bab ii
DESCRIPTION
2TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Luka
Di dalam ilmu kedokteran forensik traumatologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang luka dan cedera dalam hubungannya dengan berbagai
kekerasan (rudapaksa), sedangkan pengertian luka adalah suatu keadaan
ketidaksinambungan jaringan tubuh akibat kekerasan. 2,3
Pengertian medis menyatakan trauma atau perlukaan adalah gangguan
kontinuitas dari jaringan tubuh seperti kulit, membran mukosa, kornea, dan
sebagainya. Dalam pengertian medikolegal trauma adalah pengetahuan
tentang alat atau benda yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan
seseorang. Artinya orang yang sehat, tiba-tiba terganggu kesehatannya akibat
efek dari alat atau benda yang dapat menimbulkan kecederaan. 2,3,4
2.2 Klasifikasi Luka
A. Berdasarkan sifat dan penyebabnya, trauma dapat dibedakan atas
kekerasan yang bersifat :
1. Mekanik
a. Benda tumpul
b. Benda tajam
c. Tembakan senjata api
3
4
2. Fisika
a. Suhu
b. Listrik dan petir
c. Perubahan tekanan udara
d. Akustik
e. Radiasi
3. Kimia
a. Asam kuat
b. Basa kuat
B. Berdasarkan etiologi luka dapat dikelompokkan:
1. Luka mekanik.
2. Luka termis.
3. Luka kimiawi.
4. Luka listrik.
C. Berdasarkan derajat kualifikasi luka dapat dikelompokkan:
1. Luka ringan.
2. Luka sedang.
3. Luka berat.
D. Berdasarkan bentuknya luka dapat dikelompokkan:
1. Teratur
a. Luka bulat
b. Luka lonjong
c. Luka segitiga, dan lain-lain
5
2. Tidak teratur
a. Luka robek
b. Luka lecet
c. Luka memar, dan lain-lain
E. Luka mekanik juga dapat dikelompokkan:
1. Luka memar (kontusio).
2. Luka lecet (abrasio).
3. Luka sayat (vulnus scissum).
4. Luka robek (vulnus laceratum).
5. Luka tusuk (vulnus punctum).
6. Luka tembak (vulnus sclopetorum).
7. Luka-luka yang mengenai struktur organ dalam tanpa kerusakan pada
Permukaan kulit/ tubuh
8. Luka bakar (combustio) dan luka akibat air mendidih ataupun uap
panas.
9. Luka-luka yang disebabkan oleh aliran listrik (kilat).
F. Berdasarkan waktu kematian terjadinya luka dapat dikelompokkan:
1. Ante-mortem
2. Post- mortem
G. Berdasarkan aspek medikolegal luka dapat dikelompokkan:
1. Perbuatan sendiri (bunuh diri).
2. Perbuatan orang lain (pembunuhan).
3. Kecelakaan.
6
4. Luka tangkis.
5.Dibuat (fabricated)
2.3 Trauma Benda Tumpul
Trauma atau luka mekanik terjadi karena alat atau senjata dalam berbagai
bentuk, baik secara alami atau dibuat manusia. Senjata atau alat yang dibuat
manusia seperti kampak, pisau, panah, martil dan lain-lain. Bila ditelusuri,
benda-benda ini telah ada sejak zaman pra sejarah dalam usaha manusia
mempertahankan hidup sampai dengan pembuatan senjata-senjata masa kini
seperti senjata api, bom dan senjata penghancur lainnya. Akibat pada tubuh
dapat dibedakan dari penyebabnya.
Benda tumpul yang sering mengakibatkan luka antara lain adalah batu,
besi, sepatu, tinju, lantai, jalan dan lain-lain. Adapun definisi dari benda
tumpul itu sendiri adalah :
Tidak bermata tajam
Konsistensi keras / kenyal
Permukaan halus / kasar
Kekerasan tumpul dapat terjadi karena 2 sebab yaitu alat atau senjata
yang mengenai atau melukai orang yang relatif tidak bergerak dan yang lain
orang bergerak ke arah objek atau alat yang tidak bergerak.
Luka karena kererasan tumpul dapat berbentuk salah satu atau
kombinasi dari luka memar, luka lecet, luka robek, patah tulang atau luka
tekan.
