bab ii kajian pustaka 2.1 kemampuan kosakata 2.1.1 ...€¦ · 9 bab ii kajian pustaka . 2.1....
TRANSCRIPT
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kemampuan Kosakata
2.1.1. Pengertian kosakata
Wikipedia, (2014) menyatakan kosakata (bahasa Inggris: vocabulary) adalah
himpunan kata yang diketahui oleh seseorang atau entitas lain, atau merupakan
bagian dari suatu bahasa tertentu. Kosakata seseorang didefinisikan sebagai himpunan
semua kata-kata yang dimengerti oleh orang tersebut atau semua kata-kata yang
kemungkinan akan digunakan oleh orang tersebut untuk menyusun kalimat baru.
Kekayaan kosakata seseorang secara umum dianggap merupakan gambaran dari
intelejensia atau tingkat pendidikannya. Karenanya banyak ujian standar, seperti
SAT, yang memberikan pertanyaan yang menguji kosakata. Penambahan kosakata
seseorang secara umum dianggap merupakan bagian penting, baik dari proses
pembelajaran suatu bahasa ataupun pengembangan kemampuan seseorang dalam
suatu bahasa yang sudah dikuasai. Murid sekolah sering diajarkan kata-kata baru
sebagai bagian dari mata pelajaran tertentu dan banyak pula orang dewasa yang
menganggap pembentukan kosakata sebagai suatu kegiatan yang menarik dan
edukatif.
Menurut Tarigan, (1989) penguasaan kosakata sangat penting dalam berbahasa,
semakin kaya kosakata yang dimiliki oleh seseorang semakin besar pula keterampilan
10
seseorang dalam berbahasa. Menurut Nurgiyantoro, (2001) kosakata adalah
perbendaharaan kata atau apa saja yang dimiliki oleh suatu bahasa. Menurut
Sudjianto, (2004) bahwa kosakata juga dapat dikatakan sebagai keseluruhan kata
berkenaan dengan suatu bahasa atau bidang tertentu yang ada didalamnya. Kosakata
merupakan bagian dari suatu bahasa yang mendasari pemahaman dari bahasa
tersebut. Menurut Suarni, (2009) menyatakan bahwa tugas dalam belajar bicara pada
awal masa kanak-kanak umumnya merupakan saat berkembang pesatnya penguasaan
kosakata, menguasai kata-kata dan menggabungkannya menjadi kalimat. Menurut
Enny Zubaidah, ( 2003) bahwa kualitas kosakata yang dimiliki anak mempengaruhi
empat keterampilan berbahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Menurut Valette, (1977) mengemukakan bahwa kosakata adalah kata atau kelompok
kata yang memiliki makna tertentu.
Menurut Soedjito, (2009) kosakata atau perbendaharaan kata diartikan sebagai:
1) Semua kata yang terdapat dalam suatu bahasa
2) Kekayaan kata yang dimiliki oleh seorang pembicara atau penulis
3) Kata yang dipakai dalam suatu bidang ilmu pengetahuan
4) Daftar kata yang disusun seeperti kamus serta penjelasan secara singkat dan
praktis
Berdasarkan pengertian kosakata yang dikemukakan oleh beberapa para ahli
diatas dapat disimpulkan bahwa kosakata merupakan kata yang memiliki suatu arti
yang dimiliki oleh manusia untuk digunakan dalam berbahasa dan berkomunikasi
11
2.1.2. Jenis - Jenis Kosakata
Menurut Hurlock, (1978) anak mempelajari dua jenis kosakata yakni kosakata
umum dan kosakata khusus. Kosakata umum terdiri atas kata yang dapat digunakan
dalam berbagai situasi yang berbeda, kosakata khusus terdiri atas kata arti spesifik
yang hanya digunakan pada situasi tertentu. Hurlock, 1978) mengemukakan jenis -
jenis kosakata, yaitu:
1. Kosakata Umum
Kosakata umum terdiri dari kata benda, kata kerja, kata sifat, dan kata
keterangan.
a. Kata benda
Kata yang pertama digunakan oleh anak adalah kata benda, umumnya yang
bersuku kata satu yang diambil dari bunyi celoteh yang disenangi.
b. Kata Kerja
Setelah anak mempelajari kata benda yang cukup untuk menyebutkan nama dan
benda disekitarnya, mereka mulai mempelajari kata-kata baru khususnya
yangmelukiskan tindakan seperti “beri”, “ambil”, atau “pegang”.
c. Kata Sifat
Kata sifat muncul dalam kosakata anak yang berumur 1,5 tahun. Pada
mulanya kata sifat yang paling umum digunakan adalah “baik”, “buruk”,
“nakal”, “panas”, dan “dingin”. Pada prinsipnya kata-kata tersebut digunakan
pada orang, makanan, dan minuman.
