bab ii kajian pustaka a. landasan teori 1. pengertian ...repository.ump.ac.id/2924/3/candra juniarto...

26
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Belajar Manusia adalah makluk sempurna yang dibekali akal dan pikiran, dengan akal dan pikiran tersebut manusia memiliki modal untuk melakukan sebuah proses untuk belajar. Belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008 : 24) diartikan sebagai berusaha mengetahui sesuatu berusaha memperoleh ilmu pengetahuan (kepandaian, keterampilan). Sedang belajar menurut Sagala (2010 : 11) belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implisit (tersembunyi). Lebih lanjut Sagala (2010 : 39) juga menambahkan pengertian belajar sebagai proses terbentuknya tingkah laku baru yang disebabkan individu, merespon lingkungannya, melalui pengalaman pribadi yang tidak termasuk kematangan, perubahan atau instink. Belajar didefinisikan oleh ahli lainnya juga memiliki makna yang hampir sama. Menurut Garret (Sagala, 2010 : 13) belajar merupakan proses yang berlangsung dalam jangka waktu lama melalaui latihan maupun pengalaman yang membawa pada perubahan diri dan perubahan cara mereaksi terhadap suatau perangsang tertentu. Menurut Mulyasa (2010 : 255) pembelajaran pada hakikatnya adalah proses 9 Pengaruh Model Team..., Candra Juniarto, FKIP UMP, 2013

Upload: others

Post on 12-Feb-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 9

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    A. Landasan Teori

    1. Pengertian Belajar

    Manusia adalah makluk sempurna yang dibekali akal dan pikiran,

    dengan akal dan pikiran tersebut manusia memiliki modal untuk

    melakukan sebuah proses untuk belajar. Belajar menurut Kamus Besar

    Bahasa Indonesia (2008 : 24) diartikan sebagai berusaha mengetahui

    sesuatu berusaha memperoleh ilmu pengetahuan (kepandaian,

    keterampilan). Sedang belajar menurut Sagala (2010 : 11) belajar

    merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenan dengan tujuan

    dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implisit

    (tersembunyi). Lebih lanjut Sagala (2010 : 39) juga menambahkan

    pengertian belajar sebagai proses terbentuknya tingkah laku baru yang

    disebabkan individu, merespon lingkungannya, melalui pengalaman

    pribadi yang tidak termasuk kematangan, perubahan atau instink.

    Belajar didefinisikan oleh ahli lainnya juga memiliki makna yang

    hampir sama. Menurut Garret (Sagala, 2010 : 13) belajar merupakan

    proses yang berlangsung dalam jangka waktu lama melalaui latihan

    maupun pengalaman yang membawa pada perubahan diri dan

    perubahan cara mereaksi terhadap suatau perangsang tertentu. Menurut

    Mulyasa (2010 : 255) pembelajaran pada hakikatnya adalah proses

    9

    Pengaruh Model Team..., Candra Juniarto, FKIP UMP, 2013

  • 10

    interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi

    perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.

    Belajar merupakan proses yang menyeluruh. Pendapat ini juga

    lebih diperkuat dengan pandangan Gagne (Sagala, 2010 : 17)

    mengemukakan:

    Belajar merpakan kegiatan yang kompleks, dan hasil belajar berupa

    kapabilitas, timbulnya kapabilitas disebabkan : (1) stimulasi yang

    berasal dari lingkungan; dan (2) proses kognitif yang dilakukan oleh

    pelajar. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan,

    sikap, dan nilai. Dengan demikian dapat ditegaskan, belajar adalah

    seperangkat proses kognitif yang merubah sifat stimulasi

    lingkungan, melawati pengolahan informasi, dan menjadi kapabilitas

    baru.

    Pendapat ahli diatas dapat ditarik simpulan, bahwa belajar adalah

    proses yang dialami oleh individu dalam waktu tertentu dengan

    dipengaruhi oleh lingkungan tempat individu berkembang dan bergaul

    yang akan menghasilkan sebuah pengalaman bagi individu secara

    menyeluruh.

    Belajar adalah proses yang setiap orang individu (manusia) akan

    mengalaminya, karena manusia adalah makluk sosial yang

    membutuhkan usaha untuk bertahan hidup.

    2. Prestasi Belajar

    Pembelajaran yang dilakukan di sekolah akan menghasilkan

    sebuah Prestasi belajar bagi siswa yang telah terlibat didalam kegiatan

    belajar. Prestasi belajar umumnya akan dijadikan sebagai tolak ukur

    dari kemampuan seorang siswa. Hamdani (2011 : 138) mengemukakan

    prestasi belajar adalah Hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar

    Pengaruh Model Team..., Candra Juniarto, FKIP UMP, 2013

  • 11

    yang dinyatakan dalam bentuk simbol maupun kalimat yang

    menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode

    tertentu. Sedangkan Gunarso (Hamdani, 2011 : 138) menyatakan

    prestasi belajar adalah usaha-usaha maksimal yang dicapai oleh

    seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar

    Prestasi belajar menurut Arifin (2011 : 12) merupakan suatu

    masalah yang bersifat perenial dalam sejarah kehidupan manusia,

    karena sepanjang rentang kehidupannya manusia selalu mengejar

    prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing. Sedangkan

    Gagne (Hamdani, 2011 : 138) membedakan prestasi belajar menjadi

    lima aspek, yaitu kemampuan intelektual, strategi kognitif, informasi

    verbal, sikap, dan keterampilan.

