bab ii kajian pustaka 2.1. kajian teori 2.1.1 pembelajaran...

26
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) bahwa “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan”. Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas tentang fakta serta gejala alam. Fakta dan gejala alam tersebut menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya verbal tetapi juga faktual. Hal ini menunjukkan bahwa, hakikat IPA sebagai proses diperlukan untuk menciptakan pembelajaran IPA yang empirik dan faktual. Hakikat IPA sebagai proses diwujudkan dengan melaksanakan pembelajaran yang melatih ketrampilan proses bagaimana cara produk sains ditemukan. Asy’ari, Muslichah dalam Cayangsamultian (2013), menyatakan bahwa ketrampilan proses yang perlu dilatih dalam pembelajaran IPA meliputi ketrampilan proses dasar misalnya mengamati, mengukur, mengklasifikasikan, mengkomunikasikan, mengenal hubungan ruang dan waktu, serta ketrampilan proses terintegrasi misalnya merancang dan melakukan eksperimen yang meliputi menyusun hipotesis, menentukan variable, menyusun definisi operasional, menafsirkan data, menganalisis dan mensintesis data. Poedjiati dalam Cayangsamultian (2013), menyebutkan bahwa ketrampilan dasar dalam pendekatan proses adalah observasi, menghitung, mengukur, mengklasifikasi, dan membuat hipotesis. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ketrampilan proses dalam pembelajaran IPA di SD meliputi ketrampilan dasar dan ketrampilan terintegrasi. Kedua ketrampilan ini dapat melatih siswa untuk menemukan dan menyelesaikan masalah secara ilmiah untuk

Upload: phamphuc

Post on 28-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16073/2/T1_292011097_BAB II... · menunjukkan perubahan energi gerak akibat pengaruh

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan

pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum

KTSP (Depdiknas, 2006) bahwa “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu

tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan

pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan

suatu proses penemuan”. Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat

empirik dan membahas tentang fakta serta gejala alam. Fakta dan gejala alam

tersebut menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya verbal tetapi juga faktual.

Hal ini menunjukkan bahwa, hakikat IPA sebagai proses diperlukan

untuk menciptakan pembelajaran IPA yang empirik dan faktual. Hakikat IPA

sebagai proses diwujudkan dengan melaksanakan pembelajaran yang melatih

ketrampilan proses bagaimana cara produk sains ditemukan.

Asy’ari, Muslichah dalam Cayangsamultian (2013), menyatakan bahwa

ketrampilan proses yang perlu dilatih dalam pembelajaran IPA meliputi

ketrampilan proses dasar misalnya mengamati, mengukur, mengklasifikasikan,

mengkomunikasikan, mengenal hubungan ruang dan waktu, serta ketrampilan

proses terintegrasi misalnya merancang dan melakukan eksperimen yang meliputi

menyusun hipotesis, menentukan variable, menyusun definisi operasional,

menafsirkan data, menganalisis dan mensintesis data.

Poedjiati dalam Cayangsamultian (2013), menyebutkan bahwa

ketrampilan dasar dalam pendekatan proses adalah observasi, menghitung,

mengukur, mengklasifikasi, dan membuat hipotesis. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa ketrampilan proses dalam pembelajaran IPA di SD meliputi

ketrampilan dasar dan ketrampilan terintegrasi. Kedua ketrampilan ini dapat

melatih siswa untuk menemukan dan menyelesaikan masalah secara ilmiah untuk

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16073/2/T1_292011097_BAB II... · menunjukkan perubahan energi gerak akibat pengaruh

8

menghasilkan produk-produk IPA yaitu fakta, konsep, generalisasi, hukum dan

teori-teori baru.

Sehingga perlu diciptakan kondisi pembelajaran IPA di SD yang dapat

mendorong siswa untuk aktif dan ingin tahu. Dengan demikian, pembelajaran

merupakan kegiatan investigasi terhadap permasalahan alam di sekitarnya. Setelah

melakukan investigasi akan terungkap fakta atau diperoleh data. Data yang

diperoleh dari kegiatan investigasi tersebut perlu digeneralisir agar siswa memiliki

pemahaman konsep yang baik. Untuk itu siswa perlu di bimbing berpikir secara

induktif. Selain itu, pada beberapa konsep IPA yang dilakukan, siswa perlu

memverifikasi dan menerapkan suatu hukum atau prinsip. Sehingga siswa juga

perlu dibimbing berpikir secara deduktif. Kegiatan belajar IPA seperti ini, dapat

menumbuhkan sikap ilmiah dalam diri siswa. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa hakikat IPA meliputi beberapa aspek yaitu faktual,

keseimbangan antara proses dan produk, keaktifan dalam proses penemuan,

berfikir induktif dan deduktif, serta pengembangan sikap ilmiah. Pelaksanaan

pembelajaran IPA seperti diatas dipengaruhi oleh tujuan apa yang ingin dicapai

melalui pembelajaran tersebut.

IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan

manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan.

Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk

terhadap lingkungan. Ditingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran

Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat) yang diarahkan pada

pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan

konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.

Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar dan

MI, mata pelajaran memiliki beberapa tujuan (Refandi, 2006), antara lain:

a. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

b. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya

hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan

masyarakat.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16073/2/T1_292011097_BAB II... · menunjukkan perubahan energi gerak akibat pengaruh

9

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan ilmu

alam yang membahas mengenai lingkungan sekitar. Sehingga akan menambahkan

pengetahuan kepada siswa selain itu akan memberikan sikap dan keterampilan

siswa untuk menjaga lingkungan alam.

2.1.1.1 Tujuan Mata Pelajaran IPA di SD

Tujuan pembelajaran IPA di SD menurut Kurikulum KTSP (Depdiknas,

2006) secara terperinci adalah:

a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaann-Nya,

b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari,

c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya

hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan

masyarakat,

d. Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah dan membuat keputusan,

e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga

dan melestarikan lingkungan alam dan segala keteraturannya sebagai salah

satu ciptaan Tuhan, dan

f. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar

untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs.

