bab ii kajian pustaka dan landasan teori 2.1....
TRANSCRIPT
16
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
2.1. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No. Judul dan Nama
Peneliti Hasil Relevansi Penelitian
1. Building social
capital to promote
adolescent
wellbeing: a
qualitative study with
teens in a Latino
agricultural
community
Raymond Flesch,
BMC Public Health,
2017
Penelitian ini bertujuan
untuk membangun modal
sosial pada komunitas
“Latino” yaitu komunitas
pertanian remaja di Salinas,
California. Sebab remaja
“Latino” mengalami banyak
kesenjangan yang cukup
signifikan dalam tingkat
kehamilan remaja dan
kekerasan yang terjadi pada
remaja.
Metode penelitian dilakukan
melalui Focus Groups
Discussion (FGD) berbasis
masyarakat Salinas yang
diikuti 42 remaja terdiri dari
usia 13 sampai 19 Tahun.
Hasilnya bahwa peran orang
tua merupakan sumber
penting dari modal sosial
remaja untuk melindungi
diri mereka dari perilaku
atau pergaulan yang
menyimpang. Peran kunci
dari teman sebaya, kerabat,
dan lingkungan sekolah
dapat membantu remaja
menavigasi perilaku
menyimpang serta tantangan
pendidikan untuk membuat
para remaja memiliki
semangat melanjutkan
Persamaan dengan
penelitian ini adalah sama-
sama menelisik tentang
modal sosial. Hanya saja
penelitian Raymond Flesch
menggambarkan dampak
dari berbagai jenis modal
sosial pada perkembangan
pergaulan serta perilaku
sehat remaja dan ketahanan
dalam keluarga. Sedangkan
dalam penelitian ini
menelisik modal sosial pada
tataran masyarakat pedesaan
dalam menunjang
pertumbuhan perekonomian
desa dan masyarakatnya.
17
pendidikan ke jenjang yang
lebih tinggi.
2. Peran Badan Usaha
Milik Desa
(BUMDes) (Studi
Kasus Desa Kemiri
Kecamatan Panti
Kabupaten Jember
Tahun Periode 2008-
20011)
Widya Wulandari,
Universitas Jember,
Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik,
Program Studi Ilmu
Administrasi Negara,
2014
BUMDes Kembang yang
ada di Desa Kemiri memiliki
6 unit usaha yang meliputi
pengelolaan air minum,
pengelolaan pasar desa, jasa
rekening listrik, kebutuhan
saprodi dan pupuk
pertanian, pengelolaan
galian C, dan kebutuhan
desa lainnya.
Tujuan utama mendirikan
BUMDes adalah untuk
menambah sumber
pendapatan asli desa dengan
memanfaatkan potensi dan
aset desa secara efisien,
efektif, dan profesional,
dalam artian BUMDes
memberikan kontribusi
terhadap pendapatan desa.
Namun, hasil dari penelitian
ternyata BUMDes belum
bisa memberikan kontribusi
terhadap peningkatan
pendapatan desa karena
keuntungan yang didapat
sedikit, sedangkan
pengeluaran besar.
Widya Wulandari
mengangkat judul penelitian
yang hampir sama yaitu
tentang program BUMDes
yang ada di wilayah
pedesaan. Penelitian yang
dilakukan Widya Wulandari
melihat peran BUMDes
dalam memberikan
kontribusi terhadap
pendapatan desa, sedangkan
dalam penelitian yang akan
dilakukan ini adalah melihat
modal sosial yang ada dalam
pengelolaan unit-unit usaha
dalam BUMDes yaitu unit
usaha transit wisata di desa
Oro-oro Ombo.
