bab ii kajian pustaka a. kajian teori 1. lari...
TRANSCRIPT
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Lari Cepat
a. Pengertian Atletik
Atletik merupakan komponen pendidikan jasmani yang mengutamakan
aktivitas jasmani serta pembinaan hidup sehat dan pengembangan jasmani,
mental, sosial, dan emosional yang serasi, selaras dan seimbang. Menurut Aip
Syaifuddin (1992: 2) atletik berasal dari bahasa Yunani yaitu “atlon” yang
mempunyai arti pertandingan, perlombaan, pergulatan atau perjuangan.
Orang yang melakukan dinamakan “athleta” (atlit) dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa atletik adalah salah satu cabang yang dipertandingkan
atau diperlombakan yang terdiri atas nomor-nomor jalan, lari, lompat dan
lempar. Dalam cabang olahraga atletik ada empat nomor lari, yaitu nomor lari
jarak pendek, lari jarak menengah, lari jarak jauh, dan lari marathon.
b. Pengertian Lari
Menurut Soegito (1992: 42) bahwa, “ Lari adalah suatu cara
menggerakkan badan ke depan dengan melangkahkan kaki kanan dan kiri
secara bergantian, tiap kali kaki bertolak selalu ada saat melayang”. Dengan
kata lain, lari merupakan rangkaian gerakan ke depan dengan melangkahkan
kaki secara bergantian. Gerakan harus dilakukan dengan baik, harmonis dan
kontinyu serta tidak diputus-putus agar diperoleh kecepatan yang maksimal.
Gerak dasar lari merupakan hal terpenting pada saat memulai belajar lari.
Pengajar harus memberikan pemahaman-pemahaman terlebih dahulu
mengenai gerak dasar lari. Selanjutnya, pada saat belajar lari harus diberikan
gerakan-gerakan paling dasar yang benar, mulai dari gerakan kaki, badan,
ayunan lengan dan pandangan serta koordinasi keseluruhan gerakan. Strategi
belajar lari yang sistematis, teratur dan kontinyu dapat meningkatkan
kemampuan lari dengan benar dan cepat.
6
c. Lari Cepat
Lari cepat atau lari jarak pendek, menurut Yoyo Bahagia, Ucup Y, Adang
S (2000:9-10) yaitu lari yang menempuh jarak 100 m, 200 m, dan 400 m.
Dalam lari cepat, terdiri dari beberapa teknik dasar yaitu teknik start, teknik
lari dan teknik finish.
Menurut Adi, Winendra, dkk. (2008:17) “nomor lari jarak pendek yang
diperlombakan pada event internasional, jika diadakan dilapangan terbuka
(outdoor), meliputi nomor lari 10 meter,200 meter, da 400 meter. Adapun lari
jarak pendek yang dilaksanakan di lapangan tertutup (indoor) adalah lari 50
meter, 60 meter, 200 meter, dan 400 meter.
d. Teknik Lari Cepat
Teknik start adalah persiapan awal seorang pelari untuk melakukan
gerakan lari. Start yang digunakan dalam lari cepat adalah start jongkok
(crouching start). Star jongkok merupakan tolakan pertama untuk
menghasilkan dorongan penuh menuju akselerasi lari menuju kecepatan
maksimal.
Gambar 1. Start jongkok
Adi, Winendra, dkk. (2008:17)
Cara melakukan start jongkok adalah sebagai berikut :
1) Saat aba-aba “bersedia” (on your marks)
7
Gambar 2. Start jongkok aba-aba “bersedia”
Adi, Winendra, dkk. (2008:19)
Cara melakukannya sebagai berikut :
a) Berdiri tegak kira-kira 3 langkah dibelakang garis start.
b) Pada aba-aba “bersedia” maju kedepan dan meletakkan kaki depan
di belakang garis start jaraknya 1,5 telapak kaki.
c) Letakkan lutut tungkai belakang sejajar dengan ujung jari-jari kaki
depan.
d) Letakkan kedua tangan dibelakang garis start selebar bahu dengan
kedua ibu jari berhadapan dan jari-jari lainnya rapat mengarah
keluar sehingga membentuk hufur V.
e) Lengan tegak lurus dari bahu kebawah dan berat badan terbagi
pada lengan dan kaki.
f) Pandangan ke depan sejauh kira-kira dua jengkal dari garis start
dengan leher rileks.
