bab ii kajian pustaka 2.1 penelitian terdahulueprints.umm.ac.id/56120/3/bab ii.pdf · bulan bahkan...
TRANSCRIPT
![Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/56120/3/BAB II.pdf · bulan bahkan tahunan. Jumlah sample yang ditetapkan oleh peneliti adalah berjumlah 80 orang](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022062223/5f03dbc47e708231d40b1cf7/html5/thumbnails/1.jpg)
24
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Berikut merupakan penelitian terdahulu yang digunakan oleh peneliti sebagai
bahan referensi dalam rangka penyelesaian penelitian ini, diantaranya berupa
jurnal, tesis, maupun skripsi yang memiliki topik pembicaraan yang saling
berkaitan yaitu mengenai fenomena pernikahan jarak jauh atau long distance
marriege.
1) Neneng Nurul Qomariyah (2015) dengan judul skripsi “Gambaran
Pernikahan Jarak Jauh (Studi Fenomenologi Suami yang Ditinggal Istri
Bekerja Menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW) di Kabupaten Kuningan
Jawa Barat”. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana gambaran
sebuah pernikahan jarak jauh (long distance marriege) dengan subjek
penelitian yaitu tiga orang suami yang ditinggal oleh istrinya bekerja
menjadi seorang TKW. Metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode
penelitian kualitatif dengan melalui pendekatan fenomenologi.
2) Devi Anjas Primasari (2015) dengan tesis yang berjudul “Kehidupan
Keluarga Long Distance Marital in Relationships”. Penelitian ini
membahas terkait keutuhan keluarga yang menjalani kehidupan rumah
tangga secara terpisah atau yang biasa disebut dengan long distance
marriege. Dimana sepasang suami istri yang sedang menjalani hubungan
long distance biasanya akan dihadapkan pada berbagai macam
permasalahan-permasalahan dalam rumah tangganya tetapi setiap keluarga
![Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/56120/3/BAB II.pdf · bulan bahkan tahunan. Jumlah sample yang ditetapkan oleh peneliti adalah berjumlah 80 orang](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022062223/5f03dbc47e708231d40b1cf7/html5/thumbnails/2.jpg)
25
pasti memiliki strategi untuk dapat mempertahankan keutuhan keluarganya.
Oleh karena itu penelitian ini ditujukan untuk mengetahui setiap
permasalahan beserta strategi yang dilakukan oleh sepasang suami istri yang
menjalani hubungan long distance marriege dengan menggunakan metode
penelitian kualitatif. Teknik penentuan subjek dengan menggunakan teknik
purposive, serta teori yang digunakan dalam penelitian ini mencakup tiga
yakni teori perubahan keluarga oleh William F. Ogburn, teori adaptasi oleh
Robert K. Merton, dan yang terakhir adalah teori komunikasi interpersonal
oleh Joseph A. DeVito.
3) Jenny Ratna dan Siti Murni (2018) dengan jurnal berjudul “The
Phenomenon of Marriege Couples with Long Distance Relationship”.
Penelitian ini membahas terkait dengan sebuah fenomena beberapa
pasangan suami istri yang menjalani long distance demi mencapai
kehidupan yang lebih baik dengan fokus penelitian lebih kepada pola
komunikasi keluarga yang mereka lakukan. Metode riset yang digunakan
dalam penelitian ini adalah menggunakan metode kualitatif dengan
paradigma konstruktif dimana merupakan sebuah penelitian yang bertujuan
untuk mengungkapkan pengamatan individu terkait bagaimana pola
komunikasi antar pasangan yang melakukan hubungan jarak jauh.
4) Adiyaksa Dhika dan Hastaning Sakti (2016) dengan jurnal berjudul
“Pernikahan Jarak Jauh (Studi Kualitatif Fenomenologis pada Istri yang
Menjalani Pernikahan Jarak Jauh)”. Penelitian ini bertujuan untuk
memahami gambaran terkait pengalaman istri yang menjalani hubungan
jarak jauh. Pendekatan penelitian menggunakan pendekatan fenomenologis
![Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/56120/3/BAB II.pdf · bulan bahkan tahunan. Jumlah sample yang ditetapkan oleh peneliti adalah berjumlah 80 orang](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022062223/5f03dbc47e708231d40b1cf7/html5/thumbnails/3.jpg)
26
dengan teknik analisis IPA (Interpretatif Phenomenological Analysis).
Metode pengumpulan data menggunakan teknik wawancara semi-
terstruktur dengan melibatkan tiga orang subjek yang berdomisili di
Semarang dan Solo.