3. Modal Sosial dalam
Pelaksanaan
Program
Penanggulangan
Kemiskinan (Studi
Tentang
Pelaksanaan PNPM
Mandiri di
Kelurahan
Dalpenang Kota
Sampang) Hasbullah
Fajariyadi,
Universitas
Muhammadiyah
Kegiatan PNPM Mandiri
tidak hanya bersifat reaktif
terhadap keadaan darurat
yang terjadi di masyarakat
namun juga bersifat strategis
karena disiapkan landasan
berupa motivasi masyarakat
yang menguat bagi
perkembangan masyarakat
di masa yang akan datang.
Pelaksanaan program
PNPM di kelurahan
Dalpenang masih minim
dari pengetahuan
Relevansi dengan penelitian
yang akan dilakukan adalah
sama-sama membahas
mengenai modal sosial
dalam program pemerintah
untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Hanya saja penelitian ini
difokuskan pada salah satu
unit usaha yang ada di dalam
program peningkatan
kesejahteraan masyarakat
desa, yaitu Badan Usaha
Milik Desa (BUMDes).
18
Malang, Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Program
Studi Sosiologi, 2010
masyarakat serta kurangnya
partisipasi dari masyarakat.
Maka dari itu peneliti dalam
penelitian ini ingn
mengetahui bagaimana
bentuk dan perkembangan
modal sosial dalam Program
PNPM Mandiri di kelurahan
Dalpenang.
Hasil dari penelitian modal
sosial dinilai berhasil dalam
melaksanakan program
melalui gotong royong
masyarakat membangun
fasilitas umum seperti MCK
dan berdirinya unit simpan
pinjam di Kelurahan
Dalpenang untuk membantu
menunjang perekonomian
masyarakat.
2.2. Modal Sosial
Modal sosial atau social capital merupakan satu terminologi baru yang
dikembangkan oleh ahli-ahli sosial untuk memperkaya pemahaman tentang
masyarakat dan komunitas. Bourdieu mendefinisikan modal sosial adalah jumlah
sumber daya, aktual atau maya, yang berkumpul pada seorang individu atau kelompok
karena memiliki jaringan tahan lama berupa hubungan timbal balik perkenalan dan
pengakuan yang sedikit banyak terinstitusionalkan (Field, 2010: 23). Menurut Coleman
modal sosial didefinisikan sebagai sumber yang bermanfaat bagi aktor melalui
hubungan sosialnya, dalam hal ini mencakup berbagai entitas yaitu secara keseluruhan
terdiri dari beberapa aspek struktur sosial dan kesemuanya tersebut memfasilitasi
tindakan tertentu para aktor atau aktor yang bekerja sama dalam struktur ekonomi
19
(Field, 2010: 37). Sedangakan menurut Putnam modal sosial adalah bagian dari
kehidupan sosial (jaringan, norma, dan kepercayaan) yang mendorong partisipan
bertindak bersama secara lebih efektif untuk mencapai tujuan-tujuan bersama (Field,
2010: 49).
Modal sosial bukanlah konsep yang tunggal melainkan konsep yang memiliki
dimensi yang cukup kompleks, yang didalamnya terdapat beberapa unsur, yang terdiri
dari:
1. Norma Sosial
Norma-norma sosial akan sangat berperan dalam mmengontrol bentuk-bentuk
perilaku yang tumbuh dalam masyarakat. Dasar pengertian norma yaitu memberikan
pedoman bagi seseorang untuk bertingkah laku dalam masyarakat, kekuatan mengikat
norma-norma sering dikenal dengan empat pengertian antara lain cara (usage),
kebiasaan (folkways), tata kelakuan (mores), dan adat istiadat (custom) (Soekanto,
2010: 174).
2. Trust
Trust atau rasa percaya (mempercayai) adalah suatu bentuk keinginan untuk
mengambil resiko dalam hubungan-hubungan sosialnya yang didasari oleh perasaan
yakin bahwa yang lain akan melakukan sesuatu seperti yang diharapkan dan akan
senantiasa bertindak dalam suatu pola tindakan yang saling mendukung, serta tidak
akan bertindak merugikan diri dan kelompoknya (Hasbullah, 2006: 11). Berbagai
tindakan kolektif yang didasari atas rasa saling mempercayai yang tinggi akan
20
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam berbagai ragam bentuk dan dimensi
terutama dalam membangun kemajuan bersama.
