bab ii - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16542/2/t1_292013187_bab...
TRANSCRIPT
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Model Pembelajaran
2.1.1 Penertian Model Pembelajaran
Model mengajar menurut Joyce dan Weil (Dimyanti 2006) adalah “suatu
deskripsi dari lingkungan belajar yang menggambarkan perencanaan kurikulum,
kursus-kursus, desain unit-unit pelajaran dan pembelajaran, perlengkapan belajar,
buku-buku pelajaran, buku-buku kerja, program multimedia dan bantuan belajar
melalui program komputer”. Sedangkan menurut Menurut Agus Suprijono (2009:
46) “model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas ataupun tutorial”. Sedangkan menurut Naniek
(2010: 7) “model pembelajaran adalah pola interaksi antara mahasiswa, dosen, dan
materi pembelajaran yang mencangkup strategi, pendekatan, metode, dan teknik
pembelajaran”.
Menurut Soekamto (Trianto, 2011: 22) “model pembelajaran adalah kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfugsi sebagai
pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan
aktivitas belajar mengajar”. sejalan dengan Sanjaya (2006: 103) menyatakan bahwa
“model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman para perancang pembelajaran dan
para pengajar dalam merencanakan aktifitas belajar mengajar”.
Menyimpulkan dari beberapa pendapat ahli tersebut dapat diartikan bahwa
model pembelajaran adalah langkah atau prosedur sistematis yang merupakan
deskripsi dari lingkungan belajar yang mencangkup strategi, pendekatan, metode, dan
teknik pembelajaran dan dijadikan pedoman seorang pengajar agar bisa memberikan
pengalaman belajar siswa dan dapat mencapai tujuan awal pembelajaran.
7
2.2 Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Trianto (2011: 67) model pembelajaran Problem Based Learning merupakan
suatu model pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang
membutuhkan penyelidikan autentik yakni penyelidikan yang membutuhkan
penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata. Sedangkan menurut Suyadi (2013:
130) “Problem Based Learning adalah pembelajaran yang berorientasi pada masalah
yang autentik dan relevan yang bertujuan untuk memecahkan masalah secara
terbuka”. Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif
untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa
untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyususn
penegetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya (Ratumanan dalam
Trianto 2011: 68).
Hamruni (Suyadi: 2013) mengatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah
(PBL) dikembangkan dari filasafat konstruktivisme, yang menyatakan kebenaran
merupakan konstruksi pengetahuan secara otonom. Artinya, peserta didik akan
menyusun pengetahuan yang telah dimiliki dan dari semua pengetahuan baru yang
diperoleh. Menurut Suyadi (2013: 130), pembelajaran berbasis masalah adalah
penyampaian pembelajaran yang berorientasi pada pemecahan masalah secara
terbuka. Tujuan utama dari pendidikan adalah memecahkan masalah-masalah dalam
kehidupan.
Dari beberapa pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa problem based learning
adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran yang menjadikan masalah sebagai bahan
utama dalam pembelajaran dimana siswa dihadapkan langsung pada masalah yang
ada di dunia nyata untuk diselesaikan.
8
2.2.2 Komponen Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Joyce, Weil dan Calhoun (2009: 104) memaparkan bahwa model
pembelajaran mengandung beberapa unsur yaitu, sintakmatik (tahap-tahap kegiatan),
sistem sosial (situasi atau suasana), prinsip reaksi (perilaku guru terhadap siswa),
sistem pendukung (sarana dan alat), dan dampak instruksional dan pengiring. Unsur-
unsur yang terkandung dalam model PBL adalah sebagai berikut:
1. Sintaks, menurut Sani (2014: 157) model pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) harus melalui 5 tahap yang telah ditentukan, yaitu: 1) Memberikan
orientasi permasalahan kepada peserta didik, 2) Mengorganisasikan peserta
didik untuk penyelidikan, 3) Pelaksanaan investigasi, 4) Mengembangkan dan
menyajikan hasil, 5) Menganalisis dan mengevaluasi proses penyelidikan.
2. Prinsip reaksi, peran guru dalam model pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) sebagai fasilitator dalam artian guru memfasilitasi siswa dalam
pembelajaran, yaitu guru mengorientasikan masalah pada masing-masing
kelompok. Guru membimbing kerjasama tiap kelompok untuk memastikan
bahwa setiap kelompok mendiskusikan bagaimana cara penyelesaian masalah.
