bab i pendahuluan a. latar belakang i.pdf · 2020. 6. 15. · pendahuluan a. latar belakang...

50
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan ditunjukan untuk mencapai Indonesia sehat, yaitu suatu keadaan dimana setiap orang hidup dalam lingkungan yang sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat, mempunyai akses terhadap pelayanan kesehatan serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Depkes RI, 2010). Salah satu masalah kesehatan yang kita hadapi sekarang ini adalah penyakit saluran pencernaan seperti gastitis. Masyarakat pada umumnya mengenal gastritis dengan sebutan penyakit maag yaitu penyakit yang menurut mereka bukan suatu masalah yang besar, misalnya jika merasakan nyeri perut maka mereka akan langsung mengatasinya dengan makan nasi, kemudian nyerinya hilang. Penyakit gastritis ini bila tidak di atasi dengan cepat maka dapat menimbulkan perdarahan (hemorrhagic gastritis) sehingga banyak darah yang keluar dan berkumpul di lambung, selain itu juga dapat menimbulkan tukak lambung, kanker lambung sehingga dapat menyebabkan kematian (Hastuti, 2007). Menurut Ardiansyah (2012) penyebab dari gastritis adalah konsumsi obat yang mengandung kimia digitals, konsumsi alkohol yang berlebihan, terapi radiasi, kondisi stress dan infeksi bakteri seperti helicobacteri pillory, dan salmonella yang dapat menimbulkan tanda dan gejala anoreksia, mual dan muntah, peredarahan saluran cerna dan nyeri ulu hati.

Upload: others

Post on 31-Jan-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Pembangunan kesehatan ditunjukan untuk mencapai Indonesia sehat,

    yaitu suatu keadaan dimana setiap orang hidup dalam lingkungan yang sehat,

    berperilaku hidup bersih dan sehat, mempunyai akses terhadap pelayanan

    kesehatan serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Depkes

    RI, 2010).

    Salah satu masalah kesehatan yang kita hadapi sekarang ini adalah

    penyakit saluran pencernaan seperti gastitis. Masyarakat pada umumnya

    mengenal gastritis dengan sebutan penyakit maag yaitu penyakit yang

    menurut mereka bukan suatu masalah yang besar, misalnya jika merasakan

    nyeri perut maka mereka akan langsung mengatasinya dengan makan nasi,

    kemudian nyerinya hilang. Penyakit gastritis ini bila tidak di atasi dengan

    cepat maka dapat menimbulkan perdarahan (hemorrhagic gastritis) sehingga

    banyak darah yang keluar dan berkumpul di lambung, selain itu juga dapat

    menimbulkan tukak lambung, kanker lambung sehingga dapat menyebabkan

    kematian (Hastuti, 2007).

    Menurut Ardiansyah (2012) penyebab dari gastritis adalah konsumsi

    obat yang mengandung kimia digitals, konsumsi alkohol yang berlebihan,

    terapi radiasi, kondisi stress dan infeksi bakteri seperti helicobacteri pillory,

    dan salmonella yang dapat menimbulkan tanda dan gejala anoreksia, mual

    dan muntah, peredarahan saluran cerna dan nyeri ulu hati.

  • 2

    Gastritis bila tidak diobati akan mengakibatkan sekresi lambung

    semakin meningkat dan akhirnya membuat lambung luka-luka (ulkus) yang

    dikenal dengan tukak lambung juga dapat menimbulkan peradangan saluran

    cerna bagian atas berupa hematemesis (muntah darah), melena, perforasi dan

    anemia karena gangguan absorpsi vitamin B12 (anemia pernisiosa) bahkan

    dapat menimbulkan kanker lambung (suratun, 2010). Banyaknya faktor yang

    dapat menyebabakan gastrtitis membuat angka kejadian gastritis juga

    meningkat. Budiana (2012), mengatakan bahwa gastritis ini tersebar di

    seluruh dunia dan bahlan diperkirakan diderita lebih dari 1,7 miliar orang.

    World Health Organization (WHO) mengadakan tinjauan terhadap

    beberapa negara dunia dan mendapatkan hasil persentase dari angka kejadian

    gastritis di dunia, diantaranya Inggris 22%, China 31%, Jepang 14,5%, Kanada

    35%, dan Perancis 29,5%. Di dunia, insiden gastritis sekitar 1,8-2,1 juta dari

    jumlah penduduk setiap tahun. Insiden terjadinya gastritis di Asia Tenggara

    sekitar 583.635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya. Prevalensi gastritis

    yang dikonfirmasi melalui endoskopi pada populasi di Shanghai sekitar 17,2%

    yang secara substantial lebih tinggi daripada populasi di barat yang berkisar

    4,1% dan bersifat asimptomatik.

    Gastritis biasanya dianggap sebagai suatu hal yang remeh namun

    gastritis merupakan awal dari sebuah penyakit yang dapat menyusahkan kita.

    Penyakit gastritis merupakan penyakit saluran pencernaan bagian atas yang

    banyak dikeluhkan dimasyarakat dan paling banyak ditemukan di bagian

    gastroenterologi, diperkirakan hampir semua penderita gastritis mengalami

  • 3

    kekambuhan. Salah satu faktor yang dapat menimbulkan munculnya gejala

    gastritis adalah stres dan kebiasaan mengkonsumsi makanan yang bisa

    meningkatkan asam lambung (Maulidah, 2006).

    Gastritis merupakan salah satu penyakit dari 10 penyakit terbanyak

    pada pasien inap di rumah sakit di Indonesia dengan jumlah 30.154 kasus

    (4,9%) (Depkes, 2012). Angka kejadian gastritis pada beberapa daerah di

    Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 274,396 kasus dari 238,452,952 jiwa

    penduduk.Didapatkan data bahwa di kotaSurabaya angka kejadian Gastritis

    sebesar 31,2%, Denpasar 46%, sedangkan di Jawa Tengah angka kejadian

    infeksi cukup tinggi sebesar 79,6% (Riskesdas, 2013).

    Di Sulawesi Tenggara tahun 2016, angka kejadian penyakit gastritis

    sebanyak 41.899 kasus (Dinkes Sultra, 2013). Berdasarkan laporan RSUD

    Kabupaten Buton menunjukkan bahwa angka kejadian gastritis pada tahun

    2016 (Rawat Inap 26, Rawat Jalan 147 kasus, Tahun 2017 (Rawat Inap 4

    Rawat Jalan 134 kasus, Tahun 2018 (Rawat Inap 6, Rawat Jalan 18 kasus)

    Berdasarkan latar belakang dan fenomena diatas penulis tertarik

    melakukan studi kasus gangguan sistem pencernaan dengan penyakit gastritis

    yang dtuangkan dalam judul “Asuhan Keperawatan dengan gangguan sistem

    pencernaan Gastritisdi Ruang interna RSUD Pasarwajo

    B. Rumusan Masalah

    Bagaimana gambaran Asuhan Keperawatan Pada Tn.F dengan gangguan

    sistem pencernaan Gastritis di Ruang interna RSUD Pasarwajo

  • 4

    C. Tujuan

    1. Tujuan Umum

    Melakukan Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Pencernaan

    Gastritis.

    2. Tujuan Khusus

    a. Melakukan pengkajian gangguan sistem pencernaan gastritis di Ruang

    interna Rumah Sakit Pasarwajo

    b. Menetapkan diagnosa keperawatan pada gangguan sistem pencernaan

    gastritis di Ruang interna Rumah Sakit Pasarwajo.

    c. Merumuskan intervensi keperawatan dengan gangguan sistem

    pencernaan gastritis di Ruang interna Rumah sakit pasarwajo.

    d. Mengimplementasikan intervensi keperawatan dengan gangguan sistem

    pencernaan gastritis di Ruang interna Rumah sakit pasarwajo.

    e. Melakukakan evaluasi asuhan keperawatan dengan gangguan sistem

    pencernaan gastritis di Ruanginterna Rumah sakit pasarwajo.

    D. Manfaat Penulisan

    1. Manfaat Bagi Penulis

    Dapat dijadikan sebagai pengembangan pengetahuan peneliti

    sehingga dapat mengaplikasikan ilmu yang telah di dapat di bangku

    perkuliahan dan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi

    peneliti dalam penerapan asuhan keperawatan.

  • 5

    2. Manfaat Praktis

    a. Bagi Masyarakat/ Klien

    Menambah pengetahuan dan keterampilan klien dan keluarga

    mengenai perawatan kesehatan dengan penyakit gastritis.

    b. Bagi Institusi Pendidikan

    Sebagai bahan tambahan informasi dan ilmu pengetahuan untuk

    institusi pendidikan dan sebagai referensi Perpustakaan Poltekkes

    Kemenkes Kendari yang bisa digunakan oleh mahasiswa sebagai

    bahan bacaan dan dasar untuk studi kasus selanjutnya.

    c. Bagi Peneliti

    Dapat memberikan sumbangan pikiran dalam meningkatkan

    “Asuhan Keperawatan dengan kasus gangguan sistem pencernaan

    gastritis di RSUD Pasarwajo.

    E. Metode Dan Teknik Penelitian

    Studi kasus ini dilakukan dengan kasus gangguan Sistem Pencernaan

    Gastritis di Ruang interna RSUD Pasarwajo pada tanggal12 – 15 februari

    2019 Teknik pengumpulan data pada studi kasus dengan gangguan sistem

    pencernaan gastritis di Ruang interna RSUD Pasarwajo dilakukan dengan

    menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

    a. Studi kepustakaan mempelajari literatur-literatur yang berhubungan

    dengan karya tulis ini.

    b. Studi kasus menggunakan pendekatan proses keperawatan yang

    meliputi pengkajian, analisa data, penerapan diagnosa keperawatan,

  • 6

    penyusunan rencana tindakan keperawatan, penerapan rencana

    tindakan keperawatan dan evaluasi asuhan keperawatan.

