bab ii kajian pustaka -...
TRANSCRIPT
5
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Everyone Is Teacher Here (ETH)
a. Pengertian Tipe Everyone Is Teacher Here (ETH)
Strategi pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak
siswa untuk belajar secara aktif. Siswa belajar dengan aktif berarti mereka
yang mendominasi aktifitas pembelajaran. Hal tersebut dapat menjadikan
siswa berperan secara aktif menggunakan otak baik untuk menemukan ide
pokok dari setiap materi belajar, memecahkan persoalan, atau
mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajari ke dalam satu persoalan
yang ada dalam dunia nyata (Zaini, dkk; 2006).
Pembelajaran aktif harus dapat menumbuhkan suasana sedemikian
rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan
gagasan. Belajar memang merupakan proses aktif dari si pembelajar dalam
membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima
kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Pembelajaran aktif adalah
proses belajar yang menumbuhkan dinamika belajar bagi siswa (Suprijono,
2012).
Pembelajaran aktif (active learning) dimaksudkan untuk
mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh siswa,
sehingga semua siswa dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai
dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Disamping itu, pembelajaran
aktif (active learning) juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa agar
tetap tertuju pada proses pembelajaran (Machmudah, 2008).
Beberapa ahli percaya bahwa satu mata pelajaran benar-benar dikuasai
apabila siswa mampu mengajarkan kepada siswa lain. Menurut Silberman
(2009: 165), mengajar teman sebaya (peer teaching) memberikan
kesempatan pada siswa untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu
yang sama saat ia menjadi narasumber bagi yang lain. Strategi pembelajaran
aktif ini juga memungkinkan guru untuk memberi tambahan (bila dirasa
perlu) pada pengajaran yang dilakukan oleh siswa. Strategi pembelajaran
aktif tipe ETH adalah salah satu teknik instruksional dari belajar aktif (active
learning) yang termasuk dalam bagian mengajar teman sebaya (peer
teaching).
6
Menurut Machmudah (2008: 72), secara umum dengan melakukan
pembelajaran aktif (Active Learning) akan diperoleh hal-hal sebagai berikut:
1) Interaksi yang timbul selama proses pembelajaran akan menimbulkan
positive interdependence dimana pengetahuan yang dipelajari hanya dapat
diperoleh secara bersama-sama melalui eksplorasi aktif dalam belajar, 2)
Setiap individu harus terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan pengajar
harus dapat mendapatkan penilaian untuk setiap siswa sehingga terdapat
individual accountability, 3) Proses pembelajaran aktif ini agar berjalan
dengan efektif diperlukan tingkat kerjasama yang tinggi sehingga dapat
memupuk social skill.
Everyone Is Teacher Here (setiap orang adalah guru) merupakan cara
tepat untuk mendapatkan partisipasi kelas secara keseluruhan maupun
individu. Strategi ini memberi kesempatan kepada setiap siswa untuk
berperan aktif sebagai guru bagi kawan-kawannya (Suprijono, 2012: 110).
Menurut Wulandari, dkk (2012: 2), tipe Everyone Is Teacher Here (ETH)
ini menuntut siswa yang berperan aktif sebagai guru bagi teman-temannya.
Penyampaian materi yang disampaikan oleh temannya sendiri dianggap akan
lebih mudah dipahami karena latar belakang pengalaman dan pengetahuan
yang sama serta bahasa yang digunakan juga mudah dimengerti, selain
membuat temannya mengerti dengan yang dijelaskan maka siswa yang
menjelaskan juga akan bertambah paham terhadap materi yang sedang
dipelajari.
Penelitian ini sependapat dengan Suprijono (2012: 110) yang
menyatakan bahwa ETH merupakan suatu strategi yang tepat untuk
membuat siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran. ETH merupakan
cara yang tepat pula untuk mendapatkan partisipasi secara keseluruhan
serta strategi ini mampu memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk
berperan aktif menjadi seorang guru bagi kawan-kawannya.
b. Langkah-Langkah Pembelajaran Aktif Tipe ETH
Setiap orang, bahan ajar cetak atau elektronik adalah sumber belajar.
