bab i pendahuluan a. latar belakang masalah · karena pendidikan merupakan suatu usaha sadar yang...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejak anak manusia pertama lahir, orang tua telah berusaha mendidik
anak-anaknya, walaupun usaha pendidkan yang dilakukannya dengan cara
yang sangat sederhana sesuai dengan skala peradabannya. Hal ini dilakukan
karena pendidikan merupakan suatu usaha sadar yang manusiawi sesuai
dengan fitrah manusia. Pendidikan sebagai usaha untuk membantu mencapai
kedewasaan pola pikir dan berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam ilmu
pendidikan perlu dipelajari tentang psikologi pendidikan.
Manusia memiliki potensi jiwa dan raga untuk menopang kehidupannya.
Bidang psikologi pendidikan salah satu bidangnya mengkaji perilaku-perilaku
kejiwaan setiap individu dalam memanfaatkan fungsi-fungsi kejiwaan yang
dimilikinya untuk menunjang kepentingan kehidupannya.
Fungsi-fungsi psikis yang dimiliki manusia merupakan aspek penting
yang harus dipahami dalam rangka menganalisis dan mendeteksi dini potensi
yang dimilki serta dijadikan dasar untuk melejitkan kemampuan mental,
kognitif, fisiologis untuk mencapai tujuan-tujuan manusia dalam
kehidupannya.
Manusia sebagai makhluk sosial berhubungan secara langsung maupun
tidak langsung dengan sesamanya, baik antar individu dengan individu,
individu dengan kelompok, individu dengan seluruh pranata sosial yang ada
di masyarakat. Keluasan pola aktivitas manusia dalam berinteraksi
memerlukan penyesuaian-penyesuaian dalam aspek psikis/mental untuk
memudahkan dalam berinteraksi dengan yang lain.
Memahami pola interaksi yang terikat norma-norma, aturan-aturan, nilai-
nilai yang ada dalam sistem sosial serta penuh kesadaran secara mental akan
memudahkan terwujudnya pola hubungan masyarakat yang tertib, teratur,
2
aman, serta terjaminnya pemenuhan hak dan kewajiban antar warga
mayarakat.
B. Batasan Masalah
Bahasan fungsi psikis memeliki cakupan yang luas maka pembahasan
dalam makalah ini dibatasi pada persepsi, berpikir dan belajar.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah
sebagai berikut :
A. Apakah fungsi psikis yaitu persepsi, berpikir dan belajar dalam psikologi
pendidikan ?
B. Apakah interaksi sosial ?
D. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui:
A. Penjelasan tentang fungsi-fungsi psikis dalam psikologi pendidikan.
B. Penjelasan tentang interaksi sosial.
3
BAB II.
PEMBAHASAN
A. Fungsi-fungsi Psikis
Fungsi dapat diartikan sebagai kegunaan suatu hal1., sedangkan psikis
berkaitan dengan psike yang dapat diterjemahkan sebagai jiwa; sukma; rohani.2
Jadi fungsi psikis dapat diartikan sebagai kegunaan dari sebuah jiwa; sukma;
rohani yang dimiliki oleh manusia.
Fungsi-fungsi psikis yang dimiliki seseorang diantaranya yaitu persepsi,
berpikir dan belajar. Fungsi-fungsi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Persepsi
Persepsi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti pemahaman;
penafsiran; tanggapan indrawi; proses untuk mengingat atau
mengidentifikasi sesuatu.3 Persepsi dalam Bahasa Inggris yaitu perception
yang berarti penglihatan; tanggapan, daya menanggapi/memahami.4
Persepsi menurut Bimo Walgito merupakan suatu proses yang
didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya
stimulus oleh individu melalui alat indera atau disebut juga proses sensoris.
