai
perusahaan maka diperlukan pendanaan yang diperoleh baik melalui pendanaan
internal maupun pendanaan eksternal. Sumber pendanaan eksternal diperoleh dari
saham masyarakat (publik).
Menurut Wijayanti (2009:20) Kepemilikan publik adalah: “... Proporsi
atau jumlah kepemilikan saham yang dimiliki oleh publik atau masyarakat umum
yang tidak memiliki hubungan istimewa dengan perusahaan.”
Kemudian A’inun Na’imdan Faud Rakhman (2005) Kepemilikan publik
adalah:
“... proporsi saham yang dimiliki publik/masyarakat terhadap saham
perusahaan. Pengertian publik disini adalah pihak individu atau instansi
yang memiliki saham dibawah 5% (<5%) yang berada diluar manajemen
dan tidak memiliki hubungan istimewa dengan perusahaan. Kelompok
pemegang saham masyarakat, yaitu kelompok pemegang saham yang
masing-masing memiliki kurang dari 5% biasanya merupakan gabungan
kepemilikan dari banyak masyarakat. Kelompok pemegang saham ini
disebut dengan pemegang saham publik. Pemegang saham publik
biasanya merupakan pemegang saham minoritas perusahaan.”
Menurut Febriantian (2010) Kepemilikan Publik adalah: “... kepemilikan
saham perusahaan oleh masyarakat umum atau oleh pihak luar.”
Sedangkan Menurut Rifqiyah (2016) Kepemilikan saham Publik (Public
shareholding) adalah:
54
“... proporsi kepemilikan saham yang dimiliki oleh publik atau
masyarakat terhadap saham perusahaan. Pengertian Publik disini adalah
pihak individu atau institusi yang memiliki saham dibawah 5% (<5%)
yang berada diluar manajemen dan tidak memiliki hubungan istimewa
dengan perusahaan. ”
Dari beberapa definisi diatas dari beberapa ahli tersebut dapat
disimpulkan bahwa kepemilikan publik merupakan proporsi kepemilikan saham
yang dimiliki oleh pihak masyarakat yang dihitung dalam presentase.
Menurut (Deviyanti, 2012) Kepemilikan publik dapat diukur dengan
rumus :
2.1.6 Ketepatan Waktu
2.1.6.1 Pengertian Ketepatan Waktu
Menurut Dwi Martani (2014:42) pengertian Ketepatan waktu adalah:
“...Informasi yang disajikan terlambat akan menyebabkan informasi tersebut
kehilangan relevansinya. Manajemen harus menyeimbangkan manfaat informasi
tepat waktu dan keandalan informasi”.
Sedangkan M. Samryn (2012:21) pengertian Ketepatan waktu adalah:
“...informasi akuntansi yang baik harus disajikan dan dapat diakses tepat pada
waktu informasi tersebut diperlukan”.
Kepemilikan publik = ∑𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑚𝑖𝑙𝑖𝑘𝑖 𝑝𝑢𝑏𝑙𝑖𝑘
∑𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟x100%
55
Kemudian Sofyan Syafri Harahap (2012:127) menjelaskan ketepatan
waktu adalah: “... laporan akuntansi hanya bermanfaat untuk pengambilan
keputusan apabila diserahkan pada saat yang tepat”.
Menurut Chambers dan Penman yang dialih bahasakan oleh Hilmi dan
Ali (2008:04): “1) Ketepatan waktu didefinisikan sebagai keterlambatan waktu
pelaporan dari tanggal laporan keuangan sampai tanggal melaporkan, 2)
Ketepatan waktu ditentukan dengan ketepatan waktu pelaporan relatif atas tanggal
pelaporan yang diharapkan”.
Menurut Hilmi dan Ali (2008) pengertian Ketepatan waktu (timeliness)
adalah: “... salah satu faktor penting dalam menyajikan suatu informasi yang
relevan. Karakteristik informasi yang relevan harus mempunyai nilai prediksi dan
disajikan tepat waktu.”