    Untuk melengkapi data/informasi dalam pengkajian menggunakan

    beberapa cara antara lain :

    a. Observasi dengan mengadakan pengamatan langsung pada klien

    dengan cara melakukan pemeriksaan yang berkaitan dengan

    perkembangan dan keadaan klien.

    b. Wawancara dengan mengadakan pengamatan langsung.

    c. Pemeriksaan Fisik yang dilakukan pemeriksaan pada klien melalui;

    Inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.

    d. Studi Dokumentasi Penulis memperoleh data dan medical record hasil

    pemeriksaan di RSUD .

    F. Teknik Penulisan

    Tekink penulisan disusun secara sistematis sebagai berikut:

    a. BAB I: Latar belakang, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode dan

    teknik penulisan.

    b. BAB II: Tinjuan teoritis yang mencakup konsep dasar gastritis

    c. BAB III: Tinjauan kasus yang memuat tentang pengamatan kasus yang

    meliputi pengkajian, analisa data, diagnose keperawatan, intervensi

    keperawatan, implementasi dan evaluasi keperawatan.

    d. BAB IV: Pembahasan kasus

    e. BAB V: Penutup yang terdiri dari : kesimpulan dan saran serta diakhiri

    dengan daftar pustaka dalam penyusunan karya tulis

  • 7

    BAB II

    TINJUAN PUSTAKA

    A. Konsep Gastritis

    1. Definisi Gastritis

    Gastritis berasal dari kata gaster yang artinya lambung dan it is

    yang berarti inflamasi/peradangan. Gastritis atau yang secara umum

    dikenal dengan sakit “maag” atau sakit ulu hati adalah peradangan

    dinding lambung terutama pada selaput dinding lambung (Gustin,2011).

    Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa

    lambung.Peradangan ini dapat mengakibatkan pembengkakan mukosa

    lambung sampai terlepasnya epital mukosa superficial yang menjadi

    penyebab terpenting dalam gangguan saluran pencernaan. Pelepasan

    epitel akan merangsang timbulnya proses imflamasi pada lambung

    (Sukarmin 2012).

    Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan

    submukosa lambung, yang berkembang bila mekanisme proektif mukosa

    dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan lain. Gastritis adalah proses

    inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung, secara histopatologi

    dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah

    tersebut (Suryono,2011).

  • 8

    Menurut Muttaqin (2011), gastritis diklasifikasikanmenjadi 2 yaitu:

    1. Gastritis Akut

    Gastritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung

    yang akut dengan kerusakan erosi pada bagian superficial.

    2. Gastritis Kronik

    Gastritis kronik adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung

    yang bersifat menahun.Gastritis kronik dikasifikasikan dengan tiga

    perbedaan yaitu gastritis superficial, gastritis atrofik, dan gastritis

    hipertrofik.

    a. Gastritis superficial, dengan manifestasi kemerahan, edema, serta

    perdarahan dan erosi mukosa

    b. Gastritis atrofik, dimana peradangan terjadi pada seluruh lapisan

    mukosa. Pada perembangannya dihubungkan dengan ulkus dan

    kanker lambung, serta anemia pernisiosa. Hal ini merupakan

    karakterisitik dari penurunan jumlah sel parietal dan sel chief.

    c. Gastritis hipertrofik, suatu kondisi dengan terbentuknya modul-

    nodul pada mukosa lambung yang bersifat irregular, tipis dan

    hemoragik.

    2. Etiologi

    a. Gastritis akut

    Banyak faktor yang menyebabkan gastritis akut, seperti

    merokok,jenis obat, alkohol, bakteri, virus, jamur, stres akut, radiasi,

    alergi atau intoksitasi dari bahan makanan dan minuman, garam

  • 9

    empedu, iskemia dan trauma langsung (Muttaqin, 2011). Faktor-

    faktor penyebab gastritis lainnya yaitu minuman beralkohol, seperti

    whisky, vodka dan gin. Alkohol dan kokain dapat mengiritasi dan

    mengikis mukosa pada dinding lambung dan membuat dinding

    lambung lebih rentan terhadap asam lambung walaupun pada kondisi

    normal sehingga, dapat menyebabkan perdarahan (Wibowo, 2017).

    Penyebab gastritis paling sering yaitu infeksi oleh bakteri

    H.Pylori, namun dapat pula diakibatkan oleh bakteri lain seperti

    H.heilmanii, Streptococci, Staphylococci, Protecus

    species,Clostridium species, E.coli, Tuberculosis dan Secondary

    syphilis (Anderson, 2017). Gastritis juga dapat disebabkan oleh

    infeksi virus seperti Sitomegalovirus. Infeksi jamur seperti

    Candidiasis,Histoplasmosis dan Phycomycosis juga termasuk

    penyebab dari gastritis (Feldman,2011).

    Penyebab gastritis akut adalah stres fisik dan makanan,

    minuman. Stres fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis,

    trauma, pembedahan, gagal nafas, gagal ginjal, kerusakan susunan

    saraf pusat dan refluks usus-lambung. Hal ini disebabkan oleh

    penurunan aliran darah termasuk pada saluran pencernaan sehingga

    menyebabkan gangguan pada produksi mukus dan fungsi sel epitel

    lambung (Wibowo, 2017).

    b. Gastritis kronik

  • 10

    Penyebab pasti dari penyakit gastritis kronik belum

    diketahui,tetapi ada dua predisposisi penting yang bisa

    meningkatkan kejadian gastritis kronik, yaitu infeksi dan non infeksi

    (Muttaqin, 2011).

    a. Gastritis infeksi

    b. Beberapa peneliti menyebutkan bakteri Helicobacter

    pylorimerupakan penyebab utama dari gastritis kronik. Infeksi

    Helicobacter pylori sering terjadi pada masakanak-kanak dan

    dapat bertahan seumur hidup jika tidakdilakukan perawatan.

    Saat ini Infeksi Helicobacter pyloridiketahui sebagai penyebab

    tersering terjadinya gastritis. Infeksi lain yangdapat

    menyebabkan gastritis kronis yaitu Helycobacterheilmannii,

    Mycobacteriosis, Syphilis,infeksi parasit dan infeksi virus

    (Wehbi, 2010).

    c. Gastritis non-infeksi

    1) Autoimmune atrophic gastritis terjadi ketika sistemkekebalan

    tubuh menyerang sel-sel sehat yang berada dalamdinding

    lambung. Hal ini mengakibatkan peradangan dansecara bertahap

    menipiskan dinding lambung, menghancurkan kelenjar-kelenjar

    penghasil asam lambungdan mengganggu produksi faktor

    intrinsik yaitu sebuah zatyang membantu tubuh mengabsorbsi

    vitamin B-12.Kekurangan vitamin B-12 akhirnya dapat

    mengakibatkanpernicious anemia, sebuah kondisi serius yang

  • 11

    jika tidakdirawat dapat mempengaruhi seluruh sistem dalam

    tubuh.Autoimmue atrophic gastritis terjadi terutama pada orang

    tua (Jackson, 2016).

    2) Gastropati akibat kimia, dihubungkan dengan kondisi

    reflukgaram empedu kronis dan kontak dengan OAINS

    atauAspirin (Mukherjee, 2009).

    3) Gastropati uremik, terjadi pada gagal ginjal kronis

    yangmenyebabkan ureum terlalu banyak beredar pada

    mukosalambung dan gastritis sekunder dari terapi obat-

    obatan(Wehbi, 2008).

    4) Gastritis granuloma non-infeksi kronis yang

    berhubungandengan berbagai penyakit, meliputi penyakit

    Crohn,Sarkoidosis, Wegener granulomatus, penggunaan

    kokain,Isolated granulomatous gastritis, penyakit

    granulomatuskronik pada masa anak-anak, Eosinophilic

    granuloma,Allergic granulomatosis dan vasculitis, Plasma

    cellgranulomas, Rheumatoid nodules, Tumor amyloidosis,

    dangranulomas yang berhubungan dengan kanker

    lambung(Wibowo,2007).

    5) Gastritis limfositik, sering disebut dengan collagenousgastritis

    dan injuri radiasi pada lambung (Sepulveda, 2014).

  • 12

    3. Patofisiologi

    Patofisiologi terjadinya gastritis dan tukak peptik ialah bila

    terdapat ketidakseimbangan faktor penyerang (ofensif) dan faktor

    pertahanan (defensif) pada mukosa gastroduodenal, yakni peningkatan

    faktor ofensif dan atau penurunan kapasitas defensif mukosa. Faktor

    ofensif tersebut meliputi asam lambung, pepsin, asam empedu, enzim

    pankreas, infeksi Helicobacter pylori yang bersifat gram-negatif,

    OAINS, alkohol dan radikal bebas. Sedangkan sistem pertahanan atau

    faktor defensif mukosa gastroduodenal terdiri dari tiga lapis yakni

    elemen preepitelial, epitelial, dan subepitelial (Pangestu, 2013).

    Elemen preepitelial sebagai lapis pertahanan pertama adalah

    berupa lapisan mucus bicarbonate yang merupakan penghalang

    fisikokimiawi terhadap berbagai bahan kimia termasuk ion hidrogen.

