bab ii

33
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Luka Di dalam ilmu kedokteran forensik traumatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera dalam hubungannya dengan berbagai kekerasan (rudapaksa), sedangkan pengertian luka adalah suatu keadaan ketidaksinambungan jaringan tubuh akibat kekerasan. 2,3 Pengertian medis menyatakan trauma atau perlukaan adalah gangguan kontinuitas dari jaringan tubuh seperti kulit, membran mukosa, kornea, dan sebagainya. Dalam pengertian medikolegal trauma adalah pengetahuan tentang alat atau benda yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan seseorang. Artinya orang yang sehat, tiba-tiba terganggu kesehatannya akibat efek dari alat atau benda yang dapat menimbulkan kecederaan. 2,3,4 3

Upload: lucky-arie-sandi

Post on 19-Jan-2016

9 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

2

TRANSCRIPT

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Luka

Di dalam ilmu kedokteran forensik traumatologi adalah ilmu yang

mempelajari tentang luka dan cedera dalam hubungannya dengan berbagai

kekerasan (rudapaksa), sedangkan pengertian luka adalah suatu keadaan

ketidaksinambungan jaringan tubuh akibat kekerasan. 2,3

Pengertian medis menyatakan trauma atau perlukaan adalah gangguan

kontinuitas dari jaringan tubuh seperti kulit, membran mukosa, kornea, dan

sebagainya. Dalam pengertian medikolegal trauma adalah pengetahuan

tentang alat atau benda yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan

seseorang. Artinya orang yang sehat, tiba-tiba terganggu kesehatannya akibat

efek dari alat atau benda yang dapat menimbulkan kecederaan. 2,3,4

2.2 Klasifikasi Luka

A. Berdasarkan sifat dan penyebabnya, trauma dapat dibedakan atas

kekerasan yang bersifat :

1. Mekanik

a. Benda tumpul

b. Benda tajam

c. Tembakan senjata api

3

4

2. Fisika

a. Suhu

b. Listrik dan petir

c. Perubahan tekanan udara

d. Akustik

e. Radiasi

3. Kimia

a. Asam kuat

b. Basa kuat

B. Berdasarkan etiologi luka dapat dikelompokkan:

1. Luka mekanik.

2. Luka termis.

3. Luka kimiawi.

4. Luka listrik.

C. Berdasarkan derajat kualifikasi luka dapat dikelompokkan:

1. Luka ringan.

2. Luka sedang.

3. Luka berat.

D. Berdasarkan bentuknya luka dapat dikelompokkan:

1. Teratur

a. Luka bulat

b. Luka lonjong

c. Luka segitiga, dan lain-lain

5

2. Tidak teratur

a. Luka robek

b. Luka lecet

c. Luka memar, dan lain-lain

E. Luka mekanik juga dapat dikelompokkan:

1. Luka memar (kontusio).

2. Luka lecet (abrasio).

3. Luka sayat (vulnus scissum).

4. Luka robek (vulnus laceratum).

5. Luka tusuk (vulnus punctum).

6. Luka tembak (vulnus sclopetorum).

7. Luka-luka yang mengenai struktur organ dalam tanpa kerusakan pada

Permukaan kulit/ tubuh

8. Luka bakar (combustio) dan luka akibat air mendidih ataupun uap

panas.

9. Luka-luka yang disebabkan oleh aliran listrik (kilat).

F. Berdasarkan waktu kematian terjadinya luka dapat dikelompokkan:

1. Ante-mortem

2. Post- mortem

G. Berdasarkan aspek medikolegal luka dapat dikelompokkan:

1. Perbuatan sendiri (bunuh diri).

2. Perbuatan orang lain (pembunuhan).

3. Kecelakaan.

6

4. Luka tangkis.

5.Dibuat (fabricated)

2.3 Trauma Benda Tumpul

Trauma atau luka mekanik terjadi karena alat atau senjata dalam berbagai

bentuk, baik secara alami atau dibuat manusia. Senjata atau alat yang dibuat

manusia seperti kampak, pisau, panah, martil dan lain-lain. Bila ditelusuri,

benda-benda ini telah ada sejak zaman pra sejarah dalam usaha manusia

mempertahankan hidup sampai dengan pembuatan senjata-senjata masa kini

seperti senjata api, bom dan senjata penghancur lainnya. Akibat pada tubuh

dapat dibedakan dari penyebabnya.

