bab ii kajian pustakarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8113/2/t1_292009075_bab ii.pdf ·...
TRANSCRIPT
9
BAB IIKAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori
2.1.1.Hakekat Matematika dan pembelajarannya
Antonius Cahya (2006: 18) mengemukakan bahwa “Matematika
berfungsi untuk mengembangkan kemampuan bernalar melalui kegiatan
penyelidikan, eksplorasi, dan eksperimen, sebagai alat pemecahan masalah
melalui pola pikir dan model matematika, serta sebagai alat komunikasi
melalui simbol, tabel, grafik, diagram, dalam menjelaskan gagasan”.
Wahyudi dan Inawati (2009:5) mengemukakan bahwa “Matematika
merupakan suatu ilmu yang mempelajari jumlah-jumlah yang diketahui
melalui proses perhitungan dan pengukuran yang dinyatakan dengan angka-
angka atau simbol.” Matematika Sekolah Dasar digunakan untuk membekali
peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis,
dan efektif.
Menurut Depdiknas (2004) matematika sekolah adalah matematika
yang diajarkan di pendidikan dasar dan menengah. Berarti matematika SD
adalah matematika yang diajarkan di tingkat SD, matematika SMP adalah
matematika yang diajarkan di tingkat SMP, dan matematika SMA adalah
matematika yang diajarkan di tingkat SMA.
Depdiknas (2004) memaparkan fungsi matematika sekolah adalah
sebagai salah satu unsur masukan instrumental, yang memiliki obyek dasar
abstrak dan berlandaskan kebenaran konsistensi, dalam sistem proses
mengajar belajar untuk mencapai tujuan sekolah.
Depdiknas (2004) tujuan umum diberikannya matematika di jenjang
pendidikan dasar dan menengah adalah sebagai berikut:
a) Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di
dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkambang, melalui latihan
10
bertindak atas dasar pemikiran logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif
dan efisien.
b) Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola
pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari., dan dalam mempelajari
berbagai ilmu pengetahuan.
Dengan demikian tujuan umum pendidikan matematika pada jenjang
pendidikan dasar dan pendidikan menengah memberi tekanan pada penataan
nalar dan pembentukan sikap siswa serta juga memberi tekanan pada
keterampilan dan penerapan matematika.
Depdiknas (2004) tujuan pengajaran matematika di Sekolah Dasar
sebagai berikut:
a) Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung
(menggunakan bilangan sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari).
b) Menumbuhkan kemampuan siswa, yang dapat dialihgunakan, melalui
kegiatan matematika.
c) Mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bekal belajar
lebih lanjut di Sekolah Menengah Pertama (SMP).
d) Membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa siswa-siswa Sekolah
Dasar setelah selesai mempelajari matematika bukan saja diharapkan
memiliki sikap kritis, jujur, cermat, cara berpikir logis dan rasional dalam
menyelesaikan suatu masalah, melainkan juga harus mampu menerapkan
matematika dalam kehidupan sehari-hari, serta memiliki pengetahuan
matematika yang cukup kuat sebagai bekal untuk mempelajari matematika
lebih lanjut dan dalam mempelajari ilmu-ilmu lain.
Pendapat beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa matematika Sekolah
Dasar terdiri dari sistem-sistem yang terstruktur, yang masing-masing
terbentuk melalui pola penalaran secara deduktif dengan logika matematika
sebagai alat penalarannya dalam mengkomunikasikan suatu proses
perhitungan dan pengukuran yang dinyatakan dengan angka-angka.
11
Pembelajaran matematika hakikatnya adalah suatu proses yang
sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan
memungkinkan peserta didik melaksanakan pembelajaran, dan proses
tersebut berpusat pada guru mengajar. Pembelajaran matematika harus
memberikan peluang kepada peserta didik untuk berusaha dan mencari
pengalaman tentang matematika. Menurut Aisyah (Wahyudi dan
Kriswandani, 2007:47) menyimpulkan bahwa “Pembelajaran matematika
adalah pembelajaran berpusat pada kegiatan peserta didik belajar dan bukan
berpusat pada kegiatan guru mengajar”. Pembelajaran matematika
sebaiknya terdapat pendekatan yang sesuai dengan pemahaman karakteristik
matematika dalam mengembangkan kemampuan berpikir matematis.
Adam dan Hamm (Wijaya, 2012: 15) berpendapat “Pembelajaran
matematika seharusnya mempunyai peranan pengajaran yang dapat
membantu para guru untuk memberikan materi pada peserta didik secara
proporsional sesuai dengan tujuan.” Pemilihan pembelajaran yang sesuai
dengan fungsi yang ada pada pelajaran matematika.
