bab ii kajian pustaka -...

28
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Mata Pelajaran Tematik Terpadu 2.1.1.1 Hakikat Pembelajaran Tematik Terpadu Pembelajaran tematik terpadu merupakan pembelajaran yang menggunakan tema pada proses pembelajaran. Kemendikbud (2013:7) pembelajaran tematik terpadu adalah pembelajaran dengan memadukan beberapa mata pelajaran melalui penggunaan tema, dimana peserta didik tidak mempelajari materi mata pelajaran secara terpisah, semua mata pelajaran yang ada di sekolah dasar sudah melebur menjadi satu kegiatan pembelajaran yang diikat dengan tema. Prastowo (2013: 223) pembelajaran tematik terpadu merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema. Mulyasa (2013: 170) pembelajaran tematik terpadu adalah pembelajaran yang diterapkan pada tingkatan pendidikan dasar yang menyuguhkan proses belajar berdasarkan tema untuk kemudian dikombinasikan dengan mata pelajaran lainnya. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik terpadu adalah pembelajaran yang menggabungkan beberapa mata pelajaran yang terpisah menjadi satu kesatuan yang lebih padu yang dinamakan tema. 2.1.1.2 Tujuan Pembelajaran Tematik Terpadu Pembelajaran tematik terpadu diterapkan pada kurikulum 2013. Tematik terpadu memiliki beberapa tujuan, menurut Kemendikbud (2013: 193) tujuan tematik terpadu sebagai berikut: 1) Mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu. 2) Mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi mata pelajaran dalam tema yang sama. 3) Memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan.

Upload: doanhanh

Post on 18-Mar-2019

333 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15814/2/T1_292013280_BAB II... · 3.6 Menggali isi dan amanat puisi yang disajikan secara lisan

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

2.1.1 Mata Pelajaran Tematik Terpadu

2.1.1.1 Hakikat Pembelajaran Tematik Terpadu

Pembelajaran tematik terpadu merupakan pembelajaran yang

menggunakan tema pada proses pembelajaran. Kemendikbud (2013:7)

pembelajaran tematik terpadu adalah pembelajaran dengan memadukan

beberapa mata pelajaran melalui penggunaan tema, dimana peserta didik tidak

mempelajari materi mata pelajaran secara terpisah, semua mata pelajaran yang

ada di sekolah dasar sudah melebur menjadi satu kegiatan pembelajaran yang

diikat dengan tema.

Prastowo (2013: 223) pembelajaran tematik terpadu merupakan pendekatan

pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata

pelajaran ke dalam berbagai tema. Mulyasa (2013: 170) pembelajaran tematik

terpadu adalah pembelajaran yang diterapkan pada tingkatan pendidikan dasar

yang menyuguhkan proses belajar berdasarkan tema untuk kemudian

dikombinasikan dengan mata pelajaran lainnya.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran tematik terpadu adalah pembelajaran yang menggabungkan

beberapa mata pelajaran yang terpisah menjadi satu kesatuan yang lebih padu

yang dinamakan tema.

2.1.1.2 Tujuan Pembelajaran Tematik Terpadu

Pembelajaran tematik terpadu diterapkan pada kurikulum 2013. Tematik

terpadu memiliki beberapa tujuan, menurut Kemendikbud (2013: 193) tujuan

tematik terpadu sebagai berikut:

1) Mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu.

2) Mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi mata

pelajaran dalam tema yang sama.

3) Memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan

berkesan.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15814/2/T1_292013280_BAB II... · 3.6 Menggali isi dan amanat puisi yang disajikan secara lisan

10

4) Mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan mengaitkan

berbagai mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta didik.

5) Lebih bergairah belajar karena mereka dapat berkomunikasi dalam

situasi nyata, seperti: bercerita, bertanya, menulis sekaligus mempelajari

pelajaran yang lain.

6) Lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi yang disajikan

dalam konteks tema yang jelas.

7) Guru dapat menghemat waktu, karena mata pelajaran yang disajikan

secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2 atau

3 pertemuan bahkan lebih dan atau pengayaan.

8) Budi pekerti dan moral siswa dapat ditumbuh kembangkan dengan

mengangkat sejumlah nilai budi pekerti sesuai dengan situasi dan kondisi.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

tematik terpadu merupakan pembelajaran yang bertujuan untuk memudahkan

siswa dalam kegiatan belajar mengajar dimana proses belajar mengajar tersebut

menjadi lebih bermakna bagi peserta didik.

2.1.1.3 Karakteristik Pembelajaran Tematik Terpadu

Karakteristik dari pembelajaran tematik di Sekolah Dasar menurut

Tim Puskur (2007:7) adalah:

1. Berpusat pada siswa. Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student

centered), hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak

menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih

banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan

kepada peserta didik untuk melakukan aktivitas belajar.

2. Memberikan pengalaman langsung, Pembelajaran tematik dapat memberikan

pengalaman langsung kepada peserta didik (direct experiences). Dengan

pengalaman langsung ini, peserta didik dihadapkan pada sesuatu yang nyata

(konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.

3. Pemisahan matapelajaran tidak begitu jelas. Dalam pembelajaran tematik

pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15814/2/T1_292013280_BAB II... · 3.6 Menggali isi dan amanat puisi yang disajikan secara lisan

11

pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat

berkaitan dengan kehidupan siswa.

4. Menyajikan konsep dari berbagai matapelajaran. Pembelajaran tematik

menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses

pembelajaran. Dengan demikian, peserta didik mampu memahami konsep-

konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu peserta didik

dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-

hari.

5. Bersifat fleksibel. Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana

guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata

pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan peserta

didik dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.

6. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik. Peserta

didik diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya

sesuai dengan minat dan kebutuhannya.

7. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan

2.1.1.4 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar

Kompetensi Inti dan kompetensi dasar (KD) yang digunakan dalam

penelitian ini akan disajikan dalam tabel 2.1.

Tabel 2.1

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tema 6 Sub Tema 2 Pembelajaran 1

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

1. Menerima dan menjalankan ajaran

agama yang dianutnya.

2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin,

tanggung jawab, santun, peduli, dan

percaya diri dalam berinteraksi dengan

keluarga, teman, guru dan tetangga.

3. Memahami pengetahuan faktual

Bahasa Indonesia

3.6 Menggali isi dan amanat puisi

yang disajikan secara lisan dan tulis

dengan tujuan untuk kesenangan.

