bab i pendahuluan a. latar belakangrepository.ump.ac.id/1301/2/mochammad faizal bab i.pdf ·...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setiap manusia pasti mengalami fase – fase perkembangan sejak
manusia berada dalam kandungan sampai lanjut usia, menurut Desmita (2008)
menjelaskan bahwa perkembangan bergerak secara berangsur – angsur tapi
pasti, melalui suatu bentuk atau tahap kebentuk atau tahap berikutnya yang
kian hari kian bertambah maju, mulai dari masa pembuahan dan berakhir
dengan kematian. Perubahan yang dialami pada sepanjang hidup tentunya
mempengaruhi sikap, proses kognitif dan perilaku individu. Hal ini bahwa
permasalahan yang harus diatasi juga mengalami perubahan dari waktu ke
waktu sepanjang rentang kehidupan.
Perubahan ini sudah menjadi hukum qodrati yang dikenal dengan
sebutan “menua”. Seperti yang diterangkan dalam Al Qur’an dalam Surat Ar-
Rum ayat 54 :
Artinya : “Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah,
kemudian dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat ,
kemudian dia menjadikan (kamu) sesudah lemah itu lemah (kembali) dan
beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendki-Nya dan Dialah yang Maha
mengetahui lagi Maha Kuasa (QS. Ar-Ruum: 54).”
Hubungan Antara Spiritualitas..., MOCHAMMAD FAIZAL, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
2
Ayat tersebut diterangkan oleh Shihab (2007), bahwa manusia
mengalami tiga fase dalam kehidupan, yakni keadaan lemah dari proses
pembuahan hingga memasuki masa remaja, kemudian menjadi kuat atau
memiliki kekuatan saat beranjak dewasa dan lemah kembali saat beruban
adalah tanda – tanda keadaan pada lanjut usia.
Penduduk di seluruh dunia dengan kelompok lansia yang berumur
60 tahun ke atas mengalami pertumbuhan dengan cepat dibandingkan
dengan kelompok usia lainnya. Menurut WHO, pada abad 21 jumlah
penduduk lansia di dunia akan semakin meningkat, di wilayah asia
diperkirakan jumlah kaum lanjut usia akan bertambah pesat dari 410 juta
tahun 2007, menjadi 733 juta pada tahun 2025, dan diperkirakan menjadi
1,3 miliar pada tahun 2050. Indonesia merupakan negara ke-4 dengan
jumlah penduduknya paling banyak di dunia dan sepuluh besar memiliki
penduduk paling tua di dunia. Tahun 2020 jumlah kaum lanjut usia akan
bertambah 28,8 juta (11 % dari total populasi) dan menjelang tahun 2050
diperkirakan 22 % warga Indonesia berusia 60 tahun ke atas, Arita (2011).
Lansia merupakan tahap akhir dari siklus kehidupan manusia. Pada
tahap ini, lanjut usia akan mengalami perubahan – perubahan pada kondisi
fisik maupun kondisi psikis. Perubahan tersebut antara lain perubahan
kesehatan, perubahan fisik, kemampuan motorik, minat, kemampuan
mental, lingkungan, status sosial, dan perubahan-perubahan lainnya
(Santoso dan Ismail, 2009). Disisi lain seringkali lanjut usia memandang
penurunan dan kelemahan kemampuan fisik sebagai suatu bencana, karena
Hubungan Antara Spiritualitas..., MOCHAMMAD FAIZAL, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
3
kematian itu sangat dekat dan siap untuk menjemput mereka setiap waktu,
Hurlock (1993). Semua orang pasti akan mengalami kematian, kematian
merupakan peristiwa dimana tidak ada seorangpun yang tau kapan akan
terjadi. Menurut Meiner (2006) berpendapat bahwa dalam menghadapi
kematian, setiap individu dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu aspek
psikologis, spiritual, sosial dan fisik, tingkat spiritualitas pada lanjut usia
dalam menghadapi akhir kehidupan sangat dibutuhkan, hal ini dikarenakan
praktik spiritual dapat memberikan support emosional yang positif bagi
lansia.
Menurut Gallo (2006) dalam Sari (2015), mengatakan bahwa
penilaian spiritualitas dapat menjadi kunci untuk mempelajari dan
memahami kesejahteraan pada lanjut usia. Penilaian mengenai spiritualitas
adalah jendela pembuka untuk lebih memahami nilai-nilai, makna, dan
tujuan hidup pada lansia. Penelitian yang dilakukan oleh Adelina (2007) yang
menyatakan bahwa lansia yang memiliki kecerdasan ruhaniah yang tinggi
tidak akan merasakan kecemasan dan lebih siap saat menghadapi kematian.