    Prestasi belajar dari pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan

    menjadi tingkat pencapaian seorang individu (siswa) dalam proses

    belajar yang dilakukannya. Prestasi belajar akan menghasilkan sebuah

    karya dan dibuktikan dengan nilai yang diperoleh seorang individu

    (siswa) didalam belajarnya.

    3. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

    Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar merupakan bagian

    yang tidak bisa dilepaskan dalam proses belajar siswa. Menurut Yusuf,

    dkk. (2003:8) faktor penyebab problem anak yang mempengaruhi hasil

    belajarnya antara lain : (a) faktor intelektual, (b) faktor kondisi fisik dan

    kesehatan, termasuk kondisi kelainan, dan (c) faktor sosial. Yusuf, dkk,

    Pengaruh Model Team..., Candra Juniarto, FKIP UMP, 2013

  • 12

    menambahkan gejala yang tampak dari anak yang memiliki probelm

    dalam belajar, diantaranya :

    a. tidak dapat mengikuti pelajaran seperti yang lain,

    b. sering terlambat atau tidak mau menyelesaikan tugas,

    c. Menghindari tugas-tugas yang agak berat,

    d. ceroboh atau kurang teliti dalam banyak hal,

    e. acuh tak acuh atau masa bodoh,

    f. enampakkan semangat belajar yang rendah,

    g. tidak mampu berkonsentari, berubah-ubah,

    h. perhatian terhadap suatu objek singkat,

    i. suka menyendiri, sulit menyesuaikan diri,

    j. murung,

    k. suka memberontak, agresif, dan meledak-ledak dalam merespon

    ketidakcocokan, dan

    i. hasil belajarnya rendah.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, erat

    kaitannya dengan modalitas belajar dari siswa. Modalitas menurut Tae

    (2009 : 99) merupakan saluran komunikasi yang membantu manusia

    memahami dunia disekitarnya, untuk memproses rangsangan yang

    datang dari luar diri manusia. Sedangkan modalitas belajar menurut

    Sulhan (2010 : 22) modalitas belajar merupakan karakter alami yang

    kita miliki sejak lahir dan merupakan anugrah dari Tuhan dalam belajar.

    Pengaruh Model Team..., Candra Juniarto, FKIP UMP, 2013

  • 13

    Berdasarkan pendapat tersebut modalitas adalah cara individu dalam

    menerima stimulus

    Modalitas belajar dapat diamati dari kebiasan yang kita lakukan

    dalam cara belajar keseharian. Modalitas belajar berdasarkan penelitian

    para ahli, ada tiga jenis modalitas pada manusia, yaitu : visual, auditori,

    dan kinestetik. Modelitas ini nantinya akan mempengaruhi cara belajar

    dan cara peserta didik dalam menerima suatu informasi yang

    didapatkannya.

    Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat disimpulkan

    bawah prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor dari dalam individu yang

    sedang melakukan proses pembelajaran dan dari lingkungan tempat

    individu memperoleh pelajaran, dan lingkungan tempat individu

    bersosialisasi

    4. Kedisiplinan

    Pendidikan karakter dewasa ini sedang digalangkan oleh

    pemerintah untuk menjadikan peserta didik yang tidak hanya memiliki

    prestasi belajar yang tinggi, tetapi juga memiliki karakter yang

    mencerminkan sikap berbangsa dan tanah air yang terpuji sesuai dengan

    norma-norma yang berlaku di masyarakat. Pemerintah dalam

    menghasilkan bangsa yang bukan hanya pintar dalam aspek kognitifnya

    saja, tetapi juga harus cerdas dalam aspek afektif dan psikomotornya

    menggunakan kurikulum yang didalamnya memuat tentang pendidikan

    karakter. Aunillah (2011 : 18) menjabarkan pendidikan karakter adalah

    Pengaruh Model Team..., Candra Juniarto, FKIP UMP, 2013

  • 14

    sebuah sistem yang menanamkan nilai-nilai karakter pada peserta

    didik, yang mengandung komponen pengetahuan, kesadaran

    individu, niat. Serta adanya kemauan dan tindakan untuk

    melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri

    sendiri, sesama manusia, lingkungan, maupun bangsa, sehingga akan

    terwujud insan kamil.

    Sedangkan menurut Akhmad Sudrajat (Aunillah, 2011 : 19)

    mengungkapkan pendidikan karakter akan dapat dimaknai jika kita

    mengerti makna dari karakter itu sendiri terlebih dahulu. Lebih lanjut

    ditambahkan oleh Musfiroh (Aunillah, 2011 : 19) Menurutnya karakter

    mengacu kepada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors),

    motivasi (motivations), dan keterampilan (skills).