Proses persepsi tidak dapat terlepas dari proses penginderaan, proses
penginderaan merupakan proses pendahuluan dari persepsi. Proses
penginderaan berlangsung setiap individu menerima stimulus melalui alat
indera yaitu seperti mata sebagai alat penglihatan, telinga sebagai alat
pendengaran, hidung sebagai alat pembauan, lidah sebagai alat pengecap,
kulit pada telapak tangan sebagai alat perabaan.5
Persepsi secara istilah merupakan pengorganisasian, penginterpretasian
terhadap stimulus yang diinderanya sehingga merupakan sesuatu yang
berarti, dan merupakan respon yang integrated. Persepsi sebagai aktivitas
1 https://kbbi.web.id/fungsi. akses 18 November 2018. Pukul 09.00 WIB
2 https://kbbi.web.id/psike. akses 18 November 2018. Pukul 09.10 WIB
3 Tim Pustaka Phoenix. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru. (Jakarta: PT. Media
Pustaka Phoenix, 2010) h. 655 4 John M. Echols & Shadily, Kamus Inggris Indonesia. (Jakarta: Gramedia, 2005) h. 424
5 Bimo Walgito. Pengantar Psikologi Umum. (Yogyakarta: CV. Andi Offset, tt) hal. 99
4
yang integrated dalam diri individu maka apa yang ada dalam individu akan
ikut aktif dalam persepsi, maka dalam persepsi dapat dikemukakan karena
perasaan, kemampuan berfikir, pengalaman-pengalaman individu tidak
sama, sehingga dalam mempersepsi sesuatu stimulus hasil persepsi mungkin
akan berbeda antara individu satu dengan yang lain.6
Persepsi merupakan pengindera yang menghasilkan arti. Semakin
sensitif suatu indera semakin dapat orang membeda-bedakan arti dari
bermacam-macam hal. Arti-arti yang diberikan terhadap penginderaan yang
timbul akibat adanya rangsangan terhadap indera adalah sebagai dasar suatu
persepsi. Persepsi dipengaruhi oleh pengalaman yang sekarang dan yang
lampau dan oleh sikap individu pada waktu itu. Kualitas dan luas persepsi
dipengaruhi oleh keadaan fisik alat-alat panca indera, perhatian, pengalaman
yang lampau. Persepsi tentang situasi tertentu didapat dari bagaimana
pengalaman dan pendidikan individu sebelumnya, rangsangan spesifik yang
menimbulkan alat-alat indera pada waktu itu, interpretasinya.7
Persepsi merupakan proses mendeteksi sebuah stimulus. Makna
persepsi tersebut dikonstruksikan berdasarkan representasi fisik yang ada
dengan pengetahuan yang sudah dimiliki. Manusia memiliki kemampuan
untuk mempersepsi berdasarkan pengetahuan dan harapan, sehingga yang
sudah diketahui mempengaruhi apa yang dapat dipersepsi.8
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi
merupakan proses perlakuan individu yaitu pemahaman, penafsiran,
pemberian tanggapan, arti, gambaran, atau penginterprestasian terhadap apa
yang dilihat, didengar, atau dirasakan oleh indranya dalam bentuk sikap,
pendapat, dan tingkah laku.
6 Ibid. h. 100
7 Mustakim. Abdul Wahib. Psikologi Pendidikan. (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010) hal. 83-
84 8 Eva Latipah. Psikologi Dasar. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2017) hal. 59-61
5
2. Berpikir dan Belajar
Berpikir dari kata dasar pikir yang berarti akal budi; ingatan; angan-
angan; berpikir dapat dijelaskan dengan menggunakan akal budi untuk
mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu; menimbang-nimbang dalam
ingatan.9
Berpikir adalah memproses informasi secara mental atau kognitif, dapat
dijelaskan pula dengan penyusunan ulang atau manipulasi kognitif baik
informasi dari lingkungan maupun simbol-simbol yang disimpan dalam
long-term memory atau dapat dijelaskan pula sebagai sebuah representasi
simbol dari beberapa peristiwa atau item dalam dunia. 10
Sifat dari berpikir salah satunya adalah goal directed yaitu berpikir
tentang sesuatu, untuk memperoleh pemecahan masalah atau untuk
mendapatkan sesuatu yang baru. Berpikir dapat merupakan pemrosesan
informasi dari stimulus yang ada (starting position) sampai pemecahan
masalah (finihing position) atau goal state. Maka berpikir merupakan proses
kognitif yang berlangsung antara stimulus dan respons. 11
Berpikir merupakan sebuah proses asosiasi. Berpikir merupakan
kegiatan psikis yang dilakukan secara intensif untuk mencari hubungan
antara dua obyek atau lebih; dan hubungan ini dapat dicapai melalui proses
berpikir. Proses berpikir yang dilakukan secara intensif, dan dalam proses
berpikir (memecahkan masalah) seseorang akan mencoba menghubungkan
satu hal dengan hal yang lain sehingga dapat memecahkan masalah yang
dihadapinya. 12
Tiga hal mendasar terkait dengan berpikir yaitu:
a. Berpikir adalah kognitif, yaitu timbul secara internal dalam pikiran tetapi
diperkirakan dari perilaku;
9
https://kbbi.web.id/pikir. Akses 18 November 2018. Pukul 09.30 WIB 10
Nyayu Khodijah. Psikologi Pendidikan. (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2017) h. 103
11 Bimo Walgito. Pengantar Psikologi Umum. (Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2010) h. 195
12 Eva Latipah. Psikologi Dasar. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2017) h. 98
6
b. Berpikir merupakan sebuah proses yang melibatkan beberapa manipulasi
pengetahuan dalam sistem kognitif;
c. Berpikir diarahkan dalam menghasilkan perilaku yang “memecahkan”
masalah atau diarahkan pada solusi. 13
Enam pola dalam berpikir:
a. Berpikir konkret, yaitu berpikir dalam dimensi ruang-waktu-tempat
tertentu.
