bab ii kajian pustaka 2 - uksw
TRANSCRIPT
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
Dalam penelitiann ini teori yang akan dikaji sebagai berikut 1)
Pembelajaran kooperatif; 2) Pembelajaran koperatif tipe Team Assisted
Individualization (TAI); 3) Hasil Belajar; 4) Ilmu Pengetahuan Alam; dan 5)
Microsoft PowerPoint.
2.1.1 Pembelajaran Kooperatif
2.1.1.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran Kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang
berdasarkan faham konstruktivis. Menurut Slavin (Isjoni 2012:12) pembelajaran
kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja
dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang
dengan struktur kelompok heterogen. Johnson dan F. Johnson (Miftahul 2012:31)
mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan working together to
accomplish shared goals yang artinya bekerja sama untuk mencapai tujuan. Dalam
konteks pengajaran, pembelajaran kooperatif sering kali didefinisikan sebagai
pembentukan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dri siswa-siswa lain.
Sedangkan Isjoni (2012:12) mengungkapkan bahwa pembelajaran kooperatif
merupakan strategi belajar dengan jumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil
yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok,
setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu
untuk memahami materi pelajaran.
Isjoni (2012:13) berpendapat bahwa belajar dengan model kooperatif ini
dapat diterapkan untuk memotivasi siswa agar berani mengemukakan pendapatnya,
menghargai pendapat teman, dan saling memberikan pendapat (sharing ideas).
Selain itu dalam belajar biasanya siswa dihadapkan pada latihan soal-soal atau
pemecahan masalah. Oleh sebab itu, pembelajaran kooperatif sangat baik untuk
sangat baik dilaksanakan karena siswa dapat bekerja sama dan saling tolong-
6
menolong mengatasi tugas yang dihadapinya. Selain itu, belajar dengan model
kooperatif ini tidak hanya unggul dalam membantu siswa memahami konsep yang
sulit, tetapi juga sangat berguna untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis,
bekerja sama, dan membantu teman. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa terlibat
aktif pada proses pembelajaran sehingga memberikan dampak positif terhadap
kualitas interaksi dan komunikasi yang berkualitas, dapat memotivasi siswa untuk
meningkatkan prestasi belajarnya
Agus Suprijono (2012: 54) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif
adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk
bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan guru. secara umum
pembelajaran kooperatif lebih diarahkan oleh guru, di mana guru menetapkan tugas
dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang
dirancang untuk membantu siswa menyelesaijan masalah yang dimaksudkan.
Dari pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa pembelajran kooperatif
merupakan pembelajaran yang menempatkan siswa dalam kelompok yang heteogen
untuk saling membantu dalam menyelesaikan suatu masalah sehingga semua
anggota kelompok itu dapat belajar dengan maksimal.
2.1.1.2 Unsur-unsur Dasar dalam Pembelajaran Kooperatif
Lungdren dalam Isjoni (2012: 16) mengemukakan unsur-unsur dalam
pembelajaran kooperatif sebagai berikut.
1) para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “ tenggelam atau berenang
bersama”;
2) para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau siswa lain dalam
kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari
materi yang dihadapi;
3) para siswa harus berpendapat bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama;
4) para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab di antara para anggota
kelompok;
5) para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh
terhadap evaluasi kelompok;
7
6) para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan
bekerja sama selama belajar;
7) setiap siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi
yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Roger dan David (Agus Suprijono, 2012: 58) mengatakan bahwa tidak
semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai
hasil yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus
diterapkan. Lima unsur tersebut adalah sebagai berikut:
1) Positive interdependence (saling ketergantungan positif)
Unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada dua
pertanggungjawaban kelompok. Pertama, mempelajari bahan yang ditugaskan
kepada kelompok. Kedua, menjamin semua anggota kelompok secara individu
mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut.
2) Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan)
Pertanggungjawaban ini muncul jika dilakukan pengukuran terhadap
keberhasilan kelompok. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah membentuk
semua anggota kelompok menjadi pribadi yang kuat. Tanggungjawab
perseorangan adalah kunci untuk menjamin semua anggota yang diperkuat oleh
kegiatan belajar bersama. Artinya, setelah mengikuti kelompok belajar bersama,
anggota kelompok harus dapat menyelesaikan tugas yang sama.
3) Face to face promotive interaction (interaksi promotif)
Unsur ini penting karena dapat menghasilkan saling ketergantungan positif.
Ciri–ciri interaksi promotif adalah saling membantu secara efektif dan efisien,
saling memberikan informasi dan sarana yang diperlukan, memproses informasi
bersama secara lebih efektif dan efisien, saling mengingatkan, saling membantu
dalam merumuskan dan mengembangkan argumentasi serta meningkatkan
kemampuan wawasan terhadap masalah yang dihadapi, saling percaya, dan
saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama.
4) Interpersonal skill (komunikasi antaranggota)
Untuk mengkoordinasikan kegiatan siswa dalam pencapaian tujuan siswa harus
adalah saling mengenal dan mempercayai, mampu berkomunikasi secara akurat
8
dan tidak ambisius, saling menerima dan saling mendukung, serta mampu
menyelesaikan konflik secara konstruktif.
