bab ii kajian pustaka a. landasan teori 1. pengertian ...repository.ump.ac.id/2924/3/candra juniarto...
TRANSCRIPT
-
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Belajar
Manusia adalah makluk sempurna yang dibekali akal dan pikiran,
dengan akal dan pikiran tersebut manusia memiliki modal untuk
melakukan sebuah proses untuk belajar. Belajar menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (2008 : 24) diartikan sebagai berusaha mengetahui
sesuatu berusaha memperoleh ilmu pengetahuan (kepandaian,
keterampilan). Sedang belajar menurut Sagala (2010 : 11) belajar
merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenan dengan tujuan
dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implisit
(tersembunyi). Lebih lanjut Sagala (2010 : 39) juga menambahkan
pengertian belajar sebagai proses terbentuknya tingkah laku baru yang
disebabkan individu, merespon lingkungannya, melalui pengalaman
pribadi yang tidak termasuk kematangan, perubahan atau instink.
Belajar didefinisikan oleh ahli lainnya juga memiliki makna yang
hampir sama. Menurut Garret (Sagala, 2010 : 13) belajar merupakan
proses yang berlangsung dalam jangka waktu lama melalaui latihan
maupun pengalaman yang membawa pada perubahan diri dan
perubahan cara mereaksi terhadap suatau perangsang tertentu. Menurut
Mulyasa (2010 : 255) pembelajaran pada hakikatnya adalah proses
9
Pengaruh Model Team..., Candra Juniarto, FKIP UMP, 2013
-
10
interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi
perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.
Belajar merupakan proses yang menyeluruh. Pendapat ini juga
lebih diperkuat dengan pandangan Gagne (Sagala, 2010 : 17)
mengemukakan:
Belajar merpakan kegiatan yang kompleks, dan hasil belajar berupa
kapabilitas, timbulnya kapabilitas disebabkan : (1) stimulasi yang
berasal dari lingkungan; dan (2) proses kognitif yang dilakukan oleh
pelajar. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan,
sikap, dan nilai. Dengan demikian dapat ditegaskan, belajar adalah
seperangkat proses kognitif yang merubah sifat stimulasi
lingkungan, melawati pengolahan informasi, dan menjadi kapabilitas
baru.
Pendapat ahli diatas dapat ditarik simpulan, bahwa belajar adalah
proses yang dialami oleh individu dalam waktu tertentu dengan
dipengaruhi oleh lingkungan tempat individu berkembang dan bergaul
yang akan menghasilkan sebuah pengalaman bagi individu secara
menyeluruh.
Belajar adalah proses yang setiap orang individu (manusia) akan
mengalaminya, karena manusia adalah makluk sosial yang
membutuhkan usaha untuk bertahan hidup.
2. Prestasi Belajar
Pembelajaran yang dilakukan di sekolah akan menghasilkan
sebuah Prestasi belajar bagi siswa yang telah terlibat didalam kegiatan
belajar. Prestasi belajar umumnya akan dijadikan sebagai tolak ukur
dari kemampuan seorang siswa. Hamdani (2011 : 138) mengemukakan
prestasi belajar adalah Hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar
Pengaruh Model Team..., Candra Juniarto, FKIP UMP, 2013
-
11
yang dinyatakan dalam bentuk simbol maupun kalimat yang
menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode
tertentu. Sedangkan Gunarso (Hamdani, 2011 : 138) menyatakan
prestasi belajar adalah usaha-usaha maksimal yang dicapai oleh
seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar
Prestasi belajar menurut Arifin (2011 : 12) merupakan suatu
masalah yang bersifat perenial dalam sejarah kehidupan manusia,
karena sepanjang rentang kehidupannya manusia selalu mengejar
prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing. Sedangkan
Gagne (Hamdani, 2011 : 138) membedakan prestasi belajar menjadi
lima aspek, yaitu kemampuan intelektual, strategi kognitif, informasi
verbal, sikap, dan keterampilan.
Prestasi belajar dari pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan
menjadi tingkat pencapaian seorang individu (siswa) dalam proses
belajar yang dilakukannya. Prestasi belajar akan menghasilkan sebuah
karya dan dibuktikan dengan nilai yang diperoleh seorang individu
(siswa) didalam belajarnya.
3. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar merupakan bagian
yang tidak bisa dilepaskan dalam proses belajar siswa. Menurut Yusuf,
dkk. (2003:8) faktor penyebab problem anak yang mempengaruhi hasil
belajarnya antara lain : (a) faktor intelektual, (b) faktor kondisi fisik dan
kesehatan, termasuk kondisi kelainan, dan (c) faktor sosial. Yusuf, dkk,
Pengaruh Model Team..., Candra Juniarto, FKIP UMP, 2013
-
12
menambahkan gejala yang tampak dari anak yang memiliki probelm
dalam belajar, diantaranya :
a. tidak dapat mengikuti pelajaran seperti yang lain,
b. sering terlambat atau tidak mau menyelesaikan tugas,
c. Menghindari tugas-tugas yang agak berat,
d. ceroboh atau kurang teliti dalam banyak hal,
e. acuh tak acuh atau masa bodoh,
f. enampakkan semangat belajar yang rendah,
g. tidak mampu berkonsentari, berubah-ubah,
h. perhatian terhadap suatu objek singkat,
i. suka menyendiri, sulit menyesuaikan diri,
j. murung,
k. suka memberontak, agresif, dan meledak-ledak dalam merespon
ketidakcocokan, dan
i. hasil belajarnya rendah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, erat
kaitannya dengan modalitas belajar dari siswa. Modalitas menurut Tae
(2009 : 99) merupakan saluran komunikasi yang membantu manusia
memahami dunia disekitarnya, untuk memproses rangsangan yang
datang dari luar diri manusia. Sedangkan modalitas belajar menurut
Sulhan (2010 : 22) modalitas belajar merupakan karakter alami yang
kita miliki sejak lahir dan merupakan anugrah dari Tuhan dalam belajar.
Pengaruh Model Team..., Candra Juniarto, FKIP UMP, 2013
-
13
Berdasarkan pendapat tersebut modalitas adalah cara individu dalam
menerima stimulus
Modalitas belajar dapat diamati dari kebiasan yang kita lakukan
dalam cara belajar keseharian. Modalitas belajar berdasarkan penelitian
para ahli, ada tiga jenis modalitas pada manusia, yaitu : visual, auditori,
dan kinestetik. Modelitas ini nantinya akan mempengaruhi cara belajar
dan cara peserta didik dalam menerima suatu informasi yang
didapatkannya.
Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat disimpulkan
bawah prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor dari dalam individu yang
sedang melakukan proses pembelajaran dan dari lingkungan tempat
individu memperoleh pelajaran, dan lingkungan tempat individu
bersosialisasi
4. Kedisiplinan
Pendidikan karakter dewasa ini sedang digalangkan oleh
pemerintah untuk menjadikan peserta didik yang tidak hanya memiliki
prestasi belajar yang tinggi, tetapi juga memiliki karakter yang
mencerminkan sikap berbangsa dan tanah air yang terpuji sesuai dengan
norma-norma yang berlaku di masyarakat. Pemerintah dalam
menghasilkan bangsa yang bukan hanya pintar dalam aspek kognitifnya
saja, tetapi juga harus cerdas dalam aspek afektif dan psikomotornya
menggunakan kurikulum yang didalamnya memuat tentang pendidikan
karakter. Aunillah (2011 : 18) menjabarkan pendidikan karakter adalah
Pengaruh Model Team..., Candra Juniarto, FKIP UMP, 2013
-
14
sebuah sistem yang menanamkan nilai-nilai karakter pada peserta
didik, yang mengandung komponen pengetahuan, kesadaran
individu, niat. Serta adanya kemauan dan tindakan untuk
melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri
sendiri, sesama manusia, lingkungan, maupun bangsa, sehingga akan
terwujud insan kamil.
Sedangkan menurut Akhmad Sudrajat (Aunillah, 2011 : 19)
mengungkapkan pendidikan karakter akan dapat dimaknai jika kita
mengerti makna dari karakter itu sendiri terlebih dahulu. Lebih lanjut
ditambahkan oleh Musfiroh (Aunillah, 2011 : 19) Menurutnya karakter
mengacu kepada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors),
motivasi (motivations), dan keterampilan (skills).
Disiplin merupakan salah satu komponen dari 18 pendidikan
karakter yang sedang di galang oleh pemerintah. Disiplin secara luas
menurut Semiawan (2009 : 89) dapat diartikan sebagai semacam
pengaruh yang dirancang untuk membantu anak agar mampu
menghadapi tuntutan dari lingkungan. Sedangkan disiplin menurut
Kemendiknas (2010 : 9) adalah Tindakan yang menunjukkan perilaku
tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Mustari (2011 :
42) Menambahkan penjelasan tentang disiplin, disiplin merujuk pada
instruksi sistematis yang diberikan pada murid (disciple). Untuk
mendisiplinkan berarti menginstruksikan orang untuk mengikuti tatanan
tertentu melalui aturan-aturan tertentu.