4.6 Melisankan puisi hasil karya

pribadi dengan lafal, intonasi, dan

ekspresi yang tepat sebagai bentuk

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15814/2/T1_292013280_BAB II... · 3.6 Menggali isi dan amanat puisi yang disajikan secara lisan

12

dengan cara mengamati (mendengar,

melihat, membaca) dan menanya

berdasarkan rasa ingin tahu tentang

dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan

kegiatannya, dan benda-benda yang

dijumpainya di rumah dan di sekolah.

4. Menyajikan pengetahuan faktual

dalam bahasa yang jelas, sistematis dan

logis, dalam karya yang estetis, dalam

gerakan yang mencerminkan anak

sehat, dan dalam tindakan yang

mencerminkan perilaku anak beriman

dan berakhlak mulia.

ungkapan diri.

IPA

3.2 Membandingkan siklus hidup

beberapa jenis makhluk hidup serta

mengaitkan dengan upaya

pelestariannya.

4.2 Membuat skema siklus hidup

beberapa jenis makhluk hidup yang ada

di lingkungan sekitarnya, dan slogan

upaya pelestariannya.

2.1.2 Hasil Belajar

2.1.2.1 Pengertian Hasil Belajar

Menurut Suharsimi Arikunto dalam Eko Putro Widoyoko (2014: 5) guru

maupun pendidik lainnya perlu mengadakan penilaian terhadap hasil belajar

peserta didik karena dalam dunia pendidikan, khususnya dunia persekolahan

penilaian hasil belajar mempunyai makna yang penting, baik bagi peserta didik,

guru maupun sekolah.

Menurut Agus Suprijono (2011: 7), “hasil belajar adalah perubahan

tingkah laku keseluruhan bukan hanya satu aspek potensi kemanusiaan saja”.

Sedangkan menurut Sudjana (2011: 21), “hasil belajar adalah kemampuan-

kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya”.

Menurut Purwanto (2008:54),“hasil belajar adalah perubahan perilaku

yang terjadi setelah mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan

pendidikan”. Sementara itu Gagne dalam Agus Suprijono (2011: 5), “hasil belajar

adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap,

apresiasi dan keterampilan.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15814/2/T1_292013280_BAB II... · 3.6 Menggali isi dan amanat puisi yang disajikan secara lisan

13

Jadi dapat disimpulkan hasil belajar adalah suatu perubahan tingkah laku

setelah seseorang mengikuti suatu kegiatan pembelajaran dalam sejumlah

kemampuan guna mencapai tujuan pendidikan.

2.1.2.2 Faktor-Faktor Hasil Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Munadi dalam

Rusman (2012: 124) meliputi faktor internal dan eksternal, yaitu:

a. Faktor Internal

1) Faktor Fisiologis

Secara umum kondidi fisiologis, seperti kondisi kesehatan yang prima,

tidak dalam keadaan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani dan

sebagainya. Hal tersebut dapat mempengaruhi peserta didik dalam

menerima materi pelajaran.

2) Faktor Psikologis

Setiap individu dalam hal ini siswa pada dasarnya memiliki kondisi

psikologis yang berbeda-beda, tentunya hal ini turut mempengaruhi hasil

belajarnya. Beberapa faktor psikologis meliputi intelegensi (IQ),

perhatian, minat, bakat, motivasi, kognitif, dan daya nalar siswa.

b. Faktor Eksternal

1) Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan dapat mempengaruhi hasil belajar. Faktor lingkungan

ini meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan alam

misalnya suhu, kelembapan, dan lain-lain. Belajar pada tengah hari di

ruang yang memiliki ventilasi udara yang kurang tentunya akan berbeda

suasana belajarnya dengan yang belajar di pagi hari yang udaranya masih

segar dan di ruang yang cukup mendukung untuk bernafas lega.

2) Faktor Instrumental

Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan

penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan.

Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15814/2/T1_292013280_BAB II... · 3.6 Menggali isi dan amanat puisi yang disajikan secara lisan

14

tercapainya tujuan-tujuan belajar yang telah direncanakan. Faktor-faktor

instrumental ini berupa kurikulum, sarana, dan guru.

2.1.3 Model Pembelajaran Cooperatif Learning

2.1.3.1 Pengertian Model Pembelajaran Cooperative Learning

Sanjaya dalam Rusman (2014: 203) menjelaskan bahwa cooperative

learning adalah kegiatan belajar peserta didik yang dilakukan dengan cara

berkelompok. Model pembelajaran berkelompok adalah rangkaian kegiatan

belajar yang dilakukan oleh peserta didik dalam kelompok-kelompok tertentu

untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.

Hamdani (2011: 31) menyatakan bahwa dalam cooperative learning,

peserta didik belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang saling

membantu sama lain. Peserta didik disusun dalam kelompok yang terdiri atas

empat atau enam orang peserta didik, dengan kemampuan heterogen. Rusman

(2014: 202) menyatakan bahwa cooperative learning merupakan pembelajaran

dengan cara peserta didik belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil

secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang

dengan struktur kelompok bersifat heterogen.

Menurut Isjoni (2007: 16) cooperative learning adalah satu model

pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan

mengajar yang berpusat pada peserta didik (student oriented), terutama untuk

mengatasi permasalahan yang ditemukan oleh guru dalam mengaktifkan

peserta didik, yang tidak dapat bekerjasama dengan orang lain, peserta didik

yang agresif dan tidak peduli pada orang lain.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

model cooperative learning adalah kegiatan belajar yang dilaksanakan dikelas

secara berkelompok 4 sampai 6 siswa dan semua peserta didik belajar secara aktif,

kreatif agar terjalin kerjasama antar satu peserta didik dengan peserta didik yang

lainnya.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15814/2/T1_292013280_BAB II... · 3.6 Menggali isi dan amanat puisi yang disajikan secara lisan

15

2.1.3.2 Tujuan Model Pembelajaran Cooperative Learning

Setiap model pembelajaran memiliki tujuan yang akan dicapai, sama

halnya dengan cooperative learning. Menurut pendapat Isjoni (2007: 6)

bahwa “tujuan utama dalam penerapan model cooperative learning adalah

agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman-

temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan

kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan

menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok.”

Sama halnya dengan pendapat di atas, menurut Trianto (2011:

60) bahwa “cooperative learning memberikan peluang kepada peserta didik

yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung

satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan

struktur penghargaan cooperative, belajar untuk menghargai satu sama

lain.” Sementara itu, Johnson & Johnson dalam Trianto (2011: 56)

menyatakan bahwa “tujuan pokok belajar cooperative adalah

memaksimalkan belajar peserta didik untuk peningkatan prestasi akademik

dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok.”