8
2) Saat aba-aba “siap” (set)
Gambar 3. Start jongkok aba-aba “siap”
Adi, Winendra, dkk. (2008:19)
Cara melakukannya sebagai berikut :
a) Angkat pinggul lebih tinggi sedikit dari pundak
b) Posisi lutut kaki depan membentuk sudut 90 derajat dan lutut kaki
belakang membentuk sudut 150 derajat.
c) Pandangan beralih dua jengkal menjadi satu jengkal dari garis start
dengan leher rileks.
d) Pundak didorong sedikit ke depan sehingga berat badan berada pada
lengan.
3) Pada saat aba-aba “ya”
Gambar 4. Start jongkok aba-aba “ya”
Adi, Winendra, dkk. (2008:19)
9
Cara melakukanya adalah sebagai berikut:
a) Kaki depan melakukan tolakan dengan kuat diikuti kaki belakang
melangkahkan kaki kedepan, bersamaan dengan itu ayunkan lengan
b) Langkah pertama yang dilakukan kaki belakang harus secepat-
cepatnya digerakkan ke depan.
c) Badan lurus dan condong ke depan dengan sudut 45 derajat dan
sudut lengan tetap 90 derajat.
d) Melakukan start dengan kuat dan cepat.
e) Kecepatan dipertahankan yang selanjutnya dipercepat.
Setelah terdengar aba-aba “ya”, pelari segera menolak dengan kuat
sebagai awalan. Pelari mencondongkan tubuh ke depan selama 5 sampai 6
meter pertama. Setelah jarak tersebut terlampaui, sprinter mengambil
posisi sprint yang lebih tegak untuk sisa lomba. Pada jarak 40 meter, tubuh
sprinter telah tegak sepenuhnya. Sikap pelari saat berlari psrint sebagai
berikut :
1) Berpijak pada ujung kaki.
2) Kaki yang tidak digunakan untuk berpijak ditekuk minimal 90o.
3) Angkatlah lutut tinggi-tinggi dan paha lebih kurang sejajar dengan
tanah.
4) Kepala dan badan tegak dan pandangan mata tertuju ke depan.
5) Siku membentuk sudut 90o.
6) Ayunkan tangan ke depan dan belakang berlawanan dengan ayunan
langkah kaki.
Selain teknik-teknik yang telah disebutkan di atas, ada latihan
teknik dasar lari jarak 50 m yang perlu dilakukan oleh para pelari sebelum
berlari. Latihan tersebut antara lain :
1) Latihan Lari di Tempat dengan Berganti Kecepatan
Latihan lari di tempat dapat dilakukan dengan berganti-ganti
kecepatan. Mula-mula latihan dimulai dengan pelan dan makin cepat.
Variasi mengangkat lutut (hingga rata air) bisa pula dilakukan. Praktik
pelaksanaannya dari pelan, terus ditambah kecepatannya.
10
2) Latihan Berjalan dengan Lutut Diangkat Tinggi
Caranya berjalan perlahan dan mengangkat paha kanan ke posisi
horizontal. Kaki kiri diluruskan sepenuhnya hingga ke ujung kaki saat
paha kaki kanan horizontal. Lengan ditekukkan pada siku dengan sudut
90o. Selanjutnya, berganti dengan paha kaki kiri yang diangkat. Lakukan
secara bergantian sepanjang 10 meter mulai dari langkah perlahan sampai
langkah dipercepat.
3) Latihan Berjalan dengan Meluruskan Lutut
Cara latihan ini hampir sama dengan latihan 1, hanya saja ketika
paha yang diangkat pada posisi horizontal, kaki sepenuhnya diluruskan.
Dimulai dengan berjalan mengangkat paha kanan hingga horizontal, kaki
kiri tegak lurus dengan telapak kaki menapak tanah. Selanjutnya, kaki
kanan diluruskan sepenuhnya sejajar paha dengan kaki kiri tetap dalam
posisi tegak lurus. Kemudian, gantian kaki kiri yang diangkat dan
diluruskan. Begitu seterusnya dengan urutan gerakan lutut diluruskan
setiap kali paha diangkat. Lakukan latihan mulai dari perlahan sampai
dipercepat dengan jarak 10 meter.
