bab ii kajian pustaka a. kajian...
TRANSCRIPT
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
Kajian teori akan membahas teori mengenai penanaman karakter,
pengertian pedidikan karakter, tujuan pendidikan karakter, implementasi
pendidikan karakter, nilai-nilai pendidikan karakter, pengertian ekstrakurikuler,
pramuka penggalang dan kegiatan pramuka penggalang.
1. Penanaman Karakter
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, penanaman merupakan suatu
proses, cara atau menanamkan. Fitri (2012: 20) secara terminologi (istilah)
mengartikan karakter sebagai sifat manusia pada umumnya yang bergantung pada
faktor kehidupanya sendiri. Karakter merupakan sifat yang ada pada diri manusia
itu sendiri.
Karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang menjadi ciri khas
seseorang atau sekelompok orang. Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia
yang berhubungan dengan Tuhan Ynag Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia,
lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan
dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya dan aat
istiadat (Fitri, 2012: 20).
Menurut Muslich (2011: 71) karakter berkaitan dengan kekuatan moral,
berkonotasi positif dan bukan netral. Sehingga orang yang berkarakter adalah
orang yang memiliki kualitas moral yang positif. Mulyasa (2011: 3) menyatakan
bahwa karakter merupakan sifat alami seseorang dalam merespons situasi bermoral,
yang diwujudkan dalam tingkat nyata melalui perilaku baik, jujur, bertanggung
jawab, hormat terhadap orang lain dan nilai-nilai karakter mulia lainnya.
Samani dan Hariyanto (2012: 41) mendefisnisikan karakter sebagai cara
berfikir dan berperilaku tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam
10
lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter
baik adalah individu yang dapat membuat keputusan dan siap mempertanggung
akibat dari keputusanya. Lickona (2012: 81) mengartikan karakter yang baik
sebagai kehidupan dengan melakukan tindakan-tindakan yang benar sehubungan
dengan diri sendiri dan orang lain.
Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa karakter
merupakan sifat manusia yang membedakan seseorang dengan orang yang lainya
diwujudkan dalam berbagai tindakan nyata untuk melakukan hal yang baik bagi diri
sendiri maupun orang lain. Sehingga yang dimaksud dengan penanaman karakter
adalah proses pengajaran kepada siswa untuk melakukan berbagai perilaku baik
yang dapat diwujudkan dalam berbagai tindakan nyata yang berguna bagi diri
sendiri dan orang lain.
2. Pendidikan Karakter
a. Pengertian Pendidikan
Menurut Mudyaharjo (dalam buku Managemen Pendidikan24 2015:35),
pendidikan dalam pengertian sempit, adalah sekolah atau persekolahan (schooling).
Pendidikan adalah pengaruh yang diupayakan dan direkayasa sekolah terhadap
anak dan remaja yang diserahkan kepadanya agar mempunyai kemampuan yang
sempurna dan kesadaran penuh terhadap hubungan-hubungan dan tugas-tugas
sosial mereka.
Pendidikan menurut definisi atau luas terbatas adalah usaha dasar yang
dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran yang berlangsung di sekolah dan luar sekolah sepanjang hayat untuk
mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan hidup sekarang atau
11
yang akan datang. Pendidikan atau pengalaman belajar yang terprogram dalam
bentuk pendidikan formal dan nonformal serta informasi di sekolah maupun luar
sekolah yang berlangsung seumur hidup bertjuan optimalisasi pertimbangan
kemampuan individu agar kemudian hari dapat memainkan peranan hidup secara
tepat (Mudhaharjo, 2002).
Jadi pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga,
masyarakat dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran yang
berlangsung di sekolah maupun di luar sekolah, untuk mempersiapkan peserta didik
agar memiliki kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap
hubungan-hubungan dan tugas-tugas sosial mereka.
b. Pengertian Karakter
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) karakter merupakan sifat-
sifat kewajiban, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang
lain. Dengan demikian karakter adalah nilai-nilai yang unik, baik itu kemudian
dalam Desain Induk Pembangunan Karakter Bangsa 2010-2025 dimaknai sebagai
tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, dan nyata berkehidupan baik.
Sebagai identitas atau jati diri suatu bangsa, karakter merupakan nilai dasar
perilaku yang menjadi acuan tata nilai interaksi antara manusia. Secara Universal
berbagai karakter dirumuskan sebagai nilai hidup bersama berdasarkan atas pilar:
kedamaian (peace), menghargai (respect), kerja sama (cooperation), kebebasan
(freedom), kebahagiaan (happiness), kejujuran (honesty), kerendahan hati
(humality), kasih sayang (love), tanggung jawab (responsibility), kesederhanaan
(simplicity), toleransi (tolerance), dan persatuan (unity).
