bab ii kajian pustaka a. landasan teori 1. peduli …repository.ump.ac.id/4623/3/bab ii_nuriza...
TRANSCRIPT
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI
1. Peduli Lingkungan
Lingkungan berdampingan dengan kehidupan manusia sejak dari
manusia itu lahir. Manusia dituntut untuk selalu menjaga dan
melestarikan lingkungan, karena hidup manusia bergantung oleh
lingkungan. Lingkungan menurut Uno (2011: 137) merupakan salah
satu potensi yang diciptakan oleh Allah SWT untuk digunakan sebagai
pemenuhan kebutuhan manusia dalam menjalani hidup di dunia yang
perlu dijaga kelestariannya. Manusia hidup berdampingan dengan alam,
oleh karena itu manusia dituntut untuk mempunyai sikap peduli
lingkungan. Peduli lingkungan menurut Daryanto (2013: 150) yaitu
sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan
lingkungan alam di sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk
memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
Indikator peduli lingkungan di sekolah menurut Daryanto (2013:
150) dalam Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah disajikan
pada table 2.1 berikut:
7
Upaya Meningkatkan Peduli…, Nuriza Meilina, FKIP UMP, 2017
8
Tabel 2.1 Indikator Peduli Lingkungan
Nilai
Karakter Indikator
Peduli
Lingkungan
Membersihkan WC.
Membersihkan tempat sampah.
Membersihkan lingkungan sekolah.
Memperindah kelas dan sekolah dengan tanaman.
Ikut memelihara taman di halaman sekolah.
Ikut dalam kegiatan menjaga kebersihan lingkungan.
Indikator di atas adalah indikator jenjang Sekolah Dasar (SD)
kelas 4-6 pada karakter peduli lingkungan. Indikator karakter sebagai
pacuan atau pedoman guru dalam menerapkan dan menilai karakter
siswa di sekolah. Indikator nilai karakter juga disesuaikan dengan mata
pelajaran yang ada di sekolah.
Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa peduli lingkungan
memiliki beberapa indikator yaitu membersihkan WC, membersihkan
tempat sampah, membersihkan lingkungan sekolah, memperindah kelas
dan sekolah dengan tanaman, ikut memelihara taman di halaman
sekolah, dan ikut dalam kegiatan menjaga kebersihan sekolah. Indikator
tersebut harus dikembangkan agar guru mengetahui seberapa besar
siswa yang telah peduli terhadap lingkungan di sekolah. Guru juga
perlu bekerja sama dengan orang tua mengenai penerapan peduli
lingkungan di kehidupan siswa sehari-hari.
Upaya Meningkatkan Peduli…, Nuriza Meilina, FKIP UMP, 2017
9
2. Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan hasil dari kemampuan siswa terhadap
materi belajar. Prestasi menjadi tolak ukur keberhasilan proses
pembelajaran. Pengertian prestasi belajar yang dijelaskan oleh Arifin
(2013: 12-13) mengatakan bahwa, kata prestasi berasal dari bahasa
Belanda yaitu prestatie, dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang
berarti hasil usaha. istilah prestasi belajar (achievement) berbeda
dengan hasil belajar (learning outcome). Prestasi Belajar menurut
Mulyasa (2014: 189) prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh
seseorang setelah menempuh kegiatan belajar, sedangkan belajar pada
hakekatnya merupakan usaha sadar yang dilakukan seseorang untuk
memenuhi kebutuhannya. Prestasi belajar pada umumnya berkenaan
dengan aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi aspek
pembentukan watak peserta didik. Kata prestasi banyak digunakan
dalam berbagai bidang dan kegiatan antara lain dalam kesenian,
olahraga, dan pendidikan, khususnya pembelajaran.
Prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat perenial
dalam sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang rentang
kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan
kemampuan masing-masing. Fungsi dari prestasi belajar antara lain:
1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan
yang telah dikuasi siswa.
2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu.
Upaya Meningkatkan Peduli…, Nuriza Meilina, FKIP UMP, 2017
10
3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.
Asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi
siswa dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan
berperan sebagai umpan balik (feedback) dalam meningkatkan mutu
pendidikan.
