bab ii fiks bner banget
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Pengertian Air
Air adalah zat cair yang tidak mempunyai rasa, warna dan bau, yang terdiri
dari hidrogen dan oksigen dengan rumus kimiawi H2O. Karena air merupakan
suatu larutan yang hampir-hampir bersifat universal, maka zat-zat yang paling
alamiah maupun buatan manusia hingga tingkat tertentu terlarut di dalamnya.
Dengan demikian, air di dalam mengandung zat-zat terlarut. Zat-zat ini sering
disebut pencemar yang terdapat dalam air (Linsley, 1991).
Pemakaian air secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi empat
golongan berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu air untuk keperluan irigasi, air
untuk keperluan pembangkit energi, air untuk keperluan industri dan air untuk
keperluan publik. Air untuk keperluan publik dibedakan atas air konsumsi
domestik dan air untuk konsumsi sosial dan komersial (Dumairy, 1992).
1.2 Sumber Air
Keberadaan air di bumi merupakan suatu proses alam yang berlanjut dan
berputar, sehingga merupakan suatu siklus (daur ulang) yang lebih dikenal
dengan siklus hidrologi. Siklus hidrologi bertitik tolak pada pergerakan antara
permukaan dengan dunia atmosfir, yang mekanismenya terjadi melalui
pengendapan dan penguapan. Proses daur ulang air di alam ini terbesar dilakukan
energinya oleh sumber sinar matahari. Dengan bantuan sinar matahari inilah
perjalanan air di alam terus-menerus berputar. Sinar matahari sebagai sumber
energi akan memanasi permukaan bumi termasuk sumber air perrnukaan, seperti
air sungai, danau, Iaut yang akan mengalami penguapan atau evaporasi, hasil ini
akan membentuk uap air. Dengan adanya angin, maka uap air akan bersatu dan
berada di tempat yang tinggi yang sering dikenal dengan awan. Oleh angin, awan
ini akan terbawa makin lama makin tinggi sehingga mencapai temperatur yang
rendah, yang menyebabkan titik-titik air jatuh ke bumi sebagai hujan. Air hujan
sebagian akan mengalir ke dalam tanah, jika air ini keluar pada permukaan bumi,
4
5
maka air akan disebut mata air. Sedangkan air hujan yang jatuh ke bumi yang
mengalir pada tempat rendah akan membentuk suatu danau atau telaga, akan
tetapi banyak juga yang mengalir ke Iaut dan kemudian mengikuti siklus hidrologi
(Sutrisno, 2004). Dengan mempelajari siklus hidrologi menurut Depkes (1995),
maka sumber air dapat diklasifikasikan menjadi:
1.2.1 Air Angkasa
Air hujan merupakan penyubliman awan atau uap air murni yang ketika
turun dan melalui udara akan melarutkan benda-benda yang terdapat di udara,
gas (O2, CO3, N2, dan lain-lain jasad-jasad renik, debu). Kelarutan gas CO2 di
dalam air hujan akan membentuk asam karbonat (H2CO2) yang menjadikan air
hujan bereaksi asam. Beberapa macam gas oksida dapat berada pula di dalam
udara, diantaranya yang penting adalah oksida belerang dan oksida nitrogen
(S2O4 dan N2O5). Kedua oksida ini bersama-sama dengan air hujan akan
membentuk larutan asam sulfat dan larutan asam nitrat (H2SO4 dan H2NO3).
Setelah mencapai permukaan bumi air hujan bukan merupakan air bersih lagi.
1.2.2 Air Permukaan
Air permukaan adalah air yang mengalir dipermukaan bumi. Air
permukaan berupa sungai dapat terjadi melalui dua cara, yaitu berasal dari
aliran permukaan bumi, misalnya dari air hujan yang merupakan penyubliman
awan atau uap air murni ketika turun dan melalui udara akan melarutkan
benda-benda yang terdapat di dalam udara, lalu yang berasal dari aliran air
tanah (beberapa mata air) dan campuran keduanya. Pada umumnya air
permukaan ini akan mendapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya oleh
lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, kotoran industri kota dan sebagainya.