12
Karakter dipengaruhi oleh hereditas. Perilaku seseorang anak sering kali
tidak jauh dari perilaku ayah dan ibunya. Dalam bahasa Jawa dikenal istilah
“Kacang ora ninggal lanjaran” (Pohong kacang melilit dan menjalar). Kecuali itu
lingkungan, baik lingkungan sosial maupun ligkungan alam ikut membentuk
karakter. Di sekitar lingkungan sosial yang keras seperti Harlem New York, para
remaja cenderung berperilaku antisosial, keras, tega, suka bermusuhan, dan
sebagainya. Sementara itu di lingkungan yang gersang, panas, dan tandus,
penduduknya cenderung bersifat keras dan berani mati. Mengacu dari berbagai
pengertian dan hasil definisi karakter tersebut, serta faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi karakter, maka karakter dapat dimaknai sebagai nilai dasar yang
membangun pribadi seseorang, terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun
pengaruh lingkungan, yang membedakanya dengan orang lain, serta diwujudkan
dalam sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.
Jadi dapat disimpulkan bahwa karakter merupakan ciri khas dari kepribadian
seseorang yang dapat membedakan dengan orang lain, yang berhubungan dengan
pengetahuan moral, perasaan moral, dan perilaku moral, hubungan-hubungan yang
dapat memangun interaksi manusia dengan tuhan, masyarakat, lingkungan, bangsa,
negara dan dirinya sendiri. Sehingga dibutuhkan karakter-karakter baik agar
terjadinya proses kehidupan yang baik pula.
c. Pengertian Pendidikan Karakter
Mulyasa (2014:1), menyatakan bahwa pendidikan karakter merupakan
uapaya untuk membantu perkembangan jiwa anak-anak baik lahir maupun batin,
dari sifat kodratinya menuju ke arah peradaban yang manusiawi dan lebih baik.
13
Dewantara (1967), pernah mengemukakan beberapa hal yang harus
dilaksanakan dalam pendidikan karakter, yakni ngerti-ngroso-nglakoni (menyadari,
menginsyafi, dan melakukan). hal tersebut memiliki arti bahwa pendidikan karakter
merupakan proses yang berkelanjutan dan tak pernah berakhir (never ending
process), sehingga menghasilkan perbaikan kualitas yang berkesinambungan
(continous quality improvement), yang ditujukan pada terwujudnya sosok masa
depan, dan berakar pada nilai-nilai budaya bangsa. Pendidikan karakter harus
menumbuhkembangkan nilai-nilai filosofis dan mengamalkan seluruh karakter
bangsa secara utuh dan menyeluruh (kaffah). Dalam konteks Negara Kesatuan
Bangsa Republik (NKRI), pendidikan karakter harus mengandung perekat bangsa
yang memiliki beragam budaya dalam wujud kesadaran, pemahaman, dan
kecerdasan kultural masyarakat. Untuk kepentingan tersebut, perlu direvitalisasi
kembali sistem nilai yang mengandung makna karakter bangsa yang berakar pada
Undang-undang Dasar 1945 dan filsafah Pancasila. Sistem nilai tersebut meliputi
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan bangsa, permusyawaratan, dan keadilan.
Menurut Fadlillah (2013:16), Pendidikan Karakter terambil dari dua suku
kata yang berbeda, yaitu pendidikan dan karakter. Kedua kata ini memiliki arti
mempunyai makna sendiri-sendiri. Pendidikan lebih merujuk pada kata kerja,
sedangkan Karakter lebih pada sifatnya. Artinya, melalui proses pendidikan
tersebut, nantinya dapat dihasilkan sebuah karakter yang baik.
Pendidikan karakter memiliki makna lebih tinggi dari pendidikan moral,
karena pendidikan karakter tidak hanya berkaitan dengan masalah benar-salah,
tetapi bagaimana menanamkan kebiasaan (habit) tentang hal-hal yang baik dalam
kehidupan, sehingga anak/ peserta didik memiliki kesadaran, dan pemahaman yang
14
tinggi, serta kepedulian dan komitmen untuk menerapkan kebijakan dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa karakter merupakan
sifat alami seseorang dalam merespon siyuasi secara bermoral, yang diwujudkan
dalam tindakan nyata melalui perilaku baik, jujur, bertanggung jawab, hormat
terhadap orang lain, dan nilai-nilai karakter mulia lainya.
Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter
adalah suatu pendidikan yang mengajakan siswa tentang hal-hal yang berhubungan
dengan kebaikan yang didasari pada akhlak, sehingga anak tersebut mempunyai
bekal karakter yang baik, contohnya sikap saling tolong menolong, sikap tanggung
jawab pada dirinya sendiri, saling membantu sesama, dan masih banyak lainnya,
itulah pendidikan karakter yang harus dibentuk oleh siswa agar mereka mempunyai
kesadaran akan perilaku yang baik untuk menjalani kehidupan sehari-hari.
d. Tujuan Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil
pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta
didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai dengan standar standar
kompetetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan. Melalui pendidikan karakter
peserta didik diharapkan mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan
pengetahuanya, mengkaji dan menginternalisasikan serta mempersonalisasikan
nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari
(Mulyasa, 2012)
15
Menurut Fadlillah (2013:24), Tujuan pendidikan secara umum adalah
sama.Artinya, tujuan pendidikan harus dapat menjadikan manusia untuk menjadi
lebih baik, serta dapat mengembangkan segala kemampuanya.
