bab ii kajian pustaka a. resiliensi keluarga 1. definisi ...repository.ump.ac.id/2913/3/maulida...

25
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Resiliensi Keluarga 1. Definisi Resiliensi Keluarga Menurut McCubbin dan McCubbin (1988), resiliensi keluarga merupakan pola perilaku positif dan kemampuan fungsional yang dimiliki oleh individu dan keluarga yang ditampilkan dalam situasi sulit atau menekan. Pola perilaku positif dan kemampuan fungsional ini menentukan kemampuan keluarga untuk pulih dengan tetap mempertahankan integritasnya sebagai sebuah kesatuan dengan tetap mempertahankan dan memperbaiki kesejahteraan anggota keluarga dan unit keluarga secara keseluruhan. Dalam beberapa pengertian, resiliensi keluarga atau family resilience memiliki makna yang sama dengan family strength dan ketahanan keluarga. Hal tersebut seperti yang dijelaskan oleh McCubbin (dalam Puspitawati, 2012) mendefinisikan ketahanan keluarga (family strength atau family resilience) merupakan suatu konsep holistik yang merangkai alur pemikiran suatu sistem, mulai dari kualitas ketahanan sumberdaya, strategi coping dan “appraisal” . Ketahanan keluarga merupakan proses dinamis dalam keluarga untuk melakukan adaptasi positif terhadap bahaya dari luar dan dari dalam keluarga. Dinamika Resiliensi Keluarga…, Maulida Khikmawati, Fakultas Psikologi UMP, 2016

Upload: dinhdien

Post on 12-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Resiliensi Keluarga 1. Definisi ...repository.ump.ac.id/2913/3/Maulida Khikmawati_BAB II.pdf · Definisi Resiliensi Keluarga . Menurut McCubbin dan McCubbin

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Resiliensi Keluarga

1. Definisi Resiliensi Keluarga

Menurut McCubbin dan McCubbin (1988), resiliensi keluarga

merupakan pola perilaku positif dan kemampuan fungsional yang dimiliki

oleh individu dan keluarga yang ditampilkan dalam situasi sulit atau

menekan. Pola perilaku positif dan kemampuan fungsional ini menentukan

kemampuan keluarga untuk pulih dengan tetap mempertahankan

integritasnya sebagai sebuah kesatuan dengan tetap mempertahankan dan

memperbaiki kesejahteraan anggota keluarga dan unit keluarga secara

keseluruhan.

Dalam beberapa pengertian, resiliensi keluarga atau family resilience

memiliki makna yang sama dengan family strength dan ketahanan

keluarga. Hal tersebut seperti yang dijelaskan oleh McCubbin (dalam

Puspitawati, 2012) mendefinisikan ketahanan keluarga (family strength

atau family resilience) merupakan suatu konsep holistik yang merangkai

alur pemikiran suatu sistem, mulai dari kualitas ketahanan sumberdaya,

strategi coping dan “appraisal” . Ketahanan keluarga merupakan proses

dinamis dalam keluarga untuk melakukan adaptasi positif terhadap bahaya

dari luar dan dari dalam keluarga.

Dinamika Resiliensi Keluarga…, Maulida Khikmawati, Fakultas Psikologi UMP, 2016

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Resiliensi Keluarga 1. Definisi ...repository.ump.ac.id/2913/3/Maulida Khikmawati_BAB II.pdf · Definisi Resiliensi Keluarga . Menurut McCubbin dan McCubbin

11

Ketahanan keluarga menurut UU No. 10 tahun 1992 merupakan

kondisi dinamik suatu keluarga yang memiliki keuletan dan ketangguhan,

serta mengandung kemampuan fisik-material dan psikis mental spiritual

guna hidup mandiri, mengembangkan diri dan keluarganya untuk hidup

harmonis dan meningkatkan kesejahteraan lahir dan batin. (Kamus Istilah

Kependudukan dan Keluarga Berencana, 2011)

Sementara itu, The National Network for Family Resilience pada

1995, menyebutkan bahwa ketahanan keluarga menyangkut kemampuan

individu atau keluarga untuk memanfaatkan potensinya dalam menghadapi

tantangan hidup, termasuk kemampuan untuk mengembalikan fungsi-

fungsi keluarga seperti semula dalam menghadapi tantangan dan krisis

(Puspitawati, 2012).

Werner (dalam Walsh, 1996) mengemukakan bahwa keluarga

merupakan faktor yang sangat memengaruhi resiliensi. Krisis dan

tantangan memiliki dampak terhadap seluruh anggota keluarga dan proses

di dalam keluargalah yang dapat membantu memulihkan krisis dan

hubungan di dalam keluarga.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa resiliensi

keluarga yakni mengarah pada kemampuan keluarga menghadapi dan

mengelola masalah dalam situasi sulit dan menekan agar fungsi keluarga

tetap berjalan dengan harmonis untuk mencapai kesejahteraan lahir dan

kebahagaiaan batin anggota keluarganya.

Dinamika Resiliensi Keluarga…, Maulida Khikmawati, Fakultas Psikologi UMP, 2016

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Resiliensi Keluarga 1. Definisi ...repository.ump.ac.id/2913/3/Maulida Khikmawati_BAB II.pdf · Definisi Resiliensi Keluarga . Menurut McCubbin dan McCubbin

12

2. Komponen Resiliensi Keluarga

Resiliensi keluarga tidak bisa dilepaskan dari faktor risiko dan faktor

pelindung (Walsh, 2006). Faktor risiko adalah faktor yang mendorong

munculnya hasil yang negatif pada keluarga. Sedangkan faktor pelindung

adalah faktor yang mengurangi kemungkinan munculnya hasil negatif

tersebut (Mackay dalam Wandasari, 2012).