Benda tumpul yang sering mengakibatkan luka antara lain adalah batu,

besi, sepatu, tinju, lantai, jalan dan lain-lain. Adapun definisi dari benda

tumpul itu sendiri adalah :

Tidak bermata tajam

Konsistensi keras / kenyal

Permukaan halus / kasar

Kekerasan tumpul dapat terjadi karena 2 sebab yaitu alat atau senjata

yang mengenai atau melukai orang yang relatif tidak bergerak dan yang lain

orang bergerak ke arah objek atau alat yang tidak bergerak.

Luka karena kererasan tumpul dapat berbentuk salah satu atau

kombinasi dari luka memar, luka lecet, luka robek, patah tulang atau luka

tekan.

7

2.3.1 Luka Akibat Trauma Tumpul2,6,7

Variasi mekanisme terjadinya trauma tumpul adalah:

1. Benda tumpul yang bergerak pada korban yang diam.

2. Korban yang bergerak pada benda tumpul yang diam.

Sekilas nampak sama dalam hasil lukanya namun jika diperhatikan

lebih lanjut terdapat perbedaan hasil pada kedua mekanisme itu. Organ atau

jaringan pada tubuh mempunyai beberapa cara menahan kerusakan yang

disebabkan objek atau alat, daya tahan tersebut menimbulkan berbagai tipe

luka yakni:

a. Abrasi

b. Laserasi

c. Kontusio

d. Fraktur

e. Kompresi

a. Abrasi (Luka Lecet)

Abrasi per definisi adalah pengelupasan kulit. Dapat terjadi

superfisial jika hanya epidermis saja yang terkena, lebih dalam ke lapisan

bawah kulit (dermis) atau lebih dalam lagi sampai ke jaringan lunak

bawah kulit. Jika abrasi terjadi lebih dalam dari lapisan epidermis

pembuluh darah dapat terkena sehingga terjadi perdarahan. Arah dari

pengelupasan dapat ditentukan dengan pemeriksaan luka. Dua tanda yang

dapat digunakan. Tanda yang pertama adalah arah dimana epidermis

bergulung, tanda yang kedua adalah hubungan kedalaman pada luka yang

8

menandakan ketidakteraturan benda yang mengenainya. Efek lanjut dari

abrasi sangat jarang terjadi. Infeksi dapat terjadi pada abrasi yang luas.

b. Kontusio Superfisial (Luka Memar).

Kata lazim yang digunakan adalah memar, terjadi karena tekanan

yang besar dalam waktu yang singkat. Penekanan ini menyebabkan

kerusakan pada pembuluh darah kecil dan dapat menimbulkan perdarahan

pada jaringan bawah kulit atau organ dibawahnya. Pada orang dengan

kulit berwarna memar sulit dilihat sehingga lebih mudah terlihat dari

nyeri tekan yang ditimbulkannya.

Perubahan warna pada memar berhubungan dengan waktu lamanya

luka, namun waktu tersebut bervariasi tergantung jenis luka dan individu

yang terkena. Tidak ada standart pasti untuk menentukan lamanya luka

dari warna yang terlihat secara pemeriksaan fisik.