4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu
institusi pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi
belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu institusi
pendidikan. Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan relevan
dengan kebutuhan masyarakat dan siswa. Indikator ekstern dalam
arti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator
tingkat kesuksesan siswa di masyarakat. Asumsinya adalah
kurikulum yang digunakan relevan pula dengan kebutuhan
masyarakat.
5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan)
siswa. Siswa menjadi fokus utama yang harus diperhatikan dalam
proses pembelajaran, karena diharapkan siswa dapat menyerap
seluruh materi pelajaran.
Prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi
berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor
internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu. Ahmadi
(2013: 138) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar, antara lain:
Upaya Meningkatkan Peduli…, Nuriza Meilina, FKIP UMP, 2017
11
Faktor internal:
1) Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang
diperoleh, misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan
sebagainya.
2) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh
terdiri atas :
a) Faktor intelektif yang meliputi:
(1) Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat.
(2) Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki.
b) Faktor non-intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu
seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi,
penyesuaian diri.
c) Faktor kematangan fisik maupun psikis.
Faktor eksternal:
1) Faktor sosial yang terdiri dari:
a) Lingkungan keluarga
b) Lingkungan sekolah
c) Lingkungan masyarakat
d) Lingkungan kelompok
2) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan,
teknologi, kesenian.
3) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar,
iklim.
4) Faktor lingkungan spiritual atau keamanan.
Upaya Meningkatkan Peduli…, Nuriza Meilina, FKIP UMP, 2017
12
Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar siswa yaitu dari dalam diri siswa itu
sendiri yang di dorong oleh faktor luar yaitu berupa faktor keluarga, dan
faktor lingkungan masyarakat. Jika faktor dari dalam sudah baik, maka
faktor yang berpengaruh besar yaitu dari keluarga dan lingkungan
masyarakat. Peran orangtua untuk mendidik akan berpengaruh pada
prestasi belajar siswa di sekolah.
3. Contextual Teaching and Learning (CTL)
Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan salah satu
model pembelajaran yang inovatif. CTL merupakan model
pembelajaran yang mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari,
sehingga siswa dapat memahami dan menerapkannya langsung
dikehidupan nyata. Johnson (2006: 19) menyebutkan bahwa:
“…an educational process that aims to help students see
meaning in the academic material they are studying by
connecting academic subjects with the context of their daily
lives, that is, with context of their personal, social, and cultural
circumstance. To achieve this aim, the system encompasses the
following eights components: making meaningful connections,
doing significant work, self-regulated learning, collaborating,
critical and creative thinking, nurturing the individual,
reaching high standards, using authentic assessment.”
Pendapat di atas menjelaskan bahwa, sistem CTL adalah sebuah
proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna
di dalam materi akademik yang siswa pelajari dengan cara
menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam
kehidupan keseharian siswa, yaitu dengan konteks keadaan pribadi,
sosial, dan budaya siswa. Tujuan tersebut dapat tercapai melalui sistem
Upaya Meningkatkan Peduli…, Nuriza Meilina, FKIP UMP, 2017
13
yang meliputi delapan komponen berikut: membuat keterkaitan-
keterkaitan yang bermakna, melakukan pekerjaan yang berarti,
melakukan pembelajaran yang diatur sendiri, melakukan kerja sama,
berpikir kritis dan kreatif, membantu individu untuk tumbuh dan
berkembang, mencapai standar yang tinggi, dan menggunakan penilaian
autentik.
Penjabaran lain mengenai pengertian model pembelajaran
Contextual Teaching and Learning yaitu dari Sanjaya (2006: 255) yang
mengatakan bahwa, Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah
suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses
keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang
dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata
sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam
kehidupan mereka. Hudson dan Vesta (2007: 58) menyebutkan bahwa:
“Contextual Teaching and Learning (CTL) has been defined
here as a way to introduce content using a variety of active-
learning techniques designed to help students connect what
they already know to what they are expected to learn, and to
construct new knowledge from the analysis and synthesis of
this learning process.”