12
d. Kata Keterangan
Kata keterangan digunakan pada umur yang sama untuk kata sifat. Kata
keterangan yang muncul paling awal dalam kosakata anak. Umumnya adalah
“disini”, dan “dimana”.
2. Kosakata Khusus
Kosakata khusus terdiri dari kosakata warna, kosakata jumlah, kosakata waktu,
kosakata uang, kosakata ucapan populer, dan kosakata ucapan sumpah.
a. Kosakata warna
Sebagian besar anak mengetahui nama warna dasar pada usia 4 tahun. Seberapa
mereka akan mempelajari nama warna lainya bergantung pada kesempatan
belajar dan minat mereka tentang warna
b. Kosakata Jumlah
Dalam skala inteligensi Stanford-Binet, anak yang berusia 5 tahun diharapkan
dapat menghitung tiga objek dan pada usia 6 tahun diharapkan cukup baik
memahami kata “tiga”, “sembilan”, lima” untuk menghitung biji.
c. Kosakata Waktu
Biasanya anak yang berusia 6-7 tahun mengetahui arti pagi, siang, musim
panas, dan musim hujan.
d. Kosakata Uang
Anak yang berumur 4-5 tahun mulai menamai mata uang logam sesuai dengan
ukuran dan warnanya
13
e. Kosakata Ucapan Populer
Kebanyakan anak yang berusia 4 sampai 8 tahun khususnya anak lelaki
mengunakan ucapan populer untuk mengungkapkan emosi dan kebersamaan
dengan kelompok sebaya.
f. Kosakata Sumpah
Sumpah terutama oleh anak digunakan mulai pada usia sekolah untuk
menyatakan bahwa ia sudah besar, menyadari perasaan rendah dirinya,
menegaskan kejantanannya dan menarik perhatian.
Dari uraian yang telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis kosakata
diatas merupakan kosakata dasar yang harus dimiliki oleh anak usia dini untuk
mempermudah mereka dalam berkomunikasi dengan orang lain dan dapat
mengembangkan kreativitas dalam berbicara.
2.1.3. Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini
Menurut Permendiknas No.58, 2009 tentang standar Pendidikan Anak Usia Dini,
pengembangan kurikulum yang berkaitan dengan meningkatkan kosakata pada anak
usia 5-6 tahun berfokus pada lingkup perkembangan mengungkapkan bahasa dengan
tingkat pencapaian perkembangannya yaitu: 1) Menjawab pertanyaan yang lebih
kompleks, 2) Menyusun kalimat sederhana dalam struktur lengkap (pokok
kalimat-predikat-keterangan),3) Memiliki lebih banyak kata-kata untuk
mengekspresikan ide pada orang lain.
14
Tabel 2.1
Lembar Indikator Kemampuan Kosakata Anak
No Indikator Aspek B C K
1 Menjawab pertanyaan yang
lebih kompleks
Anak dapat membaca dan
menyebutkan kata yang ada
pada sisi dadu
2 Menyusun kalimat
sederhana dalam struktur
lengkap (pokok kalimat -
predikat - keterangan)
Anak dapat membuat kalimat
sederhana yang terdiri dari 4
kata
3 Memiliki lebih banyak
kata-kata untuk
mengekspresikan ide pada
orang lain
Anak dapat menyebutkan kata -
kata yang mempunyai suku kata
awal yang sama
Menurut Papalia (dalam Soetjiningsih, 2012) bahwa pada usia 5-6 tahun, kalimat
anak sudah terdiri dari enam sampai dengan delapan kata, anak-anak ini biasanya
memiliki kosakata pembicaraan sekitar 2.600 kata dan memahami lebih dari 20.000
kata. Mereka sudah dapat menjelaskan arti kata-kata yang sederhana, mengetahui
lawan kata, serta sudah dapat menggunakan kata penghubung, kata depan, dan kata
sandang.
Dalam teori belajar behaviorisme menyatakan bahwa perkembangan bahasa
adalah bentukan atau hasil dari pengaruh lingkungan (nurture) dan bukan karena
bawaan (nature). Teori ini bertitik tolak pada pendapat bahwa anak dilahirkan tidak
membawa kemampuan apa-apa, sehingga perlu melakukan proses belajar. Proses
belajar ini melalui imitasi, modeling, atau belajar dengan reinforcement (Monks Dkk,
2001). Menurut Skinner (dalam Soetjiningsih, 2012) menyatakan bahwa memakai
15
teori stimulus-respon dalam menerangkan perkembangan bahasa, yaitu bahwa bila
anak mulai belajar berbicara yang merupakan bukti perkembangannya bahasa anak,
maka orang yang berada disekelilingnya memberi respon yang positif sebagai
penguat (reinforcement). dengan adanya respon positif tersebut maka anak akan
cenderung mengulang kata tersebut atau tertarik untuk mencoba kata lain.