b. Berpikir abstrak, yaitu berpikir dalam ketidakberhinggaan, sebab bisa
dibesarkan atau disempurnakan keluasannya.
c. Berpikir klasifikatoris, yaitu beerpikir mengenai klasifikasi atau
pengaturan menurut kelaskelas tingkat tertentu.
d. Berpikir analogis, yaitu berpikir untuk mencari hubungan antar peristiwa
atas dasar kemiripannya.
e. Berpikir ilmiah, yaitu berpikir dalam hubungan yang luas, dengan
pengertian yang lebih kompleks disertai dengan pembuktian-pembuktian.
f. Berpikir pendek, yaitu berpikir ilmiah yang terjadi secara lebih cepat,
lebih dangkal, dan sering kali tidak logis. 14
Manusia memiliki akal yang dengannya dapat digunakan untuk
berpikir. Berpikir sangat erat kaitanya dengan tiga hal yaitu pemecahan
masalah (problem solving), kreativitas (creativity), dan berpikir kritis
(critical thinking). 15
Memecahan suatu masalah merupakan istilah dari berpikir itu sendiri,
dengan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki sebelumnya maka
proses berpikir untuk memecahkan masalah akan lebih mudah untuk
dilakukan. Strategi pemecahan masalah tersebut dilakukan dengan memecah
tujuan menjadi beberapa sub tujuan yang lebih kecil hingga dapat diperoleh
tingkat dimana masalah akan dapat dicapai pemecahannya. Selain hal
tersebut dapat dilakukan dengan meperkecil perbedaan antara status saat ini
dalam situasi masalah dan status tujuan. Startegi lain adalah dengan
13
Ibid. h. 98 14
Nyayu Khodijah. Psikologi Pendidikan. h. 104-105 15
Eva Latipah. Psikologi Dasar. h. 106
7
menganalisis prosedur untuk pemecahan masalah dengan mengatasi
penghalang dari prosedur yang sudah dibuat.
Kreativitas yang terkait dengan berpikir merupakan bentuk
pengaplikasian pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliki
sebelumnya dalam situasi yang baru. Unsur kreatifitas muncul dari
pemikiran dapat dilihat dari dua komponen yaitu perilaku baru dan orisinil,
dan hasil yang produktif.