Pendapat di atas merupakan definisi dari Contextual Teaching
and Learning (CTL).Hudson dan Vesta (2007: 58) menyebutkan bahwa
Contextual Teaching and Learning (CTL) didefinisikan di sini sebagai
cara untuk memperkenalkan konten menggunakan berbagai teknik
pembelajaran aktif. Hal tersebut dirancang untuk membantu siswa
menghubungkan apa yang mereka tahu dengan apa yang mereka
harapkan untuk belajar, dan untuk membangun pengetahuan baru dari
Upaya Meningkatkan Peduli…, Nuriza Meilina, FKIP UMP, 2017
14
analisis dan sintesis proses belajar ini. Hal tersebut akan memudahkan
siswa untuk memahami proses pembelajaran. Proses pembelajaran
Contextual Teaching and Learningakan tercapai jika konsep dari
pembelajaran CTL dapat dilaksanakan dengan baik dan benar.
Pendekatan model pembelajaran Contextual Teaching and
Learning (CTL) memiliki tujuh asas yang melandasi pelaksanaan
proses pembelajarannya, antara lain:
1) Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun
pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan
pengalaman. Konstruktivisme digagas oleh Mark Baldawin dan
dikembangan dan diperdalam oleh Jean Piaget menganggap bahwa
pengetahuan itu terbentuk bukan hanya dari objek semata, tetapi juga
dari kemampuan individu sebagai subjek yang menangkap setiap
objek yang diamatinya. Jean Piaget dalam Sanjaya (2006: 265) lebih
lanjut menyatakan hakikat pengetahuan sebagai berikut:
a) Pengetahuan bukanlah merupakan gambaran dunia kenyataan
belaka, akan tetapi merupakan konstruksi kenyataan melalui
kegiatan subjek.
b) Subjek membentuk skema kognitif, kategori, konsep, dan struktur
yang perlu untuk pengetahuan.
c) Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsepsi seseorang.
Struktur konsepsi membentuk pengetahuan bila konsepsi itu
berlaku dalam berhadapan dengan pengalaman-pengalaman
seseorang.
Upaya Meningkatkan Peduli…, Nuriza Meilina, FKIP UMP, 2017
15
Asumsi itu melandasi CTL yaitu mendorong siswa agar siswa
bisa mengkonstruksi pengetahuannya melalui proses pengamatan
dan pengalaman nyata. Pengetahuan hanya akan fungsional
manakala dibangun oleh individu. Pengetahuan yang diberikan tidak
akan menjadi pengetahuan yang bermakna.
2) Inkuiri
Asas kedua yaitu inkuiri. Pembelajaran inkuiri didasarkan pada
pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis.
Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil mengingat, akan tetapi
hasil dari proses menemukan sendiri.
Penerapan asas ini dalam proses pembelajaran CTL, dimulai
dari adanya kesadaran siswa akan masalah yang jelas dan ingin
dipecahkan. Siswa harus didorong untuk menemukan masalah. Jika
masalah telah dipahami dengan batasan-batasan yang jelas,
selanjutnya siswa dapat mengajukan hipotesis atau jawaban
sementara sesuai dengan rumusan masalah yang diajukan. Hipotesis
itulah yang akan menuntun siswa utuk melakukan observasi dalam
rangka mengumpulkan data. Manakala data telah terkumpul,
selanjutnya siswa dituntun untuk menguji hipotesis sebagai dasar
dalam merumuskan kesimpulan. Asas ini diharapkan siswa memiliki
sikap ilmiah, rasional, dan logis yang kesemuanya itu diperlukan
sebagai dasar pembentukan kreativitas.
Upaya Meningkatkan Peduli…, Nuriza Meilina, FKIP UMP, 2017
16
3) Bertanya (Questioning)
Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab
pertanyaan. Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari
keingintahuan setiap individu, sedangkan menjawab pertanyaan
mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir. Guru dalam
proses pembelajaran CTL tidak menyampaikan informasi begitu
saja, akan tetapi memancing agar siswa dapat menemukan sendiri.
