bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori 2.1.1 pembelajaran ... ii.pdf6 bab ii kajian pustaka 2.1...

20
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Pembentukan kemampuan siswa di sekolah sangat dipengaruhi oleh proses belajar yang ditempuh. Agar siswa memiliki kemampuan yang diharapkan, proses belajar harus dikendalikan guru berdasarkan kurikulum yang berlaku. Setiap mata pelajaran diajarkan berdasarkan kurikulum dengan beban materi yang berbeda disetiap tingkatan kelas. Hal ini juga berlaku pada mata pelajaran Matematika di sekolah dasar. Sebelum pembahasan pembelajaran matematika di sekolah dasar perlu dietahui mengenai pengertian matematika dan pengertian pembelajaran. 2.1.1.1 Pengertian Matematika Asal kata matematika bukan berasal dari Bahasa Indonesia asli. Pengertian asal kata matematika diterangkan oleh Tiurlina (2010:3) yaitu : Matematika berasal dari bahasa Latin mathematika yang mulanya diambil dari bahasa Yunani mathematike yang berarti mempelajari. Kata mathematike berhubungan pula dengan kata lainnya yang hampir sama, yaitu mathein atau mathenein yang artinya belajar (berpikir). Jadi, berdasarkan asal katanya, maka matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir (bernalar). Berikut pengertian matematika berdasarkan definisi para ahli yang dikemukakan oleh Tiurlina (2010:4). Russefendi menyebutkan bahwa matematika terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan, definisi-definisi, aksioma-aksioma, dan dalil-dalil di mana dalil-dalil setelah dibuktikan kebenarannya berlaku secara umum, karena itulah matematika sering disebut ilmu deduktif. James dan James menyebutkan matematika adalah ilmu tentang logika, mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan lainnya. Matematika terbagi dalam tiga bagian besar yaitu aljabar, analisis dan geometri. Tetapi ada pendapat yang mengatakan bahwa matematika terbagi menjadi empat bagian yaitu aritmatika, aljabar, geometris dan analisis dengan aritmatika mencakup teori bilangan dan statistika. Johnson dan Rising dalam Russefendi mengemukakan matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan,pembuktian yang logis, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi. Matematika adalah pengetahuan struktur yang terorganisasi, sifat-sifat dalam teori-teori dibuat secara deduktif berdasarkan kepada unsur yang tidak didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya 6

Upload: others

Post on 27-Feb-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ... II.pdf6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Pembentukan kemampuan siswa

6

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Pembentukan kemampuan siswa di sekolah sangat dipengaruhi oleh proses

belajar yang ditempuh. Agar siswa memiliki kemampuan yang diharapkan, proses

belajar harus dikendalikan guru berdasarkan kurikulum yang berlaku. Setiap mata

pelajaran diajarkan berdasarkan kurikulum dengan beban materi yang berbeda

disetiap tingkatan kelas. Hal ini juga berlaku pada mata pelajaran Matematika di

sekolah dasar. Sebelum pembahasan pembelajaran matematika di sekolah dasar perlu

dietahui mengenai pengertian matematika dan pengertian pembelajaran.

2.1.1.1 Pengertian Matematika

Asal kata matematika bukan berasal dari Bahasa Indonesia asli. Pengertian

asal kata matematika diterangkan oleh Tiurlina (2010:3) yaitu :

Matematika berasal dari bahasa Latin mathematika yang mulanya diambil dari bahasa Yunani mathematike yang berarti mempelajari. Kata mathematike berhubungan pula dengan kata lainnya yang hampir sama, yaitu mathein atau mathenein yang artinya belajar (berpikir). Jadi, berdasarkan asal katanya, maka matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir (bernalar).

Berikut pengertian matematika berdasarkan definisi para ahli yang

dikemukakan oleh Tiurlina (2010:4).

Russefendi menyebutkan bahwa matematika terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan, definisi-definisi, aksioma-aksioma, dan dalil-dalil di mana dalil-dalil setelah dibuktikan kebenarannya berlaku secara umum, karena itulah matematika sering disebut ilmu deduktif.

James dan James menyebutkan matematika adalah ilmu tentang logika, mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan lainnya. Matematika terbagi dalam tiga bagian besar yaitu aljabar, analisis dan geometri. Tetapi ada pendapat yang mengatakan bahwa matematika terbagi menjadi empat bagian yaitu aritmatika, aljabar, geometris dan analisis dengan aritmatika mencakup teori bilangan dan statistika.

Johnson dan Rising dalam Russefendi mengemukakan matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan,pembuktian yang logis, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi. Matematika adalah pengetahuan struktur yang terorganisasi, sifat-sifat dalam teori-teori dibuat secara deduktif berdasarkan kepada unsur yang tidak didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya

6

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ... II.pdf6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Pembentukan kemampuan siswa

7

adalah ilmu tentang keteraturan pola atau ide, dan matematika itu adalah suatu seni, keindahannya terdapat pada keterurutan dan keharmonisannya.

Reys - dkk mengemukakan matematika adalah telaahan tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat.

Kline menyebutkan matematika itu bukan pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam.

2.1.1.2 Pengertian Pembelajaran

Pengertian pembelajaran menurut Sri Anitah (2009:18) adalah proses

interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan

belajar. Lingkungan belajar merupakan suatu sistem yang terdiri dari unsur tujuan,

bahan pelajaran, strateggi, alat, siswa dan guru. Semua unsur atau komponen

tersebut saling berkaitan, saling mempengaruhi dan semuanya berfungsi dengan

berorientasi pada tujuan. Pembelajaran dapat dikatakan berhasil jika mampu

memenuhi kriteria tujuan pembelajaran. Pemahaman guru mengenai pembelajaran

akan berpengaruh pada bagaimana guru tersebut mengajar.