Disiplin merupakan salah satu bentuk pengaplikasian dari
kemampuan emosional seorang siswa. Disiplin adalah hal yang harus
dibiasakan sejak dini dengan tujuan siswa akan menjadi terbiasa untuk
Pengaruh Model Team..., Candra Juniarto, FKIP UMP, 2013
-
15
berperilaku disiplin yang merupakan sesuatu budaya positif dan harus
diterapkan, serta di aplikasikan dalam berbagia bidang.
Disiplin memiliki indikator dalam penilaiannya. Indikator disiplin
dalam penelitian ini merupakan pengembangan dari indikator kelas
untuk karakter disiplin yang diambil dari 18 pendidikan karakter bangsa
yaitu membiasakan hadir tepat waktu dan membiasakan mematuhi
aturan/tata tertib. Indikator tersebut dikembangkan lagi dengan
menambahkan kebiasan sehari-hari siswa di kelas dan sekolah, serta
sikap siswa terhadap pemberian tugas.
Aspek disiplin diri memiliki indikator penilaian berupa (1)
membiasakan hadir tepat waktu (2) membiasakan mematuhi aturan
atauran yang berlaku (3) kebiasaan siswa di dalam kelas dan disekolah
(4) sikap siswa terhadap pemberian tugas dari guru. Keempat macam
indikator tersebut menjadi acuan dalam penilaian disiplin diri siswa.
B. Model Pembelajaran
1. Pengertian Model Pembelajaran
Model mengajar menurut Dahlan (Isjoni, 2011 : 49) dapat
diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam
menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi
petunjuk kepada pengajar di kelas. Sedangkan menurut Komaruddin
(Sagala, 2010:174) berpendapat :
Pengaruh Model Team..., Candra Juniarto, FKIP UMP, 2013
-
16
Model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan
sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan. Model dapat dipahami
sebagai : (1) suatu tipe atau desain; (2) Suatu deskripsi atau analogi
yang dipergunakan untuk membantu proses visualisasi serta yang
tidak dapat dengan langsung diamati; (3) suatu sistem asumsi-
asumsi, data-data, dan inferensi-inferensi yang dipakai untuk
menggambarkan secara matematis suatu objek atau peristiwa; (4)
suatu desain yang disederhanakan dari suatu sistem kerja, suatu
terjemahan realitas yang disederhanakan; (5) suatu deskripsi dari
suatu sistem yang mungkin atau imajiner; dan (6) penyajian yang
diperkecil agar dapat dijelaskan dan menunjukkan sifat bentuk
aslinya.
dan Weil (Sagala, 2010 : 176) juga menambahkan pengertian model
pembelajaran adalah
suatu diskripsi dari lingkungan belajar yang menggambarkan
perencanaan kurikulum, kursus-kursus, desain unit-unit pelajaran
dan pembelajaran, perlengkapan belajar, buku-buku pelajaran, buku-
buku kerja, program multimedia, dan bantuan belajar melalui
program komputer.
Pendapat ahli-ahli diatas dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran adalah sebuah kerangka yang akan menjadi pola dalam
pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Pemilihan model pengajaran
yang sesuai akan mempermudah dan mempercepat tercapainya tujuan
pembelajaran, hasilnya pembelajaran yang dilakukan dapat menjadi
lebih efektif dan menarik.
2. Model Kooperatif Team Game Tournament (TGT)
Pembelajaran kooperatif menurut Johnson (Isjoni, 2011 : 15)
menjabarkan pembelajaran kooperatif mengandung arti bekerja bersama
dalam mencapai tujuan bersama. Sedangkan Lie (2008 : 28) menyebut
model pembelajaran kooperatif dengan istilah model pembelajarna
gotong-royong, berdasarkan pada falsafah homo homini socius artinya
manusia adalah makluk sosial. Selain itu Slavin (Isjoni, 2011 : 17)
Pengaruh Model Team..., Candra Juniarto, FKIP UMP, 2013
-
17
mengemukakan pembelajaran kooperatif adalah suatu model
pembelajaran dengan sistem belajar dan bekarja dalam kelompok-
kelompok kecil yang berjumlah empat sampai enam orang secara
kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam
belajar.
Pendapat-pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang
mengedepankan aspek kegiatan belajar berkelompok yang dilakukan
dengan berbagai cara agar pembelajaran lebih menarik dan siswa dapat
bersosialisasi dengan baik di dalam lingkungan kelas.
Team Game Tournament (TGT) yang selanjutnya disebut dengan
TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang sangat
mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada
perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan
mengandung unsur diskusi tim, permainan, dan turnamen.
