bab ii kajian pustaka a. landasan teori 2.1 deskripsi...
TRANSCRIPT
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
2.1 Deskripsi Teori
2.1.1 Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari kata Latin “movere” yang berarti dorongan atau
menggerakkan. “Motivasi sangat diperlukan dalam pelaksanaan aktivitas
manusia karena motivasi merupakan hal yang dapat menyebabkan,
menyalurkan dan mendukung perilaku manusia supaya mau bekerja giat dan
antusias untuk mencapai hasil yang optimal” (Malayu S.P Hasibuan,
2001:141).
Menurut G.R. Terry yang diterjemahkan oleh J Smith D.F.M
(2003:130), “Motivasi dapat diartikan sebagai suatu usaha agar seseorang
dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan semangat karena ada tujuan yang
ingin dicapai”. Manusia mempunyai motivasi yang berbeda tergantung dari
banyaknya faktor seperti kepribadian, ambisi, pendidikan dan usia.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2000 : 114) “motivasi adalah
perubahan energi dalam diri seseorang itu berbentuk suatu aktivitas
nyata berupa kegiatan fisik, karena seseorang mempunyai tujuan
tertentu dari aktivitasnya, maka seseorang mempunyai motivasi
yang kuat untuk mencapainya dengan segala upaya yang dapat dia
lakukan untuk mencapainya”.
Dapat disimpulkan bahwa seseorang dikatakan berhasil dalam belajar
apabila didalam dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar, sebab tanpa
11
mengerti apa yang akan dipelajari dan tidak memahami mengapa hal tersebut
perlu dipelajari, maka kegiatan belajar mengajar sulit untuk mencapai
keberhasilan. Keinginan atau dorongan inilah yang disebut sebagai motivasi.
Dengan motivasi orang akan terdorong untuk bekerja mencapai
sasaran dan tujuannya karena yakin dan sadar akan kebaikan, kepentingan
dan manfaatnya. Bagi peserta didik motivasi ini sangat penting karena dapat
menggerakkan perilaku peserta didik kearah yang positif sehingga mampu
menghadapi segala tuntutan, kesulitan serta menanggung resiko dalam
belajar.
Dalam kaitannya dengan belajar, motivasi sangat erat hubungannya
dengan kebutuhan aktualisasi diri sehingga motivasi paling besar
pengaruhnya pada kegiatan belajar peserta didik yang bertujuan untuk
mencapai prestasi tinggi. Apabila tidak ada motivasi belajar dalam diri
peserta didik, maka akan menimbulkan rasa malas untuk belajar baik dalam
mengikuti proses belajar mengajar maupun mengerjakan tugas-tugas individu
dari guru. Orang yang mempunyai motivasi yang tinggi dalam belajar maka
akan timbul minat yang besar dalam mengerjakan tugas, membangun sikap
dan kebiasaan belajar yang sehat melalui penyusunan jadual belajar dan
melaksanakannya dengan tekun.
Indikator dari motivasi, yaitu:
1. Cita-cita.
Cita-cita adalah sesuatu target yang ingin dicapai. Target ini
diartikan sebagai tujuan yang ditetapkan dalam suatu kegiatan yang
12
mengandung makna bagi seseorang. Munculnya cita-cita seseorang
disertai dengan perkembangan akar, moral kemauan, bahasa dan nilai-nilai
kehidupan yang juga menimbulkan adanya perkembangan kepribadian.
2. Kemampuan belajar.
Setiap peserta didik memiliki kemampuan belajar yang berbeda.
Hal ini diukur melalui taraf perkembangan berpikir peserta didik, dimana
peserta didik yang taraf perkembangan berpikirnya konkrit tidak sama
dengan peserta didik yang sudah sampai pada taraf perkembangan berpikir
rasional. Peserta didik yang merasa dirinya memiliki kemampuan untuk
melakukan sesuatu, maka akan mendorong dirinya berbuat sesuatu untuk
dapat mewujudkan tujuan yang ingin diperolehnya dan sebaliknya yang
merasa tidak mampu akan merasa malas untuk berbuat sesuatu.
3. Kondisi peserta didik.
Kondisi peserta didik dapat diketahui dari kondisi fisik dan kondisi
psikologis, karena peserta didik adalah makluk yang terdiri dari kesatuan
psikofisik. Kondisi fisik peserta didik lebih cepat diketahui daripad kondisi
psikologis. Hal ini dikarenakan kondisi fisik lebih jelas menunjukkan
gejalanya daripada kondisi psikologis.
4. Kondisi lingkungan.
Kondisi lingkungan merupakan unsur yang datang dari luar diri
peserta didik yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
Lingkungan fisik sekolah, sarana dan prasarana perlu ditata dan dikelola
agar dapat menyenangkan dan membuat peserta didik merasa nyaman
13
untuk belajar. Kebutuhan emosional psikologis juga perlu mendapat
perhatian, misalnya kebutuhan rasa aman, berprestasi, dihargai, diakui
yang harus dipenuhi agar motivasi belajar timbul dan dapat dipertahankan.
5. Unsur-unsur dinamis dalam belajar.
Unsur-unsur dinamis adalah unsur-unsur yang keberadaannya
didalam proses belajar tidak stabil, kadang-kadang kuat, kadang-kadang
lemah dan bahkan hilang sama sekali misalnya gairah belajar, emosi
peserta didik dan lain-lain. Peserta didik memiliki perasaan, perhatian,
kemauan, ingatan, dan pikiran yang mengalami perubahan selama proses
belajar, kadang-kadang kuat atau lemah.
6. Upaya guru membelajarkan peserta didik.
Upaya guru membelajarkan peserta didik adalah usaha guru dalam
mempersiapkan diri untuk membelajarkan peserta didik mulai dari
penguasaan materi, cara menyampaikannya, menarik perhatian
peserta didik dan mengevaluasi hasil belajar peserta didik. Bila
upaya guru hanya sekedar mengajar, artinya keberhasilan guru
yang menjadi titik tolak, besar kemungkinan peserta didik tidak
tertarik untuk belajar sehingga motivasi belajar peserta didik
menjadi melemah atau hilang (Max Darsono, 2000:65 ; Dimyati
dan Mudjiono, 1994:90-92).