7
2.3.1 Luka Akibat Trauma Tumpul2,6,7
Variasi mekanisme terjadinya trauma tumpul adalah:
1. Benda tumpul yang bergerak pada korban yang diam.
2. Korban yang bergerak pada benda tumpul yang diam.
Sekilas nampak sama dalam hasil lukanya namun jika diperhatikan
lebih lanjut terdapat perbedaan hasil pada kedua mekanisme itu. Organ atau
jaringan pada tubuh mempunyai beberapa cara menahan kerusakan yang
disebabkan objek atau alat, daya tahan tersebut menimbulkan berbagai tipe
luka yakni:
a. Abrasi
b. Laserasi
c. Kontusio
d. Fraktur
e. Kompresi
a. Abrasi (Luka Lecet)
Abrasi per definisi adalah pengelupasan kulit. Dapat terjadi
superfisial jika hanya epidermis saja yang terkena, lebih dalam ke lapisan
bawah kulit (dermis) atau lebih dalam lagi sampai ke jaringan lunak
bawah kulit. Jika abrasi terjadi lebih dalam dari lapisan epidermis
pembuluh darah dapat terkena sehingga terjadi perdarahan. Arah dari
pengelupasan dapat ditentukan dengan pemeriksaan luka. Dua tanda yang
dapat digunakan. Tanda yang pertama adalah arah dimana epidermis
bergulung, tanda yang kedua adalah hubungan kedalaman pada luka yang
8
menandakan ketidakteraturan benda yang mengenainya. Efek lanjut dari
abrasi sangat jarang terjadi. Infeksi dapat terjadi pada abrasi yang luas.
b. Kontusio Superfisial (Luka Memar).
Kata lazim yang digunakan adalah memar, terjadi karena tekanan
yang besar dalam waktu yang singkat. Penekanan ini menyebabkan
kerusakan pada pembuluh darah kecil dan dapat menimbulkan perdarahan
pada jaringan bawah kulit atau organ dibawahnya. Pada orang dengan
kulit berwarna memar sulit dilihat sehingga lebih mudah terlihat dari
nyeri tekan yang ditimbulkannya.
Perubahan warna pada memar berhubungan dengan waktu lamanya
luka, namun waktu tersebut bervariasi tergantung jenis luka dan individu
yang terkena. Tidak ada standart pasti untuk menentukan lamanya luka
dari warna yang terlihat secara pemeriksaan fisik.
Efek samping yang terjadi pada luka memar antara lain terjadinya
penurunan darah dalam sirkulasi yang disebabkan memar yang luas dan
masif sehingga dapat menyebabkan syok, penurunan kesadaran, bahkan
kematian. Yang kedua adalah terjadinya agregasi darah di bawah kulit
yang akan mengganggu aliran balik vena pada organ yang terkena
sehingga dapat menyebabkan ganggren dan kematian jaringan. Yang
ketiga, memar dapat menjadi tempat media berkembang biak kuman.
Kematian jaringan dengan kekurangan atau ketiadaaan aliran darah
sirkulasi menyebabkan saturasi oksigen menjadi rendah sehingga kuman
9
anaerob dapat hidup, kuman tersering adalah golongan clostridium yang
dapat memproduksi gas gangren.
c. Kontusio pada organ dan jaringan dalam.
Semua organ dapat terjadi kontusio. Kontusio pada tiap organ
memiliki karakteristik yang berbeda. Pada organ vital seperti jantung dan
otak jika terjadi kontusio dapat menyebabkan kelainan fungsi dan bahkan
kematian.
d. Laserasi (Luka Robek).
Suatu pukulan yang mengenai bagian kecil area kulit dapat
menyebabkan kontusio dari jaringan subkutan, seperti pinggiran balok
kayu, ujung dari pipa, permukaan benda tersebut cukup lancip untuk
menyebabkan sobekan pada kulit yang menyebabkan laserasi. Laserasi
disebabkan oleh benda yang permukaannya runcing tetapi tidak begitu
tajam sehingga merobek kulit dan jaringan bawah kulit dan menyebabkan
kerusakan jaringan kulit dan bawah kulit. Tepi dari laserasi ireguler dan
kasar, disekitarnya terdapat luka lecet yang diakibatkan oleh bagian yang
lebih rata dari benda tersebut yang mengalami indentasi.