4) Latihan Menendang ke Belakang
Caranya diawali dengan secara perlahan bergerak ke depan dengan
menendangkan tumit ke belakang sampai mengenai bokong. Latihan ini
membantu mengembangkan pola gerakan kaki ke belakang tubuh.
Lakukan latihan ini berulang kali mulai dari perlahan sampai dipercepat
dengan jarak 10 meter.
5) Latihan Menggerakkan Lengan
Caranya diawali dengan berkonsentrasi untuk mempertahankan
sudut lengan pada siku tetap 90o bersamaan dengan ayunan lengan ke
depan. Latihan dimulai dengan berdiri, berjalan, berlari-lari kecil, dan
sprint. Lakukan latihan ini berulang kali untuk mendapatkan gerak ayunan
lengan yang sempurna.
6) Latihan Berlari dengan Lutut Tinggi Diikuti Sprint
11
Caranya dimulai dengan bergerak perlahan-lahan ke depan sejauh
5 meter dengan menekankan pada pengangkatan lutut yang tinggi. Pada
gerakan ini, lutut tidak perlu diluruskan. Selanjutnya berlari sekencang-
kencangnya ke depan sejauh 10 meter. Lakukan latihan ini berulang kali
untuk mendapatkan kecepatan sprint yang baik.
7) Latihan Pengulangan Sprint dari Start Melayang
Caranya dimulai dengan melakukan lari akselerasi (lari dengan
kecepatan tetap) sepanjang 20-30 meter dari start berdiri, lalu melakukan
sprint sepanjang 20-30 meter. Untuk itu, diperlukan lintasan sepanjang 40-
60 meter dengan diberi tanda sebagai batas lari akselerasi dan lari sprint.
Latihan ini dilakukan secara berulang-ulang dengan selang istirahat 2-3
menit. Jumlah ulangan tergantung dari kebugaran tubuh yang dimiliki.
2. Belajar dan Pembelajaran
a. Pengertian Belajar
Dimyati dan Mujiono ( 2010 : 7 ) mengatakan bahwa, “Belajar
merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai
tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah
penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar.”
Kemudian Menurut Slavin (2000: 143), “Belajar adalah
perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku
sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Belajar
merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon.”
Menurut Abdillah dalam Aunurrahman (2013: 35 ) bahwa,
“belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam
perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang
menyangkut aspek aspek kognitif, afektif dan psikomotor untuk
memperoleh tujuan tertentu.”
12
Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang
dilakukan oleh siswa secara sadar. Belajar adalah suatu perubahan
tingkah laku, penguasaan pengetahuan dan keterampilan dari hasil
pengalaman maupun hasil interaksi dengan lingkungannya.
b. Pengertian Pembelajaran
Corey dalam Sagala (2010: 61) berpendapat,“pembelajaran
adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola
untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam
kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi
tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan”. Knirk
dan Gustafon (1986) dalam Sagala (2010:64) mengartikan,“pembelajaran
merupakan suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan,
pelaksanaan, danevaluasi. Pembelajaran tidak terjadi seketika melainkan
sudah melalui tahapan perancangan pembelajaran.”
Menurut Aunurrahman (2013:34) “Pembelajaran adalah upaya
mengubah masukan berupa siswa yang belum terdidik menjadi siswa
yang terdidik, siswa yang belum mengetahui pengetahuan tentang
sesuatu, menjadi siswa yang memiliki pengetahuan”. Sedangkan menurut
Kimble & Garmezy “Pembelajaran adalah suatu perubahan perilaku yang
relative tetap dan merupakan hasil praktik yang diulang-ulang”
(Thobroni&Mustofa, 2011 : 18 )
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulan bahwa
pembelajaran yaitu upaya yang direncanakan dan dilakukan berulang-
ulang untuk memungkinkan terjadinya kegiatan belajar untuk mencapai
tujuan belajar. Pada penelitian ini, pembelajaran yang dimaksud adalah
pembelajaran pendidikan jasmani.
c. Ciri Belajar
Belajar merupakan suatu proses, bukan suatu hasil. Belajar
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (1) proses belajar adalah
mengalami, berbuat, mereaksikan dan melampaui, (2) proses belajar
13
melalui bermacam-macam pengalaman dan mata pelajaran yang terpusat
pada suatu tujuan tertentu, (3) hasil-hasil belajar yang telah tercapai
bersifat kompleks dan dapat berubah-ubah, jadi tidak sederhana dan statis
(Oemar Hamalik, 2002: 15).
