bab ii kajian pustaka 2.1 hasil belajar siswa 2.1.1 pengertian...
TRANSCRIPT
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Hasil Belajar Siswa
2.1.1 Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Nana
Sudjana (2009:3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah
perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas
mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Penilaian hasil dan proses
belajar saling berkaitan satu sama lain. Agus Suprijono (2009:5) juga menyebutkan
bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,
sikap-sikap, apresiasi, dan ketrampilan. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri
dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan
berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar.
Pendapat ahli di atas diperkuat dengan pendapat Nana Sudjana (2009:22)
mengemukakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki
siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Horward Kingsley membagi tiga
macam hasil belajar yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan
pengertian, (c) sikap dan cita-cita masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi
dengan bahan ajar yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Benyamin Blom juga
mengklasifikasikan hasil belajar secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah,
yakni ranah kognitif yang berkenaan dengan hasil belajar, ranah afektif yang
berkenaan dengan sikap, dan ranah psikomotor yang berkenaan dengan
ketrampilan. Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Yang
7
8
paling sering dinilai oleh guru adalah ranah kognitif, karena berkaitan dengan
kemampuan para siswa dalam menguasai bahan pengajaran. (Nana Sudjana
2011:22 - 23)
Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman
belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif,
dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang
bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat
kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Dari penelitian ini yang
diharapkan ialah peningkatan hasil belajar matematika dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar sebagai salah satu indikator pencapaian tujuan pembelajaran di
kelas tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar itu sendiri.
Muhibbin (2010:129) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar,
sebagai berikut:
a. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar.
Faktor internal meliputi: faktor jasmaniah dan faktor psikologis.
b. Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor eksternal
meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.
c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar
siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan
kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.
9
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar di atas, peneliti
menggunakan faktor eksternal berupa penggunaan model pembelajaran kooperatif
Jigsaw. Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif ini menuntut keterlibatan
siswa secara aktif dalam pembelajaran Matematika. Sehingga tidak ada lagi siswa
yang pasif pada saat pembelajaran berlangsung.
2.2 Model Pembelajaran Kooperaif Tipe Jigsaw
2.2.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang
menuntut keterlibatan siswa secara aktif untuk bekerja sama dalam kelompok-
kelompok yang heterogen dengan keberhasilan belajar ditentukan oleh kerja sama
dalam kelompok. Pembelajaran kooperatif hanya berjalan kalau sudah terbentuk
suatu kelompok atau suatu kelompok yang didalamnya siswa bekerja secara terarah
untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan dengan jumlah anggota kelompok
pada umumnya terdiri dari 4-5 orang. Menurut Rusman (2011: 202) pembelajaran
kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja
dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari
empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.
Nurulhayati (2002 : 25) berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif adalah strategi
pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk
saling berinteraksi.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, disimpulkan pengertian
model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa
dapat belajar dan bekerja dalam kelompok kecil (4-6 siswa) serta dapat berinteraksi
10
satu sama lain demi mencapai tujuan belajar bersama. Keberhasilan model
pembelajaran kooperatif bukan terletak pada kemampuan satu siswa, tetapi
keberhasilan terletak pada kerja sama dalam kelompok. Dalam model pembelajaran
kooperatif, tugas siswa dalam kelompok adalah mencapai ketuntasan belajar dan
berkewajiban membantu siswa lain dalam mempelajari suatu bahan materi
pelajaran.
2.2.2 Jenis Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif ada berbagai jenis. Rusman (2010: 213-226)
membagi jenis model pembelajaran kooperatif, sebagai berikut:
a. Student Team Achievement Division (STAD)
Model pembelajaran STAD menempatkan siswa dalam tim belajar beranggota
4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin,
dan suku.
b. Jigsaw (Tim Ahli)
Model pembelajaran Jigsaw menempatkan siswa dalam kelompok yang
heterogen menggunakan pola kelompok asal dan kelompok ahli. Dimana dalam
model pembelajaran ini menuntut siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran.
c. Group Investigation (Investigasi Kelompok)
Investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling
kompleks dan paling sulit diterapkan. Model pembelajaran ini memerlukan
norma dan struktur kelas yang lebih rumit dari pada model yang lebih berpusat
pada guru. Model ini mengajarkan keterampilan komunikasi dan proses
kelompok yang baik.