5) Riza Mahardeni (2018) dengan jurnal berjudul “Peran Intensitas
Komunikasi, Kepercayaan, dan Dukungan Sosial terhadap Kebahagiaan
Perkawinan pada Istri Tentara saat Menjalani Long Distance Marriege
(LDM) di Batalyon Infanteri 407/Padmakusuma Kabupaten Tegal”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran intensitas komunikasi,
kepercayaan beserta dukungan sosial terhadap kebahagiaan perkawinan
pada istri tentara yang menjalani hubungan long distance marriege.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan metode purposive
sampling sebagai teknik penentuan subjeknya. Adapun karakteristik subjek
dalam penelitian ini adalah istri tentara yang tinggal di kompi dan sedang
menjalani long distance marriege (LDM) dalam kurun waktu berbulan-
bulan bahkan tahunan. Jumlah sample yang ditetapkan oleh peneliti adalah
berjumlah 80 orang.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Judul Penelitian Hasil Penelitian Relevansi
1 Neneng Nurul
Qomariyah (2015)
dengan judul
skripsi “Gambaran
Pernikahan Jarak
Jauh (Studi
Fenomenologi
Suami yang
Ditinggal Istri
Bekerja Menjadi
Berdasarkan
penelitian dapat
disimpulkan
bahwasannya
ketiga informan
yang dipilih
sebagai subjek
penelitian oleh
peneliti sama-sama
tidak menyangka
Relevansinya
dengan penelitian
ini adalah terkait
tema yang dikaji
yakni sebuah
fenomena
hubungan
pernikahan jarak
jauh (long distance
marriege). Namun
![Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/56120/3/BAB II.pdf · bulan bahkan tahunan. Jumlah sample yang ditetapkan oleh peneliti adalah berjumlah 80 orang](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022062223/5f03dbc47e708231d40b1cf7/html5/thumbnails/4.jpg)
27
Tenaga Kerja
Wanita (TKW) di
Kabupaten
Kuningan Jawa
Barat”.
akan tinggal
berjauhan dengan
istrinya. Kesepian
dan mengemban
beban peran ganda
adalah
permasalahan awal
yang mereka
alami. Kunci
utama dalam
menjaga
pernikahan ketiga
informan agar
tetap harmonis
adalah dengan
berkomitmen dan
percaya satu sama
lain, tidak
melakukan hal-hal
negatif hingga
keluar batas, serta
berkomunikasi
dengan baik.
pada penelitian
terdahulu lebih
terfokus membahas
gambarannya saja
secara umum terkait
pernikahan jarak
jauh yang mana
melibatkan tiga
subjek dengan
kriteria yang sama
yakni suami yang
ditinggal istrinya
bekerja menjadi
seorang TKW.
Sedangkan dalam
penelitian ini akan
secara lebih spesifik
membahas terkait
bagaimana
fenomena
hubungan long
distance marriege
ini bisa terjadi
beserta dengan
implikasinya.
2 Devi Anjas
Primasari (2015)
dengan tesis yang
berjudul
“Kehidupan
Keluarga Long
Distance Marital
in Relationships”.
Berdasarkan
penelitian dapat
disimpulkan
bahwasannya
permasalahan yang
dihadapi oleh
pasangan yang
mengalami
hubungan long
distance marriege
adalah mengenai
kepercayaan,
kejujuran, masalah
dengan anak,
masalah dengan
mertua, masalah
keuangan, masalah
pemenuhan
kebutuhan biologis
serta yang tak
kalah penting
adalah masalah
komunikasi.
Persamaan yang
mendasari
penelitian ini
dengan penelitian
yang dilakukan oleh
penulis adalah
sama-sama
merupakan kajian
sosiologi keluarga
yang mana pokok
bahasan yang
dibahas oleh
peneliti terdahulu
bersifat mendalam
tentang studi
pasangan suami
istri yang
mengalami proses
penyesuaian diri
dalam hubungan
long distance.
Penelitian ini
menjadi sangat
![Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/56120/3/BAB II.pdf · bulan bahkan tahunan. Jumlah sample yang ditetapkan oleh peneliti adalah berjumlah 80 orang](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022062223/5f03dbc47e708231d40b1cf7/html5/thumbnails/5.jpg)
28
Strategi yang
digunakan oleh
masing-masing
subjek dalam
menyelesaikan
permasalahan
mereka adalah
dengan
berkomitmen dan
berkomunikasi
secara rutin dengan
pasangan.
penting karena
apabila kita melihat
melalui kacamata
sosiologi, yakni
tujuan keluarga
adalah menciptakan
kesejahteraan lahir
dan batin terhadap
kehidupan yang
dijalaninya.
3 Jenny Ratna dan
Siti Murni (2018)
dengan jurnal
berjudul “The
Phenomenon of
Marriege Couples
with Long
Distance
Relationship”.
Berdasarkan
penelitian dapat
disimpulkan
bahwasannya
terdapat beberapa
motif pasangan
melakukan
hubungan jarak
jauh yakni adanya
kecocokan, atau
kesamaan visi misi
antar pasangan
sehingga timbul
dukungan untuk
sama-sama ingin
mencapai impian
bersama jika
memang itu
mengharuskan
mereka untuk
tinggal terpisah.
Sedangkan strategi
beberapa informan
dalam menjaga
keharmonisan
keluarga mereka
adalah dengan
terus membangun
komitmen antar
keduanya,
membangun
kepercayaan,
keterbukaan, dan
saling mendukung
pasangan masing-
masing.
Relevansinya
dengan penelitian
ini adalah masih
sama yakni
membahas terkait
topik yang sedang
hangat dibicarakan
yakni pasangan
yang mengalami
hubungan long
distance marriege.
Namun kali ini
berbeda jika dilihat
dari ruang lingkup
penelitian yang
dikaji. Pada
penelitian terdahulu
lebih spesifik
masuk ke dalam
ruang lingkup
sosiologi
komunikasi,
sedangkan ruang
lingkup yang dikaji
oleh peneliti adalah
cenderung masuk
pada lingkup
sosiologi keluarga.
Dimana dalam
penelitian ini
nantinya akan
membahas cara
penyesuaian
pasangan suami
istri long distance
untuk menjaga
![Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/56120/3/BAB II.pdf · bulan bahkan tahunan. Jumlah sample yang ditetapkan oleh peneliti adalah berjumlah 80 orang](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022062223/5f03dbc47e708231d40b1cf7/html5/thumbnails/6.jpg)
29
keutuhan
keluarganya.