Kemudian Menurut Dimyati dan Mujiono ( 2010: 8 ) ciri umum
belajar yaitu di tinjau dari segi :
(1) Pelaku : siswa yang bertindak belajar atau pebelajar
(2) Tujuan : Memperoleh hasil belajar dan pengalaman hidup.
(3) Proses : Internal pada diri pebelajar.
(4) Tempat : Belajar dapat berlangsung dimanapun tempatnya.
(5) Lama waktu : sepanjang hayat
(6) Syarat terjadi : Motivasi belajar yang kuat
(7) Ukuran keberhasilan : Dapat memecahkan masalah
(8) Faedah : Bagi pebelajar mempertinggi martabat pribadi.
(9) Hasil : Hasil belajar sebagai dampak pembelajaran dan
pengiring.
d. Hasil Belajar
Dalam hubungannya dengan belajar, hasil belajar adalah suatu hasil
yang telah dicapai siswa setelah mengikuti serangkaian proses belajar
mengajar. Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh
siswa setelah mengalami aktivitas belajar. Hasil belajar biasanya
diwujudkan dalam bentuk nilai. Nilai itulah yang menunjukkan hasil
prestasi setelah siswa memperoleh materi pelajaran.
Menurut Sudjana “ Hasil belajar pada hakikatnya adalah
perubahan tingkah laku, sebagai hasil belajar mencakup bidang kognitif,
afektif dan psikomotoris” (2010: 3 ).
Bloom membagi hasil belajar dalam tiga ranah, yakni ranah
kognitif, afektif dan psikomotor:
a. Ranah proses berpikir (cognitive domain)
14
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan
mental (otak). Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut
aktifitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Dalam
ranah kognitif ini terdapat enam jenjang proses berpikir, mulai
dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi.
Keenam jenjang yang dimaksud adalah: (1)
Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge), (2) Pemahaman
(comprehension), (3) Penerapan (application), (4) Analisis
(analysis), (5) Sintesis (synthesis) dan (6) Penilaian (evaluation)
b. Ranah nilai atau sikap (afective domain)
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap
dan nilai. Ranah afektif ini oleh Krathwohl (1974) dan kawan-
kawan ditaksonomi menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima
jenjang, yaitu: (1) Receiving, (2) Responding, (3) Valuing (4)
Organization dan (5) Characterization by a value or value
complex.
c. Ranah keterampilan (psychomotor domain)
Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan
keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah
seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar
psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil
belajar kognitif (memahami sesuatu) dan hasil belajar afektif
(yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan
untuk berperilaku).(Sudijono, 2005:49-58)
Sedangkan menurut Gagne, Belajar merupakan kegiatan yang kompeks.
Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki
keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai ( Dimyati dan Mudjiono,
2010:10
15
3. Pembelajaran Lari Cepat
Pembelajaran pendidikan jasmani dimulai dari hal-hal yang mudah
menuju materi yang sukar, dari yang ringan menuju ke yang sukar, dan dari
yang simple menuju ke yang kompleks dan perubahan perilakunya sebagai
akibat pengalaman Sri Anitah W, dkk (2009 : 13). Kegiatan belajar harus
bervariasi seperti jalan/lari ke kiri, ke kanan, ke depan, ke belakang, mundur,
ke samping, menyerong dan seterusnya. Guru sebaiknya mengetahui terlebih
dulu rangkaian gerak dasar lari secara utuhsupaya mempunyai gambaran yang
jelas tentang pembelajaran gerak dasar lari, seperti diperlihatkan dibawah ini.