Untuk mengurangi hasil negatif ini, maka Walsh (2006) menyebutkan

bahwa proses kunci dari resilensi keluarga yang berperan sebagai faktor

pelindung. Ketiga proses kunci tersebut adalah sistem keyakinan, pola

organisasi dan proses komunikasi.

a. Sistem Keyakinan

Walsh (2006) menjelaskan bahwa sistem keyakinan keluarga

merupakan inti dari semua keberfungsian keluarga dan merupakan

dorongan yang kuat bagi terbentuknya resiliensi. Keluarga menghadapi

krisis dan kesulitan dengan memberi makna pada kesulitan tersebut

dengan cara mengaitkan dengan lingkungan sosial, nilai-nilai budaya

dan spritiual, generasi yang sebelumnya, dan dengan harapan serta

keinginan di masa yang akan datang. Bagaimana keluarga memandang

masalah dan pilihan penyelesaiannya dapat membuat keluarga mampu

mengatasi masalah tersebut atau malah menjadi putus asa dan tidak

berfungsi dengan baik.

Belief atau keyakinan merupakan kacamata bagi seseorang dalam

memandang dunianya yang memengaruhi apa yang dilihat atau

Dinamika Resiliensi Keluarga…, Maulida Khikmawati, Fakultas Psikologi UMP, 2016

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Resiliensi Keluarga 1. Definisi ...repository.ump.ac.id/2913/3/Maulida Khikmawati_BAB II.pdf · Definisi Resiliensi Keluarga . Menurut McCubbin dan McCubbin

13

diabaikan serta apa yang dipersepsikan (Wright, Watson & Bell;

Walsh, 2006). Wright dkk. menjelaskan bahwa sistem keyakinan

keluarga meliputi nilai, pendirian, sikap, bias dan asumsi yang

bergabung dan membentuk dasar pemikiran yang memicu respon

emosional, mengarahkan keputusan, dan mengatur tingkah laku

(Walsh, 2006). Walsh mengemukakan tiga area kunci dalam sistem

keyakinan keluarga yaitu: memberi makna pada kesulitan, pandangan

yang positif, serta transenden dan spiritualitas dengan penjelasan

sebagai berikut :

1) Memberi makna pada kesulitan

Pandangan keluarga bahwa kesulitan yang sedang dialami

adalah hal yang masuk akal dan mengambil hikmah dari apa yang

terjadi merupakan hal yang sangat penting bagi resiliensi

(Antonovsky; Walsh, 2006). Keluarga yang melihat kesulitan

sebagai tantangan berasama dan hal yang wajar terjadi dalam

kehidupan keluarga mampu mendorong keluarga untuk bertahan

dan bangkit dari kesulitan tersebut (Walsh, 2006).

2) Pandangan positif

Pandangan positif merupakan hal yang penting bagi resiliensi

(Walsh, 2006). Keluarga yang berpandangan positif memiliki

harapan akan masa depan yang lebih baik, memandang sesuatu

secara optimis, percaya diri dalam menghadapi masalah, serta

memaksimalkan kekuatan dan potensi yang dimiliki. Selain itu,

Dinamika Resiliensi Keluarga…, Maulida Khikmawati, Fakultas Psikologi UMP, 2016

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Resiliensi Keluarga 1. Definisi ...repository.ump.ac.id/2913/3/Maulida Khikmawati_BAB II.pdf · Definisi Resiliensi Keluarga . Menurut McCubbin dan McCubbin

14

pandangan positif juga terlihat pada inisiatif dan usaha yang gigih

anggota keluarga dalam menghadapi kesulitan, serta menguasai

situasi yang dapat dikendalikan dan menerima situasi yang tidak

dapat dikendalikan.

3) Transenden dan spiritualitas

Transenden memberikan makna, tujuan dan hubungan di luar

diri seseorang, keluarganya dan masalah yang dihadapi (Walsh,

2006). Transenden memberikan kejelasan mengenai kehidupan

seseorang dan memberi dukungan ketika mengalami stres. Nilai-

nilai transenden dapat membuat seseorang menilai kehidupan dan

hubungannya dengan orang lain sebagai sesuatu yang berharga dan

penting. Di dalam kelaurga, nilai-nilai transenden dapat membuat

mereka melihat kenyataan dari sudut pandang yang lebih luas dan

selalu memunculkan harapan.

Werner dan Smith menjelaskan bahwa spritualitas merupakan

penghayatan terhadap nilai-nilai yang tertanam yang membuat

seseorang dapat memaknai, merasakan kesatuan dan

keterhubungan dengan orang lain. Spritiualitas dapat dialami

seseorang baik di lingkungan agama maupun di luar itu. Agama

dan spiritualitas menawarkan rasa nyaman dan hikmah di balik

kesulitan. Keyakinan pribadi membuat seseorang tangguh dalam

menghadapi kesusahan dan mampu mengatasi tantangan. (Walsh,

2006).

Dinamika Resiliensi Keluarga…, Maulida Khikmawati, Fakultas Psikologi UMP, 2016

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Resiliensi Keluarga 1. Definisi ...repository.ump.ac.id/2913/3/Maulida Khikmawati_BAB II.pdf · Definisi Resiliensi Keluarga . Menurut McCubbin dan McCubbin

15

b. Pola Organisasi

Untuk menghadapi krisis dan kesulitan secara efektif, keluarga

harus menggerakan dan mengatur sumber daya mereka, menahan

tekanan, dan mengatur kembali submber daya tersebut sesui dengan

kondisi yang berubah (Walsh, 1998). Pola organisasi keluarga

dipertahankan oleh norma-norma eksternal dan internal dan

dipengaruhi oleh budaya dan sistem keyakinan keluarga. Terdapat tiga

elemen dari pola organisasi yaitu fleksibilitas, keterhubungan, dan

sumber daya sosial dan ekonomi dengan penjelasan sebagai berikut :

1) Fleksibilitas.