Banyak ahli yang berpendapat mengenai pengertian pembelajaran. Dalam

www.carapedia.com disebutkan beberapa ahli yang mendefinisikan pengertian

pembelajaran. Beberapa ahli tersebut antara lain :

a. Knowles menerangkan pembelajaran adalah cara pengorganisasian peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan.

b. Slavin mendefinisikan pembelajaran sebagai perubahan tingkah laku individu yang disebabkan oleh pengalaman.

c. Woolfolk menerangkan pembelajaran berlaku apabila sesuatu pengalaman secara relatifnya menghasilkan perubahan kekal dalam pengetahuan dan tingkah laku.

d. Crow & Crow menerangkan pembelajaran adalah pemerolehan tabiat, pengetahuan dan sikap.

e. Rahil Mahyudin menerangkan pembelajaran adalah perubahan tingkah laku yang melibatkan ketrampilan kognitif yaitu penguasaan ilmu dan perkembangan kemahiran intelek.

f. Achjar Chalil menyebutkan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

g. Corey menerangkan pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus.

h. G.A Kimble menyebutkan pembelajaran merupakan perubahan kekal secara relatif dalam keupayaan kelakuan akibat latihan yang diperkukuh.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ... II.pdf6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Pembentukan kemampuan siswa

8

i. Munif Chatib menerangkan pembelajaran adalah proses transfer ilmu dua arah, antara guru sebagai pemberi informasi dan siswa sebagai penerima informasi Dari berbagai pengertian pembelajaran dapat disimpulkan bahwa kegiatan

pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama dalam pendidikan.

Pembelajaran dapat dikatakan berhasil jika mampu memenuhi kriteria tujuan

pembelajaran. Pemahaman guru mengenai pembelajaran akan berpengaruh pada

bagaimana guru tersebut mengajar.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pembelajaran matematika

merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dalam mata

pelajaran matematika. Pembelajaran matematika yang akan dibahas dalam

penelitian ini yaitu pembelajaran matematika di sekolah dasar.

Siswa Sekolah Dasar (SD) umumnya berumur antara 6-13 tahun. Menurut

Piaget, mereka berada pada fase operasional konkret. Kemampuan yang tampak

pada fase ini adalah kemampuan dalam proses berpikir untuk mengoperasikan

kaidah-kaidah logika meskipun masih terikat dengan objek yang bersifat konkret.

Dari usia perkembangan kognitif, siswa SD masih terikat dengan objek konkret

yang dapat ditangkap oleh panca indra. Proses pembelajaran pada fase konkret

dapat melalui tiga tahapan konkret, semi konkret dan abstrak.

Karena matematika bersifat abstrak dan siswa SD berada pada fase

konkret, maka guru perlu menggunakan cara-cara agar peserta didik memahami

materi pelajaran. Salah satu cara yang digunakan yaitu mealui berbagai metode

pembelajaran sehingga dapat memperjelas apa yang disampaikan guru. Tujuan

akhir pembelajaran matematika di SD yaitu agar siswa terampil dalam

menggunakan berbagai konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari.

2.1.2 Efektivitas Pembelajaran

Dilihat dari asal katanya efektivitas berasal dari bahasa Inggris yaitu

Effective yang berarti berhasil, tepat atau manjur. Eggen dan Kauchak dalam

Fauzi, online (2009) mengemukakan bahwa pembelajaran dikatakan efektif

apabila siswa secara aktif dilibatkan dalam pengorganisasian dan penentuan

informasi (pengetahuan). Jadi, siswa tidak hanya pasif mendengarkan dan

menerima pengetahuan yang diberikan guru begitu saja. Hasil belajar ini tidak

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ... II.pdf6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Pembentukan kemampuan siswa

9

hanya meningkatkan pemahaman siswa saja, tetapi juga meningkatkan

keterampilan berpikir siswa.

Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang dapat membawa

siswa belajar efektif menurut Slameto (2010:93). Pembelajaran akan efektif jika

waktu yang tersedia sedikit saja untuk guru melakukan ceramah dan waktu yang

besar adalah untuk kegiatan intelektual dan untuk pemeriksaan pemahaman siswa.

Slameto mengemukakan bahwa suatu pembelajaran dikatakan efektif jika

memenuhi beberapa syarat. Syarat-syarat tersebut antara lain:

(1) belajar secara aktif, baik secara mental maupun fisik. (2) adanya variasi metode dalam pembelajaran, (3) adanya motivasi, (4) kurikulum yang baik dan seimbang, (5) adanya pertimbangan perbedaan individu (6) adanya perencanaan sebelum pembelajaran (7) adanya suasana yang demoratis, (8) penyajian bahan pelajaran yang merangsang siswa untuk berfikir, (9) interaksi semua pelajaran, (10) kaitan antara kehidupan nyata kehidupan sekolah, (11) kebebasan siswa dalam interaksi pembelajaran, (12) pengajaran remedial.

Nana Sudjana (2008:35) mengungkapkan bahwa suatu pembelajaran

efektif dapat ditinjau dari segi proses dan hasilnya. Dari segi proses suatu

pembelajaran haruslah merupakan interaksi dinamis sehingga siswa sebagai

subyek belajar mampu mengembangkan potensi secara efektif. Dari segi hasil atau

produk menekankan pada penguasaan tujuan oleh siswa baik dari segi kualitas

maupun kuantitas.

Dari beberapa uraian mengenai efektivitas pembelajaran dapat

disimpulkan bahwa suatu pembelajaran dikatakan efektif apabila semua unsur dan

komponen yang terdapat pada sistem pembelajaran berfungsi dengan baik sesuai

dengan tujuan dan sasaran yang ditetapkan serta tujuan hasilnya dicapai optimal.

2.1.3 Metode Hypnoteaching

Dalam bahasa Inggris, method berarti cara. Apabila dikaitkan dengan

pembelajaran, Sri Anitah (2009:24) menyatakan metode adalah cara yang

digunakan guru dalam membelajarkan siswa. Setiap metode memiliki langkah-

langkah atau prosedur penggunaannya tersendiri. Joni dalam Sri Anitah (2009:24)

mengemukakan bahwa metode adalah berbagai cara kerja yang bersift relatif

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ... II.pdf6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Pembentukan kemampuan siswa

10

umum yang sesuai untuk mencapai tujuan tertentu. Metode pembelajaran

digunakan sebagai salah satu upaya guru agar siswa memahami materi pelajaran.