2.2 Metode Dadu Kata
2.2.1 Pengertian Dadu Kata
Wikipedia, (2015) dadu berasal dari bahasa latin yaitu datum yang berarti
“diberikan atau dimainkan”.merupakan sebuah objek kecil yang umumnya berbentuk
kubus yang digunakan untuk menghasilkan angka atau simbol acak. Dadu digunakan
dalam berbagai permainan anak-anak.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, (2002) dadu adalah kubus kecil berisi
(biasanya terbuat dari kayu, tulang, gading, atau plastik), pada sisinya diberi mata 1-6
yang diatur sedemikian rupa sehingga dua sisi yang saling berhadapan selalu
berjumlah 7.
Sinta Mahardita, (2012) menyatakan dadu kata adalah salah satu bentuk
permainan untuk membantu anak mengenal kosakata baru dengan metode selain
membaca teks atau menghafal kata dari buku juga menyentuh kemampuan anak
untuk mengembangkan kosakata.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa metode dadu kata dapat
digunakan dalam pembelajaran untuk meningkatkan kosakata pada anak.
16
2.2.2. Langkah - Langkah Permainan Dadu Kata dalam Pembelajaran
Suniantari,dkk (2014) menyatakan permainan dadu kata merupakan permainan
perorangan, alat yang diperlukan dalam permainan dadu kata adalah sebuah dadu
yang setiap sisinya berisi kata yang berbeda-beda, dan cara bermainnya sangat
sederhana, cukup melambungkan dadu kemudian menyebutkan kata apa yang
muncul. Namun sebelum memulai permainan hendaknya guru mengenalkan terlebih
dahulu tentang dadu kata tersebut. Guru memberikan apersepsi sekilas tentang dadu
tersebut, seperti dadu sama dengan kubus yang memiliki enam buah sisi, perlihatkan
atau tunjuk setiap sisi dari dadu tersebut. Kemudian terangkan disetiap sisi dadu
tersebut berisi kata yang berbeda- beda.
Langkah pertama anak diajak menyebutkan semua kata yang ada di setiap sisi
dadu tersebut kemudian secara bergiliran anak mengambil dan melambungkan dadu
ke atas, kemudian anak ditugaskan untuk membaca dan menyebutkan kata apakah
yang muncul atau kata apa yang berada pada sisi atas dadu. Setelah anak menjawab
dengan benar kemudian anak membuat kalimat sederhana dari kata tersebut lalu anak
diminta menyebutkan kata-kata yang memiliki suku kata awal yang sama. Permainan
ini dilakukan secara berulang-ulang sehingga anak aktif dalam pembelajaran dan
mampu merangsang anak agar menumbuhkan kemampuan berpikirnya.
2.2.3. Lesson Learned dalam Dadu Kata
1) Konsep penggunaan dadu ini sangat fleksibel untuk masuk dalam permainan
apapun. Dan karena prinsipnya adalah “perpindahan” yang mana terjadi
17
pergerakanaktif, maka cukup menyenangkan untuk mengusir kemonotonan
belajar di bangku sendiri-sendiri.
2) Dalam permainan ini memunculkan tiga kegiatan dasar berbahasa, yaitu
membaca, menulis, dan mengucapkan.
2.2.4. Kekurangan dan Kelebihan Metode Permainan Dadu Kata
Menurut Ahmad Miftah, (2013) permainan dadu kata mempunyai kelebihan dan
kekurangan, berikut penjelasannya:
1) Kelebihan dari pembelajaran melalui bermain dengan dadu kata adalah:
a) Anak memilih sendiri dadu kata yang dilemparnya sehingga anak
bersemangat. Pemberian kesempatan kepada anak untuk menentukan pilihan
merupakan hal yang menyenangkan bagi anak, anak merasa bersemangat dan
kepercayaan dirinya tumbuh
b) Tidak mengantuk dan bosan karena anak beraktifitas dengan aktif.
c) Anak tertarik untuk mengetahui bentuk apa yang keluar dan kata apa yang
muncul dari setiap lemparan yang dibuatnya sendiri.
2) Kelemahan dari pembelajaran melalui bermain dengan dadu adalah:
a) Banyak menyita waktu karena anak harus melempar terlebih dahulu sebuah
dadu kemudian memperhatikan kata apa yang muncul dalam lemparan dadu
tersebut, setelah itu anak membuat sebuah kalimat menggunakan kata kata yang
muncul dalam dadu tersebut, lalu anak menyebutkan kata-kata dengan suku kata
awal yang sama.