Strategi pembelajaran aktif tipe ETH diterapkan dengan memandang bahwa
siswa sudah memiliki pengetahuan tentang sebuah topik yang akan dipelajari
sekalipun kadarnya berbeda-beda. Berdasarkan hal tersebut, untuk menggali
pengetahuan atau kemampuan siswa, guru dapat meminta siswa menuliskan
pertanyaan tentang topik yang akan dipelajari diatas kertas kemudian
pertanyaan diacak untuk dijawab temannya sendiri (Marno dan Idris, 2008:
152).
7
Menurut Zaini, dkk (2007: 63), langkah-langkah pembelajaran aktif tipe
ETH sebagai berikut: a) Bagikan secarik kertas / kartu pada seluruh siswa.
Mintalah siswa untuk menuliskan satu pertanyaan tentang materi pelajaran
yang sedang dipelajari di kelas atau topik khusus yang akan didiskusikan di
dalam kelas. b)Kumpulkan kertas / kartu, acak kertas tersebut kemudian
bagikan pada setiap siswa. Pastikan bahwa tidak ada siswa yang menerima
kertas / kartu pertanyaan yang ditulis sendiri. Mintalah mereka untuk
membaca dalam hati pertanyaan dalam kertas / kartu tersebut kemudian
memikirkan jawabannya. c) Mintalah kepada siswa secara suka rela
membacakan pertanyaan tersebut dan menjawabnya dengan menjelaskan
kepada teman-teman yang lain. Setelah jawabannya disampaikan, mintalah
kepada siswa lainnya untuk menambahkan jawabannya.
Marno dan Idris (2008: 152) menyatakan langkah-langkah dalam ETH
adalah a) bagikan kertas pada siswa dan mintalah mereka untuk menuliskan
pertanyaan tentang materi atau hasil belajar yang harus didiskusikan atau
dipelajari, b) kumpulkan kertas tersebut, acak, dan bagikan kembali kepada
siswa secara acak, c) undang sukarelawan (seorang siswa) untuk ke depan
dan membacakan pertanyaan, serta memberikan jawaban / tanggapan atas
pertanyaan tersebut, d) kembangkan diskusi yang berangkat dari pertanyaan
tersebut, e) klarifikasi materi / hasil belajar dari setiap pertanyaan yang
didiskusikan agar seluruh siswa memperoleh pemahaman tentang materi /
hasil belajar.
Perlu diperhatikan, dalam pembelajaran ini setelah mengumpulkan
kertas/ kartu harus ada panelis yang akan menjawab pertanyaan. Bacakan
setiap kertas dan diskusikan. Gantilah panelis secara bergantian. Mintalah
salah seorang siswa untuk menuliskan dalam kertas tentang jawaban,
penjelasan dan hasil pengamatan mereka tentang materi pelajaran yang
diberikan (Zaini, dkk; 2007: 64).
Bagan proses pembelajaran tipe ETH adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1
Denah kelas sebelum proses belajar
Guru
1 2 3 4 5
6 7 8 9 10
8
Gambar 2.2
Siswa menulis pertanyaan dalam kertas/ kartu yang telah disediakan
Gambar 2.3
Siswa menjelaskan jawaban pada temannya
Langkah-langkah strategi pembelajaran aktif tipe ETH yang akan
diterapkan terdapat pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4
Sintak pembelajaran dengan ETH
TAHAP KEGIATAN GURU KEGIATAN SISWA
Tahap 1 1. Memberikan pretest untuk mengetahui kemampuan awal siswa
2. Menjelaskan indikator yang harus dikuasai siswa.
3. Memotivasi siswa akan pentingnya materi yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.
1. Mengerjakan pretest. 2. Mengingat mengenai
pentingnya mempelajari bangun segiempat
Tahap 2 Bersama siswa mengulang kembali
pelajaran tentang sifat-sifat bangun
Mulai membangun dan
mengingat pemahaman
Guru
1 2 3 4 5
6 7 8 9 10
Guru 9
1 2
6
3
7 8
4 5
10
9
segiempat. tentang materi segiempat.
Tahap 3 1. Membagikan kartu kepada setiap siswa.