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa

tujuan cooperative learning adalah terjalinnya kerjasama antar peserta didik

dan semua peserta didik dapat berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran

termasuk menyampaikan pendapat-pendapat yang mereka miliki serta mampu

menghargai pendapat orang lain.

2.1.3.3 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Cooperatif

Learning

Model cooperative learning mempunyai kelebihan dan kelemahan

diantaranya:

a. Kelebihan Model Cooperative Learning

Menurut Wina Sanjaya (2004:249-250), Model pembelajaran cooperative

learning atau strategi pembelajaran kooperatif (SPK) memiliki beberapa

keunggulan di antaranya :

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15814/2/T1_292013280_BAB II... · 3.6 Menggali isi dan amanat puisi yang disajikan secara lisan

16

a. Peserta didik tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat

menambah kepercayaan diri untuk berpikir sendiri dalam mencari informasi

dari berbagai sumber

b. Dapat mengembangkan kemampuan untuk mengungkapkan pendapat atau

ide kepada orang lain.

c. Dapat membantu anak untuk tanggap pada orang lain dan menyadari

kekuranganya dan tenggang rasa.

d. Dapat membantu peserta didik untuk lebih bertanggung jawab dalam

belajar.

e. Dapat meningkatkan prestasi akademik, kemampuan sosial dan

mengembangkan ketrampilan mengatur waktu.

f. Dapat mengembangkan kemampuan peserta didik untuk menguji

pemahamannya sendiri, menerima umpan balik dan berlatih memecahkan

masalah.

g. Dapat meningkatkan motivasi untuk belajar.

b. Kekurangan Model Cooperative Learning

Disamping mempunyai kelebihan, model pembelajaran cooperative

learning juga mempunyai kelemahan. Menurut Anita Liem (2006:88-89)

kekurangan metode cooperative learning yaitu:

a. Membutuhkan waktu pembelajaran yang lebih lama.

b. Bagi peserta didik yang merasa pandai, mereka dapat merasa terhambat

oleh peserta didik yang kurang pandai.

c. Guru perlu memberikan perhatian dan pengawasan yang lebih efektif

agar proses belajar dalam kelompok dapat berjalan.

d. Keberhasilan dalam usaha mengembangkan kesadaran dan

keterampilan bekerjasama dalam kelompok memerlukan waktu yang

cukup lama.

2.1.3.4 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Cooperative Learning

Langkah pembelajaran yang harus dilaksanakan secara nyata di kelas

menurut Agus Suprijono (2010:65) sebagai berikut:

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15814/2/T1_292013280_BAB II... · 3.6 Menggali isi dan amanat puisi yang disajikan secara lisan

17

Tabel 2.2

Langkah-Langkah Pembelajaran Cooperative Learning

Langkah Tingkah Laku Guru

Fase 1

Menyampaikan tujuan dan

memotivasi siswa.

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan

mengkomunikasikan kompetensi dasar yang akan

dicapai serta memotivasi peserta didik.

Fase 2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada peserta didik

Fase 3

Mengorganisasikan siswa

ke dalam kelompok-

kelompok belajar

Guru menginformasikan pengelompokan peserta

didik

Fase 4

Membimbing kelompok

belajar

Guru memotivasi serta memfasilitasi kerja peserta

didik dalam kelompokkelompok belajar

Fase 5

Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi

pembelajaran yang telah dilaksanakan

Fase 6

Memberikan penghargaan

Guru memberi penghargaan hasil belajar

individual dan kelompok.

Penjelasan lebih lanjut mengenai keenam fase dalam model pembelajaran

kooperatif adalah sebagai berikut:

1. Fase pertama

Guru mengklarifikasi maksud pembelajaran kooperatif. Hal ini penting

untuk dilakukan karena peserta didik harus memahami dengan jelas prosedur dan

aturan dalam pembelajaran.

2. Fase kedua

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15814/2/T1_292013280_BAB II... · 3.6 Menggali isi dan amanat puisi yang disajikan secara lisan

18

Guru menyampaikan informasi, sebab informasi ini merupakan isi

akademik.

3. Fase ketiga

Kekacauan bisa terjadi pada fase ini, oleh sebab itu transisi pembelajaran

dari dan ke kelompok-kelompok belajar harus diorkestrasi dengan cermat.

Sejumlah elemen perlu dipertimbangkan dalam menstrukturisasikan tugasnya.

Guru harus menjelaskan bahwa peserta didik harus saling bekerja sama di dalam

kelompok. Penyelesaian tugas kelompok harus merupakan tujuan kelompok. Tiap

anggota kelompok memiliki akuntabilitas individual untuk mendukung

tercapainya tujuan kelompok. Pada fase ketiga ini terpenting jangan sampai ada

free-rider atau anggota yang hanya menggantungkan tugas kelompok kepada

individu lainnya.

4. Fase keempat

Guru perlu mendampingi tim-tim belajar, mengingatkan tentang tugas-tugas

yang dikerjakan peserta didik dan waktu yang dialokasikan. Pada fase ini bantuan

yang diberikan guru dapat berupa petunjuk, pengarahan, atau meminta beberapa

peserta didik mengulangi hal yang sudah ditunjukkannya.

5. Fase kelima

Guru melakukan evaluasi dengan menggunakan strategi evaluasi yang

konsisten dengan tujuan pembelajaran.

6. Fase keenam

Guru mempersiapkan struktur reward yang akan diberikan kepada peserta

didik. Variasi struktur reward bersifat individualistis, kompetitif, dan kooperatif.

Struktur reward individualistis terjadi apabila sebuah reward dapat dicapai tanpa

tergantung pada apa yang dilakukan orang lain. Struktur reward kompetitif adalah

jika peserta didik diakui usaha individualnya berdasarkan perbandingan dengan

orang lain. Struktur reward kooperatif diberikan kepada tim meskipun anggota

tim-timnya saling bersaing (Suprijono, 2011: 65 - 66).

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15814/2/T1_292013280_BAB II... · 3.6 Menggali isi dan amanat puisi yang disajikan secara lisan

19

2.1.4 Cooperative Learning tipe Make a Match dan Picture and Picture

Saat ini sudah banyak model yang berkembang dan memiliki banyak

tipenya, salah satunya adalah model pembelajaran cooperative learning.