Pemilihan model pembelajaran kooperatif tipe TGT berdasarkan
pada proses model pembelajaran kooperatif tipe TGT menuntut siswa
untuk mematuhi peraturan-peraturan yang diterapkan didalam proses
pembelajaran dan permainan yang digunakan. Permainan didalam TGT
dapat membantu merangsang siswa untuk mengikuti pembelajaran dan
terfokus kedalam materi pembelajaran yang sedang dilakukan. TGT
juga diharapkan dapat menumbuhkan sikap disiplin pada diri siswa.
Pengaruh Model Team..., Candra Juniarto, FKIP UMP, 2013
-
18
Proses pembelajaran kooperatif TGT secara umum sama dengan
STAD kecuali satu hal, TGT menggunakan turnamen akademik, dan
menggunakan kuis-kuis dalam sistem skor kamajuan individu, dengan
siswa berlomba-lomba sebagai wakit dari tim mereka sedang anggota
tim lain juga sedang berlomba untuk memcahkan masalah yang setara
dengan mereka.
Menurut Slavin (2008 : 166-167) ada lima komponen utama
dalam TGT yaitu: presentasi di kelas (class presentation), tim (team),
permainan (game), turnamen (tournament) dan rekognisi tim (class
recognition).
a. Presentasi di Kelas (Class Presentation)
Presentasi kelas digunakan guru untuk memperkenalkan
materi pelajaran yang akan diajarkannya dengan pengajaran
langsung atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru, dapat
juga dengan audiovisual. Fokus presentasi kelas hanya
menyangkut pokok-pokok materi dan teknik pembelajaran yang
akan dilaksanakan.
Pada saat penyajian kelas ini siswa harus benar-benar
memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru,
karena akan membantu saat mereka mengerjakan kuis-kuis dan
sekor kuis mereka menentuhkan skor tim mereka
Pengaruh Model Team..., Candra Juniarto, FKIP UMP, 2013
-
19
b. Tim (Team)
Dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT tim terdiri dari 4
atau 5 siswa. Anggota tim mewakili seluruh bagian dari kelas
dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas.
Fungsi utama tim ini adalah untuk memastikan semua anggota
tim benar-benar belajar, dan lebih khusus lagi ,untuk menyiapkan
anggotanya supaya dapat mengerjakan kuis dengan baik. Setelah
presentasi kelas kegiatan tim umumnya adalah diskusi antar
anggota tim, agar saling membandingkan, memeriksa dan
mengoreksi kesalahan konsep anggota lain.
c. Permainan (Game)
Game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontennya
relevan yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang
diperolehnya dari prestasi di kelas dan pelaksanaan kerja tim.
Game tersebut dimainkan diatas meja dengan tiga siswa yang
masing-masing mewakili tim yang berbeda-beda.
d. Turnamen (Tournament)
Turnamen adalah sebuah struktur dimana game
berlangsung. Biasanya berlangsung pada akhir minggu atau akhir
unit, setelah guru memberikan prestasi di kelas dan tim telah
melaksanakan kerja kelompok terhadap lembar kegiatan. Pada
turnamen pertama, guru menunjuk siswa untuk berada pada meja
Pengaruh Model Team..., Candra Juniarto, FKIP UMP, 2013
-
20
turnamen, tiga siswa berprestasi tinggi sebelumnya pada meja 1
tiga berikutnya pada meja 2 dan seterusnya.
e. Rekognisi Tim (Class Recognition)
Tim-tim yang telah berhasil mendapat nilai rata-rata
melebihi kriteria tertentu diberi penghargaan berupa sertifikat
atau penghargaan bentuk lain. Pemberian penghargaan ini akan
membuat siswa semakin terpacu untuk meningkatkan prestasi
belajarnya atau menjadikan motivasi bagi siswa lainnya untuk
biasa lebih berprestasi.
Pelaksanaan pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe
TGT menurut Slavin (2008 : 170) terdiri dari siklus reguler dari
aktifitas pengajaran, sebagai berikut :
a. Pengajaran.
Guru menyampaikan pelajaran kepada siswa tentang materi yang
dibutuhkan dan rencana pengajaran guru.
b. Belajar Tim
Para siswa mengerjakan lembar-lembar kegiatan dalam tim
mereka untuk mengasai materi.
c. Tournamen
Siswa memainkan game akademik dalam kemampuan yang
homogen, dalam meja turnamen.
Pengaruh Model Team..., Candra Juniarto, FKIP UMP, 2013
-
21
d. Rekognisi Tim.
Skor tim dihitung berdasarkan skor turnamen anggota tim, dan
tim tersebut akan direkognisi apabila mereka berhasil melampau
kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.
Proses penempatan siswa kedalam meja turnamen dalam
pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan
menandingkan perwakilan dari seluruh tim kedalam meja yang telah
disediakan dan diberikan lembar pertanyaan dan lembar penilaian untuk
mengetahui poin dari setiap siswa yang melaksanakan pertandingan di
meja tersebut. Pembagian tim dan penempatan perwakilan tim pada
meja-meja turnamen dapat dilihat dalam gambar 2.1 dibawah ini.