2. Meminta siswa untuk menuliskan sebuah pertanyaan tentang materi segiempat pada kartu yang telah diberikan.
3. Meminta siswa mengumpulkan kartu dan mengacak kartu tersebut.
4. Membagikan kembali kartu secara acak (tidak ada siswa yang mendapat kartu milik sendiri)
5. Meminta salah satu siswa untuk berperan menjadi guru.
1. Siswa menerima kartu dan mulai berfikir.
2. Siswa berfikir untuk membuat pertanyaan dan menuliskan pertanyaan pada kartu.
3. Siswa mengumpulkan kartu yang telah ditulis pertanyaan.
4. Siswa menerima kartu dari teman mereka dan memikirkan jawaban dari setiap pertanyaan yang ada pada kartu soal.
5. Siswa dengan sukarela/ ditunjuk menjawab pertanyaan dan berperan menjadi guru.
6. Siswa lain boleh mengajukan pertanyaan, menambahkan jawaban, memberi saran.
7. Proses diskusi antar siswa terjalin.
8. Terdapat 1 siswa menjadi panelis.
Tahap 4 1. Membimbing dan melakukan pembenaran-pembenaran jika terjadi kesalahan yang dialami siswa.
2. Memberi penguatan kembali tentang materi yang dipelajari.
3. Membimbing siswa untuk membuat kesimpulan.
1. Melakukan pembenaran dari setiap penjelasan siswa.
2. Membuat kesimpulan tentang materi yang telah dipelajari.
Tahap 5 Memberikan posttest sebagai evalusi
pembelajaran dan angket minat
belajar matematika pada siswa
Mengerjakan posttest dan
angket minat belajar
matematika
c. Kelebihan dan Kekurangan dari Strategi Pembelajaran Aktif Tipe ETH
Tujuan strategi pembelajaran aktif tipe Everyone Is Teacher Here (ETH)
dalam suatu proses belajar mengajar adalah: a) Mengecek pemahaman
para siswa sebagai dasar perbaikan proses belajar mengajar, b)
Membimbing usaha para siswa untuk memperoleh suatu keterampilan
10
kognitif maupun sosial, c) Memberikan rasa senang pada siswa, d)
Merangsang dan meningkatkan kemampuan berpikir siswa, e) Memotivasi
siswa agar terlibat dalam interaksi, f) Melatih kemampuan mengutarakan
pendapat, g) Mencapai tujuan belajar.
Berikut ini kelebihan dan kekurangan dari strategi pembelajaran aktif
tipe Everyone Is Teacher Here (ETH). Kelebihan penerapan Everyone Is
Teacher Here (ETH) adalah: a) Siswa mendapat kesempatan baik secara
individu maupun kelompok untuk menjawab pertanyaan yang dibuat oleh
teman-temannya, b) Guru dapat mengetahui penguasaan siswa terhadap
materi yang disampaikan, c) Mendorong siswa untuk berani mengajukan
pendapatnya (Silberman, 2009).
Kelemahan penerapan Everyone Is Teacher Here (ETH) adalah: a)
Pertanyaan pada hakekatnya sifatnya hanya hafalan, b) Proses tanya jawab
yang berlangsung secara terus menerus akan menyimpang dari pokok
bahasan yang sedang dipelajari, c) Guru tidak mengetahui secara pasti
apakah anak yang tidak mengajukan pertanyaan ataupun menjawab telah
memahami dan menguasai materi yang telah diberikan.
2. Minat Belajar Matematika
a. Pengertian Minat Belajar
Proses belajar yang dilakukan siswa pada suatu mata pelajaran tertentu
tidak hanya sekedar membaca, menulis, berhitung dan mengerjakan soal
saja. Hal tersebut juga harus diikuti dengan adanya minat ingin belajar dan
mengikuti pelajaran untuk keberhasilan siswa itu sendiri. Minat belajar dapat
diartikan sebagai kecenderungan untuk mempelajari sesuatu dengan
perasaan senang (Slameto, 2003: 180). Salah satu rasa lebih suka dan rasa
ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh adalah
pengertian minat menurut Djamarah dan Bahri (2002: 132).