Setelah siswa menemukan solusi utama dari permasalahan yang telah diberikan
pada setiap kelompok. Guru mengkoordinir siswa secara perwakilan untuk
menyampaikan hasil diskusi ke depan kelas. Guru memberikan konfirmasi dari
hasil jawaban yang telah disampaikan oleh siswa. Dalam rangka menguasai hasil
belajar masing-masing siswa, guru memberikan soal evaluasi secara individual.
3. Sistem sosial yang terdapat dalam model ini adalah menghargai pendapat teman
ketika berdiskusi dan bersikap toleransi. Siswa saling berpendapat saat berdiskusi
kelompok sehingga akan melatih siswa untuk saling menghargai teman dan
memutuskan solusi utama yang terbaik dengan kesepakatan anggota
kelompoknya.
4. Daya dukung, bahan pendukung yang utama dibutuhkan dalam pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) adalah ketersediaan bahan ajar yang akan
9
diberikan kepada siswa untuk masing-masing kelompok. Bahan tersebut dapat
berupa materi maupun soal latihan. Daya dukung yang tidak kalah penting yaitu
lingkungan fisik/ruang kelas yang bersih dan nyaman. Ketersediaan sarana dan
prasarana berupa meja, kursi, papan tulis, dll. Selain itu, guru harus
mempersiapkan instrumen kuis individual. Guru juga harus mempersiapkan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), agar pembelajaran dapat berjalan
dengan baik sehingga mampu mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan
dan mempersiapkan daftar tingkat prestasi siswa untuk acuan pembagian
kelompok.
5. Dampak Instruksional dan Dampak Pengiring merupakan hasil belajar siswa
setelah melakukan kegiatan pembelajaran. Dampak instruksional yang secara
umum dimiliki siswa setelah mengikuti yaitu siswa mampu bertransisi kedalam
tim secara efisien, membangun pengetahuannya melalui diskusi dengan teman
sebaya, sehingga siswa bisa lebih bebas ekspresi tanpa ada rasa takut. Siswa kan
terbiasa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran, tidak hanya mendengarkan
penjelasan dari guru.
Berdasarkan pendapat Nurhadi, Trianto dan Arends dapat dikemukakan bahwa
model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) memiliki komponen: 1) suatu
sistem pembelajaran, 2) memiliki permasalahan pembelajaran, 3) membutuhkan
penyelidikan untuk memecahkan masalah, 4) siswa dapat menyusun pengetahuannya
sendiri. Kesimpulan dari beberapa komponen (PBL) di atas adalah sistem
pembelajaran yang berbasis pada masalah pembelajaran, yang membutuhkan
penyelidikan ilmiah untuk memecahkan masalah, sehingga siswa dapat menyusun
pengetahuannya sendiri. Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat
mengembangkan kemandirian siswa melalui pemecahan masalah pembelajaran yang
bermakna bagi kehidupan siswa.
Secara khusus, dampak instruksional yang ditimbulkan dari pembelajaran
melalui model PBL adalah kemampuan untuk menyelesaikan suatu permasalahan.
Dampak pengiring adalah kemampuan lain yang muncul dari suasana pembelajaran
10
yang dialami siswa diluar arahan dari guru. Secara umum dampak pengiring yang
timbul dari pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran PBL adalah
siswa dapat saling menghargai pendepat orang lain melalui diskusi kelompok.
Sedangkan, dampak pengiring yang akan didapatkan siswa melalui pembelajaran
mennggunakan model PBL adalah melatih kerjasama, toleransi, kejujuran, kritis,
ketekunan, menumbuhkan sikap disiplin, dan tanggung jawab.
2.2.3 Karakteristik PBL
Setiap model pembelajaran memiliki ciri/karakteristik tertentu yang berbeda-
beda. Mengutip pendapat Rusman (2011: 232) berpendapat sebagai berikut.
Karakteristik pembelajaran berbasis masalah antara lain: a) masalah sebagai
starting point dalam belajar, b) masalah yang disajikan ada dalam dunia nyata, c)
permasalahan membutuhkan pespektif ganda, d) permasalahan menarik dan
memancing rasa ingin tahu siswa, e) diutamakan belajar mandiri, f) sumber
belajar dari aneka sumber, g) belajar bekerja sama dan berkomunikasi, h) proses
pemecahan masalah sekaligus sebagai penguasaan isi pengetahuan, i)
keterbukaan dalam pembelajaran, dan j) melibatkan evaluasi dan review
pengalaman siswa dan proses belajar.