Fleksibilitas mencakup kemampuan untuk beradaptasi

terhadap perubahan dengan bangkit kembali, mengatur ulang dan

beradaptasi dengan situasi yang berubah. Fleksibilitas juga dapat

terwujud dengan tetap dilaksanakannya kegiatan dan kebiasaan

yang rutin dilakukan keluarga sehingga dapat menjaga kontinuitas

dan mengembalikan stabilitas keluarga yang dapat mendorong

resiliensi. Pola kepemimpinan yang otoritatif, kerja sama dalam

pengasuhan serta adanya kesetaraan dan saling menghargai juga

merupakan salah satu bentuk fleksibilitas yang dapat mendorong

terbentuknya resiliensi.

2) Keterhubungan

Keterhubungan atau kohesi merupakan ikatan struktural dan

emosional pada anggota keluarga. Menurut Olson dan Gorel

Dinamika Resiliensi Keluarga…, Maulida Khikmawati, Fakultas Psikologi UMP, 2016

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Resiliensi Keluarga 1. Definisi ...repository.ump.ac.id/2913/3/Maulida Khikmawati_BAB II.pdf · Definisi Resiliensi Keluarga . Menurut McCubbin dan McCubbin

16

keluarga dengan ikatan yang kuat cenderung merasa puas dan

terhubung dengan apa yang ada di dalam keluarga tersebut (Walsh,

2006). Bentuk keterhubungan dalam keluarga adalah saling

mendukung, bekerja sama, komitmen serta tetap menghormati

perbedaan, keinginan dan batasan individu.

3) Sumber daya sosial dan ekonomi

Dalam menghadapi situasi krisis, keluarga besar dan jaringan

sosial dapat menyediakan bantuan, dukungan emosional dan

adanya rasa keterikatan terhadap sebuah kelompok. Ketika

keluarga mengalami kesulitan dalam menghadap masalah di dalam

keluarga, maka mereka cenderung akan meminta bantuan di luar

seperti keluarga besar, teman, tetangga dan komunitas mereka.

Selain itu, untuk dapat memperkuat keberfungsiannya, keluarga

juga harus memperoleh kestabilan ekonomi dengan tetap menjaga

keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan keluarga.

c. Proses Komunikasi

Komunikasi dapat memfasilitasi seluruh fungsi keluarga dan

merupakan hal yang penting bagi resiliensi (Walsh, 2006). Pada situasi

krisis, komunikasi merupakan hal yang esensial dalam membantu

proses pemecahan masalah. Epstein (dalam Walsh, 2003) menjelaskan

bahwa komunikasi meliputi transmisi keyakinan, pertukaran informasi,

ekspresi emosi dan proses pemecahan masalah. Ada tiga aspek

komunikasi yang baik yaitu kejelasan, ungkapan emosi dan

Dinamika Resiliensi Keluarga…, Maulida Khikmawati, Fakultas Psikologi UMP, 2016

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Resiliensi Keluarga 1. Definisi ...repository.ump.ac.id/2913/3/Maulida Khikmawati_BAB II.pdf · Definisi Resiliensi Keluarga . Menurut McCubbin dan McCubbin

17

penyelesaian masalah yang kolaboratif, seperti yang dijelaskan sebagai

berikut.

1) Kejelasan

Kejelasan dalam berkomunikasi mencakup informasi yang

disampaikan secara langsung, tepat, spesifik, jujur dan masing-

masing anggota memiliki informasi dan pemahaman yang sama

mengenai situasi krisis yang dihadapi, serta adanya keterbukaan

komunikasi di dalam keluarga.

2) Ungkapan emosi

Keluarga yang berfungsi dengan baik dapat mengungkapkan

emosi yang dirasakannya dengan nyaman baik emosi positif

seperti bahagia, berterima kasih, cinta dan harapan maupun emosi

negatif seperti sedih, takut, marah dan kecewa. Selain itu, anggota

keluarga juga saling memahami apa yang dirasakan oleh anggota

keluarga lainnya. Anggota keluarga yang juga bertanggung jawab

terhadap apa yang ia rasakan dengan tidak menyalahkan orang lain

atas itu, serta interaksi yang diwarnai dengan hal yang

menyenangkan seperti humor.

3) Pemecahan masalah secara kolaboratif

Pemecahan masalah secara efektif merupakan hal yang

esensial bagi keluarga untuk menghadapi situasi krisis dan

kesulitan. Proses pemecahan masalah yang efektif ini meliputi

masalah dan penyebab terkait, brainstroming mengenai

Dinamika Resiliensi Keluarga…, Maulida Khikmawati, Fakultas Psikologi UMP, 2016

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Resiliensi Keluarga 1. Definisi ...repository.ump.ac.id/2913/3/Maulida Khikmawati_BAB II.pdf · Definisi Resiliensi Keluarga . Menurut McCubbin dan McCubbin

18

kemungkinan pemecahan masalah, saling berbagi dalam

mengambil keputusan, berfokus pada tujuan dengan mencoba

mengambil langkah-langkah konkret dan belajar dari kesalahan.