2.1.2 Fungsi Motivasi
Motivasi mempunyai fungsi yang sangat penting dalam belajar peserta
didik, karena motivasi akan menentukan intensitas usaha belajar yang
dilakukan oleh peserta didik. Hawley (Yusuf, 2003 : 14) menyatakan bahwa
“para peserta didik yang memiliki motivasi yang tinggi, belajarnya lebih baik
dibandingkan dengan para peserta didik yang memiliki motivasi rendah”. Hal
ini berarti peserta didik yang memiliki motivasi belajar tinggi akan tekun
14
dalam belajar dan terus belajar secara kontinyu tanpa mengenal putus asa
serta dapat mengesampingkan hal-hal yang dapat mengganggu kegiatan
belajar.
Menurut Sardiman (2004:83) fungsi motivasi adalah :
1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor
yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor
penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
2. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak
dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberi arah dan kegiatan
yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa
yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan
menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan
tersebut. Seseorang peserta didik yang akan melakukan kegiatan
belajar dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain kartu
atau membaca komik, sebab tidak serasi dengan tujuan.
Dari pendapat di atas sangat jelas bahwa motivasi sangat penting
dalam proses belajar mengajar, karena motivasi dapat mendorong peserta
didik untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu yang berhubungan dengan
kegiatan belajar mengajar. Dalam proses belajar mengajar tersebut diperlukan
suatu upaya yang dapat meningkatkan motivasi peserta didik, sehingga
peserta didik yang bersangkutan dapat mencapai hasil belajar yang optimal.
15
Pentingnya motivasi bagi peserta didik menurut Diimyati dan
Mudjiono, (1994: 79) adalah :
a. Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil akhir
belajar.
b. Menginformasikan tentang usaha belajar, bila dibanding dengan
teman sebaya sebagai ilustrasi, terbukti kegiatan usahanya belum
memadai, maka ia berusaha setekun mungkin agar berhasil.
c. Mengarahkan kegiatan belajar, mengetahui bahwa dirinya belum
belajar secara efektif, maka ia mengubah perilaku belajarnya.
d. Membesarkan semangat belajar.
e. Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian
bekerja.
Gejala kurang motivasi belajar akan dimanifestasikan, baik secara
langsung maupun tidak langsung dalam tingkah laku. Beberapa ciri tingkah
laku yang berhubungan dengan rendahnya motivasi belajar :
a. Malas melakukan tugas kegiatan belajar, seperti malas mengerjakan
PR, malas dalam membaca, dan lain-lain.
b. Bersikap acuh tak acuh, menentang dan sebagainya
c. Menunjukkan hasil belajar yang rendah dibawah nilai rata-rata yang
dicapai kelompoknya atau kelas.
d. Menunjukkkan tingkah laku sering membolos, tidak mengerjakan
tugas yang diberikan dan sebagainya.
16
e. Menunjukkan gejala emosional yang tidak wajar seperti pemarah,
mudah tersinggung
2.1.3 Jenis Motivasi
Jenis- jenis motivasi belajar, menurut Sardiman AM (2001: 88-90)
motivasi dibagi menjadi dua tipe atau kelompok yaitu intrinsik dan
ekstrinsik:
1. Motivasi intrinsik
Motivasi intrinsik merupakan motif-motif yang menjadi aktif atau
berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap
individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Contohnya
seseorang yang senang membaca tidak usah disuruh atau
mendorongnya, ia sudah rajin membaca buku-buku untuk dibacanya.
2. Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik merupakan motif-motif yang aktif dan
berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Contohnya
seseorang itu belajar, karena tahu besok pagi ada ujian dengan harapan
akan mendapatkan nilai baik, atau agar mendapatkan hadiah. Jadi
kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya, tidak secara
langsung bergayut dengan esensi apa yang dilakukannya itu.
2.1.4 Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah hal atau keadaan yang datang dari luar
individu peserta didik, yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan
belajar. Bentuk motivasi ekstrinsik ini merupakan suatu dorongan yang tidak
17
secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar, misalnya peserta didik rajin
belajar untuk memperoleh hadiah yang telah dijanjikan oleh orang tuanya,
pujian dan hadiah, peraturan atau tata tertib sekolah, suri tauladan orang tua,
guru dan lain-lain merupakan contoh konkrit dari motivasi ekstrinsik yang
dapat mendorong peserta didik untuk belajar.
Motivasi ekstrinsik merupakan motif-motif yang aktif dan
berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Contohnya seseorang itu
belajar, karena tahu besok pagi ada ujian dengan harapan akan mendapatkan
nilai baik, atau agar mendapatkan hadiah. Jadi kalau dilihat dari segi tujuan
kegiatan yang dilakukannya, tidak secara langsung bergayut dengan esensi
apa yang dilakukannya itu.
Motivasi ekstrinsik bukan berarti motivasi yang tidak diperlukan dan
tidak baik dalam pendidikan. Motivasi ekstrinsik diperlukan agar anak didik
mau belajar. Berbagai macam cara bisa dilakukan agar anak didik termotivasi
untuk belajar.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2000 : 117) yang tergolong bentuk
motivasi belajar ekstrinsik antara lain:
a. Belajar demi memenuhi kewajiban.
b. Belajar demi menghindari hukuman yang diancam.
c. Belajar demi memperoleh hadiah material yang dijanjikan.
d. Belajar demi meningkatkan gengsi sosial.
e. Belajar demi tuntutan jabatan yang ingin dipegang atau demi
memenuh persyaratan kenaikan jenjang.
18
f. Belajar demi memperoleh pujian dari orang yang penting.
Motivasi sangat penting untuk mencapai keberhasilan peserta didik
dalam belajar. Motivasi belajar merupakan motor penggerak yang
mengaktifkan peserta didik untuk melibatkan diri (Winkel, 2004 : 186).
Motivasi yang kuat akan membuat peserta didik sanggup bekerja keras
untuk mencapai sesuatu yang menjadi tujuannya, dan motivasi itu muncul
karena dorongan adanya kebutuhan.