Senada dengan kedua pendapat di atas, Wina Sanjaya (Suyadi: 2013)
menyebutkan beberapa karakteristik PBL yaitu 1) serangkaian aktivitas yang
menuntut siswa untuk aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan
menyimpulkan, 2) aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah,
dan 3) pemecahan masalah dilakukan dengan pendekatan berpikir secara ilmiah.
Dari penjelasan di atas, peneliti menyatakan bahwa beberapa ciri/karakteristik
utama yang harus ada dalam PBL di SD yaitu 1) fokus pembelajaran berada pada
masalah, 2) siswa bertugas untuk mencari solusi masalah yang disajikan baik bekerja
mandiri maupun berkelompok, 3) sumber belajar bervariasi tidak hanya dari buku,
dan 4) guru hanya sebagai fasilitator.
11
2.2.4 Manfaat PBL
Model pembelajaran Problem based Learning memiliki berbagai macam
manfaat. Menurut M. Taufiq Amir (2009: 27), PBL memiliki beberapa manfaat
antara lain 1) menjadi lebih ingat dan meningkatkan pemahaman atas materi ajar, 2)
meningkatkan fokus pada pengetahuan yang relevan, 3) mendorong untuk berpikir, 4)
membangun keterampilan soft skill, 5) membangun kecakapan belajar, dan 6)
memotivasi siswa belajar. Sedangakan menurut Smith dalam Taufiq Amir (2009: 27)
juga menyatakan bahwa dengan menggunakan PBL maka siswa akan memperoleh
beberapa manfaat yaitu: meningkat kecakapan pemecahan masalahnya, lebih mudah
mengingat, meningkat pemahamannya, meningkat pengetahuannya yang relevan
dengan dunia praktik, mendorong mereka penuh pemikiran, membangun kemampuan
kepemimpinan dan kerja sama, kecakapan belajar, dan memotivasi siswa dalam
belajar.
Manfaat PBL yang ingin dicapai untuk siswa SDN Kauman Kidul yaitu
meningkatkan pemahaman atas materi perubahan energi yang terjadi di Indonesia,
dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan keterampilan mengatasi masalah
siswa yang ada disekitar lingkungan masyarakat.
2.2.5 Langkah-langkah dalam pembelajaran problem based learning
Rusmono (2012: 81) menyebutkan tahapan pembelajaran dengan strategi PBL
yaitu 1) mengorganisasikan siswa kepada masalah, 2) mengorganisasikan siswa untuk
belajar, 3) membantu penyelidikan mandii dan kelompok, 4) mengembangkan dan
mempresentasikan hasil karya serta pameran, dan 5) menganalisis dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah. Menurut sugiyanto (2010: 159) terdapat beberapa
tahapan dalam pembelajaran model PBL dan perilaku yang dibutuhkan oleh guru
yaitu:
12
Tabel 2.1
Sintak Pembelaajaran Problem Based learning
No Fase Perilaku Guru
1. Memeberikan orientasi
tentang permasalahan pada
siswa
Guru membahas tentang tujuan pembelajaran mendiskripsikan
dan member mtivasi kepada siswa ikut terlibat dalam
pemecahan masalah.
2. Mengorganisasikan siswa
untuk mandiri
Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas-tugas belajar yang terkait dengan
permasalahanya
3. Membantu investigasi
mandiri dan kelompok
Guru mendorong siswa untuk mendapatkan informasi yang
tepat melakukan eksperimen dan mencari penjelasan dan solusi
4. Mengembangkan dan
mempresentasikan hasil
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan
hasil-hasil yang tepat. Seperti laporan rekaman, video dan
model-model dan membantu menyampaikan kepada orang lain
5. Menganilis dan
mengevaluasi proses
mengatasi masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi terhadap
investigasinya dan proses-proses yang mereka gunakan
2.2.6 Kelebihan dan kekurangan Problem Based Learning
Pembelajaran berbasis masalah memiliki kelebihan tersendiri dibandingkan
dengan model pembelajaran yang lain. Kelebihan pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) menurut Uden dan Beaumont dalam Suprihatiningrum (2014: 57)
yaitu: 1) Mampu mengingat lebih baik informasi yang didapat, 2) Mengembangkan
kemampuan pemecahan masalah, berfikir kritis, dan keterampilan komunikasi, 3)
Mengembangkan pengetahuan secara integrasi, 4) Menikmati belajar, 5)
Meningkatkan motivasi, 6) Bagus dalam kerja kelompok, 7) Mengembangkan belajar
strategi, 8) Meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
Kemendikbud 2013 menyebutkan ada beberapa kelebihan model
pembelajaran berbasis masalah/PBL yaitu 1) terjadi pembelajaran bermakna, 2)
dalam situasi PBL, siswa dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilan scara
simultan dalam konteks yang relevan, dan 3) PBL dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif siswa dalam bekerja, motivasi internal untuk
belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.
