bab ii kajian pustaka a. kemampuan kerjasama anak usia …repository.ump.ac.id/6189/3/bab ii_evi...
TRANSCRIPT
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kemampuan Kerjasama Anak Usia Dini
1. Pengertian Kemampuan Kerjasama Anak Usia Dini
Saputra (2005:39) mengatakan bahwa kerjasama atau kooperatif adalah
gejala saling mendekati untukmengurus kepentingan bersama dan tujuan
bersama. Kerjasama dan pertentangan merupakan dua sifat yang dapat
dijumpai dalam seluruh proses sosial/masyarakat, di antara seseorang dengan
orang lain, kelompok dengan kelompok, dan kelompok dengan seseorang.
Lebih lanjut Saputra (2005:41) mendefinisikan bahwa kerjasama adalah
merupakan perwujudan tanggung jawab dari tiap orang yang terlibat dalam
kelompok. Jika ada satu anggota yang tidak bertanggung jawab, biasanya akan
mempengaruhi pencapaian tujuan atau kegiatan kelompok. Seseorang akan
merasa bahagia jika mendapatkan penghargaan atas kegiatan yang
dilakukannya. Penghargaan ini dapat berupa penghargaan dalam wujud “rasa
hormat”, atau dalam bentuk yang nyata, misalnya materi atau penghargaan
tertulis. Hal yang sangat penting dalam kerjasama adalah keinginan untuk
saling menghargai sesama anggota kelompok.
Di sisi lain Santosa (2009:22) mengemukakan bahwa kerjasama adalah
suatu bentuk interaksi sosial ketika tujuan anggota yang satu berkaitan erat
dengan tujuan anggota yang lain atau tujuan kelompok secara keseluruhan
5
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Evi Liukwisana Wati, FKIP UMP, 2013
6
sehingga setiap individu dapat mencapai tujuan apabila individu lain mencapai
tujuan.
Catron dan Allen dalam Mutiah (2010:149) menerangkan bahwa
kerjasama adalah interaksi saling membantu, saling berbagi, dan pola
bergiliran. Sedangkan Pusat Pendidikan AUD Lembaga Penelitian UNY
(2009:34) menerangkan bahwa kerjasama merupakan salah satu fitrah manusia
sebagai makhluk sosial. Semakin modern seseorang maka ia akan semakin
banyak bekerjasama dengan orang lain, bahkan seakan tanpa dibatasi oleh
ruang dan waktu tentunya dengan perangkat yang modern pula.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Kerjasama
Saputra (2005:41-42) menerangkan bahwa pencapaian kerjasama
menuntut persyaratan tertentu yang dipenuhi oleh anggota yang terlibat.
Syarat-syarat tersebut adalah :
a. Kepentingan yang sama
Kerjasama akan terbentuk apabila kepentingan yang sama ingin dicapai oleh
semua anggota. Kepentingan yang sama tidak hanya menyangkut aspek
materi mungkin juga aspek non materi seperti aspek moral, rohani, dan
batiniah.
b. Keadilan
Kerjasama harus didasari oleh prinsip keadilan, artinya setiap orang yang
ikut bekerja sama memperoleh imbalan yang sesuai dengan kontribusinya
dalam pelaksanaan suatu kegiatan kerjasama.
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Evi Liukwisana Wati, FKIP UMP, 2013
7
c. Saling pengertian
Kerjasama harus dilandasi oleh keinginan untuk mengerti dan memahami
kepentingan dari orang-orang yang terlibat dalam kegiatan bersama itu.
Pengertian ini akan merangsang timbulnya kerja sama atas dasar saling
pengerrtian (mutual understanding).
d. Tujuan yang sama.
Menetapkan memiliki tujuan yang sama untuk semua orang tidak selalu
mudah, karena hampir setiap orang terikat dalam suatu kelompok didasari
oleh kepentingan sendiri yang ingin dicapai oleh keberhasilan kelompok.