5) Group processing (pemrosesan kelompok)
Pemrosesan mengandung arti menilai. Melalui pemrosesan kelompok dapat
diidentifikasi dari urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan kegiatan dari
anggota kelompok. Siapa di antara anggota kelompok yang sangat membantu
dan siapa yang tidak membantu. Tujuan pemrosesan kelompok adalah
meningkatkan efektivitas anggota dalam memberikan kontribusi terhadap
kegiatan kolaboratif untuk mencapai tujuan kelompok. Ada dua tingkat
pemrosesan yaitu kelompok kecil dan kelas secara keseluruhan.
Isjoni (2012: 17) menguraikan bahwa pada pembelajaran kooperatif yang
diajarkan adalah keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan
baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, siswa diberi
lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk
diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai
ketuntasan.
2.1.1.3 Kelemahan Pembelajaran Kooperatif
Kelemahan pembelajaran kooperatif bersumber pada dua faktor, yaitu
faktor dari dalam (intern) dan faktor dari luar (ekstern). Faktor dari dalam yaitu
sebagai berikut:
1. guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu
memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu;
2. agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan
fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai;
3. selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik
permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan, dan
4. saat diskusi kelas, terkadang didominasi oleh seseorang, hal ini mengakibatkan
siswa yang lain menjadi pasif.
9
Slavin (Miftahul, 2012: 68) mengidentifikasi tiga kendala utama atau apa
yang disebutnya pitfalls (lubang-lubang perangkap) terkait dalam pembelajaran
kooperatif sebagai berikut:
1. Free Rider
Jika tidak dirancang dengan baik, pembelajaran kooperatif justru berdampak
pada munculnya free rider atau “pengendara bebas”. Yang dimaksud free rider
disini adalah beberapa siswa yang tidak bertanggung jawab secara personal pada
tugas kelompoknya mereka hanya “mengekor” saja apa yang dilakukan oleh teman-
teman satu kelompoknya yang lain. Free rider ini sering kali muncul ketika
kelompok-kelompok kooperatif ditugaskan untuk menangani atu lembar kerja, satu
proyek, atau satu laporan tertentu.
Untuk tugas-tugas seperti ini, sering kali ada satu atau beberapa anggota yang
mengerjakan hampir semua pekerjaan kelompoknya, sementara sebagian anggota
yang lain justru “bebas berkendara”, berkeliaran kemana-mana.
2. Diffusion of responsibility
Yang dimaksud dengan diffusion of responsibility (penyebaran tanggung jawab)
ini adalah suatu kondisi di mana beberapa anggota yang dianggap tidak mampu
cenderung diabaikan oleh anggota-anggota lain yang “lebih mampu”. Misalnya,
jika siswa ditugaskan untuk mengerjakan tugas IPA, beberapa anggota yang
dipersepsikan tidak mampu menghafal atau memahami materi tersebut dengan baik
sering kali tidak dihiraukan oleh teman-temannya yang lain. Siswa yang memiliki
skill IPA yang baik pun terkadang malas mengajarkan keterampilannya pada
teman-temannya yang kurang mahir di bidang IPA. Hal ini hanya membuang-
buang waktu dan energi saja.
3. Learning a Part of Task Specialization
Beberapa model pembelajaran tertentu, seperti Jigsaw, Group Investigation, dan
metode-metode lain yang terkait, setiap kelompok ditugaskan untuk mempelajari
atau mengerjakan bagian materi yang berbeda antarsatu sama lain. Pembagian
semacam ini sering kali membuat siswa hanya fokus pada bagian materi lain yanng
dikerjakan oleh kelompok lain hampir tidak dihiraukan sama sekali, padahal semua
materi tersebut saling berkaitan satu sama lain.
10
Slavin (Miftahul,2012: 69) mengemukakan bahwa ketiga kendala ini bisa
diatasi jika guru mampu melakukan beberapa faktor sebagai berikut:
1) mengenakan sedikit banyak karakteristik dan level kemampuan siswanya,
2) selalu menyediakan waktu khusus untuk mengetahui kemajuan setiap siswanya
dengan mengevaluasi mereka secara individual setelah bekerja kelompok, dan
yang paling penting
3) mengintegrasikan metode yang satu dengan metode yang lain.
2.1.1.4 Tipe-tipe Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif menurut Slavin (2009:11-26) ada berbagai
macam tipe, yaitu Student Teams-Achievement Division (STAD), Team Game
Tournament (TGT), Jigsaw II, Cooperative Integrated Reading and Composition
(CIRC), Team Assisted Individualization (TAI), Group Investigation, Learning
Together, Complex Instruction, dan Structure Dyadic Methods.