    Lapis pertahanan kedua adalah sel epitel itu sendiri. Aktifitas

    pertahanannya meliputi produksi mukus, bikarbonat, transportasi ion

    untuk mempertahankan pH, dan membuat ikatan antar sel. Lapisan

    pertahanan ketiga adalah aliran darah dan lekosit. Komponen

    terpenting lapis pertahanan ini ialah mikrosirkulasi subepitelial yang

    adekuat (Pangestu, 2013). Endotoksin bakteri setelah menelan

    makanan terkontaminasi, kafein, alkohol dan aspirin merupakan agen

    pencetus yang lazim. Infeksi H.pylori lebih sering dianggap sebagai

    penyebab gastritis akut. Organisme tersebut melekat pada epitel

    lambung dan menghancurkan lapisan mukosa pelindung,

  • 13

    meninggalkan daerah epitel yang gundul. Obat lain juga terlibat,

    misalnya OAINS (indomestasin, ibuprofen, naproksen), sulfonamid,

    steroid, dan digitalis. Asam empedu, enzim pankreas, dan etanol juga

    diketahui mengganggu sawar mukosa lambung. Apabila alkohol

    diminum bersama dengan aspirin, efeknya akan lebih merusak

    dibandingkan dengan efek masing-masing agen tersebut bila diminum

    secara terpisah (Price dan Wilson, 2015).

    a) Gejala klinis

    Manifestasi klinik gastritis terbagi menjadi yaitu gastritis akut

    dangastritis kronik (Mansjoer, 2014)

    1. Gastritis akut

    Sindrom dispepsia berupa nyeri epigastrium, mual,

    kembung,muntah, merupakan salah satu keluhan yang sering

    muncul. Ditemukan pula perdarahan saluran cerna berupa

    hematemesis dan melena, kemudian disusul dengan tanda-tanda

    anemia pasca perdarahan. Biasanya, jika dilakukan anamnesis

    lebih dalam, terdapat riwayat penggunaan obat-obatan atau

    bahan kimia tertentu.

    2. Gastritis kronik

    Bagi sebagian orang gastritis kronis tidak menyebabkan

    gejala apapun (Jackson, 2016). Hanya sebagian kecil mengeluh

    nyeri ulu hati, anoreksia, nausea dan pada pemeriksaan fisik

    tidak dijumpai kelainan. Gastritis kronis yang berkembang

  • 14

    secara bertahap biasanya menimbulkan gejala seperti sakit yang

    tumpul atau ringan (dull pain) pada perut bagian atas dan terasa

    penuh atau kehilangan selera setelah makan beberapa gigitan.

    4. Diagnosis

    Kebanyakan gastritis tanpa gejala. Keluhan yang sering

    dihubungkandengan gastritis yaitu nyeri panas atau pedih pada ulu

    hati disertaimual dan muntah. Keluhan tersebut tidak bisa digunakan

    sebagaiindikator dalam evaluasi keberhasilan terapi dari

    gastritis.Pemeriksaan fisik juga tidak memberikan informasi yang

    dibutuhkandalam menegakkan diagnosis gastritis (Hirlan, 2009).

    Diagnosis ditegakan berdasarkan pemeriksaan endoskopi

    danhistopatologi. Sebaiknya biopsi dilakukan secara sistematis

    yangmengharuskan menampilkan topografi. Gambaran endoskopi

    yangditemukan adalah eritema, eksudatif, flat erosison, raised

    erosion,perdarahan, edematous rugae. Perubahan histopatologi

    selainmenggambarkan perubahan morfologi, sering juga

    menggambarkanproses yang mendasari misalnya autoimun, atau

    respon adaptifmukosa lambung. Perubahan yang terjadi yaitu

    degradasi epitel, hiperplasia foveolar, infiltrasi netrofil, inflamasi sel

    mononuklear,folikel limfoid, atropi, intestinal metaplasia, hiperplasia

    sel endokrin,dan kerusakan sel epitel. Pemeriksaan histopatologi juga

    menyertakanpemeriksaan Helicobacter pylori (Hirlan, 2009).

  • 15

    5. Komplikasi

    Komplikasi gastritis dibagi menjadi dua yaitu gastritis akut

    dangastritis kronik. Gastristis akut komplikasinya adalah perdarahan

    saluran cerna bagian atas berupa hematemesis dan melena.

    Komplikasi ini dapat berakhir syok hemoragik. Gastritis kronik

    komplikasinya adalah perdarahan saluran cerna bagian atas, ulkus,

    perforasi dan anemia (Mansjoer, 2014).

    6. Manifestasi Klinis

    Gambaran klinis pada gastritis yaitu:

    1. Gastritis Akut, gambaran klinis meliputi:

    a. Dapat terjadi ulserasi superfisial dan dapat menimbulkan

    hemoragi.

    b. Rasa tidak nyaman pada abdomen dengan sakit kepala,

    kelesuan,mual, dan anoreksia. disertai muntah dan cegukan.

    c. Beberapa pasien menunjukkan asimptomatik.

    d. Dapat terjadi kolik dan diare jika makanan yang mengiritasi

    tidakdimuntahkan, tetapi malah mencapai usus.

    e. Pasien biasanya pulih kembali sekitar sehari, meskipun

    nafsumungkin akan hilang selama 2 sampai 3 hari. (Smeltzer,

    2011)

    2. Gastritis Kronis

    Pasien dengan Gastritis tipe A secara khusus asimtomatik

    kecualiuntuk gejala defisiensi vitamin B12 . pada gastritis tipe B,

  • 16

    pasien mengeluh anoreksia ( nafsu makan menurun ), nyeri ulu

    hati setelah makan, kembung, rasa asam di mulut, atau mual dan

    muntah.

    7. Penatalaksanaan

    a. Pengobatan pada gastritis meliputi:

    b. Antikoagulan: bila ada pendarahan pada lambung

    c. Antasida: pada gastritis yang parah, cairan dan elektrolit

    diberikanintravena untuk mempertahankan keseimbangan cairan

    sampaigejala-gejala mereda, untuk gastritis yang tidak parah

    diobati denganantasida dan istirahat.

    d. Histonin: ranitidin dapat diberikan untuk menghambat

    pembentukanasam lambung dan kemudian menurunkan iritasi

    lambung.

    e. Sulcralfate: diberikan untuk melindungi mukosa lambung

    dengancara menyeliputinya, untuk mencegah difusi kembali asam

    danpepsin yang menyebabkan iritasi.

    f. Pembedahan: untuk mengangkat gangrene dan

    perforasi,Gastrojejunuskopi/reseksi lambung: mengatasi obstruksi

    pilorus.(Dermawan, 2010)

    2. Penatalaksanaan pada gastritis secara medis meliputi:

    Gastritis kronisdiatasi dengan menginstruksikan pasien

    untukmenghindari alkohol dan makanan sampai gejala berkurang. Bila

    pasien mampu makan melalui mulut, diet mengandung gizi danjurkan.

  • 17

    Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan secara parenteral. Bila

    perdarahan terjadi, maka penatalaksanaan adalah serupa dengan prosedur

    yang dilakukan untuk hemoragik saluran gastrointestinal atas. Bila

    gastritis diakibatkan oleh mencerna makanan yang sangat asam atau

    alkali, pengobatan terdiri dari pengenceran dan penetralisasian agen

    penyebab.

    a. Untuk menetralisasi asam, digunakan antasida umum ( missal

    :alumunium hidroksida ) untuk menetralisasi alkali, digunakan

    juslemon encer atau cuka encer.

    b. Bila korosi luas atau berat, emetik, dan lafase dihindari karenabahaya

    perforasi.terapi pendukung mencakup intubasi, analgesic dan sedative,

    antasida, serta cairan intravena. Endoskopi fiberopti mungkin

    diperlukan.

    Pembedahan darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat

    gangreneatau jaringan perforasi. Gastrojejunostomi atau reseksi

    lambungmungkin diperlukan untuk mengatasi obstruksi pilrus. Gastritis

    kronis diatasi dengan memodifikasi diet pasien, meningkatkan istiratahat,

    mengurangi stress dan memulai farmakoterapi. H. Pilory data diatasi

    dengan antibiotic( seperti tetrasiklin atau amoksisilin ) dan garam bismu (

    pepto bismo ). Pasien dengan gastritis A biasanya mengalami

    malabsorbsi vitamin B12yang disebabkan oleh adanya antibody terhadap

    faktor instrinsik (Smeltzer, 2011)

    3. Penatalaksanaan secara keperawatan meliputi:

  • 18

    a. Tirah baring

    b. Mengurangi stress

    c. Diet

    8. Pathway

    Gambar 2.1 Pathway Gatritis

    B. Konsep Asuhan keperawatan Gastritis

    1. Fokus Pengkajian

    Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan

    proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber

  • 19

    data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien

    (Nursalam, 2008). Kegiatan pengumpulan data dimulai saat klien masuk

    dan dilanjutkan secara terus menerus selama proses keperawatan

    berlangsung.

    a. Identitas

    1) Identitas klien meliputi: nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa,

    agama, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit, tanggal

    pengkajian diagnose medis, status dan alamat.

    2) Identitas keluarga/penanggung jawab meliputi: nama, umur,

    alamat, pendidkan, pekerjaan, hubungan dengan klien

    b. Riwayat Kesehatan

    Riwayat kesehatan merupakan proses dalam mengkaji status atau

    masalah kesehatan sekarang dan dahulu serta keluarga, kemudian

    dapat menggunakan pola PQRST dalam mengumpulkan data yang

    lebih lengkap tentang setiap keluhan pasien.

    1) Keluhan utama merupakan suatu keluhan yang dirasakan oleh

    klien sangat mengganggu yaitu mengeluh nyeri epigastrium.

    2) Riwayat kesehatan utama merupakan pengembangan dari

    keluhan utama yang terdiri dari : provikative/palliative (p) yaitu

    faktor penyebab, quality (q) seberapa berat nyeri dirasakan,

    region (r) seberapa luas nyeri dirasakan, savety atau skala nyeri

    (s) seberapa tinggi nyeri yang dirasakan, time (t) seberapa lama

    serangan itu terjadi.