Gambar 2.1 : Penempatan pada meja turnamen
(Slavin, 2008 : 168)
Meja
Turnamen
1
Meja
Turnamen
2
Meja
Turnamen
3
Meja
Turnamen
4
B-1 B-2 B-3 B-4
Tinggi Sedang Sedang Rendah
C-1 C-2 C-3 C-4
Tinggi Sedang Sedang Rendah
TEAM B TEAM C
TEAM A
A-1 A-2 A-3 A-4
Tinggi Sedang Sedang Rendah
Pengaruh Model Team..., Candra Juniarto, FKIP UMP, 2013
-
22
3. Model Pembelajaran Langsung
Model Pembelajaran langsung merupakan salah satu model
pembelajaran yang dijadikan salah satu kontrol dalam penelitian
eksperimen, sebab. Model pembelajaran langsung merupakan
pembelajaran yang paling sering ditemui didalam lingkungan sekolah.
Model pembelajaran langsung menurut Sidharta (2005 : 5) adalah
model pembelajaran yang digunakan oleh para peneliti untuk
merujuk pola-pola pembelajaran, dengan cara guru banyak
menjelaskan konsep atau keterampilan kepada sejumlah kelompok
siswa dan menguji ketermpilan siswa melalui latihan-latihan
dibawah bimbingan dan arahan guru. Tujuan utama model
langsung adalah memaksimalkan penggunaan waktu belajar siswa.
Model pembelajaran langsung juga sering dipandang sama dengan
model ekspositori. Model ekspositori (exposition model) menurut
Brandy adalah The theory of the exposition model is examined with
reference to the characteristics of traditional education, the learning
theories of the model and the types of learning it producs. Terjemahan
dalam bahasa Indonesia sebagai berikut: teori tentang model ekspositori
adalah dilatih dengan referensi untuk membentuk kareakter pendidikan
tradisional, teori pembelajaran dari model dan jenis pembelajaran
produk.
Model pembelajaran langsung menurut Bruce dan Weil
(Kemendiknas, 2010 : 25 - 26) memiliki sintaks dalam kegiatan
pembelajarannya sebagai berikut : (a) orientasi, (b) presentasi, (c)
Latihan terstruktur, (d) latihan terbimbing, dan (e) latihan mandiri.
Pengaruh Model Team..., Candra Juniarto, FKIP UMP, 2013
-
23
a) Orientasi
Sebelum menyajikan dan menjelaskan materi baru, akan sangat
menolong siswa jika guru memberikan kerangka pelajaran dan
orientasi terhadap materi yang akan disampaikan. Bentuk-bentuk
orientasi dapat berupa :
1) kegiatan pendahuluan untuk mengetahui pengetahuan yang
relevan dengan pengetahuan yang telah dimiliki peserta
didik;
2) mendiskusikan atau menginformasikan tujuan pelajaran;
3) memberikan penjelasan/arahan mengenai kegiatan yang
akan dilakukan;
4) menginformasikan materi/konsep yang akan digunakan dan
kegiatan yang akan dilakukan selama pembelajaran; dan
5) menginformasikan kerangka pelajaran.
b) Presentasi
Pada fase ini guru dapat menyajikan materi pelajaran baik berupa
konsep-konsep maupun keterampilan. Penyajian materi dapat
berupa:
1) penyajian materi dalam langkah-langkah kecil sehingga
materi dapat dikuasai siswa dalam waktu relatif pendek;
2) pemberian contoh-contoh konsep;
Pengaruh Model Team..., Candra Juniarto, FKIP UMP, 2013
-
24
3) pemodelan atau peragaan keterampilan dengan cara
demonstrasi atau penjelasan langkah-langkah kerja terhadap
tugas; dan
4) menjelaskan ulang hal-hal yang sulit.
c) Latihan terstruktur
Pada fase ini guru memandu peserta didik untuk melakukan
latihan-latihan. Peran guru yang penting dalam fase ini adalah
memberikan umpan balik terhadap respon peserta didik dan
memberikan penguatan terhadap respon siswa yang benar dan
mengoreksi respon peserta didik yang salah.
d) Latihan terbimbing
Pada fase ini guru memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk berlatih konsep atau keterampilan. Latihan terbimbing ini
baik juga digunakan oleh guru untuk mengases kemampuan
peserta didik untuk melakukan tugasnya. Pada fase ini peran guru
adalah memonitor dan memberikan bimbingan jika diperlukan.
e) Latihan mandiri
Pada fase ini peserta didik melakukan kegiatan latihan secara
mandiri, fase ini dapat dilalui peserta didik jika telah menguasai
tahap-tahap pengerjaan tugas 85-90% dalam fase bimbingan
latihan.
