bab i pendahuluan a. latar...
TRANSCRIPT
BAB I PENDAHULUAN
Roddy M. Baringbing (14673) | Proyek Rose In Spiring Skyland City - Jatinangor
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1. Latar Belakang Pembangunan Apartement
Kota Bandung, merupakan ibukota Jawa Barat dan sekaligus sebagai, pusat
pemerintahan, keamanan, sosial, ekonomi, bisnis, dan perindustrian yang memiliki
berbagai sarana dan prasarana penunjang kehidupan yang sangat beragam dan
lengkap. Hal ini menjadi pemicu bagi warga dari berbagai daerah untuk berpindah
dari desa ke kota dan menetap di Bandung dalam rangka meningkatkan taraf
kehidupan ataupun untuk mengenyam pendidikan yang lebih baik. Sebagai
konsekuensinya kota Bandung semakin padat penduduknya dari tahun ke tahun.
Setiap individu pasti memerlukan tempat tinggal sebagai salah satu kebutuhan pokok
manusia, maka pertambahan jumlah penduduk berarti pertambahan jumlah hunian
yang dibutuhkan.
Disatu sisi adanya perpindahan penduduk ke kota Bandung dapat
memberikan sumbangan bagi kemajuan kota Bandung sendiri. Namun disisi lain
migrasi yang mengakibatkan pertumbuhan penduduk ternyata dapat memberikan
suatu permasalahan yang cukup signifikan untuk dipertimbangkan. Permasalahan
tersebut adalah populasi penduduk karena pertambahan penduduk. Dengan tingkat
pertambahan penduduk yang cukup tinggi yaitu sekitar 1,5 % /tahun dengan jumlah
penduduk kota Bandung sebesar 9,8 juta jiwa maka dibutuhkan suatu upaya
penyediaan fasilitas umum yang salah satunya adalah apartement. Pada awalnya
permasalahan ini mungkin belum terlalu menjadi suatu permasalahan yang serius
namun dengan seiring pertumbuhan penduduk yang tidak dibarengi oleh
pertambahan fasilitas akan menjadi suatu permasalahan. Apalagi semakin banyaknya
pembanguanan yang menyebabkan semakin sempitnya lahan yang dapat dibangun
yang pada akhirnya menyebabkan harga tanah menjadi lebih mahal sehingga muncul
kebijakan dan pemikiran yang berusaha untuk memanfaatkan lahan terbatas
BAB I PENDAHULUAN
Roddy M. Baringbing (14673) | Proyek Rose In Spiring Skyland City - Jatinangor
2
semaksimal mungkin yang pada akhirnya mengacu pada konsep pembangunan
kearah vertical baik untuk fungsi perdagangan, perkantoran maupun perumahan yang
lebih dikenal dengan sebutan Apartement / rumah susun.
Konsep pembangunan fungsi tempat tinggal vertical ini bukanlah sebuah
solusi terbaik karena walaupun dapat mengoptimalkan penggunaan lahan, namun
konsep ini menyebabkan pertambahan nilai konstruksi sebesar 1,8 % dari nilai
konstruksi rumah tunggal umumnya (menurut REI Pusat). Karena pertambahan nilai
maka rumah susun atau apartemen lebih banyak diminati oleh masyarakat golongan
menengah keatas. Dimana prosentase masyarakat golongan ini cukup sedikit yaitu
sekitar 1,5 % dari total penduduk Indonesia (Kompas, 9 Oktober 2003) dan diatas
20% untuk penduduk Bandung. Namun demikian bukan berarti rumah
susun/apartement hanya untuk golongan menengah ke atas saja karena banyak
rumah susun yang diusahakan bagi golongan bawah untuk mengefisienkan tanah di
Bandung oleh Pemda Bandung, sehingga istilah apartement lebih ditujukan pada
bangunan rumah susun yang berkategori baik atau mewah yang ditujukan untuk
masyarakat golongan menengah keatas. Banyak masyarakat golongan menengah
keatas ini yang suka tinggal di apartemen apalagi para kaum selebriti, pribumi, yang
pernah tinggal di luar negeri terlebih para warga Negara asing yang tinggal beberapa
waktu di Indonesia khususnya di Bandung dan lebih spesifik nya di Jatinangor.