    Disiplin merupakan salah satu komponen dari 18 pendidikan

    karakter yang sedang di galang oleh pemerintah. Disiplin secara luas

    menurut Semiawan (2009 : 89) dapat diartikan sebagai semacam

    pengaruh yang dirancang untuk membantu anak agar mampu

    menghadapi tuntutan dari lingkungan. Sedangkan disiplin menurut

    Kemendiknas (2010 : 9) adalah Tindakan yang menunjukkan perilaku

    tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Mustari (2011 :

    42) Menambahkan penjelasan tentang disiplin, disiplin merujuk pada

    instruksi sistematis yang diberikan pada murid (disciple). Untuk

    mendisiplinkan berarti menginstruksikan orang untuk mengikuti tatanan

    tertentu melalui aturan-aturan tertentu.

    Disiplin merupakan salah satu bentuk pengaplikasian dari

    kemampuan emosional seorang siswa. Disiplin adalah hal yang harus

    dibiasakan sejak dini dengan tujuan siswa akan menjadi terbiasa untuk

    Pengaruh Model Team..., Candra Juniarto, FKIP UMP, 2013

  • 15

    berperilaku disiplin yang merupakan sesuatu budaya positif dan harus

    diterapkan, serta di aplikasikan dalam berbagia bidang.

    Disiplin memiliki indikator dalam penilaiannya. Indikator disiplin

    dalam penelitian ini merupakan pengembangan dari indikator kelas

    untuk karakter disiplin yang diambil dari 18 pendidikan karakter bangsa

    yaitu membiasakan hadir tepat waktu dan membiasakan mematuhi

    aturan/tata tertib. Indikator tersebut dikembangkan lagi dengan

    menambahkan kebiasan sehari-hari siswa di kelas dan sekolah, serta

    sikap siswa terhadap pemberian tugas.

    Aspek disiplin diri memiliki indikator penilaian berupa (1)

    membiasakan hadir tepat waktu (2) membiasakan mematuhi aturan

    atauran yang berlaku (3) kebiasaan siswa di dalam kelas dan disekolah

    (4) sikap siswa terhadap pemberian tugas dari guru. Keempat macam

    indikator tersebut menjadi acuan dalam penilaian disiplin diri siswa.

    B. Model Pembelajaran

    1. Pengertian Model Pembelajaran

    Model mengajar menurut Dahlan (Isjoni, 2011 : 49) dapat

    diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam

    menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi

    petunjuk kepada pengajar di kelas. Sedangkan menurut Komaruddin

    (Sagala, 2010:174) berpendapat :

    Pengaruh Model Team..., Candra Juniarto, FKIP UMP, 2013

  • 16

    Model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan

    sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan. Model dapat dipahami

    sebagai : (1) suatu tipe atau desain; (2) Suatu deskripsi atau analogi

    yang dipergunakan untuk membantu proses visualisasi serta yang

    tidak dapat dengan langsung diamati; (3) suatu sistem asumsi-

    asumsi, data-data, dan inferensi-inferensi yang dipakai untuk

    menggambarkan secara matematis suatu objek atau peristiwa; (4)

    suatu desain yang disederhanakan dari suatu sistem kerja, suatu

    terjemahan realitas yang disederhanakan; (5) suatu deskripsi dari

    suatu sistem yang mungkin atau imajiner; dan (6) penyajian yang

    diperkecil agar dapat dijelaskan dan menunjukkan sifat bentuk

    aslinya.

    dan Weil (Sagala, 2010 : 176) juga menambahkan pengertian model

    pembelajaran adalah

    suatu diskripsi dari lingkungan belajar yang menggambarkan

    perencanaan kurikulum, kursus-kursus, desain unit-unit pelajaran

    dan pembelajaran, perlengkapan belajar, buku-buku pelajaran, buku-

    buku kerja, program multimedia, dan bantuan belajar melalui

    program komputer.

    Pendapat ahli-ahli diatas dapat disimpulkan bahwa model

    pembelajaran adalah sebuah kerangka yang akan menjadi pola dalam

    pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Pemilihan model pengajaran

    yang sesuai akan mempermudah dan mempercepat tercapainya tujuan

    pembelajaran, hasilnya pembelajaran yang dilakukan dapat menjadi

    lebih efektif dan menarik.

    2. Model Kooperatif Team Game Tournament (TGT)

    Pembelajaran kooperatif menurut Johnson (Isjoni, 2011 : 15)

    menjabarkan pembelajaran kooperatif mengandung arti bekerja bersama

    dalam mencapai tujuan bersama. Sedangkan Lie (2008 : 28) menyebut

    model pembelajaran kooperatif dengan istilah model pembelajarna

    gotong-royong, berdasarkan pada falsafah homo homini socius artinya

    manusia adalah makluk sosial. Selain itu Slavin (Isjoni, 2011 : 17)

    Pengaruh Model Team..., Candra Juniarto, FKIP UMP, 2013

  • 17

    mengemukakan pembelajaran kooperatif adalah suatu model

    pembelajaran dengan sistem belajar dan bekarja dalam kelompok-

    kelompok kecil yang berjumlah empat sampai enam orang secara

    kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam

    belajar.