Pusat Kurikulum dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian
Pendidikan Nasional (2011), menyatakan bahwa tujuan pendidikan karakter adalah
untuk membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral,
bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik berkembang dinamis, berorientasi
ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila.
Pendidikan karakter pada tingkat satuan pendidikan mengarah pada
pembentukan budaya sekolah/ madrasah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku,
tradisi, kebiasaan sehari-hari, serta simbol-simbol yang dipraktikan oleh semua
warga sekolah/ madrasah, dan masyarakat sekitarnya. Budaya sekolah/ madrasah
merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah/ madrasah tersebut
dimata masyarakat luas.
Menurut Darma Kesuma (2013:24), pendidikan karakter bertujuan untuk,
menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap penting dan
perlu sehingga menjadi kepribadian atau kepemilikan peserta didik yang khas
sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan. Selain itu, mengoreksi perilaku
peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang dikembangkan oleh
sekolah, serta membangun koneksi yang harmonis dengan keluarga dan masyarakat
dalam memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama.
Melihat dari beberapa tujuan pendidikan karakter diatas dapat dipahami
bahwa tujuan pendidikan karakter adalah untuk meningkatkan mutu proses dan
16
hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter serta untuk
membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral,
bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik berkembang dinamis, berilmu
pengetahuan teknologi yang semua dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa berdasarkan pancasila.
e. Manfaat Pendidikan Karakter
Manfaat pendidikan karakter diantaranya ialah menjadikan manusia agar
kembali pada fitrahnya, yaitu selalu menghiasi kehidupanya dengan nilai-nilai
kebijakan yang telah digariskan oleh-Nya. dengan adanya pendidikan karakter ini
diharapkan degradasi moral yang dialami bangsa ini dapat berkurang. Tentu hal ini
tidak mudah, membutuhkan perjuangan dan keras dari semua pihak. (Fadlillah
2013: 27)
Manfaat pendidikan karakter adalah untuk meningkatkan mutu
penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang mengarah pada pencapaian
pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan
seimbang. Muslich (2011: 81).
Berkaitan dengan itu menurut Zubaedi (2013:27), ada beberapa fungsi
diadakanya pendidikan karakter di antaranya adalah sebagai fungsi pembentukan
dan pengembangan potensi, pada fungsi ini pendidikan karakter berfungsi untuk
membentuk dan mengembangkan potensi peserta didik supaya berfikiran baik,
berhati baik, dan berperilaku baik sesuai dengan filsafah hidup pancasila, tiak hanya
itu fungsi perbaikan dan penguatan juga terdapat dalam pendidikan karakter, fungsi
perbaikan dan penguatan dimaksudkan bahwa pendidikan karakter berfungsi
17
memperbaiki dan memperkuat peran keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, dan
pemerintah untuk ikut berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam pengembangan
potensi warga negara dan pembangunan bangsa menuju bangsa yang maju, mandiri
dan sejahtera, serta fungsi penyaring, fungsi yang terakhir dari pendidikan karakter
menurut Zubaedi ialah fungsi penyaringan. Maksudnya, pendidikan karakter
tersebut dimaksudkan untuk memilah budaya angsa sendiri dan menyaring budaya
bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang
bermartabat.
Bila melihat penjelasan diatas bisa diambil kesimpulan bahwa manfaat dari
pendidikan karakter adalah menjadikan peserta didik menjadi seseorang yang
memiliki karakter baik, bahwa pada dasarnya setiap memiliki karakter yang baik,
akan tetapi karakter yang baik itu harus tetap diarahkan dan dibentuk agar karakter
tersebut menjadi suatu kebiasaan yang memiliki nilai kebaikan.
f. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter
Pada masa Orde Baru, saat kebudayaan masih dikelola oleh Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan di bawah otoritas Direktorat Jendral Kebudayaan,
telah diterbitkan buku saku Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur (1997). Di
antara anggota tim (ada delapan orang anggota termasuk di antaranya Petter J.
Drost, Arief Rachman, dan Anhar Gonggong). Dalam buku itu juga ditegaskan
bahwa budi pekerti dapat dikatakan identik dengan morality (moralitas). Namun
juga ditegaskan bahwa sesungguhnya pengertian budi pekerti yang paling hakiki
adalah perilaku. Sebagai perilaku, budi pekerti meliputi pula sikap yang
dicerminkan oleh perilaku. Sebagai perilaku, budi pekerti meliputi pula sikap yang
18
dicerminkan oleh perilaku. Dalam kaitan ini sikap dan perilaku budi pekerti
mengandung lima jangkauan sebagai berikut: (i) sikap dan perilaku dalam
hubungannya dengan Tuhan, (ii) sikap dan perilaku yang dalam hubunganya
dengan diri sendiri, (iii) sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan keluarga,
(iv) sikap dan perilak dalam hubungannya dengan masyarakat dan bangsa, (v) sikap
dan perilaku dalam hubunganya dengan alam sekitar.