Baharudin dan Wahyuni (2007: 24) mengemukakan, minat berarti
kecenderungan dan gairah yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap
sesuatu. Minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi karena
memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar. Jika seseorang tidak memiliki
minat untuk belajar, ia tidak akan bersemangat bahkan tidak mau belajar.
Menurut Djamarah dan Bahri (2008: 132-132), minat adalah
kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan mengenang
beberapa aktivitas. Seseorang yang berminat terhadap aktivitas akan
memperhatikan aktivitas itu secara konsisten dengan rasa senang. Minat
merupakan perasaan yang didapat karena berhubungan dengan sesuatu.
11
Minat terhadap sesuatu itu dipelajari dan dapat mempengaruhi belajar
selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan minat-minat baru. Minat
terhadap sesuatu dapat diartikan sebagai hasil belajar dan cenderung
mendukung aktivitas belajar berikutnya. Oleh karena itu minat besar
pengaruhnya terhadap aktivitas belajar.
Minat adalah kesadaran seseorang bahwa suatu objek, suatu situasi
yang mengandung sangkut paut dengan dirinya. Teori ini mengemukakan
bahwa keberhasilan siswa dilandasi oleh keinginan siswa itu sendiri
(Arikunto, 2009: 217).
Beberapa definisi tentang minat belajar yang dikemukakan oleh para
ahli, penelitian ini mengacu pada pengertian minat belajar yang
dikemukakan oleh Baharudin dan Wahyuni (2007: 24) yang menyatakan
bahwa minat berarti kecenderungan dan gairah seseorang yang tinggi atau
keinginan yang besar terhadap sesuatu.
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar
Slameto (2010: 54) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi minat belajar siswa yaitu: 1) Faktor Intern: faktor jasmaniah,
seperti faktor kesehatan dan cacat tubuh; faktor psikologi, seperti
intelegensi, perhatian, bakat, kematangan dan kesiapan. 2) Faktor Ekstern:
faktor keluarga, seperti cara orang tua mendidik, relasi antaranggota
keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua
dan latar belakang kebudayaan; faktor sekolah, seperti metode mengajar,
kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin
sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar penilaian diatas ukuran,
keadaan gedung, metode mengajar dan tugas rumah.
Suparyun (2003) memandang minat sebagai pemusatan perhatian yang
tidak sengaja yang terlahir dengan penuh kemauan dan tergantungan dari
bakat dan kemampuan. Liang Gie (2007) mengemukanan bahwa dalam
hubungannya dengan pemusatan perhatian, minat mempunyai peranan,
yaitu: a) melahirkan perhatian yang serta merta, b) memudahkan terciptanya
pemusatan perhatian, c) mencegah gangguan perhatian dari luar.
Indikator minat belajar adalah 1) Perasaan Senang: belajar tanpa adanya
paksaan, perasaan siswa saat belajar matematika dengan model yang
ditentukan guru, mengerjakan soal dengan senang hati; 2) Perhatian:
perhatian siswa dalam memahami materi pelajaran, kesadaran siswa untuk
bertanya; 3) Konsentrasi: konsentrasi siswa saat mengikuti palajaran
matematika di sekolah, konsentrasi saat mengerjakan soal-soal matematika.
12
3. Hasil Belajar Matematika
a. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar didefinisikan sebagai kemampuan-kemampuan yang
dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar
sering diwujudkan dalam bentuk perubahan perilaku dan perubahan pribadi
seseorang setelah proses pembelajaran berlangsung. Hasil belajar
merupakan hasil kegiatan dari belajar dalam bentuk pengetahuan sebagai
akibat dari perlakuan atau pembelajaran yang dilakukan siswa (Sudjana,
2011: 22). Menurut Hamalik (2003: 155) hasil belajar adalah sebagai
terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat di amati
dan di ukur bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Suprijono (2012: 7) menjelaskan bahwa hasil belajar adalah perubahan
perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi
kemanusiaan saja. Hasil belajar juga merupakan hasil dari pola-pola
perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap, apresiasi dan
keterampilan. Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorikan oleh para
pakar pendidikan tidak terlihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan
komprehensif.