Beberapa pengotoran ini, untuk masing-masing air permukaan akan berbeda
beda tergantung pada daerah pengaliran air permukaan ini. Jenis
pengotorannya adalah merupakan kotoran fisik, kimia dan bakteriologis.
Dalam penggunaannya sebagai air minum, air permukaan haruslah mengalami
suatu pengolahan yang sempurna menggingat bahwa air permukaan ini
mempunyai derajat pengotoran yang tinggi sekali.
6
1.2.3 Air Tanah
Sebagian air hujan yang mencapai permukaan bumi akan menyerap ke
dalam tanah dan akan menjadi air tanah. Sebelum mencapai lapisan tempat air
tanah, air hujan akan menembus beberapa lapisan tanah sambil berubah
sifatnya.
1. Lapisan Tanah Alas (Topsoil).
Pada lapisan ini terjadi kegiatan bakteria yang cukup banyak sambil
melepaskan CO2 banyak, CO2 yang banyak ini akan bereaksi dengan air
hujan dan menambah konsentrasi H2CO3. Bila dalam lapisan ini terdapat
CaCO3 (batu kapur) maka akan terjadi reaksi sebagai berikut :
CaCO3 + H2CO3 →Ca(HCO3)2
Kalsium bikarbonat yang terbentuk ini akan larut dalam air.
2. Lapisan Tanah Bawah (Subsoil)
Kegiatan bakteria tidak seberapa banyak terjadi disini. Reaksi-reaksi
yang terjadi pada lapisan tanah atas terjadi juga di sini tetapi tidak sebanyak
pada lapisan tanah atas.
3. Lapisan Batu Kapur
Lapisan ini terdapat pada batu-batuan, diantaranya batu kapur (CaCO3).
Air hujan yang sudah bereaksi asam karena mengandung H2CO3 itu akan
bereaksi dengan batu-batuan ini. Reaksi kimia disini terjadi sebagai berikut :
CaCO3 + H2CO3 → Ca(HCO3)2
MgCO3 + H2CO3 →Mg(HCO3)2
1.3 Sistem Pengolahan Air
Menurut Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang pengelolaan
kualitas air dan pengendalian pencemaran air bahwa yang dimaksud dengan air
adalah semua air yang terdapat pada, diatas ataupun dibawah permukaan tanah,
termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, air laut yang
berada didarat. Air adalah salah satu diantara pembawa penyakit yang berasal dari
tinja untuk sampai kepada manusia. Supaya air yang masuk ketubuh manusia baik
berupa makanan dan minuman tidak menyebabkan penyakit, maka pengolahan air
7
baik berasal dari sumber, jaringan transmisi atau distribusi adalah mutlak
diperlukan untuk mencegah terjadinya kontak antara kotoran sebagai sumber
penyakit dengan air yang diperlukan (Sutrisno, 2004). Pengelolaan sumber daya
air sangatlah penting, agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan dengan
tingkat mutu yang diinginkan. Salah satu langkah yang pengelolaan yang
dilakukan adalah pemantauan dan interpretasi dalam kualitas air, mencakup
kualitas fisika, kimia, dan biologi. Namun sebelum melangkah pada tahap
pengelolaan, diperlukan pemahaman yang baik tentang terminologi, karakteristik,
dan interkoneksi parameter–parameter kualitas air (Effendi, 2003).
Metode–metode yang digunakan untuk pengolahan air yang berkaitan dapat
digolongkan menurut sifat fenomena yang menghasilkan perubahan yang diamati.
Sehingga, istilah operasi satuan fisik dipergunakan untuk menggambarkan
metode–metode yang mendapatkan perubahan–perubahan melalui penerapan
gaya–gaya fisik, misalnya pengendapan gravitasi. Pada proses–proses satuan
kimiawi atau biologis, perubahan diperoleh dengan cara reaksi–reaksi kimiawi
atau biologis.
1.3.1 Metode Pengolahan Secara Fisik
Metode pengolahan fisik yang sering digunakan adalah :
1. Flokulasi
Flokulasi dilakukan dengan baik yang diberi pengaduk horizontal atau
partikel. Pengaduk ini berputar pelan yang tujuannya memperbesar ukuran
flok, tetapi juga mencegah jangan sampai endapan yang terbentuk
mengendap kebawah. Untuk memperbesar ukuran flok ini ditambahkan
bahan–bahan pengental kedalam air yang mengandung kekeruhan. Untuk
membentuk kumpulan partikel yang mengendap ini dilakukan pengadukan
yang cepat selama 20–30 menit yang akan menyebabkan tumbukan
partikel yang akan membentuk ukuran partikel yang lebih besar.