Rusman (2013: 213-225) tipe model pembelajaran cooperative learning

meliputi: (a) model STAD (students team achievement division), (b) model

jigsaw, (c) model investigasi kelompok (group investigation), (d) model mencari

pasangan (make a match), (e)model TGT (teams games tounaments), (f) model

struktural. Suprijono (2013: 89-103) membagi model cooperative learning

menjadi dua belas tipe yaitu: (a) jigsaw, (b) think pair share, (c) numbered heads

together,(d) group investigation, (d) two stay two stray, (e) make a match,

(f)listening team, (g) inside-outside circle, (h) bamboo dancing, (i) picture and

picture (j) listening team.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan make a

match dan picture and picture adalah salah tipe dari model pembelajaran

cooperative learning, peneliti memilih model cooperative learning tipe make a

match dan picture and picture untuk membantu guru dalam mencapai tujuan

pembelajaran, yaitu dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik,

khususnya dalam pembelajaran tematik terpadu.

2.1.4.1 Pengertian Cooperative Learning tipe make a match

Proses pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang dapat

dilaksanakan secara dua arah, artinya pembelajaran yang mampu menciptakan

komunikasi antara guru dengan peserta didik. Salah satu alternatif untuk

pengajaran tersebut adalah menggunakan model pembelajaran cooperative

learning tipe make a match (mencari pasangan). Aqib (2013: 23) model

cooperative learning tipe make a match adalah model yang diperkenalkan

oleh Lena Curran, pada tahun 1994, pada model ini peserta didik diminta

mencari pasangan dari kartu.

Komalasari (2011: 85) model cooperative learning tipe make a match

adalah model pembelajaran yang mengajak peserta didik mencari jawaban

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15814/2/T1_292013280_BAB II... · 3.6 Menggali isi dan amanat puisi yang disajikan secara lisan

20

terhadap suatu pernyataan atau pasangan dari suatu konsep melalui suatu

permainan kartu pasangan.

Rusman (2013: 223) model cooperative learning tipe make a match

merupakan model pembelajaran peserta didik mencari pasangan kartu yang

merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, peserta didik yang dapat

mencocokkan kartunya diberi poin.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan model

cooperative learning tipe make a match adalah model pembelajaran mencari

pasangan yang dilakukan dengan menggunakan kartu-kartu dimana kartu-kartu

tersebut berisi soal dan jawaban. Setiap peserta didik harus menemukan

pasangannya sesuai dengan waktu yang ditentukan. Peserta didik yang mampu

menemukan pasangannya sebelum waktu selesai akan diberi poin.

2.1.4.2 Langkah-langkah pembelajaran Cooperative Learning tipe Make a

Match

Setiap model pembelajaran memiliki langkah-langkah dalam

pelaksanaannya, agar mudah diterapkan dalam pembelajaran. Menurut

Komalasari (2010: 83-84) langkah-langkah penerapan model cooperative

learning tipe make a match adalah sebagai berikut:

1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik

yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan

bagian lainnya kartu jawaban.

2) Setiap peserta didik mendapat satu buah kartu.

3) Tiap peserta didik memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.

4) Setiap peserta didik mencari pasangan yang mempunyai kartu yang

cocok dengan kartunya (soal jawaban).

5) Setiap peserta didik yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu

diberi poin.

6) Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap peserta didik mendapat

kartu yang berbeda dari sebelumnya.

7) Demikian seterusnya.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15814/2/T1_292013280_BAB II... · 3.6 Menggali isi dan amanat puisi yang disajikan secara lisan

21

8) Kesimpulan/penutup.

Sedangkan langkah-langkah model cooperative learning tipe make a

match menurut Huda (2014: 251) antara lain:

1) Guru menyampaikan materi atau memberi tugas kepada peserta didik untuk

mempelajari materi dirumah.

2) Peserta didik dibagi kedalam dua kelompok, misalnya kelompok A dan

kelompok B. Kedua kelompok diminta untuk berhadaphadapan.

3) Guru membagikan kartu pertanyaan kepada kolompok A dan kartu

jawaban kepada kelompok B.

4) Guru menyampaikan kepada peserta didik bahwa mereka harus

mencari/mencocokkan kartu yang dipegang dengan kartu kelompok

lainnya. Guru juga perlu menyampaikan batasan maksimum waktu yang ia

berikan kepada mereka.

5) Guru meminta semua kelompok A untuk mencari pasangannya di kelompok

B. Jika mereka sudah menemukan pasangannya masing-masing, guru

meminta mereka melaporkan diri kepadanya. Guru mencatat mereka

pada kertas yang sudah dipersiapkan.

6) Jika waktu sudah habis, mereka harus diberitahu bahwa waktu sudah habis.

Peserta didik yang belum menemukan pasangan diminta untuk berkumpul

tersendiri.

7) Guru memanggil satu pasangan untuk presentasi. Pasangan lain dan peserta

didik yang tidak mendapatkan pasangan memperhatikan dan memberikan

tanggapan apakah pasangan itu cocok atau tidak.

8) Terakhir, guru memberikan konfirmasi tentang kebenaran dan kecocokan

pertanyaan dan jawaban dari pasangan yang memberikan presentasi.

9) Guru memanggil pasangan berikutnya, begitu seterusnya sampai seluruh

pasangan melakukan presentasi.

Berdasarkan pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa model

cooperative learning tipe make a match adalah model pembelajaran yang

mengajak peserta didik mencari pasangan sambil belajar mengenai materi tertentu

melalui permainan kartu pasangan dalam suasana belajar yang

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15814/2/T1_292013280_BAB II... · 3.6 Menggali isi dan amanat puisi yang disajikan secara lisan

22

menyenangkan. Adapun langkah-langkah model cooperative learning tipe

make a match harus dilaksanakan secara sistematis, Model cooperative

learning tipe make a match pelaksanaannya diawali dengan tahap:

1. Guru menyampaikan materi kepada peserta didik

2. Guru membagi peserta didik menjadi 2 kelompok besar. Satu kelompok untuk

kelompok soal dan satu kelompok lainnya untuk kelompok jawaban.

3. Guru membagi kartu soal secara acak kepada kelompok soal dan membagi

kartu jawaban secara acak kepada kelompok jawaban

4. Guru memberikan batasan waktu untuk mencari pasangan

5. Peserta didik mencari pasangan

6. Peserta didik yang mampu menemukan pasangannya akan diberi poin dan

peserta didik yang tidak dapat menemukan pasangannya akan diberi hukuman

7. Guru memanggil salah satu pasangan untuk presentasi

8. Guru memanggil pasangan berikutnya untuk presentasi

9. Guru memberikan konfirmasi tentang kebenaran dan kecocokan

pertanyaan dan jawaban dari pasangan yang memberikan presentasi.