Dorongan seseorang untuk belajar menurut Maslow yang mengutip
dari Jess Feist dan Gregory J. Feist (2010:332) sebagai berikut:
a. Kebutuhan fisiologis, seperti lapar, haus, kebutuhan untuk istirahat
dan sebagainya.
b. Kebutuhan akan keamanan, yakni rasa aman bebas dari rasa takut dan
kecemasan.
c. Kebutuhan akan cinta kasih dan keberadaan, rasa diterima dalam suatu
masyarakat atau golongan (keluarga, sekolah, kelompok).
d. Kebutuhan akan penghargaan
e. Kebutuhan untuk mewujudkan diri sendiri (aktualisasi diri), yakni
mengembangkan bakat dengan usaha mencapai hasil dalam bidang
pengetahuan, sosial dan pembentukan pribadi.
Dari berbagai macam kebutuhan tersebut, ada cara untuk
merangsang motivasi belajar peserta didik yang merupakan dorongan
intrinsik. Menurut Sardiman (2001:90) beberapa cara menumbuhkan
motivasi belajar di sekolah adalah dengan:
19
a. Memberikan angka sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya.
b. Hadiah
c. Persaingan / kompetisi baik individu maupun kelompok.
d. Ego-invoicement, sebagai tantangan untuk mempertaruhkan harga
diri.
e. Memberi ulangan
f. Mengetahui hasil
g. Pujian
h. Hukuman
i. Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar.
Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta
didik.
j. Membentuk kebiasaan belajar yang baik.
k. Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun
kelompok.
l. Menggunakan metode yang bervariasi
Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan faktor motivasi ekstrinsik ada
beberapa yang menunjang
1. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik.
Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang
guru menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus yang akan
20
dicapainya kepada peserta didik. Makin jelas tujuan maka makin besar
pula motivasi dalam belajar.
2. Hadiah
Berikan hadiah untuk peserta didik yang berprestasi. Hal ini akan
memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di
samping itu, peserta didik yang belum berprestasi akan termotivasi
untuk bisa mengejar peserta didik yang berprestasi.
3. Saingan/kompetisi
Guru berusaha mengadakan persaingan di antara peserta didiknya
untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil
prestasi yang telah dicapai sebelumnya.
4. Pujian
Sudah sepantasnya peserta didik yang berprestasi untuk diberikan
penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun.
5. Hukuman
Hukuman diberikan kepada peserta didik yang berbuat kesalahan saat
proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar
peserta didik tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu
motivasi belajarnya.
6. Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar
Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta
didik.
7. Membentuk kebiasaan belajar yang baik.
21
8. Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun
kelompok.
9. Menggunakan metode yang bervariasi.
10. Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
2.2.1 Pengertian Disiplin
Disiplin bagi peserta didik adalah hal yang rumit dipelajari sebab
merupakan hal yang kompleks dan banyak kaitannya, yaitu terkait dengan
pengetahuan, sikap dan perilaku. Masalah disiplin yang dibahas dalam
penelitian ini adalah disiplin yang dilakukan oleh para peserta didik dalam
kegiatan belajarnya baik di rumah maupun di sekolah. Untuk lebih
memahami tentang disiplin belajar terlebih dahulu akan dikemukakan
pengertian disiplin menurut beberapa ahli.
1. Menurut Ekosiswoyo dan Rachman (2000:97), disiplin hakikatnya adalah
pernyataan sikap mental individu maupun masyarakat yang
mencerminkan rasa ketaatan, kepatuhan, yang didukung oleh kesadaran
untuk menunaikan tugas dan kewajiban dalam rangka pencapaian tujuan.
2. Menurut Suharsimi Arikunto (1990:114), di dalam pembicaraan disiplin
dikenal dua istilah yang pengertiannya hampir sama tetapi
pembentukannya secara berurutan. Kedua istilah itu adalah disiplin dan
ketertiban, ada juga yang menggunakan istilah siasat dan ketertiban.
Ketertiban menunjuk pada kepatuhan seseorang dalam mengikuti
peraturan dan tata tertib karena didorong oleh sesuatu dari luar misalnya
22
karena ingin mendapat pujian dari atasan. Selanjutnya pengertian disiplin
atau siasat menunjuk pada kepatuhan seseorang dalam mengikuti tata
tertib karena didorong kesadaran yang ada pada kata hatinya. Itulah
sebabnya biasanya ketertiban itu terjadi dahulu, kemudian berkembang
menjadi siasat.
3. Menurut Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) (1997:11), makna
kata disiplin dapat dipahami dalam kaitannya dengan latihan yang
memperkuat, koreksi dan sanksi, kendali atau terciptanya ketertiban dan
keteraturan dan sistem aturan tata laku.
2.2.2 Fungsi Disiplin
Fungsi disiplin menurut Tulus Tu’u (2004:38) adalah:
1. Menata kehidupan bersama
Disiplin berguna untuk menyadarkan seseorang bahwa dirinya perlu
menghargai orang lain dengan cara menaati dan mematuhi peraturan
yang berlaku, sehingga tidak akan merugikan pihak lain dan hubungan
dengan sesama menjadi baik dan lancar.
2. Membangun kepribadian
Pertumbuhan kepribadian seseorang biasanya dipengaruhi oleh faktor
lingkungan. Disiplin yang diterapkan di masing-masing lingkungan
tersebut memberi dampak bagi pertumbuhan kepribadian yang baik. Oleh
karena itu, dengan disiplin seseorang akan terbiasa mengikuti , mematuhi
aturan yang berlaku dan kebiasaan itu lama kelamaan masuk ke dalam
dirinya serta berperan dalam membangun kepribadian yang baik.
23
3. Melatih kepribadian
Sikap, perilaku dan pola kehidupan yang baik dan berdisiplin terbentuk
melalui latihan. Demikian juga dengan kepribadian yang tertib, teratur
dan patuh perlu dibiasakan dan dilatih.
4. Pemaksaan
Disiplin dapat terjadi karena adanya penaksaan dan tekanan dari luar,
misalnya ketika seorang peserta didik yang kurang disiplin masuk ke satu
sekolah yang berdisiplin baik, terpaksa harus mematuhi tata tertib yang
ada di sekolah tersebut.
5. Hukuman
Tata tertib biasanya berisi hal-hal positif dan sanksi atau hukuman bagi
yang melanggar tata tertib tersebut.