  • 20

    3) Riwayat kesehatan dahulu menerangkan kedaan keluarga apakah

    ditemukan ada penyakit keturunan kecenderungan alergi dalam

    satu keluarga, penyakit menular, akibat kontak langsung maupun

    tidak langsung antara anggota keluarga..

    4) Riwayat kesehatan keluarga menanyakan tentang riwayat

    penyakit dalam keluarga terdekat klien.

    c. Aspek Biologis

    1) Keadaan/ Penampilan Umum : lemah, sakit ringan, sakit berat,

    gelisah, rewel.

    2) Kesadaran : dapat diisi dengan tingkat kesadaran secara kualitatif

    atau kuantitatif yang dipilih secara dengan kondisi klien. Secara

    kuantitatif dapat dilakukan dengan pengukuran Glossgow Coma

    Scala (GCS), sedangkan secara kualitatif tingkat kesadaran

    dimulai dari compos mentis, apatis, somnolen, spoor dan koma.

    3) Berat Badan/ tinggi badan.

    4) Tanda-tanda vital yang terdiri dari :

    a) Tekanan Darah : tekanan sistole/ tekanan diastole mmHg

    b) Nadi : frekuensi per menit, denyut kuat/ tidak, regular/ ireguler.

    c) Suhu : ° C

    d) Frekuensi pernafasan : frekuensi per menit, regular/ ireguler

    d. Pemeriksaan fisik

    1) Sistem Pernafasan dikaji ketajaman penciuman bentuk dada,

    adanya nyri tekan atau tidak, bunyi suara nafas.

  • 21

    2) Sistem kardiovaskuler dikaji apakah ada peninggian vena

    jugularis, capillary refill, frekuensi nadi, bunyi jantung.

    3) Sistem gastrointestinal dikaji mengenal nafsu makan, kebiasaan

    defekasi, intoleransi makanan, nual, muntah, dan nyeri, bising

    usus.

    4) Sistem perkemihan dikaji frekuensi buang air kecil. Warna

    apakah ada nyeri saat buang air kecil.

    5) Sistem neurologis dikaji sakit kepala, kelemahan, tingkat

    kesadaran dapat terganggu, disorientasi/ bingung, dan nyeri

    epigastrium.

    6) Sistem musculoskeletal ditunjukkan dengan adanya kelemahan

    dan kelelahan pada ekstremitas.

    7) Sistem endokrin menjelaskan pertumbuhan dan perkembangan,

    polipagia, poliurea, polidipsi.

    8) Sistem Integumen mengkaji warna kuit, tekstur kulit, turgor kulit,

    CRT kurang dari 2 detik, suhu oedema, infeksi, pada pasien diare

    kulit pucat, turgor jelek, suhu tubuh, meningkat.

    9) Sistem genetalia memeriksa kemungkinan adanya iritasi dan

    infeksi

    e. Pola Aktivias

    1) Pola nutrisi: terdapat penurunan nafsu mskn, mual dan muntah.

    2) Pola elimminasi: terjadi diare atau konstipasi.

    3) Pola Istirahat: terjadi gangguan tidur karena nyeri.

  • 22

    4) Pola aktivitas: biasanya penderita merasa cepat lelah bila

    beraktivitas.

    5) Personal hygiene: ketidakmampuan klien dalam melakukan

    pemeliharaan secara mandiri.

    f. Psikososial dan spiritual

    1) Status emosi dikaji perasaan atau perilaku yang tidak diharapkan

    seperti ansietas, kemarahan, kesepian dan rasa tidak pasti.

    2) Konsep diri

    a. Citra tubuh yaitu sikap individu terhadap tubuhnya baik

    disadari atau tidak disadari meliputi persepsi masa lalu atau

    sekarang megenai ukuran dan bentuk, fungsi, penampilan dan

    potensi tubuh.

    b. Ideal diri yaitu persepsi individu tentang bagaimana

    seharusnya bertingkah laku berdasarkan standar pribadi.

    3) Harga diri yaitu penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai

    dengan menganalisa berapa banyak kesesuaian tingkah laku

    dengan ideal dirinya.

    4) Peran diri yaitu serangkaian pola sikap, perilaku, nilai dan tujuan

    yang diharapkan oleh masyarakat dihubungkan dengan fungsi

    individu di dalam kelompok sosialnya.

    5) Identitas diri yaitu kesadaran tentang diri sendiri yang dapat

    diperoleh individu dari observasi dan penilaian terhadap dirinya,

    menyadari bahwa dirinya berbeda dengan orang lain.

  • 23

    6) Data social yaitu interaksi klien selama di rumah sakit pada

    perawat, dokter dan lingkungan sekitar.

    7) Data ekonomi yaitu kondisi ekonomi, pendapatan keluarga dan

    penggunaan program jaminan Kesehatan.

    8) Data Spiritual dikaji kebiasaan ibadah klien sebelum dan saat

    sakit hubungannya dengan yang maha kuasa dan maha pencipta,

    tergantung pada kepercayaan dianut oleh klien.

    9. Data Penunjang

    a. Pemriksaan radiologi : USG, BNO.

    b. Elektrokardiografi.

    c. Laboratorium.

    2. Fokus Diagnosa Keperawatan

    Menurut (Nanda NIC NOC, 2013) pada pasien gastritis diagnosa

    keperawatan yang dapat ditemukan antara lain :

    a. Kekurangan volume cairan (kehilangan aktif) berhubungan dengan

    keluar/ hilangnya cairan tubuh secara berlebihan (muntah/

    perdarahan) ditambah dengan asupan cairan yang tidak memadai.

    b. Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik: iritasi mukosa

    lambung.

    c. Resiko tinggi mengalami kekurangan nutrisi yang berhubungan

    dengan tindakan pembatasan asupan nutrisi (makanan) atau karena

    berpuasa.

  • 24

    d. Kecemasan/ketakutan yang berhubungan dengan perubaha status

    kesehatan, ancaman kematian, dan timbulnya rasa nyeri

    3. Fokus Intervensi Keperawatan

    Setelah merumuskan diagnose keperawatan, maka intervensi dan

    aktivitas keperawatan harus ditetapkan untuk mengurangi, menghilangan,

    mencegah keperawatan klien yang disebut perencanaan keperawatan

    (Nanda nic noc, 2013).

    4. Implementasi Keperawatan

    Implementasi adalah realisa tindakan untuk mencapai tujuan yang telah

    ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data

    berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah

    pelaksanaan tindkan, serta menilai data yang baru (Rohma dan Walid,

    2012).Implementasi keperawatan dilaksanakan berdasarkan intervensi

    keperawatan yang telah disusun.

    5. Evaluasi Tindakan

    Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan

    keadaan klien (jasil yang diamati) dengan tujuan dan criteria hasil yang

    dibuat pada tahap perencanaan (Rohma & Walid, 2012). Evaluasi sebagai

    langka akhir proses keperawatan yaitu upaya untuk menetukan apakah

    seluruh proses keperawatan berjalan dengan baik dan apakah tindakan

    berhasil dengan baik (Zaidin, 2010).

  • 25

    BAB III

    LAPORAN KASUS

    A. Pengkajian

    Dengan metode wawancara dilakukan pengkajian , observasi langsung,

    melakukan pemeriksaan fisik pada klien, menelaah catatan medis dan

    keperawatan klien. Asuhan keperawatan dilakukan pada klien Tn F, usia 28

    tahun, agama Islam, dengan diagnosa medis gastritis, selaku penanggung

    jawab Ny.L selaku Istri dari klien. Klien masuk jam 10.45 Wita tanggal 12

    februari 2019. Data diperoleh melalui wawancara dengan Tn.F secara

    langsung di Ruang Interna Rumah Sakit Pasar Wajo.

    Pada tanggal 13 februari 2019, dan dari hasil pengkajian diperoleh sebagai

    berikut :

    1. Riwayat Kesehatan

    a. Alasan masuk rumah sakit

    Klien mengatakan nyeri daerah ulu hati skala nyeri 5, mual,muntah 6 kali,

    dan tiap memakan sesuatu dimuntahkan kembali.

    b. Riwayat Kesehatan Sekarang

    1) Keluhan utama

    Klien mengeluh nyeri pada Ulu Hati. Pada pengkajian

    riwayat keluhan klien mengatakan keluhan timbul secara tiba-tiba,

    nyeri yang dirasakan seperti teriris pisau dan dirasakan pada daerah

    perut, klien mengatakan dari angka 0-10 nyeri yang dirasakan

    berada diangka 5 (nyeri sedang) dan keluhan yang dirasakan terus

    menerus yang membuat klien tidak bisa tidur sepanjang malam.

  • 26

    Keluarga mengatakan pada saat itu tanpa berpikir langsung

    mengantarkan Tn.F ke RSUD Pasarwajo untuk dilakukan

    pemeriksaan segera.Dari hasil observasi yang dilakukan nampak

    wajah klien meringis,gelisah,menjerit kesakitan dan terlihat

    memegang perut bagian yang dirasakan sakit dan terdapat nyeri

    tekan pada epigastrium.

    2) Keluhan yang menyertai

    Klien mengakatakan keluhan lain yang dirasakan yaitu mual dan

    muntah 6 kali,4 kali sebelum dibawa di rumah sakit dan 2 kali

    setelah klien sudah berada di rumah sakit, klien mengatakan

    kesulitan untuk makan, jika makan akan langsung dimuntahkan

    kembali.

    3) Terapi/operasi yang pernah dilakukuan

    Klien mengatakan tidak pernah menjalani oprasi

    4) Riwayat Kesehatan Masalah Lalu

    Klien mengatakan sering mengalami keluhan yang sama sebelumnya

    jika sudah telat makan berkali-kali dan jika setelah makan

    makanan yang bersifat asam, klien tidak pernah mengalami riwayat

    penyakit lain.