2. Sedimentasi
Sedimentasi adalah salah satu cara penjernihan air, dimana dilewatkan
pada suatu bak, untuk jangka waktu tertentu. Dimana air mengalir pelan–
8
pelan (kecepatan rendah) sehingga partikel yang berat jenisnya lebih berat
akan segera mengendap.
3. Filtrasi
Filtrasi adalah suatu cara penjernihan air dengan cara penyaringan.
Filter biasanya terdiri dari berbagai macam lapisan pasir dan batu–batuan
dengan diameter yang bervariasi dari yang sangat halus hingga yang
terkasar. Air akan mengalir melalui filter sedangkan partikel-partikel yang
tersuspensi didalamnya akan melekat pada butiran pasir. Hal ini akan
dapat memperkecil ukuran celah–celah yang dapat dilalui air dan akan
mengurangi daya penyaringan. Maka untuk mengaktifkan kembali filter
harus dicuci kembali dengan membuang bahan–bahan yang akan melekat
pada butiran pasir ini diperlukan pembilasan dengan arah aliran pembilas
berlawanan dengan arah aliran air yang akan disaring, pembilas ini
dinamakan backwash. Pemilihan jenis flokulan atau kougulan dosisnya
harus dilakukan dulu dalam skala laboratorium dengan menggunakan jar
test. Pada bak ini, sebagian besar ion logam (terutama logam berat) dan
sebagian senyawa organik diendapkan. Degradasi secara kimiawi
umumnya dilakukan dengan menggunakan oksidator kuat. Contohnya
adalah reagent Fenton, yaitu campuran antara hydrogen peroksida (H2O2)
dan ferro (Fe2+). Campuran senyawa tersebut akan menghasilkan radikal
bebas (OH) yang sangat reaktif dan dapat menyerang molekul–molekul
organik untuk diubah menjadi senyawa yang lebih sederhana, misalnya
CO2 dan H2O (Syahputra, 2012).
1.3.2 Metode Pengolahan Secara Kimia
Metode pengolahan kimiawi yang sering digunakan adalah koagulasi.
Koagulasi adalah mekanisme dimana partikel–partikel koloid yang bermuatan
negatif akan dinetralkan, sehingga muatan yang netral tersebut saling melekat
dan menempel satu sama lain, dan membentuk flok. Untuk menambah besar
ukuran koloid dapat dilakukan dengan jalan reaksi kimia diikuti dengan
pengumpulan atau dengan cara penyerapan.
9
Partikel koloid memiliki ukuran lebih kecil dari suatu mikro akan
menimbulkan sifat– sifat yang berbeda, karena kecilnya ukuran partikel maka
luas permukaan tiap satuan massa akan semakin besar. Ada beberapa faktor
yang mempengaruhi untuk menghasilkan koagulasi yang baik :
1. Pengontrolan pH
Setiap koagulan mempunyai range pH yang spesifik dimana
presipitasi yang maksimum akan terbentuk sekaligus titik kelarutan
minimum.
2. Temperatur
Pada temperatur yang rendah, kecepatan reaksi lebih lambat dari
viskositas air lebih besar sehingga flok lebih sukar mengendap.
3. Dosis Koagulan
Air dengan turbiditas yang tinggi memerlukan dosis koagulan yang
banyak. Dosis koagulan persatuan unit turbiditi tinggi, akan lebih kecil
dibandingkan dengan dosis persatuan untuk air dengan turbiditi rendah.
Hal ini disebabkan karena dalam air yang mempunyai turbiditi tinggi,
kemungkinan terjadinya tumbukan antara partikel akan lebih besar
(Syahputra, 2012).
Sedangkan pengolahan air yang dilakukan di PDAM Tirta Satria Patikraja
adalah sebagai berikut:
1. Air Baku
Sumber air baku berasal dari air sungai.