Dalam publikasi pusat kurikulum, dinyatakan pendidikan karakter berfungsi
(1) mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berfikiran baik, dan
berperilaku baik, (2) memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang
multikultur, (3) meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan
dunia. Dalam kaitan itu telah diidentifikasi sejumlah nilai pembentuk karakter yang
merupakan hasil kajian empirik Pusat Kurikulum. Nilai-nilai yang bersumber dari
agama, pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional tersebut adalah: (1)
Religius, (2) Jujur, (3) Toleransi, (4) Disiplin, (5) Kerja keras, (6) Kreatif, (7)
Mandiri, (8) Demokratis, (9) Rasa ingin tahu, (10) Semangat kebangsaan, (11)
Cinta tanah air, (12) Menghargai prestasi, (13) Bersahabat/Komuniatif, (14) Cinta
damai, (15) Gemar membaca, (16) Peduli lingkungan, (17) Peduli sosial, (18)
Tanggung jawab.
Menurut Rifki Afandi (2011:7), deskripsi nilai pendidikan karakter bangsa
adalah sebagai berikut: (1) Religius adalah perilaku yang didasarkan pada upaya
menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,
tindakan, dan pekerjaan. (2) Jujur adalah perilaku yang didasarkan pada upaya
menjadikan dirinya sebgai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,
tindakan dan pekerjaan. (3) Toleransi adalah sikap dan tindakan yang menghargai
19
perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda
darinya. (4) Disiplin adalah tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh
pada berbagai ketentuan dan peraturan. (5) Kerja keras adalah perilaku yang
menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar
dan tugas serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. (6) Kreatif adalah
berfikir dan melakukan sesuatu yang menghasilkan cara atau hasil baru berdasarkan
apa yang telah dimiliki. (7) Mandiri adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah
tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. (8) Demokratis
adalah cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban
dirinya dan orang lain. (9) Rasa Ingin tahu adalah sikap dan tindakan yang selalu
berupaya untuk mengatahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang
dipelajarinya, dilihat dan didengar. (10) Semangat Kebangsaan adalah cara berfikir,
bertindak dan wawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas
kepentingan diri dan kelompoknya.
Selanjutnya yang ke (11) Cinta tanah air adalah cara berfikir, bersikap dan
berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi
terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya.
(12) Menghargai Prestasi adalah sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui dan
menghormati keberhasilan orang lain. (13) Bersahabat/ Komunikatif adalah
tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerjasama
dengan orang lain. (14) Cinta Damai adalah sikap, perkataan dan tindakan yang
menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya. (15)
senang membaca adalah kebiasaan membiasakan waktu untuk membaca berbagai
20
bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya. (16) Peduli Sosial adalah sikap
dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan kepada orang lain dna masyarakat
yang membutuhkan. (17) Peduli Lingkungan adalah sikap dan tindakan yang selalu
berupaya mencegah keruskaan lingkungan alam di sekitarnya, dan
mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah
terjadi. (18) Tanggung Jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk
melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, tehadap diri
sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dna budaya), negara dan Tuhan YME.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai karakter
sangat perlu ditanamkan sejak dini. Ditanamkannya nilai-nilai karakter tersebut
akan berdampak pada kehidupan kelaknya. Nilai-nilai karakter yang saat ini sering
diabaikan oleh orang-orang yaitu penanaman karakter nasionalisme. karakter
dimana manusia mencintai bangsa nya sendiri. Oleh karena itu, peneliti memilih
untuk meneliti tetang penanaman karakter nasionalisme yaitu yang terdiri dari sikap
toleransi, demokrasi, semangat kebangsaan, cinta tanah air, cinta damai dan peduli
sosial.
3. Ektrakurikuler Pramuka
a. Pengertian Ektrakurikuler
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Kegiatan
Ekstrakulikuler menjelaskan bahwa “Ektrakurikuler adalah kegiatan pendidikan
yang dilakukan oleh peserta didik di luar jam belajar kurikulum standar sebagai
perluas dari kegiatan kurikulum dan dilakukan dibawah bimbingan sekolah dengan
21
tujuan untuk mengembangkan kepribadian, bakat, minat, dan kemampuan peserta
didik yang lebih luas atau di luar minat yang dikembangkan oleh kurikulum”.
Pendapat lain dikemukakan oleh Wahjosumidjo (2007:256), kegiatan
ekstrakurikuler, adalah kegiatan-kegiatan siswa di luar jam pelajaran, yang
dilaksanakan di sekolah atau luar sekolah, dengan tujuan untuk memperluas
pengetahuan mamahami keterkaitan antar berbagai mata pelajaran, penyaluran
bakat dan minat, dan dalam rangka usaha untuk meningkatkan kualitas keimanan
dan ketaqwaan para siswa terhadap Tuhan YME, kesadaran berbagsa dan
bernegara, berbudi pekerti luhur, dan sebagainya.
Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ekstrakulikuler
adalah kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik di luar jam belajar yang bertujuan
untuk memperluas pengetahuan, memahami keterkaitan antar berbagai mata
pelajaran dan penyaluran bakat minat peserta didik.
b. Fungsi, Tujuan dan Sasaran Kegiatan Ekstrakurikuler
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Kegiatan
Ekstrakurikuler menjelaskan visi kegiatan ekstrakurikuler pada satuan pendidikan
ialah berkembangnya potensi, bakat, minat, kemampuan, kepribadian dan
kemandirian peserta didik secara optimal melalui kegiatan-kegiatan di luar kegiatan
di luar kegiatan intrakurikuler. Misi kegiatan ekstrakurikuler pada satuan
pendidikan ialah untuk menyediakan sejumlah kegiatan yang dapat dipilih dan
diikuti sesuai dengan keutuhan, potensi, bakat, dan minat peserta didik, dan untuk
menyelenggarakan sejumlah kegiatan yang memberikan kesempatan kepada
22
peserta didik untuk dapat mengekspresikan dan megaktualisasikan diri secara
optimal melalui kegiatan mandiri dan berkelompok.
Kegiatan ekstrakurikuler pada satuan pendidikan memiliki fungsi sebagai
pengembangan, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler berfungsi untuk mendukung
perkembangan personal peserta didik melalui perluasan minat, pengembangan
potensi, dan pemberian kesempatan untuk pembentukan karaktee dan pelatihan
kepemimpinan, di sampig itu terdapat juga fungsi sosial, yakni bahwa kegiatan
ektrakurikuler berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung
jawab sosial pesrta didik. Kompetensi sosial dikembangkan dengan memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk memperluas pengalaman sosial, praktik
keterampilan sosial, dan internalisasi nilai moral dan nilai sosial, tak hanya itu
kegiatan ektrakurikuler juga dilakukan dalam suasana rileks, menggembirakan, dan
menyenangkan sehingga menunjang proses perkembangan peserta didik. Kegiatan
ekstrakurikuler harus dapat menjadikan kehidupan atau atmosfer sekolah lebih
menarik lagi bagi peserta didik hal ini termasuk dalam fungsi rekreatif, dan yang
terakhir adalah fungsi persiapan karier, yakni bahwa kegiatan ektrakulikuler
berfungsi untuk mengembangkan kesepian karier peserta didik melalui
pengembangan kapasitas (Dadang, 2014).
Tujuan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler pada satuan pendidikan ialah
untuk meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor peserta didik,
selain itu kegiatan ektrakurikuler harus dapat mengembangkan bakat dan minat
peserta didik dalam upaya pembinaan pribadi menuju pembinaan manusia
seutuhnya (Dadang 2014).
Adapun prinsip kegiatan ekstrakurikuler pada satuan pendidikan adalah
23
Bersifat individual, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler dikembangkan
sesuai dengan potensi, bakat, dan minat peserta didik masing-masing. Prinsip
selanjutnya yakni bersifat pilihan, bahwa kegiatan ekstrakurikuler dikembangkan
sesuai dengan minat dan diikuti oleh peserta didik secara sukarela, selanjutnya
adalah keterlibatan aktif, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler menuntut
keikutsertaan peserta didik secara penuh sesuai dengan minat dan pilihan masing-
masing, selaian itu adalah menyenangkan, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler
dilaksanakan dalam suasana yang mengembirakan bagi peserta didik, tidak hanya
itu membangun etos kerja juga menjadi prinsip kegiatan ekstrakurikuler bahwa
kegiatan ekstrakurikuler dikembangkan dan dilaksanakan dengan prinsip
membangun semangat peserta didik untuk berusaha dan bekerja dengan baik dan
giat, dan yang terakhir adalah kemanfaatan sosial, yakni bahwa kegiatan
ekstrakurikuler dikembangkan dan dilaksanakan dengan tidak melupakan
kepentingan masyarakat.
Selain itu sebagai kegiatan pembelajaran dan pengajaran di luar kelas,
ekstrakurikuler mempuyai fungsi dan tujuan sebagai upaya untuk meningkatkan
kemampuan peserta didik sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan
hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam semesta,
selanjutnya adalah sebagai upaya menyalurkan dan mengembangkan potensi dan
bakat pesera didik agar dapat menjadi manusia yang berkrativitas tinggi dan penuh
dengan karya, kemudian melatih sikap disiplin, kejujuran, kepercayaan dan
tanggung jawab dalam menjalankan tugas, mengembangkan etika dan akhlak yang
mengintegrasikan hubungan dengan Tuhan, Rasul, manusia, alam semesta, bahkan
diri sendiri, fungsi dan tujuan selanjutnya adalah mengembangkan sensitivitas
24
peserta didik dalam melihat persoalan-persoalan sosial keagamaan sehingga
menjadi insan yang produktif terhadap permasalahan sosial keagamaan, selanjutnya
memberikan bimbingan dan arahan seta pelatihan kepada peserta didik agar
memiliki fisik yang sehat, bugar, kuat, cekatan dan terampil dan yang terakhir
adalah memberikan peluang peserta didik agar memiliki kemampuan untuk
komunikasi (human relation) dengan baik, secara verbal dan nonverbal.
