bab i pendahuluan a. latar belakang...

28
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH DKI Jakarta merupakan kota yang strategis di Indonesia. Hal ini tak terlepas dari posisinya sebagai ibukota negara sehingga menjadikan kota ini sebagai pusat dari segala aspek kehidupan nasional, baik itu idiologi, politik, ekonomi, sosial, dan teknologi. Implikasinya, Jakarta menjadi kota dimana stabilitas segala aspek kehidupan masyarakatnya akan menjadi cermin bagi segala aspek kehidupan nasional. Namun dalam bidang demokrasi ternyata Jakarta masih memiliki masalah yang perlu mendapatkan perhatian. Beberapa pihak mengungkapkan bahwa pemilukada yang berlangsung pada 2007 silam hanyalah merupakan demokrasi prosedural dan bukanlah demokrasi yang diharapkan. Masalah yang cukup banyak disoroti adalah masalah rendahnya aspirasi politik dari masyarakat Jakarta. Pada pemilukada 2007 silam jumlah masyarakat yang tidak menentukan pilihan (golput) yang lebih dari 30 persen yang justru didominasi dari kalangan menengah ke atas (http://www.shnews.co/detile-2056-warga-belum-tentukan-pilihan.html dan http:// news.liputan6.com/read/41949/golput-disinyalir-berada-pada-masyarakatmenengah- atas). Berdasarkan pada latar belakang ini, maka penelitian ini memilih untuk menitikberatkan pada media – media yang sering diakses oleh masyarakat menengah ke bawah sebagai penyumbang suara terbanyak pada pemilihan umum kepala daerah (pemilukada).

Upload: vantram

Post on 08-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAHetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/67311/potongan/S1-2013... · Informasi yang menggambarkan pertentangan antar manusia, bangsa, dan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

DKI Jakarta merupakan kota yang strategis di Indonesia. Hal ini tak

terlepas dari posisinya sebagai ibukota negara sehingga menjadikan kota ini sebagai

pusat dari segala aspek kehidupan nasional, baik itu idiologi, politik, ekonomi,

sosial, dan teknologi. Implikasinya, Jakarta menjadi kota dimana stabilitas segala

aspek kehidupan masyarakatnya akan menjadi cermin bagi segala aspek kehidupan

nasional.

Namun dalam bidang demokrasi ternyata Jakarta masih memiliki masalah

yang perlu mendapatkan perhatian. Beberapa pihak mengungkapkan bahwa

pemilukada yang berlangsung pada 2007 silam hanyalah merupakan demokrasi

prosedural dan bukanlah demokrasi yang diharapkan. Masalah yang cukup banyak

disoroti adalah masalah rendahnya aspirasi politik dari masyarakat Jakarta. Pada

pemilukada 2007 silam jumlah masyarakat yang tidak menentukan pilihan (golput)

yang lebih dari 30 persen yang justru didominasi dari kalangan menengah ke atas

(http://www.shnews.co/detile-2056-warga-belum-tentukan-pilihan.html dan http://

news.liputan6.com/read/41949/golput-disinyalir-berada-pada-masyarakatmenengah-

atas).

Berdasarkan pada latar belakang ini, maka penelitian ini memilih untuk

menitikberatkan pada media – media yang sering diakses oleh masyarakat

menengah ke bawah sebagai penyumbang suara terbanyak pada pemilihan umum

kepala daerah (pemilukada).

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAHetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/67311/potongan/S1-2013... · Informasi yang menggambarkan pertentangan antar manusia, bangsa, dan

2

Di Jakarta terdapat dua media massa lokal yang cukup besar oplahnya

yaitu Pos Kota dan Warta Kota. Menurut riset yang dilakukan oleh Nielsen Media

Research kedua koran ini masuk dalam lima besar jajaran koran dengan jumlah

pembaca terbanyak. Pada tahun 2008 yang lalu Pos Kota mencatat jumlah pembaca

sebanyak 1.199.000 pembaca (Yusuf, 2010: http://bincangmedia.wordpress.com/

2010/04/30/), sedangkan Warta Kota memiliki pembaca sebanyak 604.000 pembaca

(Wikan, 2008: http://asmono28.wordpress.com/2008/02/05/warta-kota/).

Pos Kota merupakan salah satu surat kabar yang cukup tua di Indonesia.

Penggagasnya antara lain adalah Jahja Surjawinata, Harmoko, Tahar, Abiyasa, serta

Pansa Tampubolon dan resmi berdiri pada tanggal 14 April 1970. Surat kabar ini

memiliki 12 halaman utama, 8 halaman berita hiburan dan terkadang ditambah

dengan beberapa suplemen – suplemen yang disesuaikan dengan topik – topik

hangat yang sedang banyak diperbincangkan oleh masyarakat.

Rubrik dalam surat kabar ini antara lain seperti politik, kriminal, olahraga

serta hiburan. Dalam memberitakan hajatan pilkada DKI, surat kabar ini menambah

rubrik khusus yang dinamakan dengan rubrik Gelora Pemilukada DKI yang terdapat

pada halaman 2 (dua) di tiap edisinya.

Lain Pos Kota, lain lagi dengan surat kabar Warta Kota. Warta Kota dapat

dikatakan sebagai anak baru dalam dunia surat kabar lokal di Jakarta. Anak

perusahaan Kelompok Kompas Gramedia (KKG) ini baru lahir pada tahun 1999.

Meski berstatus sebagai pemain baru, namun surat kabar ini mampu bersaing

dengan surat kabar lainnya. Terbukti kurang dari sepuluh tahun surat kabar ini telah

berhasil meraih pembaca sebanyak 604.000 pembaca.

Dengan 12 halaman utama di tiap edisinya, ditambah dengan suplemen –

suplemen yang berisi informasi tips serta beberapa kolom iklan. Rubrik yang

ditawarkanpun tidak jauh berbeda dengan Pos Kota, antara lain rubrik politik,

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAHetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/67311/potongan/S1-2013... · Informasi yang menggambarkan pertentangan antar manusia, bangsa, dan

3

ekonomi, olahraga serta hiburan. Tak mau ketinggalan dari Pos Kota, surat kabar ini

juga memiliki rubrik khusus untuk memberitakan pilkada DKI, yakni rubrik Ayo

Pilih Gubernur DKI. Berbeda dengan rubrik Gelora Pemilukada DKI, rubrik Ayo

Pilih Gubernur DKI ini berada di halaman 4 (empat) di setiap edisinya.

Akan tetapi banyak pihak yang mempertanyakan profesionalisme media

lokal dalam meliput berita seputar pemilukada. Menurut pengamatan yang

dilakukan oleh Dewan Pers selama tahun 2011 yang lalu didapatkan beberapa kasus

berkenaan dengan permasalahan jurnalistik.