    Pendapat-pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa

    pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang

    mengedepankan aspek kegiatan belajar berkelompok yang dilakukan

    dengan berbagai cara agar pembelajaran lebih menarik dan siswa dapat

    bersosialisasi dengan baik di dalam lingkungan kelas.

    Team Game Tournament (TGT) yang selanjutnya disebut dengan

    TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang sangat

    mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada

    perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan

    mengandung unsur diskusi tim, permainan, dan turnamen.

    Pemilihan model pembelajaran kooperatif tipe TGT berdasarkan

    pada proses model pembelajaran kooperatif tipe TGT menuntut siswa

    untuk mematuhi peraturan-peraturan yang diterapkan didalam proses

    pembelajaran dan permainan yang digunakan. Permainan didalam TGT

    dapat membantu merangsang siswa untuk mengikuti pembelajaran dan

    terfokus kedalam materi pembelajaran yang sedang dilakukan. TGT

    juga diharapkan dapat menumbuhkan sikap disiplin pada diri siswa.

    Pengaruh Model Team..., Candra Juniarto, FKIP UMP, 2013

  • 18

    Proses pembelajaran kooperatif TGT secara umum sama dengan

    STAD kecuali satu hal, TGT menggunakan turnamen akademik, dan

    menggunakan kuis-kuis dalam sistem skor kamajuan individu, dengan

    siswa berlomba-lomba sebagai wakit dari tim mereka sedang anggota

    tim lain juga sedang berlomba untuk memcahkan masalah yang setara

    dengan mereka.

    Menurut Slavin (2008 : 166-167) ada lima komponen utama

    dalam TGT yaitu: presentasi di kelas (class presentation), tim (team),

    permainan (game), turnamen (tournament) dan rekognisi tim (class

    recognition).

    a. Presentasi di Kelas (Class Presentation)

    Presentasi kelas digunakan guru untuk memperkenalkan

    materi pelajaran yang akan diajarkannya dengan pengajaran

    langsung atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru, dapat

    juga dengan audiovisual. Fokus presentasi kelas hanya

    menyangkut pokok-pokok materi dan teknik pembelajaran yang

    akan dilaksanakan.

    Pada saat penyajian kelas ini siswa harus benar-benar

    memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru,

    karena akan membantu saat mereka mengerjakan kuis-kuis dan

    sekor kuis mereka menentuhkan skor tim mereka

    Pengaruh Model Team..., Candra Juniarto, FKIP UMP, 2013

  • 19

    b. Tim (Team)

    Dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT tim terdiri dari 4

    atau 5 siswa. Anggota tim mewakili seluruh bagian dari kelas

    dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas.

    Fungsi utama tim ini adalah untuk memastikan semua anggota

    tim benar-benar belajar, dan lebih khusus lagi ,untuk menyiapkan

    anggotanya supaya dapat mengerjakan kuis dengan baik. Setelah

    presentasi kelas kegiatan tim umumnya adalah diskusi antar

    anggota tim, agar saling membandingkan, memeriksa dan

    mengoreksi kesalahan konsep anggota lain.

    c. Permainan (Game)

    Game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontennya

    relevan yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang

    diperolehnya dari prestasi di kelas dan pelaksanaan kerja tim.

    Game tersebut dimainkan diatas meja dengan tiga siswa yang

    masing-masing mewakili tim yang berbeda-beda.

    d. Turnamen (Tournament)

    Turnamen adalah sebuah struktur dimana game

    berlangsung. Biasanya berlangsung pada akhir minggu atau akhir

    unit, setelah guru memberikan prestasi di kelas dan tim telah

    melaksanakan kerja kelompok terhadap lembar kegiatan. Pada

    turnamen pertama, guru menunjuk siswa untuk berada pada meja

    Pengaruh Model Team..., Candra Juniarto, FKIP UMP, 2013

  • 20

    turnamen, tiga siswa berprestasi tinggi sebelumnya pada meja 1

    tiga berikutnya pada meja 2 dan seterusnya.

    e. Rekognisi Tim (Class Recognition)

    Tim-tim yang telah berhasil mendapat nilai rata-rata

    melebihi kriteria tertentu diberi penghargaan berupa sertifikat

    atau penghargaan bentuk lain. Pemberian penghargaan ini akan

    membuat siswa semakin terpacu untuk meningkatkan prestasi

    belajarnya atau menjadikan motivasi bagi siswa lainnya untuk

    biasa lebih berprestasi.

    Pelaksanaan pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe

    TGT menurut Slavin (2008 : 170) terdiri dari siklus reguler dari

    aktifitas pengajaran, sebagai berikut :

    a. Pengajaran.

    Guru menyampaikan pelajaran kepada siswa tentang materi yang

    dibutuhkan dan rencana pengajaran guru.

    b. Belajar Tim

    Para siswa mengerjakan lembar-lembar kegiatan dalam tim

    mereka untuk mengasai materi.

    c. Tournamen

    Siswa memainkan game akademik dalam kemampuan yang

    homogen, dalam meja turnamen.