Adapun kelemahan model Problem Based Learning Menurut Sanjaya (2011:
221) sebagai berikut: 1) Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai
13
kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka
akan merasa enggan untuk mencoba, 2) Keberhasilan model pembelajaran
membutuhkan waktu untuk persiapan, 3) Tanpa pemahaman mengapa mereka
berusaha untuk memecahkan masalah yang dipelajari, maka mereka tudak akan
belajar apa yang mereka ingin pelajari. Namun kelamahan yang terdapat dapat dalam
problem based learning dapat diatasi dengan persiapan yang matang oleh guru dan
juga motivasi dari guru untuk tidak mudah menyerah.
2.2.7 Pembelajaran Tematik dengan Menggunakan Perlakuan Model Problem
Based Learning (PBL)
Penerapan kurikulum 2013 memerlukan perubahan pandangan pembelajaran, di
mana peserta didik dilatih untuk belajar mengobservasi, mengajukan pertanyaan,
mengumpulkan data, menganalisis data dan mengkomunikasikan hasil belajar. Agar
tercipta kegiatan-kegiatan di atas guru perlu menggunakan model pembelajaran.
Penggunaan model pembelajaranpun tidak serta merta dilakukan tanpa adanya
perencanaan. Perancanaan adalah langkah-langkah yang akan dilakukan daklam
kelas. Menurut Arends (2011:401) Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam
pelaksanaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) akan dipaparkan
pada tabel 2.1 di bawah ini:
Tabel 2.2
Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran dengan menggunakan model PBL
Tahapan
Pelaksanaan
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Mengorientasi
masalah kepada
siswa
1. Guru membagi siswa ke
beberapa kelompok, tiap
kelompok terdiridari 4-5 siswa.
2. Guru menjelaskan tugas
kelompok yang akan
didiskusikan bersama anggota
kelompoknya.
3. Guru memastikan setiap
kelompok telah mendapatkan
tugas yang akan didiskusikan
bersama anggota kelompoknya
1. Siswa terbagi menjadi beberapa
kelompok, setiap kelompok
beranggotakan 4-5 siswa.
2. Siswa mendengarkan penjelaskan
dari guru mengenai tugas kelompok
yang akan didiskusikan besama
anggota kelompoknya.
3. Siswa mencatat permasalahan
yang telah disampaikan oleh guru.
14
Mengorganisasikan
siswa untuk belajar
4. Guru memastikan siswa
disetiap kelompok telah
mendapatkan kelompok.
5. Guru memastikan siswa
dalam posisi diskusi dengan
angota kelompoknya.
4. Siswa duduk bersama anggota
kelompoknyaa untuk berdiskusi.
Mendukung
kelompok investigasi
6. Guru mengawasi siswa saat
berlangsungnya diskusi
kelompok.
7. Guru membimbing setiap
kelompok saat melakukan
diskusi.
8. Guru memastikan setiap
kelompok telah menemukan
solusi yang tepat dari
permasalahan yang telah
diberikan
9. Guru memastikan setiap
kelompok untuk saling
menyepakati solusi terbaik yang
telah didiskusikan bersama
5. Siswa berdiskusi dengan anggota
kelompoknya dan menemukan
penyebab dari permasalahan yang
telah ada.
6. Siswa berdikusi dengan anggota
kelompoknya, diluar bimbingan
guru.
7. Siswa berdiskusi dengan anggota
kelompoknya dengan bimbingan
guru.
8. Siswa disetiap anggota kelompok
saling menyepakati solusi terbaik
yang telah didiskusikan bersama.
Mengembangkan dan
menyajikan artefak
dan memamerkannya
10. Guru memastikan semua
kelompok telah selesai
mengerjakan tugas.
11. Guru mengkoordinnir setiap
perwakilan kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusi
ke depan kelas.
12. Guru meminta siswa untuk
mempresentasikan hasil diskusi
secara bergantian di depan
kelas.
9.Siswa memastikan untuk solusi
yang telah didiskusikan bersama.
10.Siswa mempresentasikan hasil
diskusi kelompok.
11.Siswa mempresentasikan hasil
diskusi secara bergantian
Menganalisis dan
mengevaluasi proses
penyelesaian
masalah
13. Guru mengkonfirmasi
jawaban dari kelompok yang
telah mempresentasikan hasil
diskusinya.