Tujuan harus dapat mengantisipasi kepentingan individual yang tergabung
dalam kelompok sosial. Kerjasama akan terbentuk apabila semua orang
memiliki tujuan serupa tentang hal yang ingin dicapai.
e. Saling membantu
Kerjasma merupakan dasar akan keberhasilan dalam pencapaian tujuan. Hal
ini akan lebih mudah terjadi, jika tiap orang dalam kelompok bersedia untuk
saling membantu teman sesama kelompok jika diperlukan.
f. Saling melayani
Kesediaan untuk saling melayani merupakan unsur yang memperrcepat
terjadinya suatu kerjasama. Jika ada anggota yang hanya ingin dilayani dan
tidak bersedia melayani kepentingan orang lain, maka akibatnya akan terjadi
kepincangan distribusi kegiatan.
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Evi Liukwisana Wati, FKIP UMP, 2013
8
g. Tanggung jawab
Kerjasama adalah merupakan perwujudan tanggung jawab dari tiap orang
yang terlibat dalam kelompok. Jika ada satu anggota yang tidak bertanggung
jawab, biasanya akan mempengaruhi pencapaian tujuan atau kegiatan
kelompok.
h. Penghargaan
Seseorang akan merasa bahagia jika mendapatkan penghargaan atas
kegiatan yang dilakukannya. Penghargaan ini dapat berupa penghargaan
dalam ujud “rasa hormat”, atau dalam bentuk yang nyata, misalnya materi
atau penghargaan tertulis. Hal yang sangat penting dalam kerjasama adalah
keinginan untuk saling menghargai sesama anggota kelompok.
i. Kompromi
Kerjasama kelompok adalah gabungan kerja dari tiap orang yang terlibat
dalam kelompok sosial. Cara kerja tiap orang tidak sama, ada yang cepat,
ada yang lambat. Ada yang serius dan ada yang ogah-ogahan. Unsur
kompromi penting untuk melandasi kapan suatu kegiatan akan diselesaikan.
G.C. Homans, dalam Santosa (2009:30) membagi aspek-aspek dalam
interaksi kerjasama sebagai berikut yaitu
a. Adanya motif atau tujuan yang sama
artinya setiap inividu yang mengadakan interaksi mempunyai motif dan
tujuan tertentu.
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Evi Liukwisana Wati, FKIP UMP, 2013
9
b. Adanya suasana emosional yang sama
artinya bahwa setiap inividu didorong oleh perasaan masing-masing yang
sama daaaalam interaksi sosial.
c. Adanya interaksi
artinya setiap individu dalam keadaan demikian pasti berhubungan dengan
indiviu lain, yang disebut dengan interaksi. Dipandang dari segi individu
maka interaksi itu disebut dengan aksi.
d. Adanya pimpinan
artinya bahwa adanya interaksi, aksi dan sentimen menimbulkan suatu
bentuk pimpinan dan umumnya berlangsung seara wajar serta merupakan
bentuk piramida.
e. Adanya external system
artinya bahwa dengan aanya interaksi dan sentimen mereka tidak dapat
melepaskan diri dari pengaruh luar (external system).
f. Adanya internal system
artinya untuk menanggulangi pengaruh ari luar. Masing-masing individu
yang berinteraksi, semakin memperkuat irinya masing-masing, seperti
menciptakan kesamaan pandangan, kesadaran, perbuatan, yang ini semua
menimbulkan internal sistem.
Johnson dan Johnson, dalam Saputra (2005:50) menyebutkan bahwa
sistem pengajaran gotong royong atau pembelajaran kelompok dapat
didefinisikan sebagai sistem kerja atau kelompok yang terstruktur termasuk di
dalam struktur ini adalah lima unsur pokok yaitu saling ketergantungan positif,
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Evi Liukwisana Wati, FKIP UMP, 2013
10
tanggung jawab individu, interkasi personal, keahlian kerjasama, dan proses
kelompok.