    5) Riwayat Kesehatan Keluarga

    Keluarga mengatakan anggota keluarganya belum pernah ada yang

    mengalami keluhan yang sama dengan Tn.F sebelumnya, keluarga

  • 27

    juga mengatakan anggota kelarganya tidak ada yang memiliki

    riwayat penyakit tertentu atau penyakit keturunan.

    c. Pemeriksaan Fisik

    Pada pemeriksaan fisik didapatkan data keadaan umum lemah, kesadaran

    composmentis, pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan tekanan

    darah 120/100 mmHg, nadi 86 x/menit, penafasan 24 x/menit dan suhu

    37° C. pada pemeriksaan fisik abdomen terdapat nyeri tekan pada

    epigastrium. Pada pemeriksaan fisik body systems lainnya didapatkan

    hasil tidak ada data bermasalah atau dikeluhkan klien.

    d. Pola aktivitas

    Pada pengkajian pola aktivitas makan didapatkan data sebelum sakit; klien

    mengatakan jenis makanan yang sering dikonsunmsi adalah jenis

    makanan berminyak, asam, pedas, dan berbumbu. Klien megatakan

    sering terlambat makan dan jika makan selalu dalam porsi yang besar.

    Selama sakit klien dianjurkan diet makanan lunak dengan porsi sedikit

    tapi sering dan menghindari makanan pencetus keluhan. Tidak ada

    masalah pada pengkajian pola aktivitas kebersihan perorangan,

    istirahat dan aktivitas.

    e. Psikososial

    Pada pengkajian sosial/interaksi didapatkan data adanya dukungan

    keluarga, kelompok/teman/masyarakat dan reaksi saat interaktif klien

    terlihat kooperatif. Pada pengkajian psikologis klien mengatakan

    merasa cemas dengan keadaanya, klien mengatakan rasa nyeri yang

  • 28

    dirasakan masih belum hilang dan merasa takut jika keadaannya tak

    kunjung membaik, hasil observasi yang dilakukan nampak wajah klien

    terlihat tegang dan takut, klien tampak bingung tentang penyakitnya

    ketika ditanya.

    f. Terapi yang didapatkan saat ini yaitu omeprazole tab 3x1,

    cotrimoxazole 3x1, vitamin B komplek 3x1.

    B. Analisa Data

    Data Subyektif

    • Klien mengeluh nyeri pada daerah ulu hati

    P:Kien mengatakan keluhan timbul secara tiba-tiba dan tidak tahu

    penyebab timbulnya keluhan.

    Q: Klien mengatakan nyeri yang dirasakan seperti teriris pisau.

    R: Keluhan dirasakan pada daerah ulu hati

    S: Skala nyeri 5 (nyeri sedang ).

    T: Klien mengatakan keluhan yang dirasakan terus menerus.

    • Klien mengatakan sebelum sakit jenis makanan memang sering

    dikosumsi adalah jenis makanan berminyak, asam, pedas.

    • Klien mengatakan sering terlambat makan.

    • Kien mengatakan merasa cemas dengan keadaanya

    • Kien mengatakan nyeri yang dirasakan masih belum hilang dan merasa

    takut jika keadaanya tak kunjung membaik.

  • 29

    Data obyektif

    • Nampak wajah klien meringis

    • Klien terlihatmenjerit kesakitan

    • Nampak klien gelisah

    • Klien terlihat tegang

    • terlihat memegang perut bagian yang dirasakan sakit

    • Nyeri tekan pada epigastrium

    • Klien tampak bingung tentang penyakitnya ketika ditanya.

    • Tanda-tanda vital :

    TD : 120/100 mmHg

    N :86 x /m

    RR: 24 x/m

    S : 37 C

    C. Klasifikasi Data

    Tabel 3.1 klasifikasi data

    No Data Etiologi Masalah

    1 Data Subjektif :

    1. Klien mengeluh nyeri pada daerah ulu hati

    P : klien mengatakan

    keluhantimbul secara

    tiba-tiba

    Q : klien mengatakan

    nyeri yang dirasakan

    seperti teriris pisau

    R : keluhan dirasakan

    pada daerah ulu hati

    S : skala nyeri 0-10

    (nyeri berat7)

    T :klien mengatakan

    Faktorpredisposisi

    (Pola makan tidak

    teratur, obat-obatan,

    bakteri)

    Mengganggu

    pembentukan sawat

    mukosa lambung

    Produksi

    HCLmeningkat

    Nyeri Akut

  • 30

    keluhan yang

    dirasakan terus

    menerus

    Data Objektif :

    1. Nampak wajah klien meringis

    2. Nampak klien gelisah 3. Nyeri tekan pada

    epigastrium

    4. Tanda-tanda vital : TD : 120/100 mmHG

    N : 86 x/m

    RR : 24 x

    S : 37 C

    Mukosa

    lambungteriritasi

    Nyeri Akut

    2 Data Subjektif :

    1. Klien mengatakan merasa takut dengan keadaannya

    2. Klien mengatakan rasa nyeri yang dirasakan

    masih belum hilang dan

    merasa takut jika

    keadaannya tak kunjung

    membaik.

    Data Objektif :

    1. Nampak klien gelisah 2. Nampak wajah klien

    terlihat tegang

    3. Tanda-tanda vital : TD 120/90 mmHg

    N : 86 x/m

    RR : 24 x/m

    S : 37 °C

    kurang informasi

    faktor predisposisi

    (Pola makan tidak

    teratur, obat-obatan,

    bakteri)

    Gastritis

    Perubahan status

    kesehatan

    Ansietas

    Ansietas

    D. Diagnosa Keperawatan

    1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera biologis, ditandai dengan :

    Data Subjektif :

    1. Klien mengeluh nyeri pada ulu hati

    P : klien mengatakan keluhan timbul secara tiba-tiba

    Q : klien mengatakan nyeri yang dirasakan seperti teriris pisau

  • 31

    R : keluhan dirasakan pada daerah ulu hati

    S : skala nyeri 5 (nyeri sedang )

    T : klien mengatakan keluhan yang dirasakan terus menerus

    DO :

    1. Nampak wajah klien meringis

    2. Nampak klien gelisah

    3. Nyeri tekan pada epigastrium

    4. Tanda-tanda vital :

    TD : 120/100 mmHg

    N : 86 x/m

    RR : 24 x/menit

    S : 37 C

    2. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehaan yang ditandai

    dengan :

    Data Subjektif :

    1) Klien mengatakan merasa takut dengan keadaannya.

    2) Klien mengatakan rasa nyeri yang dirasakan masih belum hilang dan

    merasa takut jika keadaannya tak kunjung membaik.

    Data Objektif :

    1) Nampak klien gelisah

    2) Nampak wajah klien terlihat tegang

    3) Tanda-tanda vital :

    TD : 120/100 mmHg, N : 86 x/menit, RR : 24 x/menit , S : 37 °C

  • 35

    D. Rencana Tindakan Keperawatan

    No Diagnosa Noc Nic

    1 NyeriAkut berhubungan

    dengan agen cedera biologis

    Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3

    x 24 jam diharapkan klien

    mampu:Melaporkan nyeri yang

    terkontrol

    Dengan Kriteria Hasil :

    1. Skala nyeri berkurang/tidak ada 2. Tanda – tanda vital dalam rentan normal

    Manajemen Nyeri :

    1. Lakukan pengkajian nyeri secara komperhensif yang meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi,

    frekuensi, kualitas, intensitas, atau beratnya

    nyeri dan faktor pencetus.

    2. Kurangi atau eliminasi faktor – faktor yang dapat mencetuskan atau meningkatkan nyeri

    3. Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi seperti (aplikasi panas digin dan pijatan atau

    akupressur)

    4. Kolaborasidalam pemberian analgesik untuk penurunan nyeri

    2 Ansietas berhubungan dengan

    perubahan status kesehatan

    Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24

    jam diharapkan klien tidak merasa cemas,

    dengan Kriteria Hasil :

    1. Tidak mengalami perasaan gelisah 2. Tidak mengungkapkan perasaan takut 3. Tidak terlihat tegang

    Pengurangan kecemasan :

    1. Kaji tanda verbal dan non verbal dari kecemasan 2. Berikan informasi faktual terkait diagnosis,

    perawatan, dan prognosis

    3. Berikan lingkungan yang tenang untuk istirahat 4. Dorong keluarga untuk mendampingi klien

    dengan cara yang tepat

    E. Implementasi dan Evaluasi

    No Diagnosa Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi

    1 Nyeri Akut berhubungan

    dengan agen cedera

    biologis

    13 Februari

    2019

    Manajemen Nyeri :

    1. Melakukan pengkajian nyeri secara komperhensif yang meliputi lokasi,

    karakteristik, onset/durasi , frekuensi,

    kualitas, intensitas, atau beratnya nyeri dan

    Subjektif :

    1. Klien mengatakan nyeri masih dirasakan.

    2. Klien mengatakan nyeri yang dirasakan masih sama, 0-10 nyeri

  • 36

    faktor pencetus.

    Hasil : nyeri dirasakan di daerah ulu hati.

    Skala nyeri 7

    2. Megurangi atau eliminasi faktor – faktor yang dapat mencetuskan atau meningkatkan

    nyeri

    Hasil : menyarankan untuk makan tepat

    waktu dan tidakmakanmakanan yang kecut

    3. Mengajarkan penggunaan teknik non farmakologi seperti (aplikasi panas digin

    dan pijatan atau akupressur)

    Hasil : dilakukan relaksasi nafas dalam

    4. Berkolaborasi dalam pemberian analgesik untuk penurunan nyeri

    Hasil : Injeksi Cefotaxime 1 gr/IV/ 12 jam

    Injeksi ranitidine 1amp/IV/12 jam

    berada di angka 7 (nyeri berat) Objektif :

    1. Nampak klien masih meringis, 2. Nyeri tekan pada epigastrik 3. Klien mampu

    mendemonstrasikan teknik

    relaksasi dan distraksi.