3. Jaringan Sosial
Jaringan sosial adalah ikatan antar individu atau kelompok melalui hubungan
sosial, dimana hubungan sosial ini diikat oleh kepercayaan, bentuk strategis, dan
bentuk moralitas. Kepercayaan itu dipertahankan oleh norma yang mengikat pihak-
pihak yang berinteraksi. Modal sosial tidak hanya dibangun oleh satu individu,
melainkan akan terletak pada kecenderungan yang tumbuh dalam suatu kelompok
untuk bersosialisasi sebagai bagian penting dari nilai-nilai yang melekat (Hasbullah,
2006: 9). Masyarakat berhubungan sosial dengan masyarakat lain dilakukan atas
prinsip kesukarelaan, kesamaan, kebebasan, dan keadaban.
4. Nilai-nilai
Nilai adalah sesuatu ide yang telah turun temurun dianggap benar dan penting
oleh anggota kelompok masyarakat. Modal sosial yang kuat juga ditentukan oleh
konfigurasi nilai yang tercipta dalam suatu kelompok masyarakat (Hasbullah, 2006:
14).
5. Tindakan yang Proaktif
Salah satu unsur terpenting modal sosial adalah keinginan yang kuat dari
anggota kelompok untuk tidak saja berpartisipasi, tetapi juga mencari jalan bagi
keterlibatan diri dalam suatu kegiatan masyarakat. Mereka melibatkan diri untuk
21
memperkaya hubungan-hubungan sosial dan menguntungkan kelompok dengan tidak
merugikan orang lain, secara bersama-sama (Hasbullah, 2006: 16).
6. Resiprocity
Modal sosial senantiasa diwarnai kecenderungan saling tukar kebaikan antar
indivdu dalam suatu kelompok atau antarkelompok itu sendiri. Resiprositas yang kuat
akan melahirkan suatu masyarakat yang memiliki tingkat modal sosial yang tinggi,
yang terefleksi dengan tingkat kepedulian sosial, saling membantu, dan saling
memperhatikan yang tinggi (Hasbullah, 2006: 10).
Komponen modal sosial terbagi dalam dua tipologi, yaitu :
1. Modal sosial terikat (Bonding social capital)
Modal sosial terikat adalah tipe modal sosial dengan karakteristik adanya ikatan
yang kuat dalam suatu sistem kemasyarakatan. Modal sosial terikat cenderung bersifat
eksklusif. Apa yang menjadi karakteristik dasar yang melekat pada tipologi ini,
sekaligus sebagai ciri khasnya, yaitu baik kelompok maupun anggota kelompok, dalam
konteks ide, relasi, dan perhatian, lebih berorientasi ke dalam dibandingkan
berorientasi ke luar. Individu atau masyarakat dalam anggota kelompok umumnya
homogen. Apa yang menjadi fokus perhatian adalah upaya menjaga nilai-nilai yang
turun temurun telah diakui dan dijalankan sebagai bagian dari tata perilaku (Hasbullah,
2006: 26).
22
2. Modal sosial yang menjembatani (Bridging social capital)
Modal sosial yang menjembatani merupakan ikatan sosial yang timbul sebagai
reaksi atas berbagai macam karakteristik kelompoknya. Ikatan sosial ini muncul karena
adanya berbagai kelemahan yang ada. Bentuk modal sosial ini juga biasa disebut
bentuk modern dari suatu pengelompokan, group, jaringan, asosiasi, atau masyarakat
(Hasbullah, 2006: 29). Bridging social capital dilihat dari keterlibatan masyarakat
untuk mengembangkan potensi agar mampu menggali dan memaksimalkan kekuatan
sumber daya manusia maupun sumber daya alam yang dimiliki. Modal utama
tercapainya adalah melalui interaksi sosial.