12. Siswa menerima kofirmasi dari
guru mengenai jawaban dari hasil
diskusi. Siswa mempresentasikan
hasil diskusi kelompok.
Sumber: Arends (2011: 401)
2.3 Model Pembelajaran Inquri
2.3.1 Penertian Model Pembelajaran Inquri
Inquri berasal dari bahsa inggris dalam bahsa indonesia yang berarti proses
bertanya dan mencari tau jawaban. Sanjaya (2013: 196) menjelaskan bahwa model
15
pembelajaran Inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada
proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri
jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Selanjutnya Sani (2014: 89) Inkuiri
adalah investigasi tentang ide, pertanyaan, atau permasalahan. Investigasi yang
dilakukan dapat berupa kegiatan laboratorium atau aktivittas lainnya yang dapat
digunakan untuk mengumpulkan informasi. Proses yang dilakukan mencakup
pengumpulan informasi, membangun pengetahuan, dan mengembangkan pemahaman
yang mendalam tentang sesuatu yang diselidiki. Sedangkan menurut Alberta
Learning dalam Sani (2014: 88) pembelajaran berbasis Inkuiri adalah pembelajaran
yang melibatkan siswa dalam merumuskan pertanyaan yang mengarahkan untuk
melakukan investigasi dalam upaya membangun pengetahuan dan makna baru.
Pengertian Inquri dari pendapat ketiga ahli di atas memiliki kesamaan yaitu
sebuah model pembelajaran sebelum memecahkan terlebuh dahulu melkaukan
investigasi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembalajaran Inquri adalah
pembelajaran yang melibatkan siswa untuk mencari informasi, mengembangkan
pengetahuan, melakukan investigasi untuk mengembangkan pemahaman dan
mendapatkan pengetahuan baru dari masalah.
2.3.2 langakah-langakah Inquri
Langkah-langkah Inkuiri menurut Sanjaya (2014: 202) yaitu: 1) Orientasi,
yaitu langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif, 2)
Merumuskan masalah, yaitu siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat, 3)
Merumuskan hipotesis, yaitu merumuskan jawaban sementari mengenai masalah
yang sedang dikaji, 4)Mengumpulkan data, yaitu siswa memilih informasi yang
dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan, 5) Menguji hipotesis, yaitu proses
menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang
diperoleh berdasarkan pengumpulan data, 6) Merumuskan kesimpulan, yaitu proses
mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.
16
Sintaks pembelajaran Inquri, menurut Sani (2014: 97) penerapan model
Inkuiri memilki 5 tahapan yang harus dilalui, yaitu: Tahap 1 Dihadapkan dengan
permasalahan yaitu siswa dihadapkan pada penyajian fenomena yang menimbulkan
konflik kognitif yang akan menuntun mereka menemukan jawaban dari permasalahan
yang diujikan, Tahap 2 : Pengumpulan data untuk verifikasi yaitu siswa
mengumpulkan informasi tentang permasalahan yang kemudian akan diverifikasi,
Tahap 3 : Pengumpulan data dalam eksperimen yaitu siswa memilih informasi
berdasarkan fakta yang relevan dengan permasalahan kemudian dirumuskan dan diuji
hipotesisnya terkait sebab-akibat, Tahap 4 : Organisasi, perumusan, dan penjelasan
yaitu siswa akan menentukan jawaban yang tepat dari permasalahan yang ada,
kemudian dirumuskan dan dijelaskan menggunakan fakta-fakta yang ada, Tahap 5 :
Menganilisis proses Inkuiri yaitu tahap menganalisis strategi inkuiri yang dilakukan
dan dikembangkan yang lebih afektif.
2.4 Prestasi belajar
Prestasi belajar terdiri dari dua kata yaitu prestasi dan belajar. Prestasi memiliki
pengertian tentang hasil yang diperoleh oleh sesorang yang telah berhasil
menyelesaikan serangkaian tugas kerja atau usaha. Dalam Besar Bahasa Indonesia
prestasi belajar adalah “hasil yang telah dicapai (dikerjakan, dilakukan dsb)” (pusat
pembinaan dan pengembangan bahasa). Belajar adalah suatu prosoes usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengelamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungan (Slameto, 2010: 2). Oleh karena itu, dapat dikatan belajar merupakan
usaha seseorang untuk mendapatkan hasil yang lebih baik lagi. Sedangakan Menurut
Fuad Hasan (1982: 38) prestasi adalah “1. Pencapain belajar seteleah belajar. 2.