Berpikir kritis dapat berupa pemikiran verbal yaitu memahami dan
mengevaluasi teknik-teknik persuasif yang ditemukan dalam bahasa lisan
dan tulisan; analisis argumen yaitu membedakan alasan-alasan yang
mendukung dan yang tidak mendukung suatu kesimpulan; penalaran
probabilistik yaitu menentukan tingkat kemungkinan dan ketidakpastian
yang diasosiasikan dengan berbagai peristiwa; uji hipotesis yaitu
mengevaluasi nilai dari data dan hasil penelitian dengan menggunakan suatu
metode, serta relevansinya yang memungkinkan dengan kesimpulan yang
relevan. 16
Belajar diartikan dengan berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu;
Berlatih; berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh
pengalaman. 17
Belajar didefinisikan sebagai sebuah proses perubahan. Perubahan-
perubahan tersebut bukan hanya perubahan lahir tetapi juga perubahan
batin, tidak hanya perubahan tingkah lakunya yang nampak, tetapi juga
perubahan-perubahan yang tidak dapat diamati. Perubahan-perubahan itu
bukanlah perubahan yang negatif akan tetapi perubahan yang positif, yaitu
perubahan yang menuju ke arah kemajuan atau kearah perbaikan.18
Belajar didefinisikan sebagai upaya yang dilakukan individu agar
terjadi perubahan dalam dirinya baik berupa pengetahuan, keterampilan, dan
16
Ibid. h. 106-114 17
https://kbbi.web.id/ajar. Akses 18 November 2018. Pukul 09.40 WIB 18
Mustakim. Abdul Wahib. Psikologi Pendidikan. (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), h.62
8
sikap, perolehan perubahan tersebut bukan sebagai akibat kematangan
(maturity).19
Belajar merupakan sebuah proses yang memiliki tiga ciri yaitu
membawa perubahan (dalam arti behavior changes, aktual maupun
potensial); perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan
baru; perubahan itu terjadi karena usaha (dengan sengaja).20
Belajar merupakan sebuah proses yang memungkinkan seseorang
memperoleh dan membentuk kompetensi, keterampilan, dan sikap yang
baru; proses belajar melibatkan proses-proses mental internal yang terjadi
berdasarkan latihan, pengalaman, dan interaksi sosial; hasil belajar
ditunjukkan oleh terjadinya perubahan perilaku; perubahan yang dihasilkan
dari belajar bersifat relatif permanen.21
Belajar melalui tahapan-tahapan yaitu:
a. Tahapan perhatian (attention phase), yaitu pembelajar memusatkan
perhatian pada obyek materi.
b. Tahap penyimpanan dalam ingatan (retention phase), yaitu informasi
materi ditangkap, diproses, kemudian disimpan dalam memori.
c. Tahap reproduksi (reproduction phase), yaitu semua informasi yang
tersimpan dalam memori diproduksi atau dimunculkan kembali.
d. Tahap motivasi (motivation phase), yaitu semua informasi yang
tersimpan dalam memori diberi penguatan. 22
Keberhasilan belajar sangat dipengaruhi oleh bebrapa faktor
diantaranya:
1. Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri pembelajar meliputi dua hal
yaitu: pertama, faktor fisiologis (berupa keadaan tonus/kesiapan belajar
dan organ, jaringan), kedua, faktor-faktor psikologis (berupa minat,
motivasi, intelegensi, memori, emosi).
19
Karwono. Heni Mularsih. Belajar dan Pembelajaran serta Pemanfaatan Sumber Belajar.
(Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2017), h.16 20
Sumadi Suryabrata. Psikologi Pendidikan. (Jakarta: PT. rajagrafindo Persada, 2011), h.232 21
Nyayu Khodijah. Psikologi Pendidikan. (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2017), h. 50 22
Ibid, h. 56
9
2. Faktor-faktor yang berasal dari luar diri pembelajar meliputi dua hal
yaitu: pertama faktor-faktor sosial (berupa orang tua, guru, teman dalam
interaksi dan pola asuhnya), kedua, faktor-faktor non-sosial (berupa
keadaan udara, suhu, cuaca; waktu belajar; tepat dan alat-alat
perlengkapan belajar). 23
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan
belajar yaitu kegiatan yang melibatkan proses interaksi antara subyek
dengan obyek belajar dengan tujuan untuk mencapai pengetahuan tertentu
yang secara spesifik ditunjukkah dengan penguasaan indikator-indikator
tertentu sebagai hasil dari proses belajar.
Indikator-indikator yang dicapai sebagai hasil dari proses belajar
ditunjukkan dengan adanya perubahan sikap dan perilaku yang mencakup
ranah kognitif (pengetahuan), psikomotorik (keterampilan), serta afektif
(sikap sosial serta spiritual) yang sifatnya relatif permanen.
