bab ii ghiya sdh

42
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep pengetahuan 1. Pengertian pengetahuan Pengetahuan (knowledge) adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya) ( Notoatmodjo, 2010). Menurut Notoatmodjo (2010) pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yakni: a. Tahu (know): Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Untuk mengetahui atau

Upload: muhnugroho3

Post on 02-Aug-2015

25 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab II Ghiya Sdh

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep pengetahuan

1. Pengertian pengetahuan

Pengetahuan (knowledge) adalah hasil pengindraan manusia, atau

hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata,

hidung, telinga, dan sebagainya) ( Notoatmodjo, 2010).

Menurut Notoatmodjo (2010) pengetahuan seseorang terhadap objek

mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis

besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yakni:

a. Tahu (know):

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah

ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Untuk mengetahui atau

mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan-

pertanyaan misalnya : apa tanda-tanda anak yang kurang gizi, (dsb).

b. Memahami (comprehension):

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut,

tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat

mengintrepretasikan secara benar tentang objek yang diketahui

tersebut. Misalnya orang yang memahami cara pemberantasan

penyakit demam berdarah, bukan hanya sekedar menyebutkan 3 M

Page 2: Bab II Ghiya Sdh

9

(mengubur, menutup, dan menguras), tetapi harus dapat menjelaskan

mengapa harus menutup, menguras, dan menimbun tempat-tempat

penampungan air tersebut.

c. Aplikasi (application) :

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang

dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang

diketahui tersebut pada situasi lain. Misalnya seseorang yang telah

paham tentang proses perencanaan, ia harus dapat membuat

perencanaan program kesehatan ditempat ia bekerja atau dimana saja,

orang yang telah paham metodologi penelitian, ia akan mudah

membuat proposal penelitian dimana saja.

d. Analisis (analysis) :

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau

memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-

komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang

diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai

pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat

membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram

(bagan) terhadap pengetahuan objek tersebut.

e. Sintesis (synthesis):

Sintesis merupakan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum

atau melakukan suatu hubungan yang logis dari komponen-komponen

Page 3: Bab II Ghiya Sdh

10

pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis adalah suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi

yang telah ada.

f. Evaluasi (evaluation) :

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini

dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan

sendiri atau norma-norma yang berlaku dimasyarakat.

2. Cara Memperoleh Pengetahuan.

Menurut Soekidjo Notoadmojo, 2010. ada beberapa cara untuk

memperoleh pengetahuan, yaitu :

a. Cara Coba Salah (Trial and Error)

Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan

kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal pula,

maka dicoba dengan kemungkinan ketiga dan kemungkinan ketiga

gagal dicoba kemungkinan ke empat dan seterusnya, sampai masalah

tersebut dipecahkan. Itulah sebabnya maka cara ini disebut metode

trial (coba) and error (gagal atau salah) atau metode coba-salah/coba-

coba.

Page 4: Bab II Ghiya Sdh

11

b. Cara Kekuasaan atau Otoritas

Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kejadian-

kejadian dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui

penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan-

kebiasaan ini biasanya diwariskan turun-temurun dari generasi-ke

generasi berikutnya. Dengan kata lain, pengetahuan tersebut

berdasarkan otoritas atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas, otoritas

pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli-ahli pengetahuan.

c. Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah,

pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan

sumber pengetahuan atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk

memperoleh pengetahuan.

d. Melalui Jalan Pikiran

Sejalan dengan umat manusia, cara berpikir manusia ikut

berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan

penalaranya dalam memperoleh pengetahuannya. dengan kata lain,

dalam memperoleh pengetahuan manusia telah menggunakan jalan

pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi.

Page 5: Bab II Ghiya Sdh

12

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

a. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang

lain agar dapat memahami sesuatu hal. Tidak dapat dipungkiri bahwa

semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah pula mereka

menerima informasi, dan pada akhirnya pengetahuan yang dimilikinya

akan semakin banyak.

b. Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat membuat seseorang memperoleh

pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung maupun tidak

langsung.

c. Umur

Dengan bertambahnya umur seseorang akan mengalami perubahan

aspek fisik dan psikologis (mental). Secara garis besar, pertumbuhan

fisik terdiri atas empat kategori perubahan yaitu perubahan ukuran,

perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama, dan timbulnya ciri-ciri

baru.

d. Minat

Minat sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap

sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni

suatu hal, sehingga seseorang memperoleh pengetahuan yang lebih

mendalam.