Di sisi lain David, dkk, dalam Suyanto (2005:154) mengidentifikasikan
empat elemen dasar dalam belajar kerjasama yaitu adanya saling
ketergantungan yang menguntungkan pada siswa dalam melakukan usaha
secara bersama-sama, adanya interaksi langsung di antara siswa dalam satu
kelompok, masing-masing siswa memiliki tanggung jawab untuk bisa
menguasai materi yang diajarkan, penggunaan yang tepat dari kemampuan
interpersonal dan kelompok kecil yang dimiliki oleh setiap siswa. Pakar lain
Gallahue, dalam Saputra (2005:51) menjelaskan bahwa pembelajaran
kerjasama memerlukan adanya komunikasi efektif, kejujuran individu,
sportivitas, dan kerja kelompok..
3. Manfaat Kerjasama Bagi Anak Usia Dini
Sharan dalam Suyanto (2005:154) mengemukakan bahwa belajar
kerjasama mempersiapkan siswa untuk masa depannya di masyarakat, yaitu
memacu siswa untuk belajar secara aktif ketika ia bekerjasama dan bukan
hanya passif. Hal ini memotivasi siswa untuk mencapai prestasi akademik yang
lebih baik, menghormati perbedaan yang ada dan kemajuan dalam kemampuan
sosial.
Di sisi lain Saputra (2005:53) mengatakan bahwa manfaat
pembelajaran kerjasama adalah mampu mengembangkan aspek moralitas dan
interaksi sosial peserta didik karena melalui kerjasama anak memperoleh
kesempatan yang lebih besar untuk berinteraksi dengan anak lain,
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Evi Liukwisana Wati, FKIP UMP, 2013
11
mempersiapkan anak untuk belajar bagaimana mendapatkan berbagai
pengetahuan dan informasi sendiri, baik guru, teman, bahan pelajaran, atau
sumber belajar yang lain, meningkatkan kemampuan siswa untuk bekerjasama
dengan orang lain dalam sebuah tim, membentuk pribadi yang terbuka dan
menerima perbedaan yang terjadi, dan membiasakan anak untuk selalu aktif
dan kreatif dalam mengembangkan analisisnya. Lebih lanjut, Saputra
(2005:51) mengemukakan beberapa manfaat yang dapat dihasilkan melalui
pembelajaran kerjasama bagi anak TK adalah anak akan bertambah sikap
tanggung jawabnya terhadap dirinya sendiri maupun anggota kelompoknya,
anak akan bangkit sikap solidaritasnya dengan membantu teman yang
memerlukan bantuannya, anak akan merasakan perlunya kehadiran teman
dalam menjalani hidupnya, anak akan mewujudkan sikap kerjasama dalam
kelompok dan merefleksikannya dalam kehidupan, dan anak mampu bersikap
jujur dengan mengatakan apa adanya kepada teman dalam kelompoknya.
Sedangkan Lyman dan Foyle dalam Suyanto (2005:154)
mengemukakan bahwa belajar bekerjasama juga merupakan sebuah metode
yang dapat meningkatkan prestasi akademik yang implementasinya tidak
membutuhkan biaya mahal. Pusat Pendidikan AUD Lembaga Penelitian UNY
(2009:34) menyebutkan bahwa aspek-aspek dalam kerjasama adalah
membiasakan anak bergaul/berteman dengan teman sebaya dalam melakukan
tugas, membiasakan anak untuk menghargai pendapat atau kemampuan orang
lain, menyadari bahwa kerjasama atau tolong menolong itu sangat penting dan
menyenangkan, dan mengembangkan rasa empati pada anak didik.
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Evi Liukwisana Wati, FKIP UMP, 2013
12
B. Metode Bermain Bola Estafet
1. Pengertian Bermain Bola Estafet
Hurlock (1978:320) menyatakan bahwa bermain adalah setiap kegiatan
yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya tanpa
mempertimbangkan hasil akhir. Pakar lain, Vygotsky dalam Tedjasaputra
(2001:9) meyakini bahwa bermain mempunyai peranan langsung terhadap
perkembangan kognisi seseorang, menurutnya anak tidak dapat berfikir abstrak
karena bagi mereka, meaning (makna) dan objek berbaur menjadi satu.