2.3. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) adalah lembaga usaha desa yang dikelola
oleh masyarakat dan pemerintahan desa dalam upaya memperkuat perekonomian desa
dan dibentuk berdasarkan potensi desa. BUMDes sebagai suatu lembaga ekonomi
modal usaha menganut asas mandiri. Badan usaha ini sesungguhnya telah diamanatkan
didalam UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan
Pemerintah No. 71 Tahun 2005 tentang Desa. Pendirian badan usaha ini harus disertai
dengan upaya penguatan kapasitas dan didukung oleh kebijakan daerah
(Kabupaten/Kota) yang memfasilitasi dan melindungi usaha ini dari ancaman
persaingan para pemodal besar. BUMDes merupakan lembaga ekonomi yang baru
beroperasi di pedesaan dan masih membutuhkan landasan yang kuat untuk tumbuh dan
berkembang. Dimana pembangunan landasan bagi pendirian BUMDes adalah
pemerintah.
23
Pendirian BUMDes didasarkan pada kebutuhan dan potensi desa, sebagai
upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Berkenaan dengan perencanaan dan
pendiriannya, BUMDes dibangun atas prakarsa (inisiasi) masyarakat. BUMDes
merupakan pilar kegiatan ekonomi di desa yang berfungsi sebagai lembaga sosial dan
komersial. BUMDes sebagai lembaga sosial berpihak pada kepentingan masyarakat
melalui kontribusinya dalam penyediaan pelayanan sosial. Sedangkan sebagai lembaga
komersial bertujuan mencari keuntungan melalui penawaran sumberdaya lokal (barang
dan jasa) ke pasar. BUMDes dibentuk berdasarkan pada perundang-undangan yang
berlaku dan sesuai dengan kesepakatan yang terbangun di masyarakat desa. Dengan
demikian bentuk BUMDes dapat beragam pada setiap desa yang ada karena sesuai
dengan karakteristik lokal, potensi, dan sumberdaya yang dimiliki masing-masing
desa.
Sebagai salah satu lembaga ekonomi yang beroperasi di pedesaan, BUMDes
memiliki perbedaan dengan lembaga ekonomi pada umumnya. Hal ini dimaksudkan
agar keberadaan dan kinerja BUMDes mampu memberikan kontribusi yang signifikan
terhadap peningkatan kesejahteraan warga desa. Disamping itu agar tidak berkembang
sistem usaha kapitalistis di pedesaan yang dapat mengakibatkan terganggunya nilai-
nilai kehidupan bermasyarakat. Terdapat 7 (tujuh) ciri utama yang membedakan
BUMDes dengan lembaga ekonomi lainnya, yaitu:
1. Badan usaha ini dimiliki oleh desa dan dikelola secara bersama;
2. Modal usaha bersumber dari desa (51%) dan dari masyarakat (49%) melalui
penyertaan modal (saham atau andil);
24
3. Operasionalisasinya menggunakan falsafah bisnis yang berakar dari budaya
lokal;
4. Bidang usaha yang dijalankan didasarkan pada potensi dan hasil informasi
pasar;
5. Keuntungan yang diperoleh ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan
anggota (penyerta modal) dan masyarakat melalui kebijakan desa;
6. Difasilitasi oleh Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota, dan
Pemerintah Desa;
7. Pelaksanaan operasionalisasi dikontrol secara bersama (Pemerintah Desa,
BPD, anggota).
Secara khusus tujuan utama dalam pendirian BUMDes adalah:
1. Mewujudkan kelembagaan perekonomian masyarakat pedesaan yang mandiri
dan tangguh untuk memberikan pelayanan terhadap kebutuhan masyarakat;
2. Meningkatkan pendapatan asli desa dalam rangka meningkatkan kemampuan
aparat pemerintah desa dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan,
dan pelayanan masyarakat;
3. Menciptakan kesempatan berusaha dan mengurangi jumlah pengangguran;
4. Mendorong pemerintah desa dan masyarakat dalam upaya mengurangi jumlah
masyarakat miskin demi peningkatan kesejahteraan masyarakat.