Selain itu semakin baiknya perekonomian dan bisnis property Indonesia juga ikut
menyumbang pengaruh baik terhadap berjalan atau tidaknya pembangunan
perumahan/apartement.
Dengan semakin baiknya kondisi property Indonesia sekarang ini
mempermudah dalam merealisasikan kebutuhan hunian tersebut sebagai bentuk
bisnis properti yang kemudian kembali diperkuat dengan bunga bank yang rendah
dari tahun sebelumnya sehingga banyak para pemilik modal memilih beralih dari
system menabung dibank yang berharap keuntungan dari bunga bank ke penanaman
modal dibidang property karena dianggap lebih menguntungkan.
Keberadaan dan perkembangan apartement untuk masyarakat golongan menengah
keatas yang merupakan salah satu dari sekian banyak bentuk hunian ternyata lebih
dipengaruhi oleh factor bisnis dan bukan pada factor kebutuhan aka tempat hunian.
Hal ini dapat dicontohkan dengan kasus pembelian beberapa unit apartemen
BAB I PENDAHULUAN
Roddy M. Baringbing (14673) | Proyek Rose In Spiring Skyland City - Jatinangor
3
pada satu tempat atau lebih yang dibeli oleh satu orang. Dengan kata lain pembelian
apartement banyak dikarenakan kebutuhan investasi. Contoh lain adalah walaupun
kebutuhan perumahan masyarakat Bandung sangat banyak dan selalu mengalami
kekurangan penyediaan hunian yang selanjutnya disebut backlog masih terdapat
kasus kekosongan unit hunian apartement. Namun demikian faktor kebutuhan akan
perumahan tetap menjadi dasar alasan kebutuhan akan pembangaunan apartemen
hanya saja tidak berdampak secara langsung.
Adanya pembangunan apartemen dapat juga memperbaiki perekonomian
Indonesia karena dalam dalam suatu pembangunan apartemen dapat merekrut banyak
pekerja yang berarti dapat mempekerjakan pengengfuran yang cukup banyak
jumlahnya. Dengan banyaknya masyarakat yang dipekerjakan berarti memberikan
penghidupan yang lebih baik dan layak sehingga dapat mengurangi tingkat
kemiskinan di Indonesia.
Melihat dari permasalahan-permasalahan diatas maka dapat dijadikan suatu peluang
bisnis property untuk membangun apatemen yang diperuntukan bagi masyarakat
golongan menengah atas sebagai bentuk investasi, yang dapat menjawab animo
sebagian masyarakat, kebutuhan pasar akan hunian berprestise tinggi sebagai salah
satu bentuk life style dipusat kota yang dapat mengurangi tingkat kemcetan,
menjawab dan mengurang backlog kebutuhan hunian. Apartemen yang akan
dibangun tersebut akan dipasarkan dengan cara jual agar nilai uang yang dibayarkan
pembeli ke pengembang apartemen tersebut dapat digunakan kembali sebagai modal
pembangunan proyek property lainnya seperti apartemen. Namun pemasaran tersebut
tidaklah menutup kemungkinan untuk disewakan berdasarkan minat pasar oleh
pengembang maupun oleh pemilik/pembeli unit apartemen jual tersebut. Dengan
adanya pembangunan apartemen maka diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan
rakyat dengan mempekerjakan pengangguran dalam pembangunan proyek apartemen
tersebut sehingga selain karena factor bisnis dan permintaan, pembanunan apartemen
ininjuga dapatmenyumbangkan dampak positif ke masyarakat banyak.