2. Intake
Bangunan penyadap/pengambilan air sungai. Terdiri dari pintu air,
pompa, saringan kasar (bar screen), penjebak pasir (Grit chamber), bak
pengumpul. Saringan kasar untuk mencegah kotoran/sampah terbawa
aliran dan akan mengganggu kerja pompa penjebak pasir atau
mengendapkan sedimen berupa pasir agar tidak tersedot.
10
3. Pra-Sedimentasi
Menurunkan kandungan lumpur dalam air secara gravitasi dengan
cara menurunkan kecepatan air.dibuat bak penampungan relatif luas
dengan kedalaman tertentu.
4. Pre-klorinasi
Pre-klorinisasi bertujuan untuk menghilangkan/mengurangi bahan-
bahan organik dan anorganik di dalam air baku sebelum air baku masuk
kedalam proses koagulasi.
5. Koagulan
Koagulan yang sering digunakan adalah tawas atau aluminium sulfat
atau alumina (Aln(OH)mCl3n-m., PAC (Polyaluminium Cloride)
(Aln(OH)mCl3n-m.dan lain lain.
6. Pengaduk Cepat (Koagulasi)
Unit pengaduk cepat digunakan untuk pembubuhan bahan koagulan
dalam air baku. Dua parameter utama adalah gradient dan kecepatan
waktu kontak. Gradient kecepatan menunjukan pola aliran turbulensi
yang diharapkan agar terjadi kontak yang sempurna antara bahan kimia
dengan partikel koloid (lumpur,zat organik).
7. Pengaduk Lambat (Flokuasi)
Unit pengaduk lambat berfungsi untuk membentuk partikel yang lebih
besar dan padat agar dapat diendapkan secara gravitasi.
8. Sedimentasi/Pengendap
Memisahkan padatan dan air dengan perbedaan berat jenis.
9. Filter/Penyaring
Unit untuk memisahkan padatan dan air dengan menyaring melalui
media berbutir. Media penyaring biasa dari pasir kuarsa agar mudah
dicuci (backwash).
10. Post-klorinasi
Pembubuhan senyawa klor kedalam air minum (reservoir) dengan
tujuan membasmi mikroorganisme pathogen yang ada dalam air minum.
Keunggulan klor dapat mengamankan air minum di daerah perpipaan
11
sampai pelanggan. Bahan klorinasi dapat berupa kaporit/kalsium
hipoklorit (Ca(OCl)2, gas klor (Cl2), natrium hipoklorit (NaOCl) dan lain-
lain.
11. Back-wash
Mencuci media penyaring yang telah kotor oleh flok (endapan
lumpur dan senyawa organik) dengan cara membalik arah aliran air
dengan arah aliran air ketika menyaring.
1.4 Sifat Air
Air memiliki sifat yang khas yang tidak dimiliki oleh senyawa kimia yang
lain. Sifat tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pada kisaran suhu yang sesuai bagi kehidupan makhluk hidup, yakni 0℃
(32℉)-100℃ air berwujud cair. Suhu 0℃ merupakan titik beku (freezing
point) dan suhu 1000℃ merupakan titik didih (boiling point) air. Tanpa
sifat tersebut, air yang terdapat didalam jaringan tubuh makhluk hidup
maupun air yang terdapat di laut sungai, danau, badan air yang lain akan
berada dalam bentuk gas atau padatan, sehingga tidak akan terdapat
kehidupan di muka bumi ini karena sekitar 60%-90% bagian sel makhluk
hidup adalah air.
2. Perubahan suhu air berlangsung lambat sehingga air memiliki sifat sebagai
penyimpan panas yang sangat baik. Sifat ini memungkinkan air tidak
menjadi panas ataupun dingin dalam seketika.
3. Air memerlukan panas yang tinggi dalam proses penguapan. Sifat ini
merupakan salah satu faktor utama yang menyebabkan terjadinya
penyebaran panas secara baik di bumi.
4. Air merupakan pelarut yang baik. Air mampu melarutkan berbagai jenis
senyawa kimia. Sifat ini memungkinkan nutrien terlarut diangkut
keseluruh jaringan tubuh makhluk hidup dan memungkinkan bahan-bahan
toksik yang masuk kedalam tubuh makhluk hidup dapat dikeluarkan
kembali.