Guru memancing siswa dengan pertanyaa-pertanyaan yang diberikan
pada saat proses pembelajaran. Hal tersebut diharapkan guru dapat
membimbing dan mengarahkan siswa untuk menemukan setiap
materi yang dipelajarinya.
4) Masyarakat Belajar (Learning Community)
Konsep masyarakat belajar (learning community) dalam CTL
menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerja sama
dengan orang lain. Kerja sama itu dapat dilakukan dalam berbagai
bentuk baik dalam kelompok belajar secara formal maupun dalam
lingkungan yang terjadi secara alamiah. Hasil belajar dapat diperoleh
dari hasil sharing dengan orang lain, antar teman, antar kelompok.
Pada kelas CTL, penerapan asas masyarakat belajar dapat
dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok
belajar. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya
bersifat heterogen, baik dilihat dari kemampuan dan kecepatan
belajarnya, maupun dilihat dari bakat dan minatnya. Biarkan dalam
kelompoknya mereka saling membelajarkan; yang cepat belajar
didorong untuk membantu yang lambat belajar, yang memiliki
kemampuan tertentu didorong untuk menularkannya pada yang lain.
Upaya Meningkatkan Peduli…, Nuriza Meilina, FKIP UMP, 2017
17
5) Pemodelan (Modeling)
Asas pemodelan atau modeling adalah proses pembelajaran
dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh
setiap siswa. contoh dari asas pemodelan yaitu guru memperagakan
bagaimana cara mengoperasikan sebuah alat, atau bagaimana cara
melafalkan sebuah kalimat asing, dan lain sebagainya.
Proses modeling tidak terbatas dari guru saja, akan tetapi dapat
juga guru memanfaatkan siswa yang dianggap memiliki
kemampuan. Modeling merupakan asas yang penting dalam
pembelajaran CTL, sebab melalui modeling siswa dapat terhindar
dari pembelajaran yang teoretis-abstrak yang dapat memungkinkan
terjadinya verbalisme.
6) Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah
dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali
kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya.
Melalui proses refleksi, pengalaman belajar itu akan dimasukkan
dalam struktur kognitif siswa yang pada akhirnya akan menjadi
bagian dari pengetahuan yang dimilikinya. Bisa terjadi melalui
proses refleksi siswa akan memperbarui pengetahuan yang telah
dibentuknya, atau menambah khazanah pengetahuannya.
Upaya Meningkatkan Peduli…, Nuriza Meilina, FKIP UMP, 2017
18
Pada proses pembelajaran menggunakan CTL, setiap berakhir
proses pembelajaran, guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk “merenung” atau mengingat kembali apa yang telah
diepalajarinya. Siswa dibiarkan secara bebas menafsirkan
pengalamannya sendiri, sehingga ia dapat menyimpulkan tentang
pengalaman belajarnya.
7) Penilaian Nyata (Authentic Assessment)
Penilaian nyata (authentic assessment) adalah proses yang
dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang
perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini
diperlukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau
tidak; apakah pengalaman belajar siswa memiliki pengaruh yang
positif terhadap perkembangan baik intelektual maupun mental
siswa.Penilaian keberhasilan tidak hanya ditentukan oleh aspek hasil
belajar seperti hasil tes, akan tetapi juga proses belajar melalui
penilaian nyata.
Penjelasan dari ketujuh asas yang melandasi pelaksanaan proses
pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat disimpulkan
yaitu pengetahuan yang disusun atau dibangun oleh diri sendiri
berdasarkan penglaman siswa yang disebut konstruktivisme. Siswa pada
tahap konstruktivisme berlangsung diiringi dengan proses pembelajaran
yang didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir
secara sistematis yang disebut pembelajaran inkuiri. Pada saat
Upaya Meningkatkan Peduli…, Nuriza Meilina, FKIP UMP, 2017
19
berlangsungnya proses pembelajaran inkuiri, siswa diarahkan untuk
bertanya (questioning) dan menjawab pertanyaan. Hal tersebut merupakan
hakikat dari belajar dan merupakn konsep dari masyarakat belajar yang
saling membagi pengetahuan satu sama lain. Proses belajar yang bermakna
yaitu dengan menggunakan pemodelan (modeling), dan merefleksi materi
yang kemudian semua proses tersebut dinilai oleh guru dengan
menggunakan penilaian nyata (Authentic Assessment).