4 Adiyaksa Dhika
dan Hastaning
Sakti (2016)
dengan jurnal
berjudul
“Pernikahan Jarak
Jauh (Studi
Kualitatif
Fenomenologis
pada Istri yang
Menjalani
Pernikahan Jarak
Jauh)”.
Berdasarkan
penelitian dapat
disimpulkan
bahwasannya dari
ketiga subjek yang
diteliti mereka
sama-sama
mengalami
kejenuhan akibat
hubungan
pernikahan jarak
jauh karena pada
dasarnya mereka
harus mengurus
keluarga seorang
diri. Tetapi dengan
adanya hal ini juga
menjadikan
mereka lebih
bersyukur sebagai
hikmah dalam
menjalaninya,
karena dengan
bersyukur dapat
meringankan
beban yang mereka
alami dalam
menjalani
hubungan jarak
jauh.
Relevansinya
dengan penelitian
ini adalah peneliti
sama-sama
menggunakan
metode kualitatif
dengan pendekatan
fenomenologi
untuk meneliti
fenomena
hubungan
pernikahan jarak
jauh namun pada
penelitian terdahulu
lebih terfokus pada
kajian terkait
dengan ilmu
psikologi
sedangkan
penelitian yang
dikaji oleh peneliti
lebih terfokus pada
kajian sosiologi
keluarga.
5 Riza Mahardeni
(2018) dengan
jurnal berjudul
“Peran Intensitas
Komunikasi,
Kepercayaan, dan
Dukungan Sosial
terhadap
Kebahagiaan
Perkawinan pada
Istri Tentara saat
Menjalani Long
Distance Marriege
(LDM) di
Batalyon Infanteri
Berdasarkan
penelitian dapat
disimpulkan
bahwasannya
semakin tinggi
intensitas
komunikasi
perkawinan maka
semakin tinggi
pula tingkat
kebahagiaan
perkawinan pada
istri tentara saat
menjalani long
distance marriege,
begitu pula
Relevansinya
dengan penelitian
ini adalah kesamaan
pada tema yang
dikaji yakni
hubungan
pernikahan jarak
jauh atau long
distance marriege.
Namun pada
penelitian terdahulu
menggunakan
metode penelitian
kuantitatif, berbeda
dengan peneliti
yang menggunakan
![Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/56120/3/BAB II.pdf · bulan bahkan tahunan. Jumlah sample yang ditetapkan oleh peneliti adalah berjumlah 80 orang](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022062223/5f03dbc47e708231d40b1cf7/html5/thumbnails/7.jpg)
30
407/Padmakusuma
Kabupaten Tegal.”
sebaliknya
semakin rendah
intensitas
komunikasi
perkawinan maka
semakin rendah
pula tingkat
kebahagiaan
perkawinan pada
istri tentara.
metode kualitatif
dalam menganalisis
data yang diambil.
2.2 Kajian Pustaka
2.2.1 Fenomena
Sosiologi mempelajari pola-pola hubungan masyarakat dengan
lingkungannya. Dimana umumnya membahas terkait gejala maupun fenomena
sosial yang terjadi di masyarakat. Gejala-gejala sosial yang timbul terkadang
tidak sesuai dengan apa yang diinginkan dan menyebabkan adanya masalah
sosial. Di lingkungan masyarakat Indonesia telah banyak dijumpai
permasalahan sosial yang disebabkan oleh adanya perubahan-perubahan yang
terus berangsur. Maka dari itu apabila ingin mengangkat sebuah fenomena
sosial untuk dijadikan bahan kajian penelitian kita harus memahami terlebih
dahulu terkait dengan fenomena nya.
Fenomena berasal dari bahasa Yunani phainomenon, yakni "apa yang
terlihat", fenomena juga bisa diartikan sebagai suatu gejala, fakta, kenyataan,
serta kejadian yang dapat dirasakan melalui pancaindra bahkan hal-hal yang
bernilai mistik atau klenik. Fenomena bisa terjadi di semua tempat yang dapat
diamati oleh manusia. Suatu kejadian adalah sebuah fenomena. Suatu benda
merupakan fenomena, karena dapat dilihat wujudnya. Adanya suatu benda juga
dapat menciptakan keadaan ataupun perasaan, yang timbul karena
![Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/56120/3/BAB II.pdf · bulan bahkan tahunan. Jumlah sample yang ditetapkan oleh peneliti adalah berjumlah 80 orang](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022062223/5f03dbc47e708231d40b1cf7/html5/thumbnails/8.jpg)
31
keberadaannya. Fenomena adalah rangkaian peristiwa yang dapat diamati dan
dinilai lewat kaca mata ilmiah atau lewat disiplin ilmu tertentu.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, fenomena berarti hal-hal
yang dapat dilihat oleh panca indra dan dapat dijelaskan keberadaannya secara
ilmiah serta merupakan sebuah peristiwa yang tidak dapat diabaikan. Dalam
KBBI juga dijelaskan bahwasannya persamaan dari fenomena adalah gejala
yang berarti sesuatu hal atau keadaan, dimana merupakan suatu peristiwa yang
tidak biasa dan patut untuk diperhatikan dan adakalanya menandakan akan
terjadi sesuatu (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990 : 227).