Beberapa permasalahan tersebut ditunjukkan dalam tabel berikut:

Gambar 1.1: Permasalahan jurnalistik yang dicermati Dewan Pers selama tahun 2011.

Berita yang tidak berimbang (22 kasus), mencampurkan fakta dan opini

yang menghakimi (10 kasus), berita yang tidak akurat (10 kasus), tidak melakukan

konfirmasi (6), tidak jelas narasumbernya (4), dan tidak profesional dalam mencari

berita (4), dan 57 kasus pelanggaran kode etik jurnalistik (Wikan, 2011:

http://asmonowikan.wordpress.com/).

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAHetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/67311/potongan/S1-2013... · Informasi yang menggambarkan pertentangan antar manusia, bangsa, dan

4

Dalam kaitannya dengan pemberitaan seputar pilkada, pada tahun 2010

yang lalu Dewan Pers pernah melakukan penelitian terhadap 2 media lokal yang ada

di sejumlah daerah seperti Semarang, Bandung, Medan dan Surabaya. Penelitian ini

dilakukan untuk melihat kualitas pemberitaan yang dilakukan oleh media-media

lokal dalam memberitakan hajatan pemilukada (selengkapnya di Sudibyo, 2000).

Hasil penelitian tersebut tampak pada grafik di bawah ini:

Gambar 1.2: Hasil penelitian mengenai kualitas pemberitaanmedia lokaltentang pemilukada.

Dari hasil penelitian di atas, terlihat bahwa dalam memberitakan media

lokal masih memiliki banyak masalah mengenai proses cek ricek berita dan

ketidakjelasan cover both side pemberitaan yang dilakukan oleh media lokal.

Melihat keadaan tersebut, ditambah dengan jumlah media pers yang sehat secara

bisnis hanya berkisar 30% dari jumlah keseluruhan media pers di Indonesia

(Batubara, 2009: 591) maka tidak mengherankan sekiranya banyak pihak yang

khawatir jika media, terutama media lokal akan disalah fungsikan menjadi corong

politik dan sarana kampanye terselubung bagi pasangan calon tertentu sehingga

akan mengurangi tingkat obyektivitas dari media itu sendiri.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAHetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/67311/potongan/S1-2013... · Informasi yang menggambarkan pertentangan antar manusia, bangsa, dan

5

Dengan melihat beberapa permasalahan di atas serta mengingat pentingnya

obyektivitas bagi media pemberitaan, maka penelitian ini ingin mengukur

kecenderungan obyektivitas yang dimiliki oleh dua surat kabar lokal di DKI Jakarta

yakni Pos Kota dan Warta Kota dalam meliput berita pemilukada Jakarta selama

kampanye periode 24 Juni – 7 Juli 2012.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah ”Bagaimana kecenderungan berita pemilukada DKI Jakarta

yang disiarkan oleh Warta Kota dan Pos Kota pada masa kampanye 24 Juni – 7 Juli

2012?”

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini antara lain adalah:

1. Melihat kecenderungan berita tentang pemilukada DKI yang disiarkan

harian Warta Kota selama masa kampanye.

2. Melihat kecenderungan berita tentang pemilukada DKI yang disiarkan

harian Pos Kota selama masa kampanye.

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan akan dapat menjadi bahan pengkajian, evaluasi

atas kinerja media, khususnya Pos Kota dan Warta Kota dalam meliput berita

seputar pemilukada selama masa kampanye 24 Juni – 7 Juli 2012.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAHetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/67311/potongan/S1-2013... · Informasi yang menggambarkan pertentangan antar manusia, bangsa, dan

6

E. OBJEK PENELITIAN

Objek penelitian dalam penelitian ini adalah semua berita terkait pilkada

baik yang terdapat di halaman pertama (headline) dan halaman lain serta berita

yang terdapat di rubrik Gelora Pemilukada DKI dalam harian Pos Kota serta berita

yang terdapat di rubrik Ayo Pilih Gubernur DKI dalam harian Warta Kota. Kedua

rubrik ini dipilih karena rubrik ini merupakan rubrik yang dikhususkan sebagai

wadah pemberitaan mengenai pemilukada DKI.

F. KERANGKA KONSEP

1. Pendekatan Positivis

Wacana positivisme yang dipelopori oleh para pemikir empirik radikal

(pertama kali dicetuskan oleh Saint Simon pada tahun 1825) menjadi landasan

epistemologi dalam menentukan kebenaran dalam ilmu sosial. August Comte

dengan Sosiologi Positif menjadi paradigma pokok ilmu sosial yang berbasis

pendekatan empirik sosial.Pendekatan posistivis menganggap bahwa ilmu

pengetahuan dapat diperoleh melalui pengamatan terhadap suatu hal atau

fenomena yang dapat diamati secara nyata.Pendekatan ini juga beranggapan

bahwa seorang peneliti haruslah “terpisah” dari subjek penelitiannya.Penelitian

dengan menggunakan pendekatan ini biasanya mengukur fakta objektif melalui

konsep yang diturunkan pada variable – variable dan dijabarkan pada indikator

– indikator dengan memperhatikan aspek reliabilitas (Somantri, 2005: 58).

Dalam jurnalistik pendekatan positivis ini banyak digunakan pada akhir

tahun 1800-an, dimana mulai pada saat itu jurnalisme dipandang sebagai

sebuah profesi. Sebagai sebuah profesi, jurnalisme dibatasi oleh norma-norma

profesional dan menggunakan teknik-teknik tertentu untuk mengumpulkan

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAHetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/67311/potongan/S1-2013... · Informasi yang menggambarkan pertentangan antar manusia, bangsa, dan

7

fakta dan membentuk sebuah berita (Wien, 2011: http://journalisttools.net/wp-

content/uploads/2011/06/Defining-Objectivity-within-Journalism.pdf).

Pendekatan positivis diperhitungkan karena beberapa alasan, yaitu:

Pertama, tren mengenai pemikiran ilmiah (obyektif/positivis) banyak

digunakan oleh masyarakat. Kedua, jurnalisme pada hakikatnya menggunakan

konsep – konsep dasar seperti “kebenaran (truth)”, “realitas (reality)”, dan

“obyektivitas (objectivity)” sehingga sebagai bentuk disiplin profesional,

konsep – konsep tersebut haruslah menjadi panduan operasional jurnalistik

(Wien,2011:http://journalisttools.net/wp-content/uploads/2011/06/Defining-

Objectivity-within-Journalism.pdf).