11
d. Make a Match
Model Make a match atau membuat pasangan adalah jenis pembelajaran
kooperatif dimana salah satu keungulannya siswa mencari pasangan sambil
belajar mengenai suatu konsep atau topik, dalam suasana yang menyenangkan.
e. Teams Games Tournament (TGT)
Pada model ini siswa memainkan permainan dengan anggota tim lain untuk
memperoleh tambahan poin untuk skor tim atau kelompok.
Berdasarkan jenis model pembelajaran kooperatif di atas, penelitian ini
menggunakan jenis model pembelajaran kooperatif yaitu model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw.
2.2.3 Pengertian Model Pembelajran Kooperatif Tipe Jigsaw
Model pembelajaran kooperatif Jigsaw merupakan salah satu jenis model
pembelajaran kooperatif. Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diuji cobakan
oleh Elliot Aronson dkk. Di Universitas texas. Pembelajaran Kooperatif tipe
Jigsaw, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri atas 4-6 anggotanya.
Kelompok yang terdiri atas siswa-siswa yang hetrogen dan mereka bekerja sama,
masing-masing anggota memiliki saling bergantungan positif serta bertanggung
jawab atas ketuntasan bagian mata pelajaran yang harus dipelajari. Dalam
kelompok ini terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. ( Hamdani 2011:37)
Agus Suprijono ( 2009:89-90 ) mengemukakan pembelajaran dengan jigsaw
diawali dengan pengenalan topik yang dibahas oleh guru. Kemudian guru
membentuk kelompok yaitu kelompok asal (home teams) dan kelompok ahli
(expert teams). Pembelajaran model Jigsaw ini juga dikenal dengan kooperatif para
12
ahli. Setiap anggota kelompok dihadapkan pada permasalahan yang berbeda. Tetapi
permasalahan yang dihadapi setiap kelompok sama, setiap utusan siswa dalam
kelompok yang berbeda membahas materi yang sama atau sebagai tim ahli
(Rusman, 2011:219).
Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, disimpulkan pengertian model
pembelajaran kooperatif Jigsaw adalah model pembelajaran yang terbentuk dari
kelompok-kelompok yang heterogen terdiri dari 4-6 siswa dan memiliki ciri khusus
dibanding model pembelajaran kooperatif jenis lain yaitu adanya kelompok asal
dan kelompok ahli. Pembelajaran menggunakan kelompok asal dan kelompok ahli
mengarahkan siswa untuk bertanggung jawab terhadap penguasaan dan
pemahaman materi pelajaran sehingga siswa termotivasi untuk meningkatkan hasil
belajar kognitif yang lebih baik.
2.2.4 Langkah–Langkah Model Pembelajaran Jigsaw
Stephen, Sikes, dan Snapp (Rusman, 2011: 220) menyebutkan langkah-langkah
model pembelajaran kooperatif Jigsaw, sebagai berikut:
a. Siswa dikelompokkan ke dalam 1 sampai 5 anggota tim.
b. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda.
c. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan.
d. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/subbab yang sama
bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan subbab
yang sama.
13
e. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal
dan bergantian mengajar teman satu tim kelompok asal tentang subbab yang
siswa kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan seksama.
KELOMPOK ASAL
KELOMPOK AHLI
Gambar 2.1 Ilustrasi Kelompok Jigsaw (Hamdani 2011:38)
f. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.
g. Guru memberi evaluasi.
Berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif Jigsaw,
pembelajaran Matematika pada kelompok eksperimen menggunakan langkah-
langkah model pembelajaran kooperatif Jigsaw seperti tercantum di atas.
2.3 MATEMATIKA
2.3.1 Pembelajaran Matematika
Matematika merupakan pembelajaran yang sangat rumit bagi anak SD. Beth
dan Piaget (1956) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan matematika adalah
pengetahuan yang berkaitan dengan berbagai struktur abstrak dan hubungan antar-
struktur tersebut sehingga terorganisasi dengan baik. Pendapat lain dari Reys dkk
(2000) mengatakan bahwa matematika adalah studi tentang pola dan hubungan,
cara berpikir dengan strategi organisasi, analisis dan sintetis, seni, bahasa, dan alat
14
untuk memcahkan masalah-masalah abstrak dan praktis. J. Tombokan dkk
(2013:28)
Sedangkan pembelajaran matematika bagi para siswa merupakan
pembentukan pola pikir dalam pemahaman suatu pengertian maupun dalam
penalaran suatu hubungan diantara pengertian-pengertian itu. Dalam pembelajaran
matematika, para siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui
pengalaman tentang sifat-sifat yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari
sekumpulan objek (abstraksi). Siswa diberi pengalaman menggunakan matematika
sebagai alat untuk memahami atau menyampaikan informasi misalnya melalui
persamaan-persamaan, atau tabel-tabel dalam model-model matematika yang
merupakan penyederhanaan dari soal-soal cerita atau soal-soal uraian matematika
lainnya.