Pendapat lain dikemukakan oleh Mackay (2003) yang menjelaskan

beberapa hal yang mendukung terbentuknya resiliensi keluarga (family

resilience) dalam Social Policy Journal of New Zealand yang mencakup

aspek kohesivitas keluarga, sistem kepercayaan keluarga, peranan agama,

strategi coping dan komunikasi. Aspek tersebut dijabarkan sebagai

berikut:

1. Kohesivitas keluarga (family cohesion)

Hubungan emosi antar anggota keluarga adalah hal yang sangat

penting dalam menjalankan fungsi keluarga. Keluarga yang memiliki

pertalian emosi yang baik, lebih baik dalam menghadapi tantangan

untuk mencapai kesejahteraan dan mengatasi tekanan (stress) dengan

baik.

Kohesivitas keluarga adalah hubungan emosional yang erat antar

masing-masing anggota keluarga sehingga mendukung fungsi

keluarga, menimbulkan keinginan untuk terus bersatu dengan

keluarganya.

2. Sistem kepercayaan keluarga (family belief systems)

Aspek ini mencakup nilai, sikap, pendirian, prasangka, dan

anggapan yang dimiliki keluarga. Hal tersebut memberikan gambaran

Dinamika Resiliensi Keluarga…, Maulida Khikmawati, Fakultas Psikologi UMP, 2016

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Resiliensi Keluarga 1. Definisi ...repository.ump.ac.id/2913/3/Maulida Khikmawati_BAB II.pdf · Definisi Resiliensi Keluarga . Menurut McCubbin dan McCubbin

19

bagaimanan cara keluarga memandang kehidupan serta menghadapi

persoalan hidup yang dimiliki, sehingga berdampak pada kemampuan

keluarga untuk menghadapi krisis.

3. Peranan agama (the role of religion)

Scazoni dan Arnett (dalam Mackay, 2003) menjelaskan bahwa

kesungguhan beragama memiliki pengaruh positif terhadap komitmen

perkawinan dan strategi penyelesaian masalah dalam

perkawinan/keluarga.

Dalam hal ini bagaimana peran agama dalam kehidupan keluarga

dapat berpengaruh terhadap komitmen keluarga untuk tetap bersatu,

menjalankan peran dalam keluarga dan dalam penyelesaian masalah

dalam keluarga.

4. Strategi coping (coping strategies)

Strategi menangani masalah dalam keluarga mewakili kompetensi

dan resiliensi. Coping mengarah pada respon yang sesuai terhadap

tekanan, kompetensi mengarah pada karakteristik yang dibutuhkan

untuk melakukan adaptasi yang baik dan resiliensi mencerminkan hasil

ketika kompetensi dan coping dilakukan.

Strategi coping memberikan gambaran bagaimana keluarga

menangani masalah, menggunakan respon yang tepat dan mampu

beradaptasi dengan kesulitan sehingga memunculkan kemampuan

menghadapi masalah.

Dinamika Resiliensi Keluarga…, Maulida Khikmawati, Fakultas Psikologi UMP, 2016

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Resiliensi Keluarga 1. Definisi ...repository.ump.ac.id/2913/3/Maulida Khikmawati_BAB II.pdf · Definisi Resiliensi Keluarga . Menurut McCubbin dan McCubbin

20

5. Komunikasi (communication)

Komunikasi merupakan aspek kunci dari keberfungsian keluarga.

Komunikasi efektif sangat penting dibangun dalam keluarga untuk

menentukan pengambilan keputusan, bernegosiasi, menyepakati

keputusan bersama, dan hubungan timbal balik satu sama lain dalam

kehidupan keluarga.

Komponen resiliensi keluarga juga dikemukakan oleh Otto (dalam

McCubin, 1998; Puspitawati, 2012) meliputi hal-hal sebagai berikut :

a. Keutuhan keluarga, loyalitas dan kerjasama dalam keluarga

b. Ikatan emosi yang kuat

c. Saling menghormati antar anggota keluarga

d. Fleksibilitas dalam melaksanakan peran keluarga

e. Kemampuan pengasuhan dan perawatan tumbuh kembang anak

f. Komunikasi yang efektif

g. Kemampuan mendengarkan dengan sensitif

h. Pemenuhan kebutuhan spiritual keluarga

i. Kemampuan memelihara hubungan dengan lingkungan luar keluarga

j. Kemampuan untuk meminta bantuan apabila dibutuhkan

k. Kemampuan untuk berkembang melalui pengalaman

l. Mencintai dan mengerti

m. Komitmen spiritual

n. Berpartisipasi aktif dalam masyarakat.

Dinamika Resiliensi Keluarga…, Maulida Khikmawati, Fakultas Psikologi UMP, 2016

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Resiliensi Keluarga 1. Definisi ...repository.ump.ac.id/2913/3/Maulida Khikmawati_BAB II.pdf · Definisi Resiliensi Keluarga . Menurut McCubbin dan McCubbin

21

Artinya, komponen atau aspek yang telah disebutkan akan

mendorong terbentuknya keluarga yang resilien, yakni keluarga yang

mampu menghadapi kesulitan, bangkit dengan cara-cara yang positif dari

kesulitan tersebut.

3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Resiliensi Keluarga

Simon, Murphy dan Smith (dalam Wandasari, 2012) menjelaskan

tiga hal yang dapat memengaruhi resiliensi keluarga :

a. Durasi situasi sulit yang dihadapi

Mencakup berapa lama keluarga tersebut mengalami situasi sulit.

McCubbin dan McCubbin (1998) menjelaskan bahwa keluarga yang

mengalami situasi sulit dalam jangka waktu yang relatif singkat,

hanya memerlukan perubahan dalam keluarga, sedangkan keluarga

yang mengalami situasi dalam jangka waktu panjang memerlukan

penyesuaian terhadap situasi yang dialami.

b. Tahap perkembangan keluarga

Tahap perkembangan pada saat keluarga mengalami krisis atau

tantangan, memengaruhi resiliensi keluarga (McCubbin dan

McCubbin, 1988; Walsh, 1998). Tahap perkembangan keluarga ini

memengaruhi jenis tantangan atau krisis yang dihadapi dan kekuatan

yang dimiliki keluarga untuk dapat mengatasi dan bangkit dari krisis

atau tantangan tersebut.