10. Guru memanggil peserta didik yang tidak dapat menemukan pasangannya

untuk mendapat hukuman. Bisa menyanyi, menari atau yang lainnya sesuai

kesepakatan dari peserta didik.

Tabel dibawah ini adalah sintaks pembelajaran Cooperative Learning Tipe

Make a Match

Tabel 2.3

Sintaks Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Make a Match

Tahap Aspek yang diamati

Fase 1

Present goal

and set

Guru menyampaiakan tujuan pembelajaran dengan cara

belajar dengan permaian kartu (make a match)

Fase 2

Present

information

1. Guru menyampaikan informasi cara belajar dengan

menggunakan kartu.

2. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15814/2/T1_292013280_BAB II... · 3.6 Menggali isi dan amanat puisi yang disajikan secara lisan

23

2.1.4.3 Kelebihan dan Kelemahan Cooperatif Learning tipe Make a Match

a. Kelebihan Cooperatif Learning tipe Make a Match

Kelebihan model cooperative learning tipe make a match menurut

Kurniasih dan Sani (2015: 56) antara lain:

1. Mampu menciptakan suasana belajar aktif dan menyenangkan.

2. Materi pembelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian peserta

didik.

3. Mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik mencapai taraf

ketuntasan belajar secara klasikal.

4. Suasana kegembiraan akan tumbuh dalam proses pembelajaran.

5. Kerjasama antar sesama peserta didik terwujud dengan dinamis.

6. Munculnya dinamika gotong royong yang merata diseluruh peserta didik.

Sedangkan kelebihan cooperative learning tipe make a match menurut

Huda (2014: 253-254) antara lain:

pertanyaan tentang materi puisi, satu bagian kartu soal dan

bagian lainnya kartu jawaban.

Fase 3

Organize student

into learning

team

1. Guru membagi peserta didik menjadi 2 kelompok, 1

kelompok untuk bagian pertanyaan dan 1 kelompok lagi

untuk bagian jawaban

2. Guru membagi kartu secara acak kepada peserta didik,

masing-masing peserta didik mencari pasangan yang

kartunya cocok/sama

Fase 4

Assit team work

and study

Guru membantu peserta didik dalam kegiatan berdiskusi

materi dari kartu yang mereka dapatkan

Fase 5

Test on materials

1. Guru meminta perwakilan kelompok mempresentasikan

jawaban hasil berdiskusi mereka

2. Guru dan kelompok lain mengevaluasi jawaban dari

kelompok yang berpresentasi

Fase 6

Provide

recognition

Guru memberikan pengakuan dan penghargaan kepada

kelompok yang menjawab benar

Guru memberikan umpan balik dan penguatan

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15814/2/T1_292013280_BAB II... · 3.6 Menggali isi dan amanat puisi yang disajikan secara lisan

24

1. Dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta didik, baik secara kognitif

maupun fisik.

2. Karena ada unsur permainan, metode ini menyenangkan.

3. Meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi yang dipelajari

dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

4. Efektif sebagai sarana melatih keberanian peserta didik untuk tampil

presentasi.

5. Efektif melatih kedisiplinan peserta didik menghargai waktu untuk belajar.

b. Kekurangan Cooperative Learning tipe Make a Match

Kelemahan model cooperative learning tipe make a match menurut

Kurniasih dan Sani (2015: 56) antara lain:

1. Sangat memerlukan bimbingan dari guru untuk melakukan kegiatan.

2. Waktu yang tersedia perlu dibatasi karena besar kemungkinan peserta

didik bisa banyak bermain-main dalam proses pembelajaran.

3. Guru perlu persiapan bahan dan alat yang memadai.

4. Pada kelas dengan murid yang banyak (>30 peserta didik/kelas) jika

kurang bijaksana maka yang muncul adalah suasana seperti pasar dengan

keramaian yang tidak terkendali.

5. Bisa mengganggu ketenangan belajar kelas di kiri kanannya.

Sedangkan kelemahan cooperative learning tipe make a match menurut

Huda (2014: 253-254) antara lain:

1. Jika metode ini tidak dipersiapkan dengan baik, akan banyak waktu yang

terbuang.

2. Pada awal-awal penerapan metode, banyak peserta didik yang akan malu

berpasangan dengan lawan jenisnya.

3. Jika guru tidak mengarahkan peserta didik dengan baik, akan banyak

peserta didik yang kurang memperhatikan pada saat presentasi pasangan.

4. Guru harus hati-hati dan bijaksana saat memberikan hukuman pada

peserta didik yang tidak mendapatkan pasangan, karena mereka bisa malu.

5. Menggunakan metode ini secara terus menerus akan menimbulkan

kebosanan.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15814/2/T1_292013280_BAB II... · 3.6 Menggali isi dan amanat puisi yang disajikan secara lisan

25

Berdasarkan uraian di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa model

cooperative learning tipe make a match tidak hanya memiliki kelebihan tetapi

juga memiliki kelemahan. Oleh karena itu perlu adanya pemahaman yang

mendalam mengenai model pembelajaran ini, agar penerapannya dapat

terlaksanakan dengan baik.

2.1.4.4 Pengertian Cooperative Learning tipe Picture and Picture

Model Pembelajaran Picture and Picture adalah suatu model

pembelajaran dengan menggunaan media gambar. Dalam oprasionalnya

gambar-gambar dipasangkan satu sama lain atau bisa jadi di urutkan menjadi

urutan yang logis. Prinsip dasar dalam model pembelajaran kooperatif picture

and picture adalah sebagai berikut:

1) Setiap anggota kelompok (peserta didik) bertanggung jawab atas segala

sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.

2) Setiap anggota kelompok (peserta didik) harus mengetahui bahwa semua

anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.

3) Setiap anggota kelompok (peserta didik) harus membagi tugas dan

tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.

4) Setiap anggota kelompok (peserta didik) akan dikenai evaluasi.

5) Setiap anggota kelompok (peserta didik) berbagi kepemimpinan dan

membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses

belajarnya.

6) Setiap anggota kelompok (peserta didik) akan diminta

mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam

kelompok kooperatif.

2.1.4.5 Langkah-Langkah Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Picture

and Picture

Menurut Istarani (2011:7) langkah-langkah pembelajaran cooperative

learning tipe picture and picture adalah sebagai berikut:

1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin

dicapai. Di langkah ini guru diharapkan untuk menyampaikan apakah

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15814/2/T1_292013280_BAB II... · 3.6 Menggali isi dan amanat puisi yang disajikan secara lisan

26

yang menjadi Kompetensi Dasar mata pelajaran yang bersangkutan.