    Pengaruh Model Team..., Candra Juniarto, FKIP UMP, 2013

  • 21

    d. Rekognisi Tim.

    Skor tim dihitung berdasarkan skor turnamen anggota tim, dan

    tim tersebut akan direkognisi apabila mereka berhasil melampau

    kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.

    Proses penempatan siswa kedalam meja turnamen dalam

    pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan

    menandingkan perwakilan dari seluruh tim kedalam meja yang telah

    disediakan dan diberikan lembar pertanyaan dan lembar penilaian untuk

    mengetahui poin dari setiap siswa yang melaksanakan pertandingan di

    meja tersebut. Pembagian tim dan penempatan perwakilan tim pada

    meja-meja turnamen dapat dilihat dalam gambar 2.1 dibawah ini.

    Gambar 2.1 : Penempatan pada meja turnamen

    (Slavin, 2008 : 168)

    Meja

    Turnamen

    1

    Meja

    Turnamen

    2

    Meja

    Turnamen

    3

    Meja

    Turnamen

    4

    B-1 B-2 B-3 B-4

    Tinggi Sedang Sedang Rendah

    C-1 C-2 C-3 C-4

    Tinggi Sedang Sedang Rendah

    TEAM B TEAM C

    TEAM A

    A-1 A-2 A-3 A-4

    Tinggi Sedang Sedang Rendah

    Pengaruh Model Team..., Candra Juniarto, FKIP UMP, 2013

  • 22

    3. Model Pembelajaran Langsung

    Model Pembelajaran langsung merupakan salah satu model

    pembelajaran yang dijadikan salah satu kontrol dalam penelitian

    eksperimen, sebab. Model pembelajaran langsung merupakan

    pembelajaran yang paling sering ditemui didalam lingkungan sekolah.

    Model pembelajaran langsung menurut Sidharta (2005 : 5) adalah

    model pembelajaran yang digunakan oleh para peneliti untuk

    merujuk pola-pola pembelajaran, dengan cara guru banyak

    menjelaskan konsep atau keterampilan kepada sejumlah kelompok

    siswa dan menguji ketermpilan siswa melalui latihan-latihan

    dibawah bimbingan dan arahan guru. Tujuan utama model

    langsung adalah memaksimalkan penggunaan waktu belajar siswa.

    Model pembelajaran langsung juga sering dipandang sama dengan

    model ekspositori. Model ekspositori (exposition model) menurut

    Brandy adalah The theory of the exposition model is examined with

    reference to the characteristics of traditional education, the learning

    theories of the model and the types of learning it producs. Terjemahan

    dalam bahasa Indonesia sebagai berikut: teori tentang model ekspositori

    adalah dilatih dengan referensi untuk membentuk kareakter pendidikan

    tradisional, teori pembelajaran dari model dan jenis pembelajaran

    produk.

    Model pembelajaran langsung menurut Bruce dan Weil

    (Kemendiknas, 2010 : 25 - 26) memiliki sintaks dalam kegiatan

    pembelajarannya sebagai berikut : (a) orientasi, (b) presentasi, (c)

    Latihan terstruktur, (d) latihan terbimbing, dan (e) latihan mandiri.

    Pengaruh Model Team..., Candra Juniarto, FKIP UMP, 2013

  • 23

    a) Orientasi

    Sebelum menyajikan dan menjelaskan materi baru, akan sangat

    menolong siswa jika guru memberikan kerangka pelajaran dan

    orientasi terhadap materi yang akan disampaikan. Bentuk-bentuk

    orientasi dapat berupa :

    1) kegiatan pendahuluan untuk mengetahui pengetahuan yang

    relevan dengan pengetahuan yang telah dimiliki peserta

    didik;

    2) mendiskusikan atau menginformasikan tujuan pelajaran;

    3) memberikan penjelasan/arahan mengenai kegiatan yang

    akan dilakukan;

    4) menginformasikan materi/konsep yang akan digunakan dan

    kegiatan yang akan dilakukan selama pembelajaran; dan

    5) menginformasikan kerangka pelajaran.

    b) Presentasi

    Pada fase ini guru dapat menyajikan materi pelajaran baik berupa

    konsep-konsep maupun keterampilan. Penyajian materi dapat

    berupa:

    1) penyajian materi dalam langkah-langkah kecil sehingga

    materi dapat dikuasai siswa dalam waktu relatif pendek;

    2) pemberian contoh-contoh konsep;

    Pengaruh Model Team..., Candra Juniarto, FKIP UMP, 2013

  • 24

    3) pemodelan atau peragaan keterampilan dengan cara

    demonstrasi atau penjelasan langkah-langkah kerja terhadap

    tugas; dan

    4) menjelaskan ulang hal-hal yang sulit.

    c) Latihan terstruktur

    Pada fase ini guru memandu peserta didik untuk melakukan

    latihan-latihan. Peran guru yang penting dalam fase ini adalah

    memberikan umpan balik terhadap respon peserta didik dan

    memberikan penguatan terhadap respon siswa yang benar dan

    mengoreksi respon peserta didik yang salah.

    d) Latihan terbimbing

    Pada fase ini guru memberikan kesempatan kepada peserta didik

    untuk berlatih konsep atau keterampilan. Latihan terbimbing ini

    baik juga digunakan oleh guru untuk mengases kemampuan

    peserta didik untuk melakukan tugasnya. Pada fase ini peran guru

    adalah memonitor dan memberikan bimbingan jika diperlukan.

    e) Latihan mandiri

    Pada fase ini peserta didik melakukan kegiatan latihan secara

    mandiri, fase ini dapat dilalui peserta didik jika telah menguasai

    tahap-tahap pengerjaan tugas 85-90% dalam fase bimbingan

    latihan.