Definisi fenomena dalam Kamus Sosiologi dan Kependudukan dapat
diartikan sebagai sebuah unsur dasar atas variabel yang dalam kacamata
sosiologi dianggap stabil. Aria Gautama (2011 : 12) mengungkapkan
bahwasannya ilmu yang mempelajari terkait dengan sebuah fenomena adalah
fenomenologi yang dapat diartikan sebagai sebuah cara pendekatan ilmiah yang
mempersoalkan adanya sebab timbulnya gejala atau kejadian semata-mata
tanpa mencoba menerangkannya.
Dengan demikian dari pengertian-pengertian di atas dapat peneliti
simpulkan bahwasannya fenomena merupakan suatu peristiwa yang bersifat
tidak lazim yang terjadi di masyarakat yang tentunya dapat dilihat, dapat
dirasakan dan dapat diamati oleh manusia sehingga menjadi menarik untuk
dikaji maupun diteliti keadaannya secara ilmiah.
Sebuah fenomena dapat dikaji melalui kajian fenomenologi yang di gagas
oleh Peter L. Berger. Dimana kajian ini dapat melihat suatu realitas sosial yang
dapat menghasilkan sebuah makna di dalamnya. Manusia secara aktif tentunya
![Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/56120/3/BAB II.pdf · bulan bahkan tahunan. Jumlah sample yang ditetapkan oleh peneliti adalah berjumlah 80 orang](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022062223/5f03dbc47e708231d40b1cf7/html5/thumbnails/9.jpg)
32
dapat menginterpretasikan setiap pengalaman yang mereka alami. Serupa
dengan kajian fenomenologi yang menggunakan pengalaman sebagai sebuah
cara untuk dapat memahami suatu lingkungan (Kuswarno 2009 : 56).
Menurut Creswell dalam Kuswarno (2009 : 56) terdapat 4 fungsi dalam
kajian fenomenologi, diantaranya bertugas mengembalikan filsafat seperti
semula setelah sebelumnya dibatasi oleh ruang lingkup kajian science. Yang
kedua adalah penggunaan rangkaian metode filsafat yang dari prasangka.
Kemudian sebuah realitas merupakan hasil interaksi antara subjek dan objek.
Terakhir adalah yang terpenting yakni menempatkan faktor kesengajaan
sebagai jalan masuknya kesadaran.
Dalam kajian penelitian kualitatif tentunya kemampuan integritas dari
peneliti sangat dibutuhkan pada saat penyelidikan atau pengumpulan data.
Creswell dalam Kuswarno (2009 : 56) menjelaskan terdapat beberapa prosedur
dalam kajian fenomenologi, diantaranya :
1. Peneliti wajib memahami sebuah cara pandang filsafat terhadap suatu
fenomena atau realita di lingkungan masyarakat.
2. Peneliti harus bertanggung jawab untuk membuat pertanyaan-
pertanyaan yang dapat berpotensi membongkar suatu makna dalam
realitas yang terjadi di lingkungan masyarakat.
3. Peneliti bertugas untuk mengumpulkan data dari masyarakat yang
mengalami fenomena secara langsung melalui wawancara dengan
subjek atau informan sebanyak 5-25 orang.
4. Peneliti harus mengikuti tahapan-tahapan dalam proses analisa data dan
dapat menghasilkan laporan yang bersifat komperhensif.
![Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/56120/3/BAB II.pdf · bulan bahkan tahunan. Jumlah sample yang ditetapkan oleh peneliti adalah berjumlah 80 orang](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022062223/5f03dbc47e708231d40b1cf7/html5/thumbnails/10.jpg)
33
2.2.2 Keluarga
A. Pengertian Keluarga
Secara sosiologis, keluarga dapat diartikan sebagai suatu kelompok
yang terdiri dari masing-masing individu yang memiliki ikatan darah,
perkawinan, maupun adopsi yang saling berinteraksi dan berkomunikasi
satu sama lain sehingga menimbulkan adanya peranan sosial. Keluarga
merupakan satu kesatuan sosial yang terikat oleh hubungan darah yang
mana masing-masing individu di dalamnya memiliki peranan yang berbeda
sesuai dengan fungsinya (Khairuddin, 1997 : 4). Keluarga menurut
Murdock adalah suatu kelompok sosial yang bercirikan tempat tinggal yang
sama, adanya kerja sama antar dua jenis kelamin, paling kurang dua darinya
atas dasar pernikahan dan satu atau lebih anak saling melakukan sosialisasi.
(Abustam, 1992 : 30).
Menurut Ahmadi, keluarga adalah suatu kesatuan yang terdiri dari
beberapa anggota yang saling mempengaruhi dan dipengaruhi satu sama
lain. Pendapat yang serupa juga dikatakan oleh Suparlan dimana hubungan
antar anggota keluarga dijiwai oleh suasana kasih sayang dan rasa tanggung
jawab. (Ahmadi, 2001 : 20). Selanjutnya Elliot dan Merril dalam
Puspitawati (2012 : 2) mengatakan bahwasannya keluarga merupakan
sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang memiliki
hubungan darah, perkawinan atau adopsi serta bertempat tinggal yang sama.