Berdasarkan tujuh asas yang melandasi pembelajaran Contextual
Teaching and Learning (CTL) dibentuk sebuah pola pembelajaran CTL
yang merupakan merupakan gambaran bagaimana cara menerapkan model
pembelajaran CTL ke dalam proses pembelajaran di kelas. Sanjaya (2006:
270) menyebutkan bahwa untuk mencapai kompetensi yang sama dengan
menggunakan CTL guru melakukan langkah-langkah pembelajaran seperti
di bawah ini:
1) Pendahuluan
a) Guru menjelaskan kmpotensi yang harus dicapai serta manfaat
dari proses pembelajaran dan pentingnya materi pembelajaran
yang akan dipelajari.
b) Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL:
(1) Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok sesuai dengan
jumalah siswa.
(2) Tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan observasi.
Upaya Meningkatkan Peduli…, Nuriza Meilina, FKIP UMP, 2017
20
(3) Melaui observasi siswa ditugaskan untuk mencatat berbagai
hal yang ditemukan di tempat yang akan diobservasi oleh
siswa nantinya.
c) Guru melakukan tanya jawab mengenai tugas yang harus
dikerjakan oleh setiap siswa.
2) Inti
a) Di lapangan
(1) Siswa melakukan observasi ke tempat yang sudah ditentukan
sebelumnya oleh guru.
(2) Siswa mencatat hal-hal yang mereka temukan di lapangan
sesuai dengan alat observasi yang telah mereka tentukan
sebelumnya.
b) Di dalam kelas
(1) Siswa mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai dengan
kelompoknya masing-masing.
(2) Siswa melaporkan hasil diskusi.
(3) Setiap kelompok menjawab sesuai pertanyaan yang diajukan
oleh kelompok yang lain.
3) Penutup
a) Guru membantu siswa menyimpulkan hasil observasi sekitar
masalah pasar sesuai dengan indicator hasil belajar yang harus
dicapai.
b) Guru menugaskan siswa untuk membuat karangan tentang
pengalaman belajar mereka dengan tema.
Upaya Meningkatkan Peduli…, Nuriza Meilina, FKIP UMP, 2017
21
4. Pembelajaran IPA
Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA merupakan salah satu mata
pelajaran pokok di Sekolah Dasar. Mata pelajaran IPA menekankan
pada nilai karakter siswa karena berhubungan langsung dengan alam
sekitar manusia. Zubaedi (2011: 291) menyatakan bahwa upaya
menanamkan nilai karakter kepada siswa juga bisa dilakukan melalui
mata pelajaran ilmu pengetahuan alam (sains). Banyak nilai penting
kehidupan yang dapat dipelajari dari IPA, memberi konsekuensi kepada
para pendidik untuk dapat mengembangkan IPA sebagai salah satu
media dalam pembentuk pribadi siswa. Siswa dalam hal ini diajak
menelaah serta mempelajari nilai-nilai dalam IPA yang berguna dalam
kehidupan bermasyarakat.
Nilai-nilai dalam IPA yang berguna dalam kehidupan
bermasyarakat merupakan salah satu tujuan IPA di terapkan di sekolah
dasar. Depdikbud dalam Zubaedi (2011: 292) menyebutkan bahwa
tujuan IPA adalah sebagai tuntunan untuk mencukupi kebutuhan
masyarakat sesuai zamannya. Zubaedi (2011: 292) mengatakan bahwa
tujuan pengajaran IPA semakin berkembang, khususnya dalam tiga
aspek hakikat, yaitu proses, produk, dan sikap. Hal ini ditekankan
kepada aspek teori dan praktik serta dirumuskan dengan
mempertimbangkan kepentingan personal dan sosial. Menurut
Rustaman, dan Rustmana dalam Zubaedi (2011:293) menyatakan
bahwa tujuan pembelajaran IPA selain untuk memahami konsep-konsep
IPA dan keterkaitannya, juga ditujukan untuk:
Upaya Meningkatkan Peduli…, Nuriza Meilina, FKIP UMP, 2017
22
a) Meningkatkan kesadaran akan kelestarian lingkungan, kebanggaan
nasional, dan kebesaran serta kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.