B. Interaksi Sosial
Interaksi menurut bahasa berarti hal saling melakukan aksi, berhubungan,
mempengaruhi; antarhubungan; 24
terkait dengan sosial diartikan berkenaan
dengan masyarakat.25
Penggabungan dari kedua kata interaksi sosial berarti
hubungan sosial yang dinamis antara orang perseorangan, antara perseorangan
dan kelompok, dan antara kelompok dan kelompok dalam masyarakat.
Interaksi diartikan sebagi bergaul, konsep yang penting digunakan untuk
menganalisis sosial/masyarakat. Karena masyarakat merupakan suatu kesatuan
dari individu satu dengan yang lain berada dalam hubungan berinteraksi yang
berpola; interaksi terjadi bila seorang individu dalam masyarakat berbuat
23
Ibid, h. 58-61 24
https://kbbi.web.id/interaksi. Akses 18 November 2018. Pukul 10.00 WIB 25
https://kbbi.web.id/sosial. Akses 18 November 2018. Pukul 10.05 WIB
10
sedemikian rupa sehingga menimbulkan suatu respons atau reaksi dari
invividu-individu lain.26
Menganalisis proses interkasi antara individu dalam masyarakat maka
harus membedakan dua hal yaitu: kontak dan komunikasi. Kontak yang
dilakukan mencakup jarak dekat dan jarak jauh bukan hanya harus berhadapan
muka atau hanya sejauh kemampuan panca indera manusia tapi mencakup
kontak mengunakan alat-alat bantu kebudayaan manusia seperti tulisan, buku,
surat, telepon, radio, dan televisi. Komunikasi terjadi setelah kontak terjadi,
proses interaksi ini (tindakan tindakan pihak pertama dapat berupa suatu gerak,
suatu ekspresi muka, suatu ucapan, suatu perlambang atau lainnya)
mengeluarkan makna yang ditangkap oleh pihak kedua. 27
Interaksi sosial dalam konteks pengamatan aktivitas berinteraksi dalam
pergaulan seharai-hari dapat dilihat sebagai salah satu dari tiga wujud
budaya.28
Sistem sosial merupakan wujud kebudayaan sebagai tindakan
berpola dari manusia. Sistem sosial ini berupa aktivitas-aktivitas manusia yang
berinteraksi, berhubungan, bergaul satu sama lain dari detik ke detik, dari hari
ke hari, dan dari tahun ke tahun, selalu menurut pola-pola tertentu yang
berdasarkan adat tata kelakuan. Sistem sosial bersifat kongkrit terjadi di
sekeliling manusia sehari-hari, dapat diobservasi, dapat difoto, dan dapat
didokumentasikan.
Aktivitas-aktivitas manusia di masyarakat atau dalam sebuah lembaga
yang memiliki kompleksitas pola tingkah laku dan tindakan manusia agar
terarah dan tidak terjadi konflik antar anggota masyarakat atau lembaga maka
peran dari budaya yang tertuang dalam social system atau adat istiadat yang
telah disepakati bersama menjadi salah satu pengendali agar pola hubungan
26
Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2015), h. 130-
131 27
Ibid, h. 131-132 28
J.J. Honigman. Dalam Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi, h.150
11
sosial di masyarakat tersebut tetap terjaga sesuai aturan adat istiadat maupun
norma yang berlaku.29
Pergaulan dari kata dasar gaul yang berarti bercampur, sedangkan
pergaulan diartikan dengan perbauran; masyarakat.30
Pergaulan merupakan
proses interaksi yang dilakukan oleh individu dengan individu, dapat juga oleh
individu dengan kelompok. Seperti yang dikemukakan oleh Aristoteles bahwa
manusia sebagai makhluk sosial (zoon-politicon), yang artinya manusia sebagai
makhluk sosial yang tak lepas dari kebersamaan dengan manusia lain.
Allah SWT melalui Surat Al-Hujurat ayat 13 memerintahkan agar manusia
saling kenal-mengenal yang ayatnya sebagai berikut:
انثى وجعلنكم شعىباوقبآ ئل لترفىا ان ن ذكر و ياآيهاالناس ان خلقنكم م
اكرمكم عند الله اتقكم ان الله عليم خبير
Artinya: “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu
dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian
Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
agar kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang
yang paling mulia di antaramu di sisi Allah ialah orang yang
paling bertakwa. Sesungguhnya, Allah Maha Mengetahui
lagi Mahamengenal”. (QS. Al-Hujurat: 13)31
Berdasarkan ayat di atas maka dapat diketahui bahwa manusia harus saling
kenal-mengenal, kenal-mengenal tersebut dilakukan dengan interaksi antara
satu dengan yang lain secara individu maupun secara kelompok, proses
Interaksi sosial dibedakan menjadi dua bentuk yaitu asosiatif dan
disasosiatif.