B. Fungsi Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama dan tentunya paling utama
bagi perkembangbiakan individu, karena sejak kecil anak akan tumbuh dan
![Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/56120/3/BAB II.pdf · bulan bahkan tahunan. Jumlah sample yang ditetapkan oleh peneliti adalah berjumlah 80 orang](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022062223/5f03dbc47e708231d40b1cf7/html5/thumbnails/11.jpg)
34
berkembang dalam lingkungan yang disebut dengan keluarga. Fungsi
keluarga adalah ukuran dari bagaimana keluarga itu beroperasi sebagai
sebuah unit dan bagaimana mereka saling berinteraksi satu sama lain. Hal
ini tentu dapat mencerminkan sebuah gaya pengasuhan, melihat adanya
konflik, serta kualitas hubungan dalam sebuah keluarga. Fungsi keluarga
juga akan mempengaruhi kapasitas kesehatan dan kemakmuran seluruh
anggota keluarga (Husaini, 2017 : 4)
C. Bentuk Keluarga
Menurut Fatimah dalam Husaini (2017 : 4) terdapat beberapa bentuk
dalam keluarga diantaranya :
1. Keluarga inti (nuclear family), yakni keluarga yang terdiri dari ayah,
ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunan sedarah maupun hasil
adopsi.
2. Keluarga besar (ekstended family), yakni keluarga inti ditambah
dengan sanak saudaranya seperti kakek, nenek, paman, bibi, sepupu,
dan lain sebagainya.
3. Keluarga bentukan kembali (dyadic family), yakni sebuah keluarga
baru yang terbentuk dari pasangan suami istri yang sebelumnya telah
bercerai.
4. Orang tua tunggal (single parent family), yakni sebuah keluarga
yang entah suami maupun istrinya harus mengasuh anak nya seorang
diri dikarenakan terdapat sebuah konflik dan mengharuskan
keduanya untuk bercerai.
![Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/56120/3/BAB II.pdf · bulan bahkan tahunan. Jumlah sample yang ditetapkan oleh peneliti adalah berjumlah 80 orang](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022062223/5f03dbc47e708231d40b1cf7/html5/thumbnails/12.jpg)
35
5. Ibu bersama dengan anak tanpa sebuah perkawinan (the unmarried
teenage mother).
D. Ciri – ciri Keluarga
Ciri-ciri umum dari keluarga antara lain seperti yang dikemukakan oleh
Mac Iver dan Page dalam Khairuddin (1985 : 12) adalah pertama, dimana
keluarga merupakan sebuah hubungan yang diawali dengan adanya
perkawinan, kedua bentuk perkawinan atau susunan kelembagaan yang
berhubungan dengan perkawinan yang sengaja dibentuk dan dipelihara,
ketiga sebuah sistem terkait tata nama yang didalamnya termasuk bentuk
perhitungan garis keturunan, keempat sebuah ketentuan yang berkaitan
dengan masalah ekonomi yang dibentuk oleh masing-masing anggota
keluarga yang mempunyai ketentuan khusus terhadap kebutuhannya dalam
rangka mempunyai keturunan dan membesarkan anak, kelima memiliki
tempat tinggal yang sama.
Berdasarkan beberapa pengertian dan ciri-ciri umum terkait keluarga
menurut para ahli diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwasannya
keluarga merupakan sebuah kelompok sosial kecil yang terdiri dari
beberapa anggota yaitu ayah, ibu, dan anak yang mana masing-masing dari
anggotanya memiliki fungsi yang berbeda.
E. Peran Keluarga
Sebuah peran dalam keluarga dapat menggambarkan pola perilaku
interpersonal, sifat, dan kegiatan yang dapat berhubungan dengan masing-
masing individu dalam situasi dan posisi tertentu. Adapun menurut Istiati
![Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/56120/3/BAB II.pdf · bulan bahkan tahunan. Jumlah sample yang ditetapkan oleh peneliti adalah berjumlah 80 orang](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022062223/5f03dbc47e708231d40b1cf7/html5/thumbnails/13.jpg)
36
dalam Husaini (2017 : 5) terdapat beberapa peran dalam keluarga
diantaranya :
1. Peran seorang ayah
Sebagai seorang suami dan ayah dari istri beserta anak-anaknya
peran ayah sangat penting dalam menjalankan atau memimpin sebuah
kehidupan dalam berkeluarga. Ayah bertugas sebagai kepala keluarga
yang harus siap untuk memimpin, menjaga, serta mencari nafkah buat
keluarganya.
2. Peran seorang ibu
Sebagai seorang istri dan ibu dari ayah beserta anak-anaknya peran
ibu tentu tidak kalah penting dari peran ayah sebagai kepala keluarga.
Ibu berperan sebagai pengasuh dan pendidik bagi anak-anaknya, tidak
hanya itu ibu juga berperan penting dalam menjaga anak-anak nya
apabila sang ayah sedang tidak ada dirumah. Ibu juga akan mengurus
rumah tangga khususnya urusan domestik serta dapat berperan juga
sebagai pencari nafkah.
3. Peran seorang anak
Peran seorang anak yaitu menjalankan peranan psikososial sesuai
dengan tingkat perkembangan fisik, mental, maupun sosial dan
spriritualnya.
F. Macam Fungsi Keluarga
Menurut Wirdhana et al dalam Husaini (2017 : 6) terdapat beberapa
fungsi dalam keluarga diantaranya :
1. Fungsi Keagamaan
![Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/56120/3/BAB II.pdf · bulan bahkan tahunan. Jumlah sample yang ditetapkan oleh peneliti adalah berjumlah 80 orang](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022062223/5f03dbc47e708231d40b1cf7/html5/thumbnails/14.jpg)
37
Fungsi keluarga sebagai wadah utama orang tua mengenalkan,
menanamkan, menumbuhkan, serta mengembangkan nilai-nilai
keagamaan kepada buah hatinya agar kelak dapat menjadi insan yang
berakhlak baik dan berbudi pekerti luhur.
2. Fungsi Sosial Budaya
Fungsi keluarga dalam memperkenalkan serta mengembangkan
kekayaan sosial budaya bangsa yang beraneka ragam dalam satu
kesatuan.