6. Menciptakan lingkungan yang kondusif
Disiplin sekolah berfungsi mendukung terlaksananya proses dan kegiatan
pendidikan agar berjalan lancar dan memberi pengaruh bagi terciptanya
sekolah sebagai lingkungan pendidikan yang kondusif bagi kegiatan
pembelajaran.
Menurut Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) (1997:15), disiplin
dapat terjadi dengan cara:
1. Disiplin tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan harus ditumbuhkan,
dikembangkan dan diterapkan dalam semua aspek menerapkan sanksi
serta dengan bentuk ganjaran dan hukuman.
24
2. Disiplin seseorang adalah produk sosialisasi sebagai hasil interaksi
dengan lingkungannya, terutama lingkungan sosial. Oleh karena itu,
pembentukan disiplin tunduk pada kaidah-kaidah proses belajar.
3. Dalam membentuk disiplin, ada pihak yang memiliki kekuasaan lebih
besar, sehingga mampu mempengaruhi tingkah laku pihak lain ke arah
tingkah laku yang diinginkannya. Sebaliknya, pihak lain memiliki
ketergantungan pada pihak pertama, sehingga ia bisa menerima apa yang
diajarkan kepadanya.
Terdapat beberapa faktor atau sumber yang dapat menyebabkan
timbulnya masalah-masalah yang dapat mengganggu terpeliharanya disiplin.
Menurut Ekosiswoyo dan Rachman (2000:100-105), contoh-contoh sumber
pelanggaran disiplin antara lain:
Dari sekolah, contohnya:
1. Tipe kepemimpinan guru atau sekolah yang otoriter yang senantiasa
mendiktekan kehendaknya tanpa memperhatikan kedaulatan peserta
didik. Perbuatan seperti itu mengakibatkan peserta didik menjadi
berpura-pura patuh, apatis atau sebaliknya. Hal itu akan menjadikan
peserta didik agresif, yaitu ingin berontak terhadap kekangan dan
perlakuan yang tidak manusiawi yang mereka terima.
2. Guru yang membiarkan peserta didik berbuat salah, lebih mementingkan
mata pelajaran daripada peserta didiknya.
3. Lingkungan sekolah seperti: hari-hari pertama dan hari-hari akhir sekolah
(akan libur atau sesudah libur), pergantian pelajaran, pergantian guru,
25
jadwal yang kaku atau jadwal aktivitas sekolah yang kurang cermat,
suasana yang gaduh, dll
Dari keluarga, contohnya:
1. Lingkungan rumah atau keluarga, seperti kurang perhatian, ketidak
teraturan, pertengkaran, masa bodoh, tekanan, dan sibuk urusannya
masing-masing.
2. Lingkungan atau situasi tempat tinggal, seperti lingkungan kriminal,
lingkungan bising, dan lingkungan minuman keras.
Menurut Suharsimi Arikunto (1990:137) macam-macam disiplin
ditunjukkan dengan tiga perilaku yaitu: a) perilaku kedisiplinan di dalam
kelas, b) perilaku kedisiplinan di luar kelas di lingkungan sekolah, dan c)
perilaku kedisiplinan di rumah.
Sedangkan Sofchah Sulistyowati (2001:3) menyebutkan agar seorang
pelajar dapat belajar dengan baik ia harus bersikap disiplin, terutama disiplin
dalam hal-hal sebagai berikut:
1. Disiplin dalam menepati jadwal belajar.
2. Disiplin dalam mengatasi semua godaan yang akan menunda-nunda
waktu belajar.
3. Disiplin terhadap diri sendiri untuk dapat menumbuhkan kemauan dan
semangat belajar baik di sekolah seperti menaati tata tertib, maupun
disiplin di rumah seperti teratur dalam belajar.
4. Disiplin dalam menjaga kondisi fisik agar selalu sehat dan fit dengan cara
makan yang teratur dan bergizi serta berolahraga secara teratur.
26
Dari berbagai macam pendapat tentang disiplin diatas, dapat diketahui
bahwa disiplin merupakan suatu sikap moral peserta didik yang terbentuk
melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai
ketaatan, kepatuhan. Keteraturan, dan ketertiban berdasarkan acuan nilai
moral.
Peserta didik yang meiliki disiplin akan menunjukkan ketaatan, dan
keteraturan terhadap perannya sebagai seorang pelajar secara terarah dan
teratur. Dengan demikian peserta didik yang berdisiplin akan lebih mampu
mengarahkan dan mengendalikan perilakunya. Disiplin memiliki peranan
yang sangat penting dalam kehidupan manusia terutama peserta didik dalam
hal belajar. Disiplin akan memudahkan peserta didik dalam belajar secara
terarah dan teratur.
2.2.3 Disiplin Belajar
Dari seluruh pengertian antara disiplin dan belajar, dapat diambil
kesimpulan bahwa yang dimaksud disiplin belajar dalam penelitian ini adalah
pernyataan sikap dan perbuatan peserta didik dalam melaksanakan kewajiban
belajar secara sadar dengan cara menaati peraturan yang ada di lingkungan
sekolah maupun di rumah.
Berdisiplin sangat penting bagi setiap peserta didik. Berdisiplin akan
membuat seorang peserta didik memiliki kecakapan mengenai cara belajar
yang baik, juga merupakan suatu proses ke arah pembentukan watak yang
baik.
27
Dari beberapa macam disiplin menurut pendapat para ahli di atas,
berikut diambil indikator yang dapat menunjang disiplin belajar, yaitu:
1. Menaati tata tertib sekolah
2. Disiplin terhadap kegiatan belajar di sekolah
3. Disiplin dalam mengerjakan tugas-tugas pelajaran
4. Disiplin terhadap kegiatan belajar di rumah
2.2.4 Faktor–faktor yang Mempengaruhi Disiplin Belajar
Siswa yang memiliki disiplin yang tinggi akan belajar dengan baik,
teratur sehingga akan menghasilkan prestasi yang baik. Faktor-faktor belajar
turut berpengaruh terhadap tingkat disiplin individu. Faktor-faktor yang
mempengaruhi disiplin belajar adalah sebagai berikut :
1. Faktor ekstrinsik
a. Faktor non-sosial, seperti keadaan udara, suhu udara, waktu, tempat
dan alat-alat yang dipakai untuk belajar.
b. Faktor sosial, terdiri atas lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat
dan lingkungan kelompok.