Page 6: Bab II Ghiya Sdh

13

e. Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam

berinteraksi dengan lingkungannya, orang cenderung berusaha

melupakan pengalaman yang kurang baik. Pengalaman baik dapat

membentuk sikap positif dalam kehidupannya.

f. Kebudayaan lingkungan sekitar

Lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi atau

sikap seseorang. Kebudayaan lingkungan tempat kita hidup dan

dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap

kita.

g. Informasi

Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat mempercepat

seseorang memperoleh pengetahuan yang baru (Mubarak, 2011).

B. Konsep dasar persalinan

1. Pengertian persalinan

Menurut Mochtar (1998), persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil

konsepsi (janin+uri), yang dapat hidup kedunia luar, dari rahim melalui

jalan lahir atau dengan jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan

(kekuatan sendiri).

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun

kedalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses

Page 7: Bab II Ghiya Sdh

14

pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42

minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala tanpa komplikasi

baik ibu maupun janin (Hidayat dan Sujiatini, 2010).

Beberapa pengertian lain dari persalinan spontan dengan tenaga ibu,

persalinan buatan dengan bantuan, persalinan anjuran bila persalinan

terjadi tidak dengan sendirinya tetapi melalui pacuan. Persalinan dikatakan

normal bila tidak ada penyulit (Hidayat dan Sujiatini, 2010).

2. Beberapa istilah yang ada hubungannya dengan persalinan: (Hidayat dan

Sujiatini, 2010).

a. Menurut cara persalinan

1). Persalinan biasa (normal) disebut juga partus spontan, adalah proses

lahirnya bayi pada LBK dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan

alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya

berlangsung kurang dari 24 jam.

2). Persalinan luar biasa (abnormal) ialah persalinan pervaginam dengan

bantuan alat-alat melalui dinding perut dengan operasi caesarea.

b. Menurut tua (umur) kehamilan:

1) Abortus (keguguran) adalah terhentinya kehamilan sebelum janin

dapat hidup (viable) - berat janin dibawah 1000gr-tua kehamilan

dibawah 28 minggu.

Page 8: Bab II Ghiya Sdh

15

2) Partus prematurus adalah persalinan dari hasil konsepsi pada

kehamilan 28-36 minggu, janin dapat hidup tetapi premature, berat

janin antara 1000-2500gr.

3) Partus maturus atau atrem (cukup bulan) adalah partus pada

kehamilan 37-40 minggu, janin matur, berat badan di atas 2500gr.

4) Partus postmaturus (serotinus) adalah persalinan yang terjadi 2

minggu atau lebih dari waktu partus taksir, janin disebut post matur.

5) Partus presipatatus adalah partus yang berlangsung cepat, mungkin

dikamar mandi, diatas becak, dsb.

6) Partus percobaan adalah suatu penilaian kemajuan persalinan untuk

memperoleh bukti tentang ada atau tidaknya disproporsi

sefalopelvik.

7) Partus imaturus adalah penghentian kehamilan sebelum janin

viable atau berat janin kurang dari 1000g atau kehamilan dibawah

28 minggu.

c. Gravida dan para:

1) Gravida adalah seorang wanita yang sedang hamil.

2) Primigravida adalah seorang wanita yang hamil untuk pertama

kalinya.

3) Para adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang

dapat hidup (viable).

Page 9: Bab II Ghiya Sdh

16

4) Nullipara adalah seorang wanita yang belum pernah melahirkan

bayi hidup untuk pertama kali.

5) Multipara atau pleuripara adalah wanita yang pernah melahirkan

bayi viable beberapa kali (sampai 5 kali).

6) Grandemultipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi 6 kali

atau lebih hidup atau mati.