Brunner mengatakan belajar matematika adalah belajar tentang
konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat dalam
materi-materi yang dipelajari serta menjalankan hubungan antara konsep-
konsep dan struktur-struktur itu. Lain dari itu peserta didik lebih mudah
mengingat matematika itu,bila yang dipelajari merupakan pola yang
terstruktur.”
Pemilihan pembelajaran matematika yang tepat dapat membuat
peserta didik membangunan suatu sistem yang bermakna dalam
pembelajaran, pemahaman realitas melalui pengalaman-pengalaman
interaksi sosial dengan teman sebaya, berani berargumentasi melalui
percakapan dalam kelompok kerja dengan adanya suatu pembelajaran yang
mampu mengembangkan kemampuan bernalar, bereksplorasi, dan
mengkonfirmasikan hasil dari pembelajaran apabila dalam pembelajaran
12
matematika guru dapat menyampaikan materi secara proposional sesuai
dengan tujuan matematika.
Mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan sekolah dasar
meliputi aspek-aspek sebagai berikut: (1) bilangan, (2) geometri, (3)
pengolahan data (Depdiknas, 2006). Cakupan bilangan antara lain bilangan
dan angka, perhitungan dan perkiraan. Cakupan geometri antara lain bangun
dua dimensi, tiga dimensi, tranformasi dan simetri, lokasi dan susunan
berkaitan dengan koordinat. Cakupan pengukuran berkaitan dengan
perbandingan kuantitas suaru obyek, penggunaan satuan ukuran dan
pengukuran.
2.1.2. Metode Inkuiri
Dengan metode Inkuiri, siswa dihadapkan kepada situasi untuk
menyelidiki secara bebas, menarik kesimpulan, terkaan, intuisi, dan
mencoba-coba (trial and error)”. Guru bertindak sebagai penunjuk jalan
yang membantu siswa agar mempergunakan ide, konsep, dan keterampilan
yang sudah mereka pelajari sebelumnya untuk mendapatkan pengetahuan
yang baru. Pengajuan pertanyaan yang tepat oleh guru akan merangsang
kreatifitas siswa dan membantu mereka dalam menemukan pengetahuan
yang baru tersebut. Metode ini memerlukan waktu yang relatif banyak
dalam pelaksanaannya, akan tetapi hasil belajar yang dicapai tentunya
sebanding dengan waktu yang digunakan.
Uzer Usman (2003:124) mendefinisikan metode pembelajaran inkuiri
adalah suatu cara menyampaikan pelajaran dengan penelaahan sesuatu yang
bersifat mencari secara kritis, analisis, dan argumentative (ilmiah) dengan
menggunakan langkah-langkah tertentu menuju kesimpulan. Sedangkan
Sura (dalam Oemar Hamalik, 2001:219) metode inkuiri atau penemuan
adalah proses mental dimana siswa mengasimilasi suatu konsep atau
prinsip, misalnya mengamati, menggolongkan, membuat dugaan,
menjelaskan, mengukur, dan membuat kesimpulan dan sebagainya”.
13
Metode inkuiri adalah metode mengajar yang berusaha meletakkan
dasar dan mengembangkan cara berfikir ilmiah (Sujana,2005:154).
Sedangkan Menurut Sumantri M. Dan Johar Permana (2000:142) adalah
cara penyajian pelajaran dengan memberi kesempatan kepada peserta didik
untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru. Metode
Inkuiri memungkinkan para peserta didik menemukan sendiri informasi-
informasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya, karena
Metode Inkuiri melibatkan peserta didik dalam proses-proses mental untuk
penemua suatu konsep berdasarkan informasi-informasi yang diberikan
guru.
Metode inkuiri dalam penelitian ini berupaya menanamkan dasar-
dasar berpikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran
ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam
memecahkan masalah. Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang
belajar. Peranan guru dalam pembelajaran dengan metode inkuiri adalah
sebagai pembimbing dan fasilitator. Tugas guru adalah memilih masalah
yang perlu disampaikan kepada kelas untuk dipecahkan. Namun
dimungkinkan juga bahwa masalah yang akan dipecahkan dipilih oleh
siswa. Tugas guru selanjutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi
siswa dalam rangka memecahkan masalah. Bimbingan dan pengawasan
guru masih diperlukan, tetapi intervensi terhadap kegiatan siswa dalam
pemecahan masalah harus dikurangi (Sagala, 2004).