10
Gambar 2.3.1.1. Luka Robek
Laserasi dapat menyebabkan perdarahan hebat. Sebuah laserasi
kecil tanpa adanya robekan arteri dapat menyebabkan akibat yang fatal
bila perdarahan terjadi terus menerus. Laserasi yang multipel yang
mengenai jaringan kutis dan sub kutis dapat menyebabkan perdarahan
yang hebat sehingga menyebabkan sampai dengan kematian. Adanya
diskontinuitas kulit atau membran mukosa dapat menyebabkan kuman
yang berasal dari permukaan luka maupun dari sekitar kulit yang luka
masuk ke dalam jaringan. Port de entree tersebut tetap ada sampai
dengan terjadinya penyembuhan luka yang sempurna.
Bila luka terjadi dekat persendian maka akan terasa nyeri,
khususnya pada saat sendi tersebut di gerakkan ke arah laserasi tersebut
sehingga dapat menyebabkan disfungsi dari sendi tersebut. Benturan yang
terjadi pada jaringan bawah kulit yang memiliki jaringan lemak dapat
menyebabkan emboli lemak pada paru atau sirkulasi sistemik. Laserasi
juga dapat terjadi pada organ akibat dari tekanan yang kuat dari suatu
pukulan seperi pada organ jantung, aorta, hati dan limpa.
11
Hal yang harus diwaspadai dari laserasi organ yaitu robekan yang
komplit yang dapat terjadi dalam jangka waktu lama setelah trauma yang
dapat menyebabkan perdarahan hebat.
e. Kombinasi dari luka lecet, memar dan laserasi.
Luka lecet, memar dan laserasi dapat terjadi bersamaan. Benda
yang sama dapat menyebabkan memar pada pukulan pertama, laserasi
pada pukulan selanjutnya dan lecet pada pukulan selanjutnya. Tetapi
ketiga jenis luka tersebut dapat terjadi bersamaan pada satu pukulan.
f. Fraktur
Fraktur adalah suatu diskontinuitas tulang. Istilah fraktur pada
bedah hanya memiliki sedikit makna pada ilmu forensik. Pada bedah,
fraktur dibagi menjadi fraktur sederhana dan komplit atau
terbuka.Terjadinya fraktur selain disebabkan suatu trauma juga
dipengaruhi beberapa faktor seperti komposisi tulang tersebut.
Perdarahan merupakan salah satu komplikasi dari fraktur. Bila
perdarahan sub periosteum terjadi dapat menyebabkan nyeri yang hebat
dan disfungsi organ tersebut. Apabila terjadi robekan pembuluh darah
kecil dapat menyebabkan darah terbendung disekitar jaringan lunak yang
menyebabkan pembengkakan dan aliran darah balik dapat berkurang.
Apabila terjadi robekan pada arteri yang besar terjadi kehilangan darah
yang banyak dan dapat menyebabkan pasien shok sampai meninggal.
Shok yang terjadi pada pasien fraktur tidaklah selalu sebanding dengan
fraktur yang dialaminya.
12
Selain itu juga dapat terjadi emboli lemak pada paru dan jaringan
lain. Gejala pada emboli lemak di sereberal dapat terjadi 2-4 hari setelah
terjadinya fraktur dan dapat menyebabkan kematian. Gejala pada emboli
lemak di paru berupa distres pernafasan dapat terjadi 14-16 jam setelah
terjadinya fraktur yang juga dapat menyebabkan kematian. Emboli
sumsum tulan atau lemak merupakan tanda antemortem dari sebuah
fraktur.
Fraktur linier yang terjadi pada tulang tengkorak tanpa adanya
fraktur depresi tidaklah begitu berat kecuali terdapat robekan pembuluh
darah yang dapat membuat hematom ekstra dural, sehingga diperlukan
depresi tulang secepatnya. Apabila ujung tulang mengenai otak dapat
merusak otak tersebut, sehingga dapat terjadi penurunan kesadaran,
kejang, koma hingga kematian.
g. Kompresi
Kompresi yang terjadi dalam jangka waktu lama dapat
menyebabkan efek lokal maupun sistemik yaitu asfiksia traumatik
sehingga dapat terjadi kematiaan akibat tidak terjadi pertukaran udara.
h. Perdarahan
Perdarahan dapat muncul setelah terjadi kontusio, laserasi, fraktur,
dan kompresi. Kehilangan 1/10 volume darah tidak menyebabkan
gangguan yang bermakna. Kehilangan ¼ volume darah dapat
menyebabkan pingsan meskipun dalam kondisi berbaring. Kehilangan
½ volume darah dan mendadak dapat menyebabkan syok yang berakhir
13
pada kematian. Kecepatan perdarahan yang terjadi tergantung pada
ukuran dari pembuluh darah yang terpotong dan jenis perlukaan yang
mengakibatkan terjadinya perdarahan. Pada arteri besar yang terpotong,
akan terjadi perdarahan banyak yang sulit dikontrol oleh tubuh
sendiri.Apabila luka pada arteri besar berupa sayatan, seperti luka yang
disebabkan oleh pisau, perdarahan akan berlangsung lambat dan mungkin
intermiten.