3. Tahapan persalinan

a. Kala I atau kala pembukaan dimulai dari adanya his yang adekuat

sampai pembukaan lengkap. Kala 1 dibagi dalam 2 fase : fase laten (Ø

serviks 1 – 3 cm – dibawah 4 cm) membutuhkan waktu 8 jam, fase

aktif (Ø serviks 4 – 10 cm/lengkap), membutuhkan waktu 6 jam.

b. Kala II atau kala pengeluaran : dari pembukaan lengkap sampai

lahirnya bayi. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan

satu jam pada multi.

c. Kala III atau kala uri : dimulai segera setelah bayi lahir sampai

lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit.

d. Kala IV atau kala pengawasan : kala dimulai dari saat lahirnya

plasenta sampai 2 jam pertama post partum.

C. Konsep Dasar Sectio Caesaria

1. Pengertian sectio caesaria

Sectio caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat

sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina: atau

Page 10: Bab II Ghiya Sdh

17

sectio caesaria adalah histerotomia untuk melahirkan janin dalam rahim

(Mochtar, 1998).

Sectio caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan

membuka dinding perut dan dinding uterus (Prawirohardjo, 2007).

Sectio caesaria adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan

membuat sayatan pada dinding perut.

2. Istilah dalam Sectio Caesaria

a. Sectio caesaria primer (efektif)

Dari semula telah direncanakan bahwa janin akan dilahirkan secara

sectio caesaria, tidak diharapkan lagi kelahiran biasa, misalnya pada

panggul sempit (CV kecil dari 8 cm).

b. Sectio caesaria sekunder

Dalam hal ini kita bersikap mencoba menunggu kelahiran biasa (partus

percobaan), bila tidak ada kemajuan persalinan atau partus percobaan

gagal, baru dilakukan sectio saesaria.

c. Sectio caesaria ulang (repeat caesarean section)

Ibu pada kehamilan yang lalu mengalami sectio caesaria (previous

caesarean section) dan pada kehamilan selanjutnya dilakukan sectio

caesaria ulang.

d. Sectio caesaria histerektomi (caesarean section hysterectomy)

Page 11: Bab II Ghiya Sdh

18

Adalah suatu operasi dimana setelah janin dilahirkan dengan sectio

caesaria, langsung dilakukan histerektomi oleh karena sesuatu

indikasi.

e. Operasi Porro (porro operation)

Adalah suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari kavum uteri

(tentunya janin sudah mati), dan langsung dilakukan histerektomi,

misalnya pada keadaan infeksi rahim yang berat (Mochtar, 1998).

3. Jenis-jenis operasi sectio caesaria

Menurut Mochtar (1998), ada 3 jenis sectio caesaria:

a. Abdomen (sectio caesaria abdominalis)

1) Sectio caesaria transperitonealis:

Sectio caesarea klasik atau corporal dengan insisi memanjang pada

korpus uteri.

Kelebihan :

a) Mengeluarkan janin lebih cepat.

b) Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik.

c) Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal.

Kekurangan :

a) Infeksi mudah menyebar secara intraabdominal karena tidak

ada repritonealisasi yang baik.

b) Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri

spontan.

Page 12: Bab II Ghiya Sdh

19

2) Sectio caesarea ismika atau profunda atau low cervical:

Dilakukan dengan membuat sayatan melintang-konkaf pada

segmen bawah rahim (low cervical transversal) kira-kira 10 cm.

Kelebihan :

a) Penjahitan luka lebih mudah.

b) Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik.

c) Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan

penyebaran isi uterus kerongga periotoneum.

d) Perdarahan kurang.

e) Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan rupture uteri

spontan kurang/lebih kecil.

Kekurangan :

a) Luka dapat melebar kekiri, kanan, dan bawah, sehingga dapat

menyebabkan uterine putus sehingga mengakibatkan

perdarahan yang banyak.

b) Keluhan pada kandung kemih postoperative tinggi.

3) Sectio caesarea ekstra peritonealis.

Yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis, dengan demikian

tidak membuka kavum abdominalis.

4) Vagina (sectio caesarea vaginalis).

Menurut arah sayatan pada rahim, sectio caesarea dapat dilakukan

sebagai berikut:

Page 13: Bab II Ghiya Sdh

20

a) Sayatan memanjang (longitudinal) menurut kroning.

b) Sayatan melintang (tranfersal) menurut kerr.

c) Sayatan huruf T (T-incition).