25
Hal utama yang penting dalam upaya penguatan ekonomi desa adalah
memperkuat kerjasama, membangun kebersamaan atau menjalin kerekatan disemua
lapisan masyarakat desa. Sehingga itu menjadi daya dorong dalam upaya pengentasan
kemiskinan, pengangguran, dan membuka akses pasar.
2.4. Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat
Peran serta masyarakat dapat ditumbuhkan dan digerakkan melalui usaha-usaha
penerangan serta pengembangan komunikasi sosial yang sehat, yang dilakukan melalui
dialog yang luas dan bersifat terbuka, terarah, jujur, bebas, dan bertanggung jawab baik
antara pemerintah dan masyarakat maupun antar golongan-golongan masyarakat itu
sendiri (Suwantoro, 2004: 34). Dialog yang demikian akan melahirkan gagasan serta
pandangan yang kuat agar pembangunan tetap memiliki gerak maju ke depan.
Contohnya masyarakat di daerah tujuan atau objek wisata mengharapkan terbinanya
kelestarian usaha yang terkait dengan objek wisata dan kehidupan alam budaya mereka
tidak menjadi rusak. Untuk itu pembangunan dan pengembangan pariwisata harus
melibatkan masyarakat setempat dan sekitarnya secara langsung.
Pariwisata berbasis masyarakat merupakan aktivitas ekonomi penting yang jika
dikembangkan dengan tepat dapat mengatasi sejumlah tantangan pembangunan,
termasuk pengurangan kemiskinan, pengembangan ekonomi lokal, perdamaian dan
keselarasan masyarakat, dan manajemen sumber daya alam dan lingkungan yang
berkesinambungan (Damanik, 2006: 46). Pengembangan pariwisata berbasis
masyarakat bertujuan untuk; 1) memberdayakan masyarakat; 2) meningkatkan peran
dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan pariwisata agar dapat memperoleh
26
keuntungan ekonomi sosial budaya dari pengembangan pariwisata; 3) memberikan
kesempatan yang seimbang kepada semua anggota masyarakat. Oleh karena itu
pengembangan pariwisata berbasis masyarakat menuntut koordinasi dan kerjasama
serta peran yang berimbang antara berbagai unsur stakeholders termasuk pemerintah,
swasta, dan masyarakat.
2.5. Masyarakat Desa dan Pembangunan Masyarakat Desa
Masyarakat dan pedesaan atau desa, dua kata yang mempunyai arti tersendiri.
Untuk mendapatkan pengertian dari dua kata ini harus diartikan terlebih dahulu kata
perkata. Misalnya, masyarakat diartikan golongan besar atau kecil yang terdiri dari
beberapa manusia dengan atau karena sendirinya bertalian secara golongan dan
pengaruh mempengaruhi satu sama lain. Masyarakat juga dapat diartikan sebagai
sekumpulan manusia yang saling berinteraksi. Paul H. Landis seorang sarjana sosiologi
perdesaan dari Amerika Serikat, mengemukakan definisi tentang desa dengan cara
membuat tiga pemilahan berdasarkan pada tujuan analisis. Untuk tujuan analisis
statistik, desa didefinisikan sebagai suatu lingkungan yang penduduknya kurang dari
2500 orang. Untuk tujuan analisa sosial psikologi, desa didefinisikan sebagai suatu
lingkungan yang penduduknya memiliki hubungan yang akrab dan serba informal
diantara sesama warganya. Sedangkan untuk tujuan analisa ekonomi, desa
didefinisikan sebagai suatu lingkungan yang penduduknya tergantung pada pertanian
(Rahardjo, 1999: 30).