Derajat keberhasilan yang dicapai dalam suatu tugas, mis: menyelesaikan suatu test.”
Sehingga dapat dikatan bahwa prestasi adalah keberhasilan yang didapat setelah
melakukan belajar.
17
Dari beberapa definisi belajar dan prestasi di atas maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa prestasi belajar adalah hasil dari pengukuran dan penilaian usaha
belajar. Prestasi belajar merupakan tolak ukur yang utama untuk mengetahui
keberhasilan belajar seseorang. Seseorang yang prestasinya tinggi dapat dikatakan
bahwa ia telah berhasil dalam belajar (Slameto, 2010: 17). Oleh karena itu, prestasi
belajar merupakan pengusaan kemempuan yang dimiliki peserta didik dalam suatu
pelajaran tertentu. Karena pada dasarnya usaha yang dilakukan guru dan peserta didik
bertujuan untuk mendapatkan prestasi yang tinggi.
Nana Sudjana (2005: 22) menjelasakn bahawa “Prestasi belajar atau hasil
belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya”. Jadi dari beberapa pengertian prestasi belajar diatas dapat
disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh peserta didik
secara optimal dengan adanya perkembangan diri yang dinyatakan dengan cara-cara
bertingkah laku baru berkat adanya pengalaman dilapangan.
2.4.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Pada hakekatnya prestasi belajar merupakan interaksi dari beberapa faktor.
Pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar sangat penting
dalam rangka membantu peserta didik dalam mencapai prestasi yang terbaik.
Menurut Slameto (2010: 54) ada 2 faktor yang berhubungan dengan prestasi belajar,
yaitu:
1) Faktor Intern
Faktor intern meliputi tiga faktor yaitu jasmani, psikologis dan kelelahan.
a) Faktor jasmani, antara llai nkesehatan dan cacat tubuh
b) Faktor psikologi, antara lain intelegensi, perhatian, minat, bakat, motivasi,
kematangan dan kesiapan.
c) Faktor kelelahan, antara lain berupa kelelahan jasmani dann rohani.
Kelelahan ini dan diatasi dengan istirahat, tidur, mengatur jam belajar dan
sebagaianya.
18
2) Faktor Ekstern
Faktor ekstern meliputi faktor yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat.
a) Keluarga, berupa sikap orang tua yang mendukung anak untuk lebih giat
belajar, puji-pujian yang diberikan orang tua dan sebaginya.
b) Sekolah mencakup metode mengajar, kurikulum, lingkungan sekolah,
realisasi guru dan siswa, disiplin sekolah dan sbagainya.
c) c) Masyarakat, hal ini terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat,
teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat.
prestasi belajar merupakan hasil interaksi dari faktor internal dan faktor
eksternal yanng berhubungan dengan prestasi belajar. Dapat dikatakan faktor internal
dan faktor eksternal tersebut berhubungan kuat dengan prestasi belajar. Apabila salah
satu faktor tersebut mengalami sebuah gangguan maka akan berpengaruh terhadap
faktor lainya. Dengan prestasi belajar yang di dorong oleh faktor internal dan
eksternal yang dimiliki akan membuat siswa SD memiliki kemamuan untuk
melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi.
2.5 Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik sebagai model pembelajaran yang termasuk dalam model
pembelajaran terpadu. Pembelajaran tematik adalah model pembelajaran terpady
yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat
memberikan pengalaman bermakna kepada siswa (Depdiknas, 2006: 5). Proses
pembelajaran tematik menggunakan pendekatan scientific menurut Kemendikbud
(2013) dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada siswa dalam mengenal,
memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa
berasak dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru.
Hal ini karena proses pembelajaran harus menyentuh tiga ranah yaitu sikap,
pengetahuan dan keterampilan.
Prabowo (2002: 2) mengemukakan, pembelajaran terpadu (tematik) merupakan
suatu proses pembelajaran dengan melibatkan atau mengkaitkan berbagai bidang
19
studi. Pembelajaran terpadu, merupakan pendekatan belajar mengajar yang
memperhatikan dan menyesuaikan dengan tingkat perkembangan anak didik. Istilah
pembelajaran tematik pada dasarnya adalah model pembelajaran terpadu yang
menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat
memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Sutrijo dan Mamik (dalam
Suryosubroto, 2009: 133) mengemukakan bahwa pembelajaran tematik merupakan
satu usaha untuk mengintergrasikan pengetahuan, keterampilan, nilau atau sikap
pembelajaran serta pemikiran yang kreatif dengan menggunakan tema.