Luka pada arteri besar yang disebabkan oleh tembakan akan
mengakibatkan luka yang sulit untuk dihentikan oleh mekanisme
penghentian darah dari dinding pembuluh darah sendiri. Hal ini sesuai
dengan prinsip yang telah diketahui, yaitu perdarahan yang berasal dari
arteri lebih berisiko dibandingkan perdarahan yang berasal dari vena.
Hipertensi dapat menyebabkan perdarahan yang banyak dan cepat
apabila terjadi perlukaan pada arteri.
Adanya gangguan pembekuan darah juga dapat menyebabkan
perdarahan yang lama. Kondisi ini terdapat pada orang-orang dengan
penyakit hemofili dan gangguan pembekuan darah, serta orang-orang
yang mendapat terapi antikoagulan. Pecandu alcohol biasanya tidak
memiliki mekanisme pembekuan darah yang normal, sehingga cenderung
memiliki perdarahan yang berisiko. Investigasi terhadap kematian yang
diakibatkan oleh perdarahan memerlukan pemeriksaan lengkap seluruh
tubuh untuk mencari penyakit atau kondisi lain yang turut berperan dalam
menciptakan atau memperberat situasi perdarahan.
14
Klasifikasi luka akibat benda tumpul menurut jaringan atau organ
yang terkena adalah sebagai berikut :
1. Kulit
a) Luka Lecet
b) Luka Memar
c) Luka Robek
Gambar 2.3.1.2. Luka Memar
2. Kepala
a) Tengkorak
b) Jaringan Otak
3. Leher dan Tulang Belakang
4. Dada
a) Tulang
b) Organ dalam dada
15
5. Perut
a) Organ Parenchym
b) Organ berongga
6. Anggota Gerak
2.3.2 Kekerasan benda tumpul pada kulit dan jaringan bawah kulit
a. Luka Lecet (Abrasion)
Adalah luka akibat kekerasan benda yang memiliki permukaan
yang kasar sehingga sebagian atau seluruh lapisan epidermis hilang..
Contohnya :
Benda kasar : terseret di jalan aspal
Tali tampar : gantung diri
Benda runcing : duri, kuku
Meninggalkan bekas : ban mobil
Ciri luka lecet :
Sebagian/seluruh epitel hilang
Permukaan tertutup exudasi yang akan mengering (krusta)
Timbul reaksi radang (Sel PMN)
Biasanya pada penyembuhan tidak meninggalkan jaringan parut
Memperkirakan umur luka lecet:
Hari ke 1 – 3 : warna coklat kemerahan
Hari ke 4 – 6 : warna pelan-pelan menjadi gelap dan lebih suram
Hari ke 7 – 14 : pembentukan epidermis baru
Beberapa minggu : terjadi penyembuhan lengkap
16
Tabel 1. Perbedaan luka lecet ante motem dan post mortem
ANTE MORTEM POST MORTEM
1. Coklat kemerahan
2. Terdapat sisa sisa-sisa epitel
1. Tanda intravital (+)
2. Sembarang tempat
1. Kekuningan
2. Epidermis terpisah sempurna
dari dermis
3. Tanda intravital (-)
4. Pada daerah yang ada penonjolan
tulang
b. Luka Memar (Contusion)
Luka Memar adalah kerusakan jaringan subkutan dimana
pembuluh darah (kapiler) pecah sehingga darah meresap ke jaringan
sekitarnya, kulit tidak perlu rusak, menjadi bengkak, berwarna merah
kebiruan.