Tujuan utama model pembelajaran langsung menurut Sidharta
(2005 : 5) adalah untuk memaksimalkan penggunaan waktu belajar
Pengaruh Model Team..., Candra Juniarto, FKIP UMP, 2013
-
25
siswa. Proses pembelajaran langsung dapat menghabiskan waktu lebih
sedikit daripada pembelajaran dengan model pembelajaran lainnya.
Sebab, model pembelajaran langsung didalamnya lebih banyak
menggunakan teknik teacher center dengan guru sebagai pusat
pembelajaran. Hal ini yang membuat model pembelajaran langsung
dapat menjadi lebih cepat dalam proses kegiatan belajar mengajar.
C. Matematika
1. Pengertian Matematika
Matematika merupakan mata pelajaran yang diajarkan pada setiap
tingkat pendidikan, mulai dari pendidikan dasar ke pendidikan tinggi.
Matematika merupakan mata pelajaran yang menjadi dasar bagi siswa
dalam mempelajari disiplin ilmu yang bersifat pasti (konsisten). Ciri
khas dari pelajaran matematika adalah matematika adalah berpola pikir
deduktif, konsisten, dan memiliki materi yang bersifat spiral hierarkhis.
Pembelajaran matematika di Sekolah Dasar (SD) menjadi dasar
siswa dalam mempelajari matematika di jenjang selanjutnya (lebih
tinggi). Menurut Ruseffendi (Heruman, 2012 : 1)
Matematika adalah bahasa simbol ; ilmu deduktif yang tidak
menerima pembuktian secara induktif ; ilmu tentang pola
keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang
tidak didefinisikan, keunsur yang didefinisikan, ke aksioma atau
postulat, dan akhirnya ke dalil
Menurut Kerami (2002 : 158) Matematika adalah pengkajian logis
mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep yang berkaitan;
matematika seringkali dikelompokan kedalam tiga bidang : aljabar,
Pengaruh Model Team..., Candra Juniarto, FKIP UMP, 2013
-
26
analisis, dan geometri, walaupun demikian tidak dapat dibuat
pembagian yang jelas karena cabang-cabang ini telah bercampur-baur,
pada dasarnya aljabar melibatkan bilangan dan pengabstrakannya
analisis melibatkan kekontinuan dan limit, sedangkan geometri
membahas bentuk dan konsep-konsep yang berkaitan; sains didasarkan
atas postulat yang dapat menurunkan kesimpulan yang diperlukan dari
asumsi tertentu.
Turmudi (2009 : 4) memandang matematika sebagai proses inquiry
(proses penyelidikan) dan proses coming to know (proses mengetahui
atau proses mencari tahu), lapangan berkreasi dan temuan manusia yang
secara terus menerus meluas, dan bukan produk yang telah selesai.
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan
teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin
dan memajukan daya pikir manusia. Matematika selain sebagai mata
pelajaran tersendiri, matematika juga ada dalam ilmu pengetahuan lain.
Penjelasan matematika diatas membawa pada perlunya konsep
kurikulum dari pembelajaran matematika. Konsep kurikulum
matematika menurut Heruman (2012 : 2) Konsep pada kurikulum
matematika disekolah dasar dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar,
yaitu penanaman konsep dasar (penanaman konsep), pemahaman
konsep, dan pembinaan keterampilan.
Penjabaran tentang konsep dasar matematika menurut Heruman
(2012 : 3) adalah sebagai berikut :
Pengaruh Model Team..., Candra Juniarto, FKIP UMP, 2013
-
27
Penanaman konsep dasar (penanaman konsep), yaitu pembelajaran
suatu konsep baru matematika, ketika siswa belum pernah
mempelajari konsep tersebut.
Pemahaman konsep, yaitu pembelajaran lanjut dari penamanam
konsep, yang bertujuan agar siswa lebih memahami suatu konsep
matematika.
Pembinaan ketermpilan, yaitu pembelajaran lanjutan dari
penanaman konsep dan pemahaman konsep.
Penjabaran tersebut memperjelas pengertian pembelajaran matematika
khususnya disekolah dasar tidak hanya menitik beratkan pada
penanaman konsep semata, namun harus diikut dengan pemahaman
konsep dan pembinaan konsep. Pembelajaran matematika dimaksudkan
agar siswa mampu menemukan sendiri pengetahuan tentang
matematika berdasarkan pengalamannya. Bruner (Heruman, 2012 : 4)
dalam metode penemuan mengungkapkan bahwa siswa dalam
pembelajaran matematika menggunakan metode penemuan harus
menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang diperlukannya.