    4. Tanda-tanda vital TD : 120/100 mmHg

    N : 86 x/m

    RR : 24 x/m

    S : 36, 8 °C

    A : Masalah belum teratasi

    Planning :

    Intervensi 1,2,3,4 dilanjutkan.

    2 Ansietas berhubungan

    dengan perubahan status

    kesehatan

    13 Februari

    2019

    Pengurangan kecemasan :

    1. Mengkaji tanda verbal dan non verbal dari kecemasan

    Hasil : klien mengatakan khawatir dengan

    keadaanya

    2. Memberikan informasi faktual terkait diagnosis, perawatan, dan prognosis

    Hasil : klien dapat mengerti

    3. Memberikan lingkungan yang tenang untuk istirahat

    Hasil : klien tidak bisaberistirahat

    4. Mendorong keluarga untuk mendampingi klien dengan cara yang tepat.

    Hasil : anak klien selalu menemani

    Subjektif

    Klien mengatakan cemas sedikit

    berkurang setelah mendapatkan

    informasi tentang kondisi

    kesehatannya. Objektif

    Nampak wajah klien lebih rileks dan

    tidak merasa tegang.

    A : masalah teratasi sebagian

    Planning : Intervensi dilanjutkan

    3 Nyeri Akut berhubungan

    dengan agen cedera

    biologis

    14 februari 2019 Manajemen Nyeri :

    1. Melakukan pengkajian nyeri secara komperhensif yang meliputi lokasi,

    karakteristik, onset/durasi , frekuensi,

    Subyektif

    1. klien mengatakan nyeri sudah

    sedikit berkurang skala nyeri 4.

    2. Klien mengatakan mengontrol

  • 37

    kualitas, intensitas, atau beratnya nyeri dan

    faktor pencetus.

    Hasil : nyeri dirasakan di daerah ulu hati,

    skala nyeri 3

    2. Megurangi atau eliminasi faktor – faktor yang dapat mencetuskanataumeningkatkan

    nyeri

    Hasil : menyarankan untuk makan tepat

    waktu

    3. Mengajarkan penggunaan teknik non farmakologi seperti (aplikasi panas digin

    dan pijatan atau akupressur)

    Hasil : dilakukan relaksasi nafas dalam

    4. Berkolaborasi dalam pemberian analgesik untuk penurunan nyeri

    Hasil : Injeksi Cefotaxime 1 gr/IV/ 12

    jamInjeksi ranitidine 1 amp/IV/12 jam

    nyeri dengan teknik relaksasi dan

    distraksi (nonton)

    3. Klien mengatakan nyeri

    berkurang dengan teknik

    manajemen nyeri yang diajarkan. Objektif :

    1. Nampak wajah klien tidak meringis

    2. Nyeri tekan pada epigastrik. 3. Klien mampu

    mendemonstrasikan teknik

    relaksasi dan distraksi.

    4. Tanda-tanda vital : TD : 120/80 mm Hg

    N : 82 x/m

    RR : 22 x/m

    S : 36,8 °C

    A : Masalah teratasi sebagian

    Planning : Intervensi dilanjutkan.

    4 Ansietas berhubungan

    dengan perubahan status

    kesehaan

    14 februari 2019 Pengurangan kecemasan :

    1. Mengkaji tanda verbal dan non verbal dari kecemasan

    Hasil : klien mengatakan sudah tidak

    khawatir dan optimis pasti sembuh

    2. Memberikan informasi faktual terkait diagnosis, perawatan, dan prognosis

    Hasil : klien dapat mengerti

    3. Memberikan lingkungan yang tenang untuk istirahat Hasil : klien beristirat dengan tenang

    4. Mendorong keluarga untuk mendampingi klien dengan cara yang tepat.

    Hasil : anak klien selalu menemani

    Subjektif :

    1. Klien mengatakan sudah tidak lagi merasa cemas.

    2. Klien yakin akan segera sembuh dari sakitnya.

    Objektif :

    Nampak wajah klien rileks dan tidak

    merasa tegang.

    A : masalah teratasi

    Planning : intervensi dipertahankan

    5 NyeriAkut berhubungan

    dengan agen cedera

    biologis

    15 februari 2019 Manajemen Nyeri :

    1. Melakukan pengkajian nyeri secara komperhensif yang meliputi lokasi,

    karakteristik, onset/durasi , frekuensi,

    Subjektif :

    1. klien mengatakan nyeri sudah

    berkurang skala nyeri 2.

    2. Klien mengatakan mengontrol

  • 38

    kualitas, intensitas, atau beratnya nyeri dan

    faktor pencetus.

    Hasil : nyeri dirasakandi daerah ulu hati,

    skala nyeri 3

    2. Megurangi atau eliminasi faktor – faktor yang dapat mencetuskan atau meningkatkan

    nyeri

    Hasil : menyarankan untuk makan tepat

    waktu dan tidak makan makanan yang

    kecut.

    3. Mengajarkan penggunaan teknik non farmakologi seperti (aplikasi panas digin

    dan pijatan atau akupressur)

    Hasil : dilakukan relaksasi nafas dalam

    4. Berkolaborasi dalam pemberian analgesik untuk penurunan nyeri

    Hasil : Injeksi Cefotaxime 1 gr/IV/ 12 jam

    Injeksi ranitidine 1amp/IV/12 jam

    nyeri dengan teknik relaksasi dan

    bermain hp.

    3. Klien mengatakan nyeri

    berkurang dengan teknik

    manajemen nyeri yang diajarkan. Objektif :

    1. Nampak wajah klien tidak meringis

    2. Tidak ada nyeri tekan pada epigastrik.

    3. Klien mampu mendemonstrasikan teknik

    relaksasi dan distraksi.

    4. Tanda-tanda vital : TD : 120/80 mm Hg

    N : 80 x/m

    RR : 22 x/m

    S : 36,5 °C

    A : Masalah teratasi sebagian

    Planning : Intervensi dihentikan

  • 39

    BAB IV

    PEMBAHASAN

    A. Pengkajian

    Tahap awal dalam proses keperawatan adalah Pengkajian sehingga tahap

    yang paling menentukan bagi tahap berikutnya (Rohmah dan walid, 2012).

    Sesuai dengan teori yang dijabarkan diatas, penulis melakukan pengkajian

    pada Tn F, usia 28 tahun, agama Islam, diagnosa medis gastritis. Pengkajian

    dilakukan dengan menggunakan metode pengkajian keperawatan yaitu

    metode wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan menelah catatan medik

    dan keperawatan untuk memperoleh data yang diperlukan.

    Data yang didapatkan pada pengkajian Tn.F pada tahap pengkajian

    riwayat kesehatan didapatkan data, keluhan utama klien mengeluh nyeri pada

    daerah ulu hati, hasil observasi dan pemeriksaan yang dilakukan Nampak

    wajah klien meringis, klien Nampak menjerit-jerit, Nampak memegang perut

    pada daerah yang sakit, gelisah dan terdapat nyeri tekan pada epigastrium.

    Nyeri timbul karena asam lambung tak dapat ditekan produksinya hal ini

    akan mengakibatkan peradangan mukosa lambung akan merangsang ujung

    saraf yang terpajan yaitu saraf hipotalamus untuk mengeluarkan asam

    lambung, kontak antara lesi dan asam lambung juga merangang mekanisme

    reflex lokal yang dimulai dengan kontraksi otot sehingga terjadi nyeri (srin,

    Syafrudin, dan Purwatiningsih, 2009), hal ini didukung dengan diagnose

    medic yaitu gastritis pada catatan medik klien.

    Pada pemeriksaan fisik didapatkan data keadaan umum lemah, kesadaran

    composmentis, pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan tekanan darah

    120/100 mmHg, nadi 86 x/menit, pernafasan 24 x/menit dan suhu 37° C, pada

  • 40

    pemeriksaan fisik abdomen terdapat nyeri tekan pada epigastrium. Pada

    pemeriksaan fisik body systems lainnya didapatkan hasil tidak ada data

    bermasalah atau dikeluhkan klien. Menurut Natadijaja (2012) abdomen dibagi

    menjadi empat kwadran dan lambung berada di kwadran dua sehingga ada

    nyeri tekan karena adanya peradangan pada lambung.

    Pada pengkajian pola aktivitas makan didapatkan data sebelum sakit; klien

    mengatakan jenis makanan yang sering dikonsumsi adalah jenis makanan

    berminyak, asam, pedas dan berbumbuu.Klien mengatakan sering terlambat

    makan dan jika makan selalu dalam porsi yang besar. Mengkonsumsi

    makanan instan, pedas, asam-asaman. Tidak jarang kondisi seperti ini

    menimbulkan luka pada dinding lambung dan menyebabkan penyakit

    gastritis.

    Sebaiknya makan diberi dalam porsi kecil tapi sering. Makan tiga sampai

    empat kali sehari dalam porsi kecil untuk menghindari makan dalam keadaan

    lapar dan dalam porsi yang besar, jangan makan dengan tergesa-gesa

    sehingga makanan yang masuk dapat lebih sedikit dan makanan dapat lebih

    dinikmati (sulastri, 2012).