Pembelajaran pembelajaran matematika di SD merupakan salah satu kajian
yang selalu menarik untuk dikemukakan karena adanya perbedaan karakteristik
khususnya antara hakikat anak dan hakikat matematika. Matematika bagi anak SD
berguna untuk kepentingan hidup pada lingkungannya, untuk mengembangkan pola
pikirnya, dan untuk memperlajari ilmu-ilmu yang kemudian. Selain itu manfaat
matematika bagi para siswa SD adalah sesuatu yang jelas dan tidak perlu
dipersoalkan lagi, lebih-lebih pada era pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi dewasa ini. Karso, dkk ( 2009 1.4-1.5)
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengajaran pembelajaran matematika pada
anak SD harus di desain semenarik mungkin sehingga siswa tidak bosan pada saat
menggikuti pembelajaran. Misalnya dengan penerapan model pembelajaran
koopratif tipe jigsaw. Sehingga tidak hanya cerama dalam pembelajaran.
15
2.3.2 Tujuan Pembelajaran Matematika
Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan(Depdiknas, 2006:346) menyebutkan
pemberian mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut :
a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antara konsep dan
mengaplikasi konsep atau logaritma secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam
pemecahan masalah.
b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika
dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan
pernyataan matematika.
c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi
yang diperoleh.
d. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain
untuk menjelaskan keadaan/masalah.
e. Memiliki sifat menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu:
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam pelajaran matematika serta
sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
2.3.3 Materi Pembelajaran Matematika
Materi matematika untuk kelas V SD menggunakan kurikulum KTSP 2006 adalah
sebagai berikut :
16
Tabel 2.1 Materi Pembelajaran Matematika kelas V
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Bilangan
1. Memahami dan menggunakan sifat-
sifat operasi hitung bilanga dalam
pemecahan masalah.
1.1 Mengidentifikasikan sifat-sifat operasi
hitung.
1.2 Mengurutkan bilangan.
1.3 Melakukan operasi perkalian dan
pembagian.
1.4 Melakukan operasi hitung campuran.
1.5 Melakukan penaksiran dan pembulatan.
1.6 Memecahkan masalah yang melibatkan
uang.
Geometri dan Pengukuran
2. Memahami dan menggunakan faktor
dan kelipatan dalam pemecahan
masalah.
2.1 Mendeskrepsikan konsep faktor dan
kelipatan.
2.2 Menentukan kelipatan dan faktor
bilangan.
2.3 Menentukan kelipatan persekutuan
terkecil (KPK) dan faktor persekutuan
terbesar (FPB).
2.4 Menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan KPK dan FPB.
3. Memahami dan menggunakan faktor
dan kelipatan dalam pemecahan
masalah.
3.1 Menentukan besar sudut dengan satuan
tidak baku dan satuan derajat.
3.2 Menentukan hubungan antar satuan
waktu, antarsatuan panjang, dan
antarsatuan berat.
3.3 Menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan satuan waktu, panjang, dan berat.
3.4 Menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan satuan kuantitas.
4. Menggunakan konsep keliling dan luas
bangun datar sederhana dalam
pemecahan masalah.
4.1 Menentukan keliling dan luas
jajargenjang dan segitiga.
4.2 Menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan keliling dan luas jajargenjang
dan segitiga.
Bilangan
5. Menggunakan pecahan dalam
pemecahan masalah
5.1 Mengubah pecahan ke bentuk persen dan
desimal serta sebaliknya.
5.2 Menjumlahkan dan mengurangkan
berbagai bentuk pecahan.
5.3 Mengalikan dan membagi berbagai
bentuk pecahan
5.4 Menggunakan pecahan dalam masalah
perbandingan dan skala
Geometri dan Pengukuran
6. Memahami sifat-sifat bangun dan
hubungan antar bangun
6.1 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar
6.2 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang
6.3 Menentukan jaring-jaring berbagai
bangun ruang sederhana
6.4 Menyelidiki sifat-sifat kesebangunan dan
simetri
6.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan bangun datar dan bangun ruang
sederhana
Sumber : Silabus Guru Kelas V
17
Berdasarkan silabus materi yang digunakan adalah standar kompetensi 6.
memahami sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun yang ada pada semester
II dan merupakan materi lanjutan yang ada pada semester I. Sedangkan untuk
kompetensi dasar yang digunakan adalah mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar,
dan menyelidiki sifat-sifat kesebangunan dan simetri.