    Tujuan utama model pembelajaran langsung menurut Sidharta

    (2005 : 5) adalah untuk memaksimalkan penggunaan waktu belajar

    Pengaruh Model Team..., Candra Juniarto, FKIP UMP, 2013

  • 25

    siswa. Proses pembelajaran langsung dapat menghabiskan waktu lebih

    sedikit daripada pembelajaran dengan model pembelajaran lainnya.

    Sebab, model pembelajaran langsung didalamnya lebih banyak

    menggunakan teknik teacher center dengan guru sebagai pusat

    pembelajaran. Hal ini yang membuat model pembelajaran langsung

    dapat menjadi lebih cepat dalam proses kegiatan belajar mengajar.

    C. Matematika

    1. Pengertian Matematika

    Matematika merupakan mata pelajaran yang diajarkan pada setiap

    tingkat pendidikan, mulai dari pendidikan dasar ke pendidikan tinggi.

    Matematika merupakan mata pelajaran yang menjadi dasar bagi siswa

    dalam mempelajari disiplin ilmu yang bersifat pasti (konsisten). Ciri

    khas dari pelajaran matematika adalah matematika adalah berpola pikir

    deduktif, konsisten, dan memiliki materi yang bersifat spiral hierarkhis.

    Pembelajaran matematika di Sekolah Dasar (SD) menjadi dasar

    siswa dalam mempelajari matematika di jenjang selanjutnya (lebih

    tinggi). Menurut Ruseffendi (Heruman, 2012 : 1)

    Matematika adalah bahasa simbol ; ilmu deduktif yang tidak

    menerima pembuktian secara induktif ; ilmu tentang pola

    keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang

    tidak didefinisikan, keunsur yang didefinisikan, ke aksioma atau

    postulat, dan akhirnya ke dalil

    Menurut Kerami (2002 : 158) Matematika adalah pengkajian logis

    mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep yang berkaitan;

    matematika seringkali dikelompokan kedalam tiga bidang : aljabar,

    Pengaruh Model Team..., Candra Juniarto, FKIP UMP, 2013

  • 26

    analisis, dan geometri, walaupun demikian tidak dapat dibuat

    pembagian yang jelas karena cabang-cabang ini telah bercampur-baur,

    pada dasarnya aljabar melibatkan bilangan dan pengabstrakannya

    analisis melibatkan kekontinuan dan limit, sedangkan geometri

    membahas bentuk dan konsep-konsep yang berkaitan; sains didasarkan

    atas postulat yang dapat menurunkan kesimpulan yang diperlukan dari

    asumsi tertentu.

    Turmudi (2009 : 4) memandang matematika sebagai proses inquiry

    (proses penyelidikan) dan proses coming to know (proses mengetahui

    atau proses mencari tahu), lapangan berkreasi dan temuan manusia yang

    secara terus menerus meluas, dan bukan produk yang telah selesai.

    Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

    teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin

    dan memajukan daya pikir manusia. Matematika selain sebagai mata

    pelajaran tersendiri, matematika juga ada dalam ilmu pengetahuan lain.

    Penjelasan matematika diatas membawa pada perlunya konsep

    kurikulum dari pembelajaran matematika. Konsep kurikulum

    matematika menurut Heruman (2012 : 2) Konsep pada kurikulum

    matematika disekolah dasar dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar,

    yaitu penanaman konsep dasar (penanaman konsep), pemahaman

    konsep, dan pembinaan keterampilan.

    Penjabaran tentang konsep dasar matematika menurut Heruman

    (2012 : 3) adalah sebagai berikut :

    Pengaruh Model Team..., Candra Juniarto, FKIP UMP, 2013

  • 27

    Penanaman konsep dasar (penanaman konsep), yaitu pembelajaran

    suatu konsep baru matematika, ketika siswa belum pernah

    mempelajari konsep tersebut.

    Pemahaman konsep, yaitu pembelajaran lanjut dari penamanam

    konsep, yang bertujuan agar siswa lebih memahami suatu konsep

    matematika.

    Pembinaan ketermpilan, yaitu pembelajaran lanjutan dari

    penanaman konsep dan pemahaman konsep.