b) Mengembangkan daya penalaran untuk memecahkan masalah
sehari-hari.
c) Mengembangkan keterampilan proses untuk memperoleh konsep-
konsep IPA dan menumbuhkan nilai serta sikap ilmiah.
d) Menerapkan konsep dan prinsip IPA untuk menghasilkan karya
teknologi sederhana yang berkaitan dengan kebutuhan manusia.
Pada pembelajaran IPA memuat materi-materi yang berhubungan
dengan manusia dana lam sekitar. Salah satu materi yang terdapat pada
IPA yaitu materi sumber daya alam. Peneliti mengambil materi Sumber
Daya Alam yang terdapat di kelas IV SD semester 2 yaitu pada KD
11.3 yaitu menjelaskan dampak pengambilan bahan alam terhadap
pelestarian lingkungan. Materi tersebut berisi tentang dampak
pengambilan bahan alam tanpa pelestarian dan menghemat energi dan
mengurangi pencemaran. Pembelajaran ini bertujuan untuk membantu
siswa memahami tentang dampak pengambilan bahan alam tanpa
pelestarian, memahami langkah pelestarian alam, memahami cara
menghemat energi dan mengurangi pencemaran udara, tanah, dan air.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Ada beberapa penelitian mengenai model pembelajaran Contextual
Teaching and Learning (CTL) yang telah dilakukan, antara lain:
1. Krisnandari Ekowati, dkk. (2015) tentang “The Application of Contextual
Approach in Learning Mathematic to Improv Students Motivation At
SMPN 1 Kupang” menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa meningkat
Upaya Meningkatkan Peduli…, Nuriza Meilina, FKIP UMP, 2017
23
dengan diadakannya tiga siklus. Nilai awal yaitu 38,78, pada siklus perta
naik 34,9% yaitu menjadi 73,68, siklus kedua naik 40.33% yaitu menjadi
79,11 dari nilai awal, dan pada siklus ke tiga naik 43.84% yaitu menjadi
82,62 dari nilai awal.
2. Yudha Aprizani. (2016) tentang “Improving Reading Comprehension
Using Contextual Teaching and Learning (CTL)” menunjukan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan model CTL lebih baik dari pada
pembelajaran dengan instruksi langsung. Diharapkan guru dapat
memperbaharui model pembelajaran mereka dengan menggunakan model
pembelajaran CTL.
3. Penilitian yang dilakukan oleh Noor Alfu Laila (2009) tentang “Pengaruh
Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) terhadap Hasil
Belajar Membaca Pemahaman Bahasa Indonesia siswa kelas IV SD”
menunjukkan bahwa pertama, hipotesis penelitian yang menyatakan
bahwa hasil belajar membaca pemahaman siswa yang diajar melalui
pendekatan CTL lebih tinggi dari siswa yang diajar melalui pendekatan
konvensional, ternyata secara empiris teruji oleh data. Kedua, kedua
hipotesis penelitian yang menyatakan hasil belajar membaca pemahaman
siswa antara siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi yang diberi
perlakuan CTL lebih tinggi dari siswa yang diberi perlakuan konvensional,
ternyata secara empiris teruji oleh data. Ketiga, hipotesis penelitian yang
menyatakan bahwa hasil belajar membaca pemahaman siswa antara siswa
yang memiliki motivasi belajar rendah yang diberi perlakuan CTL lebih
tinggi dari siswa yang diberi perlakuan konvensional, ternyata secara
empiris teruji oleh data.
Upaya Meningkatkan Peduli…, Nuriza Meilina, FKIP UMP, 2017
24
4. Suryanti, dkk. (2006) melakukan penelitian tentang “Pembelajaran
Kontekstual Sebagai Upaya Mengatasi Kesulitan Siswa Kelas V SD
Laboratorium Unesa dalam Memahami Materi Panas” menunjukkan
bahwa berdasarkan matriks orang-butir skor hasil tes pemahaman konsep
materi perpindahan panas, diketahui siswa yang tuntas atau nilainya ≥75
yaitu 85% dari jumlah siswa.