Bruner dan Sutton-Smith, dalam Suyanto (2005:121) mengemukakan
bahwa bermain merupakan proses berpikir secara fleksibel dan proses
pemecahan masalah. Di sisi lain Hidayatulloh (2008:4) mengatakan bahwa
bermain merupakan cara untuk bereksplorasi dan bereksperimen dengan dunia
sekitar sehingga anak akan menemukan sesuatu dari pengalaman bermain.
Loy, McPherson, dan Kenyon dalam Hidayatulloh (2008:4)
mendefinisikan bahwa bermain adalah berbagai aktifitas yang bersifat bebas,
terpisah, tak pasti atau berubah-ubah, secara spontan, tidak mempertimbangkan
hasil, dan diatur oleh peraturan serta membuat kepercayaan. Sementara Sutton-
Smith (dalam Hurlock 1978:320) mengemukakan bahwa bermain bagi anak
terdiri atas empat metode dasar yang membuat kita mengetahui tentang dunia,
yaitu: meniru, eksplorasi, menguji dan membangun.
Menurut Poerwadarmita (2007:169) bola memiliki arti barang bulat
yang dibuat dari karet dan sebagainya. Lebih lanjut menurut Poerwadarmita
(2007:326) estafet adalah perlombaan lari (renang) beranting (bersambung).
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Evi Liukwisana Wati, FKIP UMP, 2013
13
Sedangkan pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988:236) estafet
adalah lomba (lari atau renang) beregu dengan cara pembagian jarak tempuh
diantara para peserta, pada akhir bagiannya masing-masing menyerahkan
benda (misal tongkat, bendera ) pada peserta berikutnya. Berdasarkan beberapa
pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa bermain bola estafet
memiliki artisuatu aktifitas untuk bereksplorasi yang dilakukan secara beregu
dengan cara pembagian jarak tempuh diantara para peserta, pada akhir
bagiannya masing-masing menyerahkan benda bola pada peserta berikutnya.
2. Manfaat Bermain Bola Estafet
Tedjasaputra (2001:41) berpendapat bahwa manfaat metode bermain
adalah anak belajar berpisah dengan pengasuh atau ibunya, dengan teman
sepermainan anak akan belajar berbagi hak milik; menggunakan mainan secara
bergilir; melakukan kegiatan bersama; mempertahankan hubungan yang sudah
terbina; mencari cara pemecahan masalah yang dihadapi dengan teman
mainnya, anak akan belajar berkomunikasi dengan sesama teman baik dalam
mengemukakan isi pikiran dan perasaannya maupun memahami apa yang
diucapkan oleh temannya tersebut.
Menurut Catron dan Allen dalam Musfiroh (2005:149) mengatakan
bahwa bermain mendukung perkembangan sosialisasi dalam hal-hal berikut
ini. Interaksi sosial, yakni interaksi dengan teman sebaya,orang dewasa, dan
memecahkan konflik. Kerjasama, yakni interaksi saling membantu, berbagi,
dan pola bergiliran.Menghemat sumber daya, yakni menggunakan dan menjaga
benda-bendadan lingkungan secara tepat. Peduli terhadap orang lain, seperti
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Evi Liukwisana Wati, FKIP UMP, 2013
14
memahami dan menerima perbedaan individu, memahami masalah multi
budaya. Sedangkan Hidayatulloh (2008:7) berpendapat bahwa bermain
memberikan kontribusi yang unik bagi perkembangan anak. Bermain dapat
digunakan untuk membantu anak dalam mengembangkan potensi fisik,
kognitif, sosial, dan emosi.
Menurut Saifudin (2011) permainan estafet dapat meningkatkan
kekuatan tim atau kerjasama kelompok dalam mengatasi setiap permasalahan
di organisasi, perusahaan maupun relasi. Sedangkan menurut Bunda (2011)
permainan estafet akan melatih kekompakan dan kerjasama tim, kehati-hatian,
kecepatan, dan kompetisi yang sportif.