Masyarakat desa selalu memiliki ciri-ciri dalam hidup bermasyarakatnya, yang
biasanya nampak dari perilaku keseharian mereka. Desa dicirikan dengan hal-hal yang
27
berlawanan atau berbeda dengan ciri kota dari aspek morfologi, bangunan rumah
penduduk di desa umumnya jarang atau terpencar. Desa sebagai tempat tinggal
penduduk yang relatif kecil atau sedikit. Organisasi desa relatif sederhana, dan
hubungan antara anggota masyarakatnya intim, dengan ciri kekerabatan, persaudaraan
atau gotong-royong yang masih tampak kuat (Asy’ari, 1993: 101). Pembangunan
masyarakat desa adalah salah satu usaha peningkatan dan pertumbuhan masyarakat
dengan mengandalkan kemampuan masyarakat. Sedangkan pembangunan desa adalah
suatu kegiatan yang menyentuh kepentingan masyarakat desa yang paling dasar yang
dapat dirasakan manfaatnya oleh setiap anggota masyarakat. Oleh karena itu
pembangunan desa bersifat paktis dan realistis (Wisadirana, 2005: 88). Pelaksanaan
pembangunan di pedesaan-pedesaan sebagian besar dilaksanakan oleh masyarakat desa
secara gotong royong. Kemampuan masyarakat desa dalam melakukan pembangunan
berbeda-beda tergantung pada keadaan dan para anggota masyarakatnya.
Beberapa studi menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin di pedesaan
masih cukup tinggi, mereka masih dililit oleh ketidakberdayaan. Oleh karena itu
kegiatan pembangunan perlu diarahkan untuk merubah kehidupan mereka menjadi
lebih baik. Pembangunan masyarakat pedesaan tidak semata-mata terbatas pada
peningkatan produksi pertanian, tidak pula mencakup pada implementasi program
peningkatan kesejahteraan sosial melalui distribusi uang dan jasa untuk mencukupi
kebutuhan dasar. Akan tetapi adalah sebuah upaya kegiatan yang menyentuh
pemenuhan berbagai macam kebutuhan sehingga segenap anggota masyarakat dapat
mandiri, percaya diri, tidak bergantung dan dapat lepas dari belenggu struktural yang
28
membuat kehidupan masyarakat berada dibawah garis kemiskinan. Oleh sebab itu
ruang lingkup pembangunan pedesaan sangat luas.
2.6. Teori Modal Sosial
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teori modal sosial untuk
menganalisis permasalahan yang diangkat dalam penelitian. Modal sosial atau social
capital merupakan satu terminologi baru yang dikembangkan oleh ahli-ahli sosial
untuk memahami tentang masyarakat dan komunitas. Teori tentang modal sosial ini
pada awalnya dikembangkan oleh sosiolog Perancis Pierre Bourdieu dan sosiolog
Amerika Serikat James Coleman. Pierre Bourdieu menyatakan ada tiga macam modal,
yaitu modal uang, modal sosial, dan modal budaya yang akan lebih efektif jika diantara
ketiganya ada interaksi sosial atau hubungan sosial. Modal sosial dapat digunakan
untuk segala kepentingan, namun tanpa ada sumber daya fisik dan pengetahuan budaya
yang dimiliki, maka akan sulit bagi individu-individu untuk membangun sebuah
hubungan sosial. Hubungan sosial hanya akan kuat jika ketiga unsur diatas eksis
(Hasbullah, 2006: 9). Sedangkan James Coleman mengartikan modal sosial sebagai
struktur hubungan antar individu-individu yang memungkinkan mereka menciptakan
nilai-nilai baru (Field, 2010: 140). Definisi modal sosial yang dikemukakan oleh
Fukuyama adalah definisi yang melihat modal sosial itu sebagai sesuatu sifat yang
melekat pada diri individu yang berupa tata nilai kehidupan dan aturan yang dianut dan
dijalankan oleh individu yang memfasilitasi kerjasama yang baik. Robert D. Putnam
menekankan modal sosial pada peran individual dan keterikatan sosial yang
terorganisisr dalam memprediksi kemajuan individu dan tindakan-tindakan kolektif
29
mereka (Hasbullah, 2006: 7). Masing-masing tokoh yang mempopulerkan konsep
modal sosial memiliki perbedaan penekanan terhadap unsur-unsur yang
membentuknya dan pendekatan analisisnya.