Dengan demikian maka peserta didik dapat mengukur sampai sejauh mana

yang harus dikuasainya. Disamping itu guru juga harus menyampaikan

indikator-indikator ketercapaian KD, sehingga sampai dimana KKM

yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh peserta didik.

2) Memberikan materi pengantar sebelum kegiatan. Penyajian materi sebagai

pengantar sesuatu yang sangat penting, dari sini guru memberikan

momentum permulaan pembelajaran. Kesuksesan dalam proses

pembelajaran dapat dimulai dari sini. Karena guru dapat memberikan

motivasi yang menarik perhatian peserta didik yang selama ini belum

siap. Dengan motivasi dan teknik yang baik dalam pemberian materi

akan menarik minat peserta didik untuk belajar lebih jauh tentang materi

yang dipelajari.

3) Guru membagi peserta didik kedalam beberapa kelompok

4) Guru menyajikan gambar tentang materi yang dipelajari pada hari itu

didepan kelas

5) Guru meminta salah satu perwakilan kelompok yang ditunjuk untuk

mengurutkan gambar agar menjadi gambar yang urut. Teman anggota

kelompoknya boleh membantu

6) Guru menanyakan alasan peserta didik tentang gambar yang telah dia

urutkan

7) Berdasarkan urutan gambar dan alasan tersebut, guru menanamkan konsep

dan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai

Tabel dibawah ini adalah sintaks pembelajaran dari cooperative learning

tipe picture and picture.

Tabel 2.4

Sintaks Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Picture and Picture

Tahap Aspek yang diamati

Fase 1

Present goal

Guru menyampaiakan tujuan pembelajaran dengan cara

belajar dengan mengurutkan gambar (picture and picture

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15814/2/T1_292013280_BAB II... · 3.6 Menggali isi dan amanat puisi yang disajikan secara lisan

27

2.1.3.6 Kelebihan dan Kelemahan Cooperative Learning tipe Picture

and Picture

a. Kelebihan Cooperative Learning tipe Picture And Picture

Menurut Huda (2013: 239) kelebihan model cooperative learning tipe

picture and picture yaitu,

1. Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing peserta didik

2. Peserta didik dilatih berpikir logis dan sistematis

3. Peserta didik dibantu belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu

subjek bahasan dengan memberikan kebebasan peserta didik dalam

praktik berpikir,

4. Motivasi peserta didik untuk belajar semakin dikembangkan

5. Peserta didik dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas

and set

Fase 2

Present

information

1. Guru menyampaikan informasi cara belajar dengan

menggunakan gambar-gambar

2. Guru menyiapkan beberapa gambar acak untuk

ditempelkan didepan kelas.

Fase 3

Organize student

into learning

team

1. Guru membagi peserta didik menjadi 5 kelompok

2. Guru menempel gambar-gambar acak didepan kelas

untuk diurutkan oleh kelompok

Fase 4

Assit team work

and study

Guru membantu peserta didik dalam kegiatan berdiskusi

materi dari kartu yang mereka dapatkan

Fase 5

Test on materials

1. Guru meminta perwakilan kelompok mempresentasikan

jawaban hasil berdiskusi mereka

2. Guru dan kelompok lain mengevaluasi jawaban dari

kelompok yang berpresentasi

Fase 6

Provide

recognition

Guru memberikan pengakuan dan penghargaan kepada

kelompok yang menjawab benar

Guru memberikan umpan balik dan penguatan

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15814/2/T1_292013280_BAB II... · 3.6 Menggali isi dan amanat puisi yang disajikan secara lisan

28

6. Peserta didik lebih cepat menangkap materi ajar karena guru menunjukkan

gambar-gambar mengenai materi yang dipelajari

7. Dapat meningkat daya nalar atau daya pikir peserta didik karena peserta

didik guru untuk menganalisa gambar yang ada.

8. Dapat meningkatkan tanggung jawab peserta didik, sebab guru

menanyakan alasan peserta didik mengurutkan gambar

9. Pembelajaran lebih berkesan, sebab peserta didik dapat mengamati

langsung gambar yang telah dipersiapkan oleh guru.

b. Kelemahan Cooperative Learning tipe Picture And Picture

Menurut Istarani (2011) kelemahan metode Cooperative learning tipe

picture and picture adalah:

1. Sulit menemukan gambar-gambar yang bagus dan berkulita serta sesuai

dengan materi pelajaran

2. Sulit menemukan gambargambar yang sesuai dengan daya nalar atau

kompetensi siswa yang dimiliki

3. Guru ataupun peserta didik kurang terbiasa dalam menggunakan gambar

sebagai bahan utama dalam membahas suatu materi pelajaran.

4. Tidak tersedianya dana khusus untuk menemukan atau mengadakan

gambar-gambar yang diinginkan.

2.1.5 Perbandingan Karakteristik Make a Match dan Picture and Picture

Pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa variasi atau tipe

pembelajaran. Setiap tipe dari model pembelajaran pasti memiliki karakteristik

masing-masing, demikian pula dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD dan

TGT. STAD dan TGT memiliki karakteristik yang hampir sama, yang

membedakan adalah tugas utama. Sajian tentang perbandingan dari beberapa tipe

pembelajaran kooperatif menurut Ibrahim (Tri, 2013: 21-22) dapat dilihat pada

tabel 2.9 di bawah ini:

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15814/2/T1_292013280_BAB II... · 3.6 Menggali isi dan amanat puisi yang disajikan secara lisan

29

Tabel 2.5

Perbandingan Karakteristik Make a Match dan Picture and Picture

Karakteristik Make a Match Picture and Picture

Tujuan kognitif Informasi akademik

sederhana

Informasi akademik

tinggi dan keterampilan

ikuiri

Tujuan social Kerja kelompok dan kerja

sama

Kerja sama dalam

kelompok kompleks

Struktur tim

Kelompok belajar

heterogen dengan 2-3

orang anggota

Kelompok belajar

heterogen dengan 4 – 6

orang anggota

Pemilihan topik

pelajaran Biasanya guru Biasanya guru

Tugas utama

Menemukan pasangan dari

kartu yang peserta didik

bawa

Mengurutkan gambar

acak yng disajikan oleh

guru

Penilaian Tes lisan Tes Lisan

Pengakuan Lembar pengetahuan dan

publikasi lain Publikasi lain

Berdasarkan uraian mengenai model kooperatif tipe Make a Match dan

Picture and Picture di atas, maka dapat dilihat perbedaan pelaksanaan atau

tahapan pelaksanaan Make a Match dan Picture and Picture sebagai berikut:

Tabel 2.6

Perbedaan Tahapan Pelaksanaan Make a Match dan Picture and

Picture

Tahapan

Pelaksanaan Make a Match Picture and Picture

Persiapan 1. Guru menyiapkan materi,

lembar kegiatan, kartu

permainan dan kunci

jawaban.