Gambar 5. Rangkaian Gerak Lari
(Sumber: Manz Katzenbogner/Michael Medles; 1996)
Aktivitas gerak dasar lari yaitu gerak melangkahkan kaki diimbangi
oleh gerak ayunan lengan yang harmonis. Tujuan dari lari adalah bergerak
menempuh jarak tertentu (tanpa rintangan/melewati rintangan) secepat
mungkin. Gerak dominan yang utama dari lari adalah gerakan langkah kaki
dan ayunan lengan. Aspek yang lain yang perlu diperhatikan pada saat berlari
adalah kecondongan badan (disesuaikan dengan jenis lari), pengaturan napas,
dan harmonisasi gerakan lengan dan tungkai. Panjang langkah x kekerapan
langkah paling menentukan kecepatan lari seseorang. Langkah kaki terdiri-
dari tahap menumpu dan tahap melayang. Sedangkan gerakan kaki mulai
tahap menumpu kemudian mendorong ( kaki tolak ) sedangkan kaki ayun
melakukan gerakan pemulihan dan gerak ayunan. Gerakan kaki pada saat
menumpu mendarat pada telapak kaki bagian depan, lurus ke depan, lutut dan
16
pinggul diluruskan penuh selama tahap mendorong. Gerakan kaki ayun yaitu
kaki ditekuk selama masa pemulihan, lutut angkat ke depan atas pada tahap
mengayun. Eddy Purnomo (2007).
Fenomena yang diungkapkan secara filosofi tentang ciri hakiki
manusia sebagai makhluk bermain atau “homo ludens” kurang mendapat
perhatian dari guru-guru Pendidikan jasmani dalam kegiatan mengajar peserta
didik. Kenyataan ini merupakan kendala dan sekaligus menjadi tantangan
bagi para guru Pendidikan jasmani. Tantangan bagi guru adalah cara
mengemas perencanaan tugas ajar, membangkitkan motivasi agar peserta
didik antusias dalam mengikuti proses pembelajaran.
Modifikasi bermain dalam atletik bukan berarti menghilangkan unsur
keseriusan, mengabaikan ketangkasan atau menghilangkan substansi pokok
materi atletik. Akan tetapi berisikan seperangkat gerak dasar umum maupun
gerak dasar dominan lari yang disajikan dalam bentuk permainan yang
bervariasi dengan memperkaya pengetahuan gerak dasar. Kegiatan
didominasi oleh pendekatan eksplorasi dalam suasana gembira dan diperkuat
oleh pemenuhan dorongan bermain peserta didik.
Nilai-nilai yang terkandung dalam pembelajaran lari cepat seperti
dikemukakan oleh Katzenbogner & Medler, (1996) adalah;
a) Pengembangan dimensi variasi gerakan
b) Pengembangan Pengembangan dimensi bermain
c) dimensi irama atletik
d) Pengembangan dimensi kompetensi
e) Pengembangan pengalaman.
Unsur-unsur yang terkandung dalam permainan adalah kegembiraan
atau keceriaan. Tanda-tanda menuju ke arah permainan yang
menggembirakan antara lain;
(1) Menanamkan kegemaran berlomba atau kompetisi dalam situasi
persaingan yang sehat, penuh tantangan, dan kegembiraan
(2) Unsur kegembiraan dan kepuasan harus tercermin dalam bentuk
praktek
17
(3) Memberikan kesempatan untuk unjuk kemampuan atau
ketangkasan yang disukai.
Pembelajaran lari cepat yang penuh dengan suasana kegembiraan
bermain yang mempesona dengan berbagai macam variasi gerak
memungkinkan peseta didik untuk menikmati seperti layaknya pada
permainan olahraga lain. Namun substansi pokok lain tetap terkandung
didalamnya, sehingga unsur variasi, irama, pengalaman atletik serta
pengalaman kompetisi tetap terpelihara, tujuan dan manfaat implementasi
pembelajaran lari cepat.
4. Permasalahan Dalam Pembelajaran Lari Cepat
Dalam pelaksanaan pembelajaran penjas, khususnya lari cepat terdapat
permasalahan-permasalahan yang dalam menghambat tumbuh kembang
siswa. Sehingga nilai yang dicapai siswa juga kurang maksimal bahkan siswa
ada yang tidak lulus pembelajaran lari cepat. Berikut permasalahan-
permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran penjas lari cepat:
1. Berkaitan dengan pengajar. Guru kurang menerapkan pembelajaran
PAIKEM (Pembelajaran, Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan). Guru dituntut kreatif dan inovatif dalam pembelajaran,
baik dalam penggunaan media, strategi dan pendekatan pembelajaran.