Memperkirakan umur luka memar :
Hari ke 1 : terjadi pembengkakan warna merah kebiruan
Hari ke 2 – 3 : warna biru kehitaman
Hari ke 4 – 6 : biru kehijauan–coklat
> 1 minggu-4 minggu : menghilang / sembuh
17
Tabel 2. Perbedaan Luka Memar dan Lebam mayat
Luka Memar Lebam mayat
1. Di sembarang tempat
2. Pembengkakan (+)
3. Tanda Intravital (+)
4. Ditekan tidak menghilang
5. Diiris : tidak menghilang
1. Bagian tubuh yang terendah
2. Pembengkakan (-)
3. Tanda Intravital (-)
4. Ditekan Menghilang
5. Diiris : dibersihkan dengan kapas
menjadi bersih
c. Luka Robek, Retak, Koyak (Laceration)
Luka robek adalah kerusakan seluruh tebal kulit dan jaringan
bawah kulit yang mudah terjadi pada kulit yang ada tulang di bawahnya
dan biasanya pada penyembuhan meninggalkan jaringan parut
2.3.3 Kekerasan Benda Tumpul Pada Kepala
1. Kulit
Luka Lecet
Luka Memar
Luka Robek
2. Tengkorak
Fraktur Basis Cranii
Fraktur Calvaria
3. Otak
Contusio Cerebri
18
Laceratio Cerebri
Oedema Cerebri
Commotio Cerebri
4. Selaput Otak
Epidural Haemorrhage
Sub dural Haemorrhage
Sub arachnoid Haemorrhage
2.3.4 Kekerasan Benda Tumpul Pada Leher
Kekerasan Benda Tumpul Pada Leher berakibat :
Patah tulang leher
Robek pembuluh darah, otot, oesophagus, trachea/larynx
Kerusakan syaraf
2.3.5 Kekerasan Benda Tumpul Pada Dada
Kekerasan Benda Tumpul Pada Dada berakibat :
Patah os costae, sternum, scapula, clavicula
Robek organ jantung, paru, pericardium
2.3.6 Kekerasan Benda Tumpul Pada Perut
Kekerasan Benda Tumpul Pada Perut berakibat :
Patah os pubis, os sacrum, symphysiolysis, Luxatio sendi sacro iliaca
Robek organ hepar, lien, ginjal. Pankreas, adrenal, lambung, usus,
kandung seni.
19
2.3.7 Kekerasan Benda Tumpul Pada Vertebra
Kekerasan Benda Tumpul Pada Vertebra dapat berakibat :
Fraktura, dislokasi os vertebrae
Dapat karena :
a) Trauma langsung
b) Tidak langsung karena tarikan / tekukan
2.3.8 Kekerasan benda Tumpul Pada Anggota Gerak
Kekerasan benda Tumpul Pada Anggota Gerak berakibat :
Patah tulang, dislokasi sendi
Robek otot, P.darah, kerusakan saraf
2.4 Trauma Benda Tajam
Disebabkan oleh benda-benda tajam :
- Bisa untuk mengiris
- Berujung runcing
- Bisa untuk menusuk
Luka akibat persentuhan dengan benda tajam , yaitu: Putusnya atau
rusaknya continuitas jaringan karena trauma akibat alat/senjata yang bermata
tajam dan atau berujung runcing.
Ciri Luka Akibat Benda Tajam:
o Tepi luka rata
o Sudut luka tajam
o Rambut ikut terpotong
20
o Jembatan jaringan ( - )
o Memar/lecet di sekitarnya ( - )
Cara melukis luka hendaknya ditentukan :
1. Lokalisasi : a. ordinat b. aksis
2. Ukuran
3. Jumlah luka
4. Bentuk luka
5. Benda asing
6. Terjadinya intravital/post mortal
7. Luka tersebut menyebabkan kematian/tidak
8. Cara kejadian luka:kecelakaan/bunuh diri/pembunuhan
Sebab Kematian Luka Akibat Benda Tajam :
1. Sebab langsung:
- Perdarahan
- Kerusakan organ vital
- Emboli udara
- Aspirasi darah
2. Sepsis / infeksi
3. Macam Luka Akibat Benda Tajam:
oLuka Iris (Incisied Wound)
oLuka Tusuk (Stab Wound)
oLuka Bacok (Chop Wound)
21
2.4.1 Luka Iris
Luka karena alat yang tepinya tajam dan timbulnya luka oleh karena alat
ditekan pada kulit dengan kekuatan relativ ringan kemudian digeserkan
sepanjang kulit.