2. Faktor intrinsik
a. Faktor psikologi, seperti minat, bakat, motivasi, konsentrasi, dan
kemampuan kognitif.
b. Faktor fisiologis, seperti pendengaran, penglihatan, kesegaran jasmani,
keletihan, kekurangan gizi, kurang tidur, dan sakit yang diderita
(Suryabrata, 1998:249).
28
2.2.5 Perlunya Disiplin
Perilaku negatif sebagian peserta didik pada akhir-akhir ini telah
melampaui batas kewajaran karena telah menjurus pada tindak melawan
hukum, melanggar tata tertib, melanggar moral agama, dan telah membawa
akibat yang sangat merugikan masyarakat. Menurut Mulyasa (2003:109)
penyimpangan perilaku disebabkan oleh berbagai faktor, seperti latar
belakang keluarga dan masyarakat, kondisi-kondisi khusus, iklim
pembelajaran yang kurang kondusif, dan sikap guru yang kasar atau otoriter.
Menurut Mulyasa (2004:13), sedikitnya terdapat 7 (tujuh) jurus yang perlu
diperhatikan dalam menyukseskan implementasi kurikulum 2004. Salah satu
jurus tersebut adalah mendisiplinkan peserta didik. Peserta didik perlu
didisiplinkan dengan tujuan untuk membantu menemukan diri, mengatasi dan
mencegah timbulnya problem-problem disiplin, serta berusaha menciptakan
situasi yang menyenangkan bagi kegiatan pembelajaran, sehingga mereka
menaati segala peraturan yang ditetapkan.
Disiplin diperlukan oleh siapapun dan dimanapun. Hal itu disebabkan
dimanapun seseorang berada, di sana selalu ada peraturan atau tata tertib.
Disiplin mendorong siswa belajar secara kongkrit dalam praktik hidup di
sekolah maupun di rumah. Menurut Maman Rachman dalam Tu’u (2004:35)
pentingnya disiplin bagi para siswa sebagai berikut:
a. Memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang.
b. Membantu siswa memahami dan meyesuaikan diri dengan tuntutan
lingkungan.
29
c. Cara menyelesaikan tuntutan yang ingin ditunjukkan peserta didik
terhadap lingkungannya.
d. Untuk mengatur keseimbangan keinginan individu satu dengan individu
lainnya.
e. Menjauhi siswa melakukan hal-hal yang dilarang sekolah.
f. Mendorong siswa melakukan hal-hal yang baik dan benar.
g. Peserta didik belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik, positif
dan bermanfaat baginya dan lingkungannya.
h. Kebiasaan baik itu menyebabkan ketenangan jiwanya dan lingkungannya.
Disiplin berperan penting dalam membentuk individu yang berciri
keunggulan.Tu’u (2004:37) mengemukakan disiplin itu penting karena alasan
sebagai berikut:
a. Dengan disiplin yang muncul karena kesadaran diri, siswa berhasil dalam
belajarnya. Sebaliknya, siswa yang kerap kali melanggar ketentuan
sekolah pada umumnya terhambat optimalisasi potensi dan prestasinya.
b. Tanpa disiplin yang baik, suasana sekolah dan juga kelas menjadi kurang
kondusif bagi kegiatan pembelajaran. Secara positif disiplin memberi
dukungan lingkungan yang tenang dan tertib bagi proses pembelajaran.
c. Orang tua senantiasa berharap di sekolah anak-anak dibiasakan dengan
normanorma, nilai kehidupan dan disiplin. Dengan demikian, anak-anak
dapat menjadi individu yang tertib, teratur dan disiplin.
30
d. Disiplin merupakan jalan bagi siswa untuk sukses dalam belajar dan kelak
ketika bekerja. Kesadaran pentingnya norma, aturan, kepatuhan dan
ketaatan merupakan prasyarat kesuksesan seseorang.
2.3.1 Prestasi Belajar
Prestasi merupakan hasil yang dicapai seseorang ketika mengerjakan
tugas atau kegiatan tertentu. “Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan
atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang lazimnya
ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru” (Tulus
Tu`u, 2004:75).
Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa prestasi belajar adalah
hasil kemampuan seseorang pada bidang tertentu dalam mencapai tingkat
kedewasaan yang langsung dapat diukur dengan tes. Penilaian dapat berupa
angka atau huruf.
Keberhasilan peserta didik dalam mencapai prestasi belajar
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tingkat kecerdasan yang baik,
pelajaran sesuai dengan bakat yang dimiliki, ada minat dan perhatian yang
tinggi dalam pembelajaran, motivasi yang baik dalam belajar, cara belajar
yang baik dan strategi pembelajaran yang dikembangkan guru. Suasana
keluarga yang mendorong anak untuk maju, selain itu lingkungan sekolah
yang tertib, teratur dan disiplin merupakan pendorong dalam proses
pencapaian prestasi belajar (Tulus Tu`u, 2004: 81).
31
Menurut Merson U. Sangalang yang dikutip oleh Tulus Tu’u
(2004:78) ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan peserta didik
dalam mencapai hasil belajar yang baik, antara lain:
1. Faktor kecerdasan.
Tinggi rendahnya kecerdasan yang dimiliki peserta didik sangat
menentukan keberhasilannya mencapai prestasi belajar, termasuk
prestasi-prestasi lain yang ada pada dirinya.
2. Faktor bakat.
Bakat-bakat yang dimiliki peserta didik apabila diberi kesempatan untuk
dikembangkan dalam pembelajaran akan dapat mencapai prestasi belajar
yang diharapkan.
3. Faktor minat dan perhatian.
Minat adalah kecenderungan yang besar terhadap sesuatu. Perhatian
adalah melihat dan mendengar dengan baik serta teliti terhadap sesuatu.
Apabila peserta didik menaruh minat pada satu pelajaran tertentu
biasanya cenderung untuk memperhatikannya dengan baik. Minat dan
perhatian yang tinggi pada mata pelajaran akan memberi dampak yang
baik bagi prestasi belajar peserta didik.