2.1.3.1 Pengertian Metode Hypnoteaching

Metode Hypnoteaching merupakan perpaduan dua kata “hypnosis” yang

berarti mensugesti dan “teaching” yang berarti mengajar. Menurut La Kahija

(2007:17) istilah hypnosis atau dalam Bahasa Indonesia disebut hipnotisme,

pertama kali digunakan oleh James Braid pada tahun 1795. Istilah ini pertama kali

muncul dalam bukunya yang berjudul Neurypnology, the Rationale of Nervous

Sleep (Neuripnologi, tentang penyebab tidur saraf) yang terbit pada tahun 1843.

Secara etimologis, hypnosis berasal dari bahasa yunani “hypnos” yang

diambil dari nama Dewa Tidur dalam mitologi yunani. Dewa ini digambarkan

memiiki dua sayap yang melekat pada kepalanya. James Braid menggunakan

istilah hypnosis untuk menggambarkan seni atau ilmu mempelajari cara membawa

pasien ke dalam hypnosis dengan monoidea (perhatian terfokus pada satu ide).

Pada tahun 1847, Braid berpendapat bahwa semua fenomena hipnotik,

seperti katalepsi, anestesia dan amnesia dapat dimunculkan tanpa harus tertidur.

Pada tahun 1852, pandangan Braid beralih lagi dari monoideisme ke keyakinan

akan kekuatan sugesti. Menurut Braid, keberhasilan hipnotisme ditentukan oleh

ide atau pikiran yang ditanamkan pada subjek lewat sugesti.

Menurut La Kahija (2007:44) bahwa dalam praktik hypnosis, banyak

hipnoterapis yang menemukan kejadian unik pada klien. Pengalaman ini yang

membentuk opini baru tentang hipnotisme. Sebelum masa James Braid, hypnosis

dikenal dengan nama Mesmerism/magnetism. Novian Triwidia Jaya (2010:5)

menyebutkan ada beberapa definisi hypnosis yang pernah diungkap yaitu : (1)

Hipnosis adalah teknik atau praktik dalam mempengaruhi orang lain untuk masuk

dalam kondisi trance hypnosis, (2) hipnosis adalah suatu kondisi dimana perhatian

menjadi sangat terpusat sehingga sugestibilitas (daya terima saran) meningkat

sangat tinggi, (3) hipnosis adalah seni komunikasi untuk mempengaruhi seseorang

sehingga mengubah tingkat kesadarannya yang dapat dicapai dengan cara

menurunkan gelombang otak dari Beta menjadi Alpha dan Theta, (4) hipnosis

adalah seni komunikasi untuk mengeksplorasi alam bawah sadar, (5) hipnosis

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ... II.pdf6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Pembentukan kemampuan siswa

11

adalah kondisi kesadaran yang meningkat. Gil Boyne dalam La Kahija (2007:54)

memandang hypnosis sebagai keadaaan pikiran normal yang dicirikan dengan: (1)

relaksasi yang dalam, (2) keinginan mengikuti sugesti yang sejalan dengan sistem

keercayaannya, (3) pengaturan diri dan normalisasi sistem saraf pusat, (4)

sensitivitas yang meningkat dan selektif terhadap stimulus eksternal dan (5)

mekanisme pertahanan psikis yang melemah.

Definisi hypnosis yang dibuat oleh U.S. Department of Education, Human

Services Division, adalah “Hypnosis is the by-pass of the critical factor of the

conscious mind followed by the establishment of acceptable selective thinking”

atau “hipnosis adalah penembusan faktor kritis pikiran sadar diikuti dengan

diterimanya suatu pemikiran atau sugesti.”

Menurut Milton H. Erickson dalam M. Noer (2010:17) menerangkan

hipnosis adalah suatu metode berkomunikasi, baik verbal maupun non verbal,

yang persuasif dan sugestif kepada seorang klien sehingga dia menjadi kreatif dan

bereaksi. M. Noer (2010:19) menambahkan bahwa pengertian hipnosis dapat

dibagi menjadi 4 macam situasi, yaitu :

(1) Hipnosis merupakan seni sugestif, yaitu bagaimana seseorang dapat menyugesti orang lain, (2) hipnosis merupakan seni komnunikasi, yakni komunikasi persuasif antara suyet (orang yang dihipnotis) dengan hipnotis (orang yang menghipnosis), (3) hipnosis juga bermakna seni eksplorasi alam bawah sadar karena hipnosis terjadi ketika alam bawah sadar mempunyai peranan tinggi dan alam sadarnya tidak difungsikan, dan (4) hipnosis diartikan sebagai seni mengubah tingkat kesadaran yaitu dari tingkat kesadaran yang kritis menjadi tidak kritis.

Merujuk apa yang dikatakan oleh M. Noer maka dalam penggunaan metode

hypnoteaching guru memiliki kedudukan sebagai hipnotis. Siswa memilki

kedudukan sebagai suyet (orang yang dihipnosis). Dalam praktiknya, guru tidak

perlu menidurkan siswa. Guru hanya menggunakan bahasa persuasif dengan

menerapkan langkah-langkah metode hypnoteaching.

Pada tahun 2001, Professional Affairs Board of the Society menyatakan

bahwa hypnosis dapat mengurangi kecemasan, stres dan masalah psikoogis

lainnya. John Gruzelier dalam Novian T. Jaya (2010 : 8) melakukan sebuah riset

menggunakan Fmri, sebuah alat untuk mengetahui aktivitas otak. Greuselier

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ... II.pdf6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Pembentukan kemampuan siswa

12

menemukan bahwa seseorang yang dalam kondisi terhipnosis memiliki aktivitas

yang meningkat dalam otaknya. Gruzelier menambahkan bahwa manusia mampu

melakukan hal yang manusia itu sendiri tidak mampu memimpikannya. Sehingga

hipnosis berdampak dalam peningkatan motivasi dan kinerja. Jika dihubungkan

dengan pembelajaran di kelas maka dengan menerapkan hypnosis dapat

meningkatkan motivasi belajar siswa, kemampuan konsentrasi, kepeercayaan diri,

kedisiplinan dan keorganisasian.