2.1.1.2. Ruang Lingkup Mata Pelajaran IPA di SD

Ruang lingkup bahan kajian IPA di SD secara umum meliputi dua aspek

yaitu kerja ilmiah dan pemahaman konsep. Lingkup kerja ilmiah meliputi

kegiatan penyelidikan, berkomunikasi ilmiah, pengembangan kreativitas,

pemecahan masalah, sikap, dan nilai ilmiah. Lingkup pemahaman konsep dalam

Kurikulum KTSP relatif sama jika dibandingkan dengan Kurikulum Berbasis

Kompetensi (KBK) yang sebelumnya digunakan. Secara terperinci lingkup materi

yang terdapat dalam Kurikulum KTSP adalah:

a. Makhluk hidup dan proses kehidupannya, yaitu manusia, hewan, tumbuhan

dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16073/2/T1_292011097_BAB II... · menunjukkan perubahan energi gerak akibat pengaruh

10

b. Benda atau materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas.

c. Energi dan perubahaannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,

cahaya, dan pesawat sederhana.

d. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda

langit lainnya. Dengan demikian, dalam pelaksanaan pembelajaran IPA kedua

aspek tersebut saling berhubungan. Aspek kerja ilmiah diperlukan untuk

memperoleh pemahaman atau penemuan konsep IPA.

Sebagai ilmu pengetahuan, IPA juga mempunyai ciri khusus

sebagaimanan ilmu pengetahuan yang lain. Ciri-ciri khusus tersebut dipaparkan

berikut ini:

1) IPA mempunyai nilai ilmiah artinya kebenaran dalam IPA dapat dibuktikan

lagi oleh semua orang dengan menggunakan metode ilmiah dan prosedur

seperti yang dilakukan terdahulu oleh penemunya.

2) IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis,

dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam.

Perkembangan IPA selanjutnya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan

fakta saja, tetapi juga ditandai oleh munculnya “metode ilmiah” (scientific

methods) yang terwujud melalui suatu rangkaian ”kerja ilmiah” (working

scientifically), nilai dan “sikapi lmiah” (scientific attitudes) (Depdiknas,

2006).

Pembelajaran IPA di sekolah khususnya di sekolah dasar diharapkan

siswa dapat belajar mandiri untuk mencapai hasil yang optimal baik sikap ilmiah,

proses ilmiah, maupun produk ilmiah. Kemampuan siswa dalam menggunakan

ilmiah perlu dikembangkan untuk memecahkan masalah-masalah dalam

kehidupan nyata karena pada dasarnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan

hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan, dan konsep yang

terorganisir, tentang alam sekitar yang diperoleh dari pengalaman melalui

serangkaian proses ilmiah.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16073/2/T1_292011097_BAB II... · menunjukkan perubahan energi gerak akibat pengaruh

11

2.1.1.3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPA di

SD

Secara rinci SK dan KD untk mata pelajaran IPA yang ditunjukkan bagi

siswa kelas IV SD Negeri Japah 02 disajikan melalui tabel 1 berikut ini.

Tabel 1

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA Kelas 4 Semester II

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Energi dan Perubahannya

7. Memahami gaya dapat

mengubah gerak dan/atau

bentuk suatu benda

7.1 Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya

(dorongan dan tarikan) dapat mengubah gerak

suatau benda.

7.2 Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya

(dorongan dan tarikan) dapat mengubah bentuk

suatu benda.

8. Memahami berbagai

bentuk energi dan cara

penggunaannya dalam

kehidupan sehari-hari.

8.1 Mendiskripsikan energi panas dan bunyi

yang terdapat dilingkungan sekitar serta sifat-

sifatnya.

8.2 Menjelaskan berbagai energi alternatif dan

cara penggunaanya.

8.3 Membuat suatu karya/model untuk

menunjukkan perubahan energi gerak akibat

pengaruh udara, misalnya roket dari

kertas/baling-baling/pesawat kertas/parasut.

8.4 Menjelaskan perubahan energi bunyi

melalui penggunaan alat musik.

Bumi dan Alam Semesta

9. Memahami perubahan

kenampakan permukaan

bumi dan benda langit.

9.1 Mendiskripsikan perubahan kenampakan

bumi.

9.2 Mendiskripsikan posisi bulan dan

kenampakan bumi dari hari ke hari.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16073/2/T1_292011097_BAB II... · menunjukkan perubahan energi gerak akibat pengaruh

12

SK dan KD Mata Pelajaran IPA kelas IV Semester II

yang digunakan dalam penelitian:

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar

11. Memahami hubungan

antara sumber daya alam

dengan lingkungan,

teknologi, dan masyarakat

11.1 Menjelaskan hubungan antara sumber daya

alam dengan lingkungan.

2.1.2 Model Pembelajaran Make a Match ( Mencari Pasangan )

2.1.2.1 Pengertian Pembelajaran Make a Match ( Mencari Pasangan )

Pada saat kegiatan proses belajar mengajar banyak sekali model

pembelajaran yang diterapkan dan digunakan oleh guru dalam waktu sekarang ini.

Salah satu diantaranya adalah Make a Match (mencari pasangan). Model

pembelajaran Make a Match pada mulanya dikembangkan oleh Lorna Curran

(1994) dalam Rusman (2012:223), “ salah satu keunggulan model ini adalah siswa

10. Memahami perubahan

lingkungan fisik dan

pengaruhnya terhadap

daratan.

10.1 Mendiskripsikan berbagai penyebab

perubahan lingkungan fisik ( angin, hujan,

cahaya matahari, dan gelombang air laut)

10.2 Menjelaskan pengaruh perubahan

lingkungan fisik terhadap daratan (erosi, banjir,

abrasi dan longsor).

10.3 Mendiskripsikan cara pencegahan

kerusakan lingkungan (erosi, abrasi, banjir, dan

longsor).

11. Memahami hubungan

antara sumber daya alam

dengan lingkungan,

teknologi, dan masyarakat.

11.1 Menjelaskan hubungan antara sumber daya

alam dengan lingkungan.

11.2 Menjelaskan hubungan antara sumber daya

alam dengan teknologi yang digunakan.

11.3 Menjelaskan dampak pengambilan bahan

alam terhadap pelestarian lingkungan.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16073/2/T1_292011097_BAB II... · menunjukkan perubahan energi gerak akibat pengaruh

13

mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana

yang menyenangkan”. Model ini dapat membangkitkan semangat siswa dengan

mengikutsertakan peserta didik untuk aktif dalam proses pembelajaran. Dalam

model ini ada pembagian kelompok yaitu kelompok pemegang kartu soal dan

kelompok pemegang kartu jawaban.

Menurut Suprijono, (2009:94) hal-hal yang perlu disiapkan jika

pembelajaran dikembangkan dengan Make a Match adalah kartu-kartu. Kartu-

kartu tersebut terdiri dari kartu berisi pertanyaan dan kartu lainnya berisi jawaban

dari pertanyaan-pertanyaan tersebut. Model pembelajaran Make a Match

mengajak siswa mencari jawaban terhadap suatu pertanyaan konsep melalui suatu

permainan kartu pasangan yang dikemukakan oleh Komalasari (2010:85).

Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran Make a Match merupakan model pembelajaran yang membuat

siswa dapat aktif mencari pasangan melalui kartu pertanyaan dan kartu jawaban

pasangan berdasarkan permainan yang disajikan oleh guru, sehingga suasana

dalam pembelajaran menjadi menyenangkan dan siswa dapat berfikir mencari

informasi sendiri tentang materi yang sudah diajarkan. Model pembelajaran Make

a Match di susun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa,

memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat

keputusan dalam kerjasama berpasangan , serta memberikan kesempatan pada

siswa untuk berinterksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar

belakangnya. Unsur yang ada yaitu aktif, menyenangkan, berfikir kritis. Make a

match dikolaborasikan dengan gambar maka akan menambah keaktifan dan

semangat dalam mengikuti pelajaran.

2.1.2.2 Langkah – Langkah Model Pembelajaran Make a Match

Adapun langkah-langkah penetapan model pembelajaran Make A Match

sebagai berikut: (Huda, 2011:135)

a. Guru menyiapkan beberapa kartu sejumlah siswa

Pada langkah ini guru menyiapkan beberapa kartu sejumlah siswa. Kemudian

separuh dari jumlah kartu dibuat sebagai pertanyaandan separuh lagi untuk

jawaban dari pertanyaan. Soal disesuaikan dengan konsep yang diajarkan.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16073/2/T1_292011097_BAB II... · menunjukkan perubahan energi gerak akibat pengaruh

14

b. Setiap siswa mendapat sebuah kartu yang berisikan soal/jawaban

Tugas guru adalah membagikan kartu-kartu tersebut, baik kartu soal maupun

kartu jawaban. Kartu tersbut dibuka bersama-sama.

c. Tiap siswa memikirkan jawaban / soal dari kartu yang dipegang

Guru memberikan batas waktu untuk siswa memikirkan jawaban atau hal lain

yang berkaitan dengan kartu yang sedang dibawa siswa.

d. Setiap siswa mencari pasangan yang cocok dengan kartunya.

Siswa diberi kesempatan untuk bertanya-tanya dengan temannya kartu apa

yang sedang mereka bawa.

e. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu yang

ditetapkan diberi poin atau remidi.

f. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang

berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.

g. Guru bersama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.

2.1.2.3 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Make a Match

Semua pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan tersendiri,

terutama model pembelajaran Make a Match. Berikut akan disajikan kelebihan

dan kekurangan dari model pembelajaran Make a Match:

Kelebihan model pembelajaran Make a Match menurut (Sri, Rejeki,

2010) adalah sebagai berikut:

a. Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif maupun fisik.

b. Karena ada unsur permainan sehingga pembelajaran menjadi menyenangkan.

c. Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari.

d. Dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

e. Efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil presentasi.

f. Efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk belajar.

Selain mempunyai kelebihan tentu saja penggunaan model Make a

Match dalam pembelajaran memepunyai kekurangan, diantaranya sebagai berikut:

a. Jika guru tidak merancangnya dengan baik, maka banyak waktu yang

terbuang.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16073/2/T1_292011097_BAB II... · menunjukkan perubahan energi gerak akibat pengaruh

15

b. Pada waktu penerapan model ini, banyak siswa yang malu bisa berpasangan

dengan lawan jenisnya.

c. Jika guru tidak mengarahkan siswa dengan baik, saat siswa presentasi banyak

siswa yang kurang memperhatikan.

d. Guru harus hati-hati dan bijaksana saat memberi hukuman pada siswa yang

tidak mendapat pasangan, karena mereka bisa malu.

2.1.3 Model Pembelajaran Picture and Picture

2.1.3.1 Pengertian Model Pembelajaran Picture and Picture

Model pembelajaran picture and picture ini merupakan salah satu bentuk

model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran dengan menggunakan media ini

menitik beratkan pada gambar sebagai media penanaman suatu konsep

tertentu. Model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture merupakan

sebuah model dimana guru menggunakan alat bantu atau media gambar untuk

menerangkan sebuah materi atau memfasilitasi siswa untuk aktif saat

pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture adalah

suatu model belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan atau

diurutkan menjadi urutan logis (Hamdani, 2010:89).

Menurut Agus Suprijono dalam Zainur Rofia’ah ( 2009: 100 ) model

pembelajaran kooperatif tipe picture and picture adalah model belajar yang

menggunakan gambar dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan logis.

Dalam hal ini guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai dan

menyampaikan materi sebagai pengantar.

Menurut Johnson dalam ( Lie, 2002:48), prinsip dasar dalam model

pembelajaran kooperatif Tipe Picture and Picture adalah sebagai berikut:

a. Setiap anggota kelompok siswa bertnggung jawab atas segala sesuatu yang

dikerjakan dalam kelompoknya.

b. Setiap anggota kelompok siswa harus mengetahui bahwa semua anggota

kelompok mempunyai tujuan yang sama.

c. Setiap anggota kelompok siswa harus membagi tugas dan tanggung jawab

yang sama diantara anggota kelompoknya.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16073/2/T1_292011097_BAB II... · menunjukkan perubahan energi gerak akibat pengaruh

16

d. Setiap anggota kelompok siswa akan dikenai evaluasi.

e. Setiap anggota kelompok siswa berbagi kepemimpinan dan membutuhkan

keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.

f. Setiap anggota kelompok siswa akan diminta mempertanggung jawabkan

secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Model picture and picture untuk kalangan SD memang paling

cocok untuk mencapai hasil yang maksimal dalam sebuah pembelajaran.

Setiap akan menggunakan model pembelajaran kita harus dapat

mempersiapkannya dengan baik agar proses pembelajaran dapat

berlangsung efektif, tanpa persiapan yang matang dalam pembelajaran

nantinya siswa akan menjadi jenuh. Model pembelajaran picture and

picture ini mengandalkan gambar sebagai dalam proses pembelajaran.

Gambar-gambar ini menjadi faktor utama dalam proses pembelajaran.

Sehingga sebelum proses pembelajaran guru sudah menyiapkan gambar

yang akan ditampilkan dalam ukuran kecil, sedang, besar.

2.1.3.2 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Picture and Picture

Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaan menggunakan picture and

picture ini menurut Suprijono ( 2009:125) adalah sebagai berikut :

a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.