12
5. Air memiliki tegangan permukaan yang tinggi, sehingga menyebabkan air
memiliki sifat dapat membasahi suatu bahan secara baik (higger wetting
ability) dan juga memungkinkan terjadinya sisitem kapiler, yaitu
kemampuan bergerak dalam pipa kapiler.
6. Air merupakan satu-satunya senyawa yang meregang ketika membeku.
Pada saat membeku, air meregang sehingga es memliki nilai densitas yang
lebih rendah daripada air. Sifat ini mengakibatkan danau-danau di daerah
yang beriklim dingin hanya membeku pada bagian permukaan sehingga
kehidupan organisme akuatik tetap dapat berlangsung (Effendi, 2003).
1.5 Kegunaan dan Bahaya Klorin
Klorin banyak digunakan dalam pengolahan air bersih dan air limbah sebagai
desinfektan dan bersifat oksidator. Sebagai oksidator, klorin digunakan untuk
menghilangkan bau dan rasa pada pengolahan air bersih. Untuk mengoksidasi
Fe(II) dan Mn(II) yang banyak terkandung dalam air tanah menjadi Fe(III) dan
Mn(III). Yang dimaksud dengan klorin tidak hanya Cl2 saja akan tetapi termasuk
asam hipoklorit (HOCl) dan ion hipoklorit (OCl-), juga beberapa jenis kloramin
seperti monokloramin (NH2Cl) dan dikloramin (NHCl2) termasuk didalamnya.
Klorin dapat diperoleh dari gas Cl2 atau dari garam-garam NaOCl dan Ca(OCl)2.
Kloramin terbentuk karena adanya reaksi antara amoniak (NH3) baik anorganik
maupun organik amoniak di dalam air dengan klorin. Bentuk desinfektan yang
ditambahkan akan mempengaruhi kualitas yang didesinfeksi. Penambahan klorin
dalam bentuk gas akan menyebabkan turunnya pH air, karena terjadi
pembentukan asam kuat. Akan tetapi penambahan klorin dalam bentuk natrium
hipoklorit akan menaikkan alkalinitas air tersebut sehingga pH akan lebih besar.
Sedangkan kalsium hipoklorit akan menaikkan pH dan kesadahan total air yang
didesinfeksi. Kaporit adalah senyawa kimia (CaOCl2), yg pada kadar tinggi
bersifat korosif. Pada presentase rendah bisa digunakan sebagai penjernih air,
pemutih pakaian, membunuh jentik, disinfektan (Syahputra, 2012).
13
Klor berasal dari gas klor Cl2, NaOCl, Ca(OCl2) (kaporit), atau larutan HOCl
(asam hipoklorit). Breakpoint chlorination (klorinasi titik retak) adalah jumlah
klor yang dibutuhkan sehingga:
Semua zat yang dapat dioksidasi teroksidasi
Amoniak hilang sebagai gas N2
Masih ada residu klor aktif terlarut yang konsentrasinya dianggap
perlu untuk pembasmi kuman-kuman (Alaerts,G, 1984).
Proses klorinasi sangat efektif untuk menghilangkan kuman penyakit
terutama dalam penggunaan air ledeng. Tetapi dibalik kefektifannya klorin juga
dapat berbahaya bagi kesehatan. Orang yang meminum air yang mengandung
klorin memiliki kemungkinan lebih besar untuk terkena kanker kandung kemih,
dubur ataupun usus besar. Sedangkan bagi wanita hamil dapat menyebabkan
melahirkan bayi cacat dengan kelainan otak atau urat saraf tulang belakang, berat
bayi lahir rendah, kelahiran prematur atau bahkan dapat mengalami keguguran
kandungan. Selain itu pada hasil studi efek klorin pada binatang ditemukan pula
kemungkinan kerusakan ginjal dan hati. Patogen yang sering ditemukan di dalam
air terutama adalah bakteri-bakteri penyebab infeksi saluran pencernaan seperti
Vibrio cholera penyebab penyakit kolera, Shigella dysentereae penyebab disentri
Basiler, Salmonella typhosa penyebab tifus dan S. paratyphy penyebab paratifus,
virus polio dan hepatitis. Untuk mencegah penyebaran penyakit melalui air, maka
bakteri patogen di dalam air harus dihilangkan dengan proses disinfeksi atau
penambahan klorin. Kegunaan disinfeksi pada air adalah untuk mereduksi
konsentrasi bakteri secara umum dan menghilangkan bakteri patogen.