3. Fungsi Cinta dan Kasih Sayang
Fungsi keluarga dalam memberikan cinta dan kasih sayang antara
suami dengan istri, orang tua dengan anak-anaknya, anak dengan anak,
serta hubungan kekerabatan antar generasi ke generasi sehingga
keluarga menjadi tempat utama berseminya kehidupan yang penuh cinta
kasih lahir dan batin.
4. Fungsi Perlindungan
Fungsi keluarga dalam memberikan perlindungan terhadap masing-
masing anggota keluarganya sehingga akan menimbulkan kehidupan
yang aman dan tentram.
5. Fungsi Reproduksi
Fungsi keluarga dalam melakukan perencanaan untuk menambah
keturunannya yang mana sudah menjadi fitrah sebagai manusia
sehingga dapat menunjang kesejahteraan seluruh umat secara universal.
6. Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan
![Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/56120/3/BAB II.pdf · bulan bahkan tahunan. Jumlah sample yang ditetapkan oleh peneliti adalah berjumlah 80 orang](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022062223/5f03dbc47e708231d40b1cf7/html5/thumbnails/15.jpg)
38
Fungsi keluarga dalam menyusun peran serta arahan dalam
mendidik keturunannya sehingga sebuah keluarga dapat menyesuaikan
kehidupannya di masa yang akan datang.
7. Fungsi Ekonomi
Fungsi keluarga dalam menyusun keuangan sebagai unsur
pendukung kemandirian dan ketahanan dalam berkeluarga.
8. Fungsi Pembinaan Lingkungan
Fungsi keluarga dalam menjaga atau menempatkan diri secara
serasi, selaras, dan seimbang sehingga dapat sesuai dengan aturan dan
daya dukung alam yang setiap selalu berubah-ubah.
Sementara menurut data dari World Health Organization (WHO)
dalam Husaini (2017 : 7) fungsi keluarga terdiri dari :
1. Fungsi Biologis
Fungsi dalam meneruskan keturunan, memelihara dan
membesarkan anak, serta memenuhi kebutuhan gizi dalam keluarga.
2. Fungsi Psikologi
Fungsi dalam memberikan cinta dan kasih sayang, perhatian, rasa
aman, serta dalam membina atau membentuk sebuah pendewasaan
terhadap kepribadian dalam setiap anggota keluarga.
3. Fungsi Sosialisasi
Fungsi dalam mengajarkan atau membina sosialisasi pada anak serta
mengenalkan norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak.
4. Fungsi Ekonomi
![Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/56120/3/BAB II.pdf · bulan bahkan tahunan. Jumlah sample yang ditetapkan oleh peneliti adalah berjumlah 80 orang](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022062223/5f03dbc47e708231d40b1cf7/html5/thumbnails/16.jpg)
39
Fungsi dalam mencari sumber-sumber penghasilan dalam rangka
memenuhi kebutuhan keluarga.
5. Fungsi Pendidikan
Fungsi dalam mendidik dan menyekolahkan anak sesuai dengan
tingkat perkembangannya dalam rangka memperoleh pengetahuan dan
keterampilan serta membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat atau
minat yang ingin dia geluti.
2.2.3 Long Distance Marriege
Long Distance Marriege dapat diartikan sebagai pernikahan jarak jauh,
dimana pernikahan sendiri menurut Olson dan Defrain dalam Soraiya (2016 :
37) adalah sebuah komitmen yang sah antara sepasang suami istri yang saling
berbagi keintiman baik secara fisik maupun emosi, berbagi tugas, serta sumber
penghasilan. Pengertian lain menurut Bactiar (2004) pernikahan adalah gerbang
bertemunya dua hati yaitu pasangan suami istri dalam naungan pergaulan hidup
yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama dengan didasari adanya hak
dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh keduanya.
Sedangkan pengertian hubungan jarak jauh atau long distance relationship
menurut Hampton dalam Dharmawijati (2016 : 238) adalah dimana pasangan
yang terpisahkan oleh adanya jarak dan waktu antara mereka untuk saling
berhubungan. Disisi lain Rhodes dalam Qomariyah (2015 : 2) menjelaskan
pernikahan jarak jauh merupakan sepasang pria dan wanita yang sudah menikah
dan memiliki karir yang berbeda, dimana masing-masing dari mereka sama-
sama mempunyai keinginan untuk mempertahankan pernikahan namun secara
![Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/56120/3/BAB II.pdf · bulan bahkan tahunan. Jumlah sample yang ditetapkan oleh peneliti adalah berjumlah 80 orang](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022062223/5f03dbc47e708231d40b1cf7/html5/thumbnails/17.jpg)
40
sukarela juga memilih untuk tinggal berjauhan demi karir yang ingin mereka
capai.
Dari pengertian menurut para ahli diatas maka penulis dapat menyimpulkan
bahwasannya pernikahan jarak jauh atau yang biasa disebut dengan long
distance marriege adalah suatu keadaan dimana sepasang suami istri dalam
hubungan keluarga yang terpisahkan oleh adanya jarak dan waktu minimal
lebih dari 6 bulan yang mengharuskan mereka untuk tetap berkomunikasi
dengan baik agar tidak memicu adanya konflik didalamnya.