Pendekatan ini memandang bahwa berita merupakan informasi yang

hadir dengan sendirinya, kemudian dihadirkan oleh wartawan kepada khalayak

sebagai representasi dari kenyataan yang telah terjadi, sebagaimana yang ada di

lapangan. Kenyataan tersebut ditulis kembali dan ditransformasikan melalui

berita. Untuk selengkapnya mengenai bagaimana pendekatan positivis

memandang berita terdapat dalam tabel berikut ini:

Aspek Pendekatan Positivis

Ontologis

Terdapat fakta yang riil dan diatur oleh kaidah-kaidah tertentu yang berlaku secara Universal.

Berita merupakan cermin dan refleksi dari kenyataan.

Epistemologi

Terdapat suatu realitas objektif diluar diri wartawan. Wartawan meliput realitas yang tersedia dan bersifat objektif.

Wartawan membuat jarak dengan objek yang hendak diliput, sehingga bisa tampil secara objektif.

Realitas sebagai hasil liputan dari wartawan harus bersifat objektif, dalam arti memberitakan peristiwa apa adanya sesuai fakta di lapangan.

Metodologis Kualitas pemberitaan :Liputan dua sisi, objektif dan kredibel.

Menyingkirkan opini dan pandangan subjektif dari sebuah pemberitaan

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAHetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/67311/potongan/S1-2013... · Informasi yang menggambarkan pertentangan antar manusia, bangsa, dan

8

serta menggunakan bahasa straight, sehingga tidak menimbulkan penafsian yang berbeda-beda.

Aksiologis

Nilai, etika, opini dan pilihan moral berada di luar proses peliputan berita atau peristiwa.

Wartawan berperan sebagai pelapor atas suatu peristiwa saja.

Tujuan peliputan dan penulisan berita :eksplanasi dan menjelaskan suatu peristiwa apa adanya.

Tabel1.1:Pendekatan Positivis dalam Melihat Berita (Guba & Lincoln, 1994: 78) dengan perubahan.

2. Berita dalam Paradigma Positivis

Mempertimbangkan tujuan dari penelitian ini, maka peneliti

menggunakan pendekatan positivis untuk melihat obyektivitas berita yang

disiarkan oleh Koran Pos Kota dan Koran Warta Kota

Melalui pendekatan positivis, maka dapat diambil pengertian

berita/news adalah sebuah cermin dari realitas sosial/mirror of reality (Rahayu,

2006: x).Lebih lanjut, Eriyanto memberikan pemaparan tentang media dan

berita dalam pandangan positivis, menurutnya:

a. Realitas bersifat eksternal yang ada dan hadir sebelum wartawan

meliputnya.Jadi, terdapat realitas yang bersifat obyektif (bebas

nilai) yang harus diambil dan diliput oleh wartawan (Eriyanto,

2002: 19).Pemisahan fakta dan opini (values) wartawan ini

merupakan salah satu hal yang penting dalam obyektivitas, Thuren

memberikan alasan-alasan mengapa pemisahan ini diperlukan.

Alasan-alasan tersebut antara lain adalah (1) ini berfungsi dalam

debat politik; (2) untuk menghindari keyakinan bahwa opini dapat

digunakan untuk memutuskan nilai-nilai kebenaran; (3) untuk

menekankan bahwa cara pandang seseorang terhadap realitas

dipengaruhi oleh opini mereka (Wien, 2011: http://journalisttools.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAHetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/67311/potongan/S1-2013... · Informasi yang menggambarkan pertentangan antar manusia, bangsa, dan

9

net/wp-content/uploads/2011/06/Defining-Objectivity-within-

Journalism.pdf).

b. Media adalah sebuah saluran pesan. Media adalah sarana

bagaimana pesan disebarkan dari komunikator ke penerima

(khalayak). Media di sini dilihat murni sebagai saluran, tempat

bagaimana transaksi pesan dari semua pihak yang terlibat di dalam

berita. Media dilihat sebagai sarana yang netral yang merupakan

saluran untuk menggambarkan realitas, menggambarkan peristiwa

(Eriyanto, 2002: 22).

c. Berita adalah informasi. Ia dihadirkan kepada khalayak sepagai

representasi dari kenyataan. Kenyataan itu ditulis kembali dan

ditransformasikan lewat berita. Pendek kata, berita adalah mirror of

reality, oleh karena itu berita harus mencerrminkan realitas yang

hendak diberitakan (Eriyanto, 2002: 25).

d. Berita bersifat obyektif. Artinyaberita harus berusaha untuk

menyingkirkan opini dan pandangan subyektif dari pembuat berita.

Pada pendekatan positivis, titik perhatian utama terletak pada

obyektivitas serta ada tidaknya bias pemberitaan. Bias ini dianggap

sebagai masalah sehingga wartawan harus menghindari bias dengan

meneliti sumber berita, pihak-pihak yang diwawancarai,bobot dari

penulisan, dsb (Eriyanto, 2002: 27).

Sebagai hasil rekonstruksi realitas sosial, maka sebuah berita akan

berlandaskan pada fakta – fakta yang ditemukan di dalam masyarakat. Walau

begitu tidak semua fakta – fakta dalam masyarakat dapat menjadi sebuah

berita.Untuk menjadi berita sebuah fakta – fakta sosial haruslah memenuhi nilai

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAHetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/67311/potongan/S1-2013... · Informasi yang menggambarkan pertentangan antar manusia, bangsa, dan

10

– nilai berita (news values). Nilai – nilai berita itu antara lain adalah sebagai

berikut :

a. Konflik

Informasi yang menggambarkan pertentangan antar manusia,

bangsa, dan negara.Sebuah konflik pantas untuk diberitakan kepada

masyarakat agar masyarakat mudah untuk mengambil sikap.

b. Kemajuan

Informasi tentang kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi perlu

dilaporkan kepada khalayak.Dengan demikian khayalak mengetahui

kemajuan peradaban manusia.

c. Penting

Informasi yang penting bagi khalayak dalam rangka menjalani

kehidupan sehari-hari perlu segera dilaporkan kepada khalayak.

d. Dekat

Informasi yang memiliki kedekatan emosi dan jarak geografis

dengan khalayak perlu segera dilaporkan. Makin dekat satu

peristiwa dengan tempat khalayak, informasinya akan semakin

disukai oleh khalayak.

e. Aktual

Informasi tentang peristiwa yang baru terjadi perlu segera dilaporkan

kepada khalayak.

f. Unik

Informasi tentang peristiwa yang unik, yang jarang terjadi perlu

segera dilaporkan kepada khalayak.

g. Manusiawi

Informasi yang bisa menyentuh emosi khalayak, seperti yang bisa

membuat menangis, terharu, tertawa, dan sebagainya, perlu

dilaporkan kepada khalayak. Dengan begitu, khalayak akan bisa

meningkatkan taraf kemanusiaanya.

h. Berpengaruh

Informasi mengenai peristiwa yang berpengaruh terhadap kehidupan

orang banyak perlu dilaporkan kepada khalayak (Abrar, 2005: 4-5).