Dinamika Resiliensi Keluarga…, Maulida Khikmawati, Fakultas Psikologi UMP, 2016

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Resiliensi Keluarga 1. Definisi ...repository.ump.ac.id/2913/3/Maulida Khikmawati_BAB II.pdf · Definisi Resiliensi Keluarga . Menurut McCubbin dan McCubbin

22

c. Sumber dukungan internal dan eksternal

Sumber dukungan internal dan eksternal yang digunakan saat

menghadapi situasi sulit juga dapat memengaruhi resiliensi (Walsh,

2006). McCubbin dan McCubbin berpendapat bahwa keluarga yang

tidak hanya mengandalkan dukungan internal, tetapi juga mencari

dukungan dari lingkungan sosial seperti keluarga besar, teman dan

anggota komunitasnya menunjukkan resiliensi yang lebih besar

(Murphy dan Smith, 2005;Wandasari, 2012)

B. Keluarga

1. Definisi Keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala

keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat

di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes RI,

1998 dalam Kertamuda, 2009).

Keluarga merupakan hubungan atau interaksi antara dua orang atau

lebih dan mempunyai ikatan darah, ikatan karena pernikahan, kekerabatan

yang didalamnya terdapat suatu sistem yang saling mengikat satu sama

lain seperti adanya aturan, perbedaan budaya dan perbedaan peran setiap

anggota (Kertamuda, 2009).

2. Bentuk-bentuk Keluarga

Kertamuda (2009) menyebutkan bahwa keluarga di Indonesia sangat

kuat dipengaruhi oleh suatu sistem, baik itu kekerabatan, budaya, aturan-

Dinamika Resiliensi Keluarga…, Maulida Khikmawati, Fakultas Psikologi UMP, 2016

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Resiliensi Keluarga 1. Definisi ...repository.ump.ac.id/2913/3/Maulida Khikmawati_BAB II.pdf · Definisi Resiliensi Keluarga . Menurut McCubbin dan McCubbin

23

aturan yang berlaku dan juga sistem nilai yang ada. Bentuk keluarga juga

erat kaitannya dengan semakin kompleksnya kehidupan saat ini yang

ditimbulkan oleh status sosial dan ekonomi dan juga dinamika yang terjadi

dalam keluarga Indonesia. Terdapat beberapa tipe/bentuk keluarga,

diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Keluarga batih (Nuclear family)

Keluarga batih merupakan satu unit keluarga terkecil yang terdiri

atas ayah, ibu dan anak. Keluarga batih tidak menjalin hubungan

fungsional yang berorientasi pada kerabat dari keluarga salah satu

pihak (Goode; Sunarto; Kertamuda, 2009).

Keluarga batih sebagai keluarga inti memiliki keunggulan, yaitu

keakraban yang terjalin dalam hubungan satu anggota keluarga dengan

anggota lain. Keakraban dapat menciptakan suatu komunikasi yang

baik satu dengan yang lain. Di samping keunggulan dalam

komunikasi, keluarga batih di satu sisi memiliki kekurangan, yaitu

keterbatasan anggota dalam keluarga sehingga interaksi yang terjadi

hanya terbatas pada keterlibatan orang yang di luar keluarga akan

sangat sulit diterima.

b. Keluarga luas (Extended family)

Keluarga luas terdiri atas beberapa keluarga batih. Salah satu

ciri keluarga luas adalah joint family, yang terdiri atas beberapa orang

kakak beradik beserta anak-anak mereka, dan saudara kandung

perempuan mereka yang belum menikah (Sunarto, dalam Kertamuda,

Dinamika Resiliensi Keluarga…, Maulida Khikmawati, Fakultas Psikologi UMP, 2016

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Resiliensi Keluarga 1. Definisi ...repository.ump.ac.id/2913/3/Maulida Khikmawati_BAB II.pdf · Definisi Resiliensi Keluarga . Menurut McCubbin dan McCubbin

24

2009). Keluarga luas merupakan keluarga yang di dalamnya termasuk

sejumlah keluarga ini adalah salah satu ciri dari keluarga Indonesia,

dimana ikatan darah menjadi pemersatu dalam hubungan satu dengan

yang lain.

c. Keluarga konjugal atau pertalian (Conjugal family)

Keluarga ini terdiri atas pasangan suami istri beserta anak dan

mepunyai hubungan dengan kerabat dari keluarga yang berorientasi

pada salah atau kedua belah pihak (Goode; Sunarto; Kertamuda, 2009).

Keluarga konjugal yang seringkali ditemui adalah adanya kerabat

(bukan ikatan darah) yang tinggal dengan keluarga tersebut.

d. Keluarga dengan orang tua tunggal (Single parent family)

Keluarga dengan orang tua tunggal merupakan keluarga yang

hanya salah satu dari orang tua yang tinggal bersama anaknya

(mungkin ibu, mungkin ayah) dan bertanggung jawab sepenuhnya atas

anak setelah kematian pasangannya, perceraian atau karena kelahiran

anak di luar nikah (Hurlock dalam Kertamuda, 2009)

3. Fungsi Keluarga

Benokraitis (dalam Kertamuda, 2009) mengemukakan lima fungsi dari

keluarga yang terdiri dari :

a. Mengatur aktivitas seksual

Setiap masyarakat mempunyai norma atau aturan dalam

hubungan seksual. Terdapat banyak hubungan seksual yang melanggar

hukum dan norma yang berlaku di masyarakat. Misalnya, hubungan

Dinamika Resiliensi Keluarga…, Maulida Khikmawati, Fakultas Psikologi UMP, 2016

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Resiliensi Keluarga 1. Definisi ...repository.ump.ac.id/2913/3/Maulida Khikmawati_BAB II.pdf · Definisi Resiliensi Keluarga . Menurut McCubbin dan McCubbin