Bangun datar adalah bangun berupa bidang datar yang dibatasi oleh beberapa
ruas garis. Garis-garis tersebut beupa garis lurus atau lengkung. Jumlah dan model
ruas garis yang membatasi bangun tersebut menentukan nama dan bentuk bangun
datar tersebut. Macam-macam bangun datar adalah :
a. Persegi panjang adalah bangun datar yang mempunyai sisi berhadapan sama
panjang, dan memiliki empat buah sudut siku-siku.
b. Persegi adalah persegi panjang yang semua sisisnya sama panjang.
c. Segitiga adalah bangun yang terbentuk oleh tiga buah titik yang tidak segaris.
d. Jajar genjang adalah segi empat yang sisinya sepasang-sepasang sama panjang
dan sejajar.
e. Trapesium adalah segi empat yang memiliki tepat sepasang sisi yang sejajar.
f. Layang-layang adalah segi empat yang salah satu diagonalnya memotong tegak
lurus sumbu diagonal lainnya.
g. Belah ketupat adalah segi empat yang semua sisinya sama panjang dan kedua
diagonalnya saling berpotongan tegak lurus.
h. Lingkaran adalah bangun datar yang terbentuk dari himpunan semua titik
persekitaran yang menggelilingi suatu titik asal dengan jarak yang sama jarak
tersebut biasannya dinamakan r, atau radius, atau jari-jari.
(M Mukti A. 2003)
18
2.4 Kajian Penelitian Yang Relevan
Penelitian ini diperkuat dengan adanya penelitian terdahulu :
a. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Mata Pelajaran
PKN Di SDN 1 Gudang Kec.Asembagus Kab.Situbondo. Yang ditulis oleh Tri
Kunia Wulandari (20 Oktober 2010).
Hasil dari penelitian tersebut menggungkapkan bahwa pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe jigsaw dapat
diterapkan dengan baik. Kemudian hasil belajar yang digunakan sebagai patokan
peneliti dalam melihat daya serap atau penguasaan siswa setelah diterapkannya
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Dengan model kooperatif tipe jigsaw
pemahaman siswa SDN 1 Gudang Kec.Asembagus Kab.Situbondo menjadi
meningkat.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dibuat oleh penulis adalah
sama-sama menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dibuat oleh penulis
adalah mata pelajaran yang digunakan berbeda, dan Tri K menggunakan
penelitian jenis penerapan. Sedangkan penulis menggunakan penelitian tindak
kelas.
b. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pelajaran Matematika Tentang
Pengelompokan Bangun Datar Dengan Menggunakan Media Gambar Di Kelas
II SDN Torjuna 3 Kecamatan Robatal Kabupaten Sampang. Yang ditulis oleh
Syaiful Ulam (28 November 2013)
Hasil dari penelitian tersebut menggungkapkan bahwa dalam pengelolaan
pembelajaran dengan mempergunakan media gambar hasil belajar siswa
19
mengalami peningkatan pada tiap siklus. Penggunaan media gambar dalam
pembelajaran matematika pokok bahasan penggelompokan bangun datar sangat
mempengaruhi kualitas dan prestasi belajar yang semula rendah menjadi
menigkat.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dibuat oleh penulis adalah
sama-sama pada mata pelajaran matematika materi bangun datar. menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Sedangkan perbedaan penelitian ini
dengan penelitian yang dibuat oleh penulis adalah penelitian ini menggunakan
media gambar sedangkan penulis menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw.
20
2.5 Kerangka Pikir
Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Dari hasil wawancara dengan guru kelas V SDN Dermo Benjeng
Gresik peneliti menemukan sebuah masalah :
Rendahnya nilai matematika siswa pada pembelajaran matematika
materi bangun datar. Dari jumlah siswa hanya 27% nilai siswa yang
diatas KKM.
Penyebab dari masalah tersebut adalah guru yang terlalu monoton pada
saat mengajar, guru juga hanya berceramah didepan kelas dan memberi
tugas, kurangnya antusias guru dalam menerapkan model-model
pembelajaran, dan materi pembelajaran yang terlalu sulit.
Meningkatkan hasil belajar matematika dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
Metode Penelitian :
1. Penempatan Penelitian : Kelas V SDN Dermo
Benjeng Gresik
2. Mata pelajaran : Matematika
3. Waktu penelitian :
- Semester 2
- Bulan Maret
- Tahun ajaran 2016 / 2017
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN
MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE JIGSAW PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V
SDN DERMO BENJENG GRESIK