bab ii atah
DESCRIPTION
biaya kualitasTRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Biaya Kualitas
2.1.1.1 Pengertian Biaya Kualitas
Biaya kualitas adalah biaya yang terjadi atau mungkin akan terjadi karena
kualitas yang buruk.
Menurut Hansen dan Mowen (2000: 7), Biaya mutu adalah biaya yang
timbul karena mungkin atau telah dihasilkan produk yang jelek mutunya.
Sedangkan menurut Fandy Tjiptono (2000: 34), biaya kualitas adalah biaya yang terjadi atau mungkin akan terjadi karena kualitas yang buruk dan biaya kualitas dapat dikatakan biaya yang berhubungan dengan penciptaan, pengidentifikasian, perbaikan dan pencegahan kerusakan.
Menurut Blocher, dkk (2000: 220), Biaya kualitas adalah biaya-biaya yang berkaitan dengan pencegahan, pengidentifikasian, perbaikan dan pembetulan produk yang berkualitas rendah, dan dengan opportunity cost dari hilangnya waktu produksi penjualan sebagai akibat rendahnya kualitas.
jadi biaya kualitas adalah biaya yang terjadi atau mungkin akan tejadi
yang bekaitan dengan kegiatan pencegahan, pengidentifikasian, perbaikan, dan
pencegahan kerusakan, sebagai respon dari munculnya produk dengan kualitas
buruk yang mengakibatkan opportunity cost dan pemborosan.
10
11
2.1.1.2 Jenis-Jenis Biaya Kualitas
Menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2009: 200), biaya tuntutan mutu
atau biaya kualitas dapat dikategorikan sebagai berikut :
- Biaya pencegahan, adalah biaya yang berhubungan dengan
perancangan, pengimplementasian, dan pemeliharaan sistem mutu.
- Biaya peningkatan mutu/ biaya penilaian, adalah biaya yang
dikeluarkan untuk menjamin agar bahan dan produk yang
dihasilkan memenuhi standar mutu yang diinginkan.
- Biaya kegagalan internal, adalah biaya yang berkaitan dengan
bahan dan produk yang tidak memenuhi standar mutu yang
mengakibatkan kerugian bagi perusahaan, sebelum produk yang
dihasilkan sampai ke tangan konsumen pemakai.
- Biaya kegagalan eksternal, adalah biaya yang muncul karena
rendahnya mutu produk yang dihasilkan mencakup produk yang
dikembalikan, biaya keluhan pelanggan, biaya pemulihan citra
perusahaan, dll.
Menurut Russel yang dikutip oleh Ariani (2004: 9), biaya kualitas
digolongkan dalam dua golongan besar, yaitu :
1. Cost Of Conformance
Biaya yang termasuk dalam cost of conformance adalah biaya pencegahan
dan biaya penilaian, karena biaya-biaya tersebut terjadi dalam rangka memastikan
kualitas produk sesuai dengan keinginan pelanggan.
12
a. Biaya Pencegahan (prevention cost)
Biaya pencegahan merupakan biaya yang terjadi untuk mencegah
kerusakan produk yang dihasilkan (mencegah cacat kualitas) atau
semua biaya yang berkaitan dengan setiap kegiatan yang dirancang
untuk memastikan bahwa kegiatan-kegiatan yang tepat dilaksanakan
dengan benar sejak pertama kali. Biaya pencegahan meliputi :
- Biaya pelatihan kualitas, yaitu pengeluaran untuk program-
program pelatihan internal dan eksternal.
- Biaya teknik dan perencanaan kualitas, yaitu biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk aktifitas-aktifitas yang berhubungan dengan
patokan rencana kualitas produk yang dihasilkan.
- Biaya pemeliharaan peralatan, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk
memasang, menyesuaikan, mempertahankan, memperbaiki, dan
menginspeksi peralatan produksi, proses dan system.
- Biaya penjaminan supplier, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk
mengembangkan kebutuhan dan pengukuran data, auditing dan
pelaporan kualitas.
b. Biaya penilaian (Detection/ Appraisal cost)
Biaya penilaian dikeluarkan dalam rangka pengukuran dan analisis
data untuk menentukan apakah produk atau jasa sesuai dengan
spesifikasinya dan persyaratan-persyaratan kualitas. Tujuan utama
penilaian adalah untuk menghindari terjadinya kesalahan dan
kerusakan sepanjang proses perusahaan, misalnya mencegah
13
pengiriman barang-barang yang tidak sesuai dengan persyaratan
kepada pelanggan. Biaya ini meliputi:
- Biaya pengujian dan inspeksi, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk
menguji dan menginspeksi kesesuaian barang yang akan datang,
produk dalam proses dan produk selesai dengan kualifikasi yang
tercantum dalam pesanan.