    Pada pengkajian psiokologis klien mengatakan merasa cemas,tegang

    dengan keadaanya, klien mengatakan rasa nyeri yang dirasakan masih belum

    hilang dan merasa takut jika keadaannya tak kunjung membaik, hasil

    observasi yang dilakukan Nampak wajah klien terlihat tegang dan takut, klien

    tampak bingung tentang penyakitnya ketika ditanya. Menurut Mutaqqin

    (2011) Pengkajian yang dilakukan pada pasien gastritis adalah pengkajian

  • 41

    tentang nyeri epigastrium yang dapat menimbulkan manfiestasi kecemasan

    secara individu.

    Terapi yang digunakan saat ini adalah omeprazole tab. 2x1, cotrimoxazole

    2x2, vitamin B komplek 3x1. Tujuan utama dalam pengobatan gastritis

    adalah menghilangkan nyeri, menghilangkan inflamasi, dan mencegah

    terjadinya ulkus lambung dan komplikasi. Sampai saat ini pengobatan

    ditujukan untuk mengurangi sekresi asam lambung. Selain itu pengobatan

    gastritis juga dilakukan dengan memperkuat mekanisme defensive mukosa

    lambung dengan obat-obat sitoproteksi (Wardaniati, 2011).

    B. Diagnosa Keperawatan

    Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang mengambarkan respon

    manusia (keadaan sehat atau perubahan pola interaksi actual/potensial) dari

    individu atau kelompok perawat secara legal mengidentifikasi danperawat

    dapat memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan atau

    untuk mengurangi, menyingkirkan atau mencegah perubahan (Rohma dan

    Walid, 2012).

    Pada perumusan maslah diagnosa yang didapatkan dari analisa data

    berdasarkan data subjektif dan objektif diagnosa yang muncul dan ditemukan

    pada tinjuan teori dengan kasus megenai masalah gastritis terdapat sedikit

    perbedaan. Dalam teori terdapat 4 diagnosa keperawatan, tetapi di kasus

    terdapat 3 diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan yang muncul dalam

    tinjuan teori yaitu :

  • 42

    1. Kekurangan volume cairan (kehilangan aktif) berhubungan dengan

    keluar/hilangnya cairan tubuh secara berlebihan (muntah/ perdarahan)

    ditambah dengan asupan cairan yang tidak memadai.

    2. Nyeri berhubungan dengan agen cedera biologis: Iritasi mukosa lambung.

    3. Resiko tinggi mengalami kekurangan nutrisi yang berhubungan dengan

    tindakan pembatasan asupan nutrisi (makanan) atau karena berpuasa.

    Kecemasan/ketakutan yang berhubungan dengan perubahan status

    kesehatan, ancaman kematian, dan timbulnya rasa nyeri.

    Sedangkan diagnosa yang dijumpai dalam kasus Tn.F dengan gangguan

    sistem pencernaan gastritis yaitu :

    1. Nyeri berhubungan dengan agen cedera biologis: Iritasi mukosa lambung

    yang ditanda dengan:

    Data subjektif:

    Klien mengeluh nyeri pada perut

    P: Klien mengatakan keluhan timbul secara tiba-tiba setelah makan

    makanan yang kecut (rujak)

    Q: Klien mengatakan nyeri yang dirasakan seperti teriris pisau

    R: Keluhan dirasakan pada daerah perut

    S: Skala nyeri 0-10 (nyeri sedang)

    T: Klien mengatakan keluhan yang dirasakan terusmenerus

    Data objektif:

    a. Nampak wajah klien meringis

    b. Nampak klien gelisah

    c. Klien Nampak menjerit

  • 43

    d. Klien terliha tmemegang daerah perut pada bagian yang dirasa sakit

    e. Nyeri tekan pada epigastrium

    f. Tanda-tanda vital :

    TD : 120/100 mmHg

    N : 86 x/menit

    RR : 24 x/menit

    S : 37 °C

    2. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan yang ditanda

    dengan:

    Data subjektif :

    a. Nampak klien gelisah

    b. Klien Nampak cemas

    c. Nampak wajah klien terlihat tegang

    d. Tanda-tanda vital :

    TD : 120/100 mmHg

    N : 86 x/menit

    RR : 24 x/menit

    S : 37 °C

    Beberapa masalah yang didapatkan dalam kasus ditentukan tiga

    diagnosa yang dipilih berdasarkan prioritas masalah yaitu :

    1. Nyeri berhubungan dengan agen cedera biologis: Iritasi mukosa

    lambung.

    Penulis memprioritaskan masalah ini sebagai diagnosa

    keperawatan yang pertama karena diagnosa ini saat pengkajian yang

  • 44

    paling klien keluhkan yaitu nyeri pada perut, diagnosa ini didasarkan

    pada triage konsep yaitu penulis memprioritaskan masalah yang perlu

    penanganan perawatan yang tepat, tidak mengancam kehidupan, tetapi

    mengancam gangguan kesehatan yang lebih berat, masalah ini bila

    tidak segera ditangani akan mengganggu aktivitas sehari-hari bahlan

    menimbulkan ancaman kesehatan yang lebih berat.

    Berdasarkan batasan karakteristik maka etiologi yang dapat

    diambil penulis adalah agen cedera biologis. Agen cedera biologis

    yang dialami pasien yaitu adanya perlukaan mukosa gaster. Perlukaan

    mukosa gaster adalah penyakit yang disebabkan dengan luka yang

    terjadi di lambung (Nuraruf, Kusuma, 2015).

    2. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

    Ansietas adalah perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang

    samar disertai respon autonom (sumber sering kali tidak spesifik atau

    tidak diketahui oleh individu; perasaan takut yang disebabkan oleh

    antisipasi terhadap bahaya). Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan

    yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan memampukan

    individu untuk bertindak menghadapi ancaman ( NANDA NIC-NOC,

    2013). Kecemasan yang dialami klien timbul karena perubahan status

    kesehatan yang terjadi pada klien Ny. N, sumber utama kecemasan

    yang dialami adalah karena kurangnya informasi tentang masalah

    gastritis yang sedang dilami.

    Penulis memprioritaskan masalah ini sebagai diagnosa

    keperawatan yang kedua karena diagnosa ini mencerminkan kebutuhan

  • 45

    klien, keluhan dirasakan klien sehingga perlu penanganan keperawatan

    guna meperbaiki psikologis klien mengenai kondisi kesehatan yang

    dialami saat ini.

    3. Intervensi Keperawatan

    Intervensi keperawatan merupakan kesimpualan tindakan yang

    ditentukan oleh perawat untuk dilaksanakan dalam menyelesaikan masalah

    kesehatan dan masalah atau diagnosis keperawatan yang ditetapkan (Zaidin,

    2010).

    Intervensi atau perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk

    mencegah, mengurangi dan mengatasi masalah-masalah yang telah

    diidentifikasi dalam diagnosis keperawatan (Rohmah dan Walid, 2012).

    Penyusunan rencana keperawatan disesuaikan dengan teori asuhan

    keperawatan yang ada. Rencana tindakan keperawatan diagnose yang pertama

    nyeri Kronis berhubungan dengan agen cedera biologis ; setelah dilakukan

    tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri dapat berkurang

    atau teratasi dengan kriteria hasil Skala nyeri berkurang/tidak ada, tanda –

    tanda vital dalam rentan normal dengan manajemen nyeri.

    Intervensi yang ditetapkan yaitu lakukan pengkajian nyeri secara

    komperhensif yang meliputi lokasi,karakteristik, onset/durasi, frekuensi,

    kualitas, intensitas,atau beratnya nyeri dan faktor pencetus. Kurangi atau

    eliminasi faktor – faktor yang dapat mencetuskan atau meningkatkan nyeri,

    Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi seperti (aplikasi panas digin dan

    pijatan atau akupressur), Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi seperti

  • 46

    (aplikasi panas digin dan pijatan atau akupressur), dan Kolaborasi dalam

    pemberian analgesik untuk penurunan nyeri.

    Rencana tindakan keperawatan diagnosa yang kedua ansietas

    berhubungan dengan perubahan status kesehatan ; setelah dilakukan tindakan

    keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan cemas dapat berkurang atau

    hilang dengan criteria hasil klien Tidak mengalami perasaan gelisah, Tidak

    mengungkapkan perasaan takut Intervensi yang ditetapkan yaitu Kaji tanda

    verbal dan non verbal dari kecemasan, Berikan informasi faktual terkait

    diagnosis, perawatan, dan prognosis, Berikan lingkungan yang tenang untuk

    istirahat , Dorong keluarga untuk mendampingi klien dengan cara yang tepat.

    4. Implementasi Keperawatan

    Implementasi adalah realisasi tindakan untuk mencapai tujuan yang

    telah ditetapkan.Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data

    berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksanaan

    tindakan, serta menilai data yang baru (Rohma dan Walid,

    2012).Implementasi keperawatan dilaksanakan berdasarkan intervensi

    keperawatan yang telah disusun.

    Tindakan keperawatan diagnose keperawatan nyeri kronis berhubungan

    dengan agen cedera biologis dilakukan mengacuh pada intervensi dan

    diimpelementasikan sama dengan intervensi yang telah ditetapkan yaitu,

    Melakukan pengkajian nyeri secara komperhensif yang meliputi lokasi,

    karakteristik, onset/durasi , frekuensi, kualitas, intensitas, atau beratnya nyeri

    dan faktor pencetus. Megurangi atau eliminasi faktor – faktor yang dapat

    mencetuskan atau meningkatkan nyeri Mengajarkan penggunaan teknik non

  • 47

    farmakologi seperti (aplikasi panas digin dan pijatan atau akupressur),

    Berkolaborasi dalam pemberian analgesik untuk penurunan nyeri. Pada

    implementasi diagnosa keperawatan nyeri akut semua intervensi yang telah

    ditetapkan dilaksanakan dikarenakan untuk memenuhi semua criteria hasil

    dan tercapainya intervensi, sehingga respon nyeri dapat berkurang atau hilang

    (Mutaqqin, 2011).