Gambar 2.3.2.1. Luka Iris pada Leher
Ciri luka iris :
o Pinggir luka rata
o Sudut luka tajam
o Rambut ikut terpotong
o Jembatan jaringan ( - )
o Biasanya mengenai kulit, otot, pembuluh darah, tidak sampai tulang
Cara Kematian :
o Bunuh diri ( tersering )
o Pembunuhan
o Kecelakaan
22
Luka Iris harus dibedakan dengan “luka retak”
Luka retak , yaitu :
Luka yang terjadi pada daerah tubuh yang ada tulang di bawah kulitnya
(misalnya : kepala/dahi) dan luka ini terjadi akibat kekerasan dengan benda
tumpul yang mempunyai pinggiran (misalnya: tepi meja)
Luka Iris pada bunuh diri:
- Lokalisasi luka pada daerah tubuh yang dapat dicapai korban sendiri.
o leher
o pergelangan tangan
o lekuk siku, lekuk lutut
o pelipatan paha
- Ditemukan “Luka Iris Percobaan”
- Tidak ditemukan “Luka Tangkisan”
- Pakaian disingkirkan dahulu/tidak ikut robek
Luka Iris pada pembunuhan :
- Sebenarnya sukar membunuh seseorang dengan irisan, kecuali kalau fisik
korban jauh lebih lemah dari pelaku atau korban dalam keadaan/dibuat tidak
berdaya
- Luka di sembarang tempat, juga pada daerah tubuh yang tidak mungkin
dicapai tangan korban sendiri
- Ditemukan luka tangkisan/tanda perlawanan
- Pakaian ikut koyak akibat senjata tajam tersebut.
23
2.4.2 Luka Tusuk
Batasan :
Luka akibat alat yang berujung runcing dan bermata tajam atau tumpul yang
terjadi dengan suatu tekanan tegak lurus atau serong pada permukaan tubuh.
Contoh:
- Belati, bayonet, keris
Gambar 2.1 Luka Tusuk Gambar 2.2 Pisau yang
digunakan
Ciri Luka Tusuk (misalnya senjata pisau / bayonet) :
Tepi luka rata
Dalam luka lebih besar dari panjang luka
Sudut luka tajam
Sisi tumpul pisau menyebabkan sudut luka kurang tajam
Sering ada memar / echymosis di sekitarnya
24
2.4.3 Luka Bacok
Luka akibat benda atau alat yang berat dengan mata tajam atau agak
tumpul yang terjadi dengan suatu ayunan disertai tenaga yang cukup besar.
Contoh : pedang, clurit, kapak, baling-baling kapal.
Ciri-ciri luka bacok:
Luka biasanya besar
Pinggir luka rata
Sudut luka tajam
Hampir selalu menimbulkan kerusakan pada tulang, dapat memutuskan
bagian tubuh yang terkena bacokan
Kadang-kadang pada tepi luka terdapat
memar, abrasi
2.5 Pemeriksaan Forensik terhadap Luka
Dalam hal pemeriksaan terhadap luka-luka pada korban kita harus hati-hati
sekali berhubungan karena keterangan yang jelas akan dapat membantu
kalangan penyidik dan penegak hukum lainnya untuk mengungkapkan
keadaan sebenarnya.
Oleh karena itu di dalam pemeriksaan korban kita harus memperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
1. Jumlah luka
2. Lokalisasi luka
25
3. Arah luka
4. Ukuran luka (panjang, lebar, dalamnya).
5. Bersih dan kotornya luka
6. Luka baru atau luka lama
7. Luka antemortem atau post mortem
8. Sifat luka dan bentuknya
9. Letak dan posisi senjata
10. Adanya darah atau benda asing pada senjata
11. Letak dan sifat darah pada korban dan pada pakaian serta situasi tempat
sekitar kejadian
12. Tanda perlawanan yang dapat dilihat dari pakaian ataupun tubuh dan
situasi tempat kejadian
Mengenai lokalisasi harus disebut sehubungan dengan daerah-daerah
yang berdekatan misalnya terhadap garis tengah tubuh, pusat, papila mamae,
dan lain-lain. Pemeriksaan lebih dalam harus dilakukan untuk mengetahui
apakah organ-organ dalam ikut tertusuk atau tidak dan harus dicatat jumlah
darah yang terdapat di dalam rongga-rongga tubuh. Ukuran yang tepat (dalam
sentimeter) harus ditentukan dan tidak boleh ukuran kira-kira saja.