Dari berbagai pendapat mengenai pengertian hypnosis dapat disimpulkan

bahwa hypnosis adalah ilmu yang mempelajari kinerja otak bawah sadar dimana

otak bawah sadar memiliki pengaruh dominan sehingga berdampak pada perilaku

orang yang dihipnotis.

Untuk mengurangi subjektivitas dalam mengemukakan pandangan tentang

hypnosis maka munculah istilah hipnotisme eksperimental. Hipnotisme ini lebih

cocok dipandang sebagai hipnotisme yang dilakukan dengan tujuan mendapatkan

data tentang hypnosis untuk selanjutnya dijadikan dasar yang lebih objektif dalam

memahami hynosis. Dalam perkembangannya hingga saat ini, hipnosis sangat

membantu dalam mengembangkan performa diri dan proses belajar-mengajar

hingga munculah istilah hypnoteaching.

Menurut Ibnu Hajar (2011:76) Metode Hypnoteaching merupakan

gabungan dari lima metode belajar mengajar seperti quantum learning, accelerate

learning, power teaching, neuro-linguistic programming (NLP) dan hypnosis.

Ibnu Hajar (2011:75) juga menambahkan bahwa metode hypnoteaching bisa

diartikan seni berkomunikasi dengan jalan memberikan sugesti agar para siswa

menjadi lebih cerdas.

Novian Triwidia Jaya (2010:4) menyebutkan bahwa Metode

Hypnoteaching adalah mengaktifkan inner motivation dan mempersuasi siswa.

Mempersuasi siswa untuk nyaman dan betah dalam belajar serta dengan sugesti

yang diberikan guru siswa akan termotivasi untuk terus menikmati belajarnya.

Novian juga menambahkan bahwa metode hypnoteaching adalah perpaduan

pengajaran yang melibatkan pikiran sadar (Conscious Mind) dan pikiran bawah

sadar (Sub Conscious Mind).

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ... II.pdf6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Pembentukan kemampuan siswa

13

Dari berbagai pendapat mengenai pengertian metode hypnoteaching dapat

disimpulkan bahwa metode hypnoteaching adalah metode pembelajaran yang

berprinsip bahwa sugesti dapat mempengaruhi hasil belajar yang dalam

penerapannya lebih ditekankan dengan penggunaan bahasa-bahasa otak bawah

sadar.

2.1.3.2 Unsur-unsur Metode Hypnoteaching

Muhammad Noer (2010:137) menerangkan unsur-unsur Metode

hypnoteaching meliputi penampilan guru, sikap yang empatik, rasa simpati,

penggunaan bahasa, peraga, motivasi dan menguasai hati siswa.

Penampilan guru. Guru hendaknya berpakaian serba rapi. Penampilan

yang baik akan melahirkan rasa percaya diri yang tinggi serta memiliki daya

magnet yang kuat bagi siswa. Tingkat kepercayaan diri seseorang, tingkat

kepositivan pikiran dan juga tingkat sosial kemasyarakatan dapat dilihat dari

penampilan. Biasanya orang lain akan melihat penampilan seseorang sebelum

mengenal realitas kepribadian yang sebenarnya.

Sikap yang empatik. Sebagai seorang pendidik, bukan sekadar pengajar,

seorang guru harus mempunyai rasa empati kepada para siswa. Ketika didapati

ada atau bahkan banyak siswa yang bermasalah, suka membuat ulah di sekolah,

suka cari perhatian teman dan guru dengan jalan berbicara atau bertingkah laku

aneh, dan berbagai tindakan yang kurang baik, suka mengganggu teman serta

berbagai tindakan destruktif lainnya, maka guru tidak akan begitu saja

menyematkan gelar “siswa nakal” di pundak siswa tersebut. Guru terlebih dahulu

menyelidiki apa latar belakang yang menyebabkan tindakan siswa itu dengan

menggali dan mengumpulkan berbagai informasi yang ada.

Rasa simpati. Bila guru mempunyai rasa simpati kepada siswa niscaya

siswa pun akan menaruh simpati kepada gurunya. Bila guru memperlakukan siswa

dengan baik walaupun siswa tersebut nakal niscaya siswa akan enggan dan

hormat kepada guru yang juga menghormatinya. Siswa akan berusaha mengerti

dan menuruti apa kata sang guru karena guru juga mengerti dirinya.

Penggunaan bahasa. Guru yang baik hendaknya memiliki kosa kata dan

bahasa yang baik dan enak didengar telinga, bisa menahan emosi diri, tidak

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ... II.pdf6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Pembentukan kemampuan siswa

14

mudah terpancing amarah, suka menghargai karya, potensi dan kemampuan

siswa.

Peraga (bagi yang kinestetik). Salah satu unsur hipnosis dalam

pembelajaran adalah peraga atau mengeluarkan ekspresi diri. Seluruh anggota

badan digerakkan jika diperlukan. Tangan, kaki, mimik dan suara dieksplorasi

secara maksimal dan optimal. Ketika mengajar hendaknya guru menggunakan

gaya bahasa tubuh agar apa yang disampaikan semakin mengesankan. Untuk

menerapkan hal ini guru harus menguasai materi yang akan disampaikan.

Motivasi siswa dengan cerita atau kisah. Watak dan tabiat dasar kerja

pikiran adalah imajinasi dan fantasi. Cerita dan kisah merupakan kajian imajinasi.

Disaat guru melihat siswa banyak mengalami masalah, tidak memiliki motivasi

belajar dan berbagai problematika kehidupan maka guru dapat menasehati dan

membimbing siswa tanpa menggurui. Novian Triwidia Jaya (2010:74) membuat

beberapa syarat penting yang harus diperhatikan saat membuat cerita yaitu : 1)

alami dan apa adanya, 2) ekspresif (menggunakan suara, intonasi dan bahasa

tubuh), 3) gunakan pengalaman sehari-hari atau topik yang sedang hangat, 4)

gunakan emosi, 5) Fun dan membangun.

Menguasai hati siswa. Belajar pengalaman di lapangan lebih mengena

daripada belajar teori di kelas saja. Jika sudah bisa menguasai hati siswa baru bisa

menguasai pikirannya.