Efek samping yang terjadi pada luka memar antara lain terjadinya

penurunan darah dalam sirkulasi yang disebabkan memar yang luas dan

masif sehingga dapat menyebabkan syok, penurunan kesadaran, bahkan

kematian. Yang kedua adalah terjadinya agregasi darah di bawah kulit

yang akan mengganggu aliran balik vena pada organ yang terkena

sehingga dapat menyebabkan ganggren dan kematian jaringan. Yang

ketiga, memar dapat menjadi tempat media berkembang biak kuman.

Kematian jaringan dengan kekurangan atau ketiadaaan aliran darah

sirkulasi menyebabkan saturasi oksigen menjadi rendah sehingga kuman

9

anaerob dapat hidup, kuman tersering adalah golongan clostridium yang

dapat memproduksi gas gangren.

c. Kontusio pada organ dan jaringan dalam.

Semua organ dapat terjadi kontusio. Kontusio pada tiap organ

memiliki karakteristik yang berbeda. Pada organ vital seperti jantung dan

otak jika terjadi kontusio dapat menyebabkan kelainan fungsi dan bahkan

kematian.

d. Laserasi (Luka Robek).

Suatu pukulan yang mengenai bagian kecil area kulit dapat

menyebabkan kontusio dari jaringan subkutan, seperti pinggiran balok

kayu, ujung dari pipa, permukaan benda tersebut cukup lancip untuk

menyebabkan sobekan pada kulit yang menyebabkan laserasi. Laserasi

disebabkan oleh benda yang permukaannya runcing tetapi tidak begitu

tajam sehingga merobek kulit dan jaringan bawah kulit dan menyebabkan

kerusakan jaringan kulit dan bawah kulit. Tepi dari laserasi ireguler dan

kasar, disekitarnya terdapat luka lecet yang diakibatkan oleh bagian yang

lebih rata dari benda tersebut yang mengalami indentasi.

10

Gambar 2.3.1.1. Luka Robek

Laserasi dapat menyebabkan perdarahan hebat. Sebuah laserasi

kecil tanpa adanya robekan arteri dapat menyebabkan akibat yang fatal

bila perdarahan terjadi terus menerus. Laserasi yang multipel yang

mengenai jaringan kutis dan sub kutis dapat menyebabkan perdarahan

yang hebat sehingga menyebabkan sampai dengan kematian. Adanya

diskontinuitas kulit atau membran mukosa dapat menyebabkan kuman

yang berasal dari permukaan luka maupun dari sekitar kulit yang luka 

masuk ke dalam jaringan. Port de entree tersebut tetap ada sampai

dengan terjadinya penyembuhan luka yang sempurna. 

Bila luka terjadi dekat persendian maka akan terasa nyeri,

khususnya pada saat sendi tersebut di gerakkan ke arah laserasi tersebut

sehingga dapat menyebabkan disfungsi dari sendi tersebut. Benturan yang

terjadi pada jaringan bawah kulit yang memiliki jaringan lemak dapat

menyebabkan emboli lemak pada paru atau sirkulasi sistemik. Laserasi

juga dapat terjadi pada organ akibat dari tekanan yang kuat dari suatu

pukulan seperi pada organ jantung, aorta, hati dan limpa.

11

Hal yang harus diwaspadai dari laserasi organ yaitu robekan yang

komplit yang dapat terjadi dalam jangka waktu lama setelah trauma yang

dapat menyebabkan perdarahan hebat.

e. Kombinasi dari luka lecet, memar dan laserasi.

Luka lecet, memar dan laserasi dapat terjadi bersamaan. Benda

yang sama dapat menyebabkan memar pada pukulan pertama, laserasi

pada pukulan selanjutnya dan lecet pada pukulan selanjutnya.  Tetapi

ketiga jenis luka tersebut dapat terjadi bersamaan pada satu pukulan.

f. Fraktur

Fraktur adalah suatu diskontinuitas tulang. Istilah fraktur pada

bedah hanya memiliki sedikit makna pada ilmu forensik.  Pada bedah,

fraktur dibagi menjadi fraktur sederhana dan komplit atau

terbuka.Terjadinya fraktur selain disebabkan suatu trauma juga

dipengaruhi beberapa faktor seperti komposisi tulang tersebut.