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAHetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/67311/potongan/S1-2013... · Informasi yang menggambarkan pertentangan antar manusia, bangsa, dan

11

Selain news values, terdapat pula istilah yang disebut dengan layak

berita (newswhortiness). Layak berita merupakan gabungan antara nilai berita

dan tujuan media.Nilai berita menjadi titik pengukur awal peliputan peristiwa,

sedangkan tujuan media merupakan filter yang digunakan untuk memutuskan

apakah liputan berita tersebut dapat disiarkan atau tidak. Dengan kata lain, tidak

semua peristiwa berita bisa diberikan, akan tetapi semua informasi yang layak

berita pasti memiliki nilai berita (Abrar, 2005: 16).

Secara umum, layak berita ini berbeda-berbeda di tiap negara.Sebagai

contoh layak berita yang banyak dianut oleh media-media di Amerika adalah

luar biasa, menghibur, tidak asing, dekat, konflik dan kekerasan.Sedangkan

layak berita yang banyak dianut di Indonesia antara lain adalah penting,

terkenal, luar biasa, dekat, aktual dan manusiawi. Walaupun begitu, layak berita

ini tidaklah mutlak adanya, tiap-tiap media massa bebas untuk menentukan nilai

berita dan kelayakan berita yang dianutnya (Abrar, 2005: 17).

Selain beberapa faktor – faktor di atas, faktor yang tidak kalah

pentingnya dalam sebuah berita adalah obyektivitas.Obyektivitas sebuah berita

adalah salah satu aspek penting dalam berita, terlebih lagi menurut pendekatan

positivis. Masyarakat tidak akan mungkin mempercayai sebuah berita apabila

berita tidak dapat dipercaya karena menyebarkan informasi – informasi yang

tidak benar.

3. Obyektivitas

Obyektivitas pada dasarnya merupakan konsep yang sangat rumit dan

kompleks untuk didefinisikan. Akan tetapi sebuah penelitian haruslah

mendasarkan dirinya pada sebuah definisi yang jelas dan tepat agar dapat

memiliki argumen yang kuat sehingga dapat dipertanggung jawabkan. Dalam

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAHetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/67311/potongan/S1-2013... · Informasi yang menggambarkan pertentangan antar manusia, bangsa, dan

12

pendekatan positivitis, obyektivitas merupakan komposisi biner antara

subyektif dan obyektif.

Menurut kamus, obyektivitas adalah (apparently) the practice of

presenting both sides of an issue.Pendapat senada juga dikemukakan oleh

Siahaan yang menyatakan bahwa obyektivitas penyajian berita yang benar,

tidak berpihak dan berimbang (Siahaan, 2001). Sedangkan Stroud dan Reese

(tanpa tahun: http://pmintegrity.org/pm_docs/cpb_ReadersReachConclusions_

StroudReese.pdf) menawarkan konsep yang lebih lengkap mengenai

obyektivitas. Pendapat mereka mengenai obyektivitas adalah sebagai berikut

ini,

“Objectivity refers variously to a normative ideal (that journalism can reach the truth), a sense of detachment on the part of journalists, a set of practices designed to produce “truth” (reliance on officials), and an institutional framework, which has attempted to differentiate news from advertising, facts from opinion.”

Lebih lanjut, Boyer (1981) melakukan sebuah penelitian terhadap

perwakilan jurnalis untuk menemukan konsep obyektivitas bagi para awak

berita.Dari hasil penelitian tersebut Boyer kemudian menyimpulkan bahwa

terdapat enam elemen utama dari konsep obyektivitas. Elemen tersebut antara

lain adalah:

a. Balanced and even-handedness in presenting different sides of an issue;

b. Accuracy dan realism of reporting; c. Presentation of all main relevant point; d. Separation of fact from opinion, but treating opinion as relevant; e. Minimizing the influence of the writer’s own attitude, opinion, or

involvement; f. Avoiding slant, rancor or devious purpose.(dalam McQuail,

1992: 184 - 185)

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAHetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/67311/potongan/S1-2013... · Informasi yang menggambarkan pertentangan antar manusia, bangsa, dan

13

Sejarah konsep obyektivitas tidaklah terlepas dari perdebatan.Banyak

pihak yang menolak konsep ini dengan menyatakan bahwa obyektivitas adalah

sesuatu yang tidak mungkin terjadi dan sesuatu yang ditolak (McQuail, 1992:

187 - 188).Namun, di lain pihak, banyak juga yang menyatakan dukungannya

terhadap konsep ini. Sebut saja Gilles Gauthier (1993: http://www.cjc-

online.ca/index.php/journal/article/view/778/684) yang menyebutkan bahwa

obyektivitas merupakan unsur penting dalam jurnalisme. Mengenai hal ini dia

menyatakan bahwa “...the end of objectivity in journalism would spell the end

of journalism itself.”

Pentingnya obyektivitas ini dapat terlihat jika kita melihat sejarah

jurnalisme itu sendiri. Sebuah perbandingan terhadap hasil penelitian mengenai

kebudayaan primitif dunia yang dilakukan oleh beberapa antropolog

menemukan bahwa masyarakat ini ternyata memiliki definisi dan standar yang

sama terhadap berita. Standar pembawa berita (pesan) yang dicari adalah yang

mampu melintasi bukit dengan cepat, akurat dalam mengumpulkan informasi,

serta mampu menceritakannya kembali dengan menarik (Kovach dan

Rosenstiel, 2003: 1).

Hal ini menyiratkan bahwa secara naluriah manusia membutuhkan

informasi yang berkualitas, karena informasi mempengaruhi kualitas hidup

kita, membentuk pikiran kita bahkan kebudayaan kita.Dengan pandangan

seperti ini maka obyektivitas menjadi hal yang krusial dalam praktek jurnalistik

(Kovach dan Rosenstiel, 2003: 2).

Konsep obyektivitas pertama kali berkembang pada tahun 1920-an

dalam suasana dimana wartawan penuh dengan bias pemberitaan, walaupun

tanpa sadar. Konsep ini meminta wartawan untuk mengembangkan sebuah

metode untuk secara konsisten menguji informasi dengan tepat sehingga bias

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAHetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/67311/potongan/S1-2013... · Informasi yang menggambarkan pertentangan antar manusia, bangsa, dan

14

personal dan bias budaya tidak melemahkan akurasi kerja mereka (Stroud dan

Reese, tanpa tahun: http://pmintegrity.org/pm_docs/cpb_ReadersReach

Conclusions_StroudReese.pdf).