25

seksual yang terjadi antara saudara sedaran atau dikenal dengan inses

(incest), seperti hubungan antara kakak dan adik, ayah dan anak

kandung, panan dan keponakan, kakek dan cucu.

b. Tempat anak bersosialisasi

Anak menyerap banyak hal dari keluarga seperti sikap,

keyakinan, serta nilai-nilai dalam keluarga, dan anak juga belajar

kemampuan dalam berinteraksi yang kelak dapat bermanfaat dalam

kehidupannya di masa mendatang.

c. Jaminan dan keamanan secara ekonomi

Keluarga sangat berperan dalam pemenuhan kebutuhan baik itu

keamanan stabilitas finansial seperti makanan, perlindungan, pakaian

dan sumber materi untuk kelangsungan hidup.

d. Pemberi dukungan emosional

Keluarga adalah kelompok utama yang penting karena keluarga

memberikan dukungan, cinta dan kebutuhan emosional yang membuat

anggota keluarga terpenuhi kebutuhannya, sehinggga membuat mereka

bahagia.

e. Tempat status sosial

Kelas sosial dapat dikategorikan sama dengan tingkat dalam

kemasyarakatan yang terkait dengan kekayaan, pendidikan, kekuatan,

prestise, dan sumber nilai-nilai. Kelas sosial dapat memengaruhi

kehidupan keluarga. Misalnya dari mana asal keluarga, berapa jumlah

anak, bagaimana hubungan orang tua dan anaknya, hingga bagaimana

Dinamika Resiliensi Keluarga…, Maulida Khikmawati, Fakultas Psikologi UMP, 2016

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Resiliensi Keluarga 1. Definisi ...repository.ump.ac.id/2913/3/Maulida Khikmawati_BAB II.pdf · Definisi Resiliensi Keluarga . Menurut McCubbin dan McCubbin

26

pasangan saling berinteraksi yang dapat mencerminkan kelas sosial

dari suatu keluarga.

C. Fase-Fase dan Dimensi Duka Cita

1. Fase Duka Cita

Duka cita (grieve) adalah kelumpuhan emosional, tidak percaya,

kecemasan akan berpisah, putus asa, sedih dan kesepian yang menyertai di

saat kita kehilangan orang yang kita cintai. (Santrock, 2007).

Feldman, dkk. (2007) menjelaskan bahwa duka karena kehilangan –

kehilangan seseorang yang dirasakan dekat dan proses menyesuaikan diri

dengan kondisi tersebut- secara praktik dapat memengaruhi semua aspek

kehidupan mereka yang ditinggalkan. Kehilangan sering kali membawa

perubahan dalam status dan peran (misalnya, dari seorang isteri menjadi

janda atau dari seorang nak menjadi seorang piatu). Kondisi tersebut dapat

memiliki konsekuensi sosial dan ekonomi-kehilangan teman dan

terkadang pemasukan. Akan tetapi, pertama-tama adalah rasa duka –

respon emosional yang dialami pada awal fase berduka.

Santrock (2007) menjelaskan bahwa di fase awal, orang yang

ditinggalkan akan merasa terkejut, tidak percaya, dan lumpuh, sering

menangis atau mudah marah. Fase ini terjadi sesaat setelah kematian dan

biasanya berlangsung selama 1-3 hari.

Fase kedua ditandai dengan perasaan sakit yang berkepanjangan

akibat kematian, memori dan gambaran-gambaran visual mengenai

kematian, kesedihan dan susah tidur, mudah tersinggung dan kegelisahan.

Dinamika Resiliensi Keluarga…, Maulida Khikmawati, Fakultas Psikologi UMP, 2016

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Resiliensi Keluarga 1. Definisi ...repository.ump.ac.id/2913/3/Maulida Khikmawati_BAB II.pdf · Definisi Resiliensi Keluarga . Menurut McCubbin dan McCubbin

27

Muncul tidak lama setelah kematian, dan fase ini sering memuncak di

minggu kedua hingga keempat setelah kematian dan biasanya mereda

setelah beberapa bulan, tetapi dapat juga bertahan hingga 1-2 tahun.

Fase ketiga, biasanya terjadi 1 tahun setelah kematian. Fase resolusi

duka cita ini ditandai dengan mengingat aktivitas sehari-hari dengan orang

yang meninggal, kemudian kembali menjalin hubungan baru dengan orang

lain.

Sementara itu, menurut Kubbler-Ross dikutip dari blog.kenz.or.id,

dijelaskan bahwa ada lima fase yang biasanya dilalui oleh seseorang ketika

mengalami duka cita akibat kematian anggota keluarga. Tahapan tersebut

terbagi menjadi lima tahap yakni sebagai berikut :

a. Shock (terkejut)

Pada tahapan ini rasa tidak percaya akan kematian orang tua

terjadi. Anggota keluarga terkejut, diikuti berbagai macam reaksi

psikologis seperti kesedihan, perasaan kehilangan, menangis dan

tertekan.

b. Denial (penyangkalan)

Pada tahapan kedua, anggota keluarga berusaha menyangkal

kematian dengan mengatakan hal tersebut tidak boleh terjadi karena

tidak ingin berpisah dengan salah satu orang tua.

c. Anger (kemarahan)