1. Asosiatif
Interaksi sosial asosiatif bersifat mengarah pada bentuk penyatuan
terdiri atas beberapa hal yaitu:
a. Kerjasama, terbentuk karena masyarakat menyadari adanya kepentingan yang
sama untuk mencapai tujuan bersama.
29
Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi, h.181 30
Tim Pustaka Phoenix. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru. hal. 275 31
Departeman Agama Republik Indonesia. Al-Qur’an dan Terjemahnya. (Surabaya:
Mahkota, 1989) hal. 847
12
b. Akomodasi yaitu suatu proses penyesuaian dalam interaksi untuk mengurangi,
mencegah atau mengatasi ketegangan dan kekacauan. Proses ini dibedakan
menjadi beberapa bentuk, yaitu :
1. Coeraon, yaitu suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan
karena adanya paksaan, misalnya perbudakan.
2. Kompromi, yaitu bentuk akomodasi antara pihak-pihak yang terlibat
mengurangi tuntutannya agar mencapai suatu penyelesaian pada
konflik.
3. Mediasi, yaitu cara menyelesaikan konflik dengan bantuan pihak ke
tiga yang netral.
4. Arbitration, yaitu meminta bantuan pihak ketiga dengan dipilih oleh
kedua belah pihak. Contoh, konflik buruh-buruh pengusaha dan badan
perburuan Depnaker sebagai pihak ketiga.
5. Adjudication (peradilan), suatu bentuk penyelesaian konflik melalui
pengadilan.
6. Statelemate, pihak yang bertentangan mimiliki kekuatan yang
seimbang dan berhenti pada suatu titik karena kedua belah pihak
sudah tidak mungkin untuk maju dan mundur. Contoh goncatan
senjata.
7. Toleransi, suatu bentuk akomodasi tanpa adanya persetujuan.
8. Consiliation, usaha untuk mempertemukan keinginan pihak yang
berselisih agar mencapai persetujuan bersama.
c. Asimilasi yaitu proses yang menunjuk pada proses yang ditandai adanya usaha
mengurangi perbedaan dalam masyarakat seperti usaha menyamakan sikap
mental dan tindakan. Asimilasi timbul apabila munculnya kelompok masyarakat
dengan latar belakang budaya yang berbeda, dan kemudian bergaul secara
intensif dalam jangka waktu lama, sehingga kebudayaan asli akan berubah sifat
dan wujudnya membentuk kebudayaan baru sabagai kebudayaan campuran.32
d. Akulturasi yaitu proses yang muncul apabila suatu kebudayaan tertentu
dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatau kebudayaan asing sehingga unsur
32
Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi, h. 209
13
kebudayaan itu diterima diolah kedalam kebudayaan sendiri tanpa
menyebabkan hilangnya kepribadian budaya itu sendiri.33
2. Disasosiatif
Interaksi yang mengarah pada bentuk pemisahan yang terbagi dalam
tiga bentuk, yaitu sebagai berikut :
a. Kompetisi, suatu perjuangan yang dilakukan perorangan atau kelompok
agar memperoleh kemenangan.
b. Kontravensi, bentuk proses sosial yang berada di antara persaingan,
pertentangan atau konflik, wujudnya antara lain tidak senang,
menghalangi, menghasut, memfitnah, dan lain sebagainya.
c. Konflik, proses sosial yang terjadi karena adanya perbedaan paham dan
kepentingan yang sangat mendasar, sehingga menimbulkan masalah yang
menyebabkan mereka bertikai.
Interaksi sosial dipengaruhi oleh bebrapa faktor yaitu:
a. Sugesti, proses pemberian pandangan atau pengaruh kepada orang lain
dengan cara tertentu dan diikuti tanpa berfikir panjang. Contohnya
seorang remaja putus sekolah akan mudah ikut-ikutan terlibat kenakalan
remaja.
b. Imitasi, pembentukan nilai dengan meniru cara-cara orang lain.