    Penjabaran tersebut memperjelas pengertian pembelajaran matematika

    khususnya disekolah dasar tidak hanya menitik beratkan pada

    penanaman konsep semata, namun harus diikut dengan pemahaman

    konsep dan pembinaan konsep. Pembelajaran matematika dimaksudkan

    agar siswa mampu menemukan sendiri pengetahuan tentang

    matematika berdasarkan pengalamannya. Bruner (Heruman, 2012 : 4)

    dalam metode penemuan mengungkapkan bahwa siswa dalam

    pembelajaran matematika menggunakan metode penemuan harus

    menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang diperlukannya.

    2. Materi Pelajaran Matematika

    Penelitian ini peneliti mengambil materi Faktor Persekutuan

    Besar (FPB) dan Kelipatan Persekutuan Kecil (KPK) pada kelas IV

    semester I. FPB dan KPK merupakan salah satu materi dalam mata

    pelajaran matematika di sekolah dasar. Materi ini diajarkan mulai kelas

    IV SD. Materi FPB dan KPK ini merupakan pengembangan materi

    operasi hitung bilangan, yang telah diajarkan sebelumnya di kelas IV di

    bagian awal pembelajaran matematika kelas IV.

    Faktor adalah semua bilangan asli yang merupakan pembagi atau

    hasil bilangan tersebut sehingga sisanya nol. Sedangkan faktor

    Pengaruh Model Team..., Candra Juniarto, FKIP UMP, 2013

  • 28

    persekutuan biasa disebut dengan faktor sekutu atau suatu faktor yang

    didapatkan dari faktor-faktor dua bilangan yang diketahui.

    contoh :

    faktor dari 36

    untuk mencari faktor dapat menggunakan cara kotak.

    1 2 3 4 6

    36 18 12 9 6

    Maka faktor dari 36 :

    {1, 2, 3, 4, 6, 12, 18, 36}

    faktor dari 48

    untuk mencari faktor dapat menggunakan cara kotak.

    1 2 3 4 6

    48 24 16 12 8

    Maka faktor dari 48 :

    {1, 2, 3, 4, 6, 8, 12, 16, 24, 48}

    Faktor persekutuan biasa disebut dengan faktor sekutu yaitu suatu

    faktor yang didapatkan dari faktor dua bilangan yang diketahui.

    Contoh :

    Carilah faktor persekutuan dari 36 dan 48, maka langkahnya sebagai

    berikut

    a. Kita cari faktor dari 36

    faktor dari 36 : {1, 2, 3, 4, 6, 12, 18, 36}

    b. Kita cari faktor dari 48

    36 = Karena 1 x 36 = 36

    2 x 18 = 36

    3 x 12 = 36

    4 x 9 = 36

    6 x 6 = 36

    48 = Karena 1 x 48 = 48

    2 x 24 = 48

    3 x 16 = 48

    4 x 12 = 48

    6 x 8 = 48

    Pengaruh Model Team..., Candra Juniarto, FKIP UMP, 2013

  • 29

    faktor dari 48 : {1, 2, 3, 4, 6, 8, 12, 16, 24, 48}

    c. Selanjutnya kita cari faktor yang sama dari kedua faktor tersebut

    36 = 1, 2, 3, 4, 6, 9, 12, 18, 36

    48 = 1, 2, 3, 4, 6, 8, 12, 16, 24, 48

    FPB adalah faktor persekutuan terbesar. Mencari FPB dapat

    dilakukan dengan cara faktorisasi prima.

    Cara I :

    Misal : Carilah FPB dari 36 dan 48

    36 48

    2 18 2 24

    2 9 2 12

    3 3 2 6

    2 3

    Maka :

    Faktor 36 = 2 x 2 x 3 x 3

    Faktor 48 = 2 x 2 x 2 x 2 x 3

    Jadi FPB dari 36 dan 48 adalah 2 x 2 x 3 = 12

    Pengaruh Model Team..., Candra Juniarto, FKIP UMP, 2013

  • 30

    Cara II :

    Misal : Carilah FPB dari 36 dan 48

    Penyelesaian

    2

    2

    3

    36 48

    18 24

    9 12

    3 4

    Maka FPBnya : 2 x 2 x 3 = 12

    Suatu bilangan cacah X merupakan kelipatan dari suatu bilangan

    cacah P, jika X diperoleh dari mengalikan dengan bilangan cacah

    lainnya.

    Misal :

    Kelipatan 3 : {3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, ...}

    Kelipatan 4 : {4, 8, 12, 16, 20, 24, 28, 32, ...}

    Kelipatan persekutuan merupakan himpunan semua kelipatan

    persekutuan dari dua bilangan atau lebih.

    Misal :

    Kelipatan Persekutuan dari 3 dan 4 adalah {12, 24}

    Kelipatan persekutuan terkecil Ialah bilangan terkecil dari

    anggota himpunan kelipatan persekutuan. Menentuhkan kelipatan

    persekutuan terkecil dapat dilakukan dengan cara

    Cara Kelipatan Persekutuan (Cara I)

    Cari KPK dari 36 dan 48

    Pengaruh Model Team..., Candra Juniarto, FKIP UMP, 2013

  • 31

    Kelipatan 36 = {36, 72, 108, 144, 180, 216, 252, 288, ...}

    Kelipatan 48 = {48, 96, 144 192, 240, 288, ...}

    Kelipatan persekutuan dari 36 dan 48 {144, 288 }

    Jadi, KPK dari 36 dan 48 = 144

    Cara Faktorisasi Prima (Cara II)

    Misal : Carilah KPK dari 36 dan 48

    36 48

    2 18 2 24

    2 9 2 12

    3 3 2 6

    2 3

    Maka :

    Faktor 36 = 2 x 2 x 3 x 3 = 22 x 3

    2

    Faktor 48 = 2 x 2 x 2 x 2 x 3 = 2 x 3

    Untuk mencari KPKnya kita cari faktor yang sama tetapi pangkatnya

    terbesar.