Tujuan kurikulum 2013 menurut Permendikbud no 57 tahun 2013 yaitu untuk
mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi
dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu
berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban
dunia. Karakteristik kurikulum 2013 menurut Permendikbud no 57 tahun 2013
sebagai berikut: 1) Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap
spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan
intelektual dan psikomotorik, 2) Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang
memberikan pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa
yang dipelajari di sekolah kemasyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai
sumber belajar, 3) Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta
menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat, 4) Memberi waktu
yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan
keterampilan, 5) Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang
dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran, 6) Kompetensi inti kelas
menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements) kompetensi dasar, di mana
semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai
kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti, 7) Kompetensi dasar
dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced)
dan memperkaya (enriched) antar mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi
horizontal dan vertikal).
20
Tema berperan sebagai pemersatu kegiatan pembelajaran dengan memadukan
beberapa muatan pelajaran sekaligus. Adapun muatan pelajaran yang dipadukan
adalah muatan pelajaran PPKn, bahasa indonesia, IPS, IPA, matematika, seni budaya
dan prakarya, serta pendidikan jasmani, olah raga dan kesehatan. Dalam Kurikulum
2013, tema sudah disiapkan oleh pemerintah dan sudah dikembangkan menjadi
subtema dan satuan pembelajaran.Dalam pembelajaran tematik kurikulum 2013
Tema 7 Indahnya Keragaman di Negeriku, subtema 3 Indahnya Persatuan dan
Kesatuan Negeriku. Rincian pembelajaran tematik kelas 4 semester 2 secara rinci ada
di tabel 2.5 berikut ini:
Tabel 2.3
Tema dan Subtema Kelas 3 Semester 1
NO TEMA SUBTEMA
1. Perkembangan hewan dan tumbuhan 1. perkembangbiakan dan daur hidup hewan
2. Perkembangbiakan hewan
1. pelestarian hewan dan tumbuhan langka
2. Perkembangan teknologi 1. perkembangan teknologi pangan
2. perkembangan teknologi komunikasi
3. perkembangan teknologi transportasi
3. Perubahan di alam 1. perubahan wujud benda
2. perubahan cuaca dan iklim
3. perubahan musim
4. Lingkungan sosial 1. lingkungan sosialku
2. permasalahan di lingkungan sosial
3. kepedulian terhadap lingkungan sosial
Sumber: Buku Guru, Tematik Kelas 3 Semester 1 Halaman 9 (2013)
Pembelajaran tematik semester 1 untuk kelas 3 terdiri dari 4 tema. Masing-
masing tema terdi dari 3 subtema. Salah satu tema adalah Perubahan di alam subtema
perubahan cuaca dan iklim dari keseluruhan KI yang telah ada yaitu pada KI 1-4.
Masing-masing KI diperinci pada Kompetensi Dasar.
2.6 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh ilham handika yang berjudul “Pengaruh
Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Penguasaan Konsep Dan Ketrampilan
21
Proses Sains Siswa Kelas V”. Hasil penelitiaannya yaitu yang pertama pembelajaran
berbsis masalah berpengaruh signifikat dan lebih baik dibandingkan dengan
pembelajaran konvensional terhadap penguasaan konsep sains siswa SD
(sig.=0.000,p<0,05). Yang kedua pembelajaran berbasis masalah berpengaruh
signifikat dibndingkan Konvensional terhadap krtrampilan proses sains
(sig.=0.000,p<0.05).
Sukarman yang berjudul “Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pada Siswa Kelas IV Semester 2 SD
Negeri Batiombo 02”. Hasil penelitian mennjukan ada peningkatan hasil belajar,
sebelum penelitian ketuntasan hanya 42,85% dengan rata-rata kelas 55. Setelah
dilakukan tindakan, pada siklus 1 ketuntasan belajar siswa 71.42% dengan rata-rata
61.45. pada siklus 2 ketuntasan belajar siswa 85.71% dengan rata-rata kelas 70.47.
Sri lestari yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah
(Problem Based Learning) Dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Fisika
Bagi Siswa Kelas VII SMP”. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada perbedaan
prestasi belajar fisika antara siswa yang mengikuti dengan siswa yang mengikuti
model pembelajaran Kovensional dengan nilai F=45,372 dan angka signifikat 0,001
(p<0,05). Terdapat perbedaan prestasi belajar Fisika anatara siswa yang memiliki
motivasi belajar tinggi dengan motivasi belajar rendah dengan nilai F=5,382 denagn
angka signifikansi 0,002 (p<0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa model
pembelajaran berbasis masalah merupakan salah model pembelajaran yang
memberikan pengaruh posistif terhadap peningkatan prestasi belajar Fisika.