1. Guru menyiapkan materi,

soal kelompok dan kunci

jawaban,daftar gambar

2. Guru mengelompokkan

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15814/2/T1_292013280_BAB II... · 3.6 Menggali isi dan amanat puisi yang disajikan secara lisan

30

2. Guru membagi peserta didik

dalam 2 kelompok besar, q

untuk kelompok soal dan 1

untuk kelompok jawaban.

3. Peserta didik yang

berhasilm menemukan

pasangannya akan diberi

poin.

4. Guru dan peserta didik

membuat kesepakatan

hukuman untuk peserta

didik yang tidak dapat

menemukan pasangannya

5. Guru membimbing dalam

membangun tim.

siswa dalam 5 kelompok.

Kegiatan

awal

1. Guru menyampaikan semua

tujuan pembelajaran yang

ingin dicapai pada pelajaran

tersebut dan memotivasi

siswa belajar.

1. Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran secara umum

yang ingin dicapai dan

memotivasi siswa belajar.

Kegiatan inti 1. Guru menyajikan informasi

kepada siswa dengan jalan

demonstrasi atau lewat

bahan bacaan.

2. Guru membagi katu soal

kepada kelompok soal

secara acak, dan membagi

kartu jawaban kepada

kelopok jawaban secara

acak.

3. Guru memberi batasan

waktu kepada peserta didik

untuk mencari pasangannya

4. Guru memberi aba-aba dan

peserta didik mencari

pasangannya

5. Peserta didik yang

menemukan pasangannya

diberi poin dan

dipersilahkan duduk

1. Guru menyajikan materi

pelajaran secara umum

kepada siswa dengan cara

demonstrasi lewat bahan

bacaan/LKS.

2. Guru membagi siswa

menjadi kelompok secara

heterogen, masing-masing

terdiri dari 4 – 6 orang.

3. Guru menempel gambar-

gambar acak didepan kelas.

4. Guru menunjuk 1 kelompok

untuk mengerjakan soal

tersebut. 1 anak maju

kedepan dan teman 1

kelompoknya boleh

membantu

5. Setelah peserta didik selesai

mengurutkan , guru bertanya

alasan mengapa peserta

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15814/2/T1_292013280_BAB II... · 3.6 Menggali isi dan amanat puisi yang disajikan secara lisan

31

6. Peserta didik yang tidak

dapat menemukan

paangannya berdiri didpan

kelas untuk diberi hukuman

sesuai kesepakatan awal

7. Peserta didik yang berhasil

menemukan pasangannya

maju kedepan untuk

presentasi.

8. Begitu seterusnya sampai

beberapa babak.

didik menjawab

soal/mengurutkan gambar

seperti itu

6. Guru memberikan umpan

balik

Kegiatan

akhir

1. Guru memberi umpan balik

dan penghargaan kepada

peserta didik yang memiliki

poin tinggi

1. Guru memberikan

penghargaan kepada setiap

kelompok yang memiliki

poin tertinggi.

2.1.6 Kajian Penelitian Yang Relevan

a. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Meri Adesta (2014) berjudul MODEL

PICTURE AND PICTURE UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN

HASIL BELAJAR SISWA dapat disimpulkan sebagai berikut, Penerapan model

cooperative learning tipe picture and picture pada pembelajaran tematik

dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Hal ini dibuktikan dengan

adanya peningkatan nilai rata-rata motivasi siswa pada setiap siklusnya. Pada

siklus I sebesar 59,07, siklus II sebesar 70,83, dan siklus III sebesar

77,53. Penerapan model cooperative learning tipe picture and picture

pada pembelajaran tematik dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini

dibuktikan dengan nilai rata-rata hasil belajar siswa yang meningkat pada

setiap siklusnya. Pada siklus I sebesar 61,96, pada siklus II sebesar 71,03

meningkat 9,07 dan siklus III sebesar 75,92 meningkat 4,89 sedangkan

persentase hasil belajar siswa yang mencapai nilai ≥66 pada siklus I

sebanyak 16 orang (59,25%), siklus II menjadi 21 orang (77,78%), dan

siklus III menjadi 24 orang (88,89%)..

b. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fetty Riantika (2016) dengan judul

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15814/2/T1_292013280_BAB II... · 3.6 Menggali isi dan amanat puisi yang disajikan secara lisan

32

TERHADAP HASIL BELAJAR TEMATIK SISWA KELAS IV SDN 2 METRO

SELATAN dapat disimpulkan sebagai berikut, Berdasarkan hasil penelitian

yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang

positif dan signifikan menggunakan model cooperative learning tipe make a

match terhadap hasil belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran tematik.

Pengaruhnya dapat dilihat dari peningkatan hasil belajar antara kelas

eksperimen dan kelas kontrol. Hasil rata-rata pretest kelas eksperimen sebesar

54,75 meningkat pada posttest menjadi 74,25, peningkatannya sebesar 19,50,

sedangkan hasil rata-rata pretest kelas kontrol sebesar 57,50 meningkat pada

posttest menjadi 71,14, peningkatannya sebesar 13,64. Hasil nilai rata-rata

N-Gain siswa kelas eksperiman sebesar 0,43, sedangkan nilai rerata N-Gain

pada kelas kontrol yaitu 0,32. Hasil analisis uji hipotesis diperoleh bahwa

0,037 < 0,050 maka artinya H0 ditolak H1 diterima. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa model cooperative learning tipe make a match berpengaruh

lebih baik terhadap hasil belajar siswa.

c. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati (2010) berjudul

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PICTURE

AND PICTURE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA

MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM dapat disimpulkan

sebagai berikut, Pada pelaksanaan siklus II mengalami peningkatan, antara

lain: peningkatan kualitas pelaksanaan pembelajaran yaitu pada siklus I

mendapat nilai 73 dengan kategori baik meningkat menjadi 80,5 dengan

kategori sangat baik pada siklus II. Nilai rata-rata observasi perubahan

aktifitas siswa (kerjasama, perhatian, disiplin, dan komunikasi) pada siklus I

yaitu 64 dengan kategori baik meningkat menjadi 85 dengan kategori

sangat baik. Kemudian nilai rata-rata hasil belajar siklus I yaitu 61, 92

menjadi 90, 76. Dari presentase ketuntasan hasil belajar siswa 58%

meningkat menjadi 96% dan telah tuntas mencapai indikator penelitian

secara klasikal 75%. Oleh karena itu, model kooperatif tipe picture and

picture dapat dikategorikan sebagai salah satu model kooperatif yang

cocok digunakan dalam pembelajaran IPA, karena dapat membantu

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15814/2/T1_292013280_BAB II... · 3.6 Menggali isi dan amanat puisi yang disajikan secara lisan