2.1.2 Pembelajaran Tipe Team Assisted Individualization (TAI)
2.1.2.1 Pengertian Pembelajaran tipe Team Assisted Individualization (TAI)
Model pembelajaran ini dikembangkan oleh Slavin. Menurut Slavin
(2005) tipe ini mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan
pembelajaran individual. Tipe ini dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar siswa
secara individual. Oleh karena itu kegiatan pembelajarannya lebih banyak
digunakan untuk pemecahan masalah, ciri khas pada model pembelajaran TAI ini
adalah setiap siswa secara individual belajar materi pembelajaran yang sudah
dipersiapkan oleh guru. Hasil belajar individual dibawa ke kelompok-kelompok
untuk didiskusikan dan saling dibahas oleh anggota kelompok, dan semua anggota
kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab
bersama.
Pengembangan TAI menurut Miftahul (2013: 200) dapat mendukung
praktik-praktik ruang kelas, seperti pengelompokkan siswa, pengelompokkan
kemampuan di dalam kelas, pengejaran terprogram, dan pengjaran berbasis
komputer. Tujuan TI adalah untuk meminimalisasi pengajaran individual yang
11
terbuktu kurang efektif; selain itu juga ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan,
kemampuan, serta motivasi siswa dengan belajar kelompok.
Pembelajaran kooperatif ini mengkombinasikan keunggulan dari
pembelajaran kooperatif dan pembelajaran individual. Sehingga dapat membantu
mengatasi kesulitan belajar siswa.
2.1.2.2 Komponen-komponen TAI
Nur Asma (2006: 55) mengemukakan bahwa kegiatan pembelajaran
dengan model pembelajaran TAI tidak sama dengan kegiatan pembelajaran pada
model pembelajaran STAD dan TGT, TAI terikat pada serangkaian materi
pelajaran yang khas dan memiliki petunjuk pelaksanaan sendiri.
Menurut Slavin (Nur Asma, 2006: 56) model pembelajaran TAI terdiri
dari delapan komponen, yaitu.
Tahap 1 : Mempelajari Materi Pelajaran
Siswa mempelajari materi pelajaran yang telah disiapkan oleh guru.
Tahap 2 : Tes Penempatan (Placement test)
Pada awal program pembelajaran diberikan pretest, dimaksudkan untuk
menempatkan siswa pada program individual yang didasarkan pada hasil
tes mereka.
Tahap 3 : Membagi Siswa ke dalam Kelompok
Siswa dalam model pembelajaran TAI ditempatkan dalam
kelompokkelompok heterogen terdiri dari 4 sampai 5 siswa.
Tahap 4 : Belajar Kelompok (study teams)
Setelah ujian penempatan, masing-masing individu menempatkan diri
sesuai dengan kelompoknya. Setiap kelompok mendiskusikan materi
yang sudah dipelajari oleh masing-masing individu. Setiap kelompok
harus memastikan bahwa setiap anggotanya paham tentang materi yang
sudah dipelajari.
Tahap 5 : Skor dan Penghargaan kelompok
Guru memberikan skor dan penghargaan terhadap kelompok yang hasil
dari diskusi kelompoknya bagus. Skor ini didasarkan pada jumlah
12
ratarata unit yang tercakup oleh anggota kelompok dan akurasi dari tes-
tes unit. Kriteria ditetapkan untuk penampilan (hasil) kelompok.
Tahap 6 : Refleksi
Guru menberikan penegasan terhadap materi yang sudah dipelajari. Guru
menerangkan materi yang sudah dipelajari agar siswa lebih yakin dan
mantap terhadap materi yang dipelajari, sehingga jika mendapatkan soal
siswa bisa menyelesaikannya.
Tahap 7 : Tes Akhir
Pada akhir pembelajaran guru memberikan posttest yang dikerjakan
secara individu untuk mengukur seberapa pemahaman siswa terhadap
materi yang sudah dipelajari.
Tahap 8 : Unit Keseluruhan
Setiap akhir pembelajaran guru mengevaluasi pembelajaran yang dilihat
dari hasil belajar yang diperoleh siswa.
2.1.2.3 Karakteristik TAI
Slavin (Miftahul, 2013:200) dalam pembelajaran kooperatif tipe Team
Assisted Individualization (TAI) terdapat beberapa komponen sebagai berikut:
1. Team
pembentukan kelompok secara heterogen yang terdiri dari 4-5 siswa.
2. Placement test
pemberian pretest kepada siswa /melihat rata-rata nilai harian siswa agar guru
mengetahui kelemahan siswa pada bidang tersebut.
3. Student Creative
melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan menciptakan dimana
keberhasilan individu ditentukan oleh keberhasilan kelompok.
4. Team Study
tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok dan guru
memberikan bantuan secara individual kepada siswa yang membutuhkan.
5. Team Score and Team Recognition
13
pemberian score terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan criteria
penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerlang dan kelompok
yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas.
6. Teaching Group
pemberian materi secara singkat dari guru menjelang pemberian tugas
kelompok.
7. Fact Test
pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh siswa.
8. Whole-Class Units
pemberian materi oleh guru kembali diakhiri waktu pembelajaran dengan
strategi pemecahan masalah.