Jadi dapat disimpulkan bahwa Ketepatan waktu laporan keuangan harus
disajikan pada kurun waktu yang teratur untuk memperlihatkan perubahan
keadaan perusahaan yang pada gilirannya mungkin akan mempengaruhi prediksi
dan keputusan pemakai. Ketepatan waktu juga menunjukan rentang waktu antara
penyajian informasi yang diinginkan dengan frekuensi pelaporan informasi.
Informasi yang tepat waktu dipengaruhi kemampuan manajer dalam merespon
setiap kejadian atau permasalahan. Apabila informasi tidak disampaikan
dengan tepat waktu akan menyebabkan informasi tersebut kehilangan nilai
didalam mendukung manajer menghadapi ketidakpastian yang terjadi dalam
lingkungan kerja mereka. Kadir (2011:3).
56
2.1.6.2 Peraturan penyampaian Laporan Keuangan
Penyampaian pelaporan keuangan ini merupakan hal yang wajib
dilakukan oleh perusahaan sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang
(UU) No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal yang menyatakan secara jelas
bahwa perusahaan publik wajib menyampaikan laporan berkala dan laporan
insidental lainnya kepada Bapepam. Bapepam menyatakan bahwa setiap
perusahaan yang go public diwajibkan untuk menyampaikan laporan keuangan
yang disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan dan telah diaudit tepat
waktu. Terdapat beberapa peraturan yang dikeluarkan oleh Bapepam (Badan
Pengawas Pasar Modal) mengenai ketepatan waktu penyampaian laporan
keuangan diantaranya sebagai berikut:
1. Peraturan Bapepam Nomor VIII.G.2 Lampiran Keputusan Ketua Badan
Pengawas Pasar Modal Nomor: KEP-38/PM/1996 Tentang Laporan
Tahunan Menjelaskan kewajiban menyampaikan laporan tahunan sebagai
berikut:
a. Laporan Tahunan Perusahaan yang telah melakukan Penawaran
Umum Saham dan Perusahaan Publik wajib disampaikan kepada
Bapepam sebanyak 4 (empat) rangkap dan tersedia bagi para
pemegang saham selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari sebelum
Rapat Umum Tahunan Pemegang Saham
b. Laporan Tahunan Perusahaan yang telah melakukan Penawaran
Umum Efek bersifat hutang wajib disampaikan kepada Bapepam
sebanyak 4 (empat) rangkap selambat-lambatnya 5 (lima) bulan
57
setelah tahun buku perusahaan berakhir. Kewajiban ini berlaku selama
Efek bersifat hutang yang bersangkutan belum dilunasi atau jatuh
tempo.
2. Peraturan Bapepam Nomor X.K.2 Lampiran Keputusan Ketua Bapepam
Nomor: KEP-36/PM/2003 Menjelaskan kewajiban penyampaian laporan
keuangan tahunan sebagai berikut:
a. Laporan Keuangan Tahunan harus disertai dengan laporan Akuntan
dengan pendapat yang lazim dan disampaikan kepada Bapepam
selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga setelah tanggal laporan
keuangan tahunan
b. Dalam hal Emiten atau Perusahaan Publik telah menyampaikan
laporan tahunan sebelum batas waktu penyampaian laporan keuangan
tahunan maka Emiten atau Perusahaan Publik tersebut tidak
diwajibkan menyampaikan laporan keuangan tahunan secara tersendiri
c. Laporan keuangan tahunan wajib disampaikan kepada publik dengan
ketentuan sebagai berikut:
1. Perusahaan wajib mengumumkan neraca, laporan laba rugi dan
laporan lain yang dipersyaratkan oleh instansi yang berwenang
sesuai dengan jenis industrinya dalam sekurang-kurangnya 2
(dua) surat kabar harian berbahasa Indonesia yang satu
diantaranya mempunyai peredaran nasional dan lainnya yang
terbit ditempat kedudukan Emiten atau Perusahaan Publik.