Tabel 2.2 Konsep Modal Sosial Menurut Beberapa Tokoh
Tokoh Definisi Maksud/Tujuan Analisa
Bourdieu
Sumber daya yang
menyediakan individu
sebagai modal ekonomi
dalam kompetisi ekonomi
Mendapatkan
modal ekonomi
Individu pada
kompetensi ekonomi
James
Coleman
Aspek struktur sosial
untuk menyediakan
individu sebagai modal
manusia dalam keluarga
dan masyarakat
Mendapatkan
modal manusia
Individu dalam
keluarga dan
pelaksana yang
mengembangkan
masyarakat
Putnam
Kepercayaan, norma, dan
jaringan untuk
menyediakan daerah yang
efektif yang memfasilitasi
kerjasama, demokrasi,
dan ekonomi
Mendapatkan
wilayah efektif
pada tingkat
nasional yang
difasilitasi
demograsi dan
ekonomi
Wilayah nasional
2.6.1. Teori Modal Sosial Robert D. Putnam
Berdasarkan pemaparan diatas teori modal sosial menurut beberapa tokoh, pada
penelitian ini teori modal sosial yang digunakan adalah teori modal sosial yang
dicetuskan oleh Robert Putnam, yang merumuskan modal sosial mengacu pada ciri-
ciri organisasi sosial, seperti jaringan, norma-norma, dan kepercayaan yang
memfasilitasi koordinasi kerjasama untuk sesuatu yang manfaatnya bisa dirasakan
bersama-sama secara lebih efektif untuk mencapai tujuan bersama. Modal sosial bukan
hanya sebatas hubungan interaksi yang melibatkan faktor perilaku orang tertentu saja,
30
tetapi juga dapat melibatkan individu dalam kelompok-kelompok yang membentuk
suatu jaringan sosial. Definisi modal sosial oleh Putnam mengacu pada tiga komponen
yaitu (1) jaringan sosial sehingga memungkinkan terjadinya koordinasi dan
komunikasi, (2) kepercayaan sehingga berimplikasi pada saling percaya dalam
kehidupan bermasyarakat, dan (3) norma-norma yang saling berbagi diantara
kelompok dalam jaringan sosial sehingga memungkinkan kesatuan peraturan dan
sanksi. Berikut adalah penjelasan mengenai tiga unsur dalam modal sosial yang terdiri
dari kepercayaan, norma-norma, dan jaringan sosial:
a. Kepercayaan
Konteks percaya menyiratkan segi emosional individu, dipercaya memerlukan
kemauan untuk mengambil resiko dapat memberikan harapan kepada orang lain untuk
bertindak atau memberikan respon seperti yang diharapkan dan untuk saling
mendukung ataupun tidak berniat membahayakan. Putnam mengemukakan bahwa
kepercayaan sosial dapat timbul dari norma timbal balik dan jaringan sosial.
Keterikatan dan kepatuhan anggota-anggota masyarakat pada norma sosial
memberikan hubungan timbal balik dalam satu kesepakatan aturan yang dipedomani
dan dilakukan. Hal ini akan mempermudah anggota dalam mengenal dan membentuk
kelompok jaringan sosial. Berbagai tindakan kolektif yang didasari atas saling
mempercayai akan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam membangun kemajuan
bersama.