4. Indikasi : (Mochtar, 1998)

a. Placenta previa sentralis dan lateralis (posterior)

b. Panggul sempit

Holmer mengambil batas terendah untuk melahirkan janin vias

naturalis ialah CV= 8 cm. panggul dengan CV= 8cm dapat dipastikan

tidak dapat melahirkan janin yang normal, harus diselesaikan dengan

sectio caesarea. CV antara 8-10 cm boleh dicoba dengan partus

percobaan, baru setelah gagal dilakukan sectio caesarea sekunder.

c. Disproporsi sefalo-pelvik yaitu ketidakseimbangan antara ukuran

kepala dan panggul.

d. Ruptura uteri mengancam.

e. Partus lama (prolonged labor)

f. Partus tak maju (obstructed labor)

g. Distosia serviks

h. Pre-eklamsi dan hipertensi

i. Malpresentasi janin:

1) Letak lintang :

Greenhill dan Eastman sama-sama sependapat:

Page 14: Bab II Ghiya Sdh

21

a) Bila ada kesempitan panggul, maka sectio caesaraea adalah

cara yang terbaik dalam segala letak lintang dengan janin hidup

dan besar biasa.

b) Semua primigravida dengan letak lintang harus ditolong

dengan sectio caesarea, walau tidak ada perkiraan panggul

sempit.

c) Multipara dengan letak lintang dapat lebih dulu ditolong

dengan cara-cara lain.

2) Letak bokong

Sectio caesarea dianjurkan pada letak bokong bila ada:

a) Panggul sempit

b) Primigravida

c) Janin besar

3) Presentasi dahi dan muka (letak defleksi) bila reposisi dan cara-

cara lain tidak berhasil

4) Presentasi rangkap, bila reposisi tidak berhasil

5) Gemelli, menurut Eastman sectio caesarea dianjurkan:

a) Bila janin pertama letak lintang atau presentasi bahu (shoulder

presentation)

b) Bila terjadi interlock (locking of the twins)

c) Distosia oleh karena tumor

d) Gawat janin, dan sebagainya.

Page 15: Bab II Ghiya Sdh

22

5. Komplikasi : (Mochtar, 1998)

a. Infeksi puerperal (nifas)

1) Ringan : dengan kenaikan suhu tubuh beberapa hari saja

2) Sedang : dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai

dehidrasi dan perut sedikit kembung.

3) Berat : dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini

sering kita jumpai pada partus terlantar, dimana sebelumnya telah

terjadi infeksi intrapartal karena ketuban yang telah pecah terlalu

lama.

Penanganannya adalah dengan pemberian cairan, elektrolit dan

antibiotika yang adekuat dan tepat.

b. Perdarahan, disebabkan karena:

1) Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka

2) Antonia uteri

3) Perdarahan pada plasenta bed.

c. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila

reperitonialisasi terlalu tinggi.

d. Kemungkinan ruptur uteri spontan pada kehamilan mendatang.

D. Resiko persalinan

1. Resiko persalinan normal: (Manuaba, 2007)

a. Persalinan prematur.

Page 16: Bab II Ghiya Sdh

23

b. Persalinan dengan berat bayi lahir rendah.

c. Persalinan lahir mati.

d. Persalinan dengan induksi.

e. Persalinan plasenta manual.

f. Persalinan dengan perdarahan postpartum

g. Persalinan dengan tindakan (ekstraksi forsep, ekstraksi vakum, letak

sungsang, versi ekstraksi operasi SC).

2. Saat inpartu:

Persalinan dengan resiko tinggi memerlukan perhatian serius karena

pertolongan akan menentukan tinggi rendahnya kematian ibu dan neonatus

(perinatal):

a. Keadaan resiko tinggi dari sudut ibu:

1) Ketuban pecah dini.

2) Infeksi intrauterin.

3) Persalinan lama melampaui batas waktu perhitungan partograf

WHO.

4) Persalinan terlantar.

5) Ruptur uteri iminen.

6) Ruptur uteri.

7) Persalinan dengan letak janin (sungsang, kelainan posisi kepala,

letak lintang).

Page 17: Bab II Ghiya Sdh

24

8) Distosia karena tumor jalan lahir, distosia bahu bayi, dan bayi yang

besar.