Menurut Karsner dalam Sukamadiarti (2007 : 18), terdapat 4 komponen
penting dalam menjalin sebuah hubungan. Dengan adanya komponen tersebut
dalam sebuah hubungan maka akan mempengaruhi kelanggengan hubungan
yang sedang dijalani. Komponen-komponen tersebut diantaranya adalah rasa
saling percaya. Kepercayaan dalam suatu hubungan akan menentukan apakah
suatu hubungan akan berlanjut atau berhenti di tengah jalan. Kepercayaan ini
meliputi pemikiran-pemikiran kognitif masing-masing individu tentang apa
yang sedang dilakukan oleh pasangannya. Komponen kedua adalah komunikasi
yang merupakan dasar dalam membina hubungan yang baik.
Komponen ketiga adalah keintiman yang dimana merupakan perasaan dekat
dengan pasangan. Keintiman bukan hanya terbatas pada kedekatan fisik saja.
Namun dengan adanya rasa kedekatan emosional dan rasa kepemilikan terhadap
pasangan merupakan bagian dari keintiman. Komponen terakhir atau komponen
keempat yaitu meningkatkan sebuah komitmen, dimana seseorang akan terikat
dengan sesuatu atau seseorang terus bersamanya hingga hubungan berakhir.
![Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/56120/3/BAB II.pdf · bulan bahkan tahunan. Jumlah sample yang ditetapkan oleh peneliti adalah berjumlah 80 orang](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022062223/5f03dbc47e708231d40b1cf7/html5/thumbnails/18.jpg)
41
Kauffman dalam Nantasia (2016 : 3) menyatakan bahwasannya terdapat
beberapa faktor yang menyebabkan individu menjalani hubungan jarak jauh
diantaranya yaitu faktor pendidikan. Pendidikan adalah salah satu faktor
penyebab hubungan jarak jauh dimana ketika individu berusaha untuk mengejar
dan mencapai tingkat pendidikan yang lebih tinggi sehingga hubungan dengan
pasangan harus dipisahkan oleh adanya jarak. Kauffman juga menyatakan
bahwa sepertiga dari individu yang menjalani hubungan berpasangan di dalam
universitas yang dijalani oleh mahasiwa merupakan hubungan jarak jauh.
Faktor kedua yaitu pekerjaan, dimana hubungan jarak jauh juga
berhubungan dengan kecenderungan sosial pada saat ini. Hal ini dapat dilihat
dengan adanya peningkatan jumlah tenaga kerja ke luar negeri dan juga dengan
adanya kondisi mobilitas kerja saat ini sehingga dalam usaha pencapaian karir
mereka, hubungan percintaan yang terjalin harus dipisahkan oleh jarak
(Sukamadiarti 2007 : 18).
2.3 Landasan Teori
Teori Fenomenologi - Alferd Schutz
Edmund Husserl merupakan tokoh penting dalam filsafat fenomenologi.
Secara khusus Husserl mengatakan bahwasannya pengetahuan ilmiah telah
terpisah dari pengalaman sehari-hari dan dari kegiatan-kegiatan dimana
pengalaman dan pengetahuan berakar, maka fenomelogi bertugas untuk
memulihkan hubungan tersebut. Fenomenologi adalah sebuah ilmu yang
tercipta sebagai suatu bentuk dari idealisme yang semata-mata tertarik dengan
struktur dan cara kerja atas kesadaran manusia serta dasar-dasarnya, kendati
demikian fenomenologi kerap memunculkan perkiraan implisit, bahwasannya
![Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/56120/3/BAB II.pdf · bulan bahkan tahunan. Jumlah sample yang ditetapkan oleh peneliti adalah berjumlah 80 orang](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022062223/5f03dbc47e708231d40b1cf7/html5/thumbnails/19.jpg)
42
dunia yang kita diami diciptakan oleh kesadaran-kesadaran yang ada di kepala
kita masing-masing. Tentu saja akan menjadi tidak masuk akal untuk menolak
bahwa dunia yang eksternal itu ada, alasannya adalah bahwa dunia luar hanya
dapat dimengerti melalui kesadaran kita tentang dunia itu. (Craib Ian 1992 :
127).
Alferd Schutz merupakan seorang murid Husserl yang mengatakan bahwa
sebutan fenomenologis berarti studi tentang cara dimana fenomena atau hal-hal
yang kita sadari muncul di depan kita dan cara yang paling mendasar dari
pemunculannya adalah sebagai suatu aliran adanya pengalaman inderawi yang
masing-masing saling berkesinambungan yang kita terima melalui panca-indra
kita. (Ibid, hlm. 128). Secara keseluruhan Schutz memusatkan perhatian pada
hubungan dialektika antara cara seorang individu membangun sebuah realitas
sosial dan kultural yang mereka warisi dari para pendahulu mereka dalam dunia
sosial. (Ritzer dan Goodman 2004 : 95).
Schutz dalam Pratama (2017 : 35) sering dijadikan sebagai centre dalam
penerapan metodologi penelitian kualitatif yang tentu menggunakan studi
fenomenologi. Pertama, karena melalui pemikiran Schutz-lah ide Husserl yang
dirasa abstrak dapat dijelaskan dengan lebih gamblang dan mudah dipahami.
Kedua, Schutz merupakan orang pertama yang menerapkan kajian
fenomenologi dalam penelitian ilmu sosial. Schutz dalam mendirikan
fenomenologi sosial telah mengawinkan fenomenologi transendental oleh
Husserl dengan konsep verstehen yang merupakan buah pemikiran weber.