Di sisi lain, Yudho (2010) mengatakan bahwa permainan ball estafet
bertujuan untuk membentuk kerjasama tim, pembagian tugas (manajemen),
mengatur diri dan waktu untuk bertindak, dan mengatur strategi bermain
bersama-sama.
3. Langkah-langkah Bermain Bola Estafet
Permainan bola estafet ini diadaptasi dari permainan bola berlomba
karya Hidayatulloh. Cara melakukan permainan ini yaitu buatlah dua lingkaran
(dengan jarak satu lengan). Anak-anak disuruh memakai nomor. Berikan
kepada tiap nomor 1 sebuah bola. Mereka harus memberikan (bukan
melemparkan) bola kepada temannya menurut arah panah. Dengan aba-aba
guru, perlombaan dimulai. Jika nomor satu telah menerima bola kembali, maka
ia harus mengacungkan tangan yang berisi bola itu ke atas. Permainan diulang
dengan arah yang berlawanan. Sebagai selingan anak dapat disuruh berputar
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Evi Liukwisana Wati, FKIP UMP, 2013
15
seperempat lingkaran, sehingga mereka menghadap keluar
(Hidayatulloh,2008:37).
C. Kriteria Keberhasilan
1. Pedoman penilaian
Menurut Sudjana (2009:3) penilaian adalah proses memberikan atau
menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu.
Sedangkan Brewer, dalam Anita Yus (2005:31) menyatakan penilaian adalah
penggunaan sistem evaluasi yang bersifat komprehensif (menyeluruh) untuk
menentukan kualitas dari suatu program atau kemajuan dari seorang anak.
Berarti penilaian itu harus dilakukan menyeluruh dari apa yang akan dinilai.
Howard Gradner dalam Anita Yus (2005:31) menegaskan bahwa
penilaian merupakan upaya memperoleh informasi mengenai ketrampilan dan
potensi diri individu dengan dua sasaran. Pertama, memberikan umpan balik
yang bermanfaat kapada individu yang bersangkutan. Kedua, sebagai data yang
berguna bagi masyarakat yang ada di sekitarnya. Penilaian pada pendidikan
anak TK lebih banyak untuk mendeskripsi ketercapaian perkembangan
anak.Dengan penilaian dapat diketahui dan ditetapkan aspek-aspek
perkembangan yang telah dicapai dan yang belum dicapai.
Menurut Anita Yus (2005:57) mengemukakan penilaian yang sering
digunakan di TK adalah penilaian non tes yang terdiri dari: pemberian tugas,
pemberian tugas adalah suatu cara penilaian yang dilakukan dengan
memberikan tugas-tugas tertentu sesuai dengan kemampuan yang akan
diungkap. Penilaian dengan cara ini dapat digunakan dengan cara melihat hasil
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Evi Liukwisana Wati, FKIP UMP, 2013
16
kerja anak dan cara anak mengerjakan tugas tersebut. Pemberian tugas sebagai
alat penilaian dapat diselesaikan secara kelompok, berpasangan ataupun
individual. Selanjutnya Percakapan, percakapan adalah penilaian yang
dilakukan melaului percakapan atau cerita antara anak dengan guru atau antara
anak dengan anak.
Percakapan dalam rangka penilaian dapat dilakukan guru dengan
sengaja dan topik yang dibicarakan juga sesuai dengan tema kegiatan
pelaksanaan program pada saat itu. Kemudian Observasi (pengamatan),
observasi atau pengamatan merupakan alat pengumpulan data penilaian yang
dilakukan dengan merekam / mencatat secara sistematik gejala-gejala tingkah
laku yang Nampak. Terdapat juga catatan Anekdot (Anecdotal record), catatan
anekdot merupakan salah satu bentuk pencatatan (kumpulan catatan) tentang
gejala tingkah laku yang berkaitan dengan sikap dan perilaku anak yang
khusus, baik yang positif maupun yang negatif.