- Peralatan pengujian, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh, mengoperasikan, atau mempertahankan kualitas,
software, mesin dan peralatan pengujian atau penilaian kualitas
produk dan proses.
- Audit kualitas, yaitu biaya yang meliputi pemeriksaan kualitas
produk, seperti gaji dan upah semua orang yang terlibat dalam
penilaian kualitas produk dan jasa dan pengeluaran lain yang
dikeluarkan selama penilaian kualitas.
- Evaluasi persediaan, yaitu biaya yang meliputi pengujian produk di
gudang, dengan tujuan untuk mendeteksi terjadinya penurunan
kualitas produk.
- Biaya informasi, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk menyiapkan
dan membuktikan laporan kualitas.
2. Cost Of Non Conformance
Biaya yang termasuk kedalam Cost Of Non Conformance adalah biaya
kegagalan internal dan eksternal karena biaya-biaya tersebut merupakan biaya
14
yang dikeluarkan karena menghasilkan produk yang cacat dan opportunity cost
karena ditolaknya produk dan jasa.
a. Biaya Kegagalan Internal (Internal Failure Cost)
Merupakan biaya yang terjadi Karena adanya ketidaksesuaian dengan
persyaratan atau biaya yang dikeluarkan karena rendahnya kualitas
yang ditemukan sejak penilaian awal dan sebelum barang atau jasa
dikirimkan kepada pelanggan. Pengukuran biaya kegagalan internal
dilakukan dengan menghitung kerusakan produk sebelum
meninggalkan pabrik, biaya kegagalan internal meliputi:
- Biaya tindakan koreksi, adalah biaya untuk waktu yang dihabiskan
untuk menemukan penyebab kegagalan dan untuk mengoreksi
masalah.
- Sisa bahan, adalah kerugian yang timbul karena adanya sisa bahan
baku yang tidak terpakai dalam upaya memenuhi tingkat kualitas
yang dikehendaki.
- Biaya pengerjaan kembali, adalah biaya yang timbul untuk
melakukan proses pengerjaan ulang agar dapat memenuhi standar
kualitas yang disyaratkan.
- Biaya proses, adalah biaya yang dikeluarkan untuk mendesain
ulang produk atau proses dan pemberhentian mesin yang tidak
direncanakan dan gagalnya produksi karena adanya penyelaan
proses untuk perbaikan dan pengerjaan kembali.
15
- Biaya ekspedisi, adalah biaya yang dikeluarkan untuk
mempercepat operasi pengolahan karena adanya waktu yang
dihabiskan untuk perbaikan dan pengerjaan kembali.
- Biaya inspeksi dan pengujian ulang, adalah biaya yang dikeluarkan
selama inspeksi ulang atau pengujian ulang atas produk-produk
yang telah diperbaiki.
- Factory Contract Engineering, adalah biaya yang berhubungan
dengan waktu yang digunakan oleh para ahli produk atau produksi
yang terlibat dalam masalah-masalah produksi yang menyangkut
kualitas.
b. Biaya Kegagalan Eksternal (External Failure Cost)
Biaya kegagalan eksternal adalah biaya yang terjadi karena produk
atau jasa gagal memenuhi persyaratan-persyaratan yang diketahui setelah
produk itu dikirimkan kepada pelanggan, seperti biaya dalam rangka
meralat cacat kualitas setelah produk sampai ke pelanggan dan laba gagal
yang diperoleh karena hilangnya peluang sebagai akibat adanya produk
atau jasa yang tidak dapat diterima oleh pelanggan. Biaya ini merupakan
biaya yang paling membahayakan karena dapat membuat reputasi buruk,
kehilangan pelanggan dan kehilangan pangsa pasar. Biaya kegagalan
eksternal meliputi :
- Biaya untuk menangani keluhan dan pengembalian dari pelanggan,
biaya ini meliputi semua biaya yang ditimbulkan karena adanya
keluhan-keluhan tertentu, sehingga diperlukan pemeriksaan,
16
reparasi atau penggantian/penukaran produk. Biaya penanganan
keluhan ini dibedakan antara yang masih bergaransi dan masa
garansinya sudah lewat.
- Pelayanan (service) produk, adalah biaya yang dikeluarkan akibat
dari usaha untuk memperbaiki ketidaksempurnaan atau untuk
pengujian khusus atau untuk memperbaiki yang cacat yang bukan
disebabkan oleh adanya keluhan pelanggan.
- Biaya penarikan kembali dan pertanggung jawaban produk, biaya
untuk menangani pengembalian produk, perbaikan atau
penggantian, biaya hukum atau biaya penyelesaian hukum.