Gulo (Trianto, 2010: 166) menyatakan bahwa pembelajaran inkuiri
berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal
seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis,
kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri
penemuannya dengan penuh percaya diri.
Dalam praktek pembelajaran, pada dasarnya pendekatan inkuiri adalah
menggunakan pendekatan konstruktivistik, dimana setiap siswa sebagai
subjek belajar dibebaskan untuk menciptakan makna dan pengertian baru
berdasarkan interaksi antara apa yang telah dimiliki, diketahui, dipercayai,
14
dengan fenomena, ide, atau informasi baru yang dipelajari. Dengan
demikian, dalam proses belajar siswa telah membawa pengertian dan
pengetahuan awal yang harus ditambah, dimodifikasi, diperbaharui, direvisi,
dan diubah oleh informasi baru yang diperoleh dalam proses belajar.
Sehingga siswa dibebaskan untuk mengungkapkan pendapatnya secara
bebas tanpa ada rasa takut akan terjadi kesalahan. Bahkan dapat dikatakan
bahwa pada pembelajaran dengan pendekatan inkuiri ini, peserta belajar
diperbolehkan untuk berbuat salah, dalam arti salah memahami konsep
secara individual. Selanjutnya guru harus meluruskan konsep yang paling
benar. Apabila semua siswa dibebaskan untuk berpendapat sekalipun belum
tepat, pasti angka partisipasi dalam pembelajaran akan meningkat secara
signifikan. Jadi metode Inkuiri adalah pelaksanaan belajar mengajar dengan
cara siswa mencari dan menemukan konsep dengan atau bantuan dari guru.
2.1.2.1. Komponen Utama Metode Inkuiri
Walaupun dalam prakteknya aplikasi metode pembelajaran inkuiri
sangat beragam, tergantung pada situasi dan kondisi sekolah, namun
dapat disebutkan bahwa pembelajaran dengan metode inkuiri memiliki 5
komponen yang umum yaitu Question, Student Engangement,
Cooperative Interaction, Performance Evaluation, dan Variety of
Resources.
1. Question.
Pembelajaran biasanya dimulai dengan sebuah pertanyaan
pembuka yang memancing rasa ingin tahu siswa dan atau kekaguman
siswa akan suatu fenomena. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya,
yang dimaksudkan sebagai pengarah ke pertanyaan inti yang akan
dipecahkan oleh siswa. Selanjutnya, guru menyampaikan pertanyaan
inti atau masalah inti yang harus dipecahkan oleh siswa. Untuk
menjawab pertanyaan ini – sesuai dengan Taxonomy Bloom – siswa
dituntut untuk melakukan beberapa langkah seperti evaluasi, sintesis,
dan analisis. Jawaban dari pertanyaan inti tidak dapat ditemukan
15
misalnya di dalam buku teks, melainkan harus dibuat atau
dikonstruksi.
2. Student Engangement.
Dalam metode inkuiri, keterlibatan aktif siswa merupakan suatu
keharusan sedangkan peran guru adalah sebagai fasilitator. Siswa
bukan secara pasif menuliskan jawaban pertanyaan pada kolom isian
atau menjawab soal-soal pada akhir bab sebuah buku, melainkan
dituntut terlibat dalam menciptakan sebuah produk yang menunjukkan
pemahaman siswa terhadap konsep yang dipelajari atau dalam
melakukan sebuah investigasi.
3. Cooperative Interaction.
Siswa diminta untuk berkomunikasi, bekerja berpasangan atau
dalam kelompok, dan mendiskusikan berbagai gagasan. Dalam hal ini,
siswa bukan sedang berkompetisi. Jawaban dari permasalahan yang
diajukan guru dapat muncul dalam berbagai bentuk, dan mungkin saja
semua jawaban benar.
4. Performance Evaluation.
Dalam menjawab permasalahan, biasanya siswa diminta untuk
membuat sebuah produk yang dapat menggambarkan pengetahuannya
mengenai permasalahan yang sedang dipecahkan. Bentuk produk ini
dapat berupa slide presentasi, grafik, poster, karangan, dan lain-lain.
Melalui produk-produk ini guru melakukan evaluasi.
5. Variety of Resources.
Siswa dapat menggunakan bermacam-macam sumber belajar,
misalnya buku teks, website, televisi, video, poster, wawancara
dengan ahli, dan lain sebagainya.
2.1.2.2. Prinsip-prinsip Metode Inkuiri
Dalam pelaksanaan metode inkuiri dalam pembelajaran di kelas,
ada beberpa prinsip-prinsip yang perlu menjadi fokus perhatian bagi
seorang guru. Dengan memperhatikan prinsip-prinsip tersebut,
16
pembelajaran yang menggunakan metode inkuiri diharapkan dapat
terlaksana dengan maksimal sesuai dengan apa yaang telah direncanakan.
Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh setiap guru
dalam penggunaan metode inkuiri, yaitu :
1. Berorientasi pada pengembangan intelektual
Tujuan utama dari metode inkuiri adalah pengembangan
kemampuan berpikir. Dengan demikian, metode ini selain berorientasi
kepada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar. Karena itu
kriteria keberhasilan dari proses pembelajaran dengan menggunakan
metode inkuiri bukan ditentukan oleh sejauh mana siswa dapat
menguasai materi pelajaran, akan tetapi sejauh mana siswa beraktifitas
mencari dan menemukan sesuatu.
2. Interaksi
Pembelajaran adalah proses interaksi, baik interaksi antara siswa
maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi antara siswa
dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti
menempatkan guru sebagai pengatur lingkungan yang mengarahkan
agar siswa bisa mengembangkan kemampuan berpikirnya melalui
interaksi mereka.
3. Bertanya
Kemampuan guru dalam bertanya pada pembelajaran yang
menggunakan metode inkuiri sangat diperlukan. Sebab dengan
memberikan pertanyaan kepada siswa akan melatih kemampuan
berpikirnya. Oleh sebab itu, kemampuan guru untuk bertanya dalam
setiap langkah inkuiri sangat diperlukan, baik bertanya untuk melacak
maupun bertanya untuk menguji kemampuan.
4. Belajar untuk berpikir
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi
belajar adalah proses berpikir (learning how to think), yakni proses
mengembangkan potensi seluruh otak, baik otak kiri maupun otak
kanan, baik otak reptil, otak limbik, maupun otak neokortek.
17
5. Keterbukaan
Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang
menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus
dibuktikan kebenarannya. Dalam metode inkuiri, tugas guru adalah
menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa
mengembangkan hipotesisnya dan secara terbuka membuktikan
kebenaran hipotesis yang diajukan.
2.1.2.3. Langkah - langkah Metode Inkuiri
Langkah-langkah yang ditempuh dalam penerapan metode inkuiri
sebagai berikut:
1. Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau
iklim pembelajaran yang responsif sehingga dapat merangsang dan
mengajak untuk berpikir memecahkan masalah. Keberhasilan metode
inkuiri sangat tergantung pada kemauan siswa untuk beraktifitas
menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah.
2. Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa
pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang
disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir
dalam mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah
yang sangat penting dalam metode inkuiri, siswa akan memperoleh
pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan
mental melalui proses berpikir.
3. Mengajukan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan
yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji
kebenarannya. Dalam langkah ini, guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengemukakan pendapatnya sesuai dengan
permasalahan yang telah diberikan. Salah satu cara yang dapat
dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam
18
memberikan hipotesis adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan
yang dapat mendorong siswa untuk dapat mengajukan jawaban
sementara. Selain itu, kemampuan berpikir yang ada pada diri siswa
akan sangat dipengaruhi oleh kedalaman wawasan yang dimiliki serta
keluasan pengalaman. Dengan demikian, setiap siswa yang kurang
mempunyai wawasan akan sulit mengembangkan hipotesis yang
rasional dan logis.
4. Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang
dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Kegiatan
mengumpulkan data meliputi percobaan atau eksperimen. Dalam
metode inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang
sangat penting dalam pengembangan intelektual. Oleh sebab itu, tugas
dan peran guru dalam tahap ini adalah mengajukan pertanyaan-
pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari
informasi yang dibutuhkan.
5. Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang
dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh
berdasarkan pengumpulan data. Yang terpenting dalam menguji
hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang
diberikan siswa. Disamping itu, menguji hipotesis juga berarti
mengembangkan kemampuan berpikir rasional.
6. Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan
temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.
Merumuskan kesimpulan merupakan hal yang utama dalam
pembelajaran, karena banyaknya data yang diperoleh menyebabkan
kesimpulan yang dirumuskan tidak fokus terhadap masalah yang
hendak dipecahkan. Oleh karena itu, untuk mencapaikan kesimpulan
19
yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data
mana yang relevan.
Langkah yang digunakan dalam metode inkuiri dimulai dengan
mengajarkan beberapa pertanyaan dengan memberikan beberapa
informasi secara singkat, diluruskan agar tidak tersesat. Berdasarkan
bahan yang ada siswa didorong untuk berfikir sendiri sehingga dapat
menemukan prinsip umum. Seberapa jauh guru dalam membimbing
siswa tergantung pada kemampuan siswaa dan materi yang dipelajari.