Penelitian yang dilakukan oleh Williams (2006) dalam Sari (2015), juga
menjelaskan bahwa lansia yang memiliki tingkat spiritualitas tinggi maka
dalam menjalani akhir kehidupan, hidup dalam ketenangan hingga ajal
menjemputnya.
Kehilangan kehidupan atau kematian merupakan hal yang pasti
akan dialami oleh lansia sebagai tahap dari fase akhir kehidupannya.
Setiap makhluk yang bernyawa pasti akan mengalami kematian seperti
Hubungan Antara Spiritualitas..., MOCHAMMAD FAIZAL, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
4
yang tercantum dalam Al-Quran Surat Al-Ankabut 57 yang artinya: “Tiap-
tiap yang berjiwa akan merasakan mati, kemudian hanyalah kepada
Kami kamu dikembalikan”. Menjelang ajal adalah bagian dari kehidupan
yang merupakan proses menuju akhir. Meskipun unik bagi setiap individu,
kejadian – kejadian tersebut bersifat normal dan merupakan proses hidup
yang diperlukan (Stanley & Beare, 2012).
Menurut Indriana (2012), menjelaskan bahwa kesiapan dalam
menghadapi kematian terdiri dari 2 aspek, yaitu kesiapan dalam
menghadapi kematian secara psikis dan secara spiritual. Secara psikis,
kesiapan dalam menghadapi kematian dapat dilihat dari lansia yang yakin
akan datangnya kematian, lebih memahami makna hidup dan kematian,
dapat mengatasi rasa takut akan datangnya kematian, serta sering
mengingat dan membicarakan kematian. Sedangkan kesiapan menghadapi
kematian secara spiritual, lanjut usia lebih berfokus pada kehidupan batin
seperti perenungan, sehingga lebih mendekatkan diri kepada Tuhan.
Penelitian yang dilakukan oleh Avita (2010) tentang pengaruh
kecerdasan spiritual kecemasan menghadapi kematian pada lansia di UPT
pelayanan sosial lanjut usia Pasuruan, penelitian ini mengemukakan bahwa
kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap kecemasan lansia dalam
menghadapi kematian. Lansia dengan tingkat spiritual yang tinggi tidak
merasa cemas menghadapi kematian. Hasil dari penelitian ini juga
menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi kecemasan ini adalah
kurangnya dukungan sosial dari keluarga atau teman sekitar lansia.
Hubungan Antara Spiritualitas..., MOCHAMMAD FAIZAL, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
5
Menurut Santrock (2007), berpendapat bahwa diperkirakan frekuensi
terjadinya depresi diantara orang-orang dewasa lanjut bervariasi, yakni
sebanyak 80% dari orang – orang dewasa lanjut yang mengalami gejala
depresi dan tidak mendapatkan perawatan. Tentunya hal- hal seperti ini dapat
mengakibatkan resiko buruk pada lansia, Santrock (2007) juga menjelaskan, di
Amerika hampar 25% individu yang melakukan bunuh diri adalah orang yang
berusia 65 tahun yang dikarenakan hidup sendiri. Hal ini juga terjadi di
Indonesia terkait dengan masalah lansia yang mengalami depresi dan
mengakhiri hidupnya, dalam KOMPAS 17 November 2013 : Tugiati (82),
warga desa penanggulang, warga desa pegandon, Kendal nekat mengakhiri
hidup karena depresi akibat ditinggal keluarganya. Korban membakar diri
hingga tewas dikebun jati belakang rumahnya, Minggu (17- 11 – 2013) siang.
Dari kasus tersebut, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa pada akhir
kehidupan lansia, lansia sangat membutuhkan dukungan baik fisik maupun
non fisik, keberadaan keluarga tentunya menjadi peran utama pada lansia yang
dihadapkan pada kematian.
Penelitian yang dilakukan oleh Harapan (2014), menyebutkan bahwa
saat menghadapi kematian setiap lansia memiliki persepsi yang berbeda,
persepsi tersebut dipengaruhi oleh pengalaman pribadi, dukungan sosial
keluarga, dan spiritualitas. Gottlieb (1983, dalam Mundiharno,2010)
menyatakan bahwa dukungan keluarga dapat merupakan informasi verbal
maupun nonverbal, saran, bantuan, atau tingkah laku yang diberikan oleh
orang-orang terdekat berupa kehadiran serta hal-hal yang dapat memberi
Hubungan Antara Spiritualitas..., MOCHAMMAD FAIZAL, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
6
keuntungan emosional kepada penerimanya. Selain penyakit degeneratif,
masalah psikologis merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi
kehidupan lansia, diantaranya adalah : kesepian, keterasingan dari lingkungan,
ketidak berdayaan, ketergantungan, kurang percaya diri, keterlantaran
terutama bagi lansia yang miskin serta kurangnya dukungan dari anggota
keluarga.