Pada tahapan ini, anggota keluarga mulai mengungkit penyebab

kematian dan menyalahkan orang-orang yang terlibat serta

Dinamika Resiliensi Keluarga…, Maulida Khikmawati, Fakultas Psikologi UMP, 2016

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Resiliensi Keluarga 1. Definisi ...repository.ump.ac.id/2913/3/Maulida Khikmawati_BAB II.pdf · Definisi Resiliensi Keluarga . Menurut McCubbin dan McCubbin

28

menyesalinya. Hal tersebut seperti menyalahkan Tuhan, menyalahkan

situasi dan orang lain, dokter, tim medis dan hal lainnya.

d. Mourning (berkabung)

Fase ini merupakan fase yang berlangsung cukup lama, bisa

berlangsung beberapa bulan atau mungkin beberapa tahun. Perasaan

depresi, rasa bersalah, rasa kehilangan, kesepian, panik dan menangis

tanpa pemicu yang jelas bisa saja ditampakkan dalam fase ini, bahkan

bisa termanifestasi dalam penyakit fisik ringan.

e. Recovery (pemulihan)

Pada fase ini, anggota keluarga mulai pulih dari perasaan

kehilangan seiring dengan berjalannya waktu. Anggota keluarga yang

ditinggalkan mulai bisa menjalani aktivitas sehari-hari dengan baik dan

telah menerima kehilangan tanpa kesedihan seperti sebelumnya.

Sementara itu, John Bowlbly (dalam Brooks, 2011) menjelaskan

empat fase dalam proses kedukaan : (1) sebuah periode kekakuan yang

berlangsung berjam-jam atau berminggu-minggu dimana seseorang harus

menerima fakta kematian, tetapi belum mampu meredakan emosi karena

lukanya sangat besar, (2) periode memprotes dan merindukan di mana

seseorang menolak menerima fakta kematian dan mencari-cari orang yang

meninggal, (3) periode kesedihan dan putus asa dimana kenyataan

kematian telah diterima secara emosional dan hidup tanpa orang tersebut

terlihat tidak tertahankan, dan (4) periode pengaturan hidup kembali untuk

meneruskan hidup tanpa orang tersebut.

Dinamika Resiliensi Keluarga…, Maulida Khikmawati, Fakultas Psikologi UMP, 2016

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Resiliensi Keluarga 1. Definisi ...repository.ump.ac.id/2913/3/Maulida Khikmawati_BAB II.pdf · Definisi Resiliensi Keluarga . Menurut McCubbin dan McCubbin

29

Tidak ada waktu spesifik mengenai berapa lama seseorang berduka.

Anak mungkin melalui kedukaan lebih cepat dibandingkan orang dewasa.

Diperkirakan biasanya satu tahun merupakan jangka waktu yang umum

untuk berduka, dan merasa sedih dan berduka setelah setahun

mengindikasikan adanya masalah. Dibutuhkan 2 tahun atau lebih sebelum

orang-orang mengatur kembali hidupnya dan mencapai keseimbangan

emosional yang stabil. Namun, akan tetap ada pengingat dan kemunculan

tiba-tiba pada kedukaan yang mendalam (Brooks, 2011).

2. Dimensi Duka Cita

Menurut Jacob (dalam Santrock, 2007) duka cita tidaklah sederhana,

tidak hanya sekedar pernyataan emosi, tetapi lebih kompleks, proses yang

lambat laun terjadi, bersifat multi-dimensi. Hal tersebut meliputi:

a. Kerinduan terhadap orang yang meninggal

b. Rasa cemasa karena perpisahan dengan orang yang meninggal

c. Reaksi yang bersifat tiba-tiba terhadap kehilangan yang

mengakibatkan emosi tumpul, kelumpuhan dan ketidakpercayaan, dan

ledakan kepanikan atau penuh dengan air mata yang berlebihan

d. Keputusasaan dan kesedihan yang mengandung penolakan, gejala

deprsif, apatis, kehilangan arti mengenai kegiatan yang melibatkan

orang yang telah pergi dan perasaan kesunyian.

Dinamika Resiliensi Keluarga…, Maulida Khikmawati, Fakultas Psikologi UMP, 2016

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Resiliensi Keluarga 1. Definisi ...repository.ump.ac.id/2913/3/Maulida Khikmawati_BAB II.pdf · Definisi Resiliensi Keluarga . Menurut McCubbin dan McCubbin

30

D. Dinamika Resiliensi Keluarga pada Keluarga yang Salah Satu Orang

tuanya telah Meninggal

Nevid dkk. (2003) menjelaskan bahwa peristiwa menyedihkan

kehilangan orang yang dicintai seperti pasangan atau orang tua menjadi

peristiwa perubahan hidup yang menjadi sumber stres dan membutuhkan

penyesuaian diri yang amat sulit.

Bagi anak, kematian orang tua merupakan “kehilangan terburuk”. Anak

telah kehilangan sosok tempat ia bergantung untuk mendapatkan keamanan

dalam hidup, dan orang tua yang masih hidup kehilangan pendampingnya

(Brooks, 2011).

Setelah kematian salah satu orang tua, orang tua yang masih hidup

menghadapi tanggungjawab baru untuk melindungi anak-anaknya sendiri

(Schonfeld & Quackenbush, 2009). Kematian salah satu orang tua, mengubah

bentuk keluarga yang awalnya terdiri dari ayah, ibu dan anak menjadi

keluarga dengan satu orang tua/single parent family. Keluarga dengan orang

tua tunggal merupakan keluarga yang hanya salah satu dari orang tua yang

tinggal bersama anaknya (mungkin ibu, mungkin ayah) dan

bertanggungjawab sepenuhnya atas anak setelah kematian pasangannya

(Hurlock dalam Kertamuda, 2009).