2.1.3.3 Latihan Hipnotis untuk Guru

Setiap guru memiliki potensi untuk dapat melakukan Metode

hypnoteaching karena metode ini merupakan keterampilan yang dapat dipelajari.

Berikut beberapa langkah menumbuhkan kemampuan Metode hypnoteaching

menurut Ibnu Hajar (2011:113) yaitu :

Biasakan mengucapkan lafal-lafal dengan fasih. Fasih berarti

mengucapkan kata-kata dengan jelas. Untuk mendapatkan kondisi fasih seperti

halnya belajar makhrijul huruf. Seorang guru harus melatih huruf demi huruf

dalam abjad dan mencoba menggunakannya menjadi kata ataupun kalimat yang

diawali dengan pengucapan lambat, agak cepat dan cepat. Dengan demikian, hal

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ... II.pdf6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Pembentukan kemampuan siswa

15

ini akan menentukan apakah kejelasan dan ketegasan lafal yang diucapkan

memiliki kefasihan yang sama atau tidak.

Belajar menggunakan intonasi yang bervariasi. Anggap kelas adalah

tempat memerankan suatu tokoh dalam sebuah drama. Variasi-variasi dari

intonasi kata yang keluar dari mulut seorang guru dapat diatur sedemikian rupa.

Dalam kondisi tertentu guru menggunakan intonasi yang lebih tinggi dari

biasanya. Bisa juga menggunakan intonasi rendah misalnya berbisik sehingga

siswa seperti diajak “berayun-ayun” diantara kata-kata yang dikeluarkan guru.

Keterampilan ini membutuhkan penjiwaan dari guru terhadap pesan yang akan

disampaikan. Untuk melatih keterampilan menggunakan intonasi dapat dilakukan

dengan cara mengucapkan naskah-naskah yang bervariasi seperti puisi, dongeng,

dialog, narasi, syair lagu dan lain sebagainya.

Hilangkan penggunaan kata jeda. Seorang ahli hipnotis mampu

menguraikan kata secara spontanitas tanpa ada jeda terlalu lama apalagi

mengeluarkan kata-kata jeda seperti “eh.., “e..” dan sejenisnya. Kata-kata tersebut

keluar karena tidak adanya suatu konsep dalam pikiran guru atau pikiran seorang

guru tidak menguasai suatu persoalan yang sedang dibicarakan.

Biasakan mengatakan ide yang terintas dalam pikiran meskipun tidak

nyambung. Kebiasaan ini akan membantu guru untuk mampu mengcapkan ide

yang datang secara tiba-tiba. Hal tersebut merupakan latihan menyinergikan

antara pikiran dengan mulut. Pada awalnya ketidaknyambungan ide-ide yang

keluar sering terjadi namun lama kelamaan pikiran akan semakin terbiasa dengan

hal-hal yang lebih konsisten.

Biasakan menatap tajam objek yang diajak berbicara. Tatapan mata adalah

tanda bahwa seseorang ingin menyampaikan sesuatu kepada orang yanng

ditujunya. Bagi sebagian orang, terkadang menatap orang lain terasa sangat berat

apalagi jika yang ditatap memiliki karisma yang lebih besar daripada yang

menatap. Tatapan mata merupakan bukti keseriusan dan perhatian seseorang

terhadap orang yang diajak berbicara dan dapat mengidentifikasi sejauh mana

keseriusan orang yang diajak bicara. Untuk melatih keterampilan ini guru dapat

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ... II.pdf6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Pembentukan kemampuan siswa

16

melatih diri berbicara di depan cermin dengan langsung menatap mata guru itu

sendiri.

Gerakkan anggota badan secara dinamis. Gerakan badan dalam sebuah

dialog menunjukkan bahwa sesuatu itu penting dan dahsyat. Di samping itu,

gerakan badan guru akan membantu menarik perhatian beberapa objek yang

diajak dialog. Siswa dapat menaruh perhatian penuh terhadap guru. Untuk itu

gerakan badan guru harus dinamis tetapi jangan berlebihan karena dapat

menghilangkan perhatian.

Gunakan media yang efektif. Memanfaatkan media sangat membantu agar

orang yang diajak bicara mampu menangkap pesan secara lebih lengkap daripada

pembicaraannya saja. Ketika siswa memerankan drama sebagai pangeran maka

akan lebih dimengerti jika siswa tersebut mengenakan pakaian sang pangeran

dengan pedang dan perisainya. Untuk itu pemilihan media harus direncanakan

secara matang ketika akan dimanfaatkan sebagai alat penyampai pesan.

Biasakan menggunakan kata-kata yang memotivasi. Kata-kata yang

memotivasi sangat membantu siswa untuk mengikuti apa yang guru inginkan.

Dengan demikian, pemilihan kata yang tepat pun sangat diperlukan.

Biasakan menyampaikan pesan dengan sepenuh hati. Membiasakan diri

menyampaikan pesan dengan sepenuh hati adalah kunci yang menentukan

keberhasilan ketika guru hendak mengajak siswa mengikuti keinginan guru.

Respon yang positif akan didapat dari kata yang terucap sepenuh hati.

2.1.4 Langkah-langkah Penerapan Metode Hypnoteaching

Terdapat beberapa langkah dasar yang wajib dilakukan seorang guru dalam

menerapkan Metode hypnoteaching yang dikemukakan oleh Ibnu Hajar

(2011:100).

2.1.4.1 Niat dan motivasi dalam diri

Kesuksesan seseorang tergantung pada niat seseorang untuk bersusah payah

dan kerja keras untuk mencapai kesuksesan tersebut. Niat yang besar akan

memunculkan motivasi serta komitmen yang tinggi pada bidang yang ia tekuni.

Niat dan motivasi guru harus ditularkan kepada siswa. Contoh konkret dari niat

dan motivasi dalam diri guru dapat dilihat dari penampilan guru yang rapi,

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ... II.pdf6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Pembentukan kemampuan siswa

17

senyum dan ramah saat memasuki kelas, besarkan sedikit bola mata. Maksud dari

membesarkan bola mata akan mempengaruhi intonasi suara yang di berikan

pendidik. Dengan membesarkan bola mata, intonasi yang keluar dari mulut dapat

terdengar lebih semangat.