Hubungan obyektivitas dengan kinerja media sempat dijelaskan oleh

Hackett and Zhao (1998) yang menulis bahwa obyektivitas dapat berguna bagi

masyarakat untuk mengevaluasi kinerja media. Lebih jelasnya mereka menulis

seperti berikut, “objectivity provides a way in public discourse of evaluating

press performance – that is how far news media stray from fairness and

balance toward bias and partisanship.” (dalam Stroud dan Reese, tanpa tahun:

http://pmintegrity.org/pm_docs/cpb_ReadersReachConclusions_StroudReese.p

df).

Walaupun konsep obyektivitas merupakan konsep yang rumit dan

sangat sulit untuk diwujudkan sehingga tak jarang ia ditolak dan dianggap

sebagai hal yang mustahil bahkan oleh para praktisinya. Akan tetapi tetaplah

merupakan sebuah keharusan dan kewajiban bagi media massa untuk

memberikan informasi yang benar dan akurat.

Sebuah media haruslah mampu bekerja dengan kemampuan untuk

melaporkan sebuah kejadian dengan berimbang, adil dan jauh dari bias. Jikapun

hal tersebut sulit untuk dilakukan, paling tidak media harus mampu

memberikan pemaparan dan interpretasi yang jelas kepada khalayaknya tentang

adanya kemungkinan terjadinya bias, terlebih lagi ketika media meliput berita

yang berkenaan dengan politik, seperti pemilu dimana sebuah berita rentan

digunakan oleh kepentingan pihak-pihak tertentu.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAHetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/67311/potongan/S1-2013... · Informasi yang menggambarkan pertentangan antar manusia, bangsa, dan

15

4. Peranan/Fungsi Berita terhadap Masyarakat Saat Pemilu

Tujuan berita/jurnalisme secara umum adalah untuk menyediakan

informasi yang dibutuhkan warga agar mereka bisa hidup merdeka dan

mengatur diri mereka sendiri. Menurut Abrar, agar masyarakat mampu

memanfaatkan berita cara yang dapat dilakukan antara lain adalah sebagai

berikut:

a. Mengusahakan berita sebagai pengetahuan umum.

Pengetahuan umum sangat penting untuk berinteraksi dengan

sesama. Seseorang yang tidak memiliki pengetahuan umum yang

cukup, biasanya dia tidak berdaya dalam berinteraksi dengan

individu atau kelompok yang lain. Menyiarkan berita yang memiliki

nilai sosial dan menguntungkan kepentingan adalah sebuah hal yang

perlu dilakukan oleh wartawan agar dapat menjadikan sebuah berita

menjadi pengetahuan umum.Di dalam bidang politik dan pemilihan

umum, seorang calon pemilih dapat mengetahui visi dan misi calon

pemimpin dari berita.Dengan mengetahui visi dan misi tersebut

maka calon pemilih itu dapat menentukan pilihan sesuai dengan hati

nuraninya.

b. Mengusahakan berita sebagai alat kontrol sosial.

Berita sebagai kontrol sosial adalah berita dapat memberitakan

tentang peristiwa yang buruk, keadaan yang tidak pada tempatnya

dan ihwal yang menyalahi aturan, supaya peristiwa buruk tidak

terulang lagi dan kesadaran berbuat baik serta mentaati peraturan

semakin tinggi. Dengan pemberitaan ini, diharapkan akan memicu

gagasan – gagasan dari publik untuk memperbaiki kesalahan yang

ada sebelumnya. Dalam konteks politik dan pemilihan umum berita

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAHetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/67311/potongan/S1-2013... · Informasi yang menggambarkan pertentangan antar manusia, bangsa, dan

16

dapat menyiarkan baik - buruknya rekam jejak (track records) calon

pemimpin sehingga calon pemilih dapat memilih calon pemimpin

dengan rekam jejak yang baik (Abrar, 2005: 12 - 14).

c. Menjadikan berita sebagai referensi refleksi, terutama refleksi

politik.

Untuk dapat menjadi sebuah refleksi, sebuah berita perlu

menyajikan dialog politik. Dialog ini berupa penyajian berbagai

macam kepentingan yang terlibat dalam politik, dalam kasus ini

adalah kepentingan yang terlibat dalam kampanye. Karena sebuah

berita mampu menjadi sebuah pedoman masyarakat untuk

mencoblos, maka sudah sewajibnya berita mengenai kampanye

pemilu dilaporkan apa adanya. Menjadi sebuah referensi refleksi

politik berarti sebuah berita mampu untuk merangsang khalayak

untuk menilai tanggung jawab mereka sebagai warga negara. Pada

tingkat tertentu, ia bahkan berimplikasi langsung pada sense

khalayak tentang usaha nyata untuk mensukseskan pemilihan umum

(Abrar, 2000: 16).

5. Headline/Berita Utama

Pengertian dasar tentang headline/berita utama datang dari Danuta

Reah. Menurut Danuta Reah (1993: 15), headline surat kabar yaitu a quick look

across the headlines like this makes it clear that headline are of limited use in

giving a clear overview on the news of the day, or relative importance of the

news.Pengertian lain menyatakan bahwa headline adalah berita utama dalam

satu edisi penerbitan surat kabar, dengan kata lain dapat dikatakan bahwa

headline merupakan bagian terpenting dalam suatu surat kabar.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAHetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/67311/potongan/S1-2013... · Informasi yang menggambarkan pertentangan antar manusia, bangsa, dan

17

Sebagai bagian yang terpenting headline mendapatkan treatment khusus

seperti, judul dicetak tebal, ditempatkan di halaman pertama, sering diciptakan

dengan bahasa yang kreatif, singkat, menarik perhatian dan kata – kata yang

mudah diingat. Treatment khusus ini dimaksudkan untuk menyatakan bahwa

peristiwa yang menjadi headline tersebut adalah peristiwa yang dianggap

penting oleh surat kabar yang bersangkutan (news of the day).

Pada umumnya, headline merupakan berita langsung.Berita langsung

adalah berita yang dibuat untuk menyampaikan peristiwa – peristiwa yang

secepatnya harus diketahui oleh khalayak.Oleh karena itu, penulisannya

mengikuti struktur piramida terbalik dengan bagian terpenting pada pembukaan

berita (Abrar, 2005: 53).Pentingnya sebuah headlinebagi sebuah surat kabar

inilah yang kemudian menjadi alasan dipilihnya headline surat kabar sebagai

bagian dari data yang akan di analisis.