4. Faktor motif.
Motif selalu selalu mendasari dan mempengaruhi setiap usaha serta
kegiatan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Apabila
dalam belajar, peserta didik mempunyai motif yang baik dan kuat, hal ini
akan memperbesar usaha dan kegiatannya mencapai prestasi yang tinggi.
32
5. Faktor cara belajar.
Keberhasilan belajar peserta didik dipengaruhi oleh cara belajar peserta
didik. Cara belajar yang efisien memungkinkan mencapai prestasi belajar
yang lebih tinggi dibandingkan dengan cara belajar yang tidak efektif.
6. Faktor lingkungan keluarga.
Keluarga merupakan salah satu potensi yang besar dan positif memberi
pengaruh pada prestasi peserta didik. Terutama dalam hal mendorong,
memberi semangat, dan memberi teladan yang baik kepada anaknya.
7. Faktor sekolah.
Sekolah merupakan faktor pendidikan yang sudah terstruktur, memiliki
sistem, dan organisasi yang baik bagi penanaman nilai-nilai etika, moral,
mental, spiritual, disiplin dan ilmu pengetahuan (Tulus Tu’u, 2004:78).
Pencapaian prestasi belajar yang baik tidak hanya diperoleh dari
tingkat kecerdasan peserta didik saja, tetapi juga didukung oleh lingkungan
keluarga dan sekolah dimana guru dan alat belajar dijadikan sebagai sumber
belajar bagi kelancaran proses belajar mengajar.
Jadi, keberhasilan peserta didik mencapai hasil belajar yang baik
dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Faktor itu terdiri dari tingkat
kecerdasan yang baik, pelajaran sesuai bakat yang dimiliki, ada minat dan
perhatian yang tinggi dalam pembelajaran, motivasi yang baik dalam belajar,
cara belajar yang baik dan strategi pembelajaran variatif yang dikembangkan
guru. Suasana keluarga yang memberi dorongan anak untuk maju. Selain itu,
33
lingkungan sekolah yang tertib, teratur, disiplin, yang kondusif bagi kegiatan
kompetisi peserta didik dalam pembelajaran.
Masyarakat kita sekarang ini pada satu sisi adalah masyarakat
pertanian, pada sisi lain sudah memasuki era globalisasi yang terdiri dari era
industri, teknologi dan informasi. Perubahan kondisi sosial, ekonomi, politik
dan budaya berlangsung cepat. Perubahan cepat ini membawa dampak besar
bagi kehidupan masyarakat baik positif maupun negatif.
Pola kehidupan positif adalah melihat perubahan itu sebagai sesuatu
yang harus diterima dan dihadapi. Di dalamnya ada hal-hal yang dapat
dianggap sebagai sesuatu yang baik, memberi kemudahan dan kenyamanan
serta peningkatan martabat hidup manusia. Manusia juga melihat adanya
tantangan dan peluang bagi kemajuan hidup manusia. Oleh sebab itu,
manusia membangun dan melengkapi diri dengan memperkuat keimanan,
mental, budaya, disiplin, keterampilan dan pengetahuan. Dengan demikian,
manusia mampu bertahan dan menghadapi gelombang perubahan yang cepat
tersebut.
Sementara pola kehidupan negatif adalah melihat perubahan itu
sebagai ancaman yang membahayakan kehidupan. Menutupi diri terhadap
perubahan akan tertinggal dan terbelakang. Pada sisi lain, tanpa membekali
diri secara positif seperti di atas, manusia ikut arus dan menikmati perubahan
yang terjadi. Akan tetapi, hal itu membawa dampak negatif dalam sikap dan
perilaku serta kehampaan batiniahnya.
34
Oleh karena itu, para peserta didik pada masa sekarang ini,
menghadapi begitu banyak ancaman dan tantangan. Prestasi yang dicapai
dalam pembelajaran pun terhambat dan belum optimal. Menurut Slameto
(2003: 54 – 71) ada beberapa faktor yang mempengaruhi belajar anak antara
lain :
1. Faktor – faktor Intern
a. Faktor jasmaniah meliputi faktor Kesehatan, faktor Cacat tubuh.
b. Faktor psikologis meliputi faktor Intelegensi, Perhatian, Minat, Bakat,
Motif, Kematangan, Kesiapan.
c. Faktor Kelelahan meliputi, Kelelahan jasmani,Kelelahan rohani
(bersifat psikis) yaitu kelelahan jasmani terlihat dengan lemah
lunglainya tubuh dan kecenderungan membaringkan tubuh, kelelahan
rohani terliahat dengan adanya kebosanan sehingga minat belajar
kurang.
2. Faktor – faktor Ekstern
a. Faktor keluarga meliputi, Cara orang tua mendidik, Relasi antar
anggota keluarga, Suasana rumah, Keadaan ekonomi keluarga,
Pengertian orang tua, Latar belakang kebudayaan.
b. Faktor Sekolah meliputi, Metode mengajar, Kurikulum, Relasi guru
dengan peserta didik, Relasi peserta didik dengan peserta didik,
Disiplin sekolah, Alat pelajaran, Waktu sekolah, Standart pelajaran di
atas ukuran, Keadaan gedung, Metode belajar, Tugas rumah
35
c. Faktor masyarakat mliputi, Kegiatan peserta didik dalam masyarakat,
Mass media, Teman bergaul, Bentuk kehidupan masyarakat
Dengan menjelaskan prestasi belajar di atas bisa mengetahui tentang
bagaimana proses dari belajar mengajar yang merupakan suatu proses
mendasar dalam pencapaian prestasi belajar. Prestasi belajar yang kurang
optimal, hal itu kemungkinan disebabkan peserta didik mengalami kesulitan
dalam belajar. Oleh karena itu untuk mengetahui faktor – faktor apa yang
menyebabkan peserta didik mengalami kesulitan dalam belajar.
Penilaian hasil belajar bertujuan untuk:
1. Mengetahui sejauh mana telah terjadi kemajuan hasil belajar pada diri
peserta didik, sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan bimbingan
belajar selanjutnya.
2. Mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik, sebagai bahan
pertimbangan dalam menetapkan apakah yang bersangkutan berhasil
(lulus) atau tidak (belum) berhasil dalam menempuh suatu program
pembelajaran.