BAB I PENDAHULUAN
Roddy M. Baringbing (14673) | Proyek Rose In Spiring Skyland City - Jatinangor
4
2. Latar Belakang Proyek
Pesatnya pembangunan apartement di Bandung, Menurut Arief Rahardjo,
Head of Research &Wakfield Indonesia di karenakan Bandung memiliki banyak
universitas ternama, seperti Universitas Parahyangan, Institut Teknologi Bandung,
Universitas Padjajaran, dan masih banyak universitas lain nya. Secara otomatis,
kota kembang ini pun di datangi beribu € ribu mahasiswa baru dari berbagai kota
di Indonesia setiap tahun nya. Pasar yang besar ini lahyang menjadi daya tarik
pengembang untuk membangun apartment. Dengan keindahan alam, kekayaan
kuliner, keberadaan puluhan factory outlet, dan hal € hal menarik lainnya.
Bandung juga menjadi tuujuan wisata bagi kota € kota sekitar nya, termasuk
Jakarta. Pasar ini pula yang di lirik oleh para pengembang apartement. Dengan
menyewakan secara harian unit € unit apartement layak nya hotel atau menjual
nyakepada investor yang tertarik untuk menyewakan unit nya bagi pasar
wisatawan.
Pembangunan apartement Skyland City Jatinangor Education Park (JEP)
hadir ditengah kawasan pendidikan Jatinangor tepatnya di desa Hegarmanah
kecamatan Jatinangor. Dinamakan Jatinangor Education Park (JEP) karena
pengembangan project ini di wilayah Jatinangor yang memiliki selling point
berada dalam kawasan pendidikan yang dikelilingi oleh beberapa universitas
negeri dan swasta ternama. Di antaranya ITB, IPDN, UNPAD, dan IKOPIN.
Dengan rata-rata penerimaan mahasiswa baru pertahunnya, mencapai 12.500
mahasiswa baru. Selama ini mahasiswa, terutama mahasiswa asing sangat
kesulitan mencari hunian yang nyaman dan aman dan layak (Menurut Direktur
Teknik Skyland City JEP, Diediek Eddi Muryanto). Jatinangor sendiri sudah
menjadi kawasan yang didatangi mahasiswa dari berbagai negara. Namun fasilitas
untuk tinggal belum ada yang memiliki standar baik. Ini soal wajah Jawa Barat
dan juga Bandung. Ia menambahkan, kalau di luar negeri, kawasan seputar
kampus banyak hunian yang layak. Terlebih kampus di Jatinangor menjadi tujuan
banyak mahasiswa dari seluruh Indonesia dan juga mahasiswa asing. Kehadiran
Skyland City Jatinangor Education Park (JEP) menawarkan gaya hidup sehat bagi
mahasiswa yang tinggal di Jatinangor. Hunian ramah lingkungan ini dilengkapi
BAB I PENDAHULUAN
Roddy M. Baringbing (14673) | Proyek Rose In Spiring Skyland City - Jatinangor
5
dengan mini market, taman yang dipenuhi dengan aneka tumbuhan, hotel, kolam
renang, jogging track, tempat parkir serta sistem keamanan yang terjamin, serta
menyiapkan pelbagai sarana telekomunikasi yang mempermudah mahasiswa
untuk saling berinteraksi satu sama lain. Hal yang tidak kalah pentingnya,
Skyland City juga mengembangkan sistem e-learning sehingga mahasiswa dapat
langsung belajar dari apartemen. Untuk tetap menjaga keasrian dan kebersihan
lingkungan, JEP mengolah sampah secara mandiri. Sistem pengolahan sampah ini
setara dengan cara pengelolaan sampah di Singapura (drop down) dan system
konsep Green Building.
Konsep green building merupakan suatu penginapan yang ramah
lingkungan dengan mengimplementasi berbagai penghijauan, saran dari institusi
serta program ramah lingkungan untuk melindungi lingkungan dan mengurangi
biaya operasional. Pada umumnya green buildingl menerapkan beberapa program
yakni, item pelayanan tahan lama, handuk katun dan linen untuk kualitas udara,
sumbangan untuk amal, mendidik karyawan mengenai konsep penerapan
penghijauan, konservasi energi, pembersihan lingkungan, makanan organik, udara
bersih, konservasi air, sampah yang didaur ulang dan menerapkan program
menggunakan handuk yang sama (Green Building Association, 2009 dan
Department of Environmental Protection 2001).