2.1.2.4 Langkah-langkah Pembelajaran Tipe TAI
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualization (TAI) berbantuan Ms. PowerPoint adalah sebagai berikut:
1. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materi pembelajaran
secara individual yang sudah dipersiapkan oleh guru;
2. Guru memberikan kuis (pretest) secara individual kepada siswa untuk
mendapatkan skor dasar atau skor awal;
3. Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4–5 siswa
dengan kemampuan yang berbeda-beda baik tingkat kemampuan (tinggi, sedang
dan rendah) Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang
berbeda serta kesetaraan jender;
4. Hasil belajar siswa secara individual didiskusikan dalam kelompok. Dalam
diskusi kelompok, setiap anggota kelompok saling memeriksa jawaban teman
satu kelompok;
5. Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan
memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari;
6. Guru memberikan kuis (posttest) kepada siswa secara individual;
14
7. Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai
peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya
(terkini).
2.1.2.5 Kelemahan dan Kelebihan Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI
Model pembelajaran kooperatif tipe TAI memiliki kekurangan dan
kelebihan. Adapun kelebihannya antara lain meminimalisasi keterlibatan guru
dalam pemeriksaan dan pengelolaan secara rutn, melibatkan guru untuk mengajar
dalam kelompok-kelompok kecil, memudahkan siswa untuk melaksanakannya
karena teknik operasi yang sederhana, memotivasi siswa untuk mempelajar materi-
materi yang diberikan dengan cepat dan akurat tanpa jalan pintas, dan
memungkinkan siswa untuk bekerja dengan siswa –siswa lain yang berbeda
sehingga tercipta sikap positif diantara mereka (Miftahul, 2013:200).
Model pembelajaran tipe TAI kelebihannya antara lain siswa yang lemah
dapat terbantu dalam menyelesaikan masalah, siswa berlatih bekerjasama dalam
kelompok, siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan
keterampilannya, adanya rasa tanggung jawab dalam kelompok dalam
menyelesaikan masalah. Sedangkan kekurangan dari pembelajaran kooperatif tipe
TAI ini adalah siswa yang kurang pandai secara tidak langsung akan bergantung
pada siswa yang pandai, dibutuhkan waktu yang lama untuk membuat dan
mengembangkan perangkat belajar, dan guru dapat mengalami kesulitan jika
jumlah siswa terlalu banyak. Model ini tidak cocok digunakan untuk kelas dengan
jumlah siswa yang banyak karena guru akan kesulitan dalam membagi kelompok
sehingga akan membutuhkan waktu yang cukup lama, siswa yang kurang pandai
akan terbiasa bergantung dengan siswa yang pandai. Di satu sisi, kelebihan dari
pembelajaran TAI ini siswa yang lemah akan terbantu dalam menyelesaikan
masalahnya, siswa yang pandai dapat mengembangkan bakat dan keterampilannya,
siswa akan saling membantu dan bekerja sama.
15
2.1.3 Hasil Belajar
2.1.3.1 Pengertian Hasil Belajar
Menurut Sudjana (2011: 22) dalam proses pembelajaran di kelas terdapat
hasil belajar. Proses adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai
tujuan pengajaran, sedangkan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang
dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Menurut Susanto (2013: 5), hasil belajar ialah perubahan-perubahan yang
terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik sebagai hasil dari kegiatan belajar.
Menurut Oemar Hamalik (Rusman, 2012:123), hasil belajar adalah bila
seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut,
misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.
Berdasarkan teori Taksonomi Bloom, hasil belajar dalam rangka studi dicapai
melalui tiga kategori ranah, antara lain kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Berdasarkan pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah hasil kecakapan manusia yang mencakup tiga aspek yang dimiliki
manusia, yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat
melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang
akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada
aspek kognitif adalah tes.
2.1.3.2 Teknik Penilaian
Secara umun teknik asesmen dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu
teknik tes dan nontes.
1. Teknis tes
Teknik tes secara harafiah berasal dari bahasa Perancis Kuno “testum”
artinya piring untuk menyisihkan logam- logam mulia. Tes merupakan alat ukur
yang standar dan objektif sehingga dapat digunakan secara meluas untuk mengukur
dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu. Dengan demikian
berarti sudah dapat dipastikan akan mampu memberikan informasi yang tepat dan
16
objektif tentang objek yang hendak diukur baik berupa psikis maupun tingkah
lakunya, sekaligus dapat membandingkan antara seseorang dengan orang lain.
Dilihat dari tujuannya dalam bidang pendidikan, tes dapat dibagi menjadi :
1) Tes kecepatan (Speed test)
Tes ini bertujuan untuk mengases peserta tes, (testi) dalam hal kecepatan,
ketepatan berpikir, atau keterampilan, baik yang bersifat spontanitas (logik)
maupun hafalan dan pemahaman dalam mata pelajaran yang telah dipelajarinya.
2) Tes Kemampuan (Power Test)
Tes ini bertujuan untuk mengases peserta tes dalam mengungkapkan
kemampuannya dalam bidang tertentu dengan tidak dibatasi secara ketat oleh
waktu yang disediakan.