Perdarahan merupakan salah satu komplikasi dari fraktur. Bila

perdarahan sub periosteum terjadi dapat menyebabkan nyeri yang hebat

dan disfungsi organ tersebut. Apabila terjadi robekan pembuluh darah

kecil dapat menyebabkan darah terbendung disekitar jaringan lunak yang

menyebabkan pembengkakan dan aliran darah balik dapat berkurang.

Apabila terjadi robekan pada arteri yang besar terjadi kehilangan darah

yang banyak dan dapat menyebabkan pasien shok sampai meninggal.

Shok yang terjadi pada pasien fraktur tidaklah selalu sebanding dengan

fraktur yang dialaminya.

12

Selain itu juga dapat terjadi emboli lemak pada paru dan jaringan

lain. Gejala pada emboli lemak di sereberal dapat terjadi 2-4 hari setelah

terjadinya fraktur dan dapat menyebabkan kematian. Gejala pada emboli

lemak di paru berupa distres pernafasan dapat terjadi 14-16 jam setelah

terjadinya fraktur yang juga dapat menyebabkan kematian. Emboli

sumsum tulan atau lemak merupakan tanda antemortem dari sebuah

fraktur.

Fraktur linier yang terjadi pada tulang tengkorak tanpa adanya

fraktur depresi tidaklah begitu berat kecuali terdapat robekan pembuluh

darah yang dapat membuat hematom ekstra dural, sehingga diperlukan

depresi tulang secepatnya. Apabila ujung tulang mengenai otak dapat

merusak otak tersebut, sehingga dapat terjadi penurunan kesadaran,

kejang, koma hingga kematian.

g. Kompresi

Kompresi yang terjadi dalam jangka waktu lama dapat

menyebabkan efek lokal maupun sistemik yaitu asfiksia traumatik

sehingga dapat terjadi kematiaan akibat tidak terjadi pertukaran udara.

h. Perdarahan

Perdarahan dapat muncul setelah terjadi kontusio, laserasi, fraktur,

dan kompresi. Kehilangan 1/10 volume darah tidak menyebabkan

gangguan yang bermakna. Kehilangan ¼ volume darah dapat

menyebabkan pingsan meskipun dalam kondisi berbaring. Kehilangan

½ volume darah dan mendadak dapat menyebabkan syok yang berakhir

13

pada kematian. Kecepatan perdarahan yang terjadi tergantung pada

ukuran dari pembuluh darah yang terpotong dan jenis perlukaan yang

mengakibatkan terjadinya perdarahan. Pada arteri besar yang terpotong,

akan terjadi perdarahan banyak yang sulit dikontrol oleh tubuh

sendiri.Apabila luka pada arteri besar berupa sayatan, seperti luka yang

disebabkan oleh pisau, perdarahan akan berlangsung lambat dan mungkin

intermiten.

Luka pada arteri besar yang disebabkan oleh tembakan akan

mengakibatkan luka yang sulit untuk dihentikan oleh mekanisme

penghentian darah dari dinding pembuluh darah sendiri. Hal ini sesuai

dengan prinsip yang telah diketahui, yaitu perdarahan yang berasal dari

arteri lebih berisiko dibandingkan perdarahan yang berasal dari vena.

Hipertensi dapat menyebabkan perdarahan yang banyak dan cepat

apabila terjadi perlukaan pada arteri.

Adanya gangguan pembekuan darah juga dapat menyebabkan

perdarahan yang lama. Kondisi ini terdapat pada orang-orang dengan

penyakit hemofili dan gangguan pembekuan darah, serta orang-orang

yang mendapat terapi antikoagulan. Pecandu alcohol biasanya tidak

memiliki mekanisme pembekuan darah yang normal, sehingga cenderung

memiliki perdarahan yang berisiko. Investigasi terhadap kematian yang

diakibatkan oleh perdarahan memerlukan pemeriksaan lengkap seluruh

tubuh untuk mencari penyakit atau kondisi lain yang turut berperan dalam

menciptakan atau memperberat situasi perdarahan.