2. Berkaitan dengan kondisi di lapangan. Terbatasnya sarana dan prasarana
menjadi kendala dalam proses pembelajaran. Apalagi guru yang kurang
kreatif dan inovatif dalam menyediakan alat-alat pembelajaran yang
dimodifikasi dan disesuaikan dengan kondisi siswa serta lingkungan.
3. Kondisi siswa. Dewasa ini siswa kurang aktif dalam pembelajaran penjas.
Banyak siswa yang diorentasikan fokus dalam pelajaran-pelajaran lain
dan mengesampingkan penjas. Padahal penjas sendiri, terdapat nilai-nilai
kerjasama, disiplin, dan tanggungjawab yang merupakan karakter yang
harus dimiliki siswa saat ini.
18
5. Pembelajaran Lari Cepat Menggunakan Pendekatan Bermain
Pembelajaran lari cepat pada peserta didik hendaknya disesuaikan
dengan karakteristik siswa sekolah menengah pertama yang cenderung
menyukai bentuk-bentuk permainan karena menyenangkan dan
menggembirakan. Suasana yang menyenangkan tersebut dapat mendorong
siswa lebih aktif dan antusias dengan pembelajaran. Sehingga materi ajar
dapat tersampaikan dengan baik. Ada beberapa bentuk-bentuk permainan lari
cepat yang dapat diterapkan pada siswa.
Menurut Hidayatulloh, M. Furqon. (2006:2) “bermain merupakan cara
untuk mengeksplorasi dan bereksperimen dengan dunia sekitar sehingga anak
akan menemukan sesuatu dengan pengalaman bermain”.
Pendekatan bermain adalah salah satu bentuk dari sebuah
pembelajaran jasmani yang dapat diberikan disegala jenjang pendidikan.
Porsi dan bentuk pendekatan bermain yang akan diberikan harus sesuai
dengan aspek yang ada dalam kurikulum. Selain itu harus dipertimbangkan
juga faktor usia, perkembangan fisik, dan jenjang pendidikan yang sedang
dijalani oleh mereka. Berikut beberapa contoh model modifikasi permainan:
a. Lari zig-zag
Gambar 6. Permainan lari zig-zag
Hidayatulloh, M. Furqon. (2006:2)
Siswa dibagi menjadi 4 kelompok sama banyak. Lalu masing-masing
berbaris kebelakang. Jarak antar siswa kurang lebih 1 meter. Siswa paling
19
belakang berlari kedepan secara berkelak-kelok atau zig-zag melewati teman-
temannya satu kelompok. Setelah sampai diujung depan kembali lagi
kebelakang tetap dengan lari zig-zag. Setelah sampai di tempat semula, siswa
di depannya bergantian berlari, begitu seterusnya hingga terakhir pemain
terdepan berlari kebelakang dan kembali kedepan. Kelompok tercepat
menjadi pemenang.
b. Permainan hitam dan hijau
Gambar 7. Permainan hitam hijau
Hidayatulloh, M. Furqon. (2006:2)
Siswa berpasangan dan saling berhadapan. Satu siswa berperan sebagai
hitam dan satunya sebagai hijau. Jika guru menyebutkan hitam, berarti siswa
hijau harus berlari mengejar dan menyentuh siswa hitam. Jika sampai batas
yang telah ditentukan, siswa hitam tertangkap berarti siswa hitam yang kalah
dan siswa hijau pemenangnya, begitu sebaliknya.
c. Permainan jongkok aman
Gambar 8. Permainan jongkok aman
Hidayatulloh, M. Furqon. (2006:2)
20
Satu peserta didik berperan sebagai pengejar. Peserta yang lain berlari
berkeliaran dalam suatu batas lapangan. Pengejar berusaha
menangkap/menyentuh satu peserta didik lain, jika tersentuh peran keduanya
bergantian. Peserta yang dikejar aman jika dia jongkok dan kedua tangannya
pada lantai. Pengejar baru boleh menangkap jika pengejar juga berjongkok
dan satu tangannya ada pada lantai. Begitu seterusnya saling mengejar hingga
batas waktu yang ditentukan.