Penghilangan bakteri patogen tersebut terutama harus benar-benar dilakukan
untuk air yang akan diminum untuk mencegah timbulnya penyakit. Program
disinfeksi ini telah digunakan secara luas sejak awal tahun 1900 untuk menangani
air yang akan digunakan secara luas. (Fardiaz, 1992).
Lebih dari 50% bakteri patogen didalam air yang akan mati dalam waktu 2
hari dan 90% akan mati pada akhir 1 minggu. Oleh karena itu, waduk-waduk
penampang sebenarnya cukup efektif untuk mengendalikan bakteri. Walaupun
demikian, beberapa jenis patogen mungkin tetap hidup selama 2 tahun lebih,
14
karena itu dibutuhkan disinfeksi. Klorin terbukti merupakan disinfektan yang
ideal. Bila dimasukkan kedalam air akan mempunyai pengaruh yang segera akan
membinasakan kebanyakan makhluk mikroskopis (Linsley, 1991). Penggunaan
disinfektan dapat mengatasi mikroba patogen yang spesifik. Metode desinfeksi
telah dikenal secara luas. Disinfeksi dapat dilakukan antara lain dengan berbagai
metode dan bahan kimia seperti dengan klorin, yodium, ozon, senyawa amonium
kuarterner dan lampu ultraviolet. Berdasarkan perhitungan ekonomi, efisiensi dan
kemudahan penggunaanya maka penggunaan klorin merupakan metode yang
paling umum digunakan (Jenie, 1993).
Klorin dapat masuk ke tubuh dengan cara :
1. Terhirup melalui saluran nafas. Klorin sangat berbahaya bila terhirup ke
saluran pernafasan. Berat molekul gas klorin lebih besar dari udara
sehingga akan selalu menempati daerah terendah dan mengendap di
saluran nafas. Paparan klorin pada anak-anak dapat menyebabkan
serangan asma. Studi di Belgia tahun 2003 menyebutkan iritan yang
dikenal dengan triclhoramin. Trikloramin ini akan dilepaskan apabila air
yang berklorinasi bereaksi dengan material organik seperti urin atau
keringat manusia. Trikloramin dipercaya dapat menginisiasi proses
biologi yang dapat merusak barier seluler permukaan paru.
2. Kontak dengan kulit atau mata. Efek klorin sangat negatif untuk
kosmetik. Klorin dapat menyebabkan hilangnya kelembaban kulit dan
rambut sehingga terlihat keriput dan kering. Kontak dengan cairan klorin
dapat menyebabkan kulit dan mata terbakar.
3. Melalui inhalasi uap panas dan absorbsi melaui kulit. Paparan klorin
yang berbahaya adalah melalui inhalasi uap panas dan absorbsi melalui
kulit saat mandi menggunakan shower. Air shower yang hangat akan
membuka pori-pori kulit dan menyebabkan peningkatan absorbsi klorin
dan bahan kimia lainnya dalam air. Inhalasi sangat berbahaya mengingat
gas klorin (kloroform) yang terhirup dapat langsung menuju aliran darah.
4. Masuk ke saluran cerna melaui air atau makanan yang terkontaminasi.
Menurut U.S. Council of Environmental Quality, risiko terjadinya kanker
15
meningkat sebesar 93% pada penduduk yang mengonsumsi air
berklorinasi dibandingkan dengan yang tidak mengandung klorin. Pada
penelitian binatang, tikus yang terpapar klorin dan kloramin menderita
tumor ginjal dan usus. Dr. Joseph Price menulis sebuah buku yang
kontroversal mengenai efek klorin dapat menyebabkan aterosklerosis,
serangan jantung dan stroke. Dr. Price mengadakan percobaan pada
ayam. Subjek penelitian dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok
yang diberi air minum berklorinasi dan yang tidak. Ketika dilakukan
otopsi, kelompok yang terpapar klorin memperlihatkan penyakit jantung
sistemik pada setiap spesimen. Kelompok yang tidak terpapar tidak
menunjukkan hal demikian. Kelompok yang terpapar klorin
menunjukkan sirkulasi yang buruk, bulu-bulunya rontok, kedinginan dan
kurang aktif saat musim dingin tiba (Farida, 2002).