58
Selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga setelah tanggal
laporan keuangan tahunan
2. Bagi perusahaan yang dikategorikan sebagai perusahan menengah
atau kecil wajib mengumumkan neraca, laporan laba rugi dan
laporan lain yang dipersyaratkan oelh instansi yang berwenang
sesuai dengan jenis industrinya dalam sekurang-kurangnya 1
(satu) surat kabar harian berbahasa Indonesia yang mempunyai
peredaran nasional
3. Bentuk dan isi neraca, laporan laba rugi dan laporan lain yang
dipersyaratkan oleh instansi yang berwenang sesuai dengan jenis
industrinya yang diumumkan tersebut harus sama dengan yang
disajikan dalam laporan keuangan tahunan yang disampaikan
kepada Bapepam
4. Pengumuman tersebut harus memuat opini dari akuntan; dan
5. Bukti pengumuman tersebut harus disampaikan kepada Bapepam
selambat-lambatnya 2 (dua) hari kerja setelah tanggal
pengumuman.
d. Jika terdapat perbedaan antara laporan keuangan tengah tahunan yang
telah disajikan secara tersendiri kepada masyarakat dengan data
periode yang sama yang secara implisit sudah tercakup dalam laporan
keuangan tahunan harus dijelaskan didalam catatan atas laporan
keuangan. Perbedaan data laporan keuangan tengah tahunan tersebut
terutama terjadi karena adanya saran koreksi Akuntan dalam rangka
59
pemeriksaan (audit) laporan keuangan tahunan. Penjelasan tersebut
juga mencakup perbedaan laba bersih yang terjadi dan hal-hal yang
menyebabkan timbulnya perubahan
e. Laporan keuangan tahunan menjadi salah satu bagian dari laporan
tahunan untuk keperluan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
3. Peraturan Bapepam Nomor VIII.G.2, Lampiran Keputusan Ketua
Bapepam Nomor: KEP-38/PM/2003 tentang Kewajiban Penyampaian
Laporan Keuangan Berkala. Peraturan ini menyatakan bahwa laporan
keuangan tahunan harus disertai dengan laporan Akuntan dengan pendapat
yang lazim dan disampaikan kepada Baepam selambat-lambatnya pada
akhir bulan ketiga (90 hari) setelah tanggal laporan keuangan tahunan.
4. Peraturan Bapepam Nomor X.K.6 Lampiran Keputusan Ketua Badan
Pengawas Pasar Modal Nomor: KEP-134/BL/2006 Menjelaskan
Kewajiban penyampaian laporan tahunan sebagai berikut:
a. Setiap Emiten atau Perusahaan Publik yang menyatakan
pendaftarannya telah menjadi efektif wajib menyampaikan laporan
tahunan kepada Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan selambat-lambatnya 4 (empat) bulan setelah tahun buku
berakhir, sebanyak 4 (empat) eksemplar dalam bentuk asli Laporan
tahunan dalam bentuk asli dimaksud adalah laporan tahunan yang
wajib ditandatangani secara langsung oleh direksi dan komisaris.
b. Dalam hal laporan tahunan telah tersedia bagi pemegang saham
sebelum jangka waktu 4 (empat) bulan sejak tahun buku berakhir,
60
maka laporan tahunan dimaksud wajib disampaikan kepada Badan
Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan pada saat yang
bersamaan dengan tersedianya laporan tahunan bagi pemegang saham
c. Laporan tahunan wajib tersedia bagi para pemegang saham pada saat
panggilan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan
d. Dalam hal emiten hanya menerbitkan Efek Bersifat Utang, maka
kewajiban penyampaian laporan tahunan berlaku sampai dengan
emiten telah menyelesaikan seluruh kewajiban yang terkait dengan
Efek Bersifat Utang yang diterbitkan
e. Dalam hal Emiten atau Perusahaan Publik menyampaikan laporan
tahunan kepada Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan sebelum menyampaikan laporan keuangan tahunan, maka
Emiten atau Perusahaan Publik dimaksud dikecualikan dari kewajiban
menyampaikan laporan keuangan tahunan kepada Badan Pengawas
Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, sepanjang laporan tahunan
dimaksud:
1. Disampaikan sebanyak 6 (enam) eksemplar; dan
2. Sekurang-kurangnya 1 (satu) eksemplar laporan tahunan yang
memuat laporan keuangan tahunan dalam bentuk asli
Dalam hal penyampaian laporan tahunan dimaksud melewati
batas waktu penyampaian laporan keuangan tahunan sebagaimana diatur
dalam Peraturan Bapepam Nomor X.K.2 tentang Kewajiban
Penyampaian Laporan Keuangan berkala, maka hal tersebut
61
diperhitungkan sebagai keterlambatan penyampaian laporan keuangan
tahunan.