Selanjutnya yaitu skala Penilaian (Rating Scale), skala penilaian juga
sering digunakan untuk pencatatan hasil pengamatan. Skala penilaian memuat
daftar kata-kata atau pernyataan mengenai tingkah laku, sikap, dan atau
kemampuan siswa. Skala penilaian ada yang berbentuk bilangan, huruf dan ada
yang berbentuk uraian. Terakhir adalah portofolio, portofolio banyak
digunakan dalam bidang ekonomi. Namun, sejalan dengan perkembangan
pembelajaran portofolio juga digunakan sebagai salah satu metode dan alat
penilaian. Melalui portofolio dapat diketahui perkembangan seseorang. Dalam
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Evi Liukwisana Wati, FKIP UMP, 2013
17
kegiatan pelaksanaan program TK, portofolio dianggap tepat digunakan
sebagai alat penilaian
Sedangkan menurut Departemen Agama RI (2004:50) penilaian
merupakan usaha mengumpulkan dan menafsirkan berbagai informasi secara
sistematis, berkala, berkelanjutan, menyeluruh tentang proses dan hasil dari
pertumbuhan dan perkembangan yang dicapai oleh anak didik melalui kegiatan
pembelajaran. Cara pencatatan hasil penilaian harian dilaksanakan sebagai
berikut:
: untuk anak yang perilakunya belum sesuai dengan indikator yan
diharapkan.
√: untuk anak yang berada pada tahap proses menuju diharapkan dan sudah
dapat menyelesaikan tugas melebihi yang direncanakan guru indikator
yang diharapkan.
: anak yang perilakunya melebihi indikator yang diharapkan.
Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2004:6) cara penilaian
hasil penilaian harian dilaksanakan sebagai berikut:
: dapat digunakan juga untuk menunjukkan bahwa anak melakukan atau
menyelesaikan tugas selalu dengan bantuan guru.
: dapat digunakan juga untuk menunjukkan bahwa anak mampu melakukan
atau menyelesaikan tanpa bantuan guru.
√ : artinya kemampuan anak cukup.
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Evi Liukwisana Wati, FKIP UMP, 2013
18
Menurut pedoman penilaian Taman Kanak-kanak Kemendiknas Dirjen
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah (2010:11) catatan hasil penilaian
harian adalah sebagai berikut :
a. Catatan hasil penilaian harian perkembangan anak dicantumkan pada kolom
penilaian di RKH.
b. Anak yang belum berkembang (BB) sesuai indikator seperti, dalam
melaksanakan tugas selalu dibantu guru, maka pada kolom penilaian ditulis
nama anak dan diberi tanda satu bintang ().
c. Anak yang sudah mulai berkembang (MB) sesuai dengan indikator yang
diharapkan RKH mendapat tanda dua bintang ().
d. Anak yang sudah berkembang sesuai harapan (BSH) sesuai dengan indikator
yang diharapkan RKH mendapat tanda tiga bintang ().
e. Anak yang berkembang sangat baik (BSB) melebihi indikator seperti yang
diharapkan dalam SKH mendapat tanda empat bintang ().
Dari beberapa pendapat prosedur penilaian di atas maka peneliti
menggunakan pedoman penilaian Kemendiknas Dirjen Mandas Tahun 2010.
2. Indikator Hasil Belajar
Menurut Pusat Penelitian AUD Lembaga Penelitian UNY (2009:16)
indikator-indikator anak yang memiliki kemampuan kerjasama antara lain,
anak dapat bergabung dalam permainan kelompok, anak menunggu teman
yang belum selesai mengerjakan, anak membantu pekerjaan temannya, anak
dapat terlibat aktif dalam permainan kelompok, anak bersedia berbagi dengan
teman-temannya saat bermain, anak membantu orang lain untuk membantu
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Evi Liukwisana Wati, FKIP UMP, 2013
19
orang lain, anak merespon dengan baik bila ada yang menawarkan bantuan,
anak bergabung bermain dengan teman saat istirahat, anak mengucapkan
terimakasih apabila dibantu teman.