Penelitian ini mengacu pada definisi hasil belajar yang dikemukakan
oleh Sudjana (2011: 22) yang menyatakan bahwa hasil belajar adalah hasil
kegiatan dari belajar dalam bentuk pengetahuan sebagai suatu akibat dari
sebuah perlakuan atau pembelajaran yang dilakukan siswa.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Kingsley dalam Sudjana (2011: 22) menjelaskan bahwa hasil belajar
dibagi menjadi tiga, yaitu: a) keterampilan dan kebiasaan, b) pengetahuan
dan pengertian, c) sikap dan cita-cita. Merujuk pemikiran Gagne dalam
Suprijono (2012: 5), hasil belajar dibagi menjadi lima, yaitu: a) informasi
verbal, b) keterampilan intelektual, c) strategi kognitif, d) keterampilan
motorik, e) sikap. Menurut Bloom dalam Suprijono (2012: 6), hasil belajar
mencakup: a) kemampuan kognitif, b) afektif, c) psikomotorik.
Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor dari
dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor
lingkungan. Menurut Slameto (2003: 54-72), faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar adalah: 1) faktor-faktor internal yang meliputi
jasmaniah, psikologis dan kelelahan; 2) faktor-faktor eksternal yaitu keluarga
(cara orang tua mendidik, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga,
pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan), sekolah (metode
13
mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa,
disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas
ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah), masyarakat
(kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, bentuk
kehidupan masyarakat). Menurut Caroll dalam R. Angkowo & A. Kosasih
(2007: 51) bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi oleh lima faktor yaitu: 1)
bakat belajar, 2) waktu yang tersedia untuk belajar, 3) kemampuan individu,
4) kualitas pengajaran, 5) lingkungan.
Hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses belajar mengajar yang
optimal cenderung menunjukkan hasil yang berciri sebagai berikut: (a)
kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar
intrinsik pada diri siswa; (b) menambah keyakinan akan kemampuan dirinya;
(c) hasil belajar yang dicapainya bermakna bagi dirinya seperti akan tahan
lama diingatnya, membentuk perilakunya, bermanfaat untuk mempelajari
aspek lain, minat dan kemampuan untuk belajar sendiri; (d) hasil belajar
diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif); (e) kemampuan siswa
untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan dirinya terutama dalam
menilai hasil belajar yang dicapainya maupun menilai, mengendalikan proses
dan usaha belajarnya (Sudjana, 2011: 56).
c. Ranah Hasil Belajar
Menurut Bloom dalam Sudjana (2011: 22), hasil belajar secara garis
besar dibagi menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan
ranah psikomotorik. a) Ranah kognitif yakni tentang hasil belajar intelektual
yang terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman,
aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif
tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat
tinggi; b) ranah afektif yakni tentang sikap yang terdiri dari lima aspek, yaitu
penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi; c)
ranah psikomotorik yakni tentang hasil belajar keterampilan dan
kemampuan bertindak. Terdapat enam aspek dalam ranah psikomotorik
yaitu gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perceptual,
keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan
ekspresif dan interpretatif.
Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Ranah
kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh guru di sekolah karena berkaitan
dengan kemampuan siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran (Sudjana,
2011: 23).
14
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang
dilakukan oleh Bili (2010) tentang “Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Every
One Is Teacher Here (ETH) Untuk Topik Listrik Statis” menyatakan bahwa
aktivitas belajar mahasiswa dengan rata-rata prosentase keterlibatan
mahasiswa untuk semua jenis aktivitas yang dinilai yaitu sebesar 84,6%, dan
hasil belajar mahasiswa diperoleh nilai rata-rata kelas 83,02% dan mahasiswa
mahasiswa yang memiliki nilai diatas 70 adalah 84,6%.
Penelitian Pratomo, dkk (2011) yang berjudul “Hasil Belajar Biologi Ranah
Kognitif Ditinjau dari Model Everyone Is Teacher Here dan Minat Belajar Siswa
Kelas XI Di SMA Negeri 1 Sukoharjo” menunjukkan bahwa ada pengaruh secara
signifikan tentang penerapan model pembelajaran ETH terhadap hasil belajar
biologi ranah kognitif di SMA Negeri 1 Sukoharjo. Penelitian ini juga menemukan
bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara minat dan hasil belajar biologi
ranah kognitif, serta tidak ada interaksi antara model model pembelajaran dan
minat terhadap hasil belajar.