Uraian Magang yang dilakukan oleh penulis akan dibahas lebih lanjut dalam
bab-bab berikutnya.
BAB I PENDAHULUAN
Roddy M. Baringbing (14673) | Proyek Rose In Spiring Skyland City - Jatinangor
6
B. Maksud dan Tujuan
1.Tinjaun Umum
Adapun maksud dari pembangunan Apartemen Skyland city antara lain untuk
menyediakan suatu hunian dalam jumlah banyak pada suatu lahan yang terbatas
dengan cara pembangunan secara vertikal dan berlokasi dekat dengan pusat bisnis
dan lembaga pendidikan, serta terutama ditujukan untuk para mahasiswa yang
berasal dari luar kota ataupun berasal dari daerah lain dan kuliah di Universitas yang
berdekatan dengan apartemen dan kelompok golongan menengah yang mempunyai
pekerjaan ataupun bisnis di dalam kota.
Tujuan dari pembangunan Apartemen ini antara lain :
a. Menciptakan suatu ruang hidup yang berkualitas sehingga dapat
meningkatkan kualitas hidup para penghuninya.
b. Membuat suatu hunian yang menyediakan berbagai fasilitas rekreasi dan
olahraga sehingga dapat memenuhi kebutuhan akan relaksasi mental dan
kebugaran fisik bagi penghuninya.
c. Membuat hunian yang tanggap terhadap iklim dan dapat membantu
terciptanya iklim mikro yang sesuai dengan fisik manusia.
d. Tersedianya fasilitas tempat tinggal sementara maupun seumur hidup bagi
para pendatang baik untuk kepentingan pelajar, wisata maupun kepentingan
lain seperti bisnis, kantor dan sebagainya,
2.Tinjauan Khusus
Membahas mengenai Pelaksanaan Struktur Apartemen Skyland City Dengan
Metode Konvensional yang diamati selama masa magang yaitu pekerjaan struktur
atas yang meliputi pekerjaan pembesian, pekerjaan bekisting, pengecoran kolom,
core wall, balok, plat, perawatan beton dan pembogkaran bekisting.
BAB I PENDAHULUAN
Roddy M. Baringbing (14673) | Proyek Rose In Spiring Skyland City - Jatinangor
7
1. Manfaat Kegiatan Magang
Manfaat kegiatan magang yang dilaksanakan di PT. PP (Persero) Tbk.
Cabang IV Bandung adalah sebagai berikut:
a. Memperoleh pengetahuan dan pengalaman langsung di lapangan tentang
pembangunan suatu proyek dan dapat membandingkan dengan teori yang
pernah diperoleh selama perkuliahan,
b. Untuk mengetahui secara langsung implementasi dari ilmu rekayasa sipil
yang diperoleh, agar dapat membandingkan antara konsepsi dan
implementasinya,
c. Mengetahui teknologi konstruksi yang digunakan pada Proyek Pembangunan
apartement Sky Land City sebagai tempat Magang,
d. Mengetahui langsung permasalahan dan kendala yang terjadi di proyek
selama pelaksanaan Magang yang berhubungan dengan bahan dan material,
tahap pelaksanaan proyek, manajemen tenaga kerja, metode dan manajemen
pelaksanaan proyek, serta cara untuk menyelesaikan segala masalah teknis
yang terjadi di lapangan,
e. mengasah kemampuan sense of engineering penulis untuk melihat
permasalahan yang terjadi selama kegiatan Magang,
f. mengembangkan sikap profesional serta mendisiplinkan diri sebagai bekal
untuk memasuki dunia kerja,
g. sebagai syarat untuk menyelesaikan studi di Program Diploma Teknik Sipil
Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada.
BAB I PENDAHULUAN
Roddy M. Baringbing (14673) | Proyek Rose In Spiring Skyland City - Jatinangor
8
C.Ruang Lingkup
1. Ruang Lingkup Proyek
Pada proyek pembangunan apartement Sky Land City, ruang lingkup
pembahasan dalam laporan magang ini dibatasi pada masalah-masalah yang
berhubungan dengan hal-hal sebagai berikut.