d. Permainan jala ikan
Gambar 9. Permainan jala ikan
Hidayatulloh, M. Furqon. (2006:2)
Lapangan terbatas diumpamakan sebuah kolam ikan. Dibutuhkan 3 orang
siswa menjadi jala dan siswa yang lain sebagai ikan. Siswa yang berperan
sebagai ikan menyebar berenang bebas di kolam namun tetap dalam batas
tempat yang telah ditentukan yang dianggap sebagai kolam ikan, biasanya
lapangan berukuran 30 m x 30 m. Siswa yang berperan sebagai jala
bergandengan tangan, lalu berlari berusaha menangkap siswa yang berperan
sebagai ikan. Siswa yang tertangkap, berikutnya ikut bergabung menjadi ikan.
Begitu seterusnya hingga jala menjadi sangat banyak dan ikan semakin
sedikit. Siswa terakhir yang menjadi ikan adalah pemenangnya. Jala baru
dibuat dan permainan dimulai lagi.
21
e. Permainan jangan berdua
Gambar 10. Permainan jangan berdua
Hidayatulloh, M. Furqon. (2006:2)
Satu orang siswa sebagai pengejar, satu orang siswa sebagai yang dikejar
dan yang lain berdiri berpasangan. Siswa yang berperan sebagai pengejar
berlari dan berusaha menangkap siswa yang berperan sebagai yang dikejar.
Siswa yang berperan sebagai yang dikejar berusaha berlari menghidar dan
atau hinggap di belakang siswa yang berdiri berpasangan. Jika siswa yang
berperan sebagai yang dikejar hinggap dibelakang, maka siswa yang
berpasangan dan berposisi berada di depan menggantikan peran sebagai yang
dikejar. Jika siswa yang berperan sebagai pengejar dapat menyentuh siswa
yang berperan sebagai yang dikejar, peran antar keduanya saling berganti,
begitu seterusnya sampai permainan dhentikan dalam waktu yang telah
ditentukan.
f. Lari estafet
Gambar 11. Permainan lari estafet
Hidayatulloh, M. Furqon. (2006:2)
22
Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok sama banyak. Setiap kelompaok
terdiri dari 8 orang. Siswa berlari dari garis start menuju garis finish kembali
lagi ke garis start. Jarak antara garis start sampai gari finish 20 meter. Setelah
sampai di garis start lari, secara estafet berganti ke siswa kedua, ketiga, dan
seterusnya. Permainan dimenangkan oleh kelompok yang paling cepat
menyelesaikan lari estafet tersebut.
g. Permainan tangkap lawanmu
Gambar 12. Permainan tangkap lawanmu
Hidayatulloh, M. Furqon. (2006:2)
Peserta didik dibagi menjadi 2 kelompok. Masing-masing kelompok saling
berhadapan dalam jarak sekitar 20 meter dibatasi dengan garis. Jadi ini adalah
permainan berpasangan. Satu kelompok maju ke garis kelompok lain,
kemudian kembali ke garisnya sendiri dan dalam waktu bersamaan tersebut
kelompok lawan mengejar dari belakang. Begitu seterusnya sampai ada yg
tertangkap.
h. Permainan bentengan
Gambar 13. Permainan betengan
Hidayatulloh, M. Furqon. (2006:2)
23
Siswa dibagi menjadi 2 kelompok sama banyak. Setiap kelompok
mempunyai pos atau benteng dan setiap benteng disediakan 1 buah bendera
merah putih kecil. Bendera tersebut sebagai kekuatan setiap kaki siswa
memegang bendera tersebut. Setiap kelompok berusaha mengambil bendera
lawan. Setiap siswa dapat saling menangkap siswa lain dengan cara
menyentuh. Siswa yang baru saja memegang benderanya sendiri mempunyai
kekuatan yang lebih dan dapat menangkap siswa lawan yang memegang
benderanya lebih awal. Pemenang dalam permainan ini adalah kelompok
yang dapat memperoleh bendera lawan.