18
b) Kadang-kadang kata yang muncul tidak sesuai dengan harapan anak.
c) Anak harus menunggu giliran dengan teman-temannya karena permainan
dadu kata merupakan permainan perorangan
Berdasarkan kelebihan dan kelemahan metode bermain yang telah dipaparkan di
atas, penulis menyimpulkan bahwa selain kelebihan yang dijelaskan pada uraian di
atas permainan dadu kata juga dapat merangsang anak agar menumbuhkan
kemampuan berpikirnya, kemampuan mengingatnya, lebih memusatkan
perhatiannya, mampu mengembangkan keterampilan sosial anak seperti bersosialisasi
dengan orang lain, dan mengurangi kecemasan pada anak karena bermain merupakan
hal yang menyenangkan bagi anak. Melalui metode bermain berbantuan media dadu
kata ini diharapkan dapat meningkatkan perkembangan bahasa pada kemampuan
bicara dan kemampuan membaca pada anak.
2.3. Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Syofiani, (2012 ) yang berjudul peningkatan
membaca anak melalui permainan dadu kata bergambar di Taman Kanak - kanak
Aisyiyah Naras Pariaman. Ini dapat dilihat dari peningkatan pada siklus I dan siklus II
yaitu pada aspek pertama kemampuan anak mengenal dan menyebut kata sederhana
sebelum tindakan anak yang sangat tinggi 2 orang dengan persentase 13,3%, pada
siklus 1, 8 orang dengan persentase 53,3%, dan siklus II, 13 orang dengan persentase
86,6%. Pada aspek kedua, mengelompokan kata-kata sejenis sebelum tindakan anak
yang sangat tinggi 2 orang dengan persentase 13,3%,pada siklus I, 6 orang dengan
19
persentase 40%,dan siklus II, 12 orang dengan persentase 80%. Aspek ketiga, anak
menyusun huruf menjadi kata sederhana, sebelum tindakan yang sangat tinggi 1
orang dengan persentase 6,6%, siklus I, 7 orang dengan persentase 46,6%, dan siklus
II, 13 orang dengan persentase 86,6%.
Penelitian yang dilakukan oleh Suniantari, (2014) penerapan metode bermain
berbantuan media dadu huruf untuk meningkatkan perkembangan bahasa Hasil
analisis data menunjukkan bahwa terjadi peningkatan rata-rata skor perkembangan
bahasa pada anak kelompok B1 setelah diterapkan metode bermain berbantuan media
dadu huruf pada siklus I sebesar 71% yang berada pada katagori sedang kemudian
pada siklus II menjadi 83% tergolong pada katagori tinggi. Jadi terjadi peningkatan
perkembangan bahasa anak setelah diterapkan metode bermain berbantuan media
dadu huruf sebesar 12%.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terdahulu, penulis menyimpulkan
bahwa dari penelitian tersebut terdapat adanya persamaan dimana persamaannya
yaitu pada penelitian yang dilakukan oleh Syofiani, (2012) penelitian menggunakan
metode yang sama yaitu permainan dadu kata dengan subjek yang sama yaitu pada
anak Kelompok B, sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Suniantari, (2014)
penelitian menggunakan metode yang sama yaitu permainan dadu dengan tujuan
meningkatkan perkembangan bahasa anak.
Dari persamaan yang telah dipaparkan, maka penulis juga menyimpulkan adanya
perbedaan dari kedua penelitian tersebut, dimana letak perbedaannya yaitu pada
20
penelitian yang dilakukan oleh Syofiani, (2012) menyatakan tujuan dari penelitian
melalui permainan dadu kata hanya meningkatkan perkembangan membaca pada
anak, sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Suniantari, (2014)
perbedaannya terdapat pada dadu yang digunakan yaitu dadu huruf yang setiap
sisinya hanya berisi huruf.
2.4. Kerangka Berpikir
2.5 Hipotesis
Adapun hipotesis tindakan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: dengan
menggunakan metode permainan dadu kata dapat meningkatkan secara signifikan
kosakata anak Kelompok B TK Kamulyan Terpadu.
Pembelajaran sebelumnya
a. Guru dominan
menggunakan
ceramah dan pemberian
tugas
b. Teacher centered
c. Kurang mengaktifkan
kooperatif siswa
Hasil belajar
mengembangan
kosakata rendah
a. Siswa kurang semangat dalam
mengikuti pembelajaran
b. Siswa kurang fokus dalam
pembelajaran
c. Keaktifan hanya ditunjukkan
sebagian siswa
Diterapkan pembelajaran menggunakan permainan dadu kosakata
Siklus I: menggunakan metode dadu
kata ada perbaikan hasil belajar
mengembangkan kosakata meningkat
tetapi belum maksimal
Siklus II: menggunakan metode
dadu kata hasil belajar
mengembangkan kosakata sudah
maksimal