Pernyataan tersebut diperkuat oleh Suardiman (2011) yang
menyatakan bahwa keluarga merupakan tempat dimana orang dapat menjadi
diri sendiri, merasa bebas, aman dan nyaman, oleh karena itu keluarga
merupakan suatu kondisi nyata yang mempunyai arti istimewa bagi setiap
orang, salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan usia lanjut
dalam menjalani sisa kehidupannya adalah sikap orang di sekitarnya.
Berdasarkan studi pendahuluan yang sudah dilakukan di Posyandu
Lansia Desa Darma Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga pada
tanggal 10 November 2015, dari hasil wawancara yang dilakukan dengan
pendekatan personal terhadap 4 lansia, didapatkan sebagian besar lansia
menyatakan sebagai berikut “saya takut apabila mengingat mati mas, karena
saya sering berbuat dosa dan di alam kubur akan mendapat siksaan yang
berat”. Namun ada 1 lansia yang memberikan pernyataan yang berbeda. “mau
bagaimana lagi mas, hidup ini sudah ada yang ngatur, dan semua orang pasti
akan mengalami kematian, jadi kita harus menerima”. Dari pernyataan
tersebut dapat disimpulkan bahwa 3 dari 4 lansia yang diwawancarai merasa
takut dalam menghadapi kematian.
Hubungan Antara Spiritualitas..., MOCHAMMAD FAIZAL, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
7
Kemudian ketiga lansia tersebut diwawancarai lagi tentang herapan
terhadap keluarganya, apa yang diinginkan oleh lansia saat sudah mendekati
kematian terhadap keluarganya, kemudian ketiga lansia menyatakan
pernyataan sebagai berikut, lansia yang pertama menyatakan bahwa beliau
takut dengan kematian karena terkadang merasa apa yang dilakukan didunia
belum benar dan keluarga terkadang tidak mengingatkan. Lansia yang kedua
menyatakan bahwa beliau menginginkan saat sudah menjelang kematian
keluarganya ada didekatnya karena beliau ingin keluarganya tau saat
meninggal nanti, kemudian hasil wawancara terhadap lansia yang ketiga,
mengatakan bahwa beliau ingin mati dalam keadaan khusnul khatimah tetapi
terkadang keluarganya jarang memberikan nasehat, dan beliau juga
mengatakan saat sudah di akherat nanti keluarganya agar bisa selalu
mendoakan. Dari pernyataan – pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa
lansia di kelompok posyandu lansia Desa Darma, mereka sangat bergantung
kepada keluarganya pada masa akhir kehidupannya yang sudah mendekati
kematian
Dari uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap
lansia yang dihadapkan pada peristiwa yang pasti akan terjadi, yaitu kematian,
karena kesiapan menghadapi kematian merupakan salah satu masalah bagi
lansia yang ada di kelompok posyandu lansia Desa Darma Kecamatan
Kertanegara Kabupaten Purbalingga.
Hubungan Antara Spiritualitas..., MOCHAMMAD FAIZAL, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
8
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat ditentukan rumusan
masalahnya sebagai berikut “Adakah Hubungan Antara Spiritualitas Dan
Dukungan Keluarga Dengan Kesiapan Menghadapi Kematian Pada Lansia”.
Dengan demikian perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui
Hubungan Antara Spiritualitas Dan Dukungan Keluarga Dengan Kesiapan
Menghadapi Kematian Pada Lansia di Desa Darma Kecamatan Kertanegara
Kabupaten Purbalingga.
C. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Peneliti ingin mengetahui “Bagaimana Hubungan Antara Spiritualitas
Dan Dukungan Keluarga Dengan Kesiapan Menghadapi Kematian
Pada Lansia di Desa Darma Kecamatan Kertanegara Kabupaten
Purbalingga.
b. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi spiritualitas pada lansia dalam menghadapi
kematian pada lansia di Desa Darma Kecamatan Kertanegara
Kabupaten Purbalingga.
2. Mengidentifikasi Dukungan Keluarga pada lansia dalam menghadapi
kematian Pada Lansia di Desa Darma Kecamatan Kertanegara
Kabupaten Purbalingga.