Sementara menurut Standar Kompetensi Pendidikan Anak Usia Dini
(2004:28) indikator-indikator anak yang memiliki kemampuan kerjasama
adalah :senang bermain dengan teman, dapat melaksanakan tugas kelompok,
dapat memuji teman atau orang lain.
Sedangkan menurut Tedjasaputra (2001:88) indikator dalam
kemampuan kerjasama adalah anak dapat membina dan mempertahankan
hubungan dengan teman, anak mau berbagi dengan teman lain, anak mau
menghadapi masalah bersama-sama, mau menunggu giliran, belajar
mengendalikan diri, dan mau berbagi.
Dari indikator di atas peneliti mengambil beberapa indikator, yaitu:
a. Anak dapat bergabung dalam permainan kelompok (Anak ikut serta
berkumpul dalam kegiatan bermain bola estsafet)
b. Anak dapat terlibat aktif dalam permainan kelompok (dapat mengikuti
pembagian tugas dalam bermain bola estafet)
c. Mau menunggu giliran(mau bermain sesuai urutan dalam bermain bola
estafet)
d. Mau menghadapi masalah bersama-sama
e. Senang bermain dengan teman
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Evi Liukwisana Wati, FKIP UMP, 2013
20
Secara kuantitatif indikator dikatakan berhasil apabila dari kondisi awal
anak didik sebanyak 7 anak atau sebesar 29,1% yang memiliki kerjasama,
maka diharapkan setelah proses pembelajaran menggunakan metode bermain
bola estafet meningkat menjadi 80%.
D. Kerangka Berfikir
Catron dan Allen (dalam Musfiroh, 2005:1) menyatakan bahwa secara
langsung dapat mempengaruhi seluruh wilayah dari seluruh aspek
perkembangan anak. Kegiatan bermain memungkinkan anak belajar tentang
diri mereka sendiri, orang lain, dan lingkungannya. Dalam kegiatan bermain,
anak bebas untuk bereksplorasi, berimajinasi, dan menciptakan sesuatu.
Bermain merupakan cara agar anak mengeksplorasi dan bereksperimen
dengan dunia yang mengitarinya karena anak membangun hubungan dengan
dunianya.Melalui bermain anak dapat meningkatkan kemampuannya dalam
berinteraksi dengan teman, bekerjasama, tolong-menolong, dan menghargai
kemampuan orang lain.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka peneliti melakukan observasi
sebelum melakukan penelitian. Pada kondisi awal pembelajaran di TK tersebut
masih sangat klasikal dan individual. Anak-anak di TK tersebut terlihat jenuh
dan individual dalam mengerjakan kegiatan yang diberikan guru.Pembelajaran
yang menyenangkan sangatlah penting agar anak merasa senang dan nyaman,
dengan begitu diharapkan stimulai-stimulasi yang diberikan kepada anak dapat
diterima dengan baik.
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Evi Liukwisana Wati, FKIP UMP, 2013
21
Setelah peneliti melakukan observasi, peneliti memutuskan
menggunakan metode bermain bola estafet, karena dengan permainan ini maka
anak akan belajar berinteraksi, bekerjasama, menghargai kemampuan orang
lain, mengendalikan diri, disiplin dan menaati peraturan. Sehingga diharapkan
kemampuan kerjasama anak dapat terstimulasi dengan maksimal melalui
proses bermain yang menyenangkan bagi anak.Permainan ini diadaptasi dari
permainan “Bola Berlomba dalam Dua Lingkaran” karya Hidayatulloh.
Permainan ini tidak memerlukan tempat yang terlalu luas dan dapat
dilakukan di halaman sekolah.Peralatan yang digunakanpun mudah didapat
yaitu bola berukuran sedang dan biasanya setiap TK sudah memilikinya
sehingga lebih efisien.Walaupun permainan ini sederhana namun dalam proses
permainan ini berbagai macam perkembangan anak dapat dikembangkan,
antara lain nilai-nilai dan moral keagamaan, perkembangan motorik,
bahasa,kognitif, dan sosial emosional.