G. OPERASIONALISASI KONSEP

Setelah mengumpulkan dan membaca beberapa konsep mengenai

obyektivitas yang terdapat di atas, maka setidaknya didapatkan beberapa gambaran

untuk menetukan operasionalisasi dari konsep obyektivitas dalam penelitian ini.

Akan tetapi sebelumnya peneliti ingin menegaskan bahwa walaupun obyektivitas

adalah sebuah hal yang sulit untuk diwujudkan, akan tetapi dia haruslah tetap ada.

Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan mampu menjadi sebuah evaluasi dari

kinerja koran lokal dalam liputan pemilukada yang sarat akan kepentingan politik.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dengan menggunakan

metode penelitian analisis isi. Penelitian ini ingin mengetahui sejauh apa

kecenderungan berita tentang pemilukada yang ada pada kedua koran lokal tersebut.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan mikro, yang

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAHetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/67311/potongan/S1-2013... · Informasi yang menggambarkan pertentangan antar manusia, bangsa, dan

18

berarti penelitian ini menekankan pada sisi praktikal ketrampilan jurnalistik dan

menggunakan teori yang bersifat praktis.

1. Dimensi dalam Pengukuran Obyektivitas Berita

Obyektivitas, merupakan poin penting bagi sebuah berita serta media.

Dengan adanya obyektivitas maka khalayak akan mendapatkan sumber

informasi yang berkualitas. Teori yang sering digunakan untuk mengukur

obyektivitas suatu media adalah konsep obyektivititas yang dikemukakan oleh

Westerstahl.

Konsep obyektivitas ini diperkenalkan oleh Westerstahl pada saat

dirinya meneliti mengenai lembaga penyiaran publik yang berada di Swedia.

Kunci utama dalam konsep ini adalah pada pemisahan antara wilayah cognitive

dengan wilayah evaluative. Westerstahl mendapatkan konsep ini setelah dia

mengelaborasi hukum penyiaran yang ada di Swedia.

Sedangkan McQuails memberikan beberapa ciri - ciri utama dari

konsep obyektivitas. Ciri – ciri tersebut adalah sebagai berikut:

a. Adoption of a position of detachment and neutrality towards the object of reporting.

b. Lack of partisanship: not taking sides in matters of dispute or showing bias.

c. Requires strict attachment to accuracy and other truth criteria (such as relevance and completeness).

d. Presumes a lack of ulterior motive or service to a third party (McQuail, 2010: 200).

Untuk menilai obyektivitas berita maka, kategorisasi yang akan

digunakan adalah dengan menggunakan indikator – indikator sebagai berikut :

a. Kebenaran (Truth); b. Relevan (Relevance); c. Keseimbangan (Balance);

d.Netralitas (Neutrality). Sedangkan indikator – indikator seperti

a. Penempatan berita; b. Asal berita; c. Narasumber berita; d. Aktor yang

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAHetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/67311/potongan/S1-2013... · Informasi yang menggambarkan pertentangan antar manusia, bangsa, dan

19

terlibat; e. Tema berita; f. Kandidat kepala daerah digunakan untuk melihat

kencenderungan – kencerungan yang ada pada surat kabar saat memberitakan

pemilukada.

Indikator kebenaran (truth) adalah indikator yang menunjukkan tentang

kualitas dan berhubungan erat dengan reabilitas dan kredibilitas sebuah berita.

Dalam indikator kebenaran terdapat tiga kriteria yang berbeda. Kriteria pertama

adalah kefaktaan (factualness) kriteria ini dapat dilihat dengan adanya

pemisahan yang jelas antara fakta dan opini, dalam kriteria ini sebuah berita

juga haruslah berdasarkan pada sumber berita yang bernama (bukan anonim).

Kriteria kedua adalah akurasi (accuracy) kesesuaian fakta dengan peristiwa

serta keakuratan mengenai data-data (nama, jumlah, waktu, tempat dsb).

Hal ini dapat dilihat dengan ada tidaknya konfirmasi yang dilakukan

oleh wartawan dalam sebuah berita. Kriteria yang ketiga adalah kelengkapan

berita yang berarti jumlah minimal informasi yang dibutuhkan agar sebuah

berita dapat dipahami dengan baik. Dalam jurnalisme informasi dasar yang

harus dipenuhi adalah konsep 5W+1H.

Indikator berikutnya adalah relevan (relevance). Relevan merupakan

indikator yang berkaitan dengan pemilihan berita, diharapkan berita yang

disiarkan adalah berita-berita yang berpengaruh terhadap masyarakat. Dengan

kata lain indikator relevan adalah melihat kesesuaian berita yang disiarkan

dengan beberapa standar significance. Beberapa kriteria utama dari standar

tersebut antara lain adalah timeliness, magnitude, significance, dan proximity

(McQuail, 1992: 200).

Kriteria lain yang bisa digunakan utuk mengukur relevansi adalah

dengan memperhatikan keterangan – keterangan yang termuat dalam berita

berhungan dengan peristiwa yang dilaporkan dengan kata lain apakah fokus

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAHetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/67311/potongan/S1-2013... · Informasi yang menggambarkan pertentangan antar manusia, bangsa, dan

20

berita dan fakta – fakta yang lain dalam berita tersebut berhubungan (Abrar,

2000: 4).

Indikator berikutnya adalah indikator keseimbangan (balance).

Indikator keseimbangan menuntut adanya kesimbangan dalam memilih dan

menentukan narasumber berita sehingga sebuah berita mampu menggambarkan

sudut – sudut pandang yang bervariasi (both sided coverage) serta menuntut

adanya keseimbangan porsi pemberitaan berbagai pihak yang terkait dalam

berita (McQuail, 2010: 357).

Indikator terakhir untuk melihat obyektivitas sebuah berita adalah

adalah indikator netralitas penyajian (neutral presentation). Dalam indikator

netralitas penyajian yang harus diperhatikan adalah ada tidaknya

sensasionalisme dalam sebuah berita. Sensionalisme sendiri dapat dilihat dari

dua aspek yakni kesesuaian judul dan isi berita serta tidak adanya dramatisasi

dalam sebuah item berita.

Sedangkan untuk indikator – indikator penunjang pertama adalah

penempatan berita merupakan indikator yang menunjukkan letak dimana satu

item berita terletak. Dalam penelitian ini maka pilihan yang ada adalah halaman

pertama headline, halaman pertama non headline, halaman dalam serta rubrik

khusus pemilukada.