3. Menetapakan tingkat penguasaan peserta didik terhadap kompetensi
suatu keahlian tertentu sesuai dengan yang dipersyaratkan standar
kompetensi. http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/ dir/doc.pdf
Dari uraian diatas prestasi belajar merupakan suatu hasil. Prestasi
belajar tidak hanya dipengaruhi oleh kemampuan intelektual saja tetapi juga
bagaimana perubahan pada diri seseorang akibat dari adanya latihan dan
pengalaman melalui interaksi dengan lingkungan. Sehingga prestasi belajar
36
merupakan suatu hasil dari kegiatan belajar yang dapat diukur dengan aspek
pengetahuan, pemahaman, atau aplikasi suatu konsep yang telah dicapai oleh
seseorang, dalam penelitian ini prestasi belajar adalah sebagai hasil yang
dicapai melalui proses belajar baik secara intelektual maupun kognitif, yang
dinilai melalui proses evaluasi. Prestasi belajar dalam pendidikan sekolah
dasar dapat dilihat melalui nilai raport yang diperoleh peserta didik.
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
1. Skripsi dari Fajar Kurniawan saputro (2007) dengan judul “Pengaruh
motivasi dan disiplin terhadap prestasi belajar peserta didik kelas XI
SMA Negeri 12 Semarang Tahun Pelajaran 2005/2006”.
Hasil : Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa nilai signifikansi
untuk variabel motivasi sebesar 0.014 sehingga dapat disimpulkan adanya
pengaruh antara motivasi belajar terhadap prestasi belajar peserta didik di
SMA Negeri 12 Semarang. Untuk variabel disiplin belajar diketahui nilai
signifikansi sebesar 0.019 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
pengaruh antara disiplin belajar terhadap prestasi peserta didik di SMA
Negeri 12 Semarang. Besarnya pengaruh antara X1 dan X2 terhadap Y
sebesar 0.204 atau 20.4%. Sedangkan sisanya sebesar 79.6% dipengaruhi
faktor lain yang tidak diungkap dalam penelitian ini.
2. Skripsi dari Herlin Febriana Dwi Prasti (2007) dengan judul “Hubungan
antara motivasi belajar dengan disiplin belajar siswa pada saat layanan
pembelajaran di kelas II SMU Negeri 1 Limbangan Kabupaten Kendal
Tahun 2004/2005”.
37
Hasil : Berdasarkan analisis data hasil penelitian dengan menggunakan
SPSS diketahui, bahwa harga korelasi antara disiplin belajar dengan
motivasi belajar siswa sebesar 0,714 dengan signifikansi 0,000, diaman
harga r (5%:44) dengan pendekatan r(5% :100). Karena harga
signifikansinya < 0,005 atau harga r hitung (0,714) > 0,195 maka harga
korelasi tersebut signifikan artinya ada hubungan yang signifikan antara
disiplin belajar dengan motivasi belajar siswa.
3. Skripsi dari Riris Purnomowati (2006) dengan judul “Pengaruh disiplin
dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa kelas X SMK Teuku
Umar Semarang Tahun Ajaran 2005/2006”.
Hasil : Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa disiplin belajar
siswa dalam kategori baik (68,91%), motivasi belajar siswa dalam kategori
baik (69,25%), dan prestasi belajar siswa dalam kategori cukup (7,38). uji
secara parsial diperoleh thitung untuk variabel disiplin belajar ixsebesar
4,425 dengan signifikansi 0,000 < 0,05, yang berarti bahwa variabel
disiplin belajar berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar
siswa. Sedangkan untuk variabel motivasi belajar diperoleh thitung
sebesar 4,951 dengan signifikansi 0,000 < 0,05, yang berarti bahwa
variabel motivasi belajar berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi
belajar siswa. Besarnya pengaruh secara simultan disiplin dan motivasi
belajar terhadap prestasi belajar adalah 32%.
Besarnya pengaruh masing-masing variabel, yaitu disiplin belajar
terhadap prestasi belajar 16,24% dan pengaruh motivasi belajar terhadap
38
prestasi belajar 19,54%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa disiplin dan motivasi belajar berpengaruh terhadap prestasi belajar
siswa. Faktor motivasi belajar memberikan pengaruh yang lebih besar
terhadap prestasi belajar siswa daripada faktor disiplin belajar.
4. Skripsi dari Riris A.O Marpaung (2006) dengan judul “Pengaruh motivasi
dan disiplin terhadap prestasi belajar mata diklat program produktif
siswa kelas II jurusan administrasi perkantoran di SMK Antonius
Semarang”.
Hasil : Berdasarkan analisis deskriptif persentase menunjukkan bahwa
motivasi dan disiplin belajar siswa telah masuk dalam kategori tinggi
dengan bobot persentase skor 71,56% dan 73,93% sedangkan prestasi
belajar siswa termasuk kategori baik dengan rata-rata 7,50. Hasil analisis
regesi ganda memperoleh persamaan regesi =4,718 + 0,02234XY ˆ1 +
0,02666X2. Uji keberartian persamaan regresi secara parsial dengan uji t
diperoleh thitung untuk variabel motivasi sebesar 4,621 dengan
probabilitas 0.000 < 0.05,yang berarti secara parsial ada hubungan yang
nyata antara motivasi belajar dengan prestasi elajar siswa sedangkan untuk
variabel disiplin diperoleh thitung sebesar 3,500 dengan probabilitas 0,001
< 0.05, yang berarti secara parsial, ada hubungan yang nyata antara
disiplin belajar dengan prestasi belajar siswa. Uji secara simultan dengan
uji F diperoleh F hitung = 73,446 dengan probabiltias 0.000 < 0.05, yang
berarti secara simultan ada pengaruh yang signifikan antara motivasi dan
disiplin dengan prestasi belajar. Besarnya pengaruh secara simultan antara
39
motivasi belajar dan disiplin belajar terhadap prestasi belajar adalah
68,7%. Besarnya pengaruh masing-masing variabel yaitu motivasi belajar
terhadap prestasi belajar sebesar 24,14 %, dan pengaruh disiplin belajar
terhadap prestasi belajar sebesar 15,29%.
5. Skripsi dari Arlindo Francisco marcal dengan judul “Pengaruh motivasi
belajar dan disiplin diri terhadap prestasi belajar karyasiswa timor-leste
di Jakarta”.