14

Klasifikasi luka akibat benda tumpul menurut jaringan atau organ

yang terkena adalah sebagai berikut :

1. Kulit

a) Luka Lecet

b) Luka Memar

c) Luka Robek

Gambar 2.3.1.2. Luka Memar

2. Kepala

a) Tengkorak

b) Jaringan Otak

3. Leher dan Tulang Belakang

4. Dada

a) Tulang

b) Organ dalam dada

15

5. Perut

a) Organ Parenchym

b) Organ berongga

6. Anggota Gerak

2.3.2 Kekerasan benda tumpul pada kulit dan jaringan bawah kulit

a. Luka Lecet (Abrasion)

Adalah luka akibat kekerasan benda yang memiliki permukaan

yang kasar sehingga sebagian atau seluruh lapisan epidermis hilang..

Contohnya :

Benda kasar : terseret di jalan aspal

Tali tampar : gantung diri

Benda runcing : duri, kuku

Meninggalkan bekas : ban mobil

Ciri luka lecet :

Sebagian/seluruh epitel hilang

Permukaan tertutup exudasi yang akan mengering (krusta)

Timbul reaksi radang (Sel PMN)

Biasanya pada penyembuhan tidak meninggalkan jaringan parut

Memperkirakan umur luka lecet:

Hari ke 1 – 3 : warna coklat kemerahan

Hari ke 4 – 6 : warna pelan-pelan menjadi gelap dan lebih suram

Hari ke 7 – 14 : pembentukan epidermis baru

Beberapa minggu : terjadi penyembuhan lengkap

16

Tabel 1. Perbedaan luka lecet ante motem dan post mortem

ANTE MORTEM POST MORTEM

1. Coklat kemerahan

2. Terdapat sisa sisa-sisa epitel

1. Tanda intravital (+)

2. Sembarang tempat

1. Kekuningan

2. Epidermis terpisah sempurna

dari dermis

3. Tanda intravital (-)

4. Pada daerah yang ada penonjolan

tulang

b. Luka Memar (Contusion)

Luka Memar adalah kerusakan jaringan subkutan dimana

pembuluh darah (kapiler) pecah sehingga darah meresap ke jaringan

sekitarnya, kulit tidak perlu rusak, menjadi bengkak, berwarna merah

kebiruan.

Memperkirakan umur luka memar :

Hari ke 1 : terjadi pembengkakan warna merah kebiruan

Hari ke 2 – 3 : warna biru kehitaman

Hari ke 4 – 6 : biru kehijauan–coklat

> 1 minggu-4 minggu : menghilang / sembuh

17

Tabel 2. Perbedaan Luka Memar dan Lebam mayat

Luka Memar Lebam mayat

1. Di sembarang tempat

2. Pembengkakan (+)

3. Tanda Intravital (+)

4. Ditekan tidak menghilang

5. Diiris : tidak menghilang

1. Bagian tubuh yang terendah

2. Pembengkakan (-)

3. Tanda Intravital (-)

4. Ditekan Menghilang

5. Diiris : dibersihkan dengan kapas

menjadi bersih

c. Luka Robek, Retak, Koyak (Laceration)

Luka robek adalah kerusakan seluruh tebal kulit dan jaringan

bawah kulit  yang mudah terjadi pada kulit yang ada tulang di bawahnya

dan biasanya pada penyembuhan meninggalkan jaringan parut

2.3.3 Kekerasan Benda Tumpul Pada Kepala

1. Kulit

Luka Lecet

Luka Memar

Luka Robek

2. Tengkorak

Fraktur Basis Cranii

Fraktur Calvaria

3. Otak

Contusio Cerebri

18

Laceratio Cerebri

Oedema Cerebri

Commotio Cerebri

4. Selaput Otak

Epidural Haemorrhage

Sub dural Haemorrhage

Sub arachnoid Haemorrhage

2.3.4 Kekerasan Benda Tumpul Pada Leher

Kekerasan Benda Tumpul Pada Leher berakibat :