Model pembelajaran dengan pendekatan bermain erat kaitannya
dengan perkembangan imajinasi perilaku yang sedang bermain, karena melalui
daya imajinasi, maka permainan yang akan berlangsung akan jauh lebih
meriah. Oleh karena itu sebelum melakukan kegiatan, maka guru Pendidikan
jasmani sebaiknya memberikan penjelasan terlebih dahulu kepada peserta didik
mengenai imajinasi tentang permainan yang akan dilakukan.
24
B. Kerangka Berfikir
Pembelajaran dikatakan efektif apabila tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Proses pembelajaran lari cepat dapat berlangsung dengan efektif tergantung oleh
beberapa faktor. Antara lain; guru, media pembelajaran dan model pembelajaran.
Permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran saat pelaksanaan PPL adalah
kurang inovatifnya pembelajaran yang diterapkan. Guru memberikan
pembelajaran lari cepat dengan langsung melakukan tes lari cepat, tanpa
mengajarkan teknik-teknik dasar lari terlebih dahulu. Peserta didik merasa bosan
dalam menerima pelajaran karena pembelajaran yang diterapkan kurang diminati
oleh peserta didik. Sehingga mengakibatkan hasil belajar kurang maksimal.
Banyak siswa yang tidak tuntas materi lari cepat. Perlu adanya inovasi – inovasi
lain dalam memberikan pembelajaran kepada peserta didik.
Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani harus diterapkan
pendekatan pembelajaran yang baik dan tepat. Banyak pendekatan pembelajaran
menuntut seorang guru pendidikan jasmani harus menguasai dan memahami
pendekatan-pendekatan pembelajaran pendidikan jasmani. Pada dasarnya semua
pendekatan pembelajaran apapun baik digunakan dalam pembelajaran asalkan
sesuai dengan karakteristik materi pelajarannya. Pada materi lari cepat,
pendekatan yang akan digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan bermain.
Melalui model pembelajaran pendekatan bermain memungkinkan siswa
lebih aktif, lebih semangat, serta partisipasi siswa dalam mengikuti pembelajaran
akan meningkat. Hal ini dikarenakan pembelajaran pendekatan bermain ini
dilakukan dalam berbagai bentuk variasi permainan, sehingga lebih bersemangat
dalam mengikuti pelajaran. Dengan meningkatnya minat siswa dalam mengikuti
proses pembelajaran diharapkan hasil belajar lari cepat juga akan meningkat.
Pada siklus 1 pertemuan pertama menggunakan pendekatan bermain
permainan lari zig-zag dan permainan hitam hijau. Dilanjutkan pada silus 1
pertemuan kedua dengan permainan jongkok aman dan permainan jala ikan.
Siklus 2 pertemuan pertama menggunakan pendekatan bermain permainan jangan
25
berdua dan permainan lari estafet. Dilanjutkan pada siklus 2 pertemuan kedua
permainan ayo tangkap lawanmu dan permainan betengan.
Bentuk alur kerangka berpikir dalam melaksanakan kegiatan
penelitian dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 14: Alur Kerangka Berfikir
- Siswa kurang tertarik &
cepat bosan dengan model
pembelajaran lari cepat
- Hasil belajar lari cepat
banyak yang belum tuntas
Siklus I:
Guru & peneliti menyusun pembelajaran
menggunakan pendekatan bermain yaitu
1. Pertemuan pertama dengan
permainan lari zig-zag dan
permainan hitam hijau
2. Pertemuan kedua dengan permainan
jongkok aman dan permainan jala
ikan
Kondisi awal
Guru belum
menggunakan
pembelajaran
pendekatan bermain
Tindakan
Guru menggunakan
pendekataan
bermain dalam
proses
pembelajaran
Kondisi akhir
Melalui penerapan
pembelajaran pendekatan
barmain dapat
meningkatkan hasil
belajar lari cepat
Siklus II:
Guru & peneliti menyusun pembelajaran
menggunakan pendekatan bermain yaitu
1. Pertemuan pertama dengan
permainan jangan berdua dan lari
estafet
2. Pertemuan kedua dengan permainan
lari tangkap lawanmu dan permainan
betengan