1) Organisasi Proyek
2) Peran Main Kontraktor
3) Pengelolaan Gambar dan Spesifikasi Teknik Kontraktor Utama.
4) Sistem Pelaksanaan Proyek
5) Koordinasi Antar Kontraktor
6) Kesehatan & Keselamatan Kerja ( K3 )
2. Ruang Lingkup Magang
Pada pelaksanaan Magang di proyek ini, pengamatan yang dilakukan adalah
pekerjaan tahapan pelaksanaan struktur dengan methode cast in site/konvensional.
Sedangkan sasaran yang ingin dicapai selama melaksanakan Magang di Proyek
Pembangunan apartement Sky Land City selama 4 bulan waktu pelaksanaan
Magang ini antara lain adalah sebagai berikut.
1) mengetahui tahapan pelaksanaan pekerjaan di kantor maupun di lapangan
mengenai proses Manajemen Proyek,
2) mengetahui proses administrasi proyek itu sendiri, yaitu agenda meeting,
notulen hasil meeting, laporan kerja harian/mingguan/bulanan, proses
permohonan termyn, proses adendum serta proses claim selama proyek
berjalan,
3) Memahami pengendalian dan pengawasan sumber daya proyek yaitu
pengendalian terhadap mutu, pengendalian terhadap material dan bahan,
pengendalian terhadap sumber daya manusia (SDM) yang berkecimpung di
dalam pekerjaan proyek, pengendalian terhadap Kesehatan dan Keselamatan
Kerja ( K3 ), serta pengendalian terhadap lingkungan nya itu sendiri.
BAB I PENDAHULUAN
Roddy M. Baringbing (14673) | Proyek Rose In Spiring Skyland City - Jatinangor
9
D. Metodologi
Penyusunan Laporan Magang ini berdasarkan data yang diperoleh selama
pelaksanaan Magang pada Proyek Pembangunan Apartement Sky Land City-
Jatinangor. Adapun data yang diperoleh dengan metodelogi atau langkah-langkah
pengumpulan sebagai berikut :
1. Data Primer
1) Pengamatan Langsung
Pengamatan dilakukan terhadap pekerjaan yang saat itu sedang
dilaksanakan. Hasil pengamatan sangat menunjang pemahaman terhadap data
tertulis dari pekerjaan yang sedang dilaksanakan. Pengamatan langsung dapat
pula digunakan untuk mengetahui tahapan-tahapan dari pelaksanaan yang
bersangkutan.
Metode pengamatan secara langsung memungkinkan untuk mendapatkan
pengetahuan baru. Kondisi yang bervariasi dan sangat kompleks terkadang
memerlukan tahapan yang dapat mempermudah pelaksanaan pekerjaan.
Penyeleseian pekerjaan menerapkan cara praktis untuk mengatasi
permasalahan yang muncul. Kelancaran pelaksanaan pekerjaan sangat
tergantung pada kreativitas dari pelaksanaan untuk dapat keluar dari
permasalahan tersebut.
2) Tanya Jawab atau Wawancara Langsung
Metode ini dilakukan sebagai sebagai tindak lanjut dari pengamatan
langsung, karena terkadang data-data visual belum cukup jelas untuk dapat
dimengerti. Penjelasan-penjelasan lebih lanjut terutama mengenai hal-hal
praktis yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang muncul dapat
diperoleh antara lain dengan tanya jawab dengan pihak-pihak yang ada di
lokasi proyek.
BAB I PENDAHULUAN
Roddy M. Baringbing (14673) | Proyek Rose In Spiring Skyland City - Jatinangor
10
3) Dokumentasi Gambar
Pengambilan foto pada saat proses pelaksanaan pekerjaan atau foto yang
berkaitan dengan Laporan Magang dapat dijadikan sebagai dokumentasi
gambar yang nyata. Dimana penjelasan dari Laporan Magang ini akan semakin
mudah untuk dimengerti dengan adanya ilustrasi gambar dari dokumentasi di
lapangan.