3) Tes Hasil Belajar (Achievement Test)
Tes ini dimaksudkan untuk mengases hal yang telah diperoleh dalam suatu
kegiatan seperti Tes Hasil Belajar (THB), Tes Harian (Formatif) dan Tes Akhir
Semester (Sumatif). Tes ini bertujuan untuk mengases hasil belajar setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran dalam suatu kurun waktu tertentu.
4) Tes Kemajuan Belajar (Gains/ Achievment Test)
Tes kemajuan belajar disebut juga dengan tes perolehan. Tes ini dimaksudkan
untuk mengetahui kondisi awal testi sebelum pembelajaran dan kondisi akhir
testi setelah pembelajaran. Untuk mengetahui kondisi awal testi digunakan pre-
tes dan kondisi akhir testi digunakan post-tes.
5) Tes Diagnostik (Diagnostic Test)
Tes diagnostik adalah tes yang dilaksanakan untuk mendiagnosis atau
mengidentifikasi kesukaran- kesukaran dalam belajar, mendeteksi faktor- faktor
yang menyebabkan terjadinya kesukaran belajar, dan menetapkan cara
mengatasi kesukaran atau kesulitan belajar tersebut, seperti tes diagnostik
matematika.
6) Tes Formatif
Tes Formatif adalah tes hasil belajar yang digunakan untuk mengetahui sejauh
mana kemajuan belajar yang telah dicapai oleh peserta didik dalam suatu
program pembelajaran tertentu seperti tes harian, ulangan harian.
17
7) Tes Sumatif
Istilah sumatif berasal dari kata “sum” yang berarti jumlah. Dengan demikian tes
sumatif berarti tes yang ditunjukkan untuk mengetahui penguasaan peserta didik
terhadap sekumpulan materi pelajaran (pokok bahasan) yang telah dipelajari,
seperti UAN (Ujian Akhir Nasional), THB.
2. Teknik Nontes
Teknik nontes sangat penting dalam mengases peserta didik pada ranah
afektif dan psikomotor, berbeda dengan teknik tes yang lebih menekankan pada
aspek kognitif. Ada beberapa macam teknik nontes, beberapa diantaranya seperti
unjuk kerja (performance), penugasan (proyek), tugas individu, tugas kelompok,
laporan, ujian praktik. Dari keterangan di atas penulis memutuskan untuk
mengukur peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan tes formatif yang
dilaksanakan pada setiap akhir pertemuan. Untuk mencapai hasil belajar perlu
adanya pengukuran dan penilaian untuk mengetahui memperoleh informasi tingkat
perubahan atau hasil proses belajar. Menurut (Akhmad Sudrajat) pengukuran
(measurement) adalah proses pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi
numerik dari suatu tingkatan di mana peserta didik telah mencapai karakteristik
tertentu. Menurut (Akhmad Sudrajat) penilaian (assessment) adalah penerapan
berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi
tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi
(rangkaian kemampuan) peserta didik.
2.1.3.3 Bentuk Penilaian
Menurut betuknya tes dapat dibedakan menjadi dua (2) yaitu:
1. Tes Objektif
Tes objektif terdiri dari bermacam-macam jenis, yaitu pilihan ganda,
menjodohkan, benar salah, dan tes jawaban singkat atau mengisi titik-titik.
2. Tes Essay
Tes yang meminta siswa untuk menyusun jawabannya sendiri. Bagian yang
paling sukar dari pengukuran dengan tes ini adalah menimbang-nimbang dan
memutuskan kualitas jawaban yang diberikan siswa, disamping membuat
pertanyaan-pertanyaan yang baik dan jelas juga tidak mudah.
18
2.1.4 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
2.1.4.1 Pengertian IPA
Dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 pada Standar Isi, dijelaskan
bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja
tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.
Powler (Samatowa, 2010: 3) menyatakan bahwa IPA merupakan ilmu
yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendan yang sistematis yang tersusun
secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari dari hasil observasi dan
eksperimen/sistematis (teratur) yang artinya pengetahuan itu tersusun dalam suatu
sistem, tidak berdiri sendiri, satu dengan yang lainnya saling berkaitan, saling
menjelaskan sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan yang utuh, sedangkan
berlaku umum artinya pengetahuan itu tidak hanya berlaku oleh seseorang atau
beberapa orang dengan cara eksperimentasi yang sama akan memperoleh hasil yang
sama.
Sains atau IPA menurut Susanto (2013: 167) adalah usaha manusia dalam
memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta
menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapat suatu
kesimpulan.
IPA sebagai ilmu terdiri dari produk dan proses. Produk IPA terdiri atas
fakta (misalnya: orang menghirup udara dan mengeluarkan udara dari hidungnya,
biji kacang hijau muncul hipokotil dan epikotilnya dan akan bertambah panjang
ukurannya saat ditanam pada kapas dan disiram air), konsep (misalnya: udara yang
dihirup ke paru-paru, logam memuai bila dipanaskan), prinsip (misalnya:
kehidupan memerlukan energi, benda tak hidup tidak mengalami pertumbuhan),
prosedur (misalnya: pengamatan, pengukuran, tabulasi data, analisis data), teori
(misalnya: teori evolusi, teori asal mula), hukum dan postulat (misalnya, hukum
Boyle, Archimides, Postulat Kock). Semua itu merupakan produk yang diperoleh
melalui serangkaian proses penemuan ilmiah melalui metode ilmiah yang didasari
oleh sikap ilmiah.