    Tindakan keperawatan diagnose keperawatan ansietas berhubungan

    dengan perubahan status kesehatan juga dilakukan sama dengan diagnose

    nyeri yaitu mengacuh intervensi yang telah ditetapkan yaitu Mengkaji tanda

    verbal dan non verbal dari kecemasan, Memberikan informasi faktual terkait

    diagnosis, perawatan, dan prognosis, Memberikan lingkungan yang tenang

    untuk istirahat, Mendorong keluarga untuk mendampingi klien dengan cara

    yang tepat. Implementasi pada diagosa ini hanya dilaukan dua hari karena

    masalah sudah teratasi dalam dua hari.

    5. Evaluasi Keperawatan

    Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan

    keadaan klien dengan tujuan dan criteria hasil yang dibuat pada tahap

    perencanaan (Rohma & Walid, 2012).

    Evaluasi sebagai langka akhir proses keperawatan yaitu upaya untuk

    menetukan apakah seluruh proses keperawatan berjalan dengan baik dan

    apakah tindakan berhasil dengan baik (Zaidin, 2010). Evaluasi terakhir

    diagnose nyeri akut berhubungan dengan mukosa lambung teriritasi dlakukan

    pada klien Tn.F pada tanggal 15 februari 2019 didapatkan data subjektif klien

    mengatakan sudah tidak lagi merasakan nyeri pada ulu hatinya. Pada hari

  • 48

    pertama intervensi skala nyeri dirasakan 7 berat, Nyeri dengan skala berat

    berat erat kaitannya dengan kecemasan yang dirasakan oleh pasien.

    Hubungan antara nyeri dan kecemasann seringkali meningkatkan persepsi

    nyeri, namun nyeri juga dapat menimbulkan perasaan asietas. Pernyatan

    tersebut didukung oleh teori yang menyatakan bahwa stimulus nyeri

    mengaktifkan bagian syaraf limbik yang diyakini mengendalikan emosi

    seseorang, khususnya asietas. Sistem limbik dapat memproses reaksi emosi

    terhadap nyeri yakni memperburuk atau menghilangkan nyeri. Sedangkan

    nyeri yang tidak reda dapat mempengaruhi system pulmonary,

    kardiovaskuler, gastrointestinal, endokrin dan immunologik. (Kolcaba, 2003).

    Tetapi, setelah dilakukan intervensi relaksasi nafas dalam, dan pemberian

    analgetik yaitu injeksi Ranitidine 1 amp/8jam skala nyeri klien menuru. Pada

    hari ke 2 intensitas nyeri skala 4 (kategori sedang) dan pada hari ke 3, skala

    nyeri 2 (kategori ringan) skala nyeri dapat menurun karena klien

    mendapatkan asuhan keperawatan secara tepat dan optimal.

    Dalam hal ini perawat terlibat langsung dalam melakukan tindakan

    asuhan keperawatan memberikan pendidikan pada pasien dan keluarga untuk

    melakukan secara mandiri untuk mengantisipasi nyeri yang sewaktu-waktu

    dapat terjadi.

    Data objektif tampak wajah klien tidak meringis, tidak ada nyeri tekan

    pada epigastrik, klien mampu mendemonstrasikan teknik relaksasi dan

    distraksi, tanda-tanda vital didapatkan hasil tekanan darah 120/80 mmHg,

    nadi 80 x/menit, pernafasan 22 x/menit dan suhu 36,6° C. Hasil analisis

    masalah teratasi dan intervensi dipertahankan klien.

  • 49

    Evaluasi terakhir diagnosa keperawatan ansietas berhubungan dengan

    perubahan status kesehatan dilakukan pada klien Tn.F pada tanggal 15

    februari 2019 didapatkan data subjektif klien mengatakan sudah tidak lagi

    merasa takut, dan klien yakin akan segera sembuh dari sakitnya. Data

    objektifnya didapatkan, tampak wajah klien rileks dan tidak merasa tegang.

    Hasil analisis masalah teratasi dan intervensi dipertahankan.

    Evaluasi pada diagnosa kedua dapat teratasi karena selain berperan

    memberi asuhan keperawatan, peneliti juga berperan sebagai pendidik. Klien

    diberi tahu, dan penjelasa tentang penyakitnya secara terstruktur dan jelas

    sehingga klien maupun keluarga mudah memahami tentang penyakit gastritis.

  • 50

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan

    Dari hasil studi kasus asuhan keperawatan pada klien Tn.F dengan gangguan

    sistem pencernaan gastrirtis di RuangInterna RSUD Pasarwajo,maka penulis

    mengambil kesimpulan sebagai berkut :

    1. Pengkajian dilakukan sesuai dengan teori yang sudah ada. Pada pengkajian

    didapatkanhasil data dimana klien mengeluh nyeri pada perut, klien

    mengatakan tidak tau tentang penyebab timbulnya keluhan, klien

    mengatakan sebelum sakit jenis makanan yang sering dikonsumsi adalah

    jenis makanan berminyak, asam, pedas, klien mengatakan sering terlambat

    makan, klien mengatakan merasa cemas, dengan keadaannya, klien

    mengatakan rasa nyeri yang dirasakan masih belum hilang dan merasa

    takut jika keadaannya tak kunjung membaik.

    Dari hasil pemeriksaaan diperoleh data nampak wajah klien

    meringis, nampak kliengelisah,dannyeri tekan pada epigastrium, nampak

    wajah klien terlihat tegang,cemas, klien tampak bingung tentang

    penyakitnya ketika ditanya dan hasil pemeriksaan tanda-tanda vital

    didapatkan tekanan darah 120/100 mmHg, nadi 86 x/menit, pernafasan 24

    x/menit dan suhu 37 ° C.

    2. Diagnosa keperawatan yang didapatkan pada kasus ini terdapat 2 diagnosa

    utama yaitu Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera biologis : Iritasi

    mukosa lambung, ansietas berhubungan dengan perubahan status

    kesehatan dan defisiensi pengetahuan berhubungan kurangnya informasi.

  • 51

    3. Intervensi keperawatan yangakan direncanakan sesuai dengan masalah

    keperawatan yang ditemukan pada data. Pada diagnosa nyeri Akut,

    Intervensi yang ditetapkan yaitu Lakukan pengkajian nyeri secara

    komperhensif yang meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi,

    kualitas, intensitas, atau beratnya nyeri dan faktor pencetus. kurangi atau

    eliminasi faktor – faktor yang dapat mencetuskan atau meningkatkan

    nyeri, Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi seperti (aplikasi panas

    digin dan pijatan atau akupressur), Ajarkan penggunaan teknik non

    farmakologi seperti (aplikasi panas digin dan pijatan atau akupressur), dan

    Kolaborasi dalam pemberian analgesik untuk penurunan nyeri. Diagnosa

    yang kedua ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan,

    Intervensi yang ditetapkan yaitu Kaji tanda verbal dan non verbal dari

    kecemasan, Berikan informasi faktual terkait diagnosis, perawatan, dan

    prognosis, Berikan lingkungan yang tenang untuk istirahat , Dorong

    keluarga untuk mendampingi klien dengan cara yang tepat

    4. Implementasi dan Evaluasidilakukanbersamaan pada tanggal 13 februari

    s/d 15 februari 2019. Implementasi yang telah dilaksanakan sesuai dengan

    intervensi yang telah disusun.Evaluasi terakhir diagnosa nyeri akut

    berhubungan dengan mukosa lambung teriritasi dilakukan pada klien

    Tn.Fpada tanggal 15 februari 2019 didapatkan data subjektif klien

    mengatakan sudah tidak lagi merasakan nyeri pada perutnya pada saatini.

    Data objektif tampak wajah klien tidak meringis ,tidak ada nyeri tekan

    pada epigastrik, klien mampu mendemonstrasikan teknik relaksasi dan

    distraksi, tanda-tanda vital didapatkan hasil tekanan darah 120/80 mmHg,

  • 52

    nadi 80 x/menit, pernafasan 22 x/menit dan suhu 36,6° C. Hasil analisis

    masalah teratasi dan intervensi dipertahankan klien. Evaluasi terakhir

    diagnosa keperawatan ansietas berhubungan dengan perubahan status

    kesehatan dilakukan pada klien Tn.F pada tanggal 14 februari 2019

    didapatkan data subjektif klien mengatakan sudah tidak lagi merasa cemas

    dan klien yakin akan segera sembuh dari sakitnya. Data objektifnya

    didapatkan, tampak wajah klien rileks dan tidak merasa tegang. Hasil

    analisis masalah teratasi dan intervensi dipertahankan.

    B. Saran

    1. Bagi Klien

    Klien berisiko untuk terjadi kekambuhan penyakit, sehingga diharapkan

    perlunya upaya pencegahan serta pengendalian secara rutin dari

    klien.Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan menghindari faktor

    penyebab timbulnya keluhan.

    2. Bagi Institusi Pendidikan

    Diharapkan hasil laporan studi kasus ini dapat dijadikan sebagai tambahan

    informasi dan ilmu pengetahuan untuk institusi pendidikan dan sebagai

    referensi perpustakaan yang bisa digunakan untuk mahasiswa sebagai

    bahan acuan dan dasar dalam menerapkan asuhan keperawatan khususnya

    gastritis.

    3. Bagi Rumah Sakit

    Bagi Rumah Sakit diharapkan dapat meningkatkan hubungan kerjasama

    yang baik antara petugas kesehatan dengan klien dan dapat memberikan

  • 53

    pelayanan kesehatan yang optimal khususnya klien dengan penyakit

    gastritis.