Novian Triwidia Jaya (2010:69) menyebutkan bahwa manusia memiliki

“mirror neuron” di bagian sel otak. Sel ini bertugas meniru apa yang dilihat. Jika

guru masuk kelas dengan antusias maka secara otomatis siswa pun akan

memasuki pikiran dan emosi yang menyenangkan.

2.1.4.2 Pacing

Pacing berarti menyamakan posisi, gerak tubuh dengan peserta didik.

Prinsip dasar disini adalah “manusia cenderung atau lebih suka berkumpul dengan

sejenisnya atau memilliki banyak kesamaan.” Secara alamiah, setiap orang pasti

nyaman dan senang untuk berkumpul dengan orang lain yang memiliki kesamaan

dengannya sehingga akan merasa nyaman berada di dalamnya. Dengan

kenyamanan yang bersumber dari kesamaan gelombang otak ini maka setiap

pesan yang disampaikan dari orang satu dengan orang lain akan diterima dan

dipaham dengan baik.

Novian Triwidia Jaya (2010:71) menyebutkan ada 2 macam untuk

menyamakan gelombang otak yaitu menyamakan gerakan dan menyamakan

ucapan.

Contoh menyamakan gerakan yaitu dengan guru mengangkat tangan lalu

bertanya, “Siapa yang sudah makan pagi?”. Maka guru pun telah sama-sama

mengangkat tangan dengan siswa yang telah makan pagi. Lalu dengan tetap

mengangkat tangan guru bertanya, “Siapa yang belum makan pagi?” maka guru

pun telah memiliki kesamaan dengan yang belum makan pagi. Kemudian guru

menanyakan lagi, “Siapa yang tadi belum tunjuk tangan? Ayo sekarang tunjuk

tangan!” Maka guru telah sama-sama mengangkat tangan dengan seluruh siswa.

Contoh menyamakan ucapan dengan cara menyanyi bersama atau

mengucapkan yel-yel bersama. Dengan cara sederhana dapat membuat nyaman

siswa di kelas.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ... II.pdf6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Pembentukan kemampuan siswa

18

2.1.4.3 Leading

Leading memiliki pengertian memimpin atau mengarahkan sesuatu. Hal ni

dilakukan setelah proses pacing dilakukan. Jika melakukan leading tanpa

didahului dengan pacing maka hal itu sama saja dengan memberi perintah kepada

para siswa yang cukup beresiko karena mereka melakukannya dengan terpaksa

dan tertekan. Hal ini akan berakibat penolakan siswa terhadap guru.

Setelah melakukan pacing, para siswa akan merasa nyaman dengan guru.

Pada saat itulah hampir setiap apapun yang guru ucapkan atau tugaskan kepada

siswa akan dilakukan dengan sukarela dan bahagia sehingga sesulit apapun

materi, pikiran bawah sadar akan menangkap materi pelajaran dengan mudah.

2.1.4.4 Gunakan kata positif

Langkah ini merupakan langkah pendukung pacing dan leading.

Penggunaan kata positif ini disesuaikan dengan cara kerja pikiran bawah sadar

yang tidak mau menerima kata negatif. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh

berikut :“Bapak ibu guru sekalian, saya minta Anda untuk jangan pernah sekali-

kali membayangkan kelinci memakai topi. Saya ulangi lagi bahwa Anda tidak

diperkenankan sama sekali untuk membayangkan kelinci memakai topi. Sebab,

saat ini Anda benar-benar dilarang keras untuk membayangkan kelinci memakai

topi. Sekali lagi, saya ingatkan jangan pernah mencoba untuk membayangkan

kelinci memakai topi.” Pada kenyataannya yang terjadi, justru semakin keras

dilarang semakin membayangkan kelinci yang memakai topi.

Pada dasarnya, kata-kata yang diberikan oleh guru baik langsung maupun

tidak sangat mempengaruhi kondisi psikis para siswa sehingga mereka merasa

lebih percaya diri dalam menerima materi yang diberikan. Kata-kata tersebut

dapat berupa ajakan dan imbauan. Jadi, apabila ada hal-hal yang tidak boleh

dilakukan oleh siswa hendaknya menggunakan kata ganti yag positif untuk

mengganti kata ganti yang negatif. Sebagai contoh, apabila akan menenangkan

kelas yang ramai biasanya kata perintah yang keluar adalah “Jangan ramai!”

Dalam pengaplikasian metode hypnoteaching hendaknya kata-kata jangan ramai

diganti dengan “Mohon tenang.”

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ... II.pdf6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Pembentukan kemampuan siswa

19

2.1.4.5 Berikan pujian

Salah satu hal yang penting dalam pembelajaran adalah reward and

punishment. Pujian merupakan reward peningkatan harga diri seseorang. Pujian

merupakan salah satu cara untuk membentuk konsep diri seseorang. Dengan

pujian, siswa akan terdorong melakukan yang lebih dari sebelumnya. Pemberian

pujian bisa dilakukan ketika siswa berhasil melakukan atau mencapai prestasi.

Guru diharapkan memberikan pujian sekecil apapun bentuk prestasinya termasuk

ketika siswa berhasil melakukan perubahan positif pada dirinya sendiri meskipun

mungkin masih berada di bawah teman-temannya.

Dalam memberikan pujian, hindari kata penghubung negatif, misalnya

“tapi”, “namun”, “Cuma saja” dan lain sebagainya. Penggunaan kata tersebut akan

membuat pujian menjadi sia-sia dan terkesan mengook-olok.

Jika pujian digabungkan dengan kritik maka yang lebih terangkap adalah

bentuk penyerangan pada harga diri orang yang dipuji. Bukannya meningkatkan

harga diri, hal ini justru akan menjatuhkan siswa yang dipuji. Meskipun

tampaknya hal sepele dan sering terjadi namun efeknya sangat besar dalam sistem

psikologis anak.

Cara untuk menghindari kata penghubung negatif adalah dengan

menghilangkan kata penghubung tersebut. Misalnya “Kamu sebetulnya adalah

siswa yang pandai dan sangat membanggakan. Akan lebih membanggakan lagi

kalau kamu lebih memperhatikan kerapian penampilanmu.” Dalam perkataan

tersebut, perisai pelindung harga diri belum sempat keluar, namun sudah ada

pesan perbaikan (kritik) masuk dalam program bawah sadarnya.