Nilai dan moral anak dapat dikembangkan dengan anak belajar
mengenal tanggung jawab, mengenal arti kebersamaan dan
persatuan.Perkembangan motorik dapat dikembangkan ketika anak memegang
bola, mengangkat bola, melakukan koordinasi, dan keseimbangan.
Perkembangan bahasa dapat dikembangkan ketika anak berkomunikasi
dengan teman sepermainannya,memahami bahasa isyarat. Perkembangan
kognitif dapat dikembangkan dengan mengenal bentuk bola atau benda di
sekitarnya, mengenal bilangan, mengenal ukuran.Perkembangan sosial
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Evi Liukwisana Wati, FKIP UMP, 2013
22
emosional dapat dikembangkan ketika anak bermain dimana anak berinteraksi
dengan teman, belajar mengenal aturan, menunjukkan reaksi emosi.
Peneliti akan melakukan penelitian yang dimulai dengan siklus 1. Pada
siklus ini peneliti menggunakan metode bermain bola estafet. Pembelajaran
yang diawali pada siklus 1.Siklus pertama dilakukan dengan 3 kali pertemuan,
apabila hasilnya belum maksimal peneliti akan mengulang kembali penelitian
tersebut dengan menggunakan siklus 2 dengan 3 kali pertemuan.
Pada siklus 2 ini diharapkan banyak peningkatan sehingga ketuntasan
dan hasil belajar meningkat. Dari pembelajaran tersebut peningkatan
kemampuan kerjasama anak meningkat maksimal dan optimal sehingga
penelitian dinyatakan berhasil.
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Evi Liukwisana Wati, FKIP UMP, 2013
23
Untuk mempermudah pemahaman, maka dibuat kerangka berfikir
sebagai berikut:
Gambar II.1 Bagan Kerangka Berpikir Penelitian Peningkatan Kemampuan
Kerjasama Anak Kelompok B2 TK Pertiwi Karangduren
1. Metode pembelajaran
masih bersifat klasikal,
media yang digunakan
kurang menarik.
2. Kemampuan kerjasama
anak masih sangat
rendah.
3. Kondisi anak masih
bersikap egois.
Dilakukan
upaya
perbaikan
dengan
PTK
Kondisi
awal
Siklus 1
metode
bermain
bola estafet
3 x
pertemuan
1. Guru sudah mulai
mengarahkan kegiatan
yang membentuk
kemampuan kerjasama
anak
2. Kemampuan kerjasama
anak mulai meningkat.
3. Sikap egois anak mulai
berkurang
Kondisi sudah
meningkat,ada
perbaikan tapi
belum
maksimal
Siklus 2
metode
bermain
bola
estafet 3 x
pertemuan
1. Guru sudah melakukan
kegiatan yang
membentuk
kemampuan kerjasama
anak
2. Kemampuan kerjasama
anak meningkat secara
optimal
3. Sikap egois anak tidak
nampak
Terjadi
peningkatan
kerjasama
secara
optimal dan
penelitian
berhasil
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Evi Liukwisana Wati, FKIP UMP, 2013
24
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif kualitatif berbentuk penelitian tindakan kelas dan dirancang dalam 2
siklus. Masing-masing siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu perencanaan,
pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Subyek penelitian adalah anak
kelompok B2 di TK Pertiwi Karangduren Kecamatan Sokaraja Kabupaten
Banyumas. Metode pengumpulan data diperoleh melalui lembar observasi
aktivitas anak selama proses pembelajaran dan dokumentasi berupa foto
selama pembelajaran.
E. Hipotesis Tindakan
Hipotesis dalam penelitian ini adalah metode bermain bola estafet dapat
meningkatkan kemampuan kerjasama pada anak kelompok B2 TK Pertiwi
Karangduren Kecamatan Sokaraja Kabupaten Banyumas semester genap tahun
ajaran 2012-2013.
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Evi Liukwisana Wati, FKIP UMP, 2013