1.6 Kalorimeter dan Komperator Klor
Kolorimetri merupakan cara yang didasarkan pada pengukuran fraksi cahaya
yang diserap analat. Prinsipnya: seberkas sinar dilewatkan pada analat, setelah
melewati analat intensitas cahaya berkurang sebanding dengan banyaknya
molekul analat yang menyerap cahaya itu. Intensitas cahaya sebelum dan sesudah
melewati bahan diukur dan dari situ dapat ditentukan jumlah bahan yang
bersangkutan. Kolorimetri berarti pengukuran warna, yang berarti bahwa dalam
kolorimeter, sinar yang digunakan adalah sinar daerah tampak (visible spectrum),
sebaliknya, spektrofotometri tidak terbatas pada pengunaan sinar dalam daerah
tampak, tetapi dapat juga sinar UV dan sinar IM. Maka timbul istilah-istilah
spektrofotometri UV, spektrofotometri tampak, dan spektrofotometri IM (Harjadi,
1990).
Kolorimetri dikaitkan dengan penetapan konsentrasi suatu zat dengan
mengukur absorbsi relatif cahaya sehubungan dengan konsentrasi tertentu zat
tersebut. Dalam kolorimetri visual, cahaya putih alamiah ataupun buatan
umumnya digunakan sebagai sumber cahaya, dan penetapan biasanya dilakukan
dengan suatu instrumen sederhana yang disebut kolorimeter atau pembanding
16
(komparator) warna. Bila mata digantikan oleh sel fotolistrik, instrumen itu
disebut kolorimetri fotolistrik. Alat kedua ini biasanya digunakan dengan cahaya
putih melalui filter-filter, yakni bahan terbuat dari lempengan berwana terbuat dari
kaca, gelatin, dan sebagainya yang meneruskan hanya daerah spektral terbatas
(Vogel, 1994).
Pemeriksaan klorin dalam air dengan metode DPD dianalisa dengan
menggunakan alat komparator. Yaitu berdasarkan pembandingan warna yang
dihasilkan oleh zat dalam kuantitas yang tidak diketahui dengan warna yang sama
yang dihasilkan oleh kuantitas yang diketahui dari zat yang akan ditetapkan,
dimana kadar klorin akan dibaca berdasarkan warna yang dibentuk oleh pereaksi.
Untuk setiap unsur klor aktif seperti klor tersedia bebas dan klor tersedia terikat
memiliki analisa-analisa khusus. Namun, untuk analisa di laboratorium biasanya
hanya klor aktif (residu) yang ditentukan melalui suatu analisa. Klor aktif dapat
dianalisa melalui titrasi iodometri ataupun melalui metode kolorimetri dengan
menggunakan DPD (Dietil-p-fenilendiamin). Analisa iodometris lebih sederhana
dan murah tetapi tidak sepeka DPD (APHA, 1992). Berikut ini gambar struktur
DPD (Dietil-p-fenilendiamin) :
Gambar 2.1 struktur DPD Dietil-p-fenilendiamin
Salah satu jenis komperator tersebut adalah Komparator livibond 1000 juga
menggunakan deret standar kaca permanen. Cakram yang mengandung sembilan
standar warna kaca itu pas pada komparator, yang dilengkapi dengan 4 ruang
untuk dipasangi tabung uji kecil atau sel persegi. Cakram itu dapat berputar dalam
komparator, dimana larutan dalam sel dapat diamati. Dengan berputarnya cakram,
nilai standar warna yang tampak dalam lubang itu akan kelihatan pada jendela
khusus (Vogel, 1994). Berikut ini gambar alat komperator berserta reagen DPD :
17
Gambar 2.4 Pengaduk sampel
Gambar 2.2 Komperator klor Gambar 2.3 Tabung sampel
Gambar 2.5 Reagen DPD