- Penjualan yang hilang karena produk yang tidak memuaskan,
margin kontribusi yang hilang karena pesanan yang tertunda,
penjualan yang hilang dan menurunnya pangsa pasar.
Hansen dan Mowen (2005: 8) mendefinisikan kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan kualitas juga menunjukan empat kategori biaya, yaitu:
1. Biaya pencegahan (prevention cost), yaitu biaya untuk mencegah kerusakan
atau cacat produk.
2. Biaya penilaian (appraisal cost), yaitu biaya yang harus dikeluarkan untuk
mengadakan pengujian terhadap produk yang dihasilkan.
3. Biaya kegagalan internal (Internal Failure Cost), yaitu biaya yang harus
dikeluarkan karena perusahaan menghasilkan produk yang cacat, tapi cacat
produk tersebut sudah diketahui sebelum produk tersebut sampai pada
pelanggan.
17
4. Biaya kegagalan eksternal ( External Failure Cost), yaitu biaya yang
dikeluarkan perusahaan karena menghasilkan produk yang cacat, dan produk
ini telah diterima oleh konsumen.
2.1.2 Profitabilitas
2.1.2.1 Pengertian Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan dari suatu kesatuan usaha (entitas) untuk
memperoleh laba. Suatu perusahaan haruslah berada dalam keadaan yang
menguntungkan. Tanpa adanya keuntungan akan sulit bagi perusahaan untuk
menarik modal dari luar. Para kreditur, pemilik perusahaan dan terutama pihak
manajemen perusahaan akan berusaha untuk meningkatkan keuntungan ini,
karena disadari betul betapa pentingnya arti keuntungan bagi masa depan
perusahaan.
Menurut Danang Sunyoto (2013: 113), Pengertian dari profitabilitas
adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari usahanya.
Harmono mengemukakan bahwa (2009: 89), Profitabilitas
menggambarkan kinerja fundamental perusaahaan ditinjau dari tingkat efisiensi
dan efektivitas operasi perusahaan dalam memperoleh laba.
Sedangkan R. Agus Sartono (2001: 122) mendefinisikan profitabilitas
sebagai berikut :
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan didalam memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri. Dari pengertian tersebut, maka ditarik suatu kesimpulan bahwa profitabilitas adalah
18
kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba atau keuntungan, dimanapun kemampuan tersebut dapat diukur dengan membandingkan antara laba yang dihasilkan dengan aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan tersebut.
Menurut Pandji Anoraga (2004 : 300), Profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan, baik dihubungkan dengan penjualan, maupun dihubungkan dengan aktiva yang menghasilkan keuntungan tersebut, atau dihubungkan dengan modal sendiri.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Profitabilitas adalah tingkat kemampuan
perusahaan dalam memperoleh laba ditinjau dari kinerja efisiensi dan efektivitas
perusahaan dalam usahanya baik dihubungkan dengan penjualan, maupun
dihubungkan dengan aktiva yang menghasilkan keuntungan tersebut, atau
dihubungkan dengan modal sendiri.
2.1.2.2 Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur seberapa besar tingkat
keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan. Jumlah keuntungan yang didapat
satu perusahaan dapat dilihat dari laporan laba rugi tahunan yang dikeluarkan oleh
perusahaan dan setiap perusahaan akan selalu memaksimalkan laba yang
diperolehnya.
Menurut Dermawan Sjahrial (2006:45), rasio profitabilitas merupakan
rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba.
Sedangkan menurut Sofyan Syafri Harahap (2008: 304) menyatakan
bahwa:
19
Rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan
laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan,
kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya.
Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa rasio profitabilitas
adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan
melalui kegiatan penjualan, harta perusahaan dan modal saham. Rasio
profitabilitas dapat diukur dengan beberapa indikator yaitu:
a. Gross Profit Margin
Gross Profit Margin yaitu dengan menghitung antara laba kotor yang diperoleh
dari penjualan dikurangi dengan harga pokok penjualannya dengan penjualan.
Gross Profit Margin = gross profit margin x 100%
Sales
b. Net Profit Margin
Net Profit Margin dapat dihitung dengan membandingkan laba setelah pajak
dengan penjualannya.
Net Profit Margin = EAT x100%
Sales
c. Return On Assets
Return On Assets dapat dihitung dengan membandingkan laba setelah bunga dan
pajak dengan jumlah aktiva.
Return On Assets = EBIT x 100%
Total Assets
20
d. Return On Equity
Return On Equity ini sering disebut dengan Rute of return on net worth yaitu
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri.
Dapat dihitung dengan membandingkan laba setelah pajak dengan modal sendiri.