Dilangkah ini guru diharapkan untuk menyampaikan apakah yang

menjadi Kompetensi Dasar mata pelajaran yang bersangkutan. Dengan

demikian maka siswa dapat mengukur sampai sejauh mana yang harus

dikuasainya. Disamping itu guru juga harus menyampaikan indikator-

indikator ketercapaian KD, sehingga sampai dimana KKM yang telah

ditetapkan dapat dicapai oleh peserta didik.

b. Menyajikan materi sebagai pengantar.

Penyajian materi sebagai pengantar sesuatu yang sangat penting,

disini guru memberikan momentum permulaan pembelajaran.

Keberhasilan dalam proses pembelajaran dapat dimulai dari cara

penyajian materi. Karena guru dapat memberi motivasi yang menarik

perhatian siswa yang selama ini belum siap. Dengan motivasi dan teknik

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16073/2/T1_292011097_BAB II... · menunjukkan perubahan energi gerak akibat pengaruh

17

yang baik dalam pemberian materi akan menarik minat siswa untuk

belajar lebih jauh tentang materi yang dipelajari.

c. Guru menunjukkan atau memperlihatkan gambar-gambar kegiatan

berkaitan dengan materi.

Dalam proses penyajian materi, guru saat mengajar siswa ikut

terlibat aktif dalam proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar

yang ditunjukkan oleh guru atau temannya. Dengan model picture and

picture kita akan menghemat energi dan siswa akan lebih mudah

memahami materi yang diajarkan. Dalam perkembangan selanjutnya

sebagai guru dapat memodifikasi gambar atau mengganti gambar dengan

video atau demonstrasi agar lebih menarik perhatian siswa sehingga

prestasi belajarnya dapat meningkat.

d. Guru menunjuk atau memanggil siswa secara bergantian memasang atau

mengurutkan gambar menjadi urutan yang logis.

Dilangkah ini guru harus dapat melakukan inovasi, karena

penujukkan secara langsung kurang efektif dan siswa merasa terhukum.

Salah satu cara adalah dengan udian, sehingga siswa merasa memang

harus menjalankan tugas yang sudah diberikan. Gambar-gambar yang

sudah ada diminta oleh siswa untuk diurutkan, dibuat, atau dimodifikasi.

e. Guru menanya alasan atau dasar pemikiran urutan gambar tersebut.

f. Dari alasan atau urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan

konsep materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.

Dalam proses diskusi dan pembacaan gambar ini guru harus

memberikan penekanan-penekanan, pada hal ini dicapai dengan meminta

siswa lain untuk mengulangi, menuliskan atau bentuk lain dengan tujuan

siswa mengetahui bahwa hal tersebut penting dalam pencapaian

kompetensi dasar dan indikator yang telah ditetapkan. Pastikan bahwa

siswa telah menguasai indikator yang telah ditetapkan.

g. Kesimpulan atau rangkuman

Diakhir pembelajaran, guru bersama siswa merangkum semua tahapan

kegiatan pembelajaran yang bertujuan dalam membuat suatu kesimpulan.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16073/2/T1_292011097_BAB II... · menunjukkan perubahan energi gerak akibat pengaruh

18

2.1.3.3 Kelemahan Dan Kelebihan Model Pembelajaran Picture and Picture

Menurut Istarani (2011:18) kelebihan model pembelajaran kooperatif

picture and picture adalah sebagai berikut:

a. Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa

b. Melatih berfikir logis dan sistematis.

c. Membantu siswa belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subyek

bahasan dengan memberikan kebebasan siswa dalam praktik berpikir.

d. Mengembangkan motivasi untuk belajar yang lebih baik.

Selain Kelebihan adapun juga kekurangan dalam model pembelajaran

picture and picture antara lain yaitu:

a. Sulit menemukan gambar-gambar yang bagus dan berkualitas serta sesuai

dengan materi pelajaran.

b. Sulit menemukan daya nalar atau kompetensi siswa yang dimiliki.

c. Baik guru ataupun siswa kurang terbisa dalam menggunakan gambar

sebagai bahan utama dalam membahas suatu materi pelajaran.

d. Tidak tersedia dana khusus untuk menemukan atau mengadakan gambar-

gambar yang diinginkan.

2.1.4 Hasil Belajar IPA

2.1.4.1 Pengertian Hasil Belajar

Slameto (2010:2-3) menyatakan bahwa “ belajar adalah suatu proses yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang

baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi

dengan lingkungannya.”Selanjutnya diungkapkan bahwa ciri-ciri perubahan

tingkah laku tersebut diantaranya: 1) perubahan terjadi secara sadar; 2)

perubahan dalam belajar bersifat kontinue dan fungsional; 3) perubahan

dalam belajar bersifat positif dan aktif; 4) perubahan dalam belajar bukan

bersifat sementara; 5) perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah; 6)

perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16073/2/T1_292011097_BAB II... · menunjukkan perubahan energi gerak akibat pengaruh

19

Menurut Sadiman, dkk (2008;2), “ belajar adalah suatau proses yang

kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup,

sejak dia masih bayi hingga ke liang lahat nanti.”

Menurut slameto dalam Hamdani (2011;20) secara psikologis, belajar

merpakan proses perubahan yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil

dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses

perubahan tingkah laku manusia yang relatif tetap untuk memperoleh

kepandaian dari hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan

lingkungannya. Perubahan-perubahan yang terjadi sebagai akibat dari hasil

perbuatan belajar seseorang dapat berupa kebiasaan-kebiasaan, kecakapan

atau dalam bentuk pengetahuan, minat, sikap, dan keterampilan serta

perubahan aspek-aspek lain yang ada pada diri individu yang belajar.

Semakin akan terus belajar baik dari pendidikan maupun pengalaman yang

diperoleh saat berinteraksi dengan lingkungannya. Semakin siswa banyak

belajar, maka siswa akan bertambah pengetahuan baru. Sisw akan dapat

berfikir secara nalar, bersikap dan berperilaku lebih baik serta dapat

menyesuaikan diri dengan kehidupan di sekitarnya atau lingkungan

sekitarnya

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah

menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2011: 22). Hasil belajar

merupakan pencapaian bentuk perubahan perilaku yang cenderung menatap

dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik dari proses belajar yang

dilakukan dalam waktu tertentu (Jihad dan Haris,2013: 14).

Menurut Gagne (Purwanto,2013: 2) hasil belajar adalah terbentuknya

konsep, yaitu kategori yang kita berikan pada stimulus yang ada

dilingkungan, yang menyediakan skema yang terorganisasi untuk

mengasimilasi stimulus-stimulus baru dan menentukan didalam dan diantara

kategori-kategori.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16073/2/T1_292011097_BAB II... · menunjukkan perubahan energi gerak akibat pengaruh

20

Menurut Winkel dalam Purwanto (2013: 45) mengemukakan bahwa hasil

belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam hal

sikap dan tingkah lakunya. Sedangkan menurut Kingsley dalam Sudjana

(2011: 22) membagi tiga macam hasil belajar mengajar: Keterampilan dan

kebiasaan, Pengetahuan dan pengarahan, Sikap dan cita-cita.