31
b. Norma sosial
Norma-norma sosial biasanya terbentuk atas dasar hasil kesepakatan anggota-
anggota masyarakat dan tercipta karena adanya interaksi dalam kelompok masyarakat.
Di sisi lain, norma merupakan penjabaran nilai nilai secara terinci ke dalam bentuk tata
aturan yang berfungsi mengatur perilaku dan tindakan masyarakat yang bersumber
pada nilai. Norma sosial akan menentukan kuatnya hubungan antar individu karena
menimbulkan kohesitas sosial yang berdampak positif bagi perkembangan masyarakat.
c. Jaringan Sosial
Setiap individu dalam kehidupannya selalu membutuhkan orang lain,
kebutuhan terhadap orang lain bertujuan agar terjalin interaksi antar individu atau
kelompok guna pemenuhan kebutuhan hidup manusia. Adanya interaksi diantara
individu maupun kelompok akan membentuk sebuah kelompok-kelompok sosial,
perwujudan kelompok sosial ini tercipta melalui jaringan sosial. Melalui jaringan
sosial, individu akan mudah mendapatkan akses terhadap sumberdaya yang tersedia di
lingkungannya untuk mencapai tujuan bersama. Pada jaringan sosial akan terbentuk
rasa saling tahu, saling menginformasikan, saling mengingatkan dan saling membantu
dalam melaksanakan dan mengatasi sesuatu.
Robert D. Putnam mendefinisikan modal sosial sebagai suatu nilai mutual trust
antara anggota masyarakat dan masyarakat terhadap pemimpinnya. Trust ini dapat
dilihat dari beberapa hal, antara lain seberapa tinggi tingkat partisipasi masyarakat
32
terhadap keberanian untuk berpendapat dengan pemimpinnya dan seberapa banyak
warga negara yang menggunakan kesempatan tersebut untuk menyalurkan aspirasinya.
Modal sosial hanya dapat dibangun ketika setap individu belajar dan mau mempercayai
individu lain sehingga mereka mau membuat sebuah komitmen yang dapat
dipertanggungjawabkan untuk mengembangkan bentuk-bentuk hubungan yang saling
menguntungkan. Pendekatan dalam mengembangkan modal sosial perlu menerapkan
sosialisasi untuk membangun jaringan sosial dan kohesi sosial. Trust merupakan
bentuk modal sosial yang paling penting yang perlu dibangun sebagai landasan dalam
membina kemitraan antara pemerintah dan masyarakat. Pada akhir-akhir ini kajian
tentang manfaat modal sosial dalam pembangunan banyak dilakukan, Putnam
mengemukakan bahwa pemanfaatan modal sosial menjadi modal penting dalam
pembangunan. Hal ini dikarenakan modal sosial memungkinkan warga untuk
menyelesaikan masalah kolektif lebih mudah, modal sosial sebagai roda yang
memungkinkan masyarakat untuk lebih lancar bergerak, dan modal sosial mengacu
pada kehidupan masyarakat.
Selanjutnya, Putnam memperkenalkan dua perbedaan dua bentuk dasar modal
sosial, menjembatani (inklusif) dan mengikat (eksklusif). Modal sosial yang mengikat
cenderung mendorong identitas eksklusif dan mempertahankan homogenitas. Modal
sosial yang menjembatani cenderung menyatukan orang dari beragam ranah sosial
(Field, 2010: 52). Masing-masing bentuk tersebut membantu menyatukan kebutuhan
yang berbeda, modal sosial yang mengikat adalah sesuatu yang memperkuat identitas
dan mempererat solidaritas dalam kelompok sehingga menyebabkan adanya rasa
33
empati. Sedangkan pada modal sosial yang menjembatani menghubungkan aset
eksternal dan penyebaran informasi. Tujuannya adalah mengembangkan potensi yang
ada dalam masyarakat agar masyarakat mampu menggali dan memaksimalkan
kekuatan yang dimiliki baik sumber daya manusia maupun sumber daya alam dapat
dicapai.