9) Perdarahan antepartum (plasenta previa, solusio plasenta, ruptur

sinus marginalis, dan ruptur vasa previa).

b. Keadaan resiko tinggi ditinjau dari sudut janin. Pecah ketuban disertai

perdarahan (pecahnya vasa previa), air ketuban warna hijau, atau

prolaps funikuli.

1) Dismaturitas.

2) Makrosomia.

3) Infeksi intrauterin.

4) Gawat janin.

5) Pembentukan kaput besar.

c. Keadaan resiko tinggi postpartum.

1) Persalinan dengan retensio plasenta.

2) Atonia uteri postpartum.

3) Persalinan dengan robekan perineum yang luas, robekan serviks,

vagina, dan ruptur uteri.

3. Resiko persalinan secara sectio caesarea

Menurut (Maulana, 2010), resiko persalinan sacara sectio caesarea dibagi

menjadi :

a. Resiko jangka pendek

1) Infeksi pada bekas jahitan

Page 18: Bab II Ghiya Sdh

25

Infeksi luka akibat persalinan caesar beda dengan luka persalinan

normal. Luka persalinan normal sedikit dan mudah terlihat,

sedangkan luka operasi caesar lebih besar dan berlapis-lapis.

Untuk diketahui, ada sekitar 7 lapisan mulai dari kulit perut

sampai dinding rahim, yang setelah operasi selesai, masing-

masing lapisan dijahit tersendiri. Jadi bisa ada 3-5 lapis jahitan.

Bila penyembuhan luka tidak sempurna, kuman akan lebih mudah

menginfeksi sehingga luka menjadi lebih parah. Bukan tidak

mungkin dilakukan penjahitan ulang.

2) Infeksi rahim

Infeksi rahim terjadi jika ibu sudah kena infeksi sebelumnya,

misalnya mengalami pecah ketuban. Saat dilakukan operasi, rahim

pun terinfeksi. Apalagi jika antibiotik yang digunakan dalam

operasi tidak cukup kuat.

3) Keloid

Keloid atau jaringan parut muncul pada organ tertentu karena

pertumbuhan berlebihan sel-sel pembentuk organ tersebut. Ukuran

sel meningkat dan terjadilah tonjolan jaringan parut. Perempuan

yang punya kecenderungan keloid tiap mengalami luka niscaya

mengalami keloid pada sayatan bekas operasinya.

4) Cedera pembuluh darah

Page 19: Bab II Ghiya Sdh

26

Pisau atau gunting yang dipakai dalam operasi berisiko

mencederai pembuluh darah. Misalnya tersayat, kadang cedera

terjadi pada penguraian pembuluh darah yang lengket. Ini adalah

salah satu sebab mengapa darah yang keluar pada persalinan

caesar lebih banyak dibandingkan persalinan normal.

5) Cedera pada kandung kemih

Kandung kemih letaknya melekat pada dinding rahim. Saat

operasi caesar dilakukan, organ ini bisa saja terpotong. Perlu

dilakukan operasi lanjutan untuk memperbaiki kandung kemih

yang cedera tersebut.

6) Perdarahan

Perdarahan tak bisa dihindari dalam proses persalinan. Namun,

darah yang hilang lewat operasi caesar dua kali lipat dibandingkan

lewat persalinan normal.

7) Air ketuban masuk kepembuluh darah

Selama operasi caesar berlangsung, pembuluh darah terbuka. Ini

memungkinkan komplikasi berupa masuknya air ketuban kedalam

pembuluh darah (embolus). Bila embolus mencapai paru-paru,

terjadilah apa yang disebut pulmonary embolism. Jantung dan

pernapasan ibu bisa terhenti secara tiba-tiba. Terjadilah kematian

mendadak.

Page 20: Bab II Ghiya Sdh

27

8) Pembekuan darah

Pembekuan darah bisa terjadi pada urat darah halus dibagian kaki

atau organ panggul. Jika bekuan ini mengalir keparu-paru,

terjadilah embolus.

9) Kematian saat persalinan

Beberapa penelitian menunjukkan, angka kematian ibu pada

operasi caesar lebih tinggi dibanding persalinan normal. Kematian

umumnya disebabkan kesalahan pembiusan, atau perdarahan yang

tak ditangani secara cepat.