Metode inkuiri memberi kesempatan siswa menyelidiki dan menarik
kesimpulan.
2.1.2.4. Kelebihan Metode Inkuiri
1) Metode pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor, secara seimbang sehingga
pembelajaran akan lebih bermakna.
2) Memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya
belajar meraka.
3) Metode yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar
modern yang menganggap belajar adalah proses perudahan tingkah
laku berkat adanya perubahan.
4) Dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas
rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar yang
bagus tidak akan terlambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.
5) Pengajaran berpusat pada diri pembelajar.
6) Dalam proses belajar inkuiri, pembelajar tidak hanya belajar konsep
dan prinsip, tetapi hanya belajar konsep dan prinsip, tetapi juga
mengalami proses belajar tentang pengarahan diri, pengendalian diri,
tanggung jawab dan komunikasi sosial secara terpadu.
7) Pengajaran inkuiri dapat membentuk self concept (konsep diri).
8) Dapat memberi waktu kepada pembelajar untuk mengasimilasi dan
mengakomodasi informasi.
20
9) Dapat menghindarkan pembelajar dari cara-cara belajar tradisional
yang bersifat membosankan.
2.1.2.5. Hubungan Metode Pembelajaran Inkuiri dengan Motivasi dan Hasil
Belajar Matematika
Dengan metode pembelajaran inkuiri, siswa dihadapkan kepada
situasi untuk menyelidiki secara bebas dan menarik kesimpulan. Terkaan,
intuisi, dan mencoba-coba (trial and error)”. Guru bertindak sebagai
penunjuk jalan membantu siswa agar mempergunakan ide, konsep, dan
keterampilan yang sudah mereka pelajari sebelumnya untuk
mendapatkan pengetahuan yang baru. Pengajuan pertanyaan yang tepat
oleh guru akan merangsang kreativitas siswa dan membantu mereka
dalam menemukan pengetahuan yang baru tersebut. Sehingga nantinya
akan berpengaruh terhadap hasil belajar matematika. Metode ini
memerlukan waktu yang relatif banyak dalam pelaksanaannya, akan
tetapi hasil belajar yang dicapai tentunya sebanding dengan waktu yang
digunakan.
Pengetahuan yang baru akan melekat lebih lama apabila siswa
dilibatkan secara langsung dalam proses pemahaman dan mengkonstruksi
sendiri konsep atau pengetahuan tersebut. Metode ini bisa dilakukan baik
secara perseorangan maupun kelompok. Beberapa materi seperti
menemukan rumus luas lingkaran, dalil phytagoras, volume tabung, dan
sebagainya sangat terbantu dalam menanamkan konsep matematika.
Dengan metode Inkuiri guru bisa meminimalisir bentuk-bentuk
pengumuman saja dari rumus tersebut, tetapi lebih pada upaya siswa
yang diarahkan menemukan konsep itu dibawah bimbingan guru.
2.1.3.Motivasi Belajar
Motivasi belajar merupakan dua kata yang mempunyai makna yang
berbeda, namun kedua kata tersebut saling berhubungan dan dapat
membentuk satu arti kata. Oleh karena itu lebih jelasnya disini akan
dijelaskan mengenai pengertian dua kata tersebut.
21
Kata motivasi berasal dari bahasa Inggris yaitu motivation yang
artinya alasan, daya batin atau dorongan. Sedangkan secara etimologi
motivasi berasal dari kata motif. Kata "motif" diartikan sebagai daya upaya
yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan
sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subyek untuk melakukan
aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat
diartikan sebagai kondisi intern (kesiapsiagaan). Berawal dari kata motif,
maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi
aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan
untuk mencapai tujuan sangat dirasakan.
Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk
menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin
melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk
meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu. Jadi motivasi itu
dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu adalah tumbuh di
dalam diri seseorang (Sardiman, 2006:75).
Clifford T. Morgan dalam Wasty Soemanto (2001:206)
memberikan pengertian bahwa motivasi itu adalah sesuatu yang
berhubungan dengan tiga hal yang mana ketiga hal tersebut itu merupakan
aspek dari motivasi itu sendiri, dan ketiga hal tersebut adalah: keadaan yang
mendorong tingkah laku (motivating states), tingkah laku yang didorong
oleh keadaan tersebut (motivated behavor) serta tujuan dari tingkah laku
(goals orend of such behavior).
Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat
nonintelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah,
merasa senang dan semangat untuk belajar (Sardiman, 2007:45). Sedangkan
Handoko (2002:9) mengartikan motivasi sebagai suatu tenaga, atau faktor
yang terdapat di dalam diri manusia, yang menimbulkan, mengarahkan dan
mengorganisasikan tingkah lakunya.
Kekuatan mental yang mendorong terjadinya belajar disebut
sebagai motivasi belajar (Dimyati, Mudjiono). Motivasi dipandang sebagai
22
dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia,
termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan
yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap
dan perilaku individu belajar.
Ada tiga komponen utama dalam motivasi yaitu:
1. Kebutuhan
Kebutuhan terjadi bila individu merasa ada ketidakseimbangan
antara apa yang ia miliki dan apa yang ia harapkan.
2. Dorongan
Merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam
rangka memenuhi harapan atau pencapaian tujuan. Dorongan yang
berorientasi pada tujuan tersebut merupakan inti motivasi
3. Tujuan
Merupakan hal yang ingin dicapai oleh individu.
Pentingnya motivasi belajar bagi siswa adalah:
1. Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil akhir
2. Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar
3. Mengarahkan kegiatan belajar
4. Membesarkan semangat belajar
5. Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja
yang bersinambungan.
Motivasi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
1. Motivasi primer
Motivasi yang didasarkan pada motif-motif dasar. Motif-motif dasar
tersebut umumnya berasal dari segi biologis atau jasmani manusia.
2. Motivasi sekunder
Motivasi yang akan dipelajari. Motivasi sekunder disebut juga
motivasi sosial.
23
Sifat motivasi ada dua, yaitu:
1. Ekstrinsik
Usaha untuk mencapai prestasi akademis karena adanya kebutuhan-
kebutuhan tertentu di luar perbuatan yang akan dipenuhi.
2. Intrinsik
Usaha untuk mencapai prestasi akademis yang baik semata-mata
karena ia ingin belajar.
Dimyati dan Mudjiono (2009:97) unsur-unsur yang mempengaruhi
motivasi belajar adalah:
1. Cita-cita atau aspirasi siswa
2. Kemampuan siswa
3. Kondisi siswa
4. Kondisi lingkungan siswa
5. Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran
6. Upaya guru dalam membelajarkan siswa.
Jadi yang dimaksud motivasi belajar dalam penelitian ini adalah
suatu kekuatan mental yang mendorong terjadinya poses belajar, yang mana
kekuatan mental itu berupa keinginan, perhatian, kemauan dan cita-cita,
baik yang tergolong rendah maupun yang tinggi, yang menggerakkan
perilaku manusia termasuk perilaku belajar dengan mengaktifkan,
menggerakkan dan mengarahkan tingkah laku individu dalam belajar untuk
mencapai cita-cita dan harapannya.
Dengan motivasi belajar itu terkandung keinginan yang
mengaktifkan, mengerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap atau
perilaku individu dalam belajar. Motivasi belajar itu merupakan kekuatan
mental yang mampu mendorong terjadinya suatu proses belajar. Hal itu
biasanya dimulai dengan adanya perubahan energi personal pelajar yang
ditandai oleh reaksi-reaksi yang berupa semangat dan perilaku secara
progresif untuk mencapai tujuan belajar.
24
2.1.4. Hasil Belajar
Setiap proses belajar mengajar keberhasilannya diukur dari seberapa
jauh hasil belajar yang dicapai siswa. Hasil belajar berasal dari dua kata
dasar yaitu hasil dan belajar, istilah hasil dapat diartikan sebagai sebuah
prestasi dari apa yang telah dilakukan. Belajar dilakukan untuk
mengusahakan adanya perubahan perilaku pada individu yang belajar.
Sehingga hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia
berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Hasil belajar yang dicapai siswa
dipengaruhi oleh dua faktoryaitu faktor internal dan eksternal (Slameto,
2003: 54). Penyebab utamakesulitan belajar (Learning disabilities) adalah
faktor internal yaitu diantaranyaminat, bakat, motivasi, dan tingkat
intelegensi, sedangkan penyebab utama problema belajar (learning
problems) adalah faktor eksternal antara lain strategi pembelajaran yang
keliru, pengelolaan kegiatan belajar yang tidak membangkitkan motivasi
belajar anak, maupun faktor lingkungan yang sangat berpengaruh pada hasil
belajar yang dicapai oleh siswa.
Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui
seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Untuk
mengaktualisasikan hasil belajar tersebut diperlukan serangkaian
pengukuran menggunakan alat evaluasi yang baik dan memenuhi syarat.