19
Ditinjau dari segi proses, maka keterampilan proses IPA didefinisikan oleh
Paolo dan Marten (Samatowa, 2010: 5) adalah: (1) mengamati, (2) mencoba
memahami apa yang diamati, (3) mempergunakan pengetahuan baru untuk
meramalkan apa yang terjadi, (4) menguji ramalan-ramalan di bawah kondisi-
kondisi untuk melihat apakah ramaln itu benar. Salanjutnya Paolo dan Marten juga
menegaskan bahwa dalam IPA juga menyangkut coba-coba dan melakukan
kesalahan, gagal dan mencoba lagi. Ilmu Pengetahuan Alam tidak menyediakan
semua jawaban untuk semua masalah yang kita ajukan. Dalam IPA anak-anak dan
kita harus bersikap skeptis sehingga kita selalu siap memodifikasi model-model
yang kita punyai tentang alam ini sejalan dengan penemuan-penemuan baru yang
kita dapat.
Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa Ilmu
Pengetahuan Alam merupakan sebuah proses dalam menemukan produk yang
berupa fakta, konsep, prinsip dan hukum melalui serangkaian proses penemuan
ilmiah melalui metode ilmiah yang didasari oleh sikap ilmiah.
2.1.4.2 Fungsi dan Tujuan IPA
IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan
manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan.
Ditingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran yang diarahkan pada
pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan
konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana. Standar Kompetensi
(SK) dan Kompetensi Dasar (KD) di SD/MI merupakan standar minimum yang
secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam
pengembangan kurikulum disetiap satuan pendidikan.
Pembelajaran IPA di SD/MI memiliki tujuan yang hendak dicapai yang
termuat dalam Standar isi di Permendiknas no 22 tahun 2006, yaitu:
1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan
keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
2. Mengembangkan penegtahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterpkan dalam kehidupan sehari-hari.
20
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan
masyarakat.
4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah, dan membuat keputusan.
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan
melestarikan lingkungan alam.
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya
sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar
untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/Mts.
Berdasarkan penjelasan yang telah disampaikan, dapat disimpulkan bahwa
konsep-konsep IPA yang diberikan di SD secara umum bertujuan agar siswa dapat
menyadari dan ikut berpartisipasi dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan
lingkungan alam, serta menghargai alam sebagai ciptaan Tuhan. Tujuan IPA akan
berhasil bila dalam prosesnya melibatkan interaksi siswa yang optimal. Interaksi
trsebut meliputi interaksi terhadap guru dengan siswa, interaksi siswa dengan guru,
interaksi siswa dengan sesame siswa, juga interaksi siswa dengan lingkungannya.
Selain itu, tujuan pembelajaran IPA akan berhasil bila ditunjang oleh suasana yang
kondusif, suasana yang dapat memfasilitasi keberhasilan proses kegiatan
pembelajaran, sehingga mampu membangkitkan minat siswa dari ketidaktahuan
menjadi keingintahuan.
2.1.4.3 Ruang Lingkup IPA
Selain tujuan pembelajaran IPA, dalam standar isi di Permendiknas No. 22
Tahun 2006 juga disebutkan bahwa ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI
meliputi 4 aspek, yaitu:
1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan
interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan
2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas
21
3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya
dan pesawat sederhana
4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda
langit lainnya.
2.5.4 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA
Permendiknas No. 22 tahun 2006 juga memuat tentang Standar
Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI merupakan standar
minimum yang secara nasional harus dicapai oleh siswa dan menjadi acuan dalam
pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar kelas IV semester II. Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar mata pelajaran IPA di sekolah dasar adalah sebagai berikut (Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan, 2006).
Tabel 2.1
SK dan KD IPA Kelas 4 Semester II
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Energi dan
Perubahannya
7. Memahami gaya dapat
mengubah gerak
dan/atau bentuk suatu
benda
7.1 Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya
(dorongan dan tarikan) dapat mengubah gerak suatu
benda
7.2 Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya
(dorongan dan tarikan) dapat mengubah bentuk
suatu benda.
8. Memahami
berbagai bentuk energi
dan cara penggunaannya
dalam kehidupan sehari-
hari.
8.1 Mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang
terdapat di lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya.
8.2 Menjelaskan berbagai energi alternatif dan cara
penggunaannya.
8.3 Membuat suatu karya/model untuk menunjukkan
perubahan energi gerak akibat pengaruh udara,
misalnya roket dari kertas/baling-baling/pesawat
kertas/parasut.
8.4 Menjelaskan perubahan energi bunyi melalui
penggunaan alat musik.