5. Peraturan Bapepam Nomor X.K.2 Lampiran Keputusan Ketua Badan
Pengawas Pasar Modal Nomor: KEP-346/BL/2011 Menjelaskan ketentuan
penyampaian laporan keuangan sebagai berikut:
a. Laporan keuangan tahunan wajib disajikan secara perbandingan
dengan periode yang sama tahun sebelumnya
b. Laporan keuangan tahunan wajib disertai dengan laporan Akuntan
dalam rangka audit atas laporan keuangan
c. Laporan keuangan tahunan wajib disampaikan kepada Bapepam dan
LK dan diumumkan kepada masyarakat paling lambat pada akhir
bulan ketiga setelah tanggal laporan keuangan tahunan
d. Dalam hal Emiten atau Perusahaan Publik telah menyampaikan
laporan tahunan sebagaimana dimaksud dalam peraturan nomor X.K.6
sebelum batas waktu penyampaian laporan keuangan tahunan, maka
Emiten atau Perusahaan Publik tersebut tidak diwajibkan
menyampaikan laporan keuangan tahunan secara tersendiri
e. Pengumuman laporan keuangan tahunan sebagaimana dimaksud
dalam huruf c wajib dilakukan dalam paling sedikit satu surat kabar
harian berbahasa Indonesia yang berperedarannasional, dengan
ketentuan sebagi berikut:
62
1. Laporan keuangan tahunan yang diumumkan paling sedikit
meliputi laporan posisi keuangan (neraca), laporan laba rugi
komprehensif, laporan arus kas, dan opini dari Akuntan;
2. Bentuk dan isi laporan sebagaimana dimaksud dalam butir: 1)
wajib sama dengan yang disajikan dalam laporan keuangan
tahunan yang disampaikan kepada Bapepam dan LK dan;
3. Bukti pengumuman tersebut wajib disampaikan kepada
Bapepam dan LK paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah
tanggal pengumuman
6. Peraturan Bapepam Nomor X.K.6 Lampiran Keputusan Ketua Bapepam
Nomor: KEP-431/BL/2012 Menjelaskan kewajiban penyampaian laporan
tahunan sebagai berikut:
a. Emiten atau Perusahaan Publik yang pernyataan pendaftarannya telah
menjadi efektif wajib menyampaikan laporan tahunan kepada
Bapepam dan LK paling lama 4 (empat) bulan setelah tahun buku
berakhir
b. Dalam hal Emiten atau Perusahaan Publik memperoleh pernyataan
efektif untuk pertama kali setelah tahun buku berakhir sampai dengan
batas waktu penyampaian laporan tahunan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, maka Emiten atau Perusahaan Publik dimaksud wajib
menyampaikan laporan tahunan kepada Bapepam dan LK paling lama
pada saat panggilan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan
63
atau pada akhir bulan ke 6 (enam) setelah tahun buku berakhir, mana
yang lebih dulu
c. Laporan tahunan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, disampaikan
dalam bentuk dokumen fisik (hardcopy) paling kurang 2 (dua)
eksemplar, satu diantaranya dalam bentuk asli, dan disertai dengan
laporan dalam bentuk dokumen elektronik (softcopy). Laporan
tahunan dalam bentuk asli dimaksud adalah laporan tahunan yang
wajib dibubuhi tanda tangan secara langsung oleh seluruh anggota
Dewan Komisaris dan Direksi.