Contohnya. Seorang anak sering meniru kebiasaan orang tua.
c. Identifikasi, meniru dirinya menjadi sama dengan orang yang ditirunya.
Contoh meniru gaya artis.
d. Simpati, perasaan tertarik yang timbul dan membuat merasa seolah-olah
berada dalam keadaan ojrang lain. Contoh mengucap selamat ulang
tahun.
e. Empati, rasa haru ketika seorang melihat orang lain mengalami sesuatu
yang menarik perhatian, dan merupakan kelanjutan dari rasa simpati.
Contohnya ketika orang kecelakaan kita berempati membantu korban.
33
Ibid, h. 202
14
f. Motivasi, yaitu dorongan yang mendasari seseorang untuk melakukan
perbuatan berdasarkan pertimbangan dan muncul dari pengaruh orang
lain sehingga individu melakukan kontak dengan orang lain.
15
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan paparan pembahasan tentang pada BAB pembahasan maka
dapat diambil kesimpulan:
1. Fungsi psikis dapat diartikan sebagai kegunaan dari sebuah jiwa; sukma; rohani
yang dimiliki oleh manusia.
2. Fungsi psikis berupa persepsi merupakan proses perlakuan individu yaitu
pemahaman, penafsiran, pemberian tanggapan, arti, gambaran, atau
penginterprestasian terhadap apa yang dilihat, didengar, atau dirasakan oleh
indranya dalam bentuk sikap, pendapat, dan tingkah laku.
3. Fungsi psikis berupa berpikir merupakan sebuah proses asosiasi. Berpikir
merupakan kegiatan psikis yang dilakukan secara intensif untuk mencari
hubungan antara dua obyek atau lebih dalam rangka memecahkan sebuah
masalah.
4. Fungsi psikis berupa belajar yaitu kegiatan yang melibatkan proses interaksi
antara subyek dengan obyek belajar dengan tujuan untuk mencapai
pengetahuan tertentu yang secara spesifik ditunjukkah dengan penguasaan
indikator-indikator perubahan sikap dan perilaku yang mencakup ranah
kognitif (pengetahuan), psikomotorik (keterampilan), serta afektif (sikap sosial
serta spiritual) yang sifatnya relatif permanen.
5. Interaksi sosial berarti hubungan sosial yang dinamis antara orang
perseorangan, antara perseorangan dan kelompok, dan antara kelompok dan
kelompok dalam masyarakat.
6. Interaksi sosial sebagai wujud budaya masyarakat terikat dengan sistem sosial
berupa adat istiadat, norma-norma, hukum nilai-nilai, maka setiap individu
secara psikologis harus mampu menyesuaikan dengan berbagai kondisi yang
ada di masyarakatnya.
16
DAFTAR PUSTAKA
Baqi, Muhammad Fuad Abdul. Al-Lu’lu’ wal Marjan. Himpunan Hadits Shahih
yang Disetujui oleh Bukhari dan Muslim. Terjemahan: Salim
Bahreisy(Surabaya: PT. Bina Pustaka Ilmu ffset, 1979)
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya (Surabaya: Mahkota, 1989)
Http:// https://kbbi.web.id/
Karwono. Heni Mularsih. Belajar dan Pembelajaran: serta Memanfaatkan
Sumber Belajar. (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2017)
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Konsep dan
Pedoman Penguatan Pendidikan Karakter.(pdf. tt)
Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi. (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2015)
Khodijah, Nyayu. Psikologi Pendidikan. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2017)
Latipah, Eva. Psikologi Dasar. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2017)
Mustakim. Abdul Wahib. Psikologi Pendidikan. (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010)
Shadily. John M. Echols. Kamus Inggris Indonesia (Jakarta: Gramedia, 2005)
Sarwono, Sarlito M. Psikologi Remaja. (Jaksarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2015)
Suryabrata, Sumadi. Psikologi Pendidikan. (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada,
2011)
Tim Pustaka Phoenix. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru. (Jakarta: PT.
Media Pustaka Phoenix, 2010)
Walgito, Bimo. Pengantar Psikologi Umum. (Yogyakarta: CV. Andi Offset, tt)
17