    Jadi KPK dari 36 dan 48 = 24 x 3

    2

    = 16 x 9

    = 144

    Pengaruh Model Team..., Candra Juniarto, FKIP UMP, 2013

  • 32

    Cara III

    Misal : Carilah KPK dari 36 dan 48

    Penyelesaian

    2

    2

    3

    36 48

    18 24

    9 12

    3 4

    Maka KPKnya : 2 x 2 x 3 x 3 x 4 = 144

    D. Penelitian Yang Relevan

    Peneliti tidak menemukan penelitian yang sama persis dengan permasalahan

    yang penulis teliti, namun ada peneliti lain yang telah melakukan penelitian

    dengan menggunakan model yang sama (TGT) yaitu :

    1. Pamujo dan Aji Heru Muslim dengan judul penelitian “Peningkatan

    Aktivitas dan Prestasi Belajar IPS Melalui Pembelajaran Kooperatif

    Tipe TGT (Team Games Tournament) di Kelas V SD Negeri 1

    Kendaga”. Dalam hasil penelitian tersebut peleksanaan tindakan model

    pembelajaran kooperatif tipe TGT pada mata pelajaran IPS dapat

    meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa terbukti dari nilai

    rata-rata aktivitas siklus I diperoleh 67,03 meningkat menjadi 80,32

    pada siklus II

    2. Nur Fitrianingrum dengan judul skripsi “Pengaruh model pembelajaran

    kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) terhadap prestasi

    belajar matematika di tinjau dari jenis kelamin siswa kelas V SD

    Pengaruh Model Team..., Candra Juniarto, FKIP UMP, 2013

  • 33

    Ledug”. Dalam penelitian tersebut disimpulkan 1) model pembelajaran

    kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) berpengaruh terahdap

    prestasi belajar matematika dengan Fhit > Ftab (7,106 > 4,00). 2) Jenis

    kelamin siswa tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika

    dengan Fhit < Ftab (0,582 < 4,00). 3) Tidak ada interaksi antara model

    pembelajaran dan jenis kelamin siswa terhadap prestasi belajar

    matematika dengan Fhit < Ftab (0,279 < 4,00).

    E. Kerangka Berpikir

    Prestasi belajar matematika untuk mencapainya secara maksimal,

    banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi, di antaranya adalah

    pemilihan model dan metode pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif

    tipe TGT dapat menjadi salah satu alternatif dalam kegiatan belajar

    mengajar yang dilakukan oleh guru. Model kooperatif tipe TGT adalah

    salah satu model pembelajaran yang memadukan antara pembelajaran,

    kerjasama tim, permainan dan pertandingan.

    Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif

    tipe TGT diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar

    siswa supaya lebih baik dan model pembelajaran kooperatif tipe TGT

    diharapkan dapat menanamkan sikap disiplin dari siswa melalui

    pengaplikasian secara langsung dengan permainan-permainan akademik

    yang dibuat dengan berbagai macam peraturan yang mengatur didalamnya.

    Pengaruh Model Team..., Candra Juniarto, FKIP UMP, 2013

  • 34

    Sikap disiplin merupakan sikap yang penting dan dibutuhkan dalam

    mayarakat. Penanaman sikap disiplin disekolah, khususnya sekolah dasar

    sangat diperlukan agar peserta didik memahami pentingnya bersikap

    disiplin sejak dini. Disiplin juga diperlukan dalam kehidupan sehari-hari

    siswa, penanaman disiplin yang telah dilakukan dari dahulu oleh orang tua

    akan menimbulkan karakter disiplin pada diri siswa. Tetapi, siswa yang

    tidak mendapatkan perlakuan disiplin di lingkungan keluarga cenderung

    akan menjadikan siswa tersebut susah untuk di atur, dan cenderung menjadi

    trouble maker di kelas, yang tentuhnya berefek pada prestasi belajar siswa

    dan keefektifan dari pembelajaran akan berkurang.

    F. Hipotesis Penelitian

    Berdasarkan pada perumusan di atas, maka peneliti mengajukan

    hipotesis :

    1. Ada pengaruh model koooperatif tipe TGT terhadap prestasi belajar

    matematika.

    2. Ada pengaruh antara disiplin terhadap prestasi belajar matematika.

    3. Ada interaksi pengaruh model kooperatif tipe TGT, model

    pembelajaran langsung dan disiplin terhadap prestasi belajar

    matematika.

    Pengaruh Model Team..., Candra Juniarto, FKIP UMP, 2013