Penelitian dengan model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil
belajar. Akan tetapi untuk meningkatkan hasil belajar belajar siswa harus melalui
tahapan agar hasil dapat maksimal. selain melalui tahapan ada juga faktor yang
mempengaruhi hasil belajar yaitu motivasi belajar. Sehingga jika tahapan telah
dilakukan dan siswa telah mendapatkan motivasi belajar maka hasil belajar dapat
meningkat seperti penelitian diatas. Dari penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa
model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Jadi model
22
Problem Based Learning sangat cocok digunakan paru guru yang hendak mengajar
para siswa, untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
2.7 Kerangka Pikir
Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan Inkuiri
dalam pembelajaran tematik, diharapkan siswa dapat memecahkan suatu masalah
baik secara individu maupun kelompok. Melalui penerapan Problem Based Learning
(PBL) yang pada hakikatnya terdiri dari beberapa sintak/langkah dalam
mengaplikasikannya, diharapkan model pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan suatu
permasalahan baik secara individu maupun secara kelompok. Langkah pertama dalam
model pembelajaran PBL adalah mendefinisikan masalah yaitu pernyataan yang
timbu, langkah kedua yaitu mengidentifikasi penyebab, kemudian dilanjutkan pada
langkah berikutnya yaitu membangkitkan solusi alternative, lalu mengevaluasi solusi
alternative, setelah itu menyepakati solusi terbaik, selanjutnya mengembangkan
rencana aksi (action plan), kemudian langkah yang terakhir adalah Evaluasi.
Setelah melewati langkah-langkah yang terdapat pada PBL dengan baik dan
sesuai dengan prosedur, beberapa kompetensi yang akan dicapai akan berhasil.
Dalam pembelajaran ini, siswa akan mampu menyelesaikan suatu permasalahan yang
terdapat pada Tema 2 perkembangan teknologi , subtema 2 perkembangan teknologi
komunikasi. Ketercapaian kompetensi inilah yang disebut hasil belajar. Gambaran
mengenai penerapan model Inkuiri tidak jauh berbeda dari PBL. Melalui model
Inkuiri siswa diharapkan mampu membangun pengetahuan dan makna baru dari
sebuah permasalahan. Langkah pertama dalam model ini adalah Orientasi yaitu
langkah yang membina suasana pembelajaran yang responsif. Langkah kedua
Merumuskan masalah kemudian langkah selanjutnya Merumuskan Hipotesis. Setelah
itu langkah ke empat Mengumpulkan Data lalu Menguji Hipotesis dan langkah
terakhir Merumuskan Kesimpulan.
23
Berikut digambarkan secara jelas pada gambar 1, mengenai kerangka pikir
penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada halaman berikut
ini:
Gambar 1
Bagan Kerangka Pikir Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
dan Model Pembelajaran Inkuiri
Berdasarkan susunan kerangka pikir yang telah diuraikan di atas, dapat
dirumuskan suatu hipotesis penelitian sebagai berikut:
H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara model pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) dan Inkuiri dilihat dari hasil belajar pada siswa Kelas 3
SD Kauman Kidul dalam pembelajaran.
Ha : Terdapat perbedaan yang signifikan antara model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) dan Inkuiri dilihat hasil belajar pada siswa Kelas 3 SD Kauman
Kidul dalam pembelajaran.
1. Menyadari Masalah
2. Merumuskan masalah
3. Merumuskan
Hipotesis
4. Mengumpulkan Data
5. Menguji Hipotesis
6.Menentukan Pilihan
Peneyelesaian
Pembelajaran
Menggunakan
Model Inquri
Kelas
Kontrol
Hasil
belajar
≥KKM
Uji hasil apakah
ada pengaruh
yang signifikan
dengan
menggunakan
PBL
Pembelajaran Tematik:
Tema 3 Energi dan
Perubahannya,
subtema 2 perubahan
energy
1. Orientasi
2. Merumuskan masalah
3. Mengajukan hipotesis
4. Mengumpulkan data
5. Menguji hipotesis
6. Merumuskan
kesimpulan
Pembelajaran
menggunakan
problem based
learning
Hasil
belajar
≥KKM
Kelas
Eksperimen