Bumi dan Alam
Semesta
9. Memahami
perubahan kenampakan
permukaan bumi dan
9.1 Mendeskripsikan perubahan kenampakan bumi.
9.2 Mendeskripsikan posisi bulan dan kenampakan
bumi dari hari ke hari.
22
benda langit
10. Memahami
perubahan lingkungan
fisik dan pengaruhnya
terhadap daratan
10.1Mendeskripsikan berbagai penyebab perubahan
lingkungan fisik (angin, hujan, cahaya matahari,
dan gelombang air laut).
10.2Menjelaskan pengaruh perubahan lingkungan fisik
terhadap daratan (erosi, abrasi, banjir, dan longsor).
10.3Mendeskripsikan cara pencegahan kerusakan
lingkungan (erosi, abrasi, banjir, dan longsor)
11. Memahami
hubungan antara sumber
daya alam dengan
lingkungan, teknologi,
dan masyarakat
11.1 Menjelaskan hubungan antara sumber daya alam
dengan lingkungan
11.2 Menjelaskan hubungan antara sumber daya alam
dengan teknologi yang digunakan
11.3 Menjelaskan dampak pengambilan bahan alam
terhadap pelestarian lingkungan
Dari Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang sudah disebutkan
penulis memilih Standar Kompetensi memahami hubungan antara sumber daya
alam dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat dengan Kompetensi Dasar
menjelaskan hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan dan
menjelaskan hubungan antara sumber daya alam dengan teknologi yang digunakan.
Penulis memilih SK dan KD tersebut untuk dijadikan arah dan landasan untuk
mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian
kompetensi untuk penilaian.
2.1.5 Microsoft PowerPoint
2.1.5.1 Pengertian Microsoft PowerPoint
Menurut Novyan Siswanto & Akfen Effendi dalam buku Satelit TIK kelas
VIII, Microsoft PowerPoint adalah program komputer yang merupakan bagian dari
Microsoft Office yang dapat digunakan untuk mengatur dan menyajikan informasi
dalam bentuk slide yang dapat ditampilkan dalam layar proyektor.
Menurut Istiningsih (Zariasman dkk, 2012: 3) Microsoft PowerPoint
merupakan software yang akan membantu dalam menyusun sebuah presentasi yang
efektif, profesional, dan juga mudah yang menjadikan sebuah gagasan menjadi
lebih menarik dan jelas tujuannya.
23
Menurut Susilana (Khoirul, 2012 yang diambil dari
http://ekokhoerul.wordpress.com/2012/06/27/definisi-dan-keunggulan-multimedia-
powerpoint/) Microsoft PowerPoint merupakan program aplikasi persentasi dalam
komputer.
Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa Microsoft
PowerPoint merupakan software atau program bagian dari bagian Microsoft Office,
berbasis multimedia dan dirancang untuk untuk menyampaikan informasi yang
mampu menjadikannya media yang menarik.
2.1.5.2 Manfaat Microsoft PowerPoint
Microsoft PowerPoint mempunyai kegunaan, diantaranya sebagai berikut:
1. Menyelesaikan pekerjaan lebih cepat.
2. Mengatur dan mencetak slide Anda lebih efektif.
3. Presentasi berkualitas tinggi dengan pemandangan grafis.
4. Membawa lebih banyak energi dan dampak visual presentasi.
Penggunaan Microsoft PowerPoint mudah serta program PowerPoint dapat
diintegrasikan dengan Microsoft yang lainnya seperti Word, Excel, Access dan
sebagainya (Susilana, 2007: 99).
2.1.5.3 Kelebihan Microsoft PowerPoint
Menurut Herlanti (dalam Munadi, 2010: 150), keunggulan multimedia
PowerPoint antara lain:
1. Mampu menampilkan objek-objek yang sebenarnya tidak ada secara fisik
atau diistilahkan dengan imagery.
2. Mampu mengembangkan materi pembelajaran terutama membaca dan
mendengarkan secara mudah.
3. Memiliki kemampuan dalam menggabungkan semua unsur media seperti
teks, gambar, video, tabel, grafik, suara dan animasi menjadi satu kesatuan
penyajian yang terintegrasi.
24
4. Dapat mengakomodasi peserta didik sesuai dengan modalitas belajarnya
terutama bagi mereka yang memiliki tipe visual, auditif, kinestetik, atau yang
lainnya.
2.2 Penelitian yang Relevan
Penelitian terdahulu pernah dilakukan oleh Indah Setyaningrum (2012)
yang berjudul Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI ( Team Assisted
Individualization) untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika pada Siswa
Kelas VIIIA SMP Negeri 1 Gemawang Semester 2 Tahun Pelajarn 2011/2012
menunjukkan bahwa dengan adanya pembelajaran kooperatif tipe TAI dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Pada siklus I siswa yang tuntas belajar 77 % dan
siklus II sebesar 90 %.