Oleh karenanya, hasil belajar dapat berupa perubahan dalam kemampuan
kognitif, afektif dan psikomotorik tergantung dari tujuan pengajarannya.
2.1.4.1.Hasil Belajar Kognitif
Ranah kognitif merupakan hasil belajar yang berhubungan dengan
kemampuan intelektual. Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut
aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif
berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk didalamnya
kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis,
mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:202) dalam ranah kognitif
itu terdapat enam aspek atau jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang
25
terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi, enam aspek tersebut
antara lain:
1) Pengetahuan (Knowledge), pengenalan dan pengingatan kembali
terhadap pengetahuan tentang fakta, istilah dan prinsip-prinsip dalam
bentuk seperti belajar.
2) Pemahaman(Comprehension), kemampuan memahami/mengerti
tentang isi pelajaran yang dipelajari tanpa perlu menghubungkannya
dengan sisi pelajaran lainnya.
3) Penerapan (Application), kemampuan menggunakan generalisasi atau
abstraksi lainnya yang sesuai dalam situasi konkret atau situasi baru.
4) Analisis (Analysis), kemampuan menjabarkan isi pelajaran ke bagian-
bagian yang menjadi unsur pokok.
5) Sintesis (Synthesis), kemampuan menggabungkan unsur-unsur pokok
ke dalam struktur baru.
6) Evaluasi (Evaluation), kemampuan menilai isi pelajaran untuk suatu
maksud atau tujuan tertentu.
Aspek pengetahuan dan pemahaman merupakan kognitif tingkat
rendah, sedangkan aspek aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi termasuk
kognitif tingkat tinggi. Diantara ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris,
maka ranah kognitif paling banyak digunakan oleh guru dalam
pembelajaran di sekolah. Hal ini, karena ranah kognitif berkaitan dengan
kemampuan siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran.
Hasil belajar kognitif siswa dapat diukur melalui instrumen dalam
bentuk tes. Tes yang peneliti gunakan yaitu tes objektif dalam bentuk tes
uraian. Tes uraian, yang dalam literatur disebut juga essay examination,
merupakan alat penilaian hasil belajar yang paling tua. Secara umum tes
uraian ini adalah pertanyaan yang menuntut siswa menjawabnya dalam
bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan,
memberi alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan
pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasanya sendiri. Dengan
26
demikian, dalam tes ini dituntut kemampuan siswa dalam hal
mengekspresikan gagasannya melalui gagasan tulisan.
2.2. Kajian Yang Relevan
Hasil penelitian lain yang mendukung penelitian ini adalah:
a) Penerapan metode inkuiri dalam pembelajaran IPS untuk meningkatkan
hasil belajar siswa kelas V SDN Pecalukan 1 Kecamatan Prigen
Kabupaten Pasuruan oleh Nur Ainiyah. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa: (1) Penerapan metode inkuiri dalam pembelajaran IPS pada siswa
kelas V SDN Pecalukan 1 Kecamatan Prigen Kabupaten Pasuruan dapat
berjalan dengan lancar dengan melalui beberapa tahapan, yaitu perumusan
masalah, perumusan hipotesis, mendeskripsikan definisi istilah,
pengumpulan data, evaluasi dan analisis data, dan pengujian hipotesis. (2)
aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II
yang ditunjukkan dengan bertambah banyaknya siswa yang aktif dalam
pembelajaran pada setiap aspek yang dinilai, yaitu: mengajukan
pertanyaan meningkat sebesar 13%, mengemukakan pendapat meningkat
sebesar 16%, menjawab pertanyaan meningkat sebesar 13%, bekerja sama
dalam kelompok meningkat sebesar 11%, dan melakukan diskusi
kelompok meningkat sebesar 5%, (3) hasil belajar siswa mengalami
peningkatan dari siklus I ke siklus II yang ditunjukkan dengan banyaknya
siswa yang menjawab benar sehingga nilai hasil evaluasi siswa mengalami
peningkatan. Nilai rata-rata kelas pada observasi awal 61, meningkat
menjadi 70,2 pada pertemuan pertama siklus I, meningkat menjadi 80,8
pada pertemuan kedua siklus I, dan meningkat menjadi 86 pada siklus II.
Ketuntasan klasikal pada pertemuan pertama siklus I yaitu 29% meningkat
menjadi 59% pada pertemuan kedua siklus I, dan meningkat menjadi 94%
pada siklus II. Besarnya peningkatan ketuntasan klasikal dari pertemuan
pertama ke pertemuan kedua siklus I adalah 30%, dan dari pertemuan
kedua siklus I ke siklus II adalah 35%.