c. Pengertian Pramuka
Gerakan Pramuka Indonesia merupakan nama dari organisasi pendidikan di
luar sekoah sebagai lembaga yang menyelenggarakan pendidikan yang
dilaksanakan di Indonesia. Gerakan pramuka sebagai organisasi kepemudaan yang
mempunyai visi dan misi untuk mengembangkan pendidikan di luar sekolah untuk
meyiapkan generasi muda sebagai tunas bangsa, sebaga pandu pertiwi untuk
penerima tongkat estafet perjuangan para pendahulunya dalam melanjutkan
perjuangan bangsa untuk mencapai cita-cita bangsa mencapai masyarakat yang adil
dan makmur, Ratna (2011:55).
Gerakan muda sebagai penerus bangsa harus mempunyai bekal rasa
kebangsaan agar dapat menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI). Di tangan merekalah masa depan bangsa ini ditentukan. Hanya dengan
pemuda yang sehat jiwa dan raganya serta sadar terhadap rasa kebangsaanlah
terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia dapat dipertahankan dan maju demi
terciptanya kesejahteraan rakyat.
Menurut Jana T.dkk (2011:17), sifat gerakan ramuka adalah sebagai
organisasi Gerakan Kepanduan Nasional Indonesia sebagai lembaga pendidikan
25
nonformal yang menyelenggarakan pendidikan kepramukaan, selain itu gerakan
pramuka juga organisasi pendidikan yang keanggotaanya bersifat sukarela, tidak
membedakan suku, ras, golongan dan agama, gerakan pramuka bukan organisasi
kekuatan sosial politik, bukan bagian dari salah satu organisasi kuatan sosila politik
dan tidak menjalankan kegiatan politik praktis, gerakan pramuka juga ikut serta
membantu masyarakat dalam melaksanakan pendidikan bagi kaum muda,
khususnya pendidikan nonformal diluar sekolah dan di luar keluarga, dan yang
terakhir gerakan pramuka menjamin kemerdekaan tiap-tiap anggotanya untuk
memeluk agama dan kepercayaan masing-masing dan beriadat menurut agama dan
kepercayaan itu (Pasal 7 AD Gerakan Pramuka).
Dapat disimpulkan bahwasanya pramuka adalah kegiatan organisasi Gerakan
Kepanduan Nasional Indonesia sebagai lembaga pendidikan nonformal yang
menyelenggarakan pendidikan kepramukaan, tujuanya adalah untuk
mengembangkan pendidikan luar sekolah untuk menyiapkan generasi muda
sebagai tunas bangsa, sebagai pandu pertiwi untuk menerima tongkat estafet
perjuangan para pendahulunya dalam melanjutkan perjuangan bangsa mencapai
masyarakat yang adil dan makmur.
d. Pengertian Kepramukaan atau Pendidikan Pramuka
Pendidikan Kepramukaan adalah proses pendidikan di luar lingkungan
sekolah dan luar lingkungan keluarga dalam kegiatan menarik, menyenangkan,
sehat, teratur, terarah, praktis yang dilakukan di alam terbuka dengan Prinsip Dasar
Kepramukaan dan Metode Kepramukaan, yang sasaran akhirnya pembentukan
watak, akhlak dan budi pekerti luhur. Kepramukaan adalah sistem pendidikan
26
kepaduan yang disesuaikan dengan keadaan, kepentingan dan perkembangan
masyarakat dan bangsa Indonesia, Ratna (2011:57).
Menurut Jana T.dkk (2011:20), Pendidikan Kepramukaan adalah proses
pendidikan yang praktis, di luar sekolah dan di luar keluarga yang dilakukan di alam
terbuka dalam bentuk kegiatan yang menarik, menantang, menyenangkan, sehat,
teratur, dan terarah, dengan menerapkan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode
Pedidikan Kepramukaan, yang sasaran akhirnya adalah terbentuknya kepribadian,
watak , akhlak mulia dan memiliki kecakapan hidup.
Pendapat lain mengatakan bahwa Pendidikan Kepramukaan adalah
merupakan proses pembinaan dan pengembangan potensi kaum muda agar
menjadi warganegara yan berkualitas serta mampu memberikan sumbangan
positif bagi kesejahteraan dan kedamaian msyarakat, baik nasional maupun
internasional.
Pendidikan Kepramukaan juga memiliki fungsi sebagai: permainan (game)
yang menarik, menyenangkan dan menantang serta mengandung pendidikan bagi
peserta didik, sebagai sarana pengabdian bagi anggota dewasa, dan juga
pengembangan generasi muda bagi masyarakat.