Asal berita adalah indikator yang menunjukkan mengenai darimana

sebuah berita didapatkan oleh wartawan. Pilihan dalam indikator ini antara lain

adalah wawancara dengan kandidat, koferensi pres, pers release, keterangan

dari juru bicara, liputan langsung, mengutip dari media lain, serta tidak

menutup kemungkinan adanya sumber berita lain.

Narasumber berita merupakan indikator yang menunjukkan siapakah

sumber informasi yang dirujuk dalam satu item berita. Pilihan dalam indikator

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAHetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/67311/potongan/S1-2013... · Informasi yang menggambarkan pertentangan antar manusia, bangsa, dan

21

ini adalah kandidat pemilukada, anggota tim sukses kandidat dan simpatisan,

lembaga Negara (KPU, KPUD, Panwaslu, Kepolisian), birokrasi (Presiden,

menteri, hingga pada jajaran RT/RW), Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM),

Masyarakat umum, pengamat politik/akademisi, tokoh agama/tokoh

masyarakat dan lembaga survey.

Aktor yang terlibat adalah indikator yang menunjukkan tentang tokoh

yang berperan dalam peristiwa yang dilaporkan di dalam item berita. Pilihan

yang ada di dalam indikator ini adalah kandidat pemilukada, anggota tim

sukses kandidat dan simpatisan, lembaga Negara (KPU, KPUD, Panwaslu,

Kepolisian, dsb), birokrasi (Presiden, menteri, hingga pada jajaran RT/RW),

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Masyarakat umum, pengamat politik/

akademisi, tokoh agama/tokoh masyarakat dan lembaga survey.

Tema berita adalah indikator yang menunjukkan tentang tema yang

terkandung di dalam satu item berita. Tema dalam penelitian ini dapat dibagi

menjadi beberapa pilihan yakni persiapan pemilukada, sosialisasi pemilukada

kepada masyarakat, kampanye kandidat pemilukada, kandidat kepala daerah,

kinerja lembaga menyelenggara pemilukada (KPUD), pelanggaran pilkada,

konflik dalam pilkada serta peraturan pilkada.

Indikator kandidat kepala daerah adalah indikator yang secara khusus

melihat aspek kandidat kepala daerah yang diberitakan oleh media. Aspek-

aspek yang dilihat dalam indikator ini ada beberapa yakni siapa kandidat kepala

daerah yang diberitakan, tema berita tentang calon kepala daerah, serta

penggambaran berita terhadap kandidat.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAHetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/67311/potongan/S1-2013... · Informasi yang menggambarkan pertentangan antar manusia, bangsa, dan

22

2. Operasionalisasi Konsep Obyektivitas

Di atas telah dijelaskan mengenai indikator – indikator yang

akandigunakan dalam penelitian ini. Indikator – indikator tersebut merupakan

hasil elaborasi antara konsep obyektivitas dari Westernstahl dan beberapa

penelitan dengan tema yang telah dilakukan sebelumnya serta beberapa jurnal

yang peneliti dapatkan. Agar indikator tersebut di atas lebih jelas, maka

indikator tersebut di atas dapat digambarkan dalam tabel berikut:

Data Surat Kabar Nama Surat Kabar :

Edisi/Hari Tanggal Terbit :

Judul Berita :

INDIKATOR KATEGORI 1. Penempatan Berita 1. Halaman pertama headline

2. Halaman pertama non-headline 3. Halaman dalam 4. Rubrik khusus pemilukada

2. Asal Berita 1. Wawancara dengan kandidat 2. Konferensi Pers 3. Press Release 4. Keterangan dari juru bicara 5. Liputan langsung 6. Mengutip dari media lain 7. Sumber berita lainnya, sebutkan!

3. Narasumber Berita 1. Kandidat kepala daerah 2. Anggota tim sukses dan simpatisan 3. Lembaga negara 4. Birokrasi 5. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) 6. Masyarakat umum 7. Pengamat politik/akademisi 8. Tokoh agama/ Tokoh masyarakat 9. Lembaga Survey

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAHetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/67311/potongan/S1-2013... · Informasi yang menggambarkan pertentangan antar manusia, bangsa, dan

23

4. Aktor yang terlibat dalam cerita

1. Kandidat kepala daerah

2. Anggota tim sukses dan simpatisan

3. Lembaga negara

4. Birokrasi

5. Lembaga Swadaya Masyarakat

6. Masyarakat umum

7. Pengamat politik/akademisi

8. Tokoh agama/Tokoh masyarakat

9. Lembaga Survey

5. Tema berita 1. Persiapan pemilukada 2. Sosialisasi pemilukada 3. Profil kandidat pemilukada 4. Kampanye kandidat 5. Kinerja KPUD 6. Pelanggaran pilkada 7. Konflik dalam pilkada

6. Kandidat Pemilukada 6.1 Kandidat pemilukada yang diberitakan

1. H. Alex Noerdin – Nono Sampono 2. Faisal Basri – Biem Benjamin 3. Joko Widodo – Basuki Tjahaja Purnama 4. H. Hendardji Soepandji – Ahmad Riza Patria 5. Fauzi Bowo – Nachrowi Ramli 6. Hidayat Nur Wahid – Didik Junaidi Rachbini

6.2 Tema berita tentang calon kepala daerah

1. Profil kandidat 2. Kampanye kandidat 3. Kegiatan yang dilakukan oleh kandidat 4. Program – program kandidat 5. Dukungan terhadap kandidat 6. Kritikan terhadap kandidat 7. Komentar kandidat terhadap isu/permasalahan Tertentu

6.3 Penggambaran berita terhadap kandidat

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAHetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/67311/potongan/S1-2013... · Informasi yang menggambarkan pertentangan antar manusia, bangsa, dan

24

Kandidat Positif Negatif Netral Positif

dan Negatif

1. Alex Noerdin – Nono Sampono 2. Faisal Basri – Biem Benjamin 3. Joko Widodo – Basuki Tjahaja

Purnama

4. Hendardji Soepandji – Ahmad Riza Patria

5. Fauzi Bowo – Nachrowi Ramli 6. Hidayat Nur Wahid – Didik

Junaidi Rachbini

Mmm

6.4 Uraikan bagian dari berita yang menunjukkan penilaian terhadap kandidat, jika perlu kutiplah bagian tersebut.

7. Kebenaran (Truth) 7.1 Kefaktualan (Factualness)

Indikator Ya (1)

Tidak (2)

Tidak jelas (3)

a) Fakta dan opini dipisahkan dengan jelas

b) Terdapat penggunaan narasumber anonim

7.2 Keakuratan (Accuracy)

Indikator Ya (1)

Tidak (2)