27
b) Penerapan metode inkuiri untuk meningkatkan Hasil Belajar Ilmu
Pengetahuan Alam siswa kelas 4 SD Negeri 3 Tunggak, Kecamatan Toroh,
Kabupaten Grobogan pada Semester 2 Tahun Pelajaran 2011/2012. Hasil
penelitian menunjukan bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan.
Pada prasiklus nilai rata-rata kelas 58.5 dengan ketuntasan belajar 40 %,
pada siklus 1 meningkat menjadi 72 dan 70 % dan pada siklus 2 menjadi
82 dengan ketuntasan 90%. Dari hasil observasi dapat disimpulkan bahwa
proses pembelajaran IPA berlangsung dengan aktif, siswa sudah saling
berinteraksi lebih aktif dalam pembelajaran. Kemampuan guru dalam
mengelola proses pembelajaran mengalami perubahan positif. Pengelolaan
pembelajaran guru pada siklus 1 berada pada kategori baik dan pada siklus
2 berada pada kategori sangat baik.
Kajian relevan di atas mempunyai persamaan serta perbedaan dengan
penelitian ini. Dilihat dari variabel yang diteliti serta proses
pelaksanaannya, maka dapat diuraikan:
1. Kajian yang pertama untuk mengetahui aktivitas
siswa dalam proses pembelajaran.
2. Aktivitas merupakan bagian dari motivasi, karena
dengan adanya motivasi maka akan diwujudkan ke dalam suatu
tindakan/perbuatan (aktivitas).
3. Dalam observasi yang dilakukan sama-sama
mempunyai tujuan untuk mengetahui kegiatan siswa saat proses
pembelajaran, serta untuk mengetahui kemampuan guru dalam
mengelola proses pembelajaran.
2.3. Kerangka Pikir
Langkah awal untuk mencapai hasil pembelajaran yang diharapkan
pada mata pelajaran matematika, guru harus dapat menentukan metode dan
media yang tepat dan tidak asing bagi siswa. Penentuan metode dan media
yang tepat dalam proses pembelajaran ini akan sangat menentukan berhasil
tidaknya penyampaian materi kepada siswa. Dalam proses pembelajaran guru
hendaknya tidak berprinsip sebagai satu-satunya sumber ilmu tetapi lebih
28
bersifat sebagai penasihat, fasilitator dan innovator sehingga mengurangi
verbalisme siswa dalam upaya memahami mata pelajaran matematika.
Kondisi siswa yang kurang memiliki motivasi belajar sudah tentu tidak
mampu menghasilkan hasil belajar yang memuaskan. Dalam kaitannya
dengan materi pelajaran matematika, selama ini siswa cenderung tidak
memiliki minat untuk mempelajarinya. Hal ini tidak terlepas dari pemilihan
metode pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam
proses belajar mengajar yang akan berpengaruh pada hasil belajar.
2.4. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian kerangka pikir, maka hipotesis tindakan penelitian
dalam penelitian ini adalah:
1. Penerapan metode pembelajaran Inkuiri dapat meningkatkan motivasi
belajar matematika pada siswa kelas 4 SD Negeri Salatiga 01 kota
Salatiga semester 2 tahun pelajaran 2012/2013.
2. Penerapan metode pembelajaran Inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar
matematika pada siswa kelas 4 SD Negeri Salatiga 01 kota Salatiga
semester 2 tahun pelajaran 2012/2013.
3. Penerapan metode pembelajaran Inkuiri dapat meningkatkan motivasi
belajar matematika pada siswa kelas 4 SD Negeri Salatiga 01 kota
Salatiga semester 2 tahun pelajaran 2012/2013.
4. Penerapan metode pembelajaran Inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar
matematika pada siswa kelas 4 SD Negeri Salatiga 01 kota Salatiga
semester 2 tahun pelajaran 2012/2013.
Jika pembelajaran ini dilakukan dengan teori yang dipakai melalui
beberapa langkah, yaitu:
1. Orientasi
Membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif sehingga
dapat merangsang dan mengajak untuk berpikir memecahkan masalah.
2. Merumuskan masalah
Membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki.
29
3. Mengajukan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang
sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji
kebenarannya. Dalam langkah ini, guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengemukakan pendapatnya sesuai dengan permasalahan
yang telah diberikan.
4. Mengumpulkan data
Aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji
hipotesis yang diajukan.
5. Menguji hipotesis
Proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan
data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.
6. Merumuskan kesimpulan
Proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil
pengujian hipotesis.