Jika Husserl hanya memandang filsafat fenomenologi (transendental)
sebagai metode analisis yang digunakan untuk mengkaji ‘sesuatu yang muncul’
![Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/56120/3/BAB II.pdf · bulan bahkan tahunan. Jumlah sample yang ditetapkan oleh peneliti adalah berjumlah 80 orang](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022062223/5f03dbc47e708231d40b1cf7/html5/thumbnails/20.jpg)
43
disekitar kita. Tetapi Schutz melihat secara jelas implikasi sosiologinya didalam
analisis ilmu pengetahuan, dimana telah muncul berbagai gagasan dan
kesadaran didalamnya. Schutz tidak hanya menjelaskan dunia sosial semata,
melainkan juga menjelaskan berbagai model teoritis dari realitas yang sedang
terjadi.
Menurut Schutz dalam Pratama (2017 : 36) terdapat enam karakteristik yang
menjadi dasar dari life world ini, yang pertama yaitu, wide-awakeness yakni
adanya unsur kesadaran yang berarti sadar sepenuhnya. Kedua, reality yakni
orang yang yakin akan eksistensi dunia. Ketiga, dalam dunia keseharian dimana
orang-orang saling berinteraksi. Keempat, pengalaman dari seseorang atau
individu merupakan totalitas dari pengalaman individu itu sendiri. Kelima,
dunia intersubyektif yang mana telah dicirikan terjadinya komunikasi dan
tindakan sosial. Keenam, adanya prespektif waktu yang terjadi dalam
masyarakat.
Melakukan pengamatan terhadap aktor bukanlah esensi utama dari kajian
fenomenologi sebagai sebuah perspektif. Kajian dalam fenomenologi Schutz
sebenarnya lebih merupakan tawaran akan cara pandang baru terhadap fokus
kajian penelitian dan penggalian terhadap makna yang terbangun dari realitas
kehidupan sehari-hari yang terdapat didalam penelitian secara khusus dan
dalam kerangka luas pengembangan ilmu sosial. Dengan demikian, kajian
fenomenologi secara kritis dapat diinterpretasikan secara luas sebagai sebuah
implikatif kepada metode penelitian sosial. Pengaruh tersebut diantaranya akan
menempatkan responden sebagai seorang subyek yang menjadi aktor sosial
dalam kehidupan sehari-hari.
![Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/56120/3/BAB II.pdf · bulan bahkan tahunan. Jumlah sample yang ditetapkan oleh peneliti adalah berjumlah 80 orang](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022062223/5f03dbc47e708231d40b1cf7/html5/thumbnails/21.jpg)
44
Teori ini tentu sangat efektif untuk digunakan dalam menganalisa
permasalahan yang akan penulis kaji yakni terkait Fenomena Keluarga Long
Distance Marriege dalam mencoba memahami perilaku, tindakan, maupun
pemikiran subjek yang akan diteliti. Dalam kajian ini tentu saja seorang peneliti
dituntut secara fleksibel mampu menyesuaikan taraf pemikiran ilmiahnya
dengan individu lain yang secara simultan menjadi objek dan subjek penelitian
sebagai pihak yang sekaligus melakukan pemaknaan terhadap tindakannya
sendiri.
Selanjutnya dalam proses pemaknaan tersebut telah terjadi suatu
kesepakatan yang intinya tidak boleh terjebak hanya pada pemikiran ilmiah
sosialnya saja tetapi lebih pada interpretasi terhadap kehidupan keseharian
berdasarkan kesepakatan antara peneliti dengan “objek penelitian” yang akan
dikaji sekaligus sebagai subjek yang menginterpretasikan kehidupan yang dia
jalani.
Teori fenomenologi akan dikaitkan dengan fenomena terkait keluarga yang
mengalami hubungan jarak jauh atau long distance marriege dimana suami
maupun istri yang mengalami hubungan jarak jauh adalah merupakan aktor
yang mengkontruksi kehidupan mereka sendiri, dan apa yang mereka lakukan
memiliki makna subjektif yang kemudian mereka dapat berinteraksi dengan
pasangannya karena memiliki kesamaan atau kebersamaan sehingga maknanya
dapat bersifat subjektif.
Setiap tindakan yang dilakukan oleh seseorang pasti memiliki motif,
tindakan, beserta makna tertentu yang dapat melatarbelakangi seseorang untuk
melakukan tindakan tersebut, begitu pula dengan pasangan suami istri yang
![Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/56120/3/BAB II.pdf · bulan bahkan tahunan. Jumlah sample yang ditetapkan oleh peneliti adalah berjumlah 80 orang](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022062223/5f03dbc47e708231d40b1cf7/html5/thumbnails/22.jpg)
45
memutuskan untuk berhubungan jarak jauh. Dimana motif apa yang mendasari
pasangan suami istri melakukan hubungan jarak jauh, selanjutnya seperti apa
tindakan yang dilakukan oleh sepasang suami istri yang mengalami hubungan
jarak jauh dalam berinteraksi, dan yang terakhir apa makna dari fenomena long
distance marriege itu sendiri bagi masing-masing keluarga.
Bagan 2.1
Kaitan Kajian Penelitian dengan Teori Fenomenologi
Alfred Schutz (1899-1959)
Sumber : Analisis Penulis di Lapangan
Fenomenologi
Schutz (1899-1959)
Studi Fenomenologi
Keluarga Long Distance
Marriege
Motif Tindakan Makna
Apa motif yang mendasari keluarga
melakukan hubungan
long distance marriege.
Bagaimana
Tindakan/interaksi yang
dilakukan keluarga
hubungan long distance
marriege.
Apa makna fenomena
long distance marriege bagi masing-masing
keluarga.