Adapun sifat Pendidikan Kepramukaan adalah terbuka, artinya dapat
didirikan seluruh Indonesia dan diikuti oleh warga Negara Indonesia tanpa
membedakan suku, ras dan agama, universal yakni tidak terlepas dari idealisme
prinsip dasar dan metode Pendidikan Kepramukaan Sedunia, kemudian patuh dan
taat terhadap semua peraturan dan perundang-undagan Negara Kesatuan Republik
Indonesia, dan yang terakhir non politik maksudnya bukan organisasi kekuatan
sosial politik dan bukan bagian dari salah satu dari kekuatan organisasi sosial
27
politik, seluruh jajaran gerakan pramuka tidak dibenarkan ikutserta dalam kegiatan
politik praktis dan secara pribadi anggota Gerakan Pramuka dapat menjadi anggota
organisasi sosial politik.
Jadi berdasarkan pendapat diatas pendidikan kepramukaan adalah proses
pendidikan menggunakan cara kretif, rereatif dan edukatif dalam mencapai sasarn
tujuanya. Melalui kegiatan yang menarik dan menyenangkan tidak menjemukan,
penuh tantangan serta sesuai dengan bakat dan minat.
e. Pengertian Ekstrakurikuler Pramuka
Ekstrakurikuler Pramuka adalah kegiatan yang dilaksanakan di luar jam
belajar sebagai wahana pengembangan pribadi peserta didik yang menyenangkan,
sehat, teratur, terarah, praktis, yang dilakukan di alam terbuka dengan prinsip dasar
kepramukaan, yang sasaran akhirnya pembentuk watak, akhlak dan budi pekerti
luhur. Kegiatan ini memungkinkan siswa menggunakan dan mengisi waktu
senggangnya secara berdaya dan berhasil guna bagi pertumbuhan dan
perkembangan masing-masing Kompri (2015: 231). Kegiatan pramuka merupakan
salah satu bentuk pendidikan nonformal yang anggotanya bersifat sukarela.
Jadi ekstrakurikuler pramuka adalah kegiatan yang dilakukan sebagai
wahana pengembangan pribadi peserta didik melalui berbagai aktivitas secara
menyenangkan, kreatif, dan edukatif, serta mengajarkan kemandirian, kedisiplinan
bagi peserta didik.
28
f. Pendidikan Kepramukaan untuk Golongan Penggalang
Dian Febriatmaka (2015: 39), menyatakan bahwa nama Penggalang diambil
dari kiasan dasar yang bersumber pada perjuangan para pemuda Indonesia dari
kiasan dasar yang bersumber pada perjuangan para pemuda Indonesia dalam
“menggalang” persatuan dan kesatuan bangsa. Hal tersebut terjadi pada tahun 1928.
Golongan Pramuka Penggalang memiliki tiga tingkatan yang terdiri atas:
penggalang ramu, penggalang rakit, dan penggalang terap. Pramuka Penggalang
adalah peserta didik dalam Gerakan Pramuka yang termasuk dalam kelompok
kanak-kanak akhir yang sedang memasuki usia remaja serta sedang menunggu
masa dewasa. Pramuka Penggalang memiliki beberapa karakteristik, diantaraya
adalah: sangat bangga bila mendapatkan pujian, gemar berpetualang, suka
berkelompok dengan teman sebaya, bangga apabila diberi tanggung jawab, bangga
diperlakukan atau di samakan dengan orang dewasa, suka ingin bergerak, ingin
menjadi yang terbaik dan menyukai hal-hal baru.
Kode kehormatan bagi pramuka penggalang ada dua, yaitu Trisatya dan
Dasadharma. Trisatya adalah janji Pramuka Penggalang yang mengikat diri pribadi
demi kehormatanya yang dipakai sebagai dasar pengembangan spiritual,
emosional, sosial, intelektual, dan fisik. Trisatya merupakan janji yang diucapkan
secara sukarela oleh calon anggota dan calon pengurus Gerakan Anggota pada saat
yang pelantikan menjadi anggota atau pengurus.
Dian Febriatmaka (2015:41), menjelaskan di dalam Gerakan Pramuka
kehidupan anak pada usia Penggalang dimasukkan kelompok kecil yang diseut regu
yang berarti gardu atau pangkalan untuk meronda. Setiap regu beranggotakan 6-8
29
anak. Setiap regu memiliki pemimpin regu dan wakil pemimpin regu yang dipilih
salah seorang anggota regunya berdasarkan musyawarah regu.
Setiap Regu memiliki nama regu dan bendera regu. Nama regu merupakan
simbol kebanggan regu yang diambil dari cerminan sifat-sifat baik yang menonjol.
Penggalang putra menggunakan lambang binatang sebagai nama regu, sedangkan
penggalang putri menggunakan simol bunga, kemudian di lukiskan dalam bendera
regu. Bendera regu merupakan kebanggan regu yang senantiasa dibawa dalam
setiap kegiatan Penggalang.