Return On Equity = EAT x100
Modal sendiri
e. Return On Investment
Return On Investment (ROI) dapat dihitung dengan membandingkan laba setelah
pajak dengan jumlah aktiva.
Return On Investment = EAT x 100%
Total asset
f. Earning Per Share
Earning Per Share dapat dihitung dengan membandingkan laba setelah pajak
dengan jumlah lembar saham.
Earning Per Share = EAT
Jumlah lembar saham
2.2 Kerangka Pemikiran
Semakin ketatnya persaingan antar perusahaan yang bergerak di bidang
produksi yang sama, menyebabkan perusahaan termotivasi untuk selalu
21
memperkuat fundamental manajemen sehingga akan mampu bersaing dengan
perusahaan lain. Untuk itu perusahaan harus mampu meningkatkan kualitas
produk yang dihasilkan. Akan tetapi, setiap kegiatan yang dilakukan oleh
perusahaan baik dalam proses produksi ataupun penjualan memerlukan
pengorbanan sumber daya yang disebut sebagai biaya.
Kualitas produk dipandang sebagai elemen penting dalam eksistensi
perusahaan. Oleh dari itu, untuk meningkatkan dan mengendalikan kualitas
produk, perusahaan perlu menerapkan kegiatan yang berhubungan dengan
kualitas, dan biaya-biaya yang menjalankan kegiatan tersebut adalah biaya
kualitas. Seperti yang telah dikemukakan oleh Fandy Tjiptono (2000: 34), Biaya
Kualitas adalah biaya yang terjadi atau mungkin akan terjadi karena kualitas yang
buruk dan biaya kualitas dapat dikatakan biaya yang berhubungan dengan
penciptaan, pengidentifikasian, perbaikan dan pencegahan kerusakan.
Kualitas produk yang baik akan berdampak pada penguasaan pasar dan
menimbulkan kebutuhan produksi yang banyak. Akan tetapi seperti yang telah
diuraikan di atas, untuk menghasilkan sejumlah barang yang dibutuhkan tersebut,
perusahaan harus mengeluarkan sejumlah biaya yang cukup besar untuk
mengalokasikan biaya kualitas. Untuk itu manajemen perusahaan harus mampu
mengambil kebijakan yang tepat agar biaya kualitas yang dikeluarkan tidak
mengakibatkan pemborosan dan dapat mengimbangi jumlah laba yang diperoleh.
Hansen dan Mowen (2005: 8) mendefinisikan kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan kualitas juga menunjukan empat kategori biaya, yaitu: Biaya
pencegahan (Prevention Cost), Biaya penilaian (Appraisal Cost), Biaya kegagalan
22
internal (Internal Failure Cost), dan Biaya kegagalan eksternal ( External Failure
Cost). Mengacu pada prinsip yang berlaku umum, yang menyatakan bahwa biaya
kualitas sebaiknya kurang dari 2,5 persen penjualan. Maka manajemen perusahaan
perlu mengendalikan biaya kualitas melalui keempat elemen tersebut dengan
perencanaan yang optimal.
Biaya kualitas akan mempengaruhi laba (Profitabilitas) yang diperoleh
perusahaan. Sebab biaya kualitas yang dikeluarkan perusahaan akan membentuk
pangsa pasar dan meningkatkan penjualan produk perusahaan, sehingga
menentukan besar kecilnya perolehan keuntungan atau laba perusahaan dari
penjualan yang dilakukan, sehingga biaya kualitas secara tidak langsung akan
mempengaruhi profitabilitas perusahaan.
Seperti yang dikemukakan Pandji Anoraga (2004 : 300), Profitabilitas
menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan, baik
dihubungkan dengan penjualan, maupun dihubungkan dengan aktiva yang
menghasilkan keuntungan tersebut, atau dihubungkan dengan modal sendiri.
Melalui rasio gross Profit Margin maka akan diketahui profitabilitas perusahaan
dari perbandingan laba kotor perusahaan dan Penjualan (Sales).
Perencanaan dan analisis dari manajemen akan sangat berpengaruh agar
dapat menjalankan biaya kualitas secara optimal. Namun bila biaya kualitas
tersebut tidak optimal akan menyebabkan pemborosan biaya dan menjadi beban
perusahaan. Kualitas produk ini menjadi sangat vital dalam meningkatkan
penjualan, karena bila penjualan meningkat maka otomatis akan memicu
pendapatan kotor dan bersih perusahaan mengalami peningkatan.
23
2.3 Hipotesis
Berdasarkan teori dan kerangka pemikiran diatas, maka hipotesis dalam
penelitian ini adalah “Terdapat Pengaruh Biaya Kualitas Secara Parsial terhadap
Profitabilitas”.