Sependapat dengan penelitian sebelumnya, penelitian yang dilakukan oleh
Wulandari, dkk (2012) tentang “Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran
Aktif Tipe Everyone Is Teacher Here (ETH) Terhadap Pemahaman Konsep
Matematika Matematis Siswa Kelas VIII SMPN 1 Linggo Sari Baganti”. Penelitian
tersebut menyimpulkan bahwa pemahaman konsep matematis siswa yang
menerapkan pembelajaran aktif tipe Everyone Is Teacher Here (ETH) lebih baik
daripada pemahaman konsep matematis siswa yang menerapkan pembelajaran
konvensional di kelas VIII SMPN 1 Linggo Sari Baganti. Hal ini terlihat dari nilai
rata-rata kelas eksperimen (63,22) lebih tinggi dari nilai rata-rata pada kelas
control (54,81).
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wulandari, dkk (2012),
penelitian yang dilakukan oleh Firdahri, dkk (2012) dengan judul “Pengaruh
Penerapan Tipe Everyone Is Teacher Here (ETH) Disertai Kuis Terhadap
Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas VIII SMPN 1 Hilirang Gumanti”
menyimpulkan bahwa pemahaman konsep matematis siswa dengan penerapan
strategi Everyone Is Teacher Here (ETH) disertai kuis lebih baik dari pada
pemahaman konsep matematis siswa dengan pembelajaran konvensional. Hal
ini terlihat dari hasil tes siswa di kelas eksperimen sebesar 66,44 yang lebih
tinggi daripada kelas kelas control yaitu 55,81.
Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, penelitian ini dibuat untuk
mengetahui sejauh mana pengaruh strategi pembelajaran aktif tipe ETH yang
diterapkan pada kelas VIIA terhadap hasil belajar matematika dan mengetahui
15
seberapa jauh pengaruh strategi pembelajaran aktif tipe ETH terhadap minat
belajar matematika siswa.
C. Kerangka Berpikir
Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa diantaranya strategi
pembelajaran yang digunakan guru. Guru seharusnya dapat membuat strategi
yang mampu melibatkan seluruh siswa dalam proses pembelajaran matematika.
Strategi yang digunakan guru tentunya harus harus dapat membuat siswa aktif
di kelas agar pembelajaran tidak hanya berpusat pada guru dan menjadikan
siswa merasa suka cita mengikuti pelajaran matematika.
Kondisi awal pada siswa kelas VIIA SMP Kristen Satya Wacana Salatiga
mempunyai hasil belajar yang tergolong masih rendah. Kegiatan pembelajaran
yang dilakukan guru di kelas lebih pada berpusat pada guru (teacher center) dan
menjadikan siswa pasif dalam mengikuti pelajaran. Kondisi seperti ini
berpengaruh terhadap minat belajar yang dimiliki siswa dalam mengikuti
pelajaran dan pencapaian hasil belajar siswa pada suatu mata pelajaran. Kondisi
tersebut perlu adanya tindak lanjut tentang jalannya proses mengajar, sehingga
diperlukan suatu strategi pembelajaran yang berorientasi pada siswa. Strategi
pembelajaran tersebut adalah strategi pembelajaran aktif tipe Everyone Is
Teacher Here (ETH).
Berdasarkan uraian yang ada maka kerangka berfikir penelitian ini dapat
diilustrasikan sebagai berikut:
Gambar 2.4
Kerangka Berpikir Penelitian
Gambar 2.4 menunjukkan bahwa bila strategi pembelajaran aktif tipe ETH
ini berhasil menjadikan siswa aktif dikelas maka akan berpengaruh pada minat
belajar siswa dan hasil belajar siswa dapat meningkat.
Strategi pembelajaran aktif tipe Everyone Is
Teacher Here (ETH) (X)
Minat belajar matematika (Y1)
Hasil belajar matematika (Y2)
16
D. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah melalui strategi pembelajaran aktif
tipe Everyone Is Teacher Here (ETH) dapat mempengaruhi minat dan hasil
belajar matematika pada siswa kelas VIIA SMP Kristen Satya Wacana Salatiga.