33

meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan

Alam (IPA).

d. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sih Santo (2012) yang berjudul

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE

MAKE A MATCH TERHADAP HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS

IV SD N 2 BANJARNEGARA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari hasil

analisis varian tregresi diperoleh nilai Freg sebesar 25,697. Kemudian nilai

tersebut dikonsultasikan dengan Ftabel, pada taraf signifikan 5% diperoleh

nilai sebesar 4,20 dan taraf signifikan 1% sebesar 7,64. Karena harga Freg > Ft

, maka persamaan garis regresi tersebut menunjukkan signifikan. Hal ini berarti

hipotesis nihil (H0) dengan bunyi “tidak ada pengaruh positif model

pembelajaran cooperative learning terhadap hasil belajar IPA” ditolak.

Sedangkan hipotesis kerja (Ha) yang menyatakan “ada pengaruh positif pada

model pembelajaran cooperative learning terhadap hasil belajar IPA di SD N 2

Banjarnegara” adalah dapat diterima. Untuk memperjelas persamaan dan

perbedaan dalam penelitian ini dengan penelitian-penelitianyang telah

dilakukan sebelumnya, akan disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 2.7

Persamaan dan Perbedaan Penelitian

N

o.

Nama

Peneliti

Tahun Variabel Penelitian Hasil Penelitian

X y

Model

Cooperatif

Learning

Make a

Match

Picture

and

Picture

Hasil

Belajar

Tematik

1. Meri Adesta 2014 √ - √ √ Adanya peningkatan

hasil belajar

dengan nilai rata-

rata hasil belajar

siswa yang

meningkat pada

setiap siklusnya.

2. Fetty

Riantika

2016 √ √ - √ Hasil analisis uji

hipotesis diperoleh

bahwa 0,037 <

0,050 maka artinya

H0 ditolak H1

diterima. Sehingga

dapat disimpulkan

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15814/2/T1_292013280_BAB II... · 3.6 Menggali isi dan amanat puisi yang disajikan secara lisan

34

bahwa model

cooperative

learning tipe make

a match

berpengaruh lebih

baik terhadap hasil

belajar siswa.

3. Kurniawati 2010 √ - √ - Dari presentase

ketuntasan hasil

belajar siswa 58%

meningkat menjadi

96% dan telah

tuntas mencapai

indikator penelitian

secara klasikal

75%.

4 Sih Santo 2012 - Scrambl

e

√ √ hipotesis nihil (H0)

dengan bunyi “tidak

ada pengaruh positif

model pembelajaran

cooperativelearningt

erhadap hasil

belajar Biologi

pokok bahasan

virus” ditolak.

Sedangkan hipotesis

kerja (Ha) yang

menyatakan “ada

pengaruh positif

pada model

pembelajaran

cooperative learning

terhadap hasil

belajar IPA di SD N

2 Banjarnegara”

adalah dapat

diterima

Berdasarkan tabel 6 dapat dilihat persamaan dan perbedaan dari masing-

masing penelitian. Dari penelitian terdahulu membuktikan bahwa Model

pembelajan cooperative learning dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik..

Mengacu pada penelitian yang terdahulu akan dilakukan penelitian lagi, namun

terdapat perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Pada penelitian ini akan

menggabungkan model cooperative learning tipe make a match dengan model

picture and picture.

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15814/2/T1_292013280_BAB II... · 3.6 Menggali isi dan amanat puisi yang disajikan secara lisan

35

2.1.7 Kerangka Berfikir Penelitian

Penelitian menggunakan model cooperative learning tipe make a match

yang akan dilaksanakan pada pelajaran Tematik Tema 6 Sub Tema 2

Pembelajaran 1 siswa kelas 4 SD Negeri Tukang 02 dan cooperative learning tipe

picture and picture akan dilaksanakan di SD Negeri Kadirejo 03. Penelitian ini

akan menggunakan penelitian kuasi eksperimen sehingga membutuhkan dua

kelas. Kelas pertama akan menjadi kelompok kontrol dan kelas kedua akan

menjadi kelompok eksperimen. Kelas yang menjadi kelompok eksperimen adalah

SD Negeri Tukang 02 sedangkan kelompok kontrol adalah SD Negeri Kadirejo 03

Kelompok eksperimen dan kelompok kontrol akan diberikan pretest untuk

mengetahui tingkat homogenitas dari kedua kelas. Langkah selanjutnya kelas

eksperimen akan diberikan pengajaran menggunakan model cooperative learning

tipe make a match sedangkan kelas kontrol akan diberikan pengajaran

menggunakan cooperative learning tipe picture and picture. Selanjutnya peserta

didik akan diberikan posttest untuk memperoleh hasil belajar setelah diberikan

pengajaran yang berbeda. Langkah terakhir yaitu menganalisis hasil posttest yang

sudah dilakukan untuk mengetahui tingkat perbedaan hasil belajar tematik tema 6

sub tema 2 pembelajaran1 menggunakan model cooperative learning tipe make a

match pada siswa kela IV SD di Gugus Kartini Kecamatan Pabelan Kabupaten

Semarang. Secara ringkas alur penelitian dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1

Kerangka Berfikir

Kondisi

awal siswa

Perlakuan

dengan metode

cooperative

learning tipe

make a match

(eksperimen)

Perlakuan

dengan metode

cooperative

learning tipe

picture and

picture

(kontrol)

Pretest

Hasil

Belajar

Pretest Posttest

Posttest

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15814/2/T1_292013280_BAB II... · 3.6 Menggali isi dan amanat puisi yang disajikan secara lisan

36

2.1.8. Hipotesis Penelitian

Bertitik tolak dari kerangka pemikiran yang telah dikemukakan di atas,

maka dapat dirumuskan hipotesis atau dugaan sementara yaitu“Terdapat

perbedaan hasil belajar tematik yang signifikan antara penggunaan model

pembelajaran Cooperative Learning tipe Make a Match dengan penggunaan

model pembelajaran Picture and Picture pada materi Tematik Tema 6 Subtema 2

Pembelajaran ke 1 siswa kelas IV SD Gugus Kartini Kecamatan Pabelan

Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2016/2017”.