Penelitian yang dilakukan Verena Natania Pratami (2012) yang berjudul
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar dan Aktivitas Siswa dengan Pembelajaran
Kooperatif Tipe TAI ( Team Assisted Individualization) Menggunakan Alat Peraga
Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SDN Rapah 03 Banyubiru Semester 2 Tahun
2011/1012. Dari penelitian yang sudah dilakukan, menunjukkan bahwa dengan
adanya pembelajaran kooperatif tipe TAI dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Tingkat ketuntasan pada kondisi awal adalah 41%, siklus I 70% dan pada siklus II
tingkat ketuntasan menjadi 93%.
Penelitian yang dilakukan Sri Munarsih (2012) yang berjudul Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Cooperative
Learning Tipe TAI ( Team Assisted Individualization) Bagi Siswa Kelas IV SDN
Sembung 01 Semester 2 Tahun Pelajaran 2011/2012 menunjukkan bahwa dengan
adanya pembelajaran kooperatif tipe TAI dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Tingkat ketuntasan pada kondisi awal adalah 40%, siklus I 70% dan pada siklus II
tingkat ketuntasan menjadi 100%.
Penelitian yang dilakukan oleh Tri Sarono (2013) yang berjudul
Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajarannumbered Heads
Together Berbantuan Powerpoint pada Siswa Kelas 5 SDN Gombong Kecamatan
Pecalungan Kabupaten Batang Semester I /2013-2014 menunjukkan dengan
25
berbantuan PowerPoint dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Tingkat ketuntasan
pada kondisi awal adalah 44%, siklus I 75% dan pada siklus II tingkat ketuntasan
menjadi 87,5%.
Berdasarkan hasil penelitian peneliti tersebut, maka penulis kemudian
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI berbantuan Microsoft
PowerPoint pada mata pelajaran IPA di kelas IV SD Negeri Watupawon
Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan dengan Standar Kompetensi
memahami hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan, teknologi dan
masyarakat..
2.3 Kerangka Berpikir
Dalam penelitian ini kerangka berpikir yang dapat saya sampaikan yaitu
apabila pembelajaran IPA dengan metode pembelajaran kooperatif tipe TAI
berbantuan Ms. PowerPoint, maka peserta didik Kelas IV SD Negeri Watupawon
akan mengalami peningkatan hasil belajar serta akan menjadi lebih aktif dalam
proses belajar mengajar.
Apabila dalam kegiatan belajar mengajar guru hanya menggunakan
metode ceramah dengan media yang digunakan yaitu media cetak saja, hal itu akan
membosankan bagi peserta didik sehingga siswa cenderung pasif. Guru sebagai
salah satu sumber belajar hendaknya mampu menyediakan kondisi kelas yang
kondusif dalam kegiatan belajar IPA di kelas. Sebagai perwujudannya, salah satu
kegiatan yang harus dilakukan oleh guru adalah melakukan pemilihan dan
penentuan metode pembelajaran yang tepat.
TAI merupakan metode pembelajaran yang cocok diterapkan dalam kelas
yang memiliki karakteristik yang heterogen, baik dalam kemampuan akademik,
jenis kelamin, suku, motivasi, dan lain-lain. Dalam pembelajaran kooperatif tipe
TAI berbantuan Ms. PowerPoint ini tanggung jawab siswa terhadap proses belajar
lebih besar karena siswa lebih banyak bekerja daripada sekedar mendengarkan
informasi, sehingga tipe pembelajaran ini dapat melatih tanggung jawab siswa
terhadap proses belajarnya.
26
Penerapan pembelajaran kooperatif tipe TAI berbantuan Ms. PowerPoint
pada mata pelajaran IPA diharapkan dapat tercipta suasana belajar siswa aktif yang
saling berkomunikasi, saling mendengar, saling berbagi, dan saling menghargai
berbagai pendapat. Selain itu dapat mengatasi adanya siswa yang lamban dalam
belajar, dapat melatih kerjasama, berlatih untuk dapat menerima pendapat orang
lain, berlatih sebagai pemimpin yang baik, berlatih bertanggungjawab, baik untuk
dirinya sendiri maupun bagi kelompoknya. Sehingga dari penjelasan di atas dapat
diduga bahwa dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe TAI berbantuan Ms.
PowerPoint hasil belajar IPA akan mengalami peningkatan.
Berdasarkan kerangka berpikir maka dapat dibuat alur sistematis seperti
pada gambar berikut.
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir
Kondisi
Awal
Tindakan
Awal
Kondisi
Akhir
Pembelajaran dengan
berceramah dan
menggunakan media
cetak
penggunaan
model TAI
berbantuan Ms.
PowerPoint
Hasil belajar
meningkat
Pembelajaran dilakukan
dengan menggunakan
model TAI berbantuan
Ms. PowerPoint
Hasil belajar
rendah
Siswa pasif
Siswa aktif
27
2.4 Hipotesis
Berdasarkan kerangka berfikir di atas, maka hipotesis yang dapat
dirumuskan adalah sebagai berikut: Hasil belajar IPA dapat ditingkatkan melalui
model pembelajaran kooperatif tipe Team Assested Individualization (TAI)
berbantuan Ms. Powerpoint siswa kelas 4 di SD Negeri Watupawon semester II
tahun pelajaran 2013/2014.