Berdasarkan dari uraian di atas mengenai penelitian-penelitian yang
relevan, dalam penelitian ini peneliti mengembangkan penerapan model
pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) pada materi sumber
daya alam di kelas IV SD. Peneliti akan mengembangkan penerapan model
CTL dengan memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar.
Penelitian ini lebih menekankan pada sikap peduli lingkungan dan prestasi
belajar siswa dalam pembelajaran.
C. Kerangka Pikir
Setelah dilaksanakannya observasi dan wawancara di kelas IVB SD
Negeri Pasir Wetan pada tanggal 12 Januari 2017 terdapat masalah mengenai
sikap peduli lingkungan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA
yang belum maksimal. Pembelajaran IPA yang telah diajarkan belum mampu
memberikan dorongan bagi siswa untuk mengaplikasikan ilmu yang siswa
dapat ke dalam kehidupan sehari-hari. Siswa kurang memiliki sikap peduli
terhadap lingkungan sekitar sekitar sekolah. Siswa juga kurang memahami
Upaya Meningkatkan Peduli…, Nuriza Meilina, FKIP UMP, 2017
25
dan menguasai materi pelajaran IPA yang menyebabkan prestasi belajar
siswa belum maksimal pada mata pelajaran IPA. Guru perlu melakukan
tindakan untuk meningkatkan sikap peduli lingkungan dan prestasi belajar
siswa di kelas IVB SD Negeri Pasir Wetan.
Guru dapat melakukan beberapa cara untuk meningkatkan sikap peduli
lingkungan dan prestasi belajar siswa, salah satunya menggunakan penerapan
model Contextual Teaching and Learning (CTL). Model CTL dapat
memberikan pembelajaran yang lebih bermakna, sehingga siswa mampu
untuk memahami, menguasai, dan menerapkan di kehidupan nyata. Pada
model pembelajaran CTL terdapat tiga hal yang harus dipahami, yaitu:
1. CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan
materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman
secara langsung.
2. CTL mendorong siswa agar dapat menemukan hubungan antara materi
yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata.
3. CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
Berdasarkan penjelasan di atas, diharapkan model pembelajaran CTL
dapat meningkatkan sikap peduli lingkungan dan prestasi belajar siswa pada
mata pelajaran IPA materi sumber daya alam. Kesimpulan uraian di atas
disajikan dalam kerangka pikir penelitian pada gambar 2.1 sebagai berikut:
Upaya Meningkatkan Peduli…, Nuriza Meilina, FKIP UMP, 2017
26
Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian
Kondisi
Awal
Tindakan
Kondisi
Akhir
Model pembelajaran CTL dapat
meningkatkan sikap peduli lingkungan
dan prestasi belajar siswa.
- Sikap peduli lingkungan dan prestasi
belajar yang belum maksimal.
- Belum menggunakan model
pembelajaran CTL.
Menggunakan model Pembelajaran CTL.
Siklus I
Guru menerapkan model pembelajaran
Contextual Teaching and Learning dalam
materi sumber daya alam dengan
mengunjungi pabrik, dan lingkungan
sekitar sekolah.
Siklus II
Guru menerapkan model pembelajaran
Contextual Teaching and Learning
dalam materi sumber daya alam dengan
mengobservasi lingkungan sekolah, dan
lingkungan sekitar sekolah.
Upaya Meningkatkan Peduli…, Nuriza Meilina, FKIP UMP, 2017
27
D. Hipotesis Penelitian Tindakan
Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka berpikir di atas, maka
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
1. Penerapan model Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat
meningkatkan sikap peduli lingkungan siswa terhadap mata pelajaran IPA
di kelas IVB SD Negeri Pasir Wetan.
2. Penerapan modal Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA di kelas IVB
SD Negeri Pasir Wetan.
Upaya Meningkatkan Peduli…, Nuriza Meilina, FKIP UMP, 2017