2. Data Sekunder
1) Studi Pustaka
Berupa buku-buku yang dipergunakan sebagai pembanding dan rujukan
dalam menganalisa hal-hal atau permasalahan-permasalahan yang timbul pada
pelaksanaan proyek tersebut. Dari beberapa pustaka akan didapat hal-hal yang
berguna sebagai pelengkap dari data-data yang diperoleh di lapangan, yang
nantinya akan sangat membantu penyusunan dan penulisan laporan ini.
2) Data Teknis Proyek
Pengumpulan data teknis proyek meliputi gambar-gambar kerja serta
ketentuan-ketentuan pelaksanaan proyek lainnya yang tercantum dalam
Rencana Kerja dan Syarat-syarat. Data-data tersebut diperoleh dari pihak
pemilik proyek, kontraktor pelaksana, maupun dari pihak konsultan pengawas
proyek. Data teknis proyek tersebut digunakan sebagai acuan pelaksanaan
proyek, serta dapat digunakan untuk menyusun langkah-langkah suatu
pekerjaan.
3) Data Pendukung
Perkembangan teknologi saat ini banyak memberikan manfaat bagi
semua pihak, tak terkecuali bagi para mahasiswa pada umumnya dan bagi
penulis pada khususnya. Teknologi yang dapat dimanfaatkan antara lain adalah
dari searching maupun browsing internet, berbagai sumber informasi termasuk
data informasi seputar ilmu pengetahuan dapat diakses dengan mudah. Oleh
karena itu, dalam penyusunan laporan ini penulis mencoba menambahkan
sedikit materi atau informasi yang diperoleh dari situs internet.
BAB I PENDAHULUAN
Roddy M. Baringbing (14673) | Proyek Rose In Spiring Skyland City - Jatinangor
11
E. SISTEMATIKA PENYUSUNAN LAPORAN
Kerangka umum susunan Laporan Magang Proyek Pembangunan Apartement
Skyland City terdiri atas tiga bagian, yaitu: bagian awal, bagian pokok dan bagian
akhir. Bagian awal terdiri atas sampul, halaman judul, halaman pengesahan, halaman
kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar lampiran. Sedangkan
bagian pokok terdiri atas data-data proyek yang akan disajikan dalam lima bab. Pada
bagian akhir berupa daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
Secara garis besar sistematika penulisan Laporan Tugas Akhir ini adalah
sebagai berikut :
BAB I.PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang tinjauan umum proyek, seperti: latar belakang Magang,
latar belakang proyek, maksud dan tujuan dari Magang dan proyek, lokasi proyek,
ruang lingkup pekerjaan proyek dan magang, metode pengumpulan data dan
sistematika penyusunan laporan.
BAB II.TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
Bab ini membahas mengenai data umum dan teknis proyek, unsur, wewenang
dan struktur organisasi proyek, hubungan kerja antar unsur proyek, sistem
pelaksanaan proyek, sistem kontrak, sistem koordinasi dan laporan kerja, kesehatan
dan keselamatan kerja (K3) proyek.
BAB III. LANDASAN TEORI
Bab ini berisikan tentang landasan teori - teori yang merupakan dasar acuan
yang mengacu pada bahan - bahan ajar, buku, maupun artikel - artikel yang
berhubungan dengan pekerjaan serta menjelaskan tentang spesifikasi teknik peran
kontraktor utama pada Proyek Pembangunan Apartement Skyland City.
BAB IV.ALAT DAN BAHAN
Bab ini merupakan pemaparan dari hasil pelaksanaan dalam pembahasan sehingga
memberikan uraian makna dari hasil pekerjaan. Deskripsi proyek merupakan
gambaran secara detail pekerjaan di lapangan yang dilakukan.
BAB I PENDAHULUAN
Roddy M. Baringbing (14673) | Proyek Rose In Spiring Skyland City - Jatinangor
12
BAB V. PEMBAHASAN
Laporan Magang ini juga disertai foto dokumentasi proyek dan lampiran
berupa data, gambar perencanaan dan berkas administrasi selama kegiatan Magang
berlangsung.
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VII. DAFTAR PUSTAKA
BAB VIII. LAMPIRAN