2. Materi Pelajaran Matematika
Penelitian ini peneliti mengambil materi Faktor Persekutuan
Besar (FPB) dan Kelipatan Persekutuan Kecil (KPK) pada kelas IV
semester I. FPB dan KPK merupakan salah satu materi dalam mata
pelajaran matematika di sekolah dasar. Materi ini diajarkan mulai kelas
IV SD. Materi FPB dan KPK ini merupakan pengembangan materi
operasi hitung bilangan, yang telah diajarkan sebelumnya di kelas IV di
bagian awal pembelajaran matematika kelas IV.
Faktor adalah semua bilangan asli yang merupakan pembagi atau
hasil bilangan tersebut sehingga sisanya nol. Sedangkan faktor
Pengaruh Model Team..., Candra Juniarto, FKIP UMP, 2013
-
28
persekutuan biasa disebut dengan faktor sekutu atau suatu faktor yang
didapatkan dari faktor-faktor dua bilangan yang diketahui.
contoh :
faktor dari 36
untuk mencari faktor dapat menggunakan cara kotak.
1 2 3 4 6
36 18 12 9 6
Maka faktor dari 36 :
{1, 2, 3, 4, 6, 12, 18, 36}
faktor dari 48
untuk mencari faktor dapat menggunakan cara kotak.
1 2 3 4 6
48 24 16 12 8
Maka faktor dari 48 :
{1, 2, 3, 4, 6, 8, 12, 16, 24, 48}
Faktor persekutuan biasa disebut dengan faktor sekutu yaitu suatu
faktor yang didapatkan dari faktor dua bilangan yang diketahui.
Contoh :
Carilah faktor persekutuan dari 36 dan 48, maka langkahnya sebagai
berikut
a. Kita cari faktor dari 36
faktor dari 36 : {1, 2, 3, 4, 6, 12, 18, 36}
b. Kita cari faktor dari 48
36 = Karena 1 x 36 = 36
2 x 18 = 36
3 x 12 = 36
4 x 9 = 36
6 x 6 = 36
48 = Karena 1 x 48 = 48
2 x 24 = 48
3 x 16 = 48
4 x 12 = 48
6 x 8 = 48
Pengaruh Model Team..., Candra Juniarto, FKIP UMP, 2013
-
29
faktor dari 48 : {1, 2, 3, 4, 6, 8, 12, 16, 24, 48}
c. Selanjutnya kita cari faktor yang sama dari kedua faktor tersebut
36 = 1, 2, 3, 4, 6, 9, 12, 18, 36
48 = 1, 2, 3, 4, 6, 8, 12, 16, 24, 48
FPB adalah faktor persekutuan terbesar. Mencari FPB dapat
dilakukan dengan cara faktorisasi prima.
Cara I :
Misal : Carilah FPB dari 36 dan 48
36 48
2 18 2 24
2 9 2 12
3 3 2 6
2 3
Maka :
Faktor 36 = 2 x 2 x 3 x 3
Faktor 48 = 2 x 2 x 2 x 2 x 3
Jadi FPB dari 36 dan 48 adalah 2 x 2 x 3 = 12
Pengaruh Model Team..., Candra Juniarto, FKIP UMP, 2013
-
30
Cara II :
Misal : Carilah FPB dari 36 dan 48
Penyelesaian
2
2
3
36 48
18 24
9 12
3 4
Maka FPBnya : 2 x 2 x 3 = 12
Suatu bilangan cacah X merupakan kelipatan dari suatu bilangan
cacah P, jika X diperoleh dari mengalikan dengan bilangan cacah
lainnya.
Misal :
Kelipatan 3 : {3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, ...}
Kelipatan 4 : {4, 8, 12, 16, 20, 24, 28, 32, ...}
Kelipatan persekutuan merupakan himpunan semua kelipatan
persekutuan dari dua bilangan atau lebih.
Misal :
Kelipatan Persekutuan dari 3 dan 4 adalah {12, 24}
Kelipatan persekutuan terkecil Ialah bilangan terkecil dari
anggota himpunan kelipatan persekutuan. Menentuhkan kelipatan
persekutuan terkecil dapat dilakukan dengan cara
Cara Kelipatan Persekutuan (Cara I)
Cari KPK dari 36 dan 48
Pengaruh Model Team..., Candra Juniarto, FKIP UMP, 2013
-
31
Kelipatan 36 = {36, 72, 108, 144, 180, 216, 252, 288, ...}
Kelipatan 48 = {48, 96, 144 192, 240, 288, ...}
Kelipatan persekutuan dari 36 dan 48 {144, 288 }
Jadi, KPK dari 36 dan 48 = 144
Cara Faktorisasi Prima (Cara II)
Misal : Carilah KPK dari 36 dan 48
36 48
2 18 2 24
2 9 2 12
3 3 2 6
2 3
Maka :
Faktor 36 = 2 x 2 x 3 x 3 = 22 x 3
2
Faktor 48 = 2 x 2 x 2 x 2 x 3 = 2 x 3
Untuk mencari KPKnya kita cari faktor yang sama tetapi pangkatnya
terbesar.