Jadi berdarasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa Golongan
Pramuka Penggalang adalah peserta didik dalam gerakan pramuka yang duduk di
kelas 4-6 sekolah dasar dan memiliki berbagai macam karakteristik yang ada pada
dirinya. Golongan Penggalang biasanya dimasukan dalam kelompok kecil yang
bernama Regu.
g. Kegiatan Pramuka Penggalang
Kegiatan Penggalang adalah kegiatan yang selalu berkarakter, dinamis,
progresif, dan menantang. Materi untuk kegiatan penggalang perlu dikemas
sehingga memenuhi 4 H sebagaimana yang dikemukakan oleh Baden Pawell, yaitu
Health, Happiness, Hepfulness, Handicraft. Pramuka peggalang memiliki berbagai
kegiatan yang dapat membentuk karakter siswa antara lain (1) upacara penggalang,
(2) sandi, (3) kompas dan peta, (4) pionerring, (5) baris berbaris, (6) penafsiran, (7)
memplajari cuaca, (8) permaianan, (9) mendirikan tenda, (10) senam olahraga, (11)
lagu dan tarian, (12) penjelajahan, (13) kepemimpinan penggalang, (14) kemah
30
bakti penggalang dan (15) pengisian SKU, SKK, SKG Penggalang (Kwatir
Nasional Gerak Pramuka, (2014: 143).
B. Penelitian Relevan
Penelitian terdahulu mengenai pelaksanaan pendidikan karakter nilai
sebelumnya dilakukan oleh Afri Ningsih (2015) dengan judul “Pelaksanaan
Pendidikan Karakter Melalui Ekstrakulikuler Pramuka Kelas V SDN Mojolangu 02
Malang”. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mengetahui bagaimana
pelaksanaan pendidikan karakter melalui ekstrakulikuler pramuka dan apa saja
hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan pendidikan karakter melalui
ekstrakulikuler pramuka. Kesimpulan dari penelitia ini adalah bahwa pelaksanaan
pendidikan karaketer di SDN Mojolangu 02 Malang terdapat tiga tahapan: tahap
perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi. Tahap perencanaannya adalah
dilakukan dengan melaksanakan nilai-nilai pendidikan karakter, perencanaan
dicatatan buku disesuaikan dengan kondisi lapangan, bukan dengan menggunakan
RPP maupun silabus. Tahap pelaksanaanya adalah selama kegiatan pramuka ini
berlangsung mulai dari kegiatan pembukaan, hingga penutup. Tahap evaluasi
adalah melalui kegiatan ekstrakulikuler pramuka tidak dilakukan evaluasi terhadap
nilai karakter yang dilaksanakan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian saya
adalah sama-sama meneliti pendidikan karakter yang dilakukan melalui kegiatan
ekstrakulikuler pramuka, sedangkan perbedaanya adalah terletak pada objek dan
subjeknya
Penelitian terdahulu yang kedua dilakukan oleh M. Jihan Baitorus (2016)
dengan judul “Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka dalam Pembentukan Karakter
31
Siswa di MAN Yogyakarta 3”. Tujuan penelitian tersebut adalah untuk mengetahui
dan mendeskripsikan tentang pelaksanaan pembentukan karakter siswa di MAN
Yogyakarta 3. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pembentukan karakter
dilakukan melalui kegiatan-kegiatan yakni seperti baris-berbaris, upacara,
permainan dan perkemahan dengan karakter yang didapatkan adalah seperti
disiplin, tanggung jawab, kepemimpinan. Persamaan penelitian ini dengan
penelitian saya adalah sama-sama melakukan penelitian pendidikan karakter, dan
letak perbedaanya adalah pada objek yang diteliti.
Penelitian terdahulu yang ketiga adalah Penelitian yang sudah dilakukan
oleh Marzuki (2016) dengan judul “Pembentukan karakter melalui kegiatan
kepramukaan di MAN 1 yogyakarta ” menunjukkan bahwa peran Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pembentukan karakter melaluikegiatan kepramukaan di MAN
1 Yogyakarta dilakukan melalui peran pembina pramuka sebagai mitra atau
pembimbing, memberikan dukungan dan memfasilitasi siswa dengan kegiatan yang
modern, menarik, dan menantang. Metodenya antara lain: pengamalan kode
kehormatan pramuka padasetiap kegiatan; kegiatan belajar sambil melakukan,
berkelompok, bekerja sama, dan berkompetisi; kegiatandi alam terbuka seperti
perkemahan; penghargaan berupa tanda kecakapan bantara dan laksana;
32
C. Kerangka Pikir
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
Siswa kurang
memiliki sikap
disiplin, toleransi,
peduli lingkungan
Karakter siswa belum
terlihat
Pembentukan
karakter siswa
melalui guru pembina
pramuka
Metode
pengumpulan data :
Observasi,
wawancara,
dokumentasi
Pelaksanaan penanama karakter melalui kegiatan
ekstrakurikuler pramuka, Nilai-nilai yang diterapkan melalui
kegiatan ekstrakurikuler pramuka, Faktor pendukung dan
penghambat pada kegiatan ekstrakurikuler pramuka dan
manfaat penanaman karakter yang dilakukan pada kegiatan
ekstrakurikuler pramuka
Analisis Data :
Pengumpulan data,
reduksi data, penyajian
data, evaluasi data
Religius, toleransi, disiplin, demokrasi, kreatif,
semangat kebangsaan, cita tanah air, peduli sosial,
peduli lingkungan dan menghargai pendapat