10) Kelumpuhan kandung kemih

Usai operasi caesar, ada kemungkinan ibu tidak bisa buang air

kecil karena kandung kemihnya kehilangan daya gerak (lumpuh).

Ini terjadi karena saat proses pembedahan berlangsung, kandung

kemih terpotong.

11) Hematoma

Hematoma adalah perdarahan dalam rongga tertentu. jika ini

terjadi, selaput disamping rahim akan membesar membentuk

kantung akibat pengumpulan darah yang terus menerus.

Akibatnya fatal, yaitu kematian ibu. Sebenarnya, kasus ini juga

bisa terjadi pada persalinan normal. Tapi mengingat resiko

perdarahan pada operasi caesar lebih tinggi, resiko hematoma pun

lebih besar.

Page 21: Bab II Ghiya Sdh

28

12) Usus terpilin

Operasi caesar mengakibatkan gerak peristaltik usus tak bagus.

Kemungkinan karena penanganan yang salah akibat manipulasi

usus, atau perlengketan usus saat mengembalikannya keposisi

semula. Rasanya sakit sekali dan harus dilakukan operasi ulang.

13) Keracunan darah

Keracunan darah pada operasi caesar dapat terjadi karena

sebelumnya ibu sudah mengalami infeksi. Ibu yang diawal

kehamilan mengalami infeksi rahim bagian bawah, berarti air

ketubannya sudah mengandung kuman. Jika ketuban pecah dan

didiamkan, kuman akan aktif sehingga vagina berbau busuk

karena bernanah. Selanjutnya, kuman masuk kepembuluh darah

ketika operasi berlangsung, dan menyebar keseluruh tubuh.

Keracunan darah yang berat menyebabkan kematian ibu.

b. Resiko jangka panjang

1) Masalah psikologis

Berdasarkan penelitian, perempuan yang mengalami operasi

caesar punya perasaan negatif usai menjalaninya (tanpa

memperhatikan kepuasan atas hasil operasi). Depresi pasca

persalinan juga merupakan masalah yang sering muncul. Beberapa

mengalami reaksi stres pascatrauma berupa mimpi buruk, kilas

balik, atau ketakutan luar biasa terhadap kehamilan. Masalah

Page 22: Bab II Ghiya Sdh

29

psikologis ini lama-lama akan mengganggu kehidupan rumah

tangga atau menyulitkan pendekatan terhadap bayi. Hal ini bisa

muncul jika ibu tak siap menghadapi operasi.

2) Pelengketan organ bagian dalam

Penyebab perlengketan organ bagian dalam pasca operasi caesar

adalah tak bersihnya lapisan permukaan dari noda darah.

Terjadilah perlengketan yang menyebabkan rasa sakit pada

panggul, masalah pada usus besar, serta nyeri saat melakukan

hubungan seksual. Jika kelak dilakukan operasi caesar lagi

perlengketan bisa menimbulkan kesulitan teknis hingga melukai

organ lain, seperti kandung kemih atau usus.

3) Pembatasan kehamilan

Dulu, perempuan yang pernah menjalani operasi caesar hanya

boleh melahirkan tiga kali. Kini dengan teknik operasi yang lebih

baik, ibu memang boleh melahirkan lebih dari itu, bahkan sampai

lima kali. Tapi resiko dan komplikasinya makin berat.

c. Resiko persalinan selanjutnya

1) Sobekan jahitan rahim

Ada tujuh lapis jahitan yang dibuat saat operasi caesar, yaitu

jahitan pada kulit, lapisan lemak, sarung otot, otot perut, lapisan

dalam perut, lapisan luar rahim, dan rahim. Jahitan rahim ini bisa

Page 23: Bab II Ghiya Sdh

30

sobek pada persalinan berikutnya. Makin sering menjalani operasi

caesar, makin tinggi resiko terjadinya sobekan.

2) Pengerasan plasenta

Plasenta bisa tumbuh ke dalam melewati dinding rahim, sehingga

sulit dilepaskan. Bila plasenta sampai menempel terlalu dalam

(sampai kemiometrium), harus dilakukan pengangkatan rahim

karena plasenta mengeras. Resikonya terjadi plasenta ini bisa

meningkat karena operasi caesar.