Hubungan Antara Spiritualitas..., MOCHAMMAD FAIZAL, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
9
3. Mengidentifikasi kesiapan kematian pada lansia di Desa Darma
Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga.
4. Mengidentifikasi hubungan spiritualitas dan dukungan keluarga pada
lansia dalam menghadapi kematian Pada Lansia di Desa Darma
Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga.
D. MANFAAT PENELITIAN
a. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dan wawasan nyata tentang lanjut usia dan
bagaimana kesiapan lanjut usia dalam menghadapi kematian dipandang
dari spiritualitas dan dukungan keluarga.
b. Bagi Instansi Terkait
Memberikan pelayanan keperawatan profesional dengan menekankan
asuhan keperawatan yang tepat kepada lansia terutama dalam perawatan
menghadapi kematian.
c. Bagi Akademik
Sebagai literatur untuk pengetahuan kurikulum dalam pembahasan tentang
lansia terutama Hubungan Antara Spiritualitas Dan Dukungan Keluarga
Dengan Kesiapan Menghadapi Kematian Pada Lansia.
Hubungan Antara Spiritualitas..., MOCHAMMAD FAIZAL, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
10
d. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dari hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan literatur dan
memberikan informasi serta dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan
bagi peneliti selanjutnya.
E. PENELITIAN TERKAIT
1. Dengan Judul “Hubungan Sholat Terhadap Kesiapan Menghadapi
Kematian Pada Lansia Di Wilayah Kelurahan Gondrong Kecamatan
Cipondoh Kota Tangerang”, penelitian ini dilakukan oleh Sri
Wahyuningsih, mahasiswa Program Keperawatan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan desain
correlation study dengan pendekatan cross-sectional. Kemudian hasil
penelitian, pada penelitian ini tidak ada hubungan, artinya tidak ada
hubungan yang bermakna antara shalat dengan kesiapan menghadapi
kematian pada lansia di wilayah kelurahan Gondrong Kecamatan
Cipondoh Kota Tangerang. Persamaan dan perbedaan penelitian ;
Persamaan: Meneliti tentang kesiapan lansia dalam menghadapi
kematian. Perbedaan : Perbedaan tempat waktu, metode dan variabel
independent, pada penelitian ini adalah Sholat.
Hubungan Antara Spiritualitas..., MOCHAMMAD FAIZAL, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
11
2. Dengan “Hubungan Antara Tingkat Spiritualitas Dengan Kesiapan Lanjut
Usia Dalam Menghadapi Kematian Di Desa Pucangan Kecamatan
Kartasura”. Penelitian ini dilakukan oleh Eka Dino Gusvita Sari,
Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Deskriptive korelatif dengan rancangan cross sectional. Kemudian
hasil penelitian, Penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang
signifikan antara tingkat spiritualitas dengan kesiapan lansia dalam
menghadapi kematian. Semakin tinggi tingkat spiritualitas lansia,
maka akan semakin siap dalam menghadapi kematian. Persamaan dan
perbedaan ; Persamaan: Meneliti pengaruh tingkat spiritualitas dengan
kesiapan menghadapi kematian pada lansia Perbedaan : Perbedaan waktu,
tempat, metode dan variabel independent, pada penelitian ini hanya satu
variabel yaitu tingkat spiritual.
3. Dengan “Perbedaan Efektifitas Terapi musik Religi Dan Murottal Al
Qur’an Terhadap Kecemasan Karena Kematian Pada Lansia, penelitian
ini dilakukan oleh Jahdan Hanifullah, Mahasiswa Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Purwokerto. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan
desain pre experimrntal with pre and posttestngroup design. Kemudian
hasil penelitian, ada perbedaan penurunan kecemasan pada lansia setelah
diberikan terapi musik religi,. Ada perbedaan penurunan kecemasan pada
lansia setelah diberikan terapi murottal al qur’an. Terapi murottal Al
Hubungan Antara Spiritualitas..., MOCHAMMAD FAIZAL, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
12
Qur’an lebih efektif dari pada terapi musik religi. Persamaan dan
perbedaan ; Persamaan: Meneliti Kesiapan Kematian Pada lansia
Perbedaan : Perbedaan tempat, waktu, metode dan variabel, pada
peneletiian ini membuktikan Efektifitas Terapi musik Religi Dan
Murottal Al Qur’an Terhadap Kecemasan Karena Kematian Pada Lansia.
Hubungan Antara Spiritualitas..., MOCHAMMAD FAIZAL, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016