Jadi KPK dari 36 dan 48 = 24 x 3
2
= 16 x 9
= 144
Pengaruh Model Team..., Candra Juniarto, FKIP UMP, 2013
-
32
Cara III
Misal : Carilah KPK dari 36 dan 48
Penyelesaian
2
2
3
36 48
18 24
9 12
3 4
Maka KPKnya : 2 x 2 x 3 x 3 x 4 = 144
D. Penelitian Yang Relevan
Peneliti tidak menemukan penelitian yang sama persis dengan permasalahan
yang penulis teliti, namun ada peneliti lain yang telah melakukan penelitian
dengan menggunakan model yang sama (TGT) yaitu :
1. Pamujo dan Aji Heru Muslim dengan judul penelitian “Peningkatan
Aktivitas dan Prestasi Belajar IPS Melalui Pembelajaran Kooperatif
Tipe TGT (Team Games Tournament) di Kelas V SD Negeri 1
Kendaga”. Dalam hasil penelitian tersebut peleksanaan tindakan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT pada mata pelajaran IPS dapat
meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa terbukti dari nilai
rata-rata aktivitas siklus I diperoleh 67,03 meningkat menjadi 80,32
pada siklus II
2. Nur Fitrianingrum dengan judul skripsi “Pengaruh model pembelajaran
kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) terhadap prestasi
belajar matematika di tinjau dari jenis kelamin siswa kelas V SD
Pengaruh Model Team..., Candra Juniarto, FKIP UMP, 2013
-
33
Ledug”. Dalam penelitian tersebut disimpulkan 1) model pembelajaran
kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) berpengaruh terahdap
prestasi belajar matematika dengan Fhit > Ftab (7,106 > 4,00). 2) Jenis
kelamin siswa tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika
dengan Fhit < Ftab (0,582 < 4,00). 3) Tidak ada interaksi antara model
pembelajaran dan jenis kelamin siswa terhadap prestasi belajar
matematika dengan Fhit < Ftab (0,279 < 4,00).
E. Kerangka Berpikir
Prestasi belajar matematika untuk mencapainya secara maksimal,
banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi, di antaranya adalah
pemilihan model dan metode pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif
tipe TGT dapat menjadi salah satu alternatif dalam kegiatan belajar
mengajar yang dilakukan oleh guru. Model kooperatif tipe TGT adalah
salah satu model pembelajaran yang memadukan antara pembelajaran,
kerjasama tim, permainan dan pertandingan.
Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe TGT diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar
siswa supaya lebih baik dan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
diharapkan dapat menanamkan sikap disiplin dari siswa melalui
pengaplikasian secara langsung dengan permainan-permainan akademik
yang dibuat dengan berbagai macam peraturan yang mengatur didalamnya.
Pengaruh Model Team..., Candra Juniarto, FKIP UMP, 2013
-
34
Sikap disiplin merupakan sikap yang penting dan dibutuhkan dalam
mayarakat. Penanaman sikap disiplin disekolah, khususnya sekolah dasar
sangat diperlukan agar peserta didik memahami pentingnya bersikap
disiplin sejak dini. Disiplin juga diperlukan dalam kehidupan sehari-hari
siswa, penanaman disiplin yang telah dilakukan dari dahulu oleh orang tua
akan menimbulkan karakter disiplin pada diri siswa. Tetapi, siswa yang
tidak mendapatkan perlakuan disiplin di lingkungan keluarga cenderung
akan menjadikan siswa tersebut susah untuk di atur, dan cenderung menjadi
trouble maker di kelas, yang tentuhnya berefek pada prestasi belajar siswa
dan keefektifan dari pembelajaran akan berkurang.
F. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan pada perumusan di atas, maka peneliti mengajukan
hipotesis :
1. Ada pengaruh model koooperatif tipe TGT terhadap prestasi belajar
matematika.
2. Ada pengaruh antara disiplin terhadap prestasi belajar matematika.
3. Ada interaksi pengaruh model kooperatif tipe TGT, model
pembelajaran langsung dan disiplin terhadap prestasi belajar
matematika.
Pengaruh Model Team..., Candra Juniarto, FKIP UMP, 2013