d. Laporan tahunan wajib dimuat dalam laman (website) Emiten atau
Perusahaan Publik bersamaan dengan disampaikan laporan tahunan
tersebut kepada Bapepam dan LK
e. Laman (website) sebagaimana dimaksud dalam huruf d dapat diakses
setiap saat
f. Laporan tahunhan wajib tersedia bagi para pemegang saham pada saat
panggilan RUPS Tahunan
g. Dalam hal laporan tahunan telah tersedia bagi pemegang saham
sebelum jangka waktu 4 (empat) bulan sejak tahun buku berakhir,
maka laporan tahunan dimaksud wajib disampaikan kepada Bapepam
dan LK pada saat yang bersamaan dengan tersedianya laporan tahunan
bagi pemegang saham
h. Dalam hal Emiten yang hanya menerbitkan Efek Bersifat Utang dan/
atau Sukuk telah menyelesaikan seluruh kewajiban yang terkait
64
dengan Efek Bersifat Utang dan/ atau Sukuk yang diterbitkan sampai
dengan batas waktu penyampaian laporan tahunan, maka Emiten
dikecualikan dari kewajiban menyampaikan laporan tahunan
i. Dalam hal Emiten atau Perusahaan Publik menyampaikan laporan
tahunan kepada Bapepam dan LK dalam periode penyampaian laporan
keuangan tahunan, maka Emiten atau Perusahaan Publik dikecualikan
dari kewajiban menyampaikan laporan keuangan tahunan kepada
Bapepam dan LK, sepanjang laporan tahunan dalam bentuk asli
sebagaimana dimaksud dalam huruf c memuat laporan keuangan
tahunan dalam bentuk asli
j. Bagi Emiten atau Perusahaan Publik yang Efeknya tercatat di Bursa
Efek Indonesia dan Bursa Efek di negara lain, dimana ketentuan batas
waktu penyampaian laporan tahunan yang ditetapkan Bapepam dan
LK berbeda dengan ketentuan yang ditetapkan oleh otoritas pasar
modal di negara lain tersebut, maka:
1. Batas waktu penyampaian laporan tahunan kepada Bapepam dan
LK dapat dilakukan mengikuti batas waktu penyampaian laporan
tahunan kepada otoritas pasar modal di negara lain
2. Penyampaian laporan tahunan kepada Bapepam dan LK
dilakukan pada tanggal yang sama dengan penyampaian laporan
tahunan kepada otoritas pasar modal di negara lain, dan;
3. Laporan tahunan yang disampaikan kepada Bapepam dan LK dan
otoritas pasar modal di negara lain wajib memuat informasi yang
65
sama dan paling kurang memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam angka 2
k. Dalam hal batas waktu penyampaian laporan tahunan jatuh pada hari
libur, maka laporan tahunan wajib disampaikan paling lambat pada
hari kerja berikutnya
l. Dalam hal Emiten atau Perusahaan Publik menyampaikan laporan
tahunan melewati batas waktu sebagaimana dimaksud dalam huruf k,
maka penghitungan jumlah har keterlambatan atas penyampaian
laporan tahunan dihitung sejak hari pertama setelah batas akhir waktu
penyampaian laporan tahunan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,
huruf b, huruf g, dan huruf j angka 1) dan angka 2).
2.1.6.3 Sanksi Keterlambatan dalam Penyampaian Laporan Keuangan
Terdapat juga ketentuan mengenai sanksi yang diberikan atas
keterlambatan penyampaian laporan keuangan tersebut. Sanksi tersebut diatur
dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor: 29/PJOK.04/2016 yangg
menjelaskan ketentuan sanksi sebagai berikut:
1. Dengan tidak mengurangi ketentuan pidana dibidang Pasar Modal,
Otoritas Jasa Keuangan berwenang mengenakan sanksi administratif
terhadap setiap pihak yang melanggar ketentuan Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan ini, termasuk piohak yang menyebabkan terjadinya pelanggaran
ketentuan tersebut, berupa:
a. Peringatan tertulis;
66
b. Denda yaitu kewajiban untuk membayar sejumlah uang tertentu;
c. Pembatasan kegiatan usaha;
d. Pembekuan kegiatan usaha;
e. Pencabutan ijin usaha;
f. Pembatalan persetujuan, dan;
g. Pembatalan pendaftaran
2. Sanksi administratif sebagaimana dimaksudkan pada ayat 1) huruf b, huruf
c, huruf d, huruf e, huruf f, atau huruf g dapat dikenakan dengan atau tanpa
didahului pengenaan sanksi administratif berupa peringatan tertulis
sebagaimana dimaksud pada ayat 1) huruf a
3. Sanksi administratif berupa denda sebagaimana dimaksud pada ayat 1)
huruf b dapat dikenakan secara sendiri atau secara bersama-sama dengan
pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat 1) huruf
c, huruf d, huruf e, huruf f, atau huruf g.