2.1.4.6 Modelling

Modelling adalah proses memberi tauladan atau contoh melalui ucapan

dan tingkah laku yang konsisten. Hal ini sangat perlu dan menjadi kunci metode

hypnoteaching. Setelah siswa merasa nyaman dengan guru maka diperlukam

kepercayaan (trust) siswa kepada guru dengan perilaku guru yang konsisten

melalui ucapan dan ajaran guru. Guru harus menjadi figur yang dipercaya.

2.1.5 Pengertian Metode Konvensional

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ... II.pdf6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Pembentukan kemampuan siswa

20

Metode konvensional sering disebut metode tradisional. Menurut Sagala

(2006:187) metode konvensional adalah kegiatan penyampaian pelajaran kepada

sejumlah siswa, yang biasanya dilakukan oleh pengajar dengan berceramah di

kelas. I Wayan Sukra dalam Scholaria jurnal pendidikan ke-SD-an (2011:215)

juga berpendapat, bahwa metode konvensional merupakan metode pembelajaran

yang berpusat pada guru dan hampir seluruh kegiatan pembelajaran dikontrol oleh

guru.

Syaiful Sagala (2006: 187) berpendapat bahwa dalam pembelajaran yang

menggunakan metode konvensional, perbedaan individu kurang diperhatikan

karena seorang guru hanya mengelola kelas dan mengelola pembelajaran dari

depan kelas. Metode konvensional cenderung menempatkan siswa dalam posisi

pasif. Sedangkan menurut Slameto (2003:65) mengemukakan bahwa

pembelajaran klasikal memandang siswa sebagai objek belajar yang hanya duduk

dan pasif mendengarkan penjelasan guru. Guru yang mengajar dengan metode

ceramah saja menyebabkan siswa menjadi bosan dan pasif.

Dari pendapat-pendapat mengenai pengertian metode konvensional

tersebut dapat disimpulkan bahwa metode konvensional adalah pembelajaran

yang berpusat kepada guru dimana guru menjadi sumber utama dalam

pembelajaran sehingga siswa hanya menerima transfer ilmu yang diberikan oleh

guru.

Menurut Djamarah dalam Scholaria jurnal pendidikan ke-SD-an (2011:

216), berpendapat bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode

konvensional ditandai dengan ceramah, pemberian tugas dan latihan.

1. Metode Ceramah

Menurut Taniredja (2011: 45), ceramah adalah sebuah bentuk interaksi

melalui penerangan dan penuturan lisan dari guru kepada peserta didik. Sagala

dalam Taniredja (2011: 45) berpendapat bahwa ceramah juga sebagai kegiatan

memberikan informasi dengan kata-kata yang mengaburkan dan kadang-kadang

ditafsirkan salah.

Suryosubroto dalam Taniredja (2011:48) mengemukakan bahwa kebaikan metode

ceramah antara lain:

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ... II.pdf6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Pembentukan kemampuan siswa

21

(1) guru dapat menguasai seluruh arah kelas, (2) organisasi kelas sederhana, (3) cepat untuk menyampaikan informasi, (3) dapat menyampaikan informasi dalam jumlah banyak dengan waktu singkat kepada sejumlah pendengar besar. Sedangkan kelemahan metode ceramah antara lain (1) guru sukar mengetahui sampai dimana murid-murid telah mengerti pembicaraannya; (2) murid sering kali member pengertian lain dari hal yang dimaksudkaan guru.

2. Metode Penugasan

Metode penugasan adalah metode penyajian bahan dimana guru

memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Bahri

Djamarah dan Aswan Zain dalam Scholaria (2011:217) mengemukakan langkah-

langkah dalam penggunaan metode penugasan, yaitu:

1) Fase pemberian tugas

Dalam fase pemberian tugas kepada siswa hendaknya mempertimbangkan:

a. Tugas yang diberikan harus mencakup tujuan pembelajran yang ingin

dicapai.

b. Tugas yang diberikan sesuai dengan kemampuan siswa.

c. Jenis tugas yang jelas dan tepat sehingga anak mengerti apa yang

ditugaskan tersebut.

d. Ada petunjuk/ sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa.

e. Waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas.

2) Langkah pelaksanaan tugas

a. Guru memberikan bimbingan/pengawasan saat pelaksanaan tugas.

b. Guru memberikan motivasi dalam pelaksanaan tugas.

c. Guru mengarahkan agar tugas tersebut dikerjakan oleh siswa sendiri secara

mandiri tanpa bantuan orang lain.

d. Siswa mencatat hasil-hasil yang diperoleh dalam pelaksanaan tugas

dengan baik dan sistematis

3) Fase pertanggungjawabkan tugas

a. Laporan siswa baik lisan/ tertulis dari apa yang telah dikerjakannya

b. Tanya jawab/ diskusi kelas

c. Penilaian hasil pekerjaan siswa baik dengan tes maupun nontes atau cara

lain.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ... II.pdf6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Pembentukan kemampuan siswa

22

3. Metode Latihan

Menurut Bahri Djamarah dan Aswar Zain dalam Scholaria (2011: 218),

metode latihan adalah suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan

kebiasaan-kebiasaan tertentu. Russefendi dalam Scholaria, (2011: 218)

mengemukakan tentang langkah-langkah memberikan latihan adalah sebagi

berikut:

(a) Guru menjelaskan materi yang berkaitan dengan latihan yang akan diberikan. (b) Guru memberikan contoh latihan dan cara menyelesaikannya. (c) Guru menyuruh siswa melakukan latihan. (d) Guru menganalisis hasil latihan siswa

Mawardi dan Puspasari dalam Scholaria (2011: 219) mengemukakan

karakteristik model pembelajaran konvensional dalam penerapannya di kelas,

antara lain:

(1) Siswa adalah penerima informasi, (2) Siswa cenderung bekerja secara individual, (3) Pembelajaran cenderung abstrak dan teoritis, (4) Perilaku dibangun atas kebiasaan, (5) Keterampilan dikembangkan atas dasar latihan, (6) Siswa tidak melakukan yang jelek karena dia takut hukuman, (7) Bahasa diajarkan dengan pendekatan stuktural.