Berdasarkan pengertian-pengertian hasil belajar yang dikemukakan para

ahli maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai

kemampuan yang diperoleh siswasetelah belajar dan terbentuknya konsep

baru setelah siswa menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga

dengan pengalaman belajarnya siswa dapat mengkonstruksikan pengetahuan

yang diperoleh untuk dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Setelah

kegiatan belajar terjadi perubahan tingkah laku yang positif. Perubahan

tingkah laku dapat beruba pengetahuan, sikap, minat, kebiasaan, kevakapan,

keterampilan dan dari tidak tahu menjadi tahu, serta dari tidak mengerti.

2.1.4.2 Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Sudjana (2011: 39) Hasil belajar yang dicapai oleh siswa

dipengaruhi oleh dua faktor yakni dari faktor dari dalam siswa itu sendiri dan

faktor yang datang dari luar diri siswa atau lingkungan. Faktor yang datang

dari dalam diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor

kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang

dicapai.

Seperti dikemukakan Clark dalam Sudjana (2011: 39) bahwa hasil

belajar siswa disekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30%

dipengaruhi oleh lingkungan. Disamping faktor kemampuan yang dimiliki

siswa juga ada faktor lain seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap

dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.

Menurut Caroll dalam Sudjana (2011: 40) bahwa hasil belajar yang

dicapai siswa dipengaruhi oleh 5 faktor yakni (a) bakat belajar, (b)waktu yang

tersedia untuk belajar, (c) waktu yang di perlukan untuk menjelaskan

pelajaran, (d) kualitas pengajaran, dan (e) kemampuan individu. Empat faktor

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16073/2/T1_292011097_BAB II... · menunjukkan perubahan energi gerak akibat pengaruh

21

yang disebut diatas (a, b, c, e) berkenaan dengan kemampuan individu dan

faktor (d) adalah faktor luar individu.

Menurut Slameto (2010: 54) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

digolongkan menjadi 2 yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Dimana faktor

intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar dan

faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. Dalam Faktor Intern

terdapat Faktor Jasmaniah yang meliputi kesehatan, cacat tubuh, kemudian

Faktor Psikologis yang meliputi inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif,

kematangan, kesiapan dan yang terakhir adalah Faktor Kelelahan. Selain

Faktor Intern juga terdapat Faktor Eksternal diantaranya adalah Faktor

Keluarga meliputi cara orang tua mendidik, relasi antaranggota keluarga,

suasana rumah , keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar

belakang kebudayaan. Kemudian Faktor Sekolah yang meliputi metode

mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa,

disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas

ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah, dan yang terakhir

adalah Faktor Masyarakat yang meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat,

mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat

Bloom (Sudjana, 2011: 40) menyatakan bahwa ada 3 variabel utama

dalam teori belajar disekolah, yakni karakteristik individu, kualitas

pengajaran dan hasil belajar. Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh keampuan

siswa dan kualaitas pengajaran

Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa

bahwa ada hubungan antara kemapuan individu dan faktor lingkungan

dengan hasil belajar siswa. Hasil belajar merupakan dampak yang telah

diperoleh dari belajar atau berinteraksi dengan lingkungan dampak tersebut

dapat berupa perubahan tingkah laku yang pastinya adalah kearah positif

kemudian Jadi dapat disimpulkan hasil belajar adalah perubahan tingkah laku

yang terjadi pada individu yang berinteraksi dengan lingkungan (belajar) dan

tingkah laku yang dimaksud merupakan perubahan ke arah positif.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16073/2/T1_292011097_BAB II... · menunjukkan perubahan energi gerak akibat pengaruh

22

2.1.4.3 Cara Mengukur Hasil Belajar

Pengukuran dapat diartikan sebagai pemberian angka kepada suatu

atribut atau karakterisitik yang didasarkan pada aturan atau formulasi yang

jelas (Zaenul dalam Jihad dan Haris, 2013: 54).

Pengukuran hasil belajar dapat dilakukan dengan menggunakan

instrumen. Menurut Harjono dalam Wardani dkk. (2009/2010), istilah

instrumen diartikan sebagai alat pengukur. Dalam kamus Besar Bahasa

Indonesia, kata instrumen dapat diartikan sebagai: (1) alat yang dipakai untuk

mengerjakan sesuatu (seperti alat yang dipakai oleh pekerja teknik, alat-alat

kedokteran, optik dan kimia); dan (2) sarana penilaian (berupa

seperangkat tes, angket, dan sebagainya) untuk mengumpulkan data.

Instrumen pengumpulan data merupakan alat yang digunakan oleh

pengumpul data untuk melaksanakan tugasnya mengumpulkan data.

Sejalan dengan hal tersebut Arikunto, S. dalam Wardani dkk. (2009)

menyatakan bahwa instrumen adalah alat yang berfungsi untuk memudahkan

pelaksanaan sesuatu tugas atau mencapai tujuan secara lebih efektif dan

efisien.

Instrumen merupakan salah satu penentu keberhasilan penilaian.

Dalam hal ini terdapat dua macam alat evaluasi yang dapat

dikembangkan menjadi instrumen penilaian, yaitu tes dan non-tes (Wardani

dkk. (2009/2010)).

1. Bentuk Tes

Hakekat tes adalah sebagai alat ukur; tes adalah prosedur

pengukuran yang sengaja dirancang secara sistematis, untuk mengukur

indikator/kompetensi tertentu, dilakukan dengan prosedur administrasi dan

pemberian angka yang jelas dan spesifik, sehingga hasilnya relatif ajeg bila

dilakukan dalam kondisi yang relatif sama; tes pada umumnya berisi

sampel perilaku, cakupan butir tes yang bisa dibuat dari suatu materi tidak

terhingga jumlahnya, yang secara keseluruhan mungkin mustahil dapat

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16073/2/T1_292011097_BAB II... · menunjukkan perubahan energi gerak akibat pengaruh

23

tercakup dalam tes, sehingga tes harus dapat mewakili indikator dalam

kawasan (domain) perilaku yang diukur, untuk itu perlu pem-batasan

yang jelas; tes menghendaki subjek agar menunjukkan apa yang

diketahui atau apa yang dipelajari dengan cara menjawab atau

mengerjakan tugas dalam tes.