Patah tulang leher

Robek pembuluh darah, otot, oesophagus, trachea/larynx

Kerusakan syaraf

2.3.5 Kekerasan Benda Tumpul Pada Dada

Kekerasan Benda Tumpul Pada Dada berakibat :

Patah os costae, sternum, scapula, clavicula

Robek organ jantung, paru, pericardium

2.3.6 Kekerasan Benda Tumpul Pada Perut

Kekerasan Benda Tumpul Pada Perut berakibat :

Patah os pubis, os sacrum, symphysiolysis, Luxatio sendi sacro iliaca

Robek organ hepar, lien, ginjal. Pankreas, adrenal, lambung, usus,

kandung seni.

19

2.3.7 Kekerasan Benda Tumpul Pada Vertebra

Kekerasan Benda Tumpul Pada Vertebra dapat berakibat :

Fraktura, dislokasi os vertebrae

Dapat karena :

a) Trauma langsung

b) Tidak langsung karena tarikan / tekukan

2.3.8 Kekerasan benda Tumpul Pada Anggota Gerak

Kekerasan benda Tumpul Pada Anggota Gerak berakibat :

Patah tulang, dislokasi sendi

Robek otot, P.darah, kerusakan saraf

2.4 Trauma Benda Tajam

Disebabkan oleh benda-benda tajam :

- Bisa untuk mengiris

- Berujung runcing

- Bisa untuk menusuk

Luka akibat persentuhan dengan benda tajam , yaitu: Putusnya atau

rusaknya continuitas jaringan karena trauma akibat alat/senjata yang bermata

tajam dan atau berujung runcing.

Ciri Luka Akibat Benda Tajam:

o Tepi luka rata

o Sudut luka tajam

o Rambut ikut terpotong

20

o Jembatan jaringan ( - )

o Memar/lecet di sekitarnya ( - )

Cara melukis luka hendaknya ditentukan :

1. Lokalisasi : a. ordinat b. aksis

2. Ukuran

3. Jumlah luka

4. Bentuk luka

5. Benda asing

6. Terjadinya intravital/post mortal

7. Luka tersebut menyebabkan kematian/tidak

8. Cara kejadian luka:kecelakaan/bunuh diri/pembunuhan

Sebab Kematian Luka Akibat Benda Tajam :

1. Sebab langsung:

- Perdarahan

- Kerusakan organ vital

- Emboli udara

- Aspirasi darah

2. Sepsis / infeksi

3. Macam Luka Akibat Benda Tajam:

oLuka Iris (Incisied Wound)

oLuka Tusuk (Stab Wound)

oLuka Bacok (Chop Wound)

21

2.4.1 Luka Iris

Luka karena alat yang tepinya tajam dan timbulnya luka oleh karena alat

ditekan pada kulit dengan kekuatan relativ ringan kemudian digeserkan

sepanjang kulit.

Gambar 2.3.2.1. Luka Iris pada Leher

Ciri luka iris :

o Pinggir luka rata

o Sudut luka tajam

o Rambut ikut terpotong

o Jembatan jaringan ( - )

o Biasanya mengenai kulit, otot, pembuluh darah, tidak sampai tulang

Cara Kematian :

o Bunuh diri ( tersering )

o Pembunuhan

o Kecelakaan

22

Luka Iris harus dibedakan dengan “luka retak”

Luka retak , yaitu :