Tidak jelas (3)

a) Terdapat konfirmasi yang dilakukan oleh wartawan di dalam item berita

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAHetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/67311/potongan/S1-2013... · Informasi yang menggambarkan pertentangan antar manusia, bangsa, dan

25

7.3 Kelengkapan berita (Completeness) What : Where : When : Who : Why : How :

7.4 Relevan (Relevance) a) Nilai berita yang terkandung dalam

item berita

1. Timeliness 2. Magnitude 3. Significance 4. Proximity 5. Prominence

b) Kesesuaian fokus berita dengan keterangan lain di dalam berita

1. Sesuai 2. Tidak sesuai

7.5 Keseimbangan (Balance) a) News Coverage 1. Liputan satu sisi

2. Liputan dua sisi

7.6 Netralitas Penyajian (Neutral Presentation) a) Kesesuaian antara judul berita dan

isi berita 1. Sesuai 2. Tidak Sesuai

b) Adakah dramatisasi dalam item berita

1. Ada 2. Tidak ada

H. METODOLOGI PENELITIAN

1. Sifat Penelitian dan Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan mikro yang

menekankan pada sisi praktikal jurnalistik karena mengambil berita sebagai

objek kajiannya. Selain itu penelitianini juga merupakan jenis penelitian

deskriptif, karena penelitian ini mencoba untuk menggambarkan sejauh mana

obyektivitas pemberitaan berita yang disiarkan oleh Pos Kota dan Warta Kota

selama masa kampanye pemilukada DKI.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAHetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/67311/potongan/S1-2013... · Informasi yang menggambarkan pertentangan antar manusia, bangsa, dan

26

2. Metode Penelitian

Metode penelitian yang akan digunakan adalah metode analisis isi

kuantitatif. Analisis isi kuantitatif adalah metode penelitian yang meneliti isi

(pesan) komunikasi yang tampak (tersurat) secara objektif, sistematis dan

kuantitatif (Berelson, 1952: 18).

3. Populasi dan Sampling

Populasi dari penelitian ini adalah semua berita mengenai pemilukada

yang terdapat di Pos Kota dan Warta Kota. Penilitian ini menggunakan teknik

non-probability sample, yakni menggunakan teknik sensus. Teknik sensus dipilih

dengan pertimbangan bahwa penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan

gambaran berita pemilukada yang disiarkan oleh koran lokal selama masa

kampanye. Oleh karena itu, pemilihan sampel lebih ditekankan pada berita yang

terdapat pada Pos Kota dan Warta Kota saat kampanye pilkada DKI saja, yakni

pada tanggal 24 Juni hingga 7 Juli 2012. Koran Pos Kota dan Warta Kota dipilih

atas pertimbangan bahwa kedua koran lokal ini yang memiliki oplah tertinggi di

Jakarta.

4. Teknik Pengumpulan Data

Pada tahap pengumpulan data yang pertama kali dilakukan adalah

dengan mengumpulkan surat kabar Pos Kota dan Warta Kota edisi masa

kampanye, yakni sejak tanggal 24 Juni hingga tanggal 7 Juli 2012. Setelah

terkumpul, item-item berita-berita kemudian dipilah-pilah sehingga berita-berita

yang terkait pemilukada terpisah dengan berita yang tidak berkaitan dengan

pemilukada. Berita-berita yang tekait pemilukada tersebut kemudian selanjutnya

dikliping dengan difotokopi.

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAHetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/67311/potongan/S1-2013... · Informasi yang menggambarkan pertentangan antar manusia, bangsa, dan

27

Berita-berita yang diperoleh tersebut kemudian akan dianalisis

menggunakan indikator dan dimensi yang telah ditetapkan sebelumnya,

kemudian data-data tersebut akan dituangkan dalam bentuk coding sheet yang

akan membantu peneliti dalam menganalisis data-data penelitian selanjutnya.

5. Teknik Analisis Data

Indikator dan dimensi yang akan digunakan untuk menganalisis berita

yang telah dikumpulkan sebelumnya adalah dengan menggunakan teori

obyektivitas yang dikemukakan oleh Westerstahl. Menurut Westerstahl, unsur-

unsur dalam obyektivitas antara lain adalah faktualitas (aspek kognitif) dan

imparsialitas (aspek evaluatif). Aspek faktualitas memiliki sub aspek yakni

kebenaran (truth) dan relevansi (relevancy), sedangkan aspek imparsialitas

memiliki sub aspek seimbang/tidak memihak (balance/non-partisanship) dan

netral (neutral presentation) (Westerstahl, 1983 dalam McQuail, 1992: 196).

Setelah data terkumpul kemudian data akan dianalisis dengan

menggunakan indikator dan dimensi yang telah ditetapkan sebelumnya. Khusus

untuk penilaian obyektifitas berita penilaiannya akan dilihat dari skor yang

didapatkan dari indikator pemisahan fakta – opini hingga indikator dramatisasi

berita dalam tiap item berita.

Tiap skor yang didapatkan akan dijumlahkan dan dari jumlah tersebut

kemudian dilihat bagaimanakah tingkat obyektivitas dari berita tersebut. Nilai ini

akan bergerak dari angka 1 hingga angka 9, angka 1 hingga 6 menunjukkan

bahwa berita tersebut memiliki obyektivitas yang rendahdan angka 7 hingga

angka 9 menunjukkan obyektivitas yang tinggi pula.

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAHetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/67311/potongan/S1-2013... · Informasi yang menggambarkan pertentangan antar manusia, bangsa, dan

28

Nilai obyektivitas tertinggi yang digunakan adalah hanya sampai pada

nilai 9. Hal ini seperti yang telah disebutkan pada bagian latar belakang bahwa

pada prakteknya sebuah media (dalam penelitian ini adalah koran) sulit sekali

mewujudkan obyektivitas, atau dengan kata lain bahwa koran akan selalu

memiliki kemungkinan terjadinya bias berita.

I. PEMBATASAN PENELITIAN

Mengingat tujuan dari penelitian ini yakni untuk melihat kecenderungan

berita kampanye yang disiarkan oleh Pos Kota dan Warta Kota, serta keterbatasan

tenaga, waktu, kesempatan dan biaya yang dimiliki oleh peneliti, maka penelitian ini

dibatasi dengan hanya mengambil dua sampel koran lokal yang berada di

Jakarta.Selain itu, obyek penelitian juga dibatasi pada berita-berita yang merupakan

berita langsung (straight news), pembatasan jenis berita ini berdasarkan pada

pendapat Gilles Gauthier yang menyatakan bahwa konsep obyektivitas hanya dapat

diaplikasikan pada berita – berita straight news semata (Gauthier, 1993).