3) Tersayat

Ada dua pendapat soal kemungkinan tersayatnya bayi saat operasi

caesar. Pertama, habisnya air ketuban yang membuat volume

ruang di dalam rahim menyusut. Akibatnya, ruang gerak bayi pun

berkurang dan lebih mudah terjangkau pisau bedah. Kedua,

pembedahan lapisan perut selapis demi selapis yang mengalirkan

darah terus menerus. Semburan darah membuat janin sulit terlihat.

Jika pembedahan dilakukan hati-hati, bayi bisa tersayat dibagian

kepala atau bokong. Terlebih, dinding rahim sangat tipis.

4) Masalah pernapasan

Bayi yang lahir lewat operasi caesar cenderung mempunyai

masalah pernapasan, yaitu napas cepat dan tak teratur. Ini terjadi

karena bayi tak menjalani tekanan saat lahir seperti bayi yang lahir

Page 24: Bab II Ghiya Sdh

31

alami sehingga cairan paru-parunya tak bisa keluar. Masalah

pernapasan ini akan berlanjut hingga beberapa hari setelah lahir.

5) Angka APGAR rendah

Angka apgar adalah angka yang mencerminkan kondisi umum

pada menit pertama dan menit kelima. Rendahnya angka apgar

merupakan efek anastesi dan operasi caesar, kondisi bayi yang

stres saat menjelang lahir, atau bayi yang tak distimulasi

sebagaimana bayi yang lahir lewat persalinan normal.

Berdasarkan penelitian, bayi yang lahir lewat operasi caesar butuh

perawatan lanjutan dan alat bantu pernapasan yang lebih tinggi

dibandingkan bayi lahir normal.

E. Konsep dasar sikap

1. Pengertian sikap

Sikap (attitude) adalah perasaan, pikiran, dan kecenderungan seseorang

yang kurang lebih bersifat permanen mengenai aspek-aspek tertentu dalam

lingkungannya. Sikap merupakan kecondongan evaluatif terhadap suatu

stimulus atau objek yang berdampak pada bagaimana seseorang

berhadapan dengan objek tersebut. Ini berarti menunjukkan kesetujuan atau

ketidaksetujuan, suka atau tidak suka seseorang terhadap sesuatu

(Mubarak, 2011).

Alport (1954) menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen

utama yaitu kepercayaan/keyakinan (ide dan konsep), kehidupan

Page 25: Bab II Ghiya Sdh

32

emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek, dan

kecenderungan untuk bertindak (trend to behave) ketiga komponen

tersebut secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total

attitude). Sedangkan sikap dikaitkan dengan pendidikan adalah sikap atau

tanggapan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan

(Mubarak, 2011).

Sikap adalah juga respon tertutup seseorang terhadapa stimulus atau

objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang

bersangkutan (senang-tidak senang, setuju tidak setuju, baik-tidak baik,

dan sebagainya). Campbell (1950) mendefinisikan sangat sederhana,

yakni: “An individual’s attitude is syndrome of response consistency with

regard to object.” Jadi jelas, disini dikatakan bahwa sikap itu suatu

sindroma atau kumpulan gejala dalam merespon stimulus atau objek,

sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala

kejiwaan yang lain (Notoatmodjo, 2010).

Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan, bahwa

sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan

merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain, fungsi sikap

belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi

merupakan predisposisi perilaku (tindakan) atau reaksi tertutup

(Notoatmodjo, 2010).

Page 26: Bab II Ghiya Sdh

33

2. Komponen pokok sikap :

Menurut alport (1954) sikap itu terdiri dari 3 komponen pokok yaitu:

a. Kepercayaan/keyakinan, ide dan konsep terhadap objek.

b. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek.

c. Kecenderungan untuk bertindak.

3. Seperti halnya pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkat-tingkat

berdasarkan intesitasnya, sebagai berikut:

a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima

stimulus yang diberikan (objek).

b. Menanggapi (responding)

Menanggapi disini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan

terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.

c. Menghargai (valving)

Menghargai diartikan subjek, atau seseorang memberikan nilai yang

positif terhadap objek atau stimulus.

d. Bertanggung jawab (responsible)

Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab

terhadap apa yang telah diyakininya.