Berubahnya bentuk keluarga menuntut keluarga tersebut untuk kembali

menyesuaikan diri pada situasi kehilangan dengan melewati fase-fase sulit

dalam masa duka cita. Dalam masa duka cita, anggota keluarga memiliki

dinamika psikologis seperti kelumpuhan emosional, tidak percaya, kecemasan

Dinamika Resiliensi Keluarga…, Maulida Khikmawati, Fakultas Psikologi UMP, 2016

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Resiliensi Keluarga 1. Definisi ...repository.ump.ac.id/2913/3/Maulida Khikmawati_BAB II.pdf · Definisi Resiliensi Keluarga . Menurut McCubbin dan McCubbin

31

akan berpisah, putus asa, sedih dan kesepian yang menyertai di saat seseorang

kehilangan orang yang dicintai (Santrock, 2007).

Selain dinamika psikologis yang dialami masing-masing anggota

keluarga, Feldman, dkk. (2007) menjelaskan bahwa duka karena kehilangan

–kehilangan seseorang yang dirasakan dekat dan proses menyesuaikan diri

dengan kondisi tersebut– secara praktik dapat memengaruhi semua aspek

kehidupan mereka yang ditinggalkan. Kehilangan sering kali membawa

perubahan dalam status dan peran (misalnya, dari seorang isteri menjadi janda

atau dari seorang anak menjadi seorang piatu). Kondisi tersebut dapat

memiliki konsekuensi sosial dan ekonomi.

Tidak bisa dihindarkan bahwa fase duka dan perasaan kehilangan dalam

keluarga mempengaruhi kondisi keluarga. Beralihnya bentuk keluarga

menjadi keluarga dengan orang tua tunggal membuat fungsi keluarga berubah

dan membutuhkan penyesuaian kembali selama fase krisis. Oleh karena itu,

keluarga harus memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan situasi sulit

secara positif agar dapat kembali bangkit dari masa krisis yang dialami.

Kemampuan tersebut menurut McCubbin dan McCubbin (1998),

disebut dengan resiliensi keluarga. Resiliensi keluarga merupakan pola

perilaku positif dan kemampuan fungsional yang dimiliki oleh individu dan

keluarga yang ditampilkan dalam situasi sulit atau menekan. Pola perilaku

positif dan kemampuan fungsional ini menentukan kemampuan keluarga

untuk pulih dengan tetap mempertahankan integritasnya sebagai sebuah

Dinamika Resiliensi Keluarga…, Maulida Khikmawati, Fakultas Psikologi UMP, 2016

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Resiliensi Keluarga 1. Definisi ...repository.ump.ac.id/2913/3/Maulida Khikmawati_BAB II.pdf · Definisi Resiliensi Keluarga . Menurut McCubbin dan McCubbin

32

kesatuan dengan tetap mempertahankan dan memperbaiki kesejahteraan

anggota keluarga dan unit keluarga secara keseluruhan.

Untuk mengurangi dampak negatif dari kejadian sulit yang dialami

seperti kematian salah satu orang tua, maka Walsh (2006) menyebutkan

bahwa proses resilensi keluarga berperan sebagai faktor pelindung. Ketiga

proses kunci tersebut adalah sistem keyakinan, pola organisasi dan proses

komunikasi.

Walsh (2003) mengemukakan tiga area kunci dalam sistem keyakinan

keluarga yaitu: memberi makna pada kesulitan, pandangan yang positif, serta

transenden dan spiritualitas. Pada kunci kedua yakni pola organisasi, terdiri

dari fleksibilitas, keterhubungan, dan sumber daya sosial dan ekonomi. Kunci

ketiga yakni proses komunikasi, terdiri dari kejelasan, ungkapan emosi dan

penyelesaian masalah yang kolaboratif.

Untuk mencapai keluarga yang resilien pasca-kematian salah satu orang

tua, diperlukan proses yang panjang dan berbeda-beda pada masing-masing

keluarga. Oleh karena itu, dalam penelitian ini, tidak menjelaskan apakah

salah satu keluarga dinyatakan resilien atau tidak, melainkan untuk meneliti

dinamika resilensi dalam keluarga. Dinamika resiliensi keluarga dijabarkan

melalui aspek-aspek resiliensi keluarga, yang memberikan gambaran

bagaimana keluarga tersebut menghadapi dan menjalani fase duka sebagai

masa sulit dalam keluarga.

Penjelasan diatas, dapat dijelaskan sebagai kerangka berpikir dalam

penelitian yang digambarkan sebagai berikut :

Dinamika Resiliensi Keluarga…, Maulida Khikmawati, Fakultas Psikologi UMP, 2016

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Resiliensi Keluarga 1. Definisi ...repository.ump.ac.id/2913/3/Maulida Khikmawati_BAB II.pdf · Definisi Resiliensi Keluarga . Menurut McCubbin dan McCubbin

33

Gambar 1. Kerangka berfikir penelitian

Keluarga Inti

Salah satu orang tua

meninggal

1. Menghadapi duka cita

sebagai masa sulit yang

dialami oleh keluarga

2. Kesulitan yang dihadapi

setelah kematian salah satu

orang tua

1. Pola keyakinan

2. Sistem organisasi

3. Komunikasi

Dinamika Resilensi

Keluarga

Dinamika Resiliensi Keluarga…, Maulida Khikmawati, Fakultas Psikologi UMP, 2016

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Resiliensi Keluarga 1. Definisi ...repository.ump.ac.id/2913/3/Maulida Khikmawati_BAB II.pdf · Definisi Resiliensi Keluarga . Menurut McCubbin dan McCubbin

Dinamika Resiliensi Keluarga…, Maulida Khikmawati, Fakultas Psikologi UMP, 2016