Hasil : Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Kecenderungan
hubungan antara motivasi belajar dan disiplin diri secara bersama-sama
dengan prestasi belajar di tunjukkan oleh persamaan regresi ganda Y =
0,850 + 0,008 X1 + 0,028 X2. Sedangkan kekuatan hubungan diantara
keduanya bersifat positif namun pada tingkat sedang ditunjukkan oleh
koefisien korelasi ganda ry12 = 0,451. Dengan demikian pengaruh
motivasi belajar terhadap prestasi belajar relatif rendah, yaitu 20,3%.
Artinya 79,7 % prestasi belajar di tentukan oleh faktor lain diluar motivasi
belajar dan disiplin diri.
6. Jurnal dari Muslim fikri (2011) dengan judul “Hubungan motivasi belajar
dan disiplin belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa jurusan
kependidikan islam angkatan 2007 dan 2008 Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA”.
Hasil : Berdasarkan hasil penelitian diketahui Terdapat hubungan positif
yang signifikan antara motivasi belajar dan disiplin belajar secara
bersama-sama dengan prestasi belajar mahasiswa jurusan KI angkatan
40
2007dan 2008 Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta. Hal tersebut dapat dilihat besaran R = 0,492, ρ < 0,05. 5)
Terdapat hubungan positif yang signifikan antara motivasi belajar dengan
prestasi belajar Mahasiswa Jurusan KI Angkatan 2007 dan 2008 Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Hal tersebut
dapat dilihat besaran rx1y. = 0,352, ρ < 0,05. 6) Terdapat hubungan positif
yang signifikan antara disiplin belajar dengan prestasi belajar Mahasiswa
Jurusan KI Angkatan 2007 dan 2008 Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Hal tersebut dapat dilihat besaran rx2y. =
0,373, ρ < 0,05. Hasil diatas menunjukkan bahwa R2 = 0,242, artinya
sumbangan motivasi belajar dan disiplin belajar terhadap prestasi belajar
sebesar 24,2%. Masing- masing sumbangan terdiri dari motivasi belajar
terhadap prestasi sebesar 11,33% dan sumbangan disiplin belajar terhadap
prestasi belajar sebesar 12,91%. Selebihnya 75,8% berasal dari variabel
lain.
7. Jurnal dari Hasanatin Syahadatina (2011) dengan judul “Pengaruh
disiplin belajar dan lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar siswa
kelas XI IPS pada mata pelajaran Ekonomi di SMAN 1 Malang”.
Hasil : Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Disiplin belajar dan
lingkungan keluarga mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
prestasi belajar siswa kelas XI IPS pada mata pelajaran ekonomi di SMAN
1 malang. Hal ini diketahui dari hasil analisis yang dilakukan secara
simultan diperoleh Fhitung (4,078) < F tabel (3.102) dan nilai
41
signifikansinya 0,020 > 0,05. Maka secara umum prestasi belajar ekonomi
dalam kategori baik, namun masih ada yang tergolong dalam kategori
cukup yaitu sebanyak 44 siswa, sebanyak 1 siswa dalam kategori kurang.
Dari beberapa hasil penelitian terdahulu yang relevan baik yang berasal dari
skripsi maupun jurnal, relatif mendapatkan hasil yang tidak jauh berbeda.
Hubungan antara motivasi belajar dan disiplin belajar mengalami peningkatan
yang signifikan terhadap prestasi belajar peserta didik. Dari berbagai macam hasil
penelitian yang relevan, keterkaitannya dengan skripsi saya adalah hasil yang
akan dicapai akhir kemungkinan tidak jauh berbeda dengan hasil para peneliti
terdahulu dengan judul yang hampir serupa adanya perubahan yang signifikan.
Selain itu juga untuk referensi data dalam menyusunan skripsi.
42
C. Kerangka Berfikir
Dari uraian di atas dapat di tarik kerangka berfikir sebagai berikut :
Gambar 2.1
Kerangka Berfikir
Dari bagan di atas menggambarkan bahwa motivasi ekstrinsik dan disiplin
belajar mempengaruhi hasil prestasi belajar.
Motivasi Ekstrinsik (X1)
1. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik.
2. Hadiah
3. Saingan/kompetisi
4. Pujian
5. Hukuman
6. Membangkitkan dorongan kepada anak didik
untuk belajar
7. Membentuk kebiasaan belajar yang baik.
8. Membantu kesulitan belajar anak didik secara
individual maupun kelompok.
9. Menggunakan metode yang bervariasi.
10. Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan
tujuan pembelajaran
Disiplin Belajar (X2)
1. Menaati tata tertib sekolah
2. Disiplin terhadap kegiatan belajar di sekolah
3. Disiplin dalam mengerjakan tugas-tugas pelajaran
4. Disiplin terhadap kegiatan belajar di rumah
Prestasi Belajar
(Y)
Dilihat dari
daftar nilai
harian dan
Buku catatan
siswa
43
D. Hipotesis Penelitian
Arikunto (2002) mendifinisikan hipotesis adalah pernyataan yang bersifat
sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang
terkumpul. Berdasarkan kajian teori dan hasil penelitian, maka hipotesis penelitian
yang diajukan dalam penelitian ini
1. Hipotesis Empirik
Dari rumusan masalah seperti yang dikemukakan pada Bab I, maka
hipotesis empirik yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Motivasi ekstrinsik dan disiplin belajar efektif terhadap prestasi belajar
peserta didik kelas VI Sekolah Dasar Negeri Sidorejo Lor 03 Salatiga “.
2. Hipotesis Statistik
a. Ho : μ1 ≤ μ2 (motivasi ekstrinsik dan disiplin belajar tidak efektif
terhadap prestasi belajar bagi peserta didik kelas VI Sekolah Dasar
Negeri Sidorejo Lor 03 Salatiga).
b. Ha : μ1 > μ2 (motivasi ekstrinsik dan disiplin belajar efektif terhadap
prestasi belajar bagi peserta didik kelas VI Sekolah Dasar Negeri
Sidorejo Lor 03 Salatiga).
Keterangan:
μ1 = Rata-rata nilai siswa yang mendapatkan motivasi ekstrinsik dan
disiplin belajar