Ketepatan waktu dapat diukur dengan rumus :
(+) laporan keuangan tidak tepat waktu
(−) laporan keuangan tepat waktu
Tepat waktu = Jangka waktu penerbitan lap.keuangan – 120 hari
67
2.2 Kerangka Pemikiran
2.2.1 Pengaruh Profitabilitas terhadap Ketepatan Waktu Penyampaian
Laporan Keuangan
Profitabilitas merupakan salah satu indiator keberhasilan perusahaan
untuk dapat menghasilkan laba sehingga semakin tinggi profitabilitas maka
semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bagi
perusahaannya. Perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi dapat dikatakan
bahwa laporan keuangan perusahaan tersebut mengandung berita baik dan
perusahaan tersebut mengalami berita baik akan cendeung menyerahkan laporan
tepat waktu. Hal ini juga berlaku jika profitabilitas perusahaan rendah dimana hal
ini mengandung berita buruk, sehingga perusahaan cenderung tepat waktu
menyerahkan laporan keuangannya (Hilmi dan Ali, 2008)
Astuti (2007:31) dalam Irfan Haris Setiawan (2014) mengatakan bahwa
profitabilitas menunjukan keberhasilan perusahaan didalam menghasilkan
keuntungan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa profit merupakan berita
baik bagi perusahaan sehingga perusahaan tidak akan menunda penyampaian
informasi yang berisi berita baik. Oleh karena itu perusahaan yang mampu
menghasilkan profit cenderung lebih tepat waktu dalam penyampaian laporan
keuangannya dibandingkan dengan perusahaan yang mengalami kerugian.
Profitabilitas menunjukan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
laba pada masa mendatang dan laba merupakan informasi penting bagi investor
68
sebagai pertimbangan dalam menanamkan modalnya. Profitabilitas juga
merupakan indikator dan keberhasilan operasi perusahaan. (Nurmiati, 2016)
2.2.2 Pengaruh Kepemilikan Publik terhadap Ketepatan Waktu
Penyampaian Laporan Keuangan
Pemilik perusahaan dari pihak luar (outsider ownership) dianggap
berbeda dengan pihak dalam (insider ownership), dimana kecil kemungkinannya
pemilik dari pihak luar untuk terlibat dalam urusan usaha/bisnis sehari-hari.
Pemilik perusahaan dari pihak luar atau pemegang saham berkepentingan untuk
mengetahui tingkat pengembalian (rate of return) atau investasi mereka. Biasanya
kepemilikan saham oleh publik lebih dari 50%, sehingga pemilik perusahaan dari
luar merupakan kekuatan besar yang dapat mempengaruhi kondisi dan kinerja
perusahaan. Pemilik juga dapat meminta kepada manajemen agar dapat
menyajikan informasi secara tepat waktu, karena ketepatan waktu pelaporan akan
mempengaruhi keputusan ekonomi yang akan diambil.
Menurut Yuliansyah dan Megawati (2007) struktur kepemilikan (Saham
Publik) memiliki pengaruh positif terhadap tingkat keluasan pengungkapan
laporan keuangan tetapi pengaruh tersebut tidak signifikan. Sedangkan menurut
Hilmi dan Ali (2008) kepemilikan publik memiliki pengaruh terhadap ketepatan
pelaporan keuangan perusahaan.
69
2.3 Hipotesis Penelitian
: Profitabilitas berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan
keuangan
: Kepemilikan Publik berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian
laporan keuangan
Kerangka pemikiran yang diajukan adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Tuntutan pihak luar
semakin besar
Profitabilitas tinggi Kepemilikan Publik
semakin besar
Laporan Keuangan
mengandung berita
baik
Pengaruh pihak luar
semakin besar
Penyampaian
laporan keuangan
tepat waktu