Lebih lanjut Mawardi dan Puspasari mengemukan bahwa pembelajaran

konvensional dipandang efektif terutama untuk:

(1) Berbagi informasi yang tidak mudah ditemukan di tempat lain, (2) Menyampaikan informasi dengan cepat, (3) Membangkitkan minat akan informasi, (4) Mengajari siswa yang cara belajar terbaiknya dengan mendengarkan.

Namun pembelajaran konvensional juga mempunyai beberapa kelemahan

yaitu (1) Tidak semua siswa memiliki cara belajar dengan mendengarkan, (2)

Siswa cepat bosan karena pendidik sering kesulitan untuk menjaga agar siswa

tetap tertarik dengan apa yang dipelajari, (3) Tidak membangkitkan pemikiran

kritis siswa, (4) pembelajaran konvensional mengansumsikan bahwa cara belajar

siswa itu sama dan tidak bersifat individual.

2.1.6 Hasil Belajar Matematika

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima

pengalaman belajarnya. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan

informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ... II.pdf6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Pembentukan kemampuan siswa

23

tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut

guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik

untuk keseluruhan kelas maupun individu.

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Basuki dan Heri,

online (2005) yaitu faktor eksternal dan faktor internal.

Faktor Internal (dari dalam individu yang belajar). Faktor yang

mempengaruhi kegiatan belajar ini lebih ditekankan pada faktor dari dalam

individu yang belajar. Adapun faktor yang mempengaruhi kegiatan tersebut

adalah faktor psikologis, antara lain yaitu : motivasi, perhatian, pengamatan,

tanggapan dan lain sebagainya.

Faktor Eksternal (dari luar individu yang belajar). Pencapaian tujuan

belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan belajar yang kondusif. Hal ini

akan berkaitan dengan faktor dari luar siswa. Adapun faktor yang mempengaruhi

adalah mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan keterampilan, dan

pembentukan sikap.

Hasil belajar yang diperoleh siswa adalah sebagai akibat dari proses

belajar yang dilakukan oleh siswa, harus semakin tinggi hasil belajar yang

diperoleh siswa. Proses belajar merupakan penunjang hasil belajar yang dicapai

siswa, (Nana Sudjana, 1989:111).

Berkaitan dengan hasil dari proses belajar-mengajar, maka yang menjadi

dasar dalam penerapan metode hypnoteaching adalah peningkatan motivasi

belajar siswa dan pemusatan perhatian sehingga tercipta pembelajaran yang

menyenangkan.

2.2 Kajian Penelitian yang Relevan

Kajian penelitian yang relevan dalam penelitian ini adalah penelitian yang

dilakukan oleh Rudy Aryanto mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Penelitiannya berjudul “Pengaruh Metode Hypnoteaching Terhadap Hasil Belajar

Siswa Kelas V Di Sd Negeri Begalon Ii No.241 Surakarta Tahun 2011 /2012”

dilaksanakan kemudian diuji pada Bulan Februari Tahun 2012. Hasil penelitian

yang dilakukan Rudy Aryanto (2012) menyimpulkan bahwa metode

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ... II.pdf6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Pembentukan kemampuan siswa

24

Hypnoteaching mempunyai pengaruh terhadap hasil belajar siswa di SDN

Begalon II No.241 Surakarta Tahun 2011 / 2012.

Penelitian lain yang relevan yaitu penelitian Yuni Arti yang berjudul

“Upaya Meningkatkan Minat Siswa Pada Pembelajaran Ipa Fisika Dengan

Metode Hypnoteaching Menggunakan Pendekatan Kontekstual Pada Siswa Kelas

VIID Mts.Al-Asror Patemon Kec. Gunungpati Semarang Tahun Pelajaran

2010/2011”. Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Hasil penelitian sebagaimana yang tercantum dalam abstrak menunjukkan bahwa

melalui Metode Hypnoteaching menggunakan pendekatan kontekstual dapat

meningkatkan minat siswa Kelas VII D Mts. Al-Asror Patemon Kecamatan

Gunungpati Semarang pada pembelajaran IPA.

2.3 Kerangka Pikir

Kondisi awal kelas kontrol dan kelas eksperimen berada dalam kondisi

yang seimbang hasil belajarnya yang dapat dilihat melalui uji kesetaraan. Jika

kedua kelas sudah setara maka kelas eksperimen diberi treatment pembelajaran

menggunakan metode hypnoteaching selanjutnya diberikan post-test. Kelas

kontrol dilakukan pembelajaran konvensional seperti yang biasa guru terapkan di

kelas dan post-test.

Membandingkan hasil belajar matematika yang proses pembelajarannya

menggunakan metode hypnoteaching pada awal pembelajaran dengan yang

melakukan pembelajaran menggunakan metode konvensional adalah salah satu

cara untuk mengetahui seberapa besar pengaruh metode hypnoteaching dalam

pembelajaran matematika. Jika siswa yang menggunakan metode hypnoteaching

memperoleh hasil belajar di atas rata-rata, berarti metode hypnoteaching dalam

dunia pendidikan benar-benar bermanfaat. Akan tetapi jika siswa yang tidak

diberikan pembelajaran menggunakan metode hypnoteaching juga memperoleh

hasil belajar yang sama, berarti metode hypnoteaching kurang bermanfaat dalam

dunia pendidikan.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ... II.pdf6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Pembentukan kemampuan siswa

25

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dari penelitian ini adalah diduga terdapat perbedaan efektivitas

pembelajaran yang signifikan antara penggunaan metode hypnoteaching dengan

metode konvensional pada mata pelajaran matematika siswa kelas IV SDIP H.

Soebandi Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2011/2012.

H0 = tidak ada perbedaan efektivitas pembelajaran yang signifikan antara

penggunaan Metode Hypnoteaching dengan Metode Konvensional.

Ha = ada perbedaan efektivitas pembelajaran yang signifikan antara

penggunaan Metode Hypnoteaching dan Metode Konvensional