Tes berdasarkan cara mengerjakannya menurut Wardani dkk. (2009).

1) Tes Tertulis

Tes tertulis adalah tes yang soalnya harus dijawab peserta didik

dengan memberikan jawaban tertulis. Jenis tes tertulis secara umum

dikelompokkan menjadi dua yaitu:

a. Tes objektif, ada yang pilihan ganda, jawaban singkat atau isian, benar

salah, dan bentuk menjodohkan;

b. Tes uraian, yang terbagi atas tes uraian objektif (penskorannya

dapat dilakukan secara objektif) dan tes uraian non-objektif

(penskorannya sulit dilakukan secara objektif)

2) Tes Lisan

Tes lisan adalah tes yang pelaksanaannya dilakukan dengan

mengadakan tanya jawab secara langsung antara pendidik dan peserta

didik, dengan tujuan untuk melakukan pengukuran atau menentukan skor,

seperti tes wawancara masuk ke S1 PGSD merupakan tes lesan. Tes lisan

tidak sama dengan pembelajaran yang melakukan tanya jawab. Tanya jawab

dalam pembelajaran merupakan metode pembelajaran. Tes lisan memiliki

kelebihan (1) dapat menilai kemampuan dan tingkat pengetahuan yang

dimiliki peserta didik, sikap, serta kepribadiannya karena dilakukan

secara berhadapan langsung; (2) bagi peserta didik yang kemampuan

berpikirnya relatif lambat, tes bentuk ini dapat menolong sebab peserta

didik dapat menanyakan langsung kejelasan pertanyaan yang dimaksud; (3)

hasil tes dapat langsung diketahui peserta didik. Adapun kelemahan tes lisan

adalah (1) subjektivitas pendidik sering mencemari hasil tes, (2) waktu

pelaksanaan yang diperlukan relatif cukup lama.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16073/2/T1_292011097_BAB II... · menunjukkan perubahan energi gerak akibat pengaruh

24

3) Tes Perbuatan

Tes perbuatan yakni tes yang penugasannya disampaikan dalam

bentuk lisan atau tertulis dan pelaksanaan tugasnya dinyatakan dengan

perbuatan atau unjuk kerja.Penilaian tes perbuatan dilakukan sejak peserta

didik melakukan persiapan, melaksanakan tugas, sampai dengan hasil

yang dicapainya. Untuk menilai tes perbuatan pada umumnya diperlukan

sebuah format pengamatan, agar pendidik dapat menuliskan angka-angka

yang diperolehnya pada tempat yang sudah disediakan. Bentuk

formatnya dapat disesuaikan menurut keperluan. Untuk tes perbuatan

yang sifatnya individual, sebaiknya menggunakan format pengamatan

individual. Begitu pula sebaliknya yang dilaksanakan secara kelompok.

Dari penjelasan mengenai macam-macam tes, dalam penelitian ini

yang digunakan adalah tes formatif untuk mengukur kemampuan siswa, yang

dilakukan secara tertulis dengan bentuk objektif berupa pilihan ganda dan

isian singkat.

2. Non tes

Teknik pengukuran melalui nontes mengandung pengertian tidak ada

jawaban yang benar dan tidak ada yang salah. teknik non tes ini umumnya

memegang peranan yang penting dalam rangka mengevaluasi hasil belajar

peserta didik dari ranah sikap hidup (affective domain) dan ranah ketrampilan

(phsychomotoric domain) sedangkan untuk teknik tes lebih kepada ranah

proses berfikirnya (cognitive domain).

Dari pengertian pengukuran yang telah dipaparkan untuk mengukur hasil

belajar peserta didik digunakanlah alat penilaian hasil belajar. Menurut

Sudjana (2011: 113) agar guru mengetahui dan terampil dalam mengadakan

penilaian maka asesmen pembelajaran dapat diukur belajar dapat diukur

melalui 2 tehnik yaitu:

a. Tes

Tes ada yang distandarisasi, artinya tes tersebut telah mengalami proses

validasi dan reabilitasi untuk suatu tujuan tertentu dan sekelompok siswa

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16073/2/T1_292011097_BAB II... · menunjukkan perubahan energi gerak akibat pengaruh

25

tertentu. Sebagai contoh, penyusunan THB (Tes Hasil Belajar) merupakan

usaha penyusunan tes yang sudah distandarisasi.

Disamping itu banyak yang kita temukan ialah tes buatan guru sendiri.

Tes ini belum distandarisasi, sebab dibuat oleh guru untuk tujuan tertentu dan

untuk siswa tertentu pula. Meskipun demikian, tes buatan guru harus

mempertimbangkan faktor validitas dan faktor reliabiltasnya. Tes ini terdiri

dari tiga bentuk yakni a) tes lisan. b) tes tulisan dan c) tes tindakan. Jenis tes

tersebut biasanya digunakan untuk menilai isi pendidikan, misalnya aspek

pengetahuan, kecakapan, ketrampilan, dan pemahaman pembelajaran yang

telah diberikan guru.

b. Non Tes

Untuk menilai aspek tingkah laku, jenis non-tes lebih sesuai

digunakan sebagai alat evaluasi. Seperti menilai aspek sikap, minat, perhatian

, karakteristik, dan lain lain yang sejenis. Alat evaluasi jenis Non-tes antara

lain ialah :

a. Observasi

Obeservasi yakni pengamatan kepada tingkah laku pada suatu situasi

tertentu. Observasi bisa dalam situasi yang sebenarnya atau observasi

langsung dan bisa pula dalam situasi buatan atau observasi tidak langsung.

b. Wawancara

Wawancara ialah komunikasi langsung antara yang mewawancarai

dengan yang diwawancarai. Untuk memudahkan pelaksanaanya perlu

disediakan pedoman wawancara berupa pokok-pokok yang ditanyakan .

c. Studi kasus

Mempelajari individu dalam periode tertentu secara terus menerus

untuk melihat perkembanganya. Misalnya untuk melihat sikap siswa terhadap

pelajaran yang diberikan guru disekolah selama satu semester.

d. Rating Scale (skala penilaian)

Rating scale merupakan salah satu penilaian yangt menggunakan

skala yang telah disusun dari ujung yang negatif sampai kepada ujung

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16073/2/T1_292011097_BAB II... · menunjukkan perubahan energi gerak akibat pengaruh

26

popsitif, sehingga pada skala tersebut penilai tinggal membubuhi tanda cek

sasa (√).

e. Chek list

Hampir menyerupai rating scale hanya pada chek list tidak perlu disusun

kriteria atau skala dari yang negatif sampai skala yang positif. Cukup dengan

kemungkinan-kemungkinan jawaban yang akan diminta dari yang dievaluasi

f. Inventory

Daftar pernyatan yang disertai alternatif jawaban diantara setuju, kurang

setuju atau tidak setuju.