Luka yang terjadi pada daerah tubuh yang ada tulang di bawah kulitnya

(misalnya : kepala/dahi) dan luka ini terjadi akibat kekerasan dengan benda

tumpul yang mempunyai pinggiran (misalnya: tepi meja)

Luka Iris pada bunuh diri:

- Lokalisasi luka pada daerah tubuh yang dapat dicapai korban sendiri.

o leher

o pergelangan tangan

o lekuk siku, lekuk lutut

o pelipatan paha

- Ditemukan “Luka Iris Percobaan”

- Tidak ditemukan “Luka Tangkisan”

- Pakaian disingkirkan dahulu/tidak ikut robek

Luka Iris pada pembunuhan :

- Sebenarnya sukar membunuh seseorang dengan irisan, kecuali kalau fisik

korban jauh lebih lemah dari pelaku atau korban dalam keadaan/dibuat tidak

berdaya

- Luka di sembarang tempat, juga pada daerah tubuh yang tidak mungkin

dicapai tangan korban sendiri

- Ditemukan luka tangkisan/tanda perlawanan

- Pakaian ikut koyak akibat senjata tajam tersebut.

23

2.4.2 Luka Tusuk

Batasan :

Luka akibat alat yang berujung runcing dan bermata tajam atau tumpul yang

terjadi dengan suatu tekanan tegak lurus atau serong pada permukaan tubuh.

Contoh:

- Belati, bayonet, keris

Gambar 2.1 Luka Tusuk Gambar 2.2 Pisau yang

digunakan

Ciri Luka Tusuk (misalnya senjata pisau / bayonet) :

Tepi luka rata

Dalam luka lebih besar dari panjang luka

Sudut luka tajam

Sisi tumpul pisau menyebabkan sudut luka kurang tajam

Sering ada memar / echymosis di sekitarnya

24

2.4.3 Luka Bacok

Luka akibat benda atau alat yang berat dengan mata tajam atau agak

tumpul yang terjadi dengan suatu ayunan disertai tenaga yang cukup besar.

Contoh : pedang, clurit, kapak, baling-baling kapal.

Ciri-ciri luka bacok:

Luka biasanya besar

Pinggir luka rata

Sudut luka tajam

Hampir selalu menimbulkan kerusakan pada tulang, dapat memutuskan

bagian tubuh yang terkena bacokan

Kadang-kadang pada tepi luka terdapat

memar, abrasi

2.5 Pemeriksaan Forensik terhadap Luka

Dalam hal pemeriksaan terhadap luka-luka pada korban kita harus hati-hati

sekali berhubungan karena keterangan yang jelas akan dapat membantu

kalangan penyidik dan penegak hukum lainnya untuk mengungkapkan

keadaan sebenarnya.

Oleh karena itu di dalam pemeriksaan korban kita harus memperhatikan

hal-hal sebagai berikut:

1. Jumlah luka

2. Lokalisasi luka

25

3. Arah luka

4. Ukuran luka (panjang, lebar, dalamnya).

5. Bersih dan kotornya luka

6. Luka baru atau luka lama

7. Luka antemortem atau post mortem

8. Sifat luka dan bentuknya

9. Letak dan posisi senjata

10. Adanya darah atau benda asing pada senjata

11. Letak dan sifat darah pada korban dan pada pakaian serta situasi tempat

sekitar kejadian

12. Tanda perlawanan yang dapat dilihat dari pakaian ataupun tubuh dan

situasi tempat kejadian

Mengenai lokalisasi harus disebut sehubungan dengan daerah-daerah

yang berdekatan misalnya terhadap garis tengah tubuh, pusat, papila mamae,

dan lain-lain. Pemeriksaan lebih dalam harus dilakukan untuk mengetahui

apakah organ-organ dalam ikut tertusuk atau tidak dan harus dicatat jumlah

darah yang terdapat di dalam rongga-rongga tubuh. Ukuran yang tepat (dalam

sentimeter) harus ditentukan dan tidak boleh ukuran kira-kira saja.