Ketercapaian tujuan pembelajaran akan diketahui melalui teknik atau

cara pengukuran yang sistematis melalui tes, observasi, skala sikap atau

peskoran portofolio. Alat yang dipergunakan untuk mengukur ketercapaian

tujuan pembelajaran dinamakan dengan instrumen. Instrumen sendiri terdiri

atas instrumen butir-butir soal apabila cara pengukuran dilakukan dengan

menggunakan tes, dan apabila pengukuran dilakukan dengan cara

mengamati atau mengobservasi dapat menggunakan instrumen lembar

pengamatan atau observasi, pengukuran dengan teknik skala sikap dapat

menggunakan instrumen butir-butir pernyataan. Instrumen sebagai alat yang

digunakan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran maupun

kompetensi yang dimiliki peserta didik haruslah valid, maksudnya adalah

instrumen tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur.

Hasil dari pengukuran pencapaian Kompetensi Dasar dipergunakan

sebagai dasar peskoran atau evaluasi (penilaian). Menurut Depdiknas

(dalam Jihad dan Haris, 2013:54) penilaian merupakan kegiatan yang

dilakukan guru untuk memperoleh informasi secara objektif, berkelanjutan

dan menyeluruh tentang proses dan hasil belajar yang hasilnya digunakan

sebagai dasar untuk menentukan perlakuan selanjutnya. Hal ini berarti

penilaian tidak hanya untuk mencapai target sesaat atau aspek saja,

melainkan menyeluruh dan mencakup aspek kognitif, afektif, dan

psikomotor.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16073/2/T1_292011097_BAB II... · menunjukkan perubahan energi gerak akibat pengaruh

27

Dengan demikian, inti dari penilaian adalah proses memberikan atau

menentukkan terhadap hasil belajar yang berupa tes dan non tes berdasarkan

suatu kriteria atau satuan ukuran tertentu.

Hasil belajar IPA harus dikaitkan dengan tujuan pendidikan IPA yang

telah tercantum dalam kurikulum dengan tidak melupakan hakikat IPA itu

sendiri. Hasil belajar IPA dikelompokkan berdasarkan hakikat sains yang

meliputi IPA sebagai produk, proses, dan sikap ilmiah. Oleh karena itu,

dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPA meliputi pencapaian IPA sebagai

produk, proses, dan sikap ilmiah.

a. IPA dalam segi produk, siswa diharapkan dapat memahami konsep-konsep

IPA dan keterkaitannya dalam kehidupan sehari-hari.

b. IPA dalam segi proses, siswa diharapkan memiliki kemampuan untuk

mengembangkan pengetahuan, gagasan, pengetahuam, dan menerapkan

konsep yang diperolehnya untuk memecahkan masalah yang mereka

hadapi dalam kehidupan sehari-hari.

c. IPA dalam segi ilmiah, siswa diharapkan mempunyai minat untuk

mempelajari benda-benda di sekitarnya, bersikap ingin tahu, tekun, kritis,

mawas diri, bertanggung jawab, dapat bekerja sama dan mandiri, serta

mengenal dan mengembangkan rasa cinta terhadap alam sekitar.

Dengan demikian hasil belajar IPA siswa harus mampu memahami

konsep-konsep, mengembangkan pengetahuan, gagasan, dan menerapakan

konsep IPA dengan mengaitkannya dalam kehidupan sehari-hari. Siswa juga

harus mampu mempelajari benda-benda nyata dan asli di lingkungan sekitar

sehingga hasil belajar IPA siswa dapat meningkat.

Agus Suprijono (2009:84) memberikan contoh teknik dalam pembelajaran

kooperatif yang sangat berguna untuk guru, yaitu: (1) Jigsaw. (2) Think Pair

Share, (3) Number Head Together, (4) Group Investigation, (5) Two stay

Twitray, (6) Make a match, (7) Inside outside circle, (8) Bambo dancing, (9)

Point counter point, (10 The Power of two, (11) Listening team.

Dari berbagai teknik atau macam-macam dari pembelajaran kooperatif

diatas peneliti memilih dalam penelitian menggunakan teknik make a macth

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16073/2/T1_292011097_BAB II... · menunjukkan perubahan energi gerak akibat pengaruh

28

untuk meningkatkan hasil belajar belajar IPA pada siswa kelas IV. Teknik

make a mactch atau mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna Curran

(dalam Miftahul Huda, 2011:135). Dalam teknik make a match siswa mencari

pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana

yang menyenangkan. Teknik ini juga bisa diterapkan untuk semua mata

pelajaran dan tingkatan kelas.

Teknik pembelajaran make a match dilakukan di dalam kelas dengan

suasana yang menyenangkan karena dalam pembelajarannya siswa dituntut

untuk berkompetisi mencari pasangan dari kartu yang berisi persoalan atau

permasalahan dan kartu yang berisi jawabannya, setiap siswa mencari dan

mendapatkan sebuah kartu soal dan berusaha menjawabnya, setiap siswa

mencari kartu jawaban yang cocok dengan persoalannya siswa yang benar

mendapat nilai-reward, kartu dikumpulkan kembali dan dikocok, untuk babak

berikutnya pembelajaran seperti babak pertama, penyimpulan dan evaluasi,

refleksi.

2.1.5 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan model make a match dan

model picture and picture yang diterapkan untuk mengetahui perbedaan hasil

belajar IPA, diantaranya :

Menurut Pradana, Erwin Widya (2013) dengan judul Pengaruh

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture terhadap

Hasil Belajar IPA Kleas V Semester II SD N Regunung 01 Tahun Pelajaran

2012/2013. Penelitian ini merupakan penelitin eksperimen dan desain yang

digunakan quasi eksperimen . Penelitian ini dilakukan pada kelas V A dan V B

SD negeri Regunung. Instrumen pengeumpulan data dalam penelitian ini

adalah tes. Berdasarkan hasil analisis nilai tes materi sebelumnya yaitu materi

fotosintesis pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menunjukkan

bahwa kedua kelompok tersebut homogen, dilihat dari nilai sig 0,207 > 0,05

artinya data memiliki varian yang tidak berbeda secara signifikan sehingga

kelompok eksperimen dapat diberi perlakuan yaitu dengan menggunakan modl

pmblajaran kooperatif picture and picture dan kelas kontrol menggunakan

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16073/2/T1_292011097_BAB II... · menunjukkan perubahan energi gerak akibat pengaruh

29

model pembelajaran konvensional yaitu ceramah. Data dianalisis dengan

menggunakan Independent Sampel T Test untuk menguji beda rata-rata. Dari

hasil uji hipotesis yang dilakukan pada nilai post-test kelompok eksprimen dan

kontrol diperoleh nilai sig. (2-tailed) 0,001<0,05 maka Ho ditolah dan H1

diterima, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat perbedaan hasil

yang signifikan antara hasil belajar mata pelajaran IPA pada siswa kelas 5A

dengan hasil belajar IPA pada siswa kelas 5B SD Negeri Regunung 01, maka

perlakuan yang diberikan dapat berpengaruh signifikan.

Menurut penelitian Heni Kusumawati (2012) dengan judul Efektifitas

Penggunaan Benda Kongret pada Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a

Match terhadap Hasil Belajar IPS Kelas IV SD Gugus Perkutut Tuntang

Semarang Semester II Tahun Ajaran 2011/2012 menyimpulkan bahwa terdapat

efektifitas penggunaan benda kongret membuat siswa dapat belajar secara

kontekstual ke taraf berpikir tingkat tinggi sehingga hasil belajar siswa yang

diperoleh meningkat. Subjek pada penelitian ini yaitu semua siswa kelas IV SD

Negeri Gugus Perkutut yang berjumlah 20 siswa sebagai kelompok eksperimen

dan semua siswa kelas V SD Negeri Gugus Perkutut yang berjumlah 21 siswa

sebagai kelompok kontrol. Teknik analisis data yang dipakai untuk menguji

skor hasil belajar siswa adalah uji t dengan teknik Independent Sample T Test.

Hasil post tes pada kelompok eksperimen dan kelompok kontol setelah

dilakukan uji t menunjukkan signifikansi 0,003 karena signifikansi lebih kecil

dari 0,05 maka terdapat perbedaan efektivitas antara pembelajaran Matematika

yang dilaksanakan menggunakan model make a match dengan model

pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD semester II desa Tuntang

tahun ajaran 2011/2012.

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16073/2/T1_292011097_BAB II... · menunjukkan perubahan energi gerak akibat pengaruh

30

2.1.6 Kerangka Berfikir

Keberhasilan seorang siswa dalam proses pembelajaran dapat dilihat dari

hasil belajarnya. Faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa meliputi

faktor internal dan eksternal. Faktor internal berasal dari dalam diri siswa,

diantaranya: bakat dan minat belajar, kepribadian, sikap, kebiasaan belajar, dan

lain-lain. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar,

seperti lingkungan keluarga, keadaan sekolah, penerapan model pembelajaran

serta faktor lain yang mendukung.

Model picture and picture untuk kalangan SD memang paling cocok

untuk mencapai hasil yang maksimal dalam sebuah pembelajaran. Model

pembelajaran kooperatif tipe picture and picture ini merupakan sebuah model

dimana guru menggunakan alat bantu atau media gambar untuk menerangkan

sebuah materi atau memfasilitasi siswa untuk aktif saat pembelajaran. Sehingga

setiap akan menggunakan model pembelajaran kita harus dapat

mempersiapkannya dengan baik agar proses pembelajaran dapat berlangsung

efektif, tanpa persiapan yang matang dalam pembelajaran nantinya siswa akan

menjadi jenuh. Model pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media

dalam proses pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi faktor utama dalam

proses pembelajaran. Sehingga sebelum proses pembelajaran guru sudah

menyiapkan gambar yang akan ditampilkan baik dalam bentuk kartu atau

dalam bentuk carta dalam ukuran besar.

Model pembelajaran make a match adalah termasuk model pembelajaran

kooperatif yang menyajikan pembelajaran dalam bentuk permainan yang

mencocokan kartu soal atau kartu jawaban. Penggunaan make a match

diberikan karena dapat membantu siswa mengatasi kesulitan-kesulitan atau

permasalahan dalam menjawab soal, siswa juga akan lebih fokus dalam

pembelajaran dan motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar

meningkat. Dengan menggunakan model make a match berbantuan gambar

diharapkan dapat mempengaruhi hasil belajr IPA siswa kelas IV.

Dalam pembelajaran menggunakan model make a match sangatlah

menarik dalam proses belajar mengajar. Suasana kelas yang awalnya pasif

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16073/2/T1_292011097_BAB II... · menunjukkan perubahan energi gerak akibat pengaruh

31

siswa tersebut terlibat menjadi aktif dalam pembelajaran. Dengan keaktifan,

antusias siswa dalam pembelajaran menunjukkan bahwa pembelajaran

menggunakan model make a match dapat menjadikan siswa aktif, inovatif,

kreatif, efektif, serta menyenangkan, dan itu akan menpengaruhi hasil belajar

IPA siswa kelas IV.

Gambar 1 dan 2. Skema Kerangka Berfikir

Dapat meningkatkan

aktivitas belajar siswa

baik secara kognitif

maupun fisik.

Melatih kedisipilinan

siswa dalam

menghargai waktu saat

belajar.

Terdapat unsur

permainan sehingga

pada saat pembelajaran

menjadi

menyenangkan.

Dapat meningkatkan

pemahaman siswa

terhadap materi yang

dipelajari.

Model

Make a match

Dapat melatih

keberanian siswa

untuk tampil

presentasi.

Motivasi belajar

siswa menjadi

meningkat.

Dapat melatih

siswa untuk

berfikir logis dan

sistematis.

Guru dapat

mengetahui

kemampuan masing-

masing siswa .

Model

Pictur and Picture

Mengembangkan

motivasi siswa

untuk belajar yang

lebih baik.

Siswa dapat berfikir

berdasarkan sudut

pandang suatu subyek

bahasan dengan

memberikan kebebasan

dalam praktik berfikir.

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16073/2/T1_292011097_BAB II... · menunjukkan perubahan energi gerak akibat pengaruh

32

2.1.7 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian di atas yang dikemukakan maka diajukan hipotesis

yang hendak diuji dalam penelitian, yaitu :

1. H0 = tidak ada perbedaan hasil belajar IPA dalam penggunaan model

pembelajaran picture and picture dengan model pembelajaran make a match

pada siswa kelas IV.

2. H1 = ada perbedaan hasil belajar IPA dalam penggunaan model pembelajaran

picture